Laporan Tetap Solidifikasi Polsri

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN TETAP

TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH “Solidifikasi”

Disusun oleh:

Kelompok 1

Nama Kelompok :

1. Amalia Rahma (061540421594)


2. Cindy Pakpahan (061540421595)
3. Darnia Anita (061540421596)
4. Dwi Septiani (061540421598)
5. Herlisya Diana (061540421602)
6. Jerra Novia Anggela (061540421603)
7. Juwita Arrahma Wijayanti (061540421604)
8. Marlisa (061540421605)
9. Novian Arradex Cumbara (061540421607)

Kelas : 5 KIA

Dosen Pengajar : Ir. Aisyah Suci Ningsih, M.T.

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA


Tahun 2017/2018
SOLIDIFIKASI
I. Tujuan
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa dapat melakukan proses
solidifikasi limbah berbahaya agar kontaminan terlarut dapat larut atau
terekstrak kembali ke air dan tidak menyebar ke lingkungan.

II. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan
 Pengaduk : 1 buah
 Spatula : 1 buah
 Wadah polyetilen : 3 buah
 Gelas piala 100 mL, 1000 mL, 2000 Ml : 1 buah
 Gelas ukur 100 mL, 500 mL : 1 buah
 pH meter : 1 buah
 Alat uji tekan : 1 buah
Bahan yang digunakan
 Semen
 H2SO4
 KMnO4
 Aquadest

III. Dasar Teori


Limbah adalah bahan yang tidak diinginkan atau sisa dari suatu
proses, atau dibuang dari pemukiman penduduk atu komunitas hewan.
Secara umum limbah dibagi menjadi dua yaitu:
1. Limbah ekonomis yaitu limbah yang dapat dijadikan produk sekunder
untuk produk lain dan dapat mengurangi pembelian bahan baku.
2. Limbah non ekonomis yaitu limbah yang dapat merugikan dan
membahayakan serta menimbulkan pencemarn lingkungan.

Berdasrkan bentuknya limbah dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu:

1. Limbah cair
2. Limbah gas
3. Limbah padat
4. Limbah B3
Limbah B3

Limbah B3 berdasrkan BAPEDAL (1995) adalah setiap bahan sisa


(limbah ) suatu kegiatan berdasarkan proses produksi yang mengandung
bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat (toxicity, flammability,
reactivity dan corrosivity). Serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik
secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan
lingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia.

Berdasarkan sumbernya limbah B3 dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Primary sludge yaitu limbah yang berasal dari tangki sedimentasi pada
pemisahan awal dan banyak mengandung biomassa senyawa organic
stabil dan mudah menguap.
2. Chemical sludge yaitu limbah yang dihasilkan dari proses koagulasi dan
flokulasi.
3. Excess activated sluge yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan
dengan lumpur aktif sehingga banyak mengandung padatan organic
berupa lumpur dari hasil proses tersebut.
4. Digested sludge yaitu limbah yang berasal dari pengolahan biologi
dengan digested aerobic maupun anaerobic dimana padatn atau lumpur
yag dihasilkan cukup stabil dan banyak mengandung padatan organic.

Identifikasi limbah B3 berdasarkan kedalam dua kategori yaitu:

1. Berdasarkan sumber
2. Berdasarkan karakteristik

Penggolongan limbah B3 berdasarkan sumbernya, yaitu:

 Limbah B3 dari sumber spesifik


 Limbah B3 dari sumber tidak spesifik
 Limbah B3 dari sumber bahan kimia kadarluarsa, tumpahan, bekas
kemasan, dan bunangan produk yang tidak memenuhi spesifik

Penggolongan limbah B3 berdasarkan karakteristik ditentukan dengan:

 Mudah meledak
 Pengoksidasi
 Sangat mudah sekali menyala
 Sangat mudah menyala
 Mudah menyala
 Amat sangat beracun
 Beracun
 Berbahaya
 Korosif
 Bersifat iritasi
 Berbahay bagi lingkungan
 Karsiogenik
 Tetratogenik
 mutagenik

karaketristik limbah b3 berdasarkan pertambahan lebih banyak dari PP No.


18 tahun 1999 yang hanya mencantumkan enam criteria, yaitu:

1. mudah meledak
2. mudah terbakar
3. bersifat reaktif
4. beracun
5. menyebabkan infeksi
6. bersifat korosif

Karakteristik limbah B3 berdasarkan pada beberapa parameter, yaitu:

1. Total solid residu (TSR)


2. Kandungan fixed residu (FR)
3. Kandungan volume residu (VR)
4. Kadar air
5. Volume padatan

Contoh limbah B3 ialah logam berat seperti Al, Cr, Cd, Cu, Fe, Pb, Mn, Mg
dan Zn serta zat kimia seperti pestisida, sianida, sulfide, fenol dan
sebagainya.

Pengolahan limbah B3

Jenis perlakuan terhadap limbah B3 tergantung dari karakteristik dan


kandungan limbah. Perlakuan limbah B3 untuk pengolahan dapat dilakukan
dengan proses sebagai berikut:

1. Proses secara kimia, meliputi: redoks, elektrolisa, netralisasi,


pengendapan, stabilisasi, adsorpsi, penukaran ion dan pirolisa.
2. Proses secara fisika, meliputi: pembersihan gas, pemisahan cairan dan
penyisihan komponen-komponen spesifik dengan metode kristalisasi.
3. Proses stabilisasi/solidifikasi yang bertujuan untuk mengurangi potensi
racun dan kandungan limbah B3 dengan cara membatasi daya larut,
penyebaran, dan daya racun sebelum limbah dibuang ke tempat
penimbunan akhir.
4. Proses insenerasi dengan cara melakukan pembakaran materi limbah
menggunakan alat khusus insenerator dengan efisiensi pembakaran
harus mencapai 99,99% atau lebih. Artinya: jika suatu materi limbah B3
ingin dibakar (insinerasi) dengan berat 100 kg maka abu sisa
pembakaran tidak boleh melebihi 0,01 gram atau 10 gram.

Teradapat 3 metode pengolahan limbah B3, yaitu:

1. Chemical Conditioning
Tujuannya:
 Menstabilakan senyawa-senyawa organic yang terkandung di dalam
lumpur
 Mereduksi volume dengan mengurangi kandungan air dalam lumpur
 Mendestruksi organism pathogen
 Memanfaatkan hasil samping proses chemical conditioning yang masih
memiliki nilai ekonomi seperti gas methane yang dihasilkan pada proses
digestion
 Mengkondisikan agar lumpur yang dilepas ke lingkungan dalam keadaan
aman dan dapat diterima lingkungan

Tahapan-tahapan chemical conditioning

a. Concentration Thickening
Bertujuan untuk mengurangi volume lumpur yang akan diolah dengan
cara meningkatkan kandungan padatan
b. Threatment, Stabilization, dan Conditioning
Bertujuan untuk menstabilkan senyawa organic dan menghancurkan
pathogen. Proses stabilisasi dapat dilakukan melalui proses
pengkondisian secara kimia, fisika dan biologi. Pengkondisian ini
maksudnya berlangsung dengan adanya proses pembentukkan ikatan
bahan kimia dengan partikel koloid. Pengkondisian secara fisik
berlangsung dengan jalannya memisahkan bahan kiimia dan koloid
dengan cara pencucian dan destruksi. Pengkondisian biologi berlangsung
dengan adanya proses destruksi dengan bantuan enzim dan reaksi
oksidadi. Proses yang terkait yaitu: lagoning, anaerobic digestion, aerobic
digestion, heat treatment, chemical conditioning dan lain-lain.
c. De-watering and Drying
Bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi kandungan air dan
sekaligus mengurangi volume lumpur. Prose yang terlibat pada tahapan
ini umumnya ialah pengeringan dan filtrasi. Alat yang digunakan adalah
drying bad, filter press, centrifuge, vacuum filter dan belt press.
d. Disposal
Disposal adalah proses pembuangan akhir limbah B3. Proses yang
terlibat yaitu pyrolisis, wet air oxidation, dan composting.

2. Solidifikasi/stabilization

Solidifikasi didefinisikan yaitu proses pencampuran bahan


berbahaya dengan bahan tambahan (aditif) dengan tujuan untuk menurunkan
laju migrasi dan toksisitas bahan berbahaya tersebut ataupun proses
pemadatan suatu bahan berbahaya dengan penambahan aditif. Prinsip kerja
solidifikasi adalah pengubahan watak fisik dan kimiawi bahan berbahaya
(limbah B3) dengan cara penambahan senyawa pengikat sehingga
pergerakkan senyawa-senyaw B3 dapat dilihat/dihambat atau terbatasi dan
membentuk ikatan massa monolit dengan struktur yang kekar.

Proses stabilisasi/solidifikasi berdasarkan mekanismenya dapat dibagi


menjadi enam, yaitu:

1. Macroencapsulation yaitu proses dimana bahan berbahaya dalam


limbah dibungkus dalam matriks struktur yang besar.
2. Microencapsulation yaitu proses yang mirip Macroencapsulation tetapi
bahan pencemar terbungkus secara fisik dalam struktur Kristal pada
tingkat mikroskopik.
3. Precipitation
4. Adsorpsi yaitu proses dimana bahan pencemar diikat secara
elektrokimia pada bahan pemadat melalui mekanisme adsorpsi.
5. Absorpsi yaitu proses solidifikasi bahan pencemar dengan
menyerapkannya ke bahan pemadat.
6. Detoxification yaitu proses mengubah suatu senyawa beracun menjadi
senyawa lain yang tingkat toksisitasnya lebih rendah atau bahkan hilang
sama sekali.

Menurut Roger Spence dan Caijun shi (2006), tata cara kerja
stabilisasai/solidifikasi, yaitu:

 Limbah B3 sebelum distablisasi/solidifikasi harus dianalisa


karakteristiknya, guna menentukkan jenis stabilisasi/solidifikasi yang
diperlukan terhadap limbah B3 tersebut.
 Setelah dilakukan stabilisasi/solidifikasi, terhadap hasil olahan tersebut
selanjutnya dilakukan uji kuat tekan (compressive strength) dengan soil
penetrometer test. Hasil uji tekan harus mempunyai nilai tekan
minimum sebesar 10 ton/m2.
 Kemudian dilakukan uji TCIP untuk mengukur kadar/ konsentrasi
parameter dalam lindi. Hasil uji TCIP sebagaimana dimaksud, kadarnya
tidak boleh melewati nilai amabang batas sebagaimana ditetapkan.
 Hasil olahan yang telah memenuhi persyarata TCIP dan nilai uji kuat
bahan tekan, disamping bisa dibuang ke landfill juga dimanfaatkan
sebagai bahan konstruksi. Produk solidifikasi biasanya berupa blok
monolit, material berbasis lempung, granular, dan bentuk fisik lain yang
berupa padatan.

Teknologi solidifikasi/stabilisasi umumnya menggunakan semen,


kapur (Ca(OH)3) dan bahan thermoplastic. Metode yang diterapkan
dilapangan ialah metode in-drum mixing, in-situ mixing dan plant mixing.
Peraturan mengenai solidifikasi/stabilisasi diatur oleh BAPEDAL
berdasarkan kep.03/BAPEDAL/09/1945 dan kep.04/BAPEDAL/09/1995.

Fasilitas pengolahan harus menerapkan sistem operasi, meliputi:

1. Sistem keamanan fasilitas


2. Sistem pencegahan terhadap kebakaran
3. Sistem pencegahan terhadap kebanjiran
4. Sistem penaggulangan keadaan darurat
5. Sistem pengujian bahan
6. Pelatihan karyawan

Table keuntungsan dan kerugian solidifikasi menggunakan semen

Kerugian
Keuntungan

Material dan teknologinya Peningkatan volume dan densitas


mudah dijangkau yang tinggi
Sesuai dengan berbagai jenis Dapat mengalami keretakkan dan
limbah terekspor dengan air
Biaya sedikit
Produk sedimentasi bersifat
stabil terhadap bahan kimia dan
biokimia
Produk sedimentasi tidak
mudah terbakar dan memiliki
kestabilan tempertur yang baik

Kompoisi gitumen merupakan campuran hidrokarbon dengan berat


molekul tinggi. Dua komponen terdiri dari senyawa asphattene dan senyawa
methane. Beberapa jenis gitumen anatara lan straight run distillation
asphalts, oxidized asphalts, croked asphalts dan emulsified asphalts.

Table keuntungan dan kerugian solidifikasi menggunkan gitumen


Keuntungan kerugian
Material dan teknologinya Dapat terbakar
mudah dijangkau tidak larut
dalam air
tidak larut dalam air Proses memerlukan peningkatan
tempertaur
Beban kapasitas limbah yang Adanya endapan partikulat selam
tinggi pendinginan
Biaya sedikit
Kemampuan pencapuran
yang baik

3. Incineration
Teknologi pembakaran (inceneration) adalah alternative yang
menarik dalam teknologi pengolahan limbah. Proses pembakaran
(incineration) limbah B3 yaitu untuk penghancuran dengan panas yang
merupakan salah satu teknik pengolahan limbah B3. Incineration merupakan
alat yang digunakan untuk mengolah limbah B3 dengan proses pembakaran
dengan kondisi terkendali. Incinerator memiliki kelebihan yaitu dapat
menghancurkan berbagai senyawa organic dengan sempurna, tetapi
memiliki kelemahan yaitu operator harus terlatih.
Pengolahan limbah B3 harus memenuhi beberapa syarat yaitu lokasi
pengolahan. Lokasi pengolah limbah B3 dapat dilakukan dalam lokasi
penghasil limbah atau diluar lokasi pengahsil limbah

Syarat lokasi jika didalam area penghasil limbah, yaitu:

 Bebas dari banjir


 Jarak dengan fasilitas umum minimum 50 meter.

Syarat lokasi jika diluar area penghasil limbah , yaitu:

 Bebas dari banjir


 Jarak dengan jalan utama minimu 150 meter atau 50 meter untuk jalan
lainnya.
 Jarak dengan daerah beraktivias penduduk dan aktivitas umum
minimum 300 meter
 Jarak dengan wilayah perairan dan sumur penduduk minimu 300 meter.
 Jarak dengan wilayah terlindungi minimum 300 meter.
IV. Prosedur Kerja
TITRASI SAMPEL
 Membuat sampel (limbah arkfisial) yang mengandung feso4 40 ppm
dalam 250 Ml aquadest.
 Menimbang semen dan air dengan masing-masing perbandingan 1:1,
1:1.5, 1:2, 1:2.5, 1:3.
 Mencampurkan 50 Ml larutan feso4 ke dalam masing-masing gelas
plastik yang telah berisi semen dan mengaduk campuran hingga
homogen.
 Menyimpan gelas plastik yang berisi campuran tersebut selama 3 hari
sampai semua semen yang ada mengeras.
 Merendam semen yang telah mengeras dalam 50 Ml aquadest selama
beberapa hari di dalam gelas plastik baru.
 Memipet air rendeman semen sebnyak 10 Ml ke dalam erlenmeyer
 Membuat larutan KmnO4 0.1 N sebanyak 500 Ml dan larutan H2SO4 0.5
M dalam 250 Ml
.
STANDARISASI LARUTAN KMnO4
 Menimbang Na2C2O4 sebanyak 300 mg dan memasukkannya ke dalam
erlenmeyer.
 Memasukkan larutan H2SO4 0.5 M tersebut ke dalam erlenmeyer yang
berisi Na2C2O4.
 Mentitrasi blanko dengan larutan KmnO4 0.1 N sampai volume 35 Ml
dan dilanjutkan menitrasi setetes demi setetes hingga berubah warna.
 Mencatat volume titran.

MELAKUKAN PENENTUAN Fe DENGAN KMnO4


 Memipet sampel sebanyak 10 Ml ke dalam erlenmeyer dan
menambahkan 10 Ml H2SO4 0.5 M.
 Menitrasi sampel dengan KMnO4 sampai berubah warna.
 Mencatat volume titran.

V. Data Pengamatan
STANDARISASI LARUTAN KMnO4
NO. Gram Analit (Na2C204) Volume Titran(KMnO4)
1. 0.3 46.3 Ml
2. 0.3 46.0 Ml
Rata-rata 46.15 Ml
PENENTUAN KADAR BESI DENGAN KMnO4
Sampel Volume Analit Volume Titran Rata-
(Sampel) (Ml) rata(mL)
1:1 10 Ml 0.2 0.15
10 MI 0.1
1:1.5 10 Ml 0.15 0.125
10 MI 0.1
1:2 10 Ml 0.1 0.1
10 MI 0.1
1:2.5 10 Ml 0.1 0.1
10 MI 0.1
1:3 10 Ml 0.1 0.075
10 MI 0.05

VI. Perhitungan
 Pembuatan larutan
a. Larutan KMnO4 (0,1 M dalam 500 ml)
Gr = M x V x BM
158,03
= 0,1 mol/ liter x 0,5 liter x gram/mol
5
= 1,5803gram

b. Larutan H2SO4 0,5 M dalam 250 ml


𝜌 𝑥 % 𝑥 1000 1,84 𝑔𝑟/𝑚𝑙 𝑥 0,98 𝑥 1000
M1 = = = 18,38 M
𝐵𝑀 98,08 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙
Pengenceran
M1 x V1 = M2 x V2
𝑉₂ 𝑥 𝑀₂ 250 𝑚𝑙 𝑥 0,5 𝑀
V1 = = = 6,7934 ml
𝑀₁ 18,38 𝑀

FeSO4 .4 .H2O 40 ppm =40 mg/L


Jadi dalam 250 ml = 10 mg = 0.01 gr

c. Standarisasi KMnO4
Mek standar primer = Mek standar titrasi
Mek Na2C2O4 = Mek KMnO4
𝑔𝑟 𝑁𝑎2 𝐶2 𝑂4
= VxN
𝐵𝐸 𝑁𝑎2 𝐶2 𝑂4
0,3 𝑔𝑟
= 46,15 ml x NmnO4
67 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙
NKMnO4 = 9.4023 x 10-5 mol/ml
NKMnO4 = 0,0940 mol/L
d. Penentuan FeSO4 dengan KMnO4
Mek analit = Mek titiran
Mek Fe2+ = Mek KMnO4
𝑔𝑟 𝐹𝑒 2+
= V KMnO4 x N KMnO4
𝐵𝐸 𝐹𝑒 3+

 Sampel 1:1
Gr Fe = (V x N ) KMnO4 Be Fe
= 0,8148 mg
= 0,00082 gr
 Sampel 1:1,5
Gr Fe = (V x N ) KMnO4 Be Fe
= 0,125 ml x 0,09701 mek/ml x 56 mg/mek
= 0,679 mg
= 0,00068 gr
 Sampel 1:2
Gr Fe = (V x N ) KMnO4 Be Fe
= 0,1 ml x 0,097 mek/ml x 56 mg/mek
= 0,5432 mg
= 0,00054 gr
 Sampel 1:2,5
Gr Fe = (V x N ) KMnO4 Be Fe
= 0,1 ml x 0,097 mek/ml x 56 mg/mek
= 0,5432 mg
= 0,00054 g.
 Sampel 1:3
Gr Fe = (V x N ) KMnO4 Be Fe
= 0,075 ml x 0,097 mek/ml x 56 mg/mek
= 0,4074 mg
= 0,00041 gr

e. Persen Kemampuan Mengikat Besi


Kadar besi awal = 40 ppm
 Sampel 1:1
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑏𝑒𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑏𝑒𝑠𝑖 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
Kemampuan mengikat besi = x 100%
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑏𝑒𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙
0,8148 𝑚𝑔 1000 𝑚𝑙
40 𝑝𝑝𝑚−( 𝑥 )
50 𝑚𝑙 1𝐿
= x 100%
40 𝑝𝑝𝑚
= 59,26 %
 Sampel 1:1,5
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑏𝑒𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑏𝑒𝑠𝑖 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
Kemampuan mengikat besi = x 100%
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑏𝑒𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙
0,679 𝑚𝑔 1000 𝑚𝑙
40 𝑝𝑝𝑚−( 𝑥 )
50 𝑚𝑙 1𝐿
= x 100%
40 𝑝𝑝𝑚
= 66,04 %
 Sampel 1:2
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑏𝑒𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑏𝑒𝑠𝑖 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
Kemampuan mengikat besi = x 100%
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑏𝑒𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙
0,5432𝑚𝑔 1000 𝑚𝑙
40 𝑝𝑝𝑚−( 𝑥 )
50 𝑚𝑙 1𝐿
= x 100%
40 𝑝𝑝𝑚
= 72,84 %
 Sampel 1:2,5
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑏𝑒𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑏𝑒𝑠𝑖 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
Kemampuan mengikat besi = x 100%
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑏𝑒𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙
0,5432 𝑚𝑔 1000 𝑚𝑙
40 𝑝𝑝𝑚−( 𝑥 )
50 𝑚𝑙 1𝐿
= x 100%
40 𝑝𝑝𝑚
= 72,84 %
 Sampel 1:3
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑏𝑒𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑏𝑒𝑠𝑖 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
Kemampuan mengikat besi = x 100%
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑏𝑒𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙
0,7074 𝑚𝑔 1000 𝑚𝑙
40 𝑝𝑝𝑚−( 𝑥 )
50 𝑚𝑙 1𝐿
= x 100%
40 𝑝𝑝𝑚
= 79,63 %

VII. Tugas
1. Apa yang dimaksud dengan limbah B3 ?
Jawab : Menurut peraturan pemerintah no.18 tahun 1999, limbah B3
adalah sisa suatu industri/ usaha dan atau mengandung bahan berbahaya
dan atau beracun yang karena sifat dan konsentrasinya dan atau
jumblahnya, baik secara langsung maupun secara tidak langsung, dapat
mencemarkan dan atau merupakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta makhluk lainya.
2. Apa tujuan dari solidifikasi ?
Jawab :
a) Menurunkan mobilitas atau kelarutan kontaminan
b) Meningkatkan penangan dan karakteristik fisik dan cara
menciptakan suatu metrik padatan ynag tidak bebas air
c) Menrunkan luas maka limbah dengan cara mentransfer
kontaminan yang mungkin terdapat dalam limbah padat.
d) Menanggulangi limbah berbagai limbah berbahaya dengan
sedemikian rupa supaya tidak mencemari lingkungan sekitar.
3. Selain semen bahan apa saja yang digunakan untuk solidifikasi ?
Jawab :
a). Kaca
b). Termoplastik
c). Termosetting
d). Urea
e). Aspal
f). Bitumen
4. Apa saja keuntungan silidifikasi ?
Jawab :
a. Material dan teknologinya mudah terjangkau
b. Sesuai dengan berbagai jenis limbah
c. Biaya sedikit
d. Produk sementasi bersifat stabil terhadap bahan kimia dan biokimia.
5. Pada kondisi PH berapa solidifikasi dapat dilakukan dengan baik,
jelaskan ?
Jawab : pada kondisi PH 7 (netral) karena jika proses pemadatan yang
dilakukan oleh semen karena berada pada PH yang asam maka hasil
solidifikasi akan mengalami keretakkan sehingga dapat dikatakan
silidifikasi yang dikeluarkan gagal karena memungkinkan bagi limbah
cair keluar dari padatan tersebut.
6. Bagaimana kuat tekan dari hasil solidifikasi yang dilakukan ?
Jawab : Kami tidak melakukan uji kuat tekan pada percobaan solidifikasi
kali ini.

VIII. Analisa Percobaan


Pada percobaan yang telah kami lakukan, kami mengasumsikan
terdapat limbah B3 yaitu limbah logam Fe dengan suatu sampel. Sebagai
mana yang kita ketahui, penanganan limbah B3 yang kurang tepat akan
membahayakan kehidupan makhluk hidup dan lingkungan. Sebagi
contohnya yaitu terjungkitnya penyakit akut akibat keracunan dan
akumulasi limbah B3. Metode alternative yang lebih aman diperlukan untuk
menangani limbah B3 dengan mengubah karakteristik dan komposisi
limbah B3 menjadi tidak berbahaya, dan akan lebih baik apabila hasilnya
dapat dimanfaatkan. Proses ini dapat dilakukan dengan metode solidifikasi
menggunakan semen.
Logam Fe merupakan logam yang bersifat racun walaupuh kadarnya
tidak terlalu banyak. Metode solidifikasi menggunakan semen dapat
menstabilkan logam berbahaya menjadi tidak membahayakan lingkungan.
Secara sederhana, prinsip kerja dari proses solidifikasi itu adalah proses
pengubahan sifat fisik dan kimia limbah B3 dengan cara penambahan
senyawa pengikat sehingga pergerakkan senyawa-senyawa B3 dapat
dihambat atau terbatasi dengan membentuk ikatan massa monolit struktur
massif.
Tujuan dari penambahan semen (aditif) adalah untuk menurunkan
laju migrasi bahan pencemar dari limbah serta untuk mengurangi toksisitas
limbah tersebut. Proses yang terjadi disini adalah proses adsorpsi, dimana
bahan pencemar Fe diikat secara elektrokimia pada bahan pemadat (semen).
Setelah proses ini bahan pencemar akan terserap kebahan padatannya atau
yang sering kita kenal dengan proses absorpsi. Dengan bantuan semen,
proses detosifikasi dapat terjadi, yaitu pada saat pengeluaran toksisitas dari
limbah akan lebih rendah atau bahkan hilang sama sekali.
Bahan pengsolidifikasi biasanya digunakan semen, kapur, gitumen
dan silica. Semen banyak digunakan sebagai matrik solidifikasi karena
semen banyak digunakan dalam perdagangan maupun penelitian.
Berdasarkan data pengamatan, kadar Fe sebelum dilakukan solidifikasi
adalah lebih besar daripad kadar Fe setelah dilakukan solidifikasi adalah
lebih besar daripada kadar Fe setelah dilakukan solidifikasi. Ini
menunjukkan bahwa proses atau teknik solidifikasi memang merupakan
teknik yang tepat untuk mengolah limbah B3 khusunya logam. Karena
logam-logam berat yang dibuang atau bebas dilingkungan dapat mencemari
lingkungan bahkan dapat menimbulkan efek gangguan kesehatan pada
makhluk hidup.

IX. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Solidifikasi bertujuan untuk mencegah migrasi/ penyebaran bahan
berbahaya yang terdapat di lingkungan atau pada suatu limbah cair
dengan menguabahnya dalam bentuk padatan sehingga mudah ditangani.
Bahan yang digunakan untuk memadatkan limbah tersebut adalah semen.
2. Kadar Fe sebelum solidifikasi dan sesudah solidifikasi, yaitu;
 Sampel 1:3 = 0.075
 Sampel 1:1.5 = 0.125
Daftar Pustaka

Jobsheet.2017.Penuntun Praktikum Teknik Pengolah Limbah.Politeknik


Negeri Sriwijaya:Palembang
http://limbahb3-limbahb3.blogspot.com/
http://banksampahmelatibersih.blogspot.com/2013/02/sampah-b3-bahan-
berbahaya-dan-beracun.html
Gambar Alat

Gelas ukur Biuret

Spatula Pengaduk

Pipet tetes
Bola karet

Pipet ukur Kaca arloji


Gelas kimia
Gambar Sampel Sebulum dan Sesudah Proses Solidifikasi

Cmpuran semen,air dan FeSO4 . 7H2O Campuran Proses Solidifikasi yang Telah Beku

Hasil Solidifikasi Direndam dengan Air Titrasi Sampel dan Santandarisasi

Hasil Titrasi Setandarisasi Hasil Titrasi Sampel

Anda mungkin juga menyukai