Laporan 1 Kader Karet Kering
Laporan 1 Kader Karet Kering
Laporan 1 Kader Karet Kering
Oleh :
Latar Belakang
Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini agar mahasiswa dapat memahami cara menentukan
kadar karet kering dengan baik.
METODOLOGI
Alat
Alat yang digunakan dalam video 1 dan video 2 yaitu gelas beker 100
ml, gelas beker 250 ml, batang pengaduk, alat gilingan, timbangan analitik,
timbangan duduk digital.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam video 1 dan video 2 yaitu amoniak 5%,
asam formiat 5%, lateks segar, bokar, dan air.
Metode kerja
Lateks Segar
Disiapkan Gelas Beker 250 Ml Untuk Skala Lahan Dan 100 Ml Untuk
Dituangkan 50 Ml Lateks Segar Dalam Gelas 250 Ml Dan 25 Ml Dalam Gelas Beker 100
Ml
Ditambahkan Asam Formiat 5% Sebanyak 3 Ml Untuk Skala Lahan Dan 1,5 Ml Untuk
Skala Lab
A
A
Dituangkan 25 Ml Lateks Dalam Gelas Beker 100 Ml Lalu Timbang Dan Catat Hasil
Ditimbangkan Baret Karet Untuk Skala Lahan Dan Oven Karet Skala Lab Lalu Timbang
Hasil
Setelah selesai digiling lalu dilipat, Potong menjadi bagian yang lebih kecil
hasil
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pada video pertama didapatkan hasil berupa pengukuran kadar kering lateks yaitu ;
= 34 gr X 0,72%
= 24,48%
= 11 gr : 33gr X 100%
= 33%
Pada video kedua didapatkan hasil berupa rumus perhitungan kadar karet kering
yaitu;
Rumus = HG : SB X OV : HG
= 0,74 X 0,73
= 54%
Pembahasan
Nilai kadar karet kering digunakan untuk sebagai dasar menentukan jumlah
kebutuhan air pada proses pengenceran lateks sampai diperoleh kadar karet standar. Proses
pengenceran yang terlalu encer akan mengakibatkan koagulum (bekuan) yang terlalu lunak,
sehingga mudah robek pada saat penggilingan. Sebaliknya jika koagulum terlalu keras, akan
mengakibatkan pemakaian tenaga gilingan yang lebih besar dan memerlukan waktu
pengeringan terlalu lama.kondisi ini mempengaruhi mutu karet sheet ( Sari, J.R.I, 2015).
Pengukuran kadar karet kering dari lateks pada kali akan membahas mengenai kadar
karet kering di mana kadar karet kering itu sendiri adalah parameter yang paling penting
dalam pengolahan karet. Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah amoniak
5%, asam formiat 5%, dan lateks segar. Amonia itu berfungsi sebagai anti prakoagulasi. Proses
awal dari praktikum ini di mana lateks ditimbang beratnya adalah 21,04 kg kemudian baru
digiling menggunakan air agar kotoran-kotoran yang terdapat di dalam Gokart itu dapat
keluar semuanya lalu proses pemotongan menjadi bagian yang lebih kecil, tujuan dari
pemotongan ini adalah agar karet yang dimasukkan ke diatas bisa lebih sempurna untuk
menghindari white spot. Timbang awal 21,04 kg sekarang menjadi 15,68 kg, Setelah itu masuk
ke dryer lebih kurang 2 jam Setelah 2 jam, kemudian sampel yang sudah matang atau sudah
masak ditimbang kembali dan beratnya ternyata 11, 42 kg inilah proses akhir dan ini akan
kita masukkan ke dalam rumus kadar karet kering.
Umumnya lateks kebun hasil penyadapan mempunyai kadar kering karet (K3)
20-35%. Berdasarkan Maspanger (2005) kualitas karet dinilai dari K3, yakni mutu 1
dengan kadar kering minimal 28% dan mutu II dengan kadar kering minimal 20 % atau
di bawah 28%.Apabila kadar karet kering dibawah dari 28% maka sheet yang
dihasilkan tidak memenuhi standart perusahaan sehingga karet yang dihasilkan
memiliki elastisitas yang tidak sempurna, begitu juga jika kadar karet kering diatas
30% maka akan melebihi standart perusahaan sehingga karet yang dihasilkan mudah
rapuh.
Analisa persen Kadar Karet Kering dilakukan dengan cara pemanasan didalam
oven selama 2 jam pada suhu 100 hingga didapat berat karet kering. Dari video satu,
dua dan tiga diperoleh kadar karet kering rata-rata lateks video satu untuk sampel lahan
24,48 % dan untuk sampel laboratorium 33 %, video dua 54 %, dan video tiga 48 %.
Dimana persen kadar karet kering pada lateks segar yang sesuai standar adalah 28%-
30%.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Nilai kadar karet kering digunakan untuk sebagai dasar menentukan jumlah
kebutuhan air pada proses pengenceran lateks sampai diperoleh kadar karet
standar.
2. Amonia itu berfungsi sebagai anti prakoagulasi.
3. kualitas karet dinilai dari K3, yakni mutu 1 dengan kadar kering minimal 28%
dan mutu II dengan kadar kering minimal 20 % atau di bawah 28%.
4. Analisa persen Kadar Karet Kering dilakukan dengan cara pemanasan didalam
oven selama 2 jam pada suhu 100 hingga didapat berat karet kering.
5. Kadar karet kering ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya jenis klon,
musim, waktu penyadapan, suhu dan umur pohon. Dari video satu, dua dan tiga
diperoleh kadar karet kering rata-rata lateks video satu untuk sampel lahan
24,48 % dan untuk sampel laboratorium 33 %, video dua 54 %, dan video tiga
48 %.
Saran
Anwar, C. 2005. “Prospek Karet Alam Indonesia: Suatu Analisis Integrasi Pasar dan Keragaan
Ekspor”. Disertasi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Sekolah Pasca Sarjana.
Badan Pusat Statistik. (2015). Statistik Karet Indonesia. Jakarta, Indonesia: Badan Pusat
Statistik.
Kumar, R. R., Hussain, S. N., & Philip, J. (2007). Measurement of dry rubber content of
natural rubber latex with a capacitive transducer. Journal of Rubber Research,
10(1), 17-25.
Syarief, R., & Irawati, A. (1988). Pengetahuan Bahan Untuk Industri Pertanian. Jakarta:
Mediyatama Sarana Perkasa.