Modul Praktikum Manajemen Keperawatan 2021

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 62

AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA

Jl. BATAS II NO. 54


KEL. BARU-PASAR REBO
JAKARTA TIMUR

MODUL PEMBELAJARAN
MANAJEMEN KEPERAWATAN

Penyusun
Tety Mulyati Arofi

AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA


TAHUN AKADEMIK 2021/2022

Modul Praktikum Manajemen Keperawatan Akper Yaspen Jakarta Page 0


AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA
Jl. BATAS II NO. 54
KEL. BARU-PASAR REBO
JAKARTA TIMUR

BAB I
RENCANA PEMBELAJARAN

A. Deskripsi Mata Kuliah


Mata kuliah ini membahas tentang konsep dan proses manajemen keperawatan ,
manajemen perencanaan asuhan keperawatan, konsep supervise, timbang terima pasien,
pendelegasian tugas , konsep manajemen konflik, konsep kolaborasi dan negosiasi , konsep
model praktik , konsep model praktik keperawatan professional, konsep mutu pelayanan
keperawatan , konsep teori penjaminan mutu askep, konsep teori praktek keperawatan
berbasis bukti (evidence.based practice), indikator penilaian mutu askep, kepuasan
pelanggan, membuat rencana kerja sebagai anggota tim , membuat laporan kerja.

B. Tujuan Mata kuliah


Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu melakukan praktik:
1. Menentukan klasifikasi tingkat ketergantungan
2. Menentukan studi kasus penentuan metode penugasan
3. Melakukan role play timbang terima
4. Melakukan role play pendelegasian
5. Melakukan role play supervisi
6. Menyeleseiakn studi kasus dengan manajemen konflik
7. Menyusun rencana kerja perawat
8. Menyusun laporan kerja perawat

C. Kompetensi Mata kuliah


Kompetensi mata kuliah manajemen keperawatan ini mengacu pada capaian
pembelajaran mata kuliah yaitu sebagai berikut:
1. Menguasai konsep teoritis penjamin mutu asuhan keperawatan , konsep teoritis praktek
keperawatan berbasis bukti (evidence based practice)
2. Mampu menunjukkan kinerja bermutu dan kuantitas yang terukur terhadap hasil kerja
sendiri, tenaga kerja pendukung ( support worker ) yang menjadi tanggung jawab
pengawasan di lingkup bidang kerjanya
3. Menunjukkan kinerja dengan mutu dan kuantitas yang terukur
4. Memecahkan masalah pekerjaan dengan sifat dan konteks yang sesuai dengan bidang
keahlian terapannya didasarkan pada pemikiran logis dan inovatif dilaksanakan dan
bertanggung jawab atas hasilnya secara mandiri
Modul Praktikum Manajemen Keperawatan Akper Yaspen Jakarta Page 1
AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA
Jl. BATAS II NO. 54
KEL. BARU-PASAR REBO
JAKARTA TIMUR

5. Menyusun laporan tentang hasil dan proses kerja dengan akurat dan sahih,
mengkomunikasikan secara efektif kepada pihak lain yang membutuhkannya
6. Melakukan supervisi dan evaluasi terhadap penyelesaian pekerjaan yang ditugaskan
kepada pekerja di bawah tanggung jawabnya
7. Mendokumentasikan, menyimpan, mengamankan dan menemukan kembali data untuk
menjamin kesahihan dan mencegah plagiasi
D. Strategi Perkuliahan
Strategi pembelajaran dalam praktikum manajemen keperawatan adalah sebagai
berikut:
1. Mahasiswa mengisi daftar hadir pada lembar daftar hadir mata kuliah, dan
daftar hadir laboratorium.
2. Dosen menjelaskan bahan praktikum di kelas sesuai dengan keterampilan yang
akan dipraktekkan
3. Mahasiswa dibagi menjadi kelompok yang setiap kelompoknya
4. Dosen mendemonstrasikan keterampilan yang akan dipraktekkan
5. Dosen membimbing setiap kelompok mahasiswa
6. Setiap mahasiswa wajib melakukan demonstrasi keterampilan tersebut
E. Referensi
1. Depkes RI (1998), National Strategic Plan of Action for Nursing and
Midwifery Workforce Development, POKJA Keperawatan dan Kebidanan,
Jakarta
2. Depkes RI (2009), Standar Pelayanan Minimal, Depkes RI, Jakarta
3. Depkes RI (2005), Pengembangan Manajemen Kinerja Klinik Perawat dan
Bidan, Direktorat Pelayanan Keperawatan Direktorat Jendral Pelayanan Medik
Depkes RI, Jakarta.
4. Depkes RI & FK-UGM (2008), Evaluasi Pengembangan Manajemen Kinerja
Klinik Perawat dan Bidan di 2 provinsi, Direktorat Pelayanan Keperawatan
Direktorat Jendral Pelayanan Medik Depkes RI, Jakarta.
5. Gillies (1994). Nursing management: A system approach. (third edition).
Philadelphia: WB. Saunders.
6. La Monica L. Elaine. (1998). Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan,
Pendekatan Berdasarkan Pengalaman. Alih Bahasa Nurachmah. Elly. EGC.
Jakarta

Modul Praktikum Manajemen Keperawatan Akper Yaspen Jakarta Page 2


AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA
Jl. BATAS II NO. 54
KEL. BARU-PASAR REBO
JAKARTA TIMUR

7. Marquis, B.L. & Huston, C., J. (1998). Management decision making for
nurses: 124 case studies. (3rd edition). Philadelphia: Lippincott
8. Marquis, B.L. & Huston, C., J. (2002). Leadership roles and management
function in nursing: Theory & application. (3rd ed.). Philadelphia: Lippincott
9. Swansburg, R.C. & Swansburg, R.J. (2000). Pengantar Kepemimpinan dan
Manajemen Keperawatan. Untuk Perawat Klinis. Alih Bahasa Samba.Suharyati.
EGC. Jakarta
F. Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan menggunakan format penilaian yang tersedia

Modul Praktikum Manajemen Keperawatan Akper Yaspen Jakarta Page 3


AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA
Jl. BATAS II NO. 54
KEL. BARU-PASAR REBO
JAKARTA TIMUR

BAB II
KLASIFIKASI TINGKAT KETERGANTUNGAN PASIEN

1. Definisi
Klasifikasi pasien adalah metode pengelompokkan pasien menurut jumlah dan
kompleksitas persyaratan perawatan mereka. Dalam banyak sistem klasifikasi,
pasien dikelompokkan sesuai dengan ketergantungan mereka pada pemberi
perawatan dan kemampuan yang diperlukan untuk memberikan perawatan.
2. Tujuan Sistem klasifikasi Pasien
Tujuan klasifikasi pasien adalah untuk mengkaji pasien dan pemberian nilai untuk
mengukur jumlah usaha yang diperlukan untuk memenuhi perawatan yang
dibutuhkan pasien (Gillies, 1994). Menurut Swanburg, tujuan klasifikasi pasien
adalah untuk menentukan jumlah dan jenis tenaga yang dibutuhkan dan
menentukan nilai produktivitas. Klasifikasi pasien sangat menentukan perkiraan
kebutuhan tenaga. Hal ini dilakukan untuk menetapkan jumlah tenaga
keperawatan sesuai dengan kategori yang dibutuhkan untuk asuhan keperawatan
klien di setiap unit.
3. Sistem klasifikasi Pasien
a. Klasifikasi Tingkat Ketergantungan Pasien (berdasarkan teori Orem)
1) Minimal Care (1-2 jam /hari)
a) Pasien bisa mandiri/ hampir tidak memerlukan bantuan
(1) naik- turun tempat tidur mandiri
(2) ambulasi dan berjalan sendiri
(3) makan dan minum sendiri
(4) mandi sendiri atau mandi sebagian dengan bantuan
(5) membersihkan mulut (sikat gigi sendiri)
(6) berpakaian dan berdandan dengan sedikit bantuan
b) Status psikologis stabil
c) Pasien dirawat untuk prosedur diagnostik
d) Operasi ringan
2) Partial Care (3-4 jam /hari)
a) Pasien memerlukan bantuan perawat sebagian:

Modul Praktikum Manajemen Keperawatan Akper Yaspen Jakarta Page 4


AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA
Jl. BATAS II NO. 54
KEL. BARU-PASAR REBO
JAKARTA TIMUR

(1) naik- turun tempat tidur butuh bantuan satu orang


(2) ambulasi dan berjalan butuh bantuan
(3) makan dan minum disuapi
(4) mandi butuh bantuan
(5) berpakaian dan berdandan dengan butuh bantuan
(6) BAB dan BAK butuh bantuan (tempat tidur/ kamar mandi)
b) Post operasi minor 24 jam
c) Melewati fase akut dari post operasi mayor
d) Fase awal dari penyembuhan
e) Observasi tanda- tanda vital setiap 4 jam
f) Gangguan emosional ringan

3) Total Care (5-7 jam /hari)


a) Pasien memerlukan bantuan perawat sepenuhnya dan memerlukan
waktu perawat yang lebih lama
(1) Membutuhkan 2 orang atau lebih untuk mobilisasi dari tempat
tidur ke kereta dorong atau kursi roda
(2) Membutuhkan latihan pasif
(3) Kebutuhan nutrisi dan cairan dipenuhi melalui terapi intravena
(infus) atau NG tube (sonde)
(4) Dimandikan dan kebersihan mulut
(5) Membutuhkan bantuan penuh untuk berpakaian dan berdandan
(6) Inkontinensia, terpasang kateter
b) 24 jam post operasi mayor
c) Pasien tidak sadar
d) Keadaan pasien tidak stabil
e) Observasi TTV setip kurang dari 4 jam
f) Perawatan luka bakar
g) Perawatan kolostomi
h) Menggunakan alat bantu nafas (ventilator)
i) Menggunakan WSD
j) Irigasi kandung secara terus menerus
k) Menggunakan alat traksi (skeletal traksi)
l) Fraktur dan atau pasca operasi tulang belakang/ leher
m) Gangguan emosional berat, bingung dan disorientasi

Modul Praktikum Manajemen Keperawatan Akper Yaspen Jakarta Page 5


AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA
Jl. BATAS II NO. 54
KEL. BARU-PASAR REBO
JAKARTA TIMUR

b. Kategori tingkat ketergantungan pasien menurut Swanburg (1999) terdiri dari:


1) Self-care
Klien memerlukan bantuan minimal dalam melakukan tindak keperawatan
dan pengobatan. Klien melakukan aktivitas perawatan diri sendiri secara
mandiri. Biasanya dibutuhkan waktu 1-2 jam dengan waktu rata-rata
efektif 1,5 jam/24 jam.
2) Minimal care
Klien memerlukan bantuan sebagian dalam tindak keperawatan dan
pengobatan tertentu, misalnya pemberian obat intravena, dan mengatur
posisi. Biasanya dibutuhkan waktu 3-4 jam dengan waktu rata-rata efektif
3,5 jam/24 jam.
3) Intermediate care
Klien biasanya membutuhkan waktu 5-6 jam dengan waktu rata-rata
efektif 5,5 jam/24 jam.
4) Mothfied intensive care
Klien biasanya membutuhkan waktu 7-8 jam dengan waktu rata-rata
efektif 7,5 jam/24 jam.
5) Intensive care
Klien biasanya membutuhkan 10-14 jam dengan waktu rata-rata efektif 12
jam/24 jam.
g) Kategori tingkat ketergantungan pasien menurut Donglas (1984), yang
mengklasifikasi derajat ketergantungan pasien yang paling sering digunakan di
rumah sakit dalam tiga kategori, yaitu perawatan miniaml, perawatan
intermediate, dan perawatan maksimal atau total.
1) Perawatan minimal
Perawatan ini memerlukan waktu 1-2 jam/24 jam. Kriteria klien pada
klasifikasi ini adalah klien masih dapat melakukan sendiri kebersihan diri,
mandi, dan ganti pakaian, termasuk minum. Meskipun demikian klien
perlu diawasi ketika melakukan ambulasi atau gerakan. Ciri-ciri lain pada
klien dengan klasifikasi ini adalah observasi tanda vital dilakukan setiap
shift, pengobatan minimal, status psikologis stabil, dan persiapan Ketua
Timrosedur memerlukan pengobatan.

Modul Praktikum Manajemen Keperawatan Akper Yaspen Jakarta Page 6


AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA
Jl. BATAS II NO. 54
KEL. BARU-PASAR REBO
JAKARTA TIMUR

2) Perawatan intermediate atau parsial


Perawatan ini memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam. Kriteria klien pada
klasifikasi ini adalah klien masih perlu bantuan dalam memenuhi
kebersihan diri, makan dan minum. Ambulasi serta perlunya observasi
tanda vital setiap 4 jam. Disamping itu klien dalam klasifikasi ini
memerlukan pengobatan lebih dan sekali. Kateter Foley atau asupan
haluarannya dicatat. Dan klien dengan pemasangan infus serta persiapan
pengobatan memerlukan prosedur.
3) Perawatan maksimal atau total
Perawat ini memerlukan waktu 5-6jam/24 jam. Kriteria klien pada
klasifikasi ini adalah klien harus dibantu tentang segala sesuatunya. Posisi
yang diatur, observasi tanda vital setiap 2 jam, makan memerlukan selang
NGT (Naso Gastrik Tube), menggunakan terapi intravena, pemakaian alat
penghisap (suction), dan kadang klien dalam kondisi gelisah/disorientasi.

h) Kategori tingkat ketergantungan pasien menurut Johnson (1984) yang dikutip


oleh Gillies,1989 bahwa klasifikasi pasien dibagi menjadi lima:
1) Tingkat ketergantungan I ( self care ), dengan kondisi pasien:
a) Rata-rata waktu perawatan 1-2 jam /hari
b) Makan sendiri atau dengan bantuan minimal,
c) kebersihan diri hampir seluruhnya dilakukan sendiri,
d) eliminasi dilakukan di kamar mandi tanpa bantuan ,
e) tidak mengalami inkontinentia.

2) Tingkat ketergantungan II (minimal care), dengan kondisi pasien sbb:


a) Rata-rata waktu perawatan 3-4 jam /hari
b) Makan perlu bantuan dalam menyiapkan,
c) mengatur posisi dapat makan sendiri,
d) kebersihan diri dapat melakukan sendiri atau dengan bantuan minimal,
e) eliminasi perlu bantuan,
f) dapat mobilisasi sendiri atau dengan bantuan minimal,
g) tidak mengalami inkontinentia.

Modul Praktikum Manajemen Keperawatan Akper Yaspen Jakarta Page 7


AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA
Jl. BATAS II NO. 54
KEL. BARU-PASAR REBO
JAKARTA TIMUR

3) Tingkat ketergantungan III (moderate care), dengan kondisi pasien sbb:


a) Rata-rata waktu perawatan 5-6 jam /hari
b) Pasien tidak dapat mengunyah dan menelan,
c) tidak mampu melaksanakan kebersihan diri sendiri,
d) eliminasi perlu bantuan bedpan,
e) kurang mampu mobilisasi sendiri.
f) Inkontinentia .2 kali setiap shift perlu bantuan untuk kenyamanan.

4) Tingkat ketergantungan IV (extensif care), dengan kondisi pasien sbb:


a) Rata-rata waktu perawatan 7-8 jam /hari
b) Pasien tidak dapat makan sendiri,
c) kesulitan untuk mengunyah dan menelan,
d) kemungkinan dipasang slang.
e) Kebersihan diri perlu bantuan secara total,
f) eliminasi mengalami inkontinentia 2 kali tiap shift,
g) tidak mampu mengatur posisi sendiri perlu bantuan 2 orang untuk
mengatur posisi.

5) Tingkat ketergantungan V (intensif care), dengan kondisi pasien sbb:


a) Rata-rata waktu perawatan 10-14 jam /hari
b) Diperlukan satu orang perawat untuk satu pasien dalam melakukan
observasi atau monitoring secara terus meneruis tiap shift.

4. Latihan klasifikasi tingkat ketergantungan pasien


a. Setiap mahasiswa membuat masing-masing satu kasus dengan
mendeskripsikan setiap tingkat ketergantungan pasien yaoti mminimal care,
parsioa care dan toatal care masing-masing satu kasus
b. Diskusikan dalam kelompok kasus tersebut dengan setiap mahasiswa
menentukan klasifikasi tingkat ketergantungan sesuai kasus
c. Tentukan tingkat ketergantungan pasien sesuai kasus di bawah ini

Modul Praktikum Manajemen Keperawatan Akper Yaspen Jakarta Page 8


AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA
Jl. BATAS II NO. 54
KEL. BARU-PASAR REBO
JAKARTA TIMUR

1) Seorang laki-laki berumur 35 tahun dirawat di ruang bedah dengan


diagnosa medis post operasi aKetua Timendiks hari pertama. Hasil
pengkajian diperoleh data klien belum mampu berjalan ke kamar mandi
sendiri, BAB dan BAK di tempat tidur. Pasien perlu observasi tanda-tanda
vital setiap 4 jam
2) Seorang perempuan berumur 74 tahun di rawat di ruang penyakit dalam
dengan diagnosa medis Diabetes melitus. Pasien mengatakan pusing dan
lemas, terdapat luka gangren di kaki kanan dari ujung kaki hingga lutut.
Pasien ke kamar mandi dengan dibantuan anaknya.
3) Seorang perempuan berumur 29 tahun dirawat di RS karena post secsio
caesar . pasien mengeluh masih terasa sakit di bagian luka operasi, lemes
dan jarang melakukan aktivitas.
4) Seorang laki-laki berumur 35 tahun di rawat di ruang bedah dengan
diagnosa medis stroke hemoragik. Hasil pengkajian diperoleh data
menurut keluargaklien jatuh di kamar mandi, saat ini klien mengatakan
ekstemitas kanan terasa kaku dan lemas, TD 150/100 mmHg, gula darah
235 gr/dL.
5) Seorang laki-laki berumur 55 tahun dengan diagnosamedis kolik
abdomen. Klien dirawat sejak 2 hari lalu. Saat ini klien mengeluh kram di
daerah perut bawah, tidak BAB sudah 3 hari, nafsu makan kurang
6) Seorang perempuan berumur 2 tahun dirawat di ruang bedah dengan
diagnosa medis post operasi Hernia pada hari kedua. Hasil pengkajian
diperoleh data klien mengeluh nyeri pada luka operasi dan terpasang
kateter
7) Seorang perempuan berumur 25 tahun di rawat di ruang penyakit dalam
dengan diagnosa medis Thypoid. Hasil pengakjian diperoleh data klien
mengeluh sakit kepala, sakit perut, neri otor, nafsu makan kurang. Klien
dapat makan dan minum sendiri, klien dapat turun dna naik ke tempat
tidur tanpa bantuan.
8) Seorang laki-laki berumur 62 tahun dirawat di ruang neurologi dengan
medis stroke. Hasil pengkajian diperoleh data klien memiliki riwayat
penyakit jantung, klien mengeluh bagian tubuh sebelah kanan mengalami

Modul Praktikum Manajemen Keperawatan Akper Yaspen Jakarta Page 9


AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA
Jl. BATAS II NO. 54
KEL. BARU-PASAR REBO
JAKARTA TIMUR

mati rasa dan tidak bisa digerakkan. Saat makan dan minum dibantu oleh
keluarga, mandi di tempat tidur oleh perawat begitu pula dengan BAK-
BAB dibantu perawat.
9) Seorang perempuan berumur 19 tahun dirawat di ruang penyakit dalam
dengan diagnosa medis thypoid. Hasil pengakjian diperoleh data klien
merasa sudah tidak ada keluhan, klien mampu ke kamar mandi sendiri,
BAK-BAB ke kamar mandi sendiri tanpa bantuan perawt ataupun
keluarga
10) Seorang perempuan berumur 27 tahun dengan diagnosa medispost operasi
secsio caesar di rawat di ruang wanita. Pasien dioperasi jam 05.00 dan
selesai operasi pada jam 09.00 pagi. Pasien kembali ke ruangan dengan
kondisi masih lemah, belum mampu bergerak, pasien masih memerlukan
bantuan perawat dan keluarga dalam memenuhi kebutuhannya.

Modul Praktikum Manajemen Keperawatan Akper Yaspen Jakarta Page 10


AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA
Jl. BATAS II NO. 54
KEL. BARU-PASAR REBO
JAKARTA TIMUR

BAB III
METODE PENUGASAN ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengorganisasian Kegiatan Keperawatan di Ruang Rawat


Setiap organisasi memiliki serangkaian tugas atau kegiatan yang harus
diselesaikan untuk mencapai tujuan. Kegiatan perlu dikumpulkan sesuai dengan
spesifikasi tertentu. Pengorganisasian kegiatan dilakukan untuk memudahkan
pembagian tugas pada perawat sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan
dimiliki peserta sesuai dengan kebutuhan klien pengorganisasian tugas perawat
ini disebut metode penugasan.

Setiap kegiatan keperawatan diarahkan kepada pencapaian tujuan dan merupakan


tugas menejer keperawatan untuk selalu mengkoordinasi, mengarahkan dan
mengendalikan proses pencapaian tujuan melalui interaksi, komunikasi, integrasi
pekerjaan diantara staf keperawatan yang terlibat. Dalam upaya mencapai tujuan
tersebut meneger keperawatan dalam hal ini kepala ruangan bertanggung jawab
mengorganisir tenaga keperawatan yang ada dan kegiatan pelayanan keperawatan
yang akan dilakukan sesuai dengan kebutuhan klien, sehingga kepala ruangan
perlu mengkatagorikan klien yang ada di unit kerjanya.

Menurut Kron (1987) kategori klien didasarkan atas : tingkat pelayanan


keperawatan yang dibutuhkan klien, misalnya keperawatan mandiri, minimal,
sebagian, total atau intensif. Usia misalnya anak, dewasa, usia lanjut.
Diagnosa/masalah kesehatan yang dialami klien misalnya perawatan
bedah/ortopedi, kulit. Terapi yang dilakukan, misalnya rehabilitas, kemoterapi.
Di beberapa rumah sakit ini pengelompokkan klien didasarkan atas kombinasi
kategori diatas. Selanjutnya kepala ruangan bertanggung jawab menetapkan
metode penyusunan keperawatan apa yang tepat digunakan di unit kerjanya untuk
mencapai tujuan sesuai dengan jumlah katagori tenaga yang ada di ruangan serta
jumlah klien yang menjadi tanggung jawabnya.

Modul Praktikum Manajemen Keperawatan Akper Yaspen Jakarta Page 11


AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA
Jl. BATAS II NO. 54
KEL. BARU-PASAR REBO
JAKARTA TIMUR

2. Kepala Ruangan Sebagai Manager Keperawatan


Kepala ruangan dalam sebuah ruangan keperawatan harus mengkoordinasikan
kegiatan unit yang menjadi tanggung jawabnya dan melakukan evaluasi
penampilan kerja staf dalam upaya mempertahankan kualitas pelayanan
pemberian asuhan keperawatan. Berbagai metode pemberian asuhan keperawatan
dapat dipilih dan disesuaikan dengan kondisi dan jumlah pasien, kategori
pendidikan dan pengalaman staf di unit yang bersangkutan (Arwani, 2005).
Kepala ruangan menentukan bagaimana jalan terbaik dalam merencanakan
kegiatan kerja sehingga sasaran organisasi dicapai secara efektif dan efisien
Marquis, B.L. & Huston, C., J. (2000). Dalam hal ini termasuk penggunaan
sumber daya secara bijak dan koordinasi pekerjaan dengan bagian lainnya.

Pemilihan model pengiorganisasian yang tepat dalam pemberian pelayanan


kesehatan pada tiap unit kerja atau organisasi bergantung kepada keterampilan
dan keahlian staf, keberadaan perawat professional yang teregister, sumber daya
ekonomi organisasi, karakteristik pasien, dan kompleksitas tugas-tugas yang
harus diselesaikan. Menurut Gillies (1994) peran kepala ruangan harus lebih peka
terhadap anggaran rumah sakit dan kualitas pelayanan keperawatan, bertanggung
jawab terhadap hasil dari pelayanan keperawatan yang berkualitas, dan
menghindari terjadinya kebosanan perawat serta menghindari kemungkinan
terjadinya saling melempar kesalahan. Adapun fungsi kepala ruangan sebagai
berikut (Marquis dan Houston, 2000):

a. Perencanaan: dimulai dengan penerapan filosofi, tujuan, sasaran,


kebijaksanaan, dan peraturan-peraturan : membuat perencanaan jangka pendek
dan jangka panjang untuk mencapai visi, misi, dan tujuan, organisasi,
menetapkan biaya-biaya untuk setiap kegiatan serta merencanakan dan
pengelola rencana perubahan.
b. Pengorganisasian: meliputi pembentukan struktur untuk melaksanakan
perencanaan, menetapkan metode pemberian asuhan keperawatan kepada
pasien yang paling tepat, mengelompokkan kegiatan untuk mencapai tujuan

Modul Praktikum Manajemen Keperawatan Akper Yaspen Jakarta Page 12


AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA
Jl. BATAS II NO. 54
KEL. BARU-PASAR REBO
JAKARTA TIMUR

unit serta melakukan peran dan fungsi dalam organisasi dan menggunakan
power serta wewengan dengan tepat.
c. Ketenagaan: pengaturan ketegagaan dimulai dari rekruetmen, interview,
mencari, dan orientasi dari staf baru, penjadwalan, pengembangan staf, dan
sosialisasi staf.
d. Pengarahan: mencangkup tanggung jawab dalam mengelola sumber daya
manusia seperti motivasi untuk semangat, manajemen konflik, pendelegasian,
komunikasi, dan memfasilitasi kolaborasi.
e. Pengawasan meliputi penampilan kerja, pengawasan umum, pengawasan etika
aspek legal, dan pengawasan professional. Seorang manajer dalam
mengerjakan kelima fungsinya tersebut sehari-sehari akan bergerak dalam
berbagai bidang penjualan, pembelian, produksi, keuangan, personalia dan
lain-lain.

Sedangkan menurut Depkes RI (1994) uraian tugas kepala ruangan adalah:


a. Melaksanakan fungsi perencanaan, meliputi:
1) Merencanakan jumlah dan kategori tenaga perawatan serta tenaga lain
sesuai kebutuhan.
2) Merencanakan jumlah jenis peralatan perawatan yang diperlukan.
3) Merencanakan dan menentukan jenis kegiatan/ asuhan keperawatan yang
akan diselenggarakan sesuai kebutuhan pasien.
b. Melaksanakan fungsi pergerakan dan pelaksanaan, meliputi:
1) Mengatur dan mengkoordinasi seluruh kegiatan pelayanan di ruang rawat.
2) Menyusun dan mengatur daftar dinas tenaga perawatan dan tenaga lain
sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan / peraturan yang berlaku (bulanan,
mingguan, harian).
3) Melaksanakan program orientasi kepada tenaga keperawatan satu atau
tenaga lain yang bekerja di ruang rawat.
4) Memberi pengarahan dan motivasi kepada tenaga perawatan untuk
melaksanakan asuhan perawatan sesuai standart.
5) Mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang ada dengan cara bekerja sama
dengan sebagai pihak yang terlibat dalam pelayanan ruang rawat.

Modul Praktikum Manajemen Keperawatan Akper Yaspen Jakarta Page 13


AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA
Jl. BATAS II NO. 54
KEL. BARU-PASAR REBO
JAKARTA TIMUR

6) Mengenal jenis dan kegunaan barang peralatan serta mengusahakan


pengadaannya sesuai kebutuhan pasien agar tercapainya pelayanan
optimal.
7) Menyusun permintaan rutin meliputi kebutuhan alat, obat, dan bahan lain
yang diperlukan di ruang rawat.
8) Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan peralatan agar selalu
dalam keadaan siap pakai.
9) Mempertanggungjawabkan pelaksanaan inventaris peralatan.
10) Melaksanakan program orientasi kepada pasien dan keluarganya meliputi
tentang peraturan rumah sakit, tata tertib ruangan, fasilitas yang ada dan
cara penggunaannya.
11) Mendampingi dokter selama kunjungan keliling untuk memeriksa pasien
dan mencatat program.
12) Mengelompokkan pasien dan mengatur penempatannya di ruang rawat
untuk tingkat kegawatan, injeksi dan non injeksi, untuk memudah
pemberian asuhan keperawatan.
13) Mengadakan pendekatan kepada setiap pasien yang dirawat untuk
mengetahui keadaan dan menampung keluhan serta membantu
memecahkan masalah berlangsung.
14) Menjaga perasaan pasien agar merasa aman dan terlindungi selama
pelaksanaan pelayanan berlangsung.
15) Memberikan penyuluhan kesehatan terhadap pasien / keluarga dalam
batas wewenangnya.
16) Menjaga perasaan petugas agar merasa aman dan terlindungi serlama
pelaksanaan pelayanan berlangsung.
17) Memelihara dan mengembangkan sistem pencatatan data pelayanan
asuhan keperawatan dan kegiatan lain yang dilakuakan secara tepat dan
benar.
18) Mengadakan kerja sama yang baik dengan kepala ruang rawat inap lain,
seluruh kepala seksi, kepala bidang, kepala instansi, dan kepala UPF di
Rumah Sakit.

Modul Praktikum Manajemen Keperawatan Akper Yaspen Jakarta Page 14


AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA
Jl. BATAS II NO. 54
KEL. BARU-PASAR REBO
JAKARTA TIMUR

19) Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik antara petugas,
pasien dan keluarganya, sehingga memberi ketenangan.
20) Memberi motivasi tenaga nonkeperawatan dalam memelihara kebersihan
ruangan dan lingkungan.
21) Meneliti pengisian formulir sensus harian pasien ruangan.
22) Memeriksa dan meneliti pengisi daftar pemintaan makanan berdasarkan
macam dan jenis makanan pasien kemudian memeriksa / meneliti ulang
saat pengkajiannya.
23) Memelihara buku register dan bekas catatan medis.
24) Membuat laporan harian mengenai pelaksanaan kegiatan asuhan
keperawatan serta kegiatan lain di ruangan rawat.

c. Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan penelitian, meliputi:


1) Mengawasi dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah
ditentukan, melaksanakan penilaian terhadap uapaya peningkatan
pengetahuan dan keterampilan di bidang perawatan.
2) Melaksanakan penilaian dan mencantumkan kedalam Daftar Penilaian
Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai (D.P.3) bagi pelaksana keperawatan dan
tenaga lain di ruang yang berada di bawah tanggung jawabnya untuk
berbagai kepentingan (naik pangkat / golongan, melanjutkan sekolah)
mengawasi dan mengendalikan pendayagunaan peralatan perawatan serta
obat-obatan secara efektif dan efisien.
3) Mengawasi pelaksanaan system pencatatan dan pelaporan kegiatan asuhan
keperawatan serta mencatat kegiatan lain di ruang rawat.
3. Metode Penugasan Keperawatan
Berbagai metode penugasan keperawatan yang dapat digunakan dengan beberapa
keuntungan dan kerugian. Metode tersebut antara lain:
a. Metode Fungsional
Metode fungsional merupakan pengorganisasian tugas pelayanan keperawatan
yang didasarkan kepada pembagian tugas menurut jenis pekerjaan yang
dilakukan. Contoh : Perawat A tugasnya menyuntik, perawat B tugasnya
mengukur suhu badan klien. Seorang perawat dapat melakukan dua jenis tugas

Modul Praktikum Manajemen Keperawatan Akper Yaspen Jakarta Page 15


AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA
Jl. BATAS II NO. 54
KEL. BARU-PASAR REBO
JAKARTA TIMUR

atau lebih untuk semua klien yang ada di unit tersebut. Kepala ruangan (head
nurse) bertanggung jawab dalam pembagian tugas tersebut dan menerima
laporan tentang semua klien serta menjawab semua pertanyaan tentang klien.
Orientasi pada jenis tugas tertentu. Pendekatan ini efisien, dalam arti:
1) Semua jenis pekerjaan akan terkelola dan terkontrol
2) Waktu pengerjaan lebih singkat
3) Seseorang dengan jenis tugas tertentu untuk jangka waktu lama akan
menjadi sangat trampil terhadap tugas tersebut
4) Dibutuhkan : uraian kerja, protap jelas, kontrol terstruktur

Model ini cocok untuk keadaan darurat, tetapi kurang untuk meningkatkan
mutu askep (Gillies,1989; Tomey,1992). Metode pemberian asuhan
keperawatan fungsional pertama kalinya berkembang pada saat perang dunia
ke II. Kebanyakan institusi menganggap keperawatan fungsional memiliki
nilai ekonomis dalam pemberian pelayanan kesehatan. Hal tersebut benar jika
kualitas pelayanan dan pelayanan yang holistik bukan sesuatu hal yang
penting.
Keuntungan:
1) Perawat terampil untuk tugas/pekerjaan tertentu.
2) Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai tugas.
3) Kekurangan tenaga yang ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang
berpengalaman untuk satu tugas yang sederhana.
4) Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta didik
yang praktek untuk ketrampilan tertentu.
Kerugian:
1) Pelayanan keperawatan terpilah-pilah atau total sehingga proses
keperawatan sulit dilakukan.
2) Apabila pekerjaan selesai cenderung meninggalkan klien dan melakukan
tugasnon keperawatan.
3) Kepuasan kerja keseluruhan sulit dicapai dan sulit diidentifikasi
kontribusinya terhadap pelayanan.
4) Perawat hanya melihat asuhan keperawatan sebagai keterampilan saja.

Modul Praktikum Manajemen Keperawatan Akper Yaspen Jakarta Page 16


AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA
Jl. BATAS II NO. 54
KEL. BARU-PASAR REBO
JAKARTA TIMUR

Hal-hal yang harus dipertimbangkan:


1) Pendekatan fungsional lebih menekankan teknik prosedural, tidak
memperhatikan keberadaan klien secara utuh dan unik
2) Pelayanan terfragmentasi, kesinambungan asuhan tidak terjamin
3) Ada kemungkinan, jenis tugas tertentu tidak teridentifikasi sehingga luput
dari perhatian staf
4) Semua anggota tim harus paham terhadap permasalahan klien intervensi
dan dampaknya karenanya dibutuhkan case conference secara periodik dan
berkesinambungan

b. Metode tim keperawatan


Metode tim keperawatan yaitu pengorganisasian pelayanan keperawatan oleh
sekelompok klien dan sekelompok klien. Kelompok ini dipimpin oleh perawat
profesional yang berpengalaman serta memiliki pengetahuan dalam bidangnya
(registered nurse). Pembagian tugas di dalam kelompok dilakukan oleh
pimpinan kelompok/ketua tim. Selain itu ketua tim bertanggung jawab dalam
mengarahkan anggota grup/tim. Sebelum tugas dan menerima laporan
kemajuan pelayanan keperawatan klien serta membantu anggota tim dalam
menyelesaikan tugas apabila menjalani kesulitan. Selanjutnya ketua tim yang
melaporkan pada kepala ruangan tentang kemajuan pelayanan/asuhan
keperawatan terhadap klien.

Tim keperawatan dikembangkan pada tahun 1950-an dalam upaya mengurangi


masalah yang berhubungan dengan fungsi pengorganisasian pelayanan pasien.
Banyak yang percaya meskipun terus-menerus kekurangan staf perawat
professional, system pelayanan pasien harus dikembangkan untuk mengurangi
pelayanan yang terpilah-pilah dari metode keperawatan fungsional.
Dalam keperawatan tim, tenaga pendukung berkolaborasi dalam memberikan
pelayanan terhadap sekelompok pasien di bawah arahan seorang perawat
professional. Seorang ketua tim bertanggung jawab mengetahui kondisi dan
kebutuhan seluruh pasien yang dirawat oleh tim. Kewajiban ketua tim

Modul Praktikum Manajemen Keperawatan Akper Yaspen Jakarta Page 17


AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA
Jl. BATAS II NO. 54
KEL. BARU-PASAR REBO
JAKARTA TIMUR

bergantung kepada kebutuhan pasien dan beban kerja, termasuk membantu


anggota tim, memberikan pelayanan langsung kepada pasien, mendidik pasien
dan melakukan koordinasi terhadap aktivitas pasien. Melalui komunikasi tim
yang terus-menerus, pelayanan kompehensif akan dapat diberikan kepada
pasien meskipun relative banyak staf pendukung.

Keperawatan tim biasanya berkaitan dengan pola kepemimpinan demokratis.


Anggota tim diberikan otonomi sebanyak mungkin dalam mengerjakan tugas
meskipun juga berbagi dalam tanggung jawab dan tanggung gugatnya.
Mengakui nilai-nilai individual karyawan dan memberikan otonomi kepada
anggota tim akan menghasilkan kepuasan kerja yang tinggi.
Beberapa keuntungan dan kerugian metode keperawatan tim dapat dilihat
sebagai berikut:
1) Keuntungan
a) Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif
b) Memungkinkan pencapaian proses keperawatan
c) Konflik atau perbedaan pendapat antar staf daapt ditekan melalui rapat
tim cara ini efektif untuk belajar.
d) Memberi kepuasan anggota tim dalam hubungan interpersonal
e) Memungkinkan menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-
beda dengan aman dan efektif.
2) Kerugian
a) Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim
ditiadakan atau terburu-buru sehingga dapat mengakibatkan
komunikasi dan koordinasi antar anggota tim terganggu sehingga
kelancaran tugas terhambat.
b) Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu
tergantung atau berlindung kepada anggota tim yang mampu atau
ketua tim.
c) Akuntabilitas dalam tim kabur

Pelaksanaan metode tim harus didasarkan pada konsep berikut:

Modul Praktikum Manajemen Keperawatan Akper Yaspen Jakarta Page 18


AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA
Jl. BATAS II NO. 54
KEL. BARU-PASAR REBO
JAKARTA TIMUR

1) ketua tim diberikan pada perawat profesional dan harus mampu


menggunakan berbagai tehnik kepemimpinan, manajemen dan
komunikasi efektif.
2) Ketua tim harus dapat membuat keputusan tentang prioritas
perencanaan, supervisi, dan evaluasi asuhan keperawatan.
3) Komunikasi yang efektif penting untuk menjamin kontinuitas rencana
perawatan. Komunikasi yang terbuka dapat dilakukan
4) Melalui berbagai cara terutama melalui rencana perawatan tertulis yang
merupakan pedoman pelaksanaan asuhan, supervisi dan evaluasi.
5) Anggota tim harus menerima dan menghargai kepemimpinan ketua tim.

Ketua tim membantu anggotanya untuk memahami dan melakukan tugas


sesuai dengan kemampuan mereka. Prinsip tim keperawatan:
1) Suatu model asuhan yang dilaksanakan oleh suatu tim terhadap satu atau
sekelompok klien/pasien
2) Tim dipimpin oleh seorang perawat yang secara klinis kompeten,
mempunyai kemampuan yang baik dalam komunikasi, mengorganisasi,
dan memimpin
3) Dalam model ini, tim dapat terdiri dari pelaksana asuhan dengan level
kemampuan yang berbeda tetapi semua aktifitas tim harus terkoordinasi
secara baik
4) Dalam proses asuhan, dibutuhkan kesinambungan antar tim untuk setiap
shift dinas (pagi, sore, malam). Dokumentasi akurat, timbang terima
berbasis pasien
5) Semua anggota tim harus paham terhadap permasalahan klien intervensi
dan dampaknya karenanya dibutuhkan case conference secara periodik
dan berkesinambungan

c. Metode kasus
Metode ini adalah suatu penugasan yang diberikan kepada perawat untuk
memberikan asuhan secara total terhadap seorang atau sekelompok klien.
Berpusat pada client/pasien, perawat bertanggung jawab untuk melakukan

Modul Praktikum Manajemen Keperawatan Akper Yaspen Jakarta Page 19


AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA
Jl. BATAS II NO. 54
KEL. BARU-PASAR REBO
JAKARTA TIMUR

asuhan secara komprehensif terhadap satu atau sekelompok pasien pada shift
dinas tertentu. Secara konsisten pasien dilayani oleh perawat yang sama dalam
satu periode/shift dinas. Dibutuhkan level kompetensi yang tinggi dari
pelaksana asuhan.

d. Metode keperawatan primer/utama (Primary Nursing)


Metode keperawatan primer merupakan suatu metode pemberian asuhan
keperawatan, dimana seorang perawat register bertanggung jawab dan
bertanggung gugat untuk memberikan asuhan keperawatan kepada pasien
dalam 24 jam. Metode keperawatan primer berkembang pada awal tahun
1970-an menggunakan beberapa konsep pelayanan keperawatan total dan
membawa perawat teregister kembali ke sisi tempat tidur untuk memberikan
pelayanan klinis. Sesungguhnya Manthey (2001) dalam Marquis, B.L. &
Huston, C., J. (2002) menganjurkan bahwa hanya keperawatan primer jenis
pemberian pelayanan pasien yang mengharuskan hubungan perorangan antara
seorang perawat dan pasien dengan tanggung jawab dalam perencanaan dan
pengelolaan pelayanan secara jelas.

Keperawatan primer didesain dengan seorang tenaga keperawatan profesional


terhadap 4-5 klien sebagai perawat primer yang bertanggung jawab terhadap
kondisi klien, semua kebutuhan dan koordinasi dengan tim kesehatan lainnya.
Perawat primer bertanggung jawab mulai klien masuk sampai pulang. Perawat
Primer bertangungjawab untuk mengadakan komunikasi dan koordinasi dalam
merencanakan asuhan keperawatan dan juga akan membuat rencana pulang
klien jika diperlukan. Pada saat tidak bertugas perawat primer lain bertindak
sebagai perawat asosiet.

Tanggung jawab penting perawat primer adalah mengatur komunikasi yang


jelas di antara pasien, dokter, perawat asosiet, dan tim kesehatan lainnya.
Kombinasi komunikasi yang baik dan keberadaan interdisiplin dalam satu grup
dalam memberikan pelayanan langsung meningkatkan kualitas pelayanan
pasien secara holistic. Meskipun kepuasan kerja tinggi dalam keperawatan

Modul Praktikum Manajemen Keperawatan Akper Yaspen Jakarta Page 20


AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA
Jl. BATAS II NO. 54
KEL. BARU-PASAR REBO
JAKARTA TIMUR

primer, metode ini sulit diimplementasikan karena dibutuhkan tanggung jawab


dan otonomi yang tinggi dari perawat primer. Sehingga bila perawat
mengembangkan kemampuannya dalam pemberian pelayanan keperawatan
primer, mereka akan merasa tertantang dan harus mendapatkan harga yang
setimpal. Berikut beberapa keuntungan dan kerugian metode keperawatan
primer:

1) Keuntungan
a) Model praktek keperawatan profesional dapat dilakukan atau
diterapkan.
b) Memungkinkan asuhan keperawatan yang komprehensif
c) Memungkinkan penerapan proses keperawatan
d) Memberikan kepuasan kerja bagi perawat
e) Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga menerima asuhan
keperawatan
2) Kerugian
a) Hanya dapat dilakukan oleh perawat professional
b) Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain

e. Keperawatan moduler
Metode keperawatan modul merupakan metode modifikasi keperawatan tim-
primer, yang dilaksanakan untuk meningkatkan efektifitas konsep keperawatan
tim melalui penugasan modular. Perawat profesional dan vokasional
bekerjasama dalam merawat sekelompok klien dari mulai masuk ruang rawat
hingga pulang (tanggung jawab total). Metode ini juga memerlukan perawat
yg berpengetahuan luas dan trampil, kemampuan kepemimpinan baik dimana
pengorganisasian pelayanan/asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat
profesional dan non profesional (trampil) untuk sekelompok klien dari mulai
masuk rumah sakit sampai pulang disebut tanggung jawab total atau
keseluruhan. Untuk metode ini diperlukan perawat yang berpengetahuan,
terampil dan memiliki kemampuan kepemimpinan. Idealnya 2-3 perawat untuk
8 – 12 orang klien.

Modul Praktikum Manajemen Keperawatan Akper Yaspen Jakarta Page 21


AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA
Jl. BATAS II NO. 54
KEL. BARU-PASAR REBO
JAKARTA TIMUR

Keuntungan dan kerugian metode ini adalah ama dengan gabungan antara
metode tim dan metode keperawatan primer. Semua metode di atas dapat
digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi ruangan. Jumlah staf yang ada
harus berimbang sesuai dengan yang telah dibahas pembicara yang
sebelumnya. Selain itu kategori pendidikan tenaga yang ada perlu diperhatikan
sesuai dengan kondisi ketenagaan yang ada saat ini di Indonesia. Khususnya di
rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo metode tim lebih memungkinkan untuk
digunakan, selain itu menurut organisasi rumah sakit Amerika bahwa dari hasil
penelitian dinyatakan 33% rumah sakit menggunakan metode Tim, 25%
perawatan total/alokasi klien, 15% perawatan primer dan 12% metode
fungsional (Kron & Gray, 1987).

f. Manajemen kasus
Manajemen kasus merupakan sistem pemberian asuhan multidisiplin yang
bertujuan meningkatkan pemanfaatan fungsi berbagai anggota tim kesehatan
serta sumber-sumber yang ada. Manajemen kasus Sering digunakan dalam
sarana/perangkat komunitas dan pskiatri dan diadopsi dalam pasien rawat inap.
Manajemen kasus merupakan rancangan terakhir yang diajukan untuk
memenuhi kebutuhan pasien (Marquis, B.L. & Huston, C., J., 2002). Zander,
1988 dalam Sullivan dan Decter, 2001 menyatakan bahwa keperawatan
manajemen kasus adalah model untuk identifikasi, koordinasi dan monitoring
implementasi kebutuhan pelayanan untuk mencapai hasil asuhan yang
diinginkan dalam periode tertentu. Perkembangan pasien akan diikuti terus
oleh manajer kasus dari masuk sampai pulang. Integrasi layanan kesehatan
untuk klien/pasien secara individu atau kelompok dengan tim multidisiplin
yang bertanggung jawab secara kolaboratif dalam kajian kebutuhan klien dan
menetapkan rencana tindakan-implementasi-evaluasi dari saat pasien diterima,
dirujuk dan atau dipulangkan. Dalam manajemen kasus diperlukan:
1) Case manager
Case manager memegang setiap kasus individu untuk menjalankan fungsi
koordinasi dan kolaborasi, mengidentiifikasi pemberian pelayanan,

Modul Praktikum Manajemen Keperawatan Akper Yaspen Jakarta Page 22


AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA
Jl. BATAS II NO. 54
KEL. BARU-PASAR REBO
JAKARTA TIMUR

pengobatan yang memiliki nilai cost-effective, dan pengaturan pelayanan


terhadap individu yang ditangani (Finkleman, 2001 dalam Marquis, B.L. &
Huston, C., J., 2002).
2) Critical/Clinical pathway yang merupakan panduan alur penanganan
pasien secara terintegrasi misalnya: CP pasien dengan Total Knee
Replacement, dan lain-lain.
3) Elemen penting dalam manajemen kasus
a) Kerja sama semua anggota pelayanan
b) Identifikasi hasil yang diharapkan pasien
c) Menggunakan prinsip perbaikan kualitas terus menerus dan
menganalisa varian
d) Promosi praktek keperawatan profesional

Keuntungan metode ini adalah asuhan yang diberikan komprehensif,


berkesinambungan dan holistik. Sedangkan kerugiannya adalah kurang efisien
karena memerlukan perawat profesional dengan keterampilan tinggi dan
imbalan yang tinggi, sedangkan masih ada pekerjaan yang harus dikerjakan
oleh asisten perawat.

4. Praktik Metode Penugasan Asuhan Keperawatan


a. Mahasiswa dibagi dalam diberi situasi kasus di ruang rawat
b. Mahasiswa menentukan metode penugasan yang tepat sesuai kasus tersebut

Modul Praktikum Manajemen Keperawatan Akper Yaspen Jakarta Page 23


AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA
Jl. BATAS II NO. 54
KEL. BARU-PASAR REBO
JAKARTA TIMUR

BAB III
TIMBANG TERIMA DAN
KONFERENSI KEPERAWATAN

A. Timbang terima
1. Definisi
Operan atau timbang terima yaitu komunikasi dan serah terima antara shift pagi ,
sore, dan malam. Operan dari dinas malam ke dinas pagi dan dinas pagi ke dinas
sore dipimpin oleh kepala ruangan, sedangkan operan dari dinas sore ke dinas
malam dipimpin oleh penanggung jawab shift sore. Operan/Timbang Terima
adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang
berkaitan dengan kedaan klien.
2. Tujuan:
a. Menyampaikan kondisi atau keadaan secara umum klien
b. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas
berikutnya
c. Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya.
3. Manfaat:
a. Bagi Perawat
1) Meningkatkan kemampuan kumunikasi antar perawat
2) Menjalin hubungan kerja sama dan bertanggung jawab antar perawat
3) Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang berkesinambungan
4) Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna
b. bagi pasien
Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang belum
terungkap
4. Langkah-langkah :
a. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap
b. Shift yang akan menyerahkan dan mengoperkan perlu mempersiapkan hal-hal
apa yang disampaikan
c. Perawat yang bertanggung jawab menyampaikan kepada penanggung jawab
shift yang selanjutnya meliputi kondisi atau keadaan klien secara umum, tindak

Modul Praktikum Manajemen Keperawatan Akper Yaspen Jakarta Page 24


AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA
Jl. BATAS II NO. 54
KEL. BARU-PASAR REBO
JAKARTA TIMUR

lanjut untuk dinas yang menerima operan, rencana kerja untuk dinas yang
menerima operan
d. Penyampaian operan di atas harus dilakukan secara jelas dan tidak terburu-buru
e. Perawat penanggung jawab dan anggotanya dari kedua shift bersama-sama
secara langsung melihat keadaan kien.
5. Prosedur timbang terima
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prosedur ini meliputi :
1) Persiapan
a) Kedua kelompok dalam keadaan siap
b) Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan
2) Pelaksanaan
a) Dalam penerapannya, dilakukan timbang terima kepada masing-masing
penanggung jawab.
b) Timbang terima dilaksanakan setiap penggantian shift/operan
c) Dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang terima
dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang masalah
keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah dan belum dilaksanakan
serta hal-hal penting lainnya yang perlu dilimpahkan.
d) Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap
sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada
perawat yang berikutnya
e) Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah:
(1) Identitas klien termasuk KU & TTV, serta diagnosa medik
(2) Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul
(3) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan
(4) Intervensi kolaborasi dan dependensi
(5) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan
selanjutnya, misalnya operasi, pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan
penunjang lainnya, persiapan untuk konsultasi atau prosedur lainnya
yang tidak dilaksanakan secara rutin.
f) Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi, tanya
jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang kurang jelas

Modul Praktikum Manajemen Keperawatan Akper Yaspen Jakarta Page 25


AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA
Jl. BATAS II NO. 54
KEL. BARU-PASAR REBO
JAKARTA TIMUR

g) Penyampaian pada saat timbang terima secara singkat dan jelas


h) Lama timbang terima untuk setiap klien tidak lebih dari 5 menit kecuali
pada kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan rinci.
i) Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada buku
laporan ruangan oleh perawat.
j) Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam operan
1) Dilaksanakan tepat pada pergantian sihft.
2) Dipimpin oleh kepala ruangan atau penenggung jawab pasien (KETUA
TIM)
3) Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas.
4) Informasi yang disampaikan harus akurat, sistematis, singkat, dan
menggambarkan kondisi pasien saat ini serta mengjaga kerahasian
pasien
5) Timbang terima harus beorientasi pada permasalahan pasien.
6) Pada saaat timbang terima di kamar pasien menggunakan volume suara
yang cukup sehingga pasien disebelahnya tidak mendengan sesuatu
yang rahasia bagi klien. Sesuatu yang dianggap rahasia sebaiknya tidak
dibicarakan secara langsung dekat dengan klien
k) Catatan :
1) Operan diruangan masing-masing tim (Nurse Station) lalu dilanjutkan di
ruang pasien untuk validasi (2-3 menit)
2) Dilanjutkan dengan pre confrence (kurang lebih 10 menit)
3) Pada saat pre conprens, langsung saja ke intinya, tidak perlu kata-kata
pembukaan, tetapi dimulai dengan baca doa
4) Operan dilaksanakan pada 30 menit sebelum pergantian dinas
PEDOMAN OPERAN
Waktu Kegiatan : Awal pergantian shift (07.30, 14.00, 21.00)
Tempat : Nursing Station/kantor perawat
Penanggung jawab : Kepala Ruangan/PJ shift
Kegiatan:
1. Karu/PJ shift membuka acara dengan salam
2. PJ shift yang mengoperkan menyampaikan:
a. Kondisi/keadaan pasien: Diagnosa keperawatan, tujuan yang telah
tercapai, tindakan yang sudah dilaksanakan, hasil asuhan.
b. Tindak lanjut untuk shift berikutnya

Modul Praktikum Manajemen Keperawatan Akper Yaspen Jakarta Page 26


AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA
Jl. BATAS II NO. 54
KEL. BARU-PASAR REBO
JAKARTA TIMUR

3. Perawat shift berikutnya mengklarifikasi penjelasan yang sudah


disampaikan
4. Karu memimpin ronde ke kamar pasien
5. Karu merangkum informasi operan, memberikan saran tindak lanjut
6. Karu memimpin doa bersama dan menutup acara
7. Bersalaman

B. Konfrensi
1. Definisi
Konfrensi dalam keperawatan terdiri dari pre conference dan post conference
a. Pre conference yaitu evaluasi Katim dan perawat pelaksana setelah selesai
operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh Katim
atau penanggungjawab tim. Jika yang dinas pada tim tersebut hanya 1 orang,
maka pre conference ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap perawat
(rencana harian), dan tambahan rencana dari Katim atau penanggung jawab tim
b. Post conference yaitu komunikasi Katim dan perawat pelaksana tentang hasil
kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikut. Isi post
conference adalah hasil askep tiap perawat dan hal penting untuk operan
(tindak lanjut). Post conference dipimpin oleh Katim atau penanggungjawab
tim.
2. Tujuan Konfrensi
a. Membahas masalah setiap klien berdasarkan renpra yang telah dibuat oleh
perawat primer atau ketua tim
b. Menetapkan klien yang menjadi tanggung jawab masing-masing perawat
pelaksana
c. Membahas rencana tindakan keperawatan untuk setiap klien pada hari itu,
Rencana tindakan didasarkan pada renpra yang ditetapkan oleh ketua tim
d. Mengidentifikasi tugas perawat pelaksana untuk setiap klien yang menjadi
tanggung jawabnya.

Modul Praktikum Manajemen Keperawatan Akper Yaspen Jakarta Page 27


AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA
Jl. BATAS II NO. 54
KEL. BARU-PASAR REBO
JAKARTA TIMUR

PEDOMAN PRE DAN POST CONFERENCE


Waktu Kegiatan : setelah dan sebelum operan
Tempat : meja masing-masing tim
Penanggung jawab : Ketua Tim/PJ tim
Kegiatan:
1. Konferensi dihadiri oleh ketua tim dan perawat pelaksana dalam timnya
masing-masing.
2. Penyampaian perkembangan dan permasalahan klien berdasarkan hasil
evaluasi kemarin dan kondisi klien yang dilaporkan oleh dinas per shift. Hal-
hal yang disampaikan oleh ketua tim meliputi :
a. Keadaan umum klien.
b. Keluhan klien.
c. Tanda-tandan vital dan kesadaran.
d. Hasil pemeriksaan laboraturium/diagnostic terbaru.
e. Masalah keperawatan.
f. Rencana keperawatan hari ini.
g. Perubahan terapi medis.
h. Rencana medis.
3. Ketua tim mendiskusikan dan mengarahkan perawat pelaksana tentang
masalah yang terkait dengan keperawatan klien meliputi :
a. Keluhan klien yang terkait dengan pelayanan, seperti keterlambatan,
kesalahan pemberian makanan, kebisingan pengunjung lain,
ketidakhadiran dokter yang dikonsulkan.
b. Ketepatan pemberian infuse.
c. Ketepatan pemantauan asupan dan haluaran cairan (I/O)
d. Ketepatan pemberian obat oral atau injeksi.
e. Ketepatan pelaksanaan tindakan lain.
f. Ketepatan dokumentasi.
4. Mengingatkan kembali standar prosedur (SOP) yang ditetapkan.
5. Mengingatkan kembali tentang kedisiplinan, ketelitian, kejujuran, dan
kemajuan masing-masing perawat pelaksana.
6. Membantu perawat pelaksana menyelesaikan masalah yang tidak dapat
diselesaikan.

3. Role play timbang terima dan konferensi


a. Mahasiswa dibagi menjadi kelompok 8-10 orang
b. Mahasiswa membuat skenario role play pre konferensi, timbang terima dan
post konferensi
c. Setiap kelompok melakukan role play di depan kelas
d. Mendiskusikan role play pre konferensi, timbang terima dan post konferensi

BAB III
Modul Praktikum Manajemen Keperawatan Akper Yaspen Jakarta Page 28
AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA
Jl. BATAS II NO. 54
KEL. BARU-PASAR REBO
JAKARTA TIMUR

SUPERVISI KEPERAWATAN

1. Definisi
Supervisi adalah suatu proses kemudahan untuk penyelesaian tugas-tugas
keperawatan (Swansburg & Swansburg, 1999). Supervisi adalah merencanakan,
mengarahkan, membimbing, mengajar, mengobservasi, mendorong, memperbaiki,
mempercayai, mengevaluasi secara terus menerus pada setiap perawat dengan
sabar, adil serta bijaksana (Kron, 1987).
2. Tujuan Supervisi
Tujuan supervisi adalah memberikan bantuan kepada bawahan secara langsung
sehingga dengan bantuan tersebut bawahan akan memiliki bekal yang cukup untuk
dapat melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan hasil yang baik (Suarli, 2009).
3. Manfaat Supervisi
Supervisi yang dilakukan dengan baik, akan diperoleh banyak manfaat, diantaranya
adalah sebagai berikut :
1) Dapat lebih meningkatkan efektifitas kerja, peningkatan ini erat kaitannya
dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan bawahan, serta makin
terbinanya hubungan dan suasana kerja yang lebih harmonis antara atasan dan
bawahan.
2) Dapat lebih meningkatkan efisiensi kerja, peningkatan ini erat kaitannya
dengan makin berkurangnya kesalahan yang dilakukan bawahan, sehingga
pemakaian sumber daya (tenaga, harta, dan sarana) yang sia-sia akan dapat
dicegah (Azwar 1996, dalam Nursalam, 2007).
4. Prinsip Supervisi
Supervisi yang dijalankan dengan baik maka seorang suprvisor harus memahami
prinsip- prinsip supervisi dalam keperawatan menurut Suyanto (2009) sebagai
berikut :
a. Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi
b. Didasarkan atas hubungan profesional dan bukan pribadi.
c. Kegiatan direncanakan secara matang.
d. Bersifat edukatif, suKetua Timorting dan informal.
e. Memberikan perasaan aman pada staf dan pelaksana keperawatan

Modul Praktikum Manajemen Keperawatan Akper Yaspen Jakarta Page 29


AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA
Jl. BATAS II NO. 54
KEL. BARU-PASAR REBO
JAKARTA TIMUR

f. Membentuk hubungan kerjasama yang demokratis antara supervisor dan staf.


g. Harus objektif dan sanggup mengadakan “self evaluation”.
h. Harus progresif, inovatif, fleksibel dan dapat mengembangkan kelebihan
masing-masing perawat yang disupervisi.
i. Konstruktif dan kreatif dalam mengembangkan diri disesuaikan dengan
kebutuhan.
j. Dapat meningkatkan kinerja bawahan dalam upaya meningkatkan kualitas
asuhan keperawatan.
k. Suprvisi dilakukan secara teratur dan berkala.
l. Supervisi dilaksanakan secara fleksibel dan selalu disesuaikan dengan
perkembangan.

5. Cara Supervisi
Supervisi menurut Suyanto (2009) dapat dilakukan secara langsung dan tidak
langsung, penerapannya disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta tujuan
supervise.
a. Supervisi Langsung
Supervisi dilakukan langsung pada kegiatan yang sedang berlangsung. Cara
supervisi ini ditujukan untuk bimbingan dan arahan serta mencegah dan
memperbaiki kesalahan yang terjadi.
Cara supervisi terdiri dari:
1) Merencanakan
Seorang supervisor, sebelum melakukan supervisi harus membuat
perencanaan tentang apa yang akan disupervisi, siapa yang akan
disupervisi, bagaimana tekniknya, kapan waktunya dan alasan dilakukan
supervisi (Kron, 1987).Dalam membuat perencanaan diperlukan unsur-
unsur : Objektif / tujuan dari perencanaan, Uraian Kegiatan, Prosedur,
Target waktu pelaksanaan, penanggung jawab dan anggaran (Suarli, 2009).
2) Mengarahkan
Pengarahan yang dilakukan supervisor kepada staf meliputi pengarahan
tentang bagaimana kegiatan dapat dilaksanakan sehingga tujuan organisasi
dapat tercapai. Dalam memberikan pengarahan diperlukan kemampuan

Modul Praktikum Manajemen Keperawatan Akper Yaspen Jakarta Page 30


AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA
Jl. BATAS II NO. 54
KEL. BARU-PASAR REBO
JAKARTA TIMUR

komunikasi dari supervisor dan hubungan kerjasama yang demokratis


antara supervisor dan staf.
Cara pengarahan yang efektif adalah :
a) Pengarahan harus lengkap
b) Menggunakan kata-kata yang tepat
c) Bebicara dengan jelas dan lambat
d) Berikan arahan yang logis.
e) Hindari memberikan banyak arahan pada satu waktu.
f) Pastikan bahwa arahan dipahami.
g) Yakinkan bahwa arahan supervisor dilaksanakan sehingga perlu kegiatan
tindak lanjut.
3) Membimbing
Staf dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik dengan melakukan suatu
pekerjaan, staf perlu bimbingan dari seorang supervisor. Supervisor harus
memberikan bimbingan pada staf yang mengalami kesulitan dalam
menjalankan tugasnya, bimbingan harus diberikan dengan terencana dan
berkala. Staf dibimbing bagaimana cara untuk melakukan dan
menyelesaikan suatu pekerjaan. Bimbingan yang diberikan diantaranya
dapat berupa : pemberian penjelasan, pengarahan dan pengajaran, bantuan,
serta pemberian contoh langsung.
4) Memotivasi
Supervisor mempunyai peranan penting dalam memotivasi staf untuk
mencapai tujuan organisasi. Kegiatan yang perlu dilaksanakan supervisor
dalam memotivasi antara lain adalah (Nursalam, 2007):
a) Mempunyai harapan yang jelas terhadap staf dan mengkomunikasikan
harapan tersebut kepada para staf.
b) Memberikan dukungan positif pada staf untuk menyelesaikan
pekerjaan.
c) Memberikan kesempatan pada staf untuk menyelesaikan tugasnya dan
memberikan tantangan-tantangan yang akan memberikan pengalaman
yang bermakna.

Modul Praktikum Manajemen Keperawatan Akper Yaspen Jakarta Page 31


AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA
Jl. BATAS II NO. 54
KEL. BARU-PASAR REBO
JAKARTA TIMUR

d) Memberikan kesempatan pada staf untuk mengambil keputusan sesuai


tugas limpah yang diberikan.
e) Menciptakan situasi saling percaya dan kekeluargaan dengan staf.
f) Menjadi role model bagi staf.

5) Mengobservasi
Mengobsevasi menurut Nursalam (2007) untuk meningkatkan efektifitas
dan efisiensi staf dalam melaksanakan tugasnya sehingga dapat
menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan yang diharapkan, maka supervisor
harus melakukan observasi terhadap kemampuan dan perilaku staf dalam
menyelesaikan pekerjaan dan hasil pekerjaan yang dilakukan oleh staf.

6) Mengevaluasi
Evaluasi merupakan proses penilaian pencapaian tujuan, apabila suatu
pekerjaan sudah selesai dikerjakan oleh staf, maka diperlukan suatu
evaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana yang
telah disusun sebelumnya. Evaluasi juga digunakan untuk menilai apakah
pekerjaan tersebut sudah dikerjakan sesuai dengan ketentuan untuk
mencapai tujuan organisasi. Evaluasi dapat dilakukan dengan cara menilai
langsung kegiatan, memantau kegiatan melalui objek kegiatan. Apabila
suatu kegiatan sudah di evaluasi, maka diperlukan umpan balik terhadap
kegiatan tersebut.

b. Supervisi Tidak Langsung


Supervisi dilakukan melalui laporan tertulis, seperti laporan pasien dan catatan
asuhan keperawatan dan dapat juga dilakukan dengan menggunakan laporan
lisan seperti saat timbang terima dan ronde keperawatan. Pada supervisi tidak
langsung dapat terjadi kesenjangan fakta, karena supervisor tidak melihat
langsung kejadian dilapangan. Oleh karena itu agar masalah dapat diselesaikan ,
perlu klarifikasi dan umpan balik dari supevisor dan staf.

Modul Praktikum Manajemen Keperawatan Akper Yaspen Jakarta Page 32


AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA
Jl. BATAS II NO. 54
KEL. BARU-PASAR REBO
JAKARTA TIMUR

6. Praktek Supervisi
Kegiatan supervisi dilaksanakan secara optimal untuk menjamin kegiatan
pelayanan sesuai dengan standar mutu profesional yang telah ditetapkan. Supervisi
dilakukan oleh perawat yang memiliki kompetensi baik dalam manajemen maupun
asuhan keperawatan serta menguasai pilar-pilar profesionalisme yang diterapkan.
Untuk itu pengawasan berjenjang dilakukan sebagai berikut:
1) Kepala Seksi Keperawatan atau Konsultan melakukan pengawasan terhadap
Kepala Ruangan
2) Kepala Ruangan melakukan pengawasan terhadap Ketua Tim dan Perawat
Pelaksana
3) Ketua Tim melakukan Pengawasan terhadap Perawat Pelaksana
Materi supervisi atau pengawasan disesuaikan dengan uraian tugas dari masing-
masing staf perawat yang disupervisi. Untuk Kepala Ruangan, materi supervisi
adalah kemampuan managerial dan kemampuan dalam asuhan keperawatan. Ketua
Tim disupervisi terkait dengan kemampuan pengelolaan di timnya dan kemampuan
asuhan keperawatan. Sedangkan perawat pelaksana disupervisi terkait dengan
kemampuan asuhan keperawatan yang dilaksanakan. Supervisi dapat menjadi alat
pembinaan dan tidak menjadi sesuatu yang menakutkan maka perlu disusun
standar penampilan yang sudah dipahami oleh staf dan jadwal pasti supervisi.
Contoh jadwal supervisi
No Waktu Supervisor Yang disupervisi Materi Supervisi
1. 6 Mei 2015 Karu Katim 1 Memimpin pre
conference
2. 12 Mei 2015 Karu Katim 2 Memimpin pre
conference
3. 20 Mei 2015 Katim 1 Perawat pelaksana: Askep : diare
Nn. M
4. 25 Mei 2015 Katim 2 Perawat perlaksana: Askep : Gastritis
Tn. J
Aktivitas supervisi dievaluasi oleh kepala ruangan dan Ketua Tim yang melakukan
supervisi dengan self evaluasi.
7. Latihan Supervisi
a. Menonton video supervisi
b. Mahasiswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari 4-5 orang

Modul Praktikum Manajemen Keperawatan Akper Yaspen Jakarta Page 33


AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA
Jl. BATAS II NO. 54
KEL. BARU-PASAR REBO
JAKARTA TIMUR

c. Mahasiswa menyusun skenario role play supervisi ketua tim terhadap perawat
pelaksana
d. Melakukan role play di depan kelas

Modul Praktikum Manajemen Keperawatan Akper Yaspen Jakarta Page 34


AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA
Jl. BATAS II NO. 54
KEL. BARU-PASAR REBO
JAKARTA TIMUR

BAB III
PENDELEGASIAN KEPERAWATAN

1. Definisi
Pendelegasian dapat diartikan sebagai penyelesaian suatu pekerjaan melalui orang
lain atau dapat juga diartikan sebagai pelimpahan suatu tugas kepada seseorang
atau kelompok dalam menyelesaikan tujuan organisasi (Marquis dan Huston,
1998).
Pendelegasian/pelimpahan asuhan keperawatan kepada pasien oleh perawat tidak
mudah dilakukan karena menyangkut pemberian suatu perintah kepada orang lain
untuk menyelesaikan tugas yang diemban. Para perawat meyakini bahwa mereka
dapat memberikan pendelegasian dengan baik kepada staf dalam asuhan
keperawatan, tetapi sering tidak dilaksanakan dengan baik. Hal ini menyebabkan
kurangnya rasa percaya kepada orang yang menerima pendelegasian (delegasi).
a. Ketidakefektifan dalam Pendelegasian
Pendelegasian dalam praktik keperawatan profesional sering ditemukan
mengalami masalah, di mana proses pendelegasian tidak dilaksanakan secara
efektif. Ketidakefektifan atau kesalahan yang sering ditemukan dapat
dibedakan menjadi tiga hal, yaitu under-delegation, over-delegation, dan
improper-delegation.
b. Pendelegasian yang Terlalu Sedikit (Under-delegation)
Manajer keperawatan sering berasumsi bahwa jika mereka melakukannya
sendiri, maka akan menjadi lebih baik dan lebih cepat daripada didelagasikan
ke orang lain. Misalnya, manajer sering berpikir “Saya bisa mengerjakan ini
lebih baik, bila staf yang mengerjakan akan memerlukan waktu yang lama”.
Keadaan ini berdampak terhadap proses pendelegasian wewenang, di mana
orang yang menerima tugas hanya diberikan wewenang yang sangat terbatas
dan sering terjadi ketidakjelasan wewenang yang harus dilakukan, sehingga
tugas tersebut tidak dapat diselesaikan dengan baik.
Masalah lain adalah kekhawatiran seseorang bahwa mereka tidak mampu
melakukan seperti apa yang dilakukan staf/orang yang didelegasikan, karena
tanggung jawab yang diberikan hanya sedikit dan sering merasa bosan, malas,

Modul Praktikum Manajemen Keperawatan Akper Yaspen Jakarta Page 35


AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA
Jl. BATAS II NO. 54
KEL. BARU-PASAR REBO
JAKARTA TIMUR

dan tidak efektif. Pendelegasian yang tepat akan dapat meningkatkan kepuasan
kerja dan meningkatkan hubungan yang kondusif antara manajer dan staf.
c. Pendelegasian yang Berlebihan (Over-delegation)
Pendelegasian yang berlebihan kepada staf, akan berdampak terhadap
penggunaan waktu yang sia-sia. Hal ini disebabkan keterbatasan manajer untuk
memonitor dan menghabiskan waktu dalam tugas organisasi. Staf akan merasa
terbebani dan sering ditemukan penyalahgunaan wewenang yang diberikan.
Misalnya staf sering bertanya, “Saya tidak tahu apa yang manajer harapkan”
atau “Saya lebih senang bantuan supervisi dari manajer terus-menerus”.
d. Pendelegasian yang Tidak Tepat (Improper-delegation)
Pendelegasian menjadi tidak efektif bila diberikan kepada orang yang tidak
tepat karena alasan faktor suka/tidak suka. Pendelegasian tersebut tidak akan
memperoleh hasil yang baik karena adanya kecenderungan manajer menilai
pekerjaan staf berdasarkan unsur subjektivitas
2. Konsep Pendelegasian
Pendelegasian yang baik bergantung pada keseimbangan antara tiga komponen
utama, yaitu tanggung jawab, kemampuan, dan wewenang. Tanggung jawab
(responsibility) adalah suatu rasa tanggung jawab terhadap penerimaan suatu tugas.
Kemampuan (accountability) adalah kemampuan seseorang dalam melaksanakan
tugas yang didelegasikan. Wewenang (authority) adalah pemberian hak dan
kekuasaan kepada delegasi untuk mengambil suatu keputusan terhadap tugas yang
dilimpahkan.
3. Konsep Dasar Pendelegasian yang Efektif
Lima konsep yang mendasari efektivitas dalam pendelegasian. Lima konsep
tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Pendelegasian bukan suatu sistem untuk mengurangi tanggung jawab. Tetapi
suatu cara untuk membuat tanggung jawab menjadi bermakna. Manajer
keperawatan sering mendelegasikan tanggung jawabnya kepada staf dalam
melaksanakan asuhan terhadap pasien. Misalnya, dalam penerapan model
asuhan keperawatan profesional primer, seorang ketua tim melimpahkan
tanggung jawabnya dalam memberikan asuhan keperawatan kepada perawat

Modul Praktikum Manajemen Keperawatan Akper Yaspen Jakarta Page 36


AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA
Jl. BATAS II NO. 54
KEL. BARU-PASAR REBO
JAKARTA TIMUR

pelaksana. Perawat primer memberikan tanggung jawab yang penuh dalam


merawat pasien yang didelegasikan.
b. Tanggung jawab dan otoritas harus didelegasikan secara seimbang. Perawat
primer menyusun tujuan tindakan keperawatan. Tanggung jawab untuk
melaksanakan tujuan/rencana didelegasikan kepada staf yang sesuai atau
menguasai kasus yang dilimpahkan. Kemudian ketua tim memberikan
wewenang kepada perawat pelaksana untuk mengambil semua keputusan
menyangkut keadaan pasien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Proses tersebut harus meliputi:
1) pengkajian kebutuhan pasien;
2) identifikasi tugas yang dapat dilaksanakan dengan bantuan orang lain;
3) mendidik dan memberikan pelatihan supaya tugas dapat dilaksanakan
dengan aman dan kompeten;
4) proses menentukan kompetensi dalam membantu seseorang;
5) ketersediaan supervisi yang cukup oleh ketua tim;
6) proses evaluasi yang terus-menerus dalam membantu seseorang;
7) proses komunikasi tentang keadaan pasien antara ketua tim dan perawat
pelaksana.
c. Proses pelimpahan membuat seseorang melaksanakan tanggung jawabnya,
mengembangkan wewenang yang dilimpahkan, dan mengembangkan
kemampuan dalam mencapai tujuan organisasi. Keberhasilan pelimpahan
ditentukan oleh:
1) intervensi keperawatan yang diperlukan;
2) siapa yang siap dan sesuai dalam melaksanakan tugas tersebut;
3) bantuan apa yang diperlukan;
4) hasil apa yang diharapkan.
d. Konsep tentang dukungan perlu diberikan kepada semua anggota. Dukungan
yang penting adalah menciptakan suasana yang asertif. Setelah perawat
pelaksana melaksanakan tugas yang dilimpahkan, maka ketua tim harus
menunjukkan rasa percaya kepada perawat pelaksana untuk melaksanakan
asuhan keperawatan secara mandiri. Jika masalah timbul, maka ketua tim
harus selalu menanyakan “Apa yang bisa kita lakukan?” Empowering meliputi

Modul Praktikum Manajemen Keperawatan Akper Yaspen Jakarta Page 37


AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA
Jl. BATAS II NO. 54
KEL. BARU-PASAR REBO
JAKARTA TIMUR

pemberian wewenang seseorang untuk melaksanakan tugas secara kritis


otonomi, menciptakan kemudahan dalam melaksanakan tugas, serta
membangun rasa kebersamaan dan hubungan yang serasi.
e. Seorang delegasi harus terlibat aktif. Ia harus dapat menganalisis otonomi
yang dilimpahkan untuk dapat terlibat aktif. Keterbukaan akan mempermudah
komunikasi antara ketua tim dan perawat pelaksana.
4. Pedoman Pelimpahan Wewenang yang Efektif
Proses pendelegasian harus didahului dengan informasi yang jelas. Pendelegasian
yang jelas harus mengandung informasi mengenai tujuan spesifik, target waktu,
dan pelaksanaan tindakan keperawatan.
a. Tujuan spesifik.
Tujuan yang spesifik dan jelas baik secara fisik maupun psikis harus jelas
sebagai parameter kepada siapa pendelegasian itu diberikan.
b. Target waktu.
Seorang ketua tim atau Ners harus memberikan target waktu dalam
memberikan pendelegasian kepada perawat pelaksana. Pada perencanaan
keperawatan kepada pasien, ketua tim harus menuliskan target waktu yang jelas
sebagai indikator keberhasilan asuhan keperawatan.
c. Pelaksanaan tindakan keperawatan.
ketua tim harus mengidentifikasi dan memberikan petunjuk intervensi
keperawatan yang sesuai terhadap kebutuhan pasien. Tahap pengkajian dan
pengambilan keputusan harus didiskusikan sebelum tindakan dilaksanakan.
5. Prinsip-prinsip pengdelegasian
Prinsip pendelegasiantugas tugas meliputi:
a. Pengdelegasian tugas yang terencana harus menggunakan format pendelegasian
tugas
b. Personil yang menerima pengdelegasian tugas adalah personil yang
berkompeten setara dengan kemampuan yang digantikan tugasnya
c. Uraian tugas yang didelegasikan harus dijelaskan secara verbal secara terinci,
baik lisan maupun tertulis
d. Pejabat yang mengatur pengdelegasian tugas wajib memonitor pelaksanaan
tugas dan menjadi rujukan bila ada kesulitan yang dihadapi

Modul Praktikum Manajemen Keperawatan Akper Yaspen Jakarta Page 38


AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA
Jl. BATAS II NO. 54
KEL. BARU-PASAR REBO
JAKARTA TIMUR

e. Setelah selesai pengdelegasian dilakukan serah terima tugas yang sudah


dilaksanakan dan hasilnya
6. Praktik Pendelegasian
Delegasi dilaksanakan dalam bentuk pendelegasian tugas oleh kepala ruangan
kepada ketua tim, ketua tim kepada perawat pelaksana. Pendelegasian dilakukan
melalui mekanisme pelimpahan tugas dan wewenang. Pendelegasian tugas ini
dilakukan secara berjenjang. Penerapannya dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
pendelegasian terencana dan pendelegasian insidentil.
a. Pendelegasian terencana adalah pendelegasian yang secara otomatis terjadi
sebagai konsekuensi sistem penugasan yang diterapkan diruang MPKP.
Bentuknya dapat berupa:
1) Pendelegasian tugas kepala ruangan kepada ketua tim untuk menggantikan
tugas sementara karena alasan tertentu
2) Pendelegasian tugas kepala ruangan kepada penanggung jawab shift
3) Pengdelegasian ketua tim kepada perawat pelaksana dalam pelaksanaan
tindakan keperawatan yang telah direncanakan
b. Pendelegasian insidentil terjadi apabila salah satu personil ruang MPKP
berhalangan hadir. Dalam hal ini yang mengatur pengdelegasian adalah kepala
seksi keperawatan, kepala ruangan, ketua tim atau penanggung jawab shift
tergantung kepada personil yang berhalangan. Mekanismenya sebagai berikut:
1) Bila kepala ruangan berhalangan, kepala seksi menunjuk salah satu ketua
tim untuk menggantikan tugas kepala ruangan
2) Bila ketua tim berhalangan hadir maka kepala ruangan menunjuk salah satu
anggota tim (perawat pelaksana) yang menjalankan tugas ketua tim
3) Bila ada perawat pelaksana yang berhalangan hadir sehingga satu tim
kekurangan personil maka kepala ruangan/penanggung jawab shift
berwenang memindahkan perawat pelaksana dari tim lain masuk tim yang
kekurangan personil tersebut atau katim melimpahkan pasien kepada
perawat pelaksana yang hadir
7. Latihan Pendelegasian
a. Menonton video pendelegasian
b. Mahasiswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari 6-8 orang

Modul Praktikum Manajemen Keperawatan Akper Yaspen Jakarta Page 39


AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA
Jl. BATAS II NO. 54
KEL. BARU-PASAR REBO
JAKARTA TIMUR

c. Mahasiswa menyusun skenario pendelegasian


d. Melakukan role play di depan kelas

Modul Praktikum Manajemen Keperawatan Akper Yaspen Jakarta Page 40


AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA
Jl. BATAS II NO. 54
KEL. BARU-PASAR REBO
JAKARTA TIMUR

BAB III
MANAJEMEN KONFLIK KEPERAWATAN

1. Definisi Konflik
Konflik dalam pengertian yang sangat luas dapat dikatakan sebagai segala macam
bentuk antar hubungan antar manusia yang bersifat berlawanan (antagonistik).
Menurut Lewis A.Coser, konflik adalah perjuangan nilai kekuasaan dan sumber
daya yang bersifat langka dengan maksud menetralkan, mencederai atau
melenyapkan lawan. Menurut Gillin dan Gillin, konflik merupakan proses
interaksi yang berlawanan. Konflik adalah proses yang dimulai ketika satu pihak
menganggap pihak lain secara negatif mempengaruhi, atau akan secara negatif
mempengaruhi, sesuatu yang menjadi kepedulian pihak pertama.
2. Jenis Konflik
Ada lima jenis konflik dalam kehidupan organisasi :
a. Konflik intra personal (konflik dalam diri individu), yang terjadi bila seorang
individu menghadapi ketidakpastian tentang pekerjaan yang dia harapkan
untuk melaksanakannya. Bila berbagai permintaan pekerjaan
saling bertentangan, atau bila individu diharapkan untuk melakukan lebih dari
kemampuannya.
b. Konflik antar individu dalam organisasi yang sama, dimana hal ini sering
diakibatkan oleh perbedaan–perbedaan kepribadian.Konflik ini berasal dari
adanya konflik antar peranan ( seperti antara manajer dan bawahan ).
c. Konflik antar individu dan kelompok, yang berhubungan dengan cara individu
menanggapi tekanan untuk keseragaman yang dipaksakan oleh kelompok kerja
mereka. Sebagai contoh, seorang individu mungkin dihukum atau diasingkan
oleh kelompok kerjanya karena melanggar norma – norma kelompok.
d. Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama, karena terjadi
pertentangan kepentingan antar kelompokatau antar organisasi.
e. Konflik antar organisasi, yang timbul sebagai akibat bentuk persaingan
ekonomi dalam sistem perekonomian suatu negara. Konflik ini telah
mengarahkan timbulnya pengembangan produk baru, teknologi, dan jasa,
harga–harga lebih rendah, dan penggunaan sumber daya lebih efisien.

Modul Praktikum Manajemen Keperawatan Akper Yaspen Jakarta Page 41


AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA
Jl. BATAS II NO. 54
KEL. BARU-PASAR REBO
JAKARTA TIMUR

3. Proses Konflik
Proses konflik dibagi menjadi beberapa tahapan antara lain:
a. Konflik Laten
Tahapan konflik yang terjadi terus menerus (laten) dalam suatu organisasi.
Misalnya, kondisi tentang keterbataan staf dan perubahan yang cepat. Kondisi
tersebut memicu pada ketidak stabilan suatu organisasi dan kualitas produksi,
meskipun konflik yang ada kadang tidak tampak secara nyata atau tidak
pernah terjadi.
b. Konflik yang dirasakan ( felt konflik)
Konflik yang terjadi karena adanya suatu yang dirasakan sebagai ancaman,
ketakutan, tidak percaya, dan marah. Konflik ini disebut juga sebagai
konflik “affectives”. Hal ini penting bagi seseorang untuk menerima konflik
dan tidak merasakan konflik tersebut sebagai suatu maslah/ancaman terhadap
keberadaannya.
c. Konflik yang nampak/sengaja ditimbulkan
Konflik yang sengaja dimunculkan untuk mencari solusi. Tindakan yang
dilaksanakan mungkin menghindar, kompetisi, debat atau mencari
penyelesaian konflik. Setiap orang tidak sadar belajar menggunakan
kompetisi, kekuatan dan agresivitas dalam menyelesaikan konflik dalam
perkembangannya.
4. Strategi Penyelesaian Konflik
Strategi penyelesaian konflik dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:
a. Menghindar
Penghindaran merupakan strategi yang memungkinkan pihak-pihak yang
berkonfrontasi untuk menenangkan diri. Manajer perawat yang terlibat
didalam konflik dapat menepiskan isu dengan mengatakan “Biarlah kedua
pihak mengambil waktu untuk memikirkan hal ini dan menentukan tanggal
untuk melakukan diskusi”
b. Mengakomodasi
Memberi kesempatan pada orang lain untuk mengatur strategi pemecahan
masalah, khususnya apabila isu tersebut penting bagi orang lain. Hal ini
memungkinkan timbulnya kerjasama dengan memberi kesempatan pada

Modul Praktikum Manajemen Keperawatan Akper Yaspen Jakarta Page 42


AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA
Jl. BATAS II NO. 54
KEL. BARU-PASAR REBO
JAKARTA TIMUR

mereka untuk membuat keputusan. Perawat yang menjadi bagian dalam


konflik dapat mengakomodasikan pihak lain dengan menempatkan kebutuhan
pihak lain di tempat yang pertama.
c. Kompetisi
Gunakan metode ini jika anda percaya bahwa anda memiliki lebih banyak
informasi dan keahlian yang lebih dibanding yang lainnya atau ketika anda
tidak ingin mengkompromikan nilai-nilai anda. Metode ini mungkin bisa
memicu konflik tetapi bisa jadi merupakan metode yang penting untuk alasan-
alasan keamanan.
d. Kompromi atau Negosiasi
Masing-masing memberikan dan menawarkan sesuatu pada waktu yang
bersamaan, saling memberi dan menerima, serta meminimalkan kekurangan
semua pihak yang dapat menguntungkan semua pihak.
e. Memecahkan Masalah atau Kolaborasi
Pemecahan sama-sama menang dimana individu yang terlibat mempunyai
tujuan kerja yang sama.
f. Pemecahan persoalan
Dalam strategi pemecahan persoalan, diambil asumsi dasar semua pihak
mempunyai keinginan menangualngi konflik yang terjadi dan karenanya perlu
dicarikan ukuran-ukuran yang dapat memuaskan pihak-pihak yang terlibat
dalam konflik. Atas dasar asumsi tersebut maka dalam strategi pemecahan
persoalan harus selalu dilalui dua tahap penting, yaitu proses penemuan
gagasan dan proses pematangannya.
g. Musyawarah
Dalam strategi ini terlebih dahulu harus ditentukan secara jelas apa
sebenarnya yang menjadi persoalan. Berdasarkan jelasnya persoalan itulah
kemudian kedua belah pihak yang sedang dalam pertikaian mengadakan
pembahasan untuk mendapatkan titik pertemuan.
Pendekatan penyelesaian konflik oleh pemimpin dikategorikan dalam dua
dimensi ialah kerjasama/tidak kerjasama dan tegas/tidak tegas. Dengan
menggunakan kedua macam dimensi tersebut ada 5 macam pendekatan
penyelesaian konflik ialah:

Modul Praktikum Manajemen Keperawatan Akper Yaspen Jakarta Page 43


AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA
Jl. BATAS II NO. 54
KEL. BARU-PASAR REBO
JAKARTA TIMUR

a. Kompetisi
Penyelesaian konflik yang menggambarkan satu pihak mengalahkan atau
mengorbankan yang lain. Penyelesaian bentuk kompetisi dikenal dengan
istilah win-lose orientation.
b. Akomodasi
Penyelesaian konflik yang menggambarkan kompetisi bayangan cermin yang
memberikan keseluruhannya penyelesaian pada pihak lain tanpa ada usaha
memperjuangkan tujuannya sendiri. Proses tersebut adalah taktik perdamaian.
c. Sharing
Suatu pendekatan penyelesaian kompromistis antara dominasi kelompok dan
kelompok damai. Satu pihak memberi dan yang lkain menerima sesuatu.
Kedua kelompok berpikiran moderat, tidak lengkap, tetapi memuaskan.
d. Kolaborasi
Bentuk usaha penyelesaian konflik yang memuaskan kedua belah pihak.
Usaha ini adalah pendekatan pemecahan problem (problem-solving approach)
yang memerlukan integrasi dari kedua pihak.
e. Penghindaran
Menyangkut ketidakpedulian dari kedua kelompok. Keadaaan ini
menggambarkan penarikan kepentingan atau mengacuhkan kepentingan
kelompok lain.
5. Negosiasi dalam penyelesaian Konflik
Negosiasi adalah proses untuk menetapkan keputusan bersama antara beberapa
pihak, dimana setiap pihak memiliki pendapat, keinginan, atau argumen yang
berbeda-beda. Pihak negosiator pada setting organisasi, dapat melibatkan dua
orang, misalnya saat dua orang karyawan menetapkan tanggal penyelesaian
laporan kerja; di dalam kelompok, misalnya saat menentukan kesepakatan jadwal
ujian dalam kelas; dan antar kelompok seperti kesepakatan antar perusahaan
pemasok dan pembeli bahan baku produksi.
Terdapat dua jenis negosiasi:
a. Negosiasi distributif adalah negosiasi yang menguntungkan salah satu pihak
selama pihak yang lain setuju dengan kesepakatan yang dibuat. Negosiasi
distributif disebut juga distribusi yang memaksa (forcing). Pada negosiasi ini,

Modul Praktikum Manajemen Keperawatan Akper Yaspen Jakarta Page 44


AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA
Jl. BATAS II NO. 54
KEL. BARU-PASAR REBO
JAKARTA TIMUR

ada setidaknya satu pihak yang kalah, baik win-lose atau lose-lose sehingga
tujuan yang dicapai memiliki pembagian yang sudah pasti (fixed). Bagi
negosiasi distributif, kelanjutan hubungan antar pihak negosiator tidak terlalu
penting. Tiap pihak pada jenis negosiasi ini memiliki tujuan kuat untuk
menang dan sangat tertutup terhadap kemungkinan dan kesempatan lain.
Karena itu, waktu negosiasi dilakukan sesegera mungkin dan dalam jangka
waktu yang relatif lebih singkat. Contoh dari negosiasi distributif adalah
negosiasi untuk menentukan jadwal kuis mahasiswa. Apabila kuis jarang
diadakan, hal ini menguntungkan para dosen karena dosen jadi tidak harus
pusing memikirkan berbagai macam soal untuk kuis beberapa kali, sedangkan
mahasiswa akan dirugikan karena semakin jarang kuis diadakan, maka akan
semakin banyak bahan yang dipelajari mahasiswa untuk sekali kuis. Begitu
juga sebaliknya.
b. Negosiasi integratif. Negosiasi ini melibatkan kerja sama dua pihak untuk
mencapai kesepakatan yang menguntungkan dua belah pihak. Karena itu,
negosiasi integratif disebut juga problem solving atau pemecahan masalah.
Berbeda dengan negosiasi distributif, negosiasi ini akan menghasilkan hasil
akhir win-win bagi kedua pihak, dimana hasilnya berupa banyak pilihan dan
solusi yang kolaboratif. Hubungan sesudah negosiasi antar pihak negosiator
sangat penting sehingga selama negosiasi, kedua pihak bersikap terbuka,
komunikatif, kreatif, dan memiliki kemauan untuk berubah. Waktu yang
diperlukan untuk melakukan negosiasi ini lebih lama dibandingkan negosiasi
distributif. Contohnya adalah kerjasama antara perusahaan advertising dengan
percetakan majalah. Bagi perusahaan advertising memasang iklan di majalah
dapat membuat perusahaannya menjadi lebih terkenal, sedangkan bagi
percetakan majalah, hal ini menguntungkan karena sebagian biayanya
akhirnya ditanggung oleh perusahaan advertising tersebut.

6. Mengelola konflik dan memfasilitasi kolaborasi


Konflik adalah pebedaaan pendangan atau ide antara satu orang dengan orang
yang lain. Dalam organisasi yang dibentuk dari sekumpulan orang yang memiliki
latar belakang yang berbeda konflik mudah terjadi. Untuk mengantisipasi

Modul Praktikum Manajemen Keperawatan Akper Yaspen Jakarta Page 45


AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA
Jl. BATAS II NO. 54
KEL. BARU-PASAR REBO
JAKARTA TIMUR

terjadinya konflik maka perlu diberdayakan upaya-upaya mengantisipasi konflik


dan mengatasi konflik sedini mungkin di ruangan.
Cara penanganan konflik ada beberapa macam, meliputi:
a. Bersaing
Bersaing adalah penanganan konflik dimana seseorang atau satu kelompok
berupaya memuaskan kepentingan sendiri tanpa memperdulikan dampaknya
pada orang lain atau kelompok lain. Cara ini kurang sehat apabila diterapkan
karena bisa menimbulkan potensi konflik yang lebih besar terutama pada
pihak yang merasa dikalahkan.
b. Berkolaborasi
Berkolaborasi adalah memuaskan kedua belah pihak yang sedang berkonflik.
Berbagai pihak yang melibatkan konflik didorong menyelesaikan masalah
yang mereka hadapi dengan jalan mencari dan menemukan persamaan
kepentingan dan bukan perbedaan.
c. Menghindar
Menghindar adalah cara menyelesaikan konflik dimana pihak yang sedang
berkonflik mengakui adanya konflik dalam interaksinya dengan orang lain
tetapi menarik diri atau menekan konflik tersebut (seakan-akan tidak ada
konflik atau masalah). Cara ini tidak dianjurkan dalam upaya penyelesaian
karena masalah mendasar tidak diselesaikan, penyelesaian yang terjadi adalah
penyelesaian semu.
d. Mengakomodasi
Akomodasi adalah upaya menyelesaikan konflik dengan cara salah satu pihak
yang berkonflik menempatkan kepentingan pihak lain yang berkonflik dengan
dirinya lebih tinggi. Salah satu pihak yang berkonflik mengalah kepada pihak
yang lain.
e. Berkompromi
Kompromi adalah cara penyelesaian konflik dimana semua pihak yang
berkonflik mengorbankan kepentingannya demi terjalinnya keharmonisan
hubungan kedua belah pihak tersebut. Dalam upaya ini tidak ada salah satu
pihak yang menang atau kalah.

Modul Praktikum Manajemen Keperawatan Akper Yaspen Jakarta Page 46


AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA
Jl. BATAS II NO. 54
KEL. BARU-PASAR REBO
JAKARTA TIMUR

7. Penerapan manajemen konflik di ruangan


Upaya mengatasi konflik yang diterapkan di ruangan adalah upaya berkolaborasi.
Pendekatan penyelesaian konflik yang ditempuh adalah dengan pendekatan
penyelesaian masalah (problem solving) yang meliputi :
a. Mengidentifikasi akar permasalahan yang terjadi dengan melakukan
klarifikasi pada pihak yang berkonflik
b. Mengidentifikasi penyebab timbulnya konflik
c. Mengidentifikasi alternatif-alternatif penyelesaian yang mungkin diterapkan
d. Memilih alternatif penyelesaian terbaik untuk diterapkan
e. Menerapkan solusi pilihan
f. Mengevaluasi peredaan konflik
Bila pendekatan internal yang telah dilakukan untuk meyelesaikan konflik
yang terjadi belum berhasil maka Kepala Ruangan dapat berkonsultasi
dengan Kepala Seksi Perawatan atau konsultan. Evaluasi penyelesaian
konflik dievaluasi oleh seluruh staf keperawatan.

Modul Praktikum Manajemen Keperawatan Akper Yaspen Jakarta Page 47


AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA
Jl. BATAS II NO. 54
KEL. BARU-PASAR REBO
JAKARTA TIMUR

BAB III
RENCANA KERJA PERAWAT

Rencana Kerja Perawat


Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang hal-
hal yang akan dikerjakan di masa mendatang dalam rangka pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan (Siagian, 1990). Perencanaan dapat juga diartikan sebagai suatu
rencana kegiatan tentang apa yang harus dilakukan, bagaimana kegiatan itu
dilaksanakan, dimana kegiatan itu dilakukan. Sehingga perencanaan yang matang
akan memberi petunjuk dan mempermudah dalam melaksanakan suatu kegiatan.
Dalam suatu organisasi perencanaan merupakan pola pikir yang dapat menentukan
keberhasilan suatu kegiatan dan titik tolak dari kegiatan pelaksanaan kegiatan
selanjutnya.

Kegiatan perencanaan dalam praktek keperawatan profesional merupakan upaya


meningkatkan profesionalisme dalam pelayanan keperawatan sehingga mutu
pelayanan bukan saja dapat dipertahankan tapi bisa terus meningkat sampai tercapai
derajat kepuasan tertinggi bagi penerima jasa pelayanan keperawatan dan pelaksana
pelayanan itu sendiri. Dengan demikian sangat dibutuhkan perencanaan yang
profesional juga.

Jenis-jenis perencanaan terdiri dari rencana jangka panjang, rencana jangka menengah
dan rencana jangka pendek. Perencanaan jangka panjang disebut juga perencanaan
strategis yang disusun untuk 3 sampai 10 tahun. Perencanaan jangka menengah
dibuat dan berlaku 1 sampai 5 tahun. Sedangkan perencanaan jangka pendek dibuat
satu jam sampai dengan satu tahun. Hirarki dalam perencanaan terdiri dari perumusan
visi, misi, filosofi, peraturan, kebijakan, dan prosedur (Marquis & Houston, 1998).
Kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang meliputi perumusan visi, misi, filosofi
dan kebijakan. Sedangkan untuk jenis perencanaan yang diterapkan adalah
perencanaan jangka pendek yang meliputi rencana kegiatan harian, bulanan dan
tahunan.

Modul Praktikum Manajemen Keperawatan Akper Yaspen Jakarta Page 48


AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA
Jl. BATAS II NO. 54
KEL. BARU-PASAR REBO
JAKARTA TIMUR

Rencana Harian Kepala Ruangan


Nama Karu :……………………….. Ruangan: ………………………..
Tanggal : ……………………..
Waktu Kegiatan Keterangan
07.00 Operan
Pre conference (jika jumlah tim lebih dari 1), mengecek
SDM dan sarana prasarana.
08.00 Mengecek kebutuhan pasien (pemeriksaan, kondisi dll)
09.00 Melakukan interaksi dengan pasien baru atau pasien
yang memerlukan perhatian khusus
10.00 Melakukan supervisi ketua tim
Ketua tim I:.........................(nama)
Tindakan : ..........................................................
Ketua tim II:.........................(nama)
Tindakan : ..........................................................
10.45 Melakukan supervisi pada perawat pelaksana
Perawat 1 :………………………..(nama)
……………………………………(tindakan)
Perawat 2 :………………………..(nama)
……………………………………(tindakan)
Perawat 3 :………………………..(nama)
……………………………………(tindakan)
11.30 Hubungan dengan bagian lain terkait rapat-rapat
terstruktur/insidentil
12.00 Mengecek ulang keadaan pasien, perawat, lingkungan
yang belum teratasi
Ishoma
13.00 Mempersiapkan dan merencanakan kegiatan asuhan
keperawatan untuk sore, malam dan esok hari sesuai
tingkat ketergantungan pasien
Mengobservasi post conference
14.00 Memimpin oOperan

Modul Praktikum Manajemen Keperawatan Akper Yaspen Jakarta Page 49


AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA
Jl. BATAS II NO. 54
KEL. BARU-PASAR REBO
JAKARTA TIMUR

Rencana Harian Ketua Tim

Nama ketua tim :……………………….. Ruangan: ………………………..


Tanggal : ……………………..
Nama pasien :
1. …………………………… 4. ………………………… 7. …………………………
2. …………………………… 5. ………………………… 8. …………………………
3. …………………………… 6. ………………………… 9. …………………………

Waktu Kegiatan Keterangan


07.00 Operan
Pre conference (metode tim)
Membimbing makan dan memberi obat pasien
08.00 Menyusun rencana keperawatan
Pasien 1…………………………(tindakan)
Pasien 2…………………………(tindakan)
Pasien 3…………………………..(tindakan)
Dst
09.00 Supervisi perawat (dapat diatur sesuai kondisi
dan kebutuhan)
Perawat 1.......................................(nama)
…………………………………..(tindakan)
Perawat 2.......................................(nama)
.......................................................(tindakan)
10.00 Memimpin Terapi Aktivitas Kelompok
11.00 Supervisi dan membimbing perawat pelaksanan
dalam melakukan tindakan keperawatan
Pasien 1…………………………(tindakan)
Pasien 2…………………………(tindakan)
Pasin 3…………………………..(tindakan)
12.00 Membimbing makan dan memberi obat pasien
Ishoma
13.00 Post conference dan menulis dokumentasi
Memeriksa kelengkapan dokumentasi askep
Alokasi pasien sesuai dengan perawat yang dinas
14.00 Operan

Modul Praktikum Manajemen Keperawatan Akper Yaspen Jakarta Page 50


AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA
Jl. BATAS II NO. 54
KEL. BARU-PASAR REBO
JAKARTA TIMUR

Rencana Harian Perawat Pelaksana


Nama perawat :……………………….. Ruangan: ………………………..
Tanggal : ……………………..
Nama pasien :
1. …………………………… 4. ………………………… 7. …………………………
2. …………………………… 5. ………………………… 8. …………………………
3. …………………………… 6. ………………………… 9. …………………………

Waktu Kegiatan Ket


07.00 14.00 21.00 Operan
Pre conference (jika 1 tim lebih dari 1
orang)
Membimbing makan dan memberikan
obat (dinas pagi)
08.00 15.00 22.00 Pasien
1……………………………(tindakan)
Pasien
2……………………………(tindakan)
Pasien
3……………………………(tindakan)
09.00 16.00 23.00 Pasien
4……………………………(tindakan)
Pasien
5……………………………(tindakan)
Pasien
6……………………………(tindakan)
10.00 17.00 24.00 Pasien
1……………………………(tindakan)
Pasien
2……………………………(tindakan)
Pasien
3……………………………(tindakan)
11.00 18.00 05.00 Pasien
4……………………………(tindakan)
Pasien
5……………………………(tindakan)
Pasien
6……………………………(tindakan)
12.00 19.00 Membimbing makan dan memberi obat
pasien
Istirahat
13.00 20.00 06.00 Post Conference (jika tim lebih dari
satu orang) dan dokumentasi askep
14.00 21.00 07.00 Operan

Modul Praktikum Manajemen Keperawatan Akper Yaspen Jakarta Page 51


AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA
Jl. BATAS II NO. 54
KEL. BARU-PASAR REBO
JAKARTA TIMUR

Rencana Bulanan Kepala Ruangan

Nama Karu :……………………….. Ruangan: ………………………..


Bulan: ……………………..
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
1 2 3 4 5 6 7
Rapat Rgn Supervisi Audit dok Supervisi Audit dok Penkes
LapBul Katim PA Klp Klg
8 9 10 11 12 13 14
Rapat Supervisi Audit dok Supervisi Audit dok Case
koord Katim PA Conf
15 16 17 18 19 20 21
Supervisi Audit dok Supervisi Audit dok Penkes
Katim PA Klp Klg
22 23 24 25 26 27 28
Menyusun Supervisi Audit dok Supervisi Audit dok Case
jadwal Katim PA Conf
Dinas
29 30 31
Rapat Supervisi Audit dok
Koord Katim
Mengetahui
Kepala Ruangan

( ……………………..)

Modul Praktikum Manajemen Keperawatan Akper Yaspen Jakarta Page 52


AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA
Jl. BATAS II NO. 54
KEL. BARU-PASAR REBO
JAKARTA TIMUR

Rencana Bulanan Ketua Tim


Nama Katim :……………………….. Ruangan: ………………………..
Bulan: ……………………..
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
1 2 3 4 5 6 7
Rapat Supervisi Supervisi Supervisi Supervisi Case
Ruangan PA PA PA PA Conf
Penkes
Klg
8 9 10 11 12 13 14
Alokasi Supervisi Supervisi Supervisi Supervisi Case
pasien PA PA PA PA Conf
Penkes
Klg
15 16 17 18 19 20 21
Alokasi Supervisi Supervisi Supervisi Supervisi Case
pasien PA PA PA PA Conf
Penkes
Klg
22 23 24 25 26 27 28
Menyusun Supervisi Supervisi Supervisi Supervisi Case
jadwal PA PA PA PA Conf
dinas Tim Penkes
Klg
29 30 31
Menyusun Koordinasi Menyusun
Laporan dg Katim Laporan
Tim menyusun Bulanan
Lap Bln
Ketua Tim Kepala Ruangan

( ……………………..) ( ………………………)

Modul Praktikum Manajemen Keperawatan Akper Yaspen Jakarta Page 53


AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA
Jl. BATAS II NO. 54
KEL. BARU-PASAR REBO
JAKARTA TIMUR

BAB III
LAPORAN KERJA KEPERAWATAN

Pelaporan adalah salah satu komponen dari dokumentasi keperawatan. Pelaporan


memberi ringkasan tentang aktivitas atas pengamatan yang dilihat, dilakukan atau
didengar. Dengan pelaporan, perawat dapat mengkomunikasikan informasi tentang
klien sehingga semua anggota tim dapat membuat keputusan terbaik tentang klien dan
perawatan mereka.

1. Laporan Pertukaran Tugas


Laporan pertukaran tugas terjadi dua atau tiga kali sehari pada setiap tipe unit
keperawatan disemua tipe lingkungan perawatan kesehatan. Pada akhir giliran
tugas perawat melaporkan informasi tentang klien yang menjadi tanggung
jawabnya kepada perawat yang bekerja pada giliran tugas berikutnya. Tujuan dari
pelaoparan adalah untuk memberikan kontinuitas perawatan yang lebih baik
diantara perawat yang merawat klien. Laporan yang lengkap menegakkan
pertanggunggugatan perawat dalam keyakinan bahwa perawatan klien tidak
terputus.

Laporan pertukaran tugas mungkin dilakukan secara lisan, dengan melakukan


perekaman, atau selama ronde disamping tempat tidur klien. Laporan lisan
dilakukan diruang konferensi dan anggota staf dari kedua anggota kelompok
menghadirinya. Jenis laporan dengan audiotape diberikan oleh perawat yang telah
menyelesaikan perawatan klien dan ditinggal untuk perawat pada giliran tugas
berikutnya untuk ditinjau ulang.

Pelaporan yang terorganisasi mengikuti aturan urutan yang logis. Untuk


menyiapkan laporan, perawat mengumpulkan informasi dari lembar kerja, kardex
klien dan perawatan kesehatan klien. Pendekatan yang sistematis seperti
penggunaan proses keperawatab dapat melengkapi staf dengan informasi kritis
yang diperlukan untuk melanjutkan perawatan. Berikut adalah contoh-contoh dari
laporan pergantian tugas:

Modul Praktikum Manajemen Keperawatan Akper Yaspen Jakarta Page 54


AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA
Jl. BATAS II NO. 54
KEL. BARU-PASAR REBO
JAKARTA TIMUR

a. Informasi latar belakang: Ny. S kamar 2, berumur 35 tahun adalah pasien dr.
Rian, dijadwalkan untuk colostomi pagi hari ini. Ia telah mengalami kolitis
ulseratif selama 2 tahun. Ia masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri ringan
abdomen. Pasien rencana akan dilakukan tindakan pembedahan. Ia mengetahui
bahwa kemungkinan ia harus menggunakan kolostomi.
b. Pengkajian : Nya S mengekspresikan kesulitan untuk tidur malam tadi. Ia
mengajukan beberapa pertanyaan mengenai pembedahan. Malam hari ia
memanggil perawat untuk meminta bantuan beberapa kali.
c. Diagnosa keperawatan : masalah asuhan keperawatan utamanya adalah kurang
pengetahuan yang berhubungan dengan tidak berpengalaman dengan
pembedahan dan ansietas yang berhubungan dengan potensial perubahan citra
tubuh.
d. Rencana penyuluhan : ia mengajukan pertanyaan yang sesuai berkenaan
dengan pembedahan. Kami telah menjelaskan kepadanya bahwa mungkin
diperlukan kolostomi. Staf tugas malam telah menjelaskan mengenai rutinitas
pascaoperatif. Saya telah mempertegas semua informasi kepadanya malam ini.
Ia menyatakan bahwa kini ia sudah tidak terlalu gelisah.
e. Tindakan : enema pembersihan telah dilakukan sampai jernih pada pukul
21.00; tidak ditemukan darah pada cairan enema. Ia mengaluh kram abdomen
segera setelah enema, tetapi kemudian menghilang. Ia mendapat Dalmane 15
mg PO pada pukul 23:30 dan saya melakukan masase punggung untuknya. Ia
tertidur setelah lewat tengah malam.
f. Informasi keluarga : istrinya tetap bersamanya tadi malam sampai akhir jam
berkunjung. Ia kembali dan berada diruangan klien pagi ini.
g. Rencana pemulangan : Ny. S adalah orang yang sangat aktif dirumah. Ia
bermain tenis, basket dan berenang. Tn. M merasa khawatir mengenai reaksi
suaminya nanti terhadap kolostomi. Saya menyarankan membuat rujukan
segera ke ahli terapi enterostoma, jika dipasang kolostomi.
h. Prioritas kebutuhan : sekarang ini, Ny. S sedang rileks diruangannya. Surat ijin
operasi telah ditandatangani semua prosedur preoperatif telah dilengkapi
sesuai medikasi preoperasi, akan diberikan sampai ada panggilan dari ruang
operasi.

Modul Praktikum Manajemen Keperawatan Akper Yaspen Jakarta Page 55


AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA
Jl. BATAS II NO. 54
KEL. BARU-PASAR REBO
JAKARTA TIMUR

Ketika memberikan laporan, perawat berdiskusi dengan klien atau keluarganya


dengan cara yang profesional. Sering kali penting untuk menggambarkan
interaksi diantara klien, perawat, dan anggota keluarganya dengan istilah
perilaku. Perawat jangan menggunakan label seperti tidak kooperatif, sulit, atau
buruk ketika menggambarkan perilaku tersebut.laporan yang baik adalah objektif
dan tidak memberikan penilaian atas dasar prasangka.
2. Laporan Telepon
Komunikasi menggunakan telepon sering kali diperlukan oleh anggota tim
perawat sebagai media untuk menyampaikan informasi. Laporan telepon
digunakan saat perawat menginformasikan kepada dokter tentang perubahan
kondisi klien, perawat dari satu unit menginformasikan kepada perawat pada unit
lain mengenai pemindahan klien, atau informasi terhadap laporan hasil radiologi
atau pemeriksaan diagnostik. Informasi dalam pelaporan per telepon harus
didokumentasikan secara permanen dalam format tertulis jika peristiwa signifikan
telah terjadi pada klien. Dengan demikian orang yang terlibat dengan pelaporan
per telepon memastikan bahwa informasi yang disampaikan jelas, akurat dan
singkat.
Dalam pendokumentasian hubungan telepon, perawat harus menuliskan kapan
hubungan telepon dilakukan, siapa yang melakukan (jika berbeda dengan penulis
informasi), siapa yang dihubungi, kepada siapa informasi telah diberikan,
informasi apa yang diberikan, dan informasi apa yang telah diterima.
3. Instruksi per telepon
Pesanan atau terapi melalui telepon sering diberikan pada malam hari atau selama
suatu kedaruratan. Instruksi telepon hanya digunakan ketika benar-benar
diperlukan, bukan semata-mata untuk kenyamanan.
Saat menerima instruksi melalui telepon, perawat harus menuliskan tanggal dan
waktu, nama klien, perawat, dokter dan pesan yang lengkap. Jika dokter terdengar
terburu-buru di telepon, gunakan pertanyaan klarikfikasi untuk menghindari
kesalahpahaman, dan ulangi setiap instruksi yang disampaikan untuk didengar
oleh dokter yang bersangkutan. Kemudian laporan per telepon dikuatkan oleh
dokter secara legal dengan menandatangani instruksi tersebut dalam rentang
waktu yang ditentukan (misalnya 24 jam).

Modul Praktikum Manajemen Keperawatan Akper Yaspen Jakarta Page 56


AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA
Jl. BATAS II NO. 54
KEL. BARU-PASAR REBO
JAKARTA TIMUR

4. Laporan Pemindahan Klien


Laporan pemindahan klien mencakup komunikasi tentang informasi mengenai
klien dari perawat unit pengirim ke perawat unit penerima. Yaitu ketika pasien
dipindahkan dari unit satu ke unit yang lainnya untuk mendapatkan tingkat
keperawatan yang berbeda.
Laporan pemindahan klien dapat dimulai melalui telepon atau langsung pada
orang yang bersangkutan. Informasi yang termasuk dalam laporan pemindahan
klien antara lain :
a. Nama klien, usia, dokter primer, dan diagnosis medis.
b. Ringkasan kemajuan medis sampai waktu pemindahan.
c. Status kesehatan terakhir (fisik dan psikologis).
d. Diagnose keperawatan terakhir atau masalah dan rencana keperawatan.
e. Segala pengkajian atau intervensi penting yang harus segera dilakukan
setelah pemindahan (membantu perawat penerima untuk menetapkan
prioritas asuhan).
f. Segala pertimbangan spesifik, seperti status isolasi atau status resusitasi.
g. Kebutuhan peralatan khusus.
Setelah perawat pengirim melengkapi laporan pemindahan, perawat penerima
harus menyediakan waktu untuk mengajukan pertanyaan tentang status klien.
5. Laporan Kecelakaan
Kecelakaan adalah segala peristiwa yang terjadi tidak sesuai dengan aktivitas
rutin unit perawatan kesehatan atau perawat rutin dari klien. Klien, pengunjung,
atau tenaga kerja dapat beresiko ketika sesuatu yang tidak lazim terjadi dalam
bidang keperawatan. Oleh karena itu, laporan kecelakaan dapat membantu
mengidentifikasi kecenderungan resiko tinggi dalam asuhan keperawatan atau
aktivitas keseharian unti yang membutuhkan perbaikan.

Ketika terjadi kecelakaan, perawat yang terlibat dalam kecelakaan atau perawat
yang menyaksikan kecelakaan harus mengisi laporan kecelakaan. Laporan harus
dilengkapi meskipun cedera tidak terjadi atau tidak tampak.

Modul Praktikum Manajemen Keperawatan Akper Yaspen Jakarta Page 57


AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA
Jl. BATAS II NO. 54
KEL. BARU-PASAR REBO
JAKARTA TIMUR

Ketika klien atau pengunjung terlibat dalam suatu kecelakaan, perawat yang
menyaksikan kecelakaan melakukan tindakan untuk menyingkirkan individu dari
resiko dan kemudian mulai melaporkan kecelakaan dengan menggambarkan
rinciannya. Dokter akan memeriksa individu untuk menentukan apakah telah
terjadi cedera. Jika terjadi cedera, dokter mendokumentasikan hasil pemeriksaan
dan temuan dalam catatan medis klien. Perawat hanya mendokumentasikan
deskripsi objektif tentang apa yang telah terjadi dan tindak lanjut yang telah
dilakukan. Perawat melaporkan apa yang sebenarnya disaksikan.
Catatan akurat : klien ditemukan tergeletak di lantai, mengeluh nyeri pada
panggul kirinya. Tampak rotasi eksternal dan pemendekan tungkai kiri. Diangkat
kembali keatas tempat tidur dengan bantuan perawat. Tanda vital : TD, 142/88;
Nadi, 90; Pernapasan, 22. Pagar tempat tidur dinaikkan, lampu pemanggil dalam
jangkauan, diinstruksikan untuk tetap berada ditempat tidur. Dr. Smith dihubungi,
diinstruksikan pemeriksaan rongent STAT.
Catatan tidak akurat : klien terjatuh dari tempat tidur, mengeluhkan nyeri pada
panggul kiri. Tampak rotasi eksternal dan pemendekan tungkai kiri. Dr.Smith
dihubungi.
Suatu laporan kecelakaan harus ringkas dan akurat, melaporkan apa yang benar-
benar disaksikan oleh perawat dan dituliskan sejalan dengan perawatan. Perawat
tidak menguraikan dalam catatan medis bahwa suatu laporan insidens telah
disiapkan. Ketika perawat sebagai korban kecelakaan, perawat harus melaporkan
secara rinci kecelakaan dan kemudian mencari bantuan medis sesuai dengan
kebijakan institusi.
Praktek manajemen keperawatan merupakan penerapan konsep-konsep
manajemen keperawatan yang berhubungan dengan pengelolaan efektif
manajemen operasional dan asuhan keperawatan di ruang keperawatan.
Perubahan yang terjadi terus menerus dalam sistem pelayanan kesehatan,
menuntut adanya pembaharuan dalam keperawatan terutama dalam pengelolaan
asuhan keperawatan. Pengelolaan asuhan keperawatan yang terfragmentasi
menyebabkan kurang adanya tanggung jawab perawat yang menyeluruh terhadap
asuhan klien. Hal ini sangat bertentangan dengan nilai-nilai profesional dalam

Modul Praktikum Manajemen Keperawatan Akper Yaspen Jakarta Page 58


AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA
Jl. BATAS II NO. 54
KEL. BARU-PASAR REBO
JAKARTA TIMUR

praktek keperawatan profesional. Pengelolaan asuhan keperawatan merupakan


inti dari praktek keperawatan profesional.

Praktek keperawatan profesional dilakukan bila perawat menerima tanggung


jawab untuk mengelola asuhan keperawatan sejumlah klien dalam periode waktu
tertentu. Esensi asuhan keperawatan profesional adalah sejauh mana
dikembangkan hubungan yang bertanggung jawab antara anggota masyarakat
(Klien) dengan seseorang yang diberi lisensi oleh masyarakat untuk memberikan
asuhan keperawatan yang profesional (Nurse).

6. Pelaksanaan Kegiatan Perawat Pelaksana


a. Melaksanakan rencana keperawatan yang sudah dibuat oleh penanggung
jawab / Ka Tim
b. Dalam keadaan insidentil membuat pengkajian, diagnose dan perencanaan
keperawatan yang kemudian disyahkan oleh penanggung jawab / Ka Tim
c. Memberikan perawatan paripurna pada sejumlah pasien yang sudah
didelegasikan oleh penanggung jawab / Ka Tim
d. Melakukan kerjasama dan berkonsultasi kepada penanggung jawab / Ka
Tim bila terjadi masalah-masalah yang berhubungan dengan pelaksanaan
asuhan keperawatan.
e. Mengambil keputusan bila terjadi masalah-masalah yang berhubungan
dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada waktu dinas sore, malam dan
hari libur dan melapor pada Kepala Ruang / Ka Tim.
f. Menata ruangan perawatan dengan mengawasi kebersihan, kelengkapan
peralatan dan mebelair untuk kelancaran pelaksanaan pelayanan pasien.
g. Memberikan bimbingan kepada pasien atau keluarga tentang penggunaan
obat, kebersihan perorangan, makanan dan cara hidup sehat serta memberi
motivasi dalam rangka memberikan pelayanan pada pasien.
h. Menghadiri konferensi keperawatan, tim kesehatan lain untuk
membicarakan dan membahas kasus-kasus untuk mendapatkan cara
pemecahan masalah dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan pada
pasien.

Modul Praktikum Manajemen Keperawatan Akper Yaspen Jakarta Page 59


AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA
Jl. BATAS II NO. 54
KEL. BARU-PASAR REBO
JAKARTA TIMUR

i. Mengikuti serah terima tugas yang dipimpin oleh penanggung jawab / Ka


Tim.
j. Melaksanakan tugas sore, malam dan hari libur secara bergilir sesuai
dengan jadwal yang dibuat oleh Kepala Ruang / Ka Tim.
k. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan di bidang keperawatan dengan
mengikuti pertemuan ilmiah atau rapat-rapat khusus.
l. Melakukan kegiatan penunjang sesuai dengan juknis jabatan fungsional
keperawatan.
m. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan dalam hal yang
berkaitan dengan pelaksanaan tugas dalam rangka menunjang kelancaran
pelaksanaan kegiatan di ruang keperawatan.

Laporan Kegiatan Harian Perawat Pelaksana


Tanggal Waktu Kegiatan
Rabu, 12 07.00-07.15 WIB Membaca laporan dari perawat asosiate
Maret yang tugas malam
2015 07.15-07.30WIB Mengikuti meeting morning yang
dipimpin oleh kepala ruang
07.30-08.00 WIB Menerima timbang terima dari perawat
asosiate yang tugas malam
08.00-08.30 WIB Melakukan pre conference dengan
perawat asosiate yang tugas jaga pagi
08.30-11.00 WIB Membantu tugas perawat asosiate untuk
kelancaran pelaksanaan asuhan
keperawatan pasien
11.00-11.30 WIB Melengkapi catatan asuhan keperawatan
di status pasien
11.30-11.45 WIB Melengkapi catatan asuhan keperawatan
pada buku laporan Ners
11.45-12.15 WIB Post conference dilanjutkan dengan
timbang terima dari perawat
asosiate yang tugas pagi ke sore
dipimpin oleh kepala ruang, serta
mengenalkan perawat asosiate yang
tugas sore kepada keluarga dan pasien.

Modul Praktikum Manajemen Keperawatan Akper Yaspen Jakarta Page 60


AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA
Jl. BATAS II NO. 54
KEL. BARU-PASAR REBO
JAKARTA TIMUR

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI (1998), National Strategic Plan of Action for Nursing and


Midwifery Workforce Development, POKJA Keperawatan dan
Kebidanan, Jakarta

Depkes RI (2009), Standar Pelayanan Minimal, Depkes RI, Jakarta

Depkes RI (2005), Pengembangan Manajemen Kinerja Klinik Perawat dan


Bidan, Direktorat Pelayanan Keperawatan Direktorat Jendral
Pelayanan Medik Depkes RI, Jakarta.

Depkes RI & FK-UGM (2008), Evaluasi Pengembangan Manajemen Kinerja


Klinik Perawat dan Bidan di 2 provinsi, Direktorat Pelayanan
Keperawatan Direktorat Jendral Pelayanan Medik Depkes RI,
Jakarta.

Gillies (1994). Nursing management: A system approach. (third edition).


Philadelphia: WB. Saunders.

La Monica L. Elaine. (1998). Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan,


Pendekatan Berdasarkan Pengalaman. Alih Bahasa Nurachmah.
Elly. EGC. Jakarta

Marquis, B.L. & Huston, C., J. (1998). Management decision making for
nurses: 124 case studies. (3rd edition). Philadelphia: Lippincott

Marquis, B.L. & Huston, C., J. (2002). Leadership roles and management
function in nursing: Theory & application. (3rd ed.). Philadelphia:
Lippincott

Swansburg, R.C. & Swansburg, R.J. (2000). Pengantar Kepemimpinan dan


Manajemen Keperawatan. Untuk Perawat Klinis. Alih Bahasa
Samba.Suharyati. EGC. Jakarta

Modul Praktikum Manajemen Keperawatan Akper Yaspen Jakarta Page 61

Anda mungkin juga menyukai