LK Fraktur Igd
LK Fraktur Igd
LK Fraktur Igd
Disusun Oleh :
SISKA YULIANI
P1337420119100
3A2
JURUSAN KEPERAWATAN
2022
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Konsep Fraktur
1. Definisi Fraktur
Fraktur adalah patah tulang yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan ulang, dan jaringan lunak di
sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak
Fraktur merupakan suatu istilah dari hilangnya kontinuitas pada tulang yang
disertai dengan kerusakan jaringan lunak seperti otot, kulit, jaringan saraf, dan
pembuluh darah yang disebabkan oleh akibat dari trauma langsung (Nurarif &
H.Kusuma, 2015).
Dari definisi tersebut dapat diartikan bahwa fraktur merupakan patah tulang
atau terputusnya hubungan kontinuitas jaringan yang disebabkan oleh kekerasan atau
2. Klasifikasi Fraktur
Kejadian fraktur dapat sangat bervariasi, untuk alasan yang praktis fraktur
1) Fraktur Terbuka
a) Derajat I
Kulit terbuka <1 cm, biasanya dari dalam keluar, memar otot yang
ringan disebabkan oleh energi rendah atau fraktur dengan luka terbuka
menyerong pendek.
b) Derajat II
c) Derajat III
dengan kehancuran komponen tulang yang parah. Pada derajat III ini
- Derajat III A
- Derajat III B
- Derajat III C
kulit sehingga tidak ada kontak dengan dunia luar. Fraktur tertutup
mekanisme cedera tidak langsung dan cedera langsung yaitu antara lain :
a) Derajat 0
b) Derajat 1
c) Derajat 2
d) Derajat 3
Kerusakan jaringan lunak yang luas atau avulsi subkutan dan gangguan
1) Fraktur komplit
Yaitu fraktur dimana terjadi patahann diseluruh penampang tulang,
2) Fraktur inkomplit
Yaitu fraktur yang terjadi hanya pada sebagian dari garis tengah tulang.
1) Fraktur tranfersal
Fraktur yang arah garis patahnya melintang pada tulang yang merupakan
2) Fraktur oblik
Fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu tulang
3) Fraktur spiral
Fraktur yang arah garis patahannya berbentuk spiral yang disebabkan oleh
trauma rotasi.
4) Fraktur kompresi
Fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang mendorong tulang ke
5) Fraktur avulsi
Fraktur yang disebabkan karena trauma tarikan atau traksi otot dalam
1) Fraktur komunitif
Fraktur dimana garis patahannya lebih dari satu dan saling berhubungan.
2) Fraktur segmental
Fraktur dimana garis patahannya lebih dari satu tetapi tidak berhubungan.
3) Fraktur multiple
Fraktur dimana garis patahannya lebih dari satu tetapi tidak pada tulang
yang sama.
Garis patah yang lengkap tetapi kedua fragmen tidak bergeser dan
Garis patah yang lengkap dan kedua fragmen bergeser baik secara
3. Etiologi
Penyebab fraktur adalah trauma, yang dibagai atas trauma lanngsung, trauma
tidak langsung, dan trauma ringan. Trauma langsung yaitu benturan pada tulang,
biasanya penderita terjatuh dengan posisi miring dimana daerah trokhater mayor
langsung terbentur dengan benda keras sedangkan trauma tidak langsung, yaitu
titik tumpuan benturan dan fraktur berjauhan, misalny jatuh terplesert di kamar
mandi. Pada trauma ringan yaitu merupakan keadaan yang dapat menyebabkan
fraktur bila tulang itu sendiri sudah rapuh atau fraktur patologis.
a. Cedera traumatik
2. Cedera tidak langsung adalah pukulan langsung berada jauh dari lokasi
fraktur klavikula.
b. Fraktur patologik
mengakibatkan :
2. Infeksi seperti ostemielitis dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau
4. Secara spontan disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya
4. Manifestasi Klinis
klien, riwayat, pemeriksaan fisik, dan temuan radiologis. Pengkajian fisik dapat
lokasi fraktur.
d. Nyeri : Nyeri terus-menerus meningkat jika fraktur tidak dimobilisasi. Hal ini
terjadi karena spasme otot, fragmen fraktur yang bertindihan, atau cedera pada
struktur sekitarnya.
vaskular yang terkait. Klien dapat mengeluhkan rasa kebas, kesemutan atau
h. Spasme otot : Spasme otot involuntar berfungsi sebagai bidai alami untuk
i. Gerakan abnormal dan krepitasi : Terjadi karena gerakan dari bagian tengah
tulang atau gesekan antar fragmen fraktur yang menciptakan sensasi dan suara
deritan.
j. Syok : Fragmen tulang dapat merobek pembuluh darah. Perdarahan besar atau
a. Faktor intrinsik
Sifat dari tulang yang terpenting yang dapat menentukan daya tahan untuk
b. Faktor ektrinsik
Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung terhadap
2. Kehilangan tulang
5. Infeksi
6. Keganasan total
8. Radiasi tulang
9. Usia
10. Kortikosteroid
6. Patofisiologi
Fraktur adalah gangguan pada tulang yang disebabkan oleh trauma langsung,
tidak langsung, kontraksi otot dan kondisi patologis. Pergeseran fragmen tulang
akibat fraktur dapat menimbulkan nyeri akut. Hal ini juga dapat menyebabkan
tekanan pada sumsum tulang lebih tinggi dari kapiler lalu melepaskan
kulit dapat menyebabkan infeksi, putusnya arteri atau vena saat terjadi fraktur
syok hipovolemik (Andri et al., 2020). Dalam proses pemulihan fraktur, meliputi :
a. Fase Inflamasi
Fase inflamasi terjadi segera setelah luka dan berakhir 3 – 4 hari, dua
proses utama yang terjadi pada fase ini yaitu hemostasis dan fagositosis.
darah besar di daerah luka. Bekuan darah dibentuk oleh trombosit yang
Tempai ini ditempati oleh makrofag yang keluar dari monosit selama kurang
b. Fase Proliferasi
Fase proliferasi yaitu fase dimala sel – sel berproliferasi dari lapisan
dalam periosteum sekitar lokasi fraktur sel – sel ini menjadi osteoblast, sel ini
aktif tumbuh ke arah fragmen tulang dan juga terjadi di jaringan sumsum
rawan tumbuh mencapai sisi lain sampai celah sudah terhubungkan. Fragmen
minggu agar fragmen tulang tergabung dalam tulang rawan atau jaringan
fibros. Secara klinis fragmen tulang sudah tidak bisa digerakkan lagi.
d. Fase Konsolidasi
Pada fase ini kallus mengeras dan terjadi proses konsolidasi, fraktur
teraba telah menyatu secara bertahap menjadi tulang mature. Fase ini terjadi
e. Fase Remodelling
osteoklastik dan osteoblastik pada tulang serta kallus eksterna secara perlahan
al., 2020)/
7. Pathways
Fraktur
Edema
Penekanan pembuluh
darah
Ketidakefektifan
perfusi jaringan Sumber : (Black, 2014)
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksan Rontgen
c. Arteriogram
bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multiple).
e. Kreatinin
f. Profil koagulasi
Perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah transfuse multiple, atau cedera
9. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medik
1) Fraktur terbuka
dan disertai perdarahan yang hebat dalam waktu 6 – 8 jam (golden periode).
c) Hecting situation
d) Antibiotik
2) Seluruh fraktur
sesudah pengobatan.
b) Reduksi
rotasfanatimis.
akan terlihat pembentukan kalus pada sinar – X. Ketika kalus telah kuat
fragmen tulang di reduksi. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat,
terjadi. Alat ini dapat diletakkan di sisi tulang atau langsung ke rongga
sumsum tulang. Alat tersebut menjaga aprokasimasi dan fiksasi yang kuat
meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu, pin dan teknik gips, atau
semaksimal mungkin.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
komplikasi.
b. Observasi warna
d. Tanyakan pada pasien mengenai rasa nyeri atau hilang sensasi pada lokasi
cedera
5) Mempertahankan gizi, makanan tinggi serat anjurkan protein 150 – 300 gr/hari
Menurut (Smeltzers and Bare’s, 2016) dalam Buku Ajar Keperawatan Medikal
a. Komplikasi awal
1) Syok
yang sangat vaskuler maka dapat terjadi perdarahan yang sangat besar
sebagai akibat dari trauma khususnya pada fraktur femur dan fraktur
pelvis.
2) Emboli lemak
Pada saat terjadi fraktur, globula lemak dapat masuk kedalam darah karena
tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler dan katekolamin
3) Compartment Syndrome
jaringan dalam otot kurang dari yang dibutuhkan. Hal ini disebabkan oleh
intravaskular.
b. Komplikasi lambat
Nekrosis avaskular terjadi bila tulang kekurangan asupan darah dan mati.
Tulang yang mati mengalami kolaps atau diabsorpsi dan diganti dengan
structural.
Alat fiksasi interna diangkat setelah terjadi penyatuan tulang namun pada
disekitar alat.
B. Konsep Nyeri Akut
1. Definisi
menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual dan potensial (Brunnert
2. Klasifikasi
a. Nyeri akut
Nyeri yang berlangsung kurang dari 3 bulan, mendadak akibat trauma atau
suportif.
b. Nyeri Kronik
Nyeri yang berlangsung lebih dari 3 bulan, hilang timbul atau terus
keluarga lelah.
2) Berdasarkan etiologi
a. Nyeri nosiseptif : rangsang timbul oleh mediator nyeri, seperti pada pasca
3) Berdasarkan lokasi
a. Nyeri superfisial : nyeri pada kulit, subkutan, bersifat tajam, terlokasi.
b. Nyeri somatik dalam: nyeri berasal dari otot, tendo, tumpul, kurang
terlokasi.
3. Fisiologi Nyeri
komponen yang nyata yaitu transduksi, transmisi, modulasi dan persepsi, dimana
terjadinya stimuli yang kuat diperifer sampai dirasakannya nyeri di susunan saraf
a. Persepsi nyeri
budaya masing-masing.
c. Usia
Usia dapat mengubah persepsi dan pengalaman nyeri. Individu yang berumur
lebih tua mempunyai metabolisme yang lebih lambat dan rasio lemak tubuh
terhadap masa otot lebih besar dibanding individu berusia lebih muda,
d. Jenis kelamin
nyeri. Pada dasarnya pria lebih jarang melaporkan nyeri dibandingkan wanita.
yang dialami saat ini. Individu yang memiliki pengalaman negatif dengan
nyeri pada masa kanak-kanak dapat memiliki kesulitan untuk mengelola nyeri.
5. Penatalaksanaan Nyeri
Menurut (Sutarni et al,, 2019) yang dilakukan seorang perawat untuk mengurangi
a. Teknik farmakologi
kerja dari obat golongan ini adalah pada reseptor nyeri yang berada di
2. Analgesic opioid
3. Analgesik adjuvat
selain kontrol nyeri tetapi memberikan kontrol rasa sakit pada beberapa
penyakit.
1. Relaksasi
2. Distraksi
3. Imaginary
1. Definisi
Gangguan mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu
atau lebih ekstremitas secara mandiri (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
mobilitas fisik atau immobilisasi merupakan suatu kedaaan dimana individu yang
2. Etiologi
Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017), faktor penyebab terjadinya
neuromuskular, indeks masa tubuh di atas persentil ke-75 usia, efek agen
Tanda dan gejala mayor subjektif dari gangguan mobilitas fisik, yaitu
mayor objektifnya, yaitu kekuatan otot menurun, dan rentang gerak menurun.
Tanda dan gejala minor subjektif dari gangguan mobilitas fisik, yaitu
nyeri saat bergerak, enggan melakukan pergerakan, dan merasa cemas saat
bergerak. Kemudian, untuk tanda dan gejala minor objektifnya, yaitu sendi
a. Perubahan metabolisme
metabolisme.
zat-zat makanan pada tingkat sel menurun sehingga tidak cukup untuk
seperti perut kembung, mual, serta nyeri lambung yang berdampak pada
proses eliminasi.
5. Penatalaksanaan
mobilitas fisik yaitu dengan memberikan latihan rentang gerak. Saputra (2013)
b. Ambulasi dini
Salah satu tindakan yang dapat meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot
kardiovaskular.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis yang mengenai respon klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialami baik berlangsung aktual
maupun potensial (SDKI, 2016). Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada
Gejala dan tanda mayor yang mungkin timbul pada pasien dengan nyeri akut yaitu
melakukan aktivitas secara mandiri. Sedangkan gejala dan tanda minor yang mungkin
timbul pada pasien dengan nyeri akut yakni merasa takut mengalami cedera berulang,
bersikap protektif (mis.posisi menghindari nyeri, pola tidur berubah, dan fokus
(D.0054)
Gangguan mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih
ekstremitas secara mandiri. Gejala dan tanda mayor yang mungkin timbul pada pasien
kekuatan otot menurun, rentang gerak (ROM) menurun. Sedangkan gejala dan tanda
minor yang mungkin timbul pada pasien dengan gangguan mobilitas fisik yakni nyeri
saat bergerak, enggan melakukan pergerakan, merasa cemas saat bergerak, sendi
PERENCANAAN KEPERAWATAN
Andri, J., Febriawati, H., Padila, P., J, H., & Susmita, R. (2020). Nyeri pada Pasien Post Op
Fraktur Ekstremitas Bawah dengan Pelaksanaan Mobilisasi dan Ambulasi Dini. Journal
of Telenursing (JOTING), 2(1), 61–70. https://doi.org/10.31539/joting.v2i1.1129
Black, M. J. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Klinis untuk Hasil yang
Diharapkan. Elsevier: Salemba Medika.
Brunnert and Suddarth’s. (2018). Textbook of Medical Surgical Nursing (C. Janice L. Hinkle,
PhD, RN & R. Kerry H. Cheever, PhD (eds.); 14th ed.). Wolters Kluwer.
Smeltzers and Bare’s. (2016). Textbook Of Medical Surgical Nursing (Dr Maureen Farrell
(ed.); 2nd ed., Vol. 2). Wolters Kluwer.
Sugeng, J., & Kristiyanisari, W. (2010). Asuhan Keperawatan Post Operas. Nuha Medika.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Dewan Pengurus PPNI.
Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah. Nuha Medika.