Isi
Isi
Isi
PROSES PRODUKSI
A. Diagram Alir
Adapun diagram alir dari proses produksi industri karet adalah sebagai berikut.
B. Penjelasan Proses Pengolahan Karet Remah
1. Penerimaan Lateks
Bahan baku Pabrik Pengolahan Karet Remah (PPKR) berasal dari kebun
Way Berulu, Bergen, dan Way Lima. Lateks kebun yang diterima harus
segar dan tidak menggumpal (bebas prakoagulasi) dengan penambahan
amoniak dalam jumlah tertentu.
2. Jembatan Timbangan
Lateks yang datang dari kebun ke pabrik harus ditimbang terlebih dahulu
dengan Jembatan Timbang. Jembatan Timbang yang digunakan memiliki
spesifikasi yaitu, kapasitas 20 ton.
Sebanyak 100 gram lateks diambil setelah 1/3 pencurahan untuk diuji
kadar karet keringnya. Asam semut 90% dicampurkan ke dalam sampel
sebanyak 2 – 3 tetes dan diaduk sampai menggumpal, gumpalan karet
tersebut digiling kira – kira 12 kali hingga ketebalan 2 mm. Krep tersebut
dikeringkan dengan lap dan ditimbang Kadar Karet Kering dari lateks
tersebut, perhitungannya dengan rumus sebagai berikut :
5. Penggumpalan Lateks
Proses penggumpalan lateks dibantu dengan penambahan asam semut
atau asam format (HCOOH). Pencampuran asam format ke dalam lateks
dengan cara matched flow process. Proses ini adalah proses
penggumpalan lateks dengan cara mengalirkan asam format bersamaan
dengan mengalirnya lateks melalui pipa ke dalam bak penggumpal.
6. Penggilingan
Penggilingan akan dilakukan bila gumpalan lateks tersebut telah
cukup kokoh dan air bersih dialirkan ke dalam bak koagulasi agar
gumpalan lateks yang akan digiling menjadi terapung. Koagulan atau
gumpalan lateks ditarik menggunakan alat penarik dan dimasukkan ke
dalam mobile crusher untuk dilakukan penggilingan.
7. Mobile Crusher
Mobile Crusher ini memiliki kapasitas sebesar 1,2 Ton per jam. Alat
ini berfungsi untuk mengeluarkan kadar air yang terkandung di dalam
koagulan lateks, dari ketebalan awal sebesar 20-30 cm menjadi
ketebalan akhir sebesar 3-5 cm.
8. Crepper 1 & 2
Sebelum proses peremahan, terlebih dahulu dilakukan proses
penipisan dengan menggunakan crepper. Penipisan dilakukan hingga
ketebalan krep yang keluar sebesar 5 mm. Crepper yang digunakan
pada proses pembuatan karet remah adalah sebanyak 2 unit dengan
ukuran penipisan yang berbeda pada setiap crepper. Belt conveyor
merupakan alat penanganan bahan yang digunakan untuk
menghubungkan antara crepper I dan crepper II. Kapasitas pada
setiap crepper adalah 1,2 Ton per jam. Crepper I melakukan penipisan
krep menjadi 8 mm, lalu dilanjutkan dengan crepper II menipiskan
krep menjadi 6 mm. Penipisan hingga 5 mm dilakukan dengan
crepper yang terdapat di dalam crepper hammer mill.
9. Crep Lateks
Hasil krep yang dilakukan oleh Crepper I dan II, menghasilkan krep
dengan ketebalan 6 dan 8 mm.
10. Peremahan
Proses peremahan dilakukan dengan peralatan hammer mill, bak
pembersih, vortex pump, dan static screen. Remahan yang dihasilkan
crepper hammer mill adalah sebesar 1,2 cm butiran yang seragam
dengan kepasitas 1 ton per jam. Setelah crepper hammer mill terdapat
bak pembersih yang dilengkapi dengan semprotan untuk digunakan
sebagai pembersih remahan hasil dari crepper hammer mill.
Remahan karet yang keluar dari static screen diisikan ke dalam boks
pengering sebelum dilakukan pengeringan. Pengisian ke dalam boks
ini harus rata dan tidak dipadatkan. Hal ini perlu dilakukan agar udara
panas dapat masuk secara merata.
14. Dryer
Proses pengeringan dilakukan dengan menggunakan dryer. Dryer
terdiri atas 14 boks dilengkapi dengan pemanas dan cooling fan.
Pengeringan dengan dryer dilakukan selama 3,5 - 4 jam dengan
temperatur 118 – 120oC dan interval waktu keluar boks adalah 15
menit.
Dryer terdiri dari burner sebagai sumber pemanas dengan berbahan
bakar solar, blower yang berfungsi untuk meratakan udara panas dari
burner, dan badan dryer yang memiliki 2 sekat, sekat depan untuk
sirkulasi udara basah karena remahan karet yang masuk masih basah,
dan sekat belakang untuk sirkulasi udara kering.
Setelah proses pengeringan, boks yang berisi karet remah yang telah
kering dikeluarkan menggunakan alat ejector yang secara otomatis
mengeluarkan karet remahan dari dalam boksnya., kemudian karet
remah di dinginkan kembali dengan menggunakan extra cooling fan
yang diletakan di atas meja sortir karet remah. Karet remah yang telah
dikeringkan harus diperiksa secara visual pada bagian tengahnya dan
dipastikan tidak ada white spot, black spot, dan kontaminasi (benda
selain karet).
15. Penimbangan
Penimbangan dilakukan untuk mengukur bobot karet remah yang akan
dipres. Penimbangan ini dilakukan dengan menggunakan timbangan
digital. Bobot karet remah yang diukur adalah sebesar 33,33 kg dan 35
kg, disesuaikan dengan pemesanan oleh konsumen.
16. Pengempaan
Karet remah di pres atau dikempa dengan alat balling press. Pada saat
pengempaan, karet remah harus dalam keadaan dingin yaitu kurang
dari 40oC. Alat balling press berfungsi untuk memadatkan karet
remah yang keluar dari dryer menjadi balle padat pada ukuran 70 cm x
35 cm x 7 cm.
Limbah cair industri karet remah memiliki nilai COD tinggi yang
mengindikasikan bahwa padatan yang terdapat pada limbah cair industri
karet remah merupakan senyawa organik. Limbah cair yang dihasilkan di
unit pabrik karet Way Berulu dikelola secara biologis yang menggunakan
sistem kolam anaerob-fakultatif-aerob. Sistem ini merupakan suatu sistem
pengolahan yang sederhana, mudah dioperasikan, murah, dan kualitas
hasil olahannya dapat memenuhi kriteria baku mutu yang berlaku. Sarana
pengolahan air limbah yang digunakan oleh Unit Pabrek Karet Way
Berulu terdiri atas dua unit kolam rubber trap, dua unit kolam anaerob, dua
unit kolam fakultatif, dua unit kolam aerob, dan satu kolam recycle.
COD
(Chemical Oxygen mg/L 3000 250
Demand)
BOD
(Biologycal Oxygen mg/L 2300 100
Demand)
pH - 6,0 – 9,0
Debit Limbah yang 240 m3 – 312 m3
dihasilkan per hari
*) Baku Mutu Limbah Cair Menurut Pergub Lampung No. 7 Tahun 2010
Dari tabel diatas diketahui bahwa dari ketiga parameter tersebut, hanya
satu parameter saja yang memenuhi syarat, sedangkan kedua lainnya yaitu
BOD5 dan COD Tidak memenuhi syarat. Karena, nilai dari BOD5 dan
COD tersebut melebihi baku mutu yang telah ditetapkan. Oleh karena itu,
diperlukan pengolahan khusus dengan menggunakan Instalasi Pengolahan
Air Limbah untuk Industri Karet untuk menurunkan nilai BOD5 dan COD
yang belum memenuhi syarat baku mutu tersebut
BAB III
DIAGRAM ALIR
A. Diagram Alir
Adapun diagram alir dari proses pengolahan limbah cair indutri karet
adalah sebagai berikut.
Bar screen
B. Penjelasan Proses Pengolahan Limbah Cair Industri Karet
1. Influen
Influen Limbah cair pengolahan karet berasal dari proses pengenceran
lateks, koagulasi, penggilingan, dan pencucian. Limbah cair dialirkan
melalui parit yang akan diarahkan ke Instalasi Pengolahan Air Limbah
atau IPAL.
2. Bar Screen
Bar screen berfungsi untuk menahan benda kasar seperti sampah dan
benda-benda terapung lainnya.
5. Anaerobik II
Kolam anaerobik II digunakan sebagai kolam lanjutan dari anaerobik I
untuk mendegradasi bahan-bahan organik yang mungkin belum dapat
didegradasi di kolam anaerobik I. Fungsi kolam ini untuk mengendapkan
limbah padat (scum) dengan ketebalan 5-15cm, kolam Anaerob II memiliki
kapasitas 11.550 m3 (30m x 70m x 5,5m) dengan masa retensi 15,4 hari dan
perlakuannya sama dengan kolam Anaerob I.
6. Fakultatif I
Kolam keempat adalah kolam fakultatif I dan kolam ini merupakan lanjutan
dari kolam penanganan limbah cair industri karet remah setelah kolam
anaerobik I dan anaerobik II. Kolam fakultatif merupakan kolam perantara
antara kolam anaerobik dengan kolam aerobik. Kapasitas kolam fakultatif I
adalah 9.000 m3 (40m x 75m x 3m) dengan retensi 12 hari dan pengurasan
kolam dilakukan 1 tahun sekali.
7. Fakultatif II
Kolam kelima adalah fakultatif II. kolam ini berfungsi sebagai perantara
antara kolam Anaerob dengan kolam aerob dan tempat pemberian oksigen
untuk mengendalikan kadar COD dan BOD. Pada kolam fakultatif II
dilengkapi dengan turbo jet aerator sebanyak 2 unit yang beroperasi selama
8 jam per hari. Pada bagian outlet kolam fakultatif II disemprot dengan air
yang berasal dari kolam recycling dengan tujuan agar dikolam
menghasilkan gelembung-gelembung udara. Kolam fakultatif II memiliki
kapasitas yaitu sebesar 8.400 m3(40m x 70m x 3m) dan masa retensi 11,2
hari.
8. Aerobik I
Kolam Keenam adalah kolam aerobik I yang berfungsi agar air kontak
secara langsung dengan udara dan dapat mengikat oksigen. Kolam
disemprot dengan air pada setiap sisi-sisinya, sebagian kecil air dari kolam
aerob I ditampung dikolam recycling. Air hasil kolam aerob I dapat
langsung dialirkan keluar setelah melewati pintu debit air. Kolam aerob I
memiliki kapasitas 3150 m3 ( 30mx70mx1,5m) dan masa retensi 4,2 hari
serta pengurasan kolam dilakukan 1 tahun sekali.
Kolam Aerob I akan mengalir ke kolam recycling dan kolam Aerob II .Air
di dalam kolam recycling adalah air bersih yang siap dipompakan dan
digunakan kembali untuk proses pengolahan karet remah (SIR) dan untuk
menyemprotkan air (pengikat oksigen) ke kolam Aerob I. Kapasitas kolam
recycling adalah 100 m3 (5mx10mx2m) dengan retensi air selama 0,13 hari.
9. Aerobik II
Pada kolam terakhir adalah kolam aerobik II. Kolam ini digunakan sebagai
kolam yang menentukan bahwa limbah cair tersebut sudah tidak berbahaya.
Kolam ini terdapat beberapa ekor ikan mas yang digunakan sebagai
indikator dari limbah cair tersebut. Kolam aerob II memiliki kapasitas 7.500
m3 (50mx100mx1,5m) dengan masa tinggal 10 hari, air hasil kolam aerob II
dapat langsung dialirkan ke sungai setelah melewati pintu debit air. Air
limbah yang sudah tidak berbahaya dapat langsung dialirkan ke saluran
irigasi penduduk sekitar pabrik.
BAB IV
PERHITUNGAN IPAL