Modul Praktikum Manajemen Keperawatan 2021
Modul Praktikum Manajemen Keperawatan 2021
Modul Praktikum Manajemen Keperawatan 2021
MODUL PEMBELAJARAN
MANAJEMEN KEPERAWATAN
Penyusun
Tety Mulyati Arofi
BAB I
RENCANA PEMBELAJARAN
5. Menyusun laporan tentang hasil dan proses kerja dengan akurat dan sahih,
mengkomunikasikan secara efektif kepada pihak lain yang membutuhkannya
6. Melakukan supervisi dan evaluasi terhadap penyelesaian pekerjaan yang ditugaskan
kepada pekerja di bawah tanggung jawabnya
7. Mendokumentasikan, menyimpan, mengamankan dan menemukan kembali data untuk
menjamin kesahihan dan mencegah plagiasi
D. Strategi Perkuliahan
Strategi pembelajaran dalam praktikum manajemen keperawatan adalah sebagai
berikut:
1. Mahasiswa mengisi daftar hadir pada lembar daftar hadir mata kuliah, dan
daftar hadir laboratorium.
2. Dosen menjelaskan bahan praktikum di kelas sesuai dengan keterampilan yang
akan dipraktekkan
3. Mahasiswa dibagi menjadi kelompok yang setiap kelompoknya
4. Dosen mendemonstrasikan keterampilan yang akan dipraktekkan
5. Dosen membimbing setiap kelompok mahasiswa
6. Setiap mahasiswa wajib melakukan demonstrasi keterampilan tersebut
E. Referensi
1. Depkes RI (1998), National Strategic Plan of Action for Nursing and
Midwifery Workforce Development, POKJA Keperawatan dan Kebidanan,
Jakarta
2. Depkes RI (2009), Standar Pelayanan Minimal, Depkes RI, Jakarta
3. Depkes RI (2005), Pengembangan Manajemen Kinerja Klinik Perawat dan
Bidan, Direktorat Pelayanan Keperawatan Direktorat Jendral Pelayanan Medik
Depkes RI, Jakarta.
4. Depkes RI & FK-UGM (2008), Evaluasi Pengembangan Manajemen Kinerja
Klinik Perawat dan Bidan di 2 provinsi, Direktorat Pelayanan Keperawatan
Direktorat Jendral Pelayanan Medik Depkes RI, Jakarta.
5. Gillies (1994). Nursing management: A system approach. (third edition).
Philadelphia: WB. Saunders.
6. La Monica L. Elaine. (1998). Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan,
Pendekatan Berdasarkan Pengalaman. Alih Bahasa Nurachmah. Elly. EGC.
Jakarta
7. Marquis, B.L. & Huston, C., J. (1998). Management decision making for
nurses: 124 case studies. (3rd edition). Philadelphia: Lippincott
8. Marquis, B.L. & Huston, C., J. (2002). Leadership roles and management
function in nursing: Theory & application. (3rd ed.). Philadelphia: Lippincott
9. Swansburg, R.C. & Swansburg, R.J. (2000). Pengantar Kepemimpinan dan
Manajemen Keperawatan. Untuk Perawat Klinis. Alih Bahasa Samba.Suharyati.
EGC. Jakarta
F. Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan menggunakan format penilaian yang tersedia
BAB II
KLASIFIKASI TINGKAT KETERGANTUNGAN PASIEN
1. Definisi
Klasifikasi pasien adalah metode pengelompokkan pasien menurut jumlah dan
kompleksitas persyaratan perawatan mereka. Dalam banyak sistem klasifikasi,
pasien dikelompokkan sesuai dengan ketergantungan mereka pada pemberi
perawatan dan kemampuan yang diperlukan untuk memberikan perawatan.
2. Tujuan Sistem klasifikasi Pasien
Tujuan klasifikasi pasien adalah untuk mengkaji pasien dan pemberian nilai untuk
mengukur jumlah usaha yang diperlukan untuk memenuhi perawatan yang
dibutuhkan pasien (Gillies, 1994). Menurut Swanburg, tujuan klasifikasi pasien
adalah untuk menentukan jumlah dan jenis tenaga yang dibutuhkan dan
menentukan nilai produktivitas. Klasifikasi pasien sangat menentukan perkiraan
kebutuhan tenaga. Hal ini dilakukan untuk menetapkan jumlah tenaga
keperawatan sesuai dengan kategori yang dibutuhkan untuk asuhan keperawatan
klien di setiap unit.
3. Sistem klasifikasi Pasien
a. Klasifikasi Tingkat Ketergantungan Pasien (berdasarkan teori Orem)
1) Minimal Care (1-2 jam /hari)
a) Pasien bisa mandiri/ hampir tidak memerlukan bantuan
(1) naik- turun tempat tidur mandiri
(2) ambulasi dan berjalan sendiri
(3) makan dan minum sendiri
(4) mandi sendiri atau mandi sebagian dengan bantuan
(5) membersihkan mulut (sikat gigi sendiri)
(6) berpakaian dan berdandan dengan sedikit bantuan
b) Status psikologis stabil
c) Pasien dirawat untuk prosedur diagnostik
d) Operasi ringan
2) Partial Care (3-4 jam /hari)
a) Pasien memerlukan bantuan perawat sebagian:
mati rasa dan tidak bisa digerakkan. Saat makan dan minum dibantu oleh
keluarga, mandi di tempat tidur oleh perawat begitu pula dengan BAK-
BAB dibantu perawat.
9) Seorang perempuan berumur 19 tahun dirawat di ruang penyakit dalam
dengan diagnosa medis thypoid. Hasil pengakjian diperoleh data klien
merasa sudah tidak ada keluhan, klien mampu ke kamar mandi sendiri,
BAK-BAB ke kamar mandi sendiri tanpa bantuan perawt ataupun
keluarga
10) Seorang perempuan berumur 27 tahun dengan diagnosa medispost operasi
secsio caesar di rawat di ruang wanita. Pasien dioperasi jam 05.00 dan
selesai operasi pada jam 09.00 pagi. Pasien kembali ke ruangan dengan
kondisi masih lemah, belum mampu bergerak, pasien masih memerlukan
bantuan perawat dan keluarga dalam memenuhi kebutuhannya.
BAB III
METODE PENUGASAN ASUHAN KEPERAWATAN
unit serta melakukan peran dan fungsi dalam organisasi dan menggunakan
power serta wewengan dengan tepat.
c. Ketenagaan: pengaturan ketegagaan dimulai dari rekruetmen, interview,
mencari, dan orientasi dari staf baru, penjadwalan, pengembangan staf, dan
sosialisasi staf.
d. Pengarahan: mencangkup tanggung jawab dalam mengelola sumber daya
manusia seperti motivasi untuk semangat, manajemen konflik, pendelegasian,
komunikasi, dan memfasilitasi kolaborasi.
e. Pengawasan meliputi penampilan kerja, pengawasan umum, pengawasan etika
aspek legal, dan pengawasan professional. Seorang manajer dalam
mengerjakan kelima fungsinya tersebut sehari-sehari akan bergerak dalam
berbagai bidang penjualan, pembelian, produksi, keuangan, personalia dan
lain-lain.
19) Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik antara petugas,
pasien dan keluarganya, sehingga memberi ketenangan.
20) Memberi motivasi tenaga nonkeperawatan dalam memelihara kebersihan
ruangan dan lingkungan.
21) Meneliti pengisian formulir sensus harian pasien ruangan.
22) Memeriksa dan meneliti pengisi daftar pemintaan makanan berdasarkan
macam dan jenis makanan pasien kemudian memeriksa / meneliti ulang
saat pengkajiannya.
23) Memelihara buku register dan bekas catatan medis.
24) Membuat laporan harian mengenai pelaksanaan kegiatan asuhan
keperawatan serta kegiatan lain di ruangan rawat.
atau lebih untuk semua klien yang ada di unit tersebut. Kepala ruangan (head
nurse) bertanggung jawab dalam pembagian tugas tersebut dan menerima
laporan tentang semua klien serta menjawab semua pertanyaan tentang klien.
Orientasi pada jenis tugas tertentu. Pendekatan ini efisien, dalam arti:
1) Semua jenis pekerjaan akan terkelola dan terkontrol
2) Waktu pengerjaan lebih singkat
3) Seseorang dengan jenis tugas tertentu untuk jangka waktu lama akan
menjadi sangat trampil terhadap tugas tersebut
4) Dibutuhkan : uraian kerja, protap jelas, kontrol terstruktur
Model ini cocok untuk keadaan darurat, tetapi kurang untuk meningkatkan
mutu askep (Gillies,1989; Tomey,1992). Metode pemberian asuhan
keperawatan fungsional pertama kalinya berkembang pada saat perang dunia
ke II. Kebanyakan institusi menganggap keperawatan fungsional memiliki
nilai ekonomis dalam pemberian pelayanan kesehatan. Hal tersebut benar jika
kualitas pelayanan dan pelayanan yang holistik bukan sesuatu hal yang
penting.
Keuntungan:
1) Perawat terampil untuk tugas/pekerjaan tertentu.
2) Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai tugas.
3) Kekurangan tenaga yang ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang
berpengalaman untuk satu tugas yang sederhana.
4) Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta didik
yang praktek untuk ketrampilan tertentu.
Kerugian:
1) Pelayanan keperawatan terpilah-pilah atau total sehingga proses
keperawatan sulit dilakukan.
2) Apabila pekerjaan selesai cenderung meninggalkan klien dan melakukan
tugasnon keperawatan.
3) Kepuasan kerja keseluruhan sulit dicapai dan sulit diidentifikasi
kontribusinya terhadap pelayanan.
4) Perawat hanya melihat asuhan keperawatan sebagai keterampilan saja.
c. Metode kasus
Metode ini adalah suatu penugasan yang diberikan kepada perawat untuk
memberikan asuhan secara total terhadap seorang atau sekelompok klien.
Berpusat pada client/pasien, perawat bertanggung jawab untuk melakukan
asuhan secara komprehensif terhadap satu atau sekelompok pasien pada shift
dinas tertentu. Secara konsisten pasien dilayani oleh perawat yang sama dalam
satu periode/shift dinas. Dibutuhkan level kompetensi yang tinggi dari
pelaksana asuhan.
1) Keuntungan
a) Model praktek keperawatan profesional dapat dilakukan atau
diterapkan.
b) Memungkinkan asuhan keperawatan yang komprehensif
c) Memungkinkan penerapan proses keperawatan
d) Memberikan kepuasan kerja bagi perawat
e) Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga menerima asuhan
keperawatan
2) Kerugian
a) Hanya dapat dilakukan oleh perawat professional
b) Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain
e. Keperawatan moduler
Metode keperawatan modul merupakan metode modifikasi keperawatan tim-
primer, yang dilaksanakan untuk meningkatkan efektifitas konsep keperawatan
tim melalui penugasan modular. Perawat profesional dan vokasional
bekerjasama dalam merawat sekelompok klien dari mulai masuk ruang rawat
hingga pulang (tanggung jawab total). Metode ini juga memerlukan perawat
yg berpengetahuan luas dan trampil, kemampuan kepemimpinan baik dimana
pengorganisasian pelayanan/asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat
profesional dan non profesional (trampil) untuk sekelompok klien dari mulai
masuk rumah sakit sampai pulang disebut tanggung jawab total atau
keseluruhan. Untuk metode ini diperlukan perawat yang berpengetahuan,
terampil dan memiliki kemampuan kepemimpinan. Idealnya 2-3 perawat untuk
8 – 12 orang klien.
Keuntungan dan kerugian metode ini adalah ama dengan gabungan antara
metode tim dan metode keperawatan primer. Semua metode di atas dapat
digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi ruangan. Jumlah staf yang ada
harus berimbang sesuai dengan yang telah dibahas pembicara yang
sebelumnya. Selain itu kategori pendidikan tenaga yang ada perlu diperhatikan
sesuai dengan kondisi ketenagaan yang ada saat ini di Indonesia. Khususnya di
rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo metode tim lebih memungkinkan untuk
digunakan, selain itu menurut organisasi rumah sakit Amerika bahwa dari hasil
penelitian dinyatakan 33% rumah sakit menggunakan metode Tim, 25%
perawatan total/alokasi klien, 15% perawatan primer dan 12% metode
fungsional (Kron & Gray, 1987).
f. Manajemen kasus
Manajemen kasus merupakan sistem pemberian asuhan multidisiplin yang
bertujuan meningkatkan pemanfaatan fungsi berbagai anggota tim kesehatan
serta sumber-sumber yang ada. Manajemen kasus Sering digunakan dalam
sarana/perangkat komunitas dan pskiatri dan diadopsi dalam pasien rawat inap.
Manajemen kasus merupakan rancangan terakhir yang diajukan untuk
memenuhi kebutuhan pasien (Marquis, B.L. & Huston, C., J., 2002). Zander,
1988 dalam Sullivan dan Decter, 2001 menyatakan bahwa keperawatan
manajemen kasus adalah model untuk identifikasi, koordinasi dan monitoring
implementasi kebutuhan pelayanan untuk mencapai hasil asuhan yang
diinginkan dalam periode tertentu. Perkembangan pasien akan diikuti terus
oleh manajer kasus dari masuk sampai pulang. Integrasi layanan kesehatan
untuk klien/pasien secara individu atau kelompok dengan tim multidisiplin
yang bertanggung jawab secara kolaboratif dalam kajian kebutuhan klien dan
menetapkan rencana tindakan-implementasi-evaluasi dari saat pasien diterima,
dirujuk dan atau dipulangkan. Dalam manajemen kasus diperlukan:
1) Case manager
Case manager memegang setiap kasus individu untuk menjalankan fungsi
koordinasi dan kolaborasi, mengidentiifikasi pemberian pelayanan,
BAB III
TIMBANG TERIMA DAN
KONFERENSI KEPERAWATAN
A. Timbang terima
1. Definisi
Operan atau timbang terima yaitu komunikasi dan serah terima antara shift pagi ,
sore, dan malam. Operan dari dinas malam ke dinas pagi dan dinas pagi ke dinas
sore dipimpin oleh kepala ruangan, sedangkan operan dari dinas sore ke dinas
malam dipimpin oleh penanggung jawab shift sore. Operan/Timbang Terima
adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang
berkaitan dengan kedaan klien.
2. Tujuan:
a. Menyampaikan kondisi atau keadaan secara umum klien
b. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas
berikutnya
c. Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya.
3. Manfaat:
a. Bagi Perawat
1) Meningkatkan kemampuan kumunikasi antar perawat
2) Menjalin hubungan kerja sama dan bertanggung jawab antar perawat
3) Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang berkesinambungan
4) Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna
b. bagi pasien
Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang belum
terungkap
4. Langkah-langkah :
a. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap
b. Shift yang akan menyerahkan dan mengoperkan perlu mempersiapkan hal-hal
apa yang disampaikan
c. Perawat yang bertanggung jawab menyampaikan kepada penanggung jawab
shift yang selanjutnya meliputi kondisi atau keadaan klien secara umum, tindak
lanjut untuk dinas yang menerima operan, rencana kerja untuk dinas yang
menerima operan
d. Penyampaian operan di atas harus dilakukan secara jelas dan tidak terburu-buru
e. Perawat penanggung jawab dan anggotanya dari kedua shift bersama-sama
secara langsung melihat keadaan kien.
5. Prosedur timbang terima
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prosedur ini meliputi :
1) Persiapan
a) Kedua kelompok dalam keadaan siap
b) Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan
2) Pelaksanaan
a) Dalam penerapannya, dilakukan timbang terima kepada masing-masing
penanggung jawab.
b) Timbang terima dilaksanakan setiap penggantian shift/operan
c) Dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang terima
dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang masalah
keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah dan belum dilaksanakan
serta hal-hal penting lainnya yang perlu dilimpahkan.
d) Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap
sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada
perawat yang berikutnya
e) Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah:
(1) Identitas klien termasuk KU & TTV, serta diagnosa medik
(2) Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul
(3) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan
(4) Intervensi kolaborasi dan dependensi
(5) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan
selanjutnya, misalnya operasi, pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan
penunjang lainnya, persiapan untuk konsultasi atau prosedur lainnya
yang tidak dilaksanakan secara rutin.
f) Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi, tanya
jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang kurang jelas
B. Konfrensi
1. Definisi
Konfrensi dalam keperawatan terdiri dari pre conference dan post conference
a. Pre conference yaitu evaluasi Katim dan perawat pelaksana setelah selesai
operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh Katim
atau penanggungjawab tim. Jika yang dinas pada tim tersebut hanya 1 orang,
maka pre conference ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap perawat
(rencana harian), dan tambahan rencana dari Katim atau penanggung jawab tim
b. Post conference yaitu komunikasi Katim dan perawat pelaksana tentang hasil
kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikut. Isi post
conference adalah hasil askep tiap perawat dan hal penting untuk operan
(tindak lanjut). Post conference dipimpin oleh Katim atau penanggungjawab
tim.
2. Tujuan Konfrensi
a. Membahas masalah setiap klien berdasarkan renpra yang telah dibuat oleh
perawat primer atau ketua tim
b. Menetapkan klien yang menjadi tanggung jawab masing-masing perawat
pelaksana
c. Membahas rencana tindakan keperawatan untuk setiap klien pada hari itu,
Rencana tindakan didasarkan pada renpra yang ditetapkan oleh ketua tim
d. Mengidentifikasi tugas perawat pelaksana untuk setiap klien yang menjadi
tanggung jawabnya.
BAB III
Modul Praktikum Manajemen Keperawatan Akper Yaspen Jakarta Page 28
AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA
Jl. BATAS II NO. 54
KEL. BARU-PASAR REBO
JAKARTA TIMUR
SUPERVISI KEPERAWATAN
1. Definisi
Supervisi adalah suatu proses kemudahan untuk penyelesaian tugas-tugas
keperawatan (Swansburg & Swansburg, 1999). Supervisi adalah merencanakan,
mengarahkan, membimbing, mengajar, mengobservasi, mendorong, memperbaiki,
mempercayai, mengevaluasi secara terus menerus pada setiap perawat dengan
sabar, adil serta bijaksana (Kron, 1987).
2. Tujuan Supervisi
Tujuan supervisi adalah memberikan bantuan kepada bawahan secara langsung
sehingga dengan bantuan tersebut bawahan akan memiliki bekal yang cukup untuk
dapat melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan hasil yang baik (Suarli, 2009).
3. Manfaat Supervisi
Supervisi yang dilakukan dengan baik, akan diperoleh banyak manfaat, diantaranya
adalah sebagai berikut :
1) Dapat lebih meningkatkan efektifitas kerja, peningkatan ini erat kaitannya
dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan bawahan, serta makin
terbinanya hubungan dan suasana kerja yang lebih harmonis antara atasan dan
bawahan.
2) Dapat lebih meningkatkan efisiensi kerja, peningkatan ini erat kaitannya
dengan makin berkurangnya kesalahan yang dilakukan bawahan, sehingga
pemakaian sumber daya (tenaga, harta, dan sarana) yang sia-sia akan dapat
dicegah (Azwar 1996, dalam Nursalam, 2007).
4. Prinsip Supervisi
Supervisi yang dijalankan dengan baik maka seorang suprvisor harus memahami
prinsip- prinsip supervisi dalam keperawatan menurut Suyanto (2009) sebagai
berikut :
a. Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi
b. Didasarkan atas hubungan profesional dan bukan pribadi.
c. Kegiatan direncanakan secara matang.
d. Bersifat edukatif, suKetua Timorting dan informal.
e. Memberikan perasaan aman pada staf dan pelaksana keperawatan
5. Cara Supervisi
Supervisi menurut Suyanto (2009) dapat dilakukan secara langsung dan tidak
langsung, penerapannya disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta tujuan
supervise.
a. Supervisi Langsung
Supervisi dilakukan langsung pada kegiatan yang sedang berlangsung. Cara
supervisi ini ditujukan untuk bimbingan dan arahan serta mencegah dan
memperbaiki kesalahan yang terjadi.
Cara supervisi terdiri dari:
1) Merencanakan
Seorang supervisor, sebelum melakukan supervisi harus membuat
perencanaan tentang apa yang akan disupervisi, siapa yang akan
disupervisi, bagaimana tekniknya, kapan waktunya dan alasan dilakukan
supervisi (Kron, 1987).Dalam membuat perencanaan diperlukan unsur-
unsur : Objektif / tujuan dari perencanaan, Uraian Kegiatan, Prosedur,
Target waktu pelaksanaan, penanggung jawab dan anggaran (Suarli, 2009).
2) Mengarahkan
Pengarahan yang dilakukan supervisor kepada staf meliputi pengarahan
tentang bagaimana kegiatan dapat dilaksanakan sehingga tujuan organisasi
dapat tercapai. Dalam memberikan pengarahan diperlukan kemampuan
5) Mengobservasi
Mengobsevasi menurut Nursalam (2007) untuk meningkatkan efektifitas
dan efisiensi staf dalam melaksanakan tugasnya sehingga dapat
menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan yang diharapkan, maka supervisor
harus melakukan observasi terhadap kemampuan dan perilaku staf dalam
menyelesaikan pekerjaan dan hasil pekerjaan yang dilakukan oleh staf.
6) Mengevaluasi
Evaluasi merupakan proses penilaian pencapaian tujuan, apabila suatu
pekerjaan sudah selesai dikerjakan oleh staf, maka diperlukan suatu
evaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana yang
telah disusun sebelumnya. Evaluasi juga digunakan untuk menilai apakah
pekerjaan tersebut sudah dikerjakan sesuai dengan ketentuan untuk
mencapai tujuan organisasi. Evaluasi dapat dilakukan dengan cara menilai
langsung kegiatan, memantau kegiatan melalui objek kegiatan. Apabila
suatu kegiatan sudah di evaluasi, maka diperlukan umpan balik terhadap
kegiatan tersebut.
6. Praktek Supervisi
Kegiatan supervisi dilaksanakan secara optimal untuk menjamin kegiatan
pelayanan sesuai dengan standar mutu profesional yang telah ditetapkan. Supervisi
dilakukan oleh perawat yang memiliki kompetensi baik dalam manajemen maupun
asuhan keperawatan serta menguasai pilar-pilar profesionalisme yang diterapkan.
Untuk itu pengawasan berjenjang dilakukan sebagai berikut:
1) Kepala Seksi Keperawatan atau Konsultan melakukan pengawasan terhadap
Kepala Ruangan
2) Kepala Ruangan melakukan pengawasan terhadap Ketua Tim dan Perawat
Pelaksana
3) Ketua Tim melakukan Pengawasan terhadap Perawat Pelaksana
Materi supervisi atau pengawasan disesuaikan dengan uraian tugas dari masing-
masing staf perawat yang disupervisi. Untuk Kepala Ruangan, materi supervisi
adalah kemampuan managerial dan kemampuan dalam asuhan keperawatan. Ketua
Tim disupervisi terkait dengan kemampuan pengelolaan di timnya dan kemampuan
asuhan keperawatan. Sedangkan perawat pelaksana disupervisi terkait dengan
kemampuan asuhan keperawatan yang dilaksanakan. Supervisi dapat menjadi alat
pembinaan dan tidak menjadi sesuatu yang menakutkan maka perlu disusun
standar penampilan yang sudah dipahami oleh staf dan jadwal pasti supervisi.
Contoh jadwal supervisi
No Waktu Supervisor Yang disupervisi Materi Supervisi
1. 6 Mei 2015 Karu Katim 1 Memimpin pre
conference
2. 12 Mei 2015 Karu Katim 2 Memimpin pre
conference
3. 20 Mei 2015 Katim 1 Perawat pelaksana: Askep : diare
Nn. M
4. 25 Mei 2015 Katim 2 Perawat perlaksana: Askep : Gastritis
Tn. J
Aktivitas supervisi dievaluasi oleh kepala ruangan dan Ketua Tim yang melakukan
supervisi dengan self evaluasi.
7. Latihan Supervisi
a. Menonton video supervisi
b. Mahasiswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari 4-5 orang
c. Mahasiswa menyusun skenario role play supervisi ketua tim terhadap perawat
pelaksana
d. Melakukan role play di depan kelas
BAB III
PENDELEGASIAN KEPERAWATAN
1. Definisi
Pendelegasian dapat diartikan sebagai penyelesaian suatu pekerjaan melalui orang
lain atau dapat juga diartikan sebagai pelimpahan suatu tugas kepada seseorang
atau kelompok dalam menyelesaikan tujuan organisasi (Marquis dan Huston,
1998).
Pendelegasian/pelimpahan asuhan keperawatan kepada pasien oleh perawat tidak
mudah dilakukan karena menyangkut pemberian suatu perintah kepada orang lain
untuk menyelesaikan tugas yang diemban. Para perawat meyakini bahwa mereka
dapat memberikan pendelegasian dengan baik kepada staf dalam asuhan
keperawatan, tetapi sering tidak dilaksanakan dengan baik. Hal ini menyebabkan
kurangnya rasa percaya kepada orang yang menerima pendelegasian (delegasi).
a. Ketidakefektifan dalam Pendelegasian
Pendelegasian dalam praktik keperawatan profesional sering ditemukan
mengalami masalah, di mana proses pendelegasian tidak dilaksanakan secara
efektif. Ketidakefektifan atau kesalahan yang sering ditemukan dapat
dibedakan menjadi tiga hal, yaitu under-delegation, over-delegation, dan
improper-delegation.
b. Pendelegasian yang Terlalu Sedikit (Under-delegation)
Manajer keperawatan sering berasumsi bahwa jika mereka melakukannya
sendiri, maka akan menjadi lebih baik dan lebih cepat daripada didelagasikan
ke orang lain. Misalnya, manajer sering berpikir “Saya bisa mengerjakan ini
lebih baik, bila staf yang mengerjakan akan memerlukan waktu yang lama”.
Keadaan ini berdampak terhadap proses pendelegasian wewenang, di mana
orang yang menerima tugas hanya diberikan wewenang yang sangat terbatas
dan sering terjadi ketidakjelasan wewenang yang harus dilakukan, sehingga
tugas tersebut tidak dapat diselesaikan dengan baik.
Masalah lain adalah kekhawatiran seseorang bahwa mereka tidak mampu
melakukan seperti apa yang dilakukan staf/orang yang didelegasikan, karena
tanggung jawab yang diberikan hanya sedikit dan sering merasa bosan, malas,
dan tidak efektif. Pendelegasian yang tepat akan dapat meningkatkan kepuasan
kerja dan meningkatkan hubungan yang kondusif antara manajer dan staf.
c. Pendelegasian yang Berlebihan (Over-delegation)
Pendelegasian yang berlebihan kepada staf, akan berdampak terhadap
penggunaan waktu yang sia-sia. Hal ini disebabkan keterbatasan manajer untuk
memonitor dan menghabiskan waktu dalam tugas organisasi. Staf akan merasa
terbebani dan sering ditemukan penyalahgunaan wewenang yang diberikan.
Misalnya staf sering bertanya, “Saya tidak tahu apa yang manajer harapkan”
atau “Saya lebih senang bantuan supervisi dari manajer terus-menerus”.
d. Pendelegasian yang Tidak Tepat (Improper-delegation)
Pendelegasian menjadi tidak efektif bila diberikan kepada orang yang tidak
tepat karena alasan faktor suka/tidak suka. Pendelegasian tersebut tidak akan
memperoleh hasil yang baik karena adanya kecenderungan manajer menilai
pekerjaan staf berdasarkan unsur subjektivitas
2. Konsep Pendelegasian
Pendelegasian yang baik bergantung pada keseimbangan antara tiga komponen
utama, yaitu tanggung jawab, kemampuan, dan wewenang. Tanggung jawab
(responsibility) adalah suatu rasa tanggung jawab terhadap penerimaan suatu tugas.
Kemampuan (accountability) adalah kemampuan seseorang dalam melaksanakan
tugas yang didelegasikan. Wewenang (authority) adalah pemberian hak dan
kekuasaan kepada delegasi untuk mengambil suatu keputusan terhadap tugas yang
dilimpahkan.
3. Konsep Dasar Pendelegasian yang Efektif
Lima konsep yang mendasari efektivitas dalam pendelegasian. Lima konsep
tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Pendelegasian bukan suatu sistem untuk mengurangi tanggung jawab. Tetapi
suatu cara untuk membuat tanggung jawab menjadi bermakna. Manajer
keperawatan sering mendelegasikan tanggung jawabnya kepada staf dalam
melaksanakan asuhan terhadap pasien. Misalnya, dalam penerapan model
asuhan keperawatan profesional primer, seorang ketua tim melimpahkan
tanggung jawabnya dalam memberikan asuhan keperawatan kepada perawat
BAB III
MANAJEMEN KONFLIK KEPERAWATAN
1. Definisi Konflik
Konflik dalam pengertian yang sangat luas dapat dikatakan sebagai segala macam
bentuk antar hubungan antar manusia yang bersifat berlawanan (antagonistik).
Menurut Lewis A.Coser, konflik adalah perjuangan nilai kekuasaan dan sumber
daya yang bersifat langka dengan maksud menetralkan, mencederai atau
melenyapkan lawan. Menurut Gillin dan Gillin, konflik merupakan proses
interaksi yang berlawanan. Konflik adalah proses yang dimulai ketika satu pihak
menganggap pihak lain secara negatif mempengaruhi, atau akan secara negatif
mempengaruhi, sesuatu yang menjadi kepedulian pihak pertama.
2. Jenis Konflik
Ada lima jenis konflik dalam kehidupan organisasi :
a. Konflik intra personal (konflik dalam diri individu), yang terjadi bila seorang
individu menghadapi ketidakpastian tentang pekerjaan yang dia harapkan
untuk melaksanakannya. Bila berbagai permintaan pekerjaan
saling bertentangan, atau bila individu diharapkan untuk melakukan lebih dari
kemampuannya.
b. Konflik antar individu dalam organisasi yang sama, dimana hal ini sering
diakibatkan oleh perbedaan–perbedaan kepribadian.Konflik ini berasal dari
adanya konflik antar peranan ( seperti antara manajer dan bawahan ).
c. Konflik antar individu dan kelompok, yang berhubungan dengan cara individu
menanggapi tekanan untuk keseragaman yang dipaksakan oleh kelompok kerja
mereka. Sebagai contoh, seorang individu mungkin dihukum atau diasingkan
oleh kelompok kerjanya karena melanggar norma – norma kelompok.
d. Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama, karena terjadi
pertentangan kepentingan antar kelompokatau antar organisasi.
e. Konflik antar organisasi, yang timbul sebagai akibat bentuk persaingan
ekonomi dalam sistem perekonomian suatu negara. Konflik ini telah
mengarahkan timbulnya pengembangan produk baru, teknologi, dan jasa,
harga–harga lebih rendah, dan penggunaan sumber daya lebih efisien.
3. Proses Konflik
Proses konflik dibagi menjadi beberapa tahapan antara lain:
a. Konflik Laten
Tahapan konflik yang terjadi terus menerus (laten) dalam suatu organisasi.
Misalnya, kondisi tentang keterbataan staf dan perubahan yang cepat. Kondisi
tersebut memicu pada ketidak stabilan suatu organisasi dan kualitas produksi,
meskipun konflik yang ada kadang tidak tampak secara nyata atau tidak
pernah terjadi.
b. Konflik yang dirasakan ( felt konflik)
Konflik yang terjadi karena adanya suatu yang dirasakan sebagai ancaman,
ketakutan, tidak percaya, dan marah. Konflik ini disebut juga sebagai
konflik “affectives”. Hal ini penting bagi seseorang untuk menerima konflik
dan tidak merasakan konflik tersebut sebagai suatu maslah/ancaman terhadap
keberadaannya.
c. Konflik yang nampak/sengaja ditimbulkan
Konflik yang sengaja dimunculkan untuk mencari solusi. Tindakan yang
dilaksanakan mungkin menghindar, kompetisi, debat atau mencari
penyelesaian konflik. Setiap orang tidak sadar belajar menggunakan
kompetisi, kekuatan dan agresivitas dalam menyelesaikan konflik dalam
perkembangannya.
4. Strategi Penyelesaian Konflik
Strategi penyelesaian konflik dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:
a. Menghindar
Penghindaran merupakan strategi yang memungkinkan pihak-pihak yang
berkonfrontasi untuk menenangkan diri. Manajer perawat yang terlibat
didalam konflik dapat menepiskan isu dengan mengatakan “Biarlah kedua
pihak mengambil waktu untuk memikirkan hal ini dan menentukan tanggal
untuk melakukan diskusi”
b. Mengakomodasi
Memberi kesempatan pada orang lain untuk mengatur strategi pemecahan
masalah, khususnya apabila isu tersebut penting bagi orang lain. Hal ini
memungkinkan timbulnya kerjasama dengan memberi kesempatan pada
a. Kompetisi
Penyelesaian konflik yang menggambarkan satu pihak mengalahkan atau
mengorbankan yang lain. Penyelesaian bentuk kompetisi dikenal dengan
istilah win-lose orientation.
b. Akomodasi
Penyelesaian konflik yang menggambarkan kompetisi bayangan cermin yang
memberikan keseluruhannya penyelesaian pada pihak lain tanpa ada usaha
memperjuangkan tujuannya sendiri. Proses tersebut adalah taktik perdamaian.
c. Sharing
Suatu pendekatan penyelesaian kompromistis antara dominasi kelompok dan
kelompok damai. Satu pihak memberi dan yang lkain menerima sesuatu.
Kedua kelompok berpikiran moderat, tidak lengkap, tetapi memuaskan.
d. Kolaborasi
Bentuk usaha penyelesaian konflik yang memuaskan kedua belah pihak.
Usaha ini adalah pendekatan pemecahan problem (problem-solving approach)
yang memerlukan integrasi dari kedua pihak.
e. Penghindaran
Menyangkut ketidakpedulian dari kedua kelompok. Keadaaan ini
menggambarkan penarikan kepentingan atau mengacuhkan kepentingan
kelompok lain.
5. Negosiasi dalam penyelesaian Konflik
Negosiasi adalah proses untuk menetapkan keputusan bersama antara beberapa
pihak, dimana setiap pihak memiliki pendapat, keinginan, atau argumen yang
berbeda-beda. Pihak negosiator pada setting organisasi, dapat melibatkan dua
orang, misalnya saat dua orang karyawan menetapkan tanggal penyelesaian
laporan kerja; di dalam kelompok, misalnya saat menentukan kesepakatan jadwal
ujian dalam kelas; dan antar kelompok seperti kesepakatan antar perusahaan
pemasok dan pembeli bahan baku produksi.
Terdapat dua jenis negosiasi:
a. Negosiasi distributif adalah negosiasi yang menguntungkan salah satu pihak
selama pihak yang lain setuju dengan kesepakatan yang dibuat. Negosiasi
distributif disebut juga distribusi yang memaksa (forcing). Pada negosiasi ini,
ada setidaknya satu pihak yang kalah, baik win-lose atau lose-lose sehingga
tujuan yang dicapai memiliki pembagian yang sudah pasti (fixed). Bagi
negosiasi distributif, kelanjutan hubungan antar pihak negosiator tidak terlalu
penting. Tiap pihak pada jenis negosiasi ini memiliki tujuan kuat untuk
menang dan sangat tertutup terhadap kemungkinan dan kesempatan lain.
Karena itu, waktu negosiasi dilakukan sesegera mungkin dan dalam jangka
waktu yang relatif lebih singkat. Contoh dari negosiasi distributif adalah
negosiasi untuk menentukan jadwal kuis mahasiswa. Apabila kuis jarang
diadakan, hal ini menguntungkan para dosen karena dosen jadi tidak harus
pusing memikirkan berbagai macam soal untuk kuis beberapa kali, sedangkan
mahasiswa akan dirugikan karena semakin jarang kuis diadakan, maka akan
semakin banyak bahan yang dipelajari mahasiswa untuk sekali kuis. Begitu
juga sebaliknya.
b. Negosiasi integratif. Negosiasi ini melibatkan kerja sama dua pihak untuk
mencapai kesepakatan yang menguntungkan dua belah pihak. Karena itu,
negosiasi integratif disebut juga problem solving atau pemecahan masalah.
Berbeda dengan negosiasi distributif, negosiasi ini akan menghasilkan hasil
akhir win-win bagi kedua pihak, dimana hasilnya berupa banyak pilihan dan
solusi yang kolaboratif. Hubungan sesudah negosiasi antar pihak negosiator
sangat penting sehingga selama negosiasi, kedua pihak bersikap terbuka,
komunikatif, kreatif, dan memiliki kemauan untuk berubah. Waktu yang
diperlukan untuk melakukan negosiasi ini lebih lama dibandingkan negosiasi
distributif. Contohnya adalah kerjasama antara perusahaan advertising dengan
percetakan majalah. Bagi perusahaan advertising memasang iklan di majalah
dapat membuat perusahaannya menjadi lebih terkenal, sedangkan bagi
percetakan majalah, hal ini menguntungkan karena sebagian biayanya
akhirnya ditanggung oleh perusahaan advertising tersebut.
BAB III
RENCANA KERJA PERAWAT
Jenis-jenis perencanaan terdiri dari rencana jangka panjang, rencana jangka menengah
dan rencana jangka pendek. Perencanaan jangka panjang disebut juga perencanaan
strategis yang disusun untuk 3 sampai 10 tahun. Perencanaan jangka menengah
dibuat dan berlaku 1 sampai 5 tahun. Sedangkan perencanaan jangka pendek dibuat
satu jam sampai dengan satu tahun. Hirarki dalam perencanaan terdiri dari perumusan
visi, misi, filosofi, peraturan, kebijakan, dan prosedur (Marquis & Houston, 1998).
Kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang meliputi perumusan visi, misi, filosofi
dan kebijakan. Sedangkan untuk jenis perencanaan yang diterapkan adalah
perencanaan jangka pendek yang meliputi rencana kegiatan harian, bulanan dan
tahunan.
( ……………………..)
( ……………………..) ( ………………………)
BAB III
LAPORAN KERJA KEPERAWATAN
a. Informasi latar belakang: Ny. S kamar 2, berumur 35 tahun adalah pasien dr.
Rian, dijadwalkan untuk colostomi pagi hari ini. Ia telah mengalami kolitis
ulseratif selama 2 tahun. Ia masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri ringan
abdomen. Pasien rencana akan dilakukan tindakan pembedahan. Ia mengetahui
bahwa kemungkinan ia harus menggunakan kolostomi.
b. Pengkajian : Nya S mengekspresikan kesulitan untuk tidur malam tadi. Ia
mengajukan beberapa pertanyaan mengenai pembedahan. Malam hari ia
memanggil perawat untuk meminta bantuan beberapa kali.
c. Diagnosa keperawatan : masalah asuhan keperawatan utamanya adalah kurang
pengetahuan yang berhubungan dengan tidak berpengalaman dengan
pembedahan dan ansietas yang berhubungan dengan potensial perubahan citra
tubuh.
d. Rencana penyuluhan : ia mengajukan pertanyaan yang sesuai berkenaan
dengan pembedahan. Kami telah menjelaskan kepadanya bahwa mungkin
diperlukan kolostomi. Staf tugas malam telah menjelaskan mengenai rutinitas
pascaoperatif. Saya telah mempertegas semua informasi kepadanya malam ini.
Ia menyatakan bahwa kini ia sudah tidak terlalu gelisah.
e. Tindakan : enema pembersihan telah dilakukan sampai jernih pada pukul
21.00; tidak ditemukan darah pada cairan enema. Ia mengaluh kram abdomen
segera setelah enema, tetapi kemudian menghilang. Ia mendapat Dalmane 15
mg PO pada pukul 23:30 dan saya melakukan masase punggung untuknya. Ia
tertidur setelah lewat tengah malam.
f. Informasi keluarga : istrinya tetap bersamanya tadi malam sampai akhir jam
berkunjung. Ia kembali dan berada diruangan klien pagi ini.
g. Rencana pemulangan : Ny. S adalah orang yang sangat aktif dirumah. Ia
bermain tenis, basket dan berenang. Tn. M merasa khawatir mengenai reaksi
suaminya nanti terhadap kolostomi. Saya menyarankan membuat rujukan
segera ke ahli terapi enterostoma, jika dipasang kolostomi.
h. Prioritas kebutuhan : sekarang ini, Ny. S sedang rileks diruangannya. Surat ijin
operasi telah ditandatangani semua prosedur preoperatif telah dilengkapi
sesuai medikasi preoperasi, akan diberikan sampai ada panggilan dari ruang
operasi.
Ketika terjadi kecelakaan, perawat yang terlibat dalam kecelakaan atau perawat
yang menyaksikan kecelakaan harus mengisi laporan kecelakaan. Laporan harus
dilengkapi meskipun cedera tidak terjadi atau tidak tampak.
Ketika klien atau pengunjung terlibat dalam suatu kecelakaan, perawat yang
menyaksikan kecelakaan melakukan tindakan untuk menyingkirkan individu dari
resiko dan kemudian mulai melaporkan kecelakaan dengan menggambarkan
rinciannya. Dokter akan memeriksa individu untuk menentukan apakah telah
terjadi cedera. Jika terjadi cedera, dokter mendokumentasikan hasil pemeriksaan
dan temuan dalam catatan medis klien. Perawat hanya mendokumentasikan
deskripsi objektif tentang apa yang telah terjadi dan tindak lanjut yang telah
dilakukan. Perawat melaporkan apa yang sebenarnya disaksikan.
Catatan akurat : klien ditemukan tergeletak di lantai, mengeluh nyeri pada
panggul kirinya. Tampak rotasi eksternal dan pemendekan tungkai kiri. Diangkat
kembali keatas tempat tidur dengan bantuan perawat. Tanda vital : TD, 142/88;
Nadi, 90; Pernapasan, 22. Pagar tempat tidur dinaikkan, lampu pemanggil dalam
jangkauan, diinstruksikan untuk tetap berada ditempat tidur. Dr. Smith dihubungi,
diinstruksikan pemeriksaan rongent STAT.
Catatan tidak akurat : klien terjatuh dari tempat tidur, mengeluhkan nyeri pada
panggul kiri. Tampak rotasi eksternal dan pemendekan tungkai kiri. Dr.Smith
dihubungi.
Suatu laporan kecelakaan harus ringkas dan akurat, melaporkan apa yang benar-
benar disaksikan oleh perawat dan dituliskan sejalan dengan perawatan. Perawat
tidak menguraikan dalam catatan medis bahwa suatu laporan insidens telah
disiapkan. Ketika perawat sebagai korban kecelakaan, perawat harus melaporkan
secara rinci kecelakaan dan kemudian mencari bantuan medis sesuai dengan
kebijakan institusi.
Praktek manajemen keperawatan merupakan penerapan konsep-konsep
manajemen keperawatan yang berhubungan dengan pengelolaan efektif
manajemen operasional dan asuhan keperawatan di ruang keperawatan.
Perubahan yang terjadi terus menerus dalam sistem pelayanan kesehatan,
menuntut adanya pembaharuan dalam keperawatan terutama dalam pengelolaan
asuhan keperawatan. Pengelolaan asuhan keperawatan yang terfragmentasi
menyebabkan kurang adanya tanggung jawab perawat yang menyeluruh terhadap
asuhan klien. Hal ini sangat bertentangan dengan nilai-nilai profesional dalam
DAFTAR PUSTAKA
Marquis, B.L. & Huston, C., J. (1998). Management decision making for
nurses: 124 case studies. (3rd edition). Philadelphia: Lippincott
Marquis, B.L. & Huston, C., J. (2002). Leadership roles and management
function in nursing: Theory & application. (3rd ed.). Philadelphia:
Lippincott