Tugas Blok II - 2021 - 1
Tugas Blok II - 2021 - 1
Tugas Blok II - 2021 - 1
Oleh:
Kelompok I
Mahbubah 206070200111022
Malang
Deskripsi Responden
Nama : Mrs X
Pembiayaan : BPJS
Dikarenakan RSIA Mutiara Bunda adalah RS khusus yang berfokus pada Ibu dan anak,
konsumen utama RSIA Mutiara Bunda adalah Ibu yang bersalin di RSIA Mutiara Bunda.
Diharapkan pasien ini dapat mewakili pandangan mayoritas pasien RSIA Mutiara Bunda.
Keluhan pertama pasien untuk kontrol rutin adalah keharusan untuk ke Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dulu untuk meminta rujukan ke Rumah Sakit Mutiara
Bunda. Begitu juga saat akan rawat inap di rumah sakit, pasien merasa terlalu banyak form
yang harus diisi di bagian pendaftaran.
Selama rawat inap ada beberapa keluhan dari pasien. Saat di IGD,pasien merasa
perawat yang menangani tidak ramah. Untuk bagian gizi, makanan yang diberikan terasa
hambar. Jarak ranjang antar pasien yang terlalu dekat, juga menjadi keluhan pasien karena
merasa privasinya kurang terjaga. AC dirasa kurang dingin, serta ada yang bocor. Keluhan lain
adalah terkait kondisi bangunan rumah sakit yang terkesan tua, dan perlu perlu perbaikan.
PASIEN DATANG
BARU
1. Minta Identitas pasien (KTP)
BARU
1. Menyiapkan BRM RJ
CETAK BRM
2. Cetak Formulir 1
Di RUANG FILING
LAMA
1. Menyiapkan/Mengambil
POLIKLINIK
R.JALAN R.INAP
PASIEN DATANG
Di perbolehkan Rawat
Pulang Inap
RUANG PERAWATAN
ADMINISTRASI
PULANG
Perspektif pasien dalam pemilihan intervensi kesehatan,
Ketidaknyamanan yang dirasakan oleh pasien karena harus ke FKTP terlebih dahulu
untuk kontrol dan rawat inap di RS Mutiara Bunda bisa terjadi akibat kurangnya pengertian dari
pasien atau keluarga mengenai proses rujukan online yang diterapkan oleh BPJS. Sosialisasi
memang masih menjadi kendala dalam proses rujukan pasien dari FKTP ke FKRTL(1–3).
Sehingga menyebabkan terjadinya kesalahpahaman antara petugas kesehatan serta pasien.
Akibatnya kepuasan terhadap pelayanan kesehatan juga menurun. Dari penuturan pasien,
diketahui juga pasien langsung diberi surat pengantar dari bidan desa untuk ke Rumah sakit.
Sehingga tidak melalui prosedur rujukan BPJS yang benar. Hal ini menyebabkan menurunnya
tingkat kepuasan pasien. padahal tingkat kepuasan pasien akan meningkat bersamaan dengan
meningkatnya pemahaman pasien akan prosedur rujukan online (4)
Hal yang dapat dilakukan untuk mengelola situasi seperti ini adalah memberikan
pengertian serta penjelasan prosedur rujukan online serta rujukan berjenjang yang diberlakukan
oleh BPJS. Namun hal ini bukanlah suatu masalah yang dapat ditangani oleh RS sendiri namun
diperlukan kerjasama dengan seluruh stakeholder yang terkait dengan hal ini, seperti BPJS dan
fasilitas kesehatan yang lain.
Masalah lain yang menjadi keluhan pasien adalah makanan yang terasa hambar.
Makanan yang terasa hambar tersebut dimaksudkan sebagai diet rendah garam agar tensi
pasien terjaga. Namun maksud dan tujuan dari diet tersebut belum tersampaikan kepada
pasien sehingga pasien merasa makanan nya hambar. Untuk mengatasi hal tersebut,
diperlukan komunikasi yang baik dengan pasien. Diharapkan dengan adanya komunikasi yang
baik, setiap informasi dapat tersampaikan dengan benar. Sehingga setiap tindakan yang
dilakukan untuk memberi layanan kepada pasien tidak disalahartikan atau berbalik menjadi
keluhan pasien.
Berdasarkan kasus diatas didapatkan beberapa hal yang dapat menjadi masukan oleh
RSIA Mutiara Bunda, baik terkait fasilitas infrastruktur, proses administrasi, dan profesionalisme
tenaga medisnya. Hal-hal tersebut terjadi dikarenakan adanya gap antara harapan pasien
dengan kenyataan yang dirasakan pasien selama melakukan perawatan di rumah sakit.
Kepuasan pasien adalah tingkat perasaan seorang pasien apabila pelayanan kesehatan yang
dia dapatkan/rasakan sesuai dengan harapannya. Mutu pelayanan rumah sakit merupakan
derajat kesempurnaan pelayanan rumah sakit untuk memenuhi kebutuhan konsumen akan
pelayanan kesehatan yang sesuai standar (5). Maka dengan melakukan pengukuran kepuasan
pelanggan dapat menjadi tolak ukur kinerja pelayanan itu sendiri. Menurut Kotler dalam Tjiptono
ada empat metode untuk mengukur kepuasan pelanggan (5):
Hal yang dapat dilakukan terkait hal tersebut adalah menggunakan metode yang ada
untuk mengukur kepuasan pasien dan menggunakan perspektif pasien sebagai alat ukur dari
kinerja pelayanan dalam hal ini pasien mengeluhkan terkait proses administrasi di pendaftaran
yang terlalu banyak form maka perlu dilakukan pengkajian terkait form-form tersebut apakah
ada isian yang diulang ulang sehingga memakan waktu maka perlu diringkas sehingga tidak
perlu diulang-ulang. Manajemen perlu melihat terkait input proses dan output kemudian
menjadikan sebagai indikator mutu kerja di unit kerja yang bisa terukur. Selain rumah sakit
memenuhi permenkes 129/Menkes/SK/II/2008 (6) terkait standar pelayanan minimal rumah
sakit tapi rumah sakit dapat menyusun indikator pelayanan berdasarkan dari perspektif pasien
dengan mengutamakan kenyamanan, ketepatan dan kecepatan.
Dalam hal ini, rumah sakit perlu menanggapi ketidaknyamanan pelayanan kamar rawat
inap tersebut dengan melakukan perbaikan fasilitas, monitoring secara berkala barang
elektronik maupun fasilitas gedung yang menjadi fasilitas pasien, serta melakukan evaluasi
kepuasan pasien terhadap kualitas mutu pelayanan rumah sakit. Mutu pelayanan rumah sakit
(RS) dapat ditelaah dari tiga hal yaitu: 1) struktur (sarana fisik, peralatan, dana, tenaga
kesehatan dan non kesehatan, serta pasien), 2) proses (manajemen RS baik manajemen
interpersonal, teknis maupun pelayanan keperawatan yang kesemuanya tercermin pada
tindakan medis dan nonmedis kepada pasien), 3) outcome. Aspek mutu yang dapat dipakai
sebagai indikator untuk menilai mutu pelayanan RS yaitu: penampilan keprofesian (aspek
klinis), efisiensi dan efektivitas, keselamatan dan kepuasan pasien (5)
Dengan adanya ketidaknyamanan yang ditimbulkan akibat banyaknya form yang harus
ditulis saat pendaftaran, Rumah Sakit hendaknya dapat membuat strategi dimana pasien dapat
menulis form-form tersebut dengan kondisi ruang pendaftaran yang nyaman atau beberapa
persetujuan dan form yang berhubungan dengan tindakan dapat dilakukan saat pasien berada
di ruang rawat inap dan tentunya sebelum dilakukan tindakan.
Beberapa hal yang dapat dijadikan indikator kepuasan pelayanan adalah (13,14) :
Kesimpulan
Pelayanan kesehatan semakin bergerak menuju ke arah Patient Centered Care. Dimana
titik berat dari pelayanan kesehatan adalah pasien yang merupakan konsumen utamanya.
Dalam menjalankan patient centered care perlu dilakukan perubahan sudut pandang
manajemen dari medis ke arah pandang pasien. Perlu penggalian data dari pasien mengenai
faktor faktor yang dapat mempengaruhi kenyamanan serta keselamatan pasien selama
menjalani perawatan di fasilitas pelayanan kesehatan.
Terdapat gap atau kesenjangan antara hal yang merupakan sesuatu yang penting bagi
pasien serta apa yang dialami oleh pasien. Kesenjangan yang kami temukan dalam wawancara
kali ini adalah :
1. Keinginan ingin dilayani secara cepat dengan keharusan meminta surat rujukan dari
FKTP terlebih dahulu.
2. Keinginan untuk pelayanan yang praktis dan cepat dengan banyaknya form yang harus
diisi saat hendak rawat inap
3. Keinginan untuk dilayani secara ramah dengan perawat IGD yang melayani dengan
judes.
4. Keinginan untuk makan sesuai selera dengan makanan yang terasa hambar saat di
ruangan.
5. Privasi yang terjaga dengan sempitnya jarak antar bed pasien
6. Dirawat di fasilitas yang baik dengan fisik bangunan yang perlu perbaikan
7. Kenyamanan ruangan tempat rawat inap dengan bocornya AC
Kesenjangan tersebut sebaiknya segera dijembatani oleh manajemen RS. Tidak hanya untuk
meningkatkan kepuasan pelanggan namun secara lebih jauh untuk menuju ke fasilitas
kesehatan yang berpusat pada pasien.
Daftar Pustaka
1. Waldy GNUR, Hukum PI, Hukum F, Surakarta UM. Dengan Bpjs Kesehatan Dalam
Program Jaminan. 2019;
3. Kesehatan S. Analisis Pelaksanaan Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama Pada Peserta
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (Studi Kasus Di Puskesmas Neglasari
Kota Tangerang). J Kesehat Masy. 2017;5(3):19–25.
5. IVAN ARDO FATAS. Analisis Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap Terhadap Mutu
Pelayanan di Rumah Sakit Hidayah Boyolali. Publ Ilm Univ Muhammadiyah Surakarta.
2017;1–100.
10. Karyono TH. Kenyamanan Termal dalam Arsitektur Tropis. Researchgate. 2016;(July):9.
11. Kementrian Kesehatan. Peraturan Menteri Kesehatan No 290/MENKES/PER/III/2008
tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran. Jakarta: Kementrian Kesehatan; 2008.
13. Harfika J, Abdullah N. Pengaruh Kualitas Pelayanan Dan Fasilitas Terhadap Kepuasan
Pasien Pada Rumah Sakit Umum Kabupaten Aceh Barat Daya. Balance [Internet].
2017;XIV(1):44–56. Available from: file:///E:/SEMESTER 6/SINTA KEPERCAYAAN,
FASILITAS/FASILITAS (9).pdf