Teknik Pemesinan Bubut (Modul)

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 38

Teknik Pemesinan Bubut

Frans
MGMPLuntungan, ST., MT
Teknik Pemesinan

MGMP Teknik Pemesinan


SMK NEGERI 2 BANDUNG
2021
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................................................. 1


DAFTAR ISI ........................................................................................ 2
BAB I MENGENAL MESIN BUBUT .................................................... 3
BAB II PARAMETER PEMOTONGAN .................................................. 8
BAB III PEKERJAAN PEMBUBUTAN .............................................. 13
BAB IV MEMBUBUT KOMPLEKS ................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………36

2
BAB I MENGENAL MESIN BUBUT

A. Pendahuluan
Mesin bubut merupakan salah satu metal cutting machine dengan gerak utama berputar,
tempat benda kerja dicekam dan berputar pada sumbunya, sedangkan alat potong (cutting
tool) bergerak memotong sepanjang benda kerja, sehingga akan terbentuk geram.

Gambar 1.1 Gerakan pada proses pembubutan

Prinsip kerja mesin bubut adalah :


1. Benda kerja berputar pada sumbunya

2. Gerakan alat potong :


a. alat potong bergerak sejajar sumbu utama disebut pembubutan memanjang.

b. alat potong bergerak tegak lurus terhadap sumbu utama disebut pembubutan muka
alat potong bergerak bersudut terhadap sumbu utama disebut pembubutan konis atau
pembubutan tirus.

Bentuk dasar benda kerja yang dapat dikerjakan mesin bubut :


1. bentuk poros / lubang silindris

2. bentuk permukaan rata

3. bentuk tirus / konis luar

4. bentuk tirus / konis dalam

5. bentuk bulat / profil

6. bentuk ulir luar


7. bentuk ulir dalam

8. bentuk alur dalam


3
Gambar 1.2 Bentuk Dasar Pembubutan

B. Bagian - Bagian Utama Mesin Bubut


Mesin bubut memiliki beberapa bagian utama yang berfungsi untuk mendukung kinerja
mesin yang sebaiknya diketahui oleh operator mesin bubut, seperti yang ditunjukkan pada
gambar 1.3 di bawah ini.

Gambar 1.3 Bagian-bagian Mesin Bubut

Keterangan gambar :
1. handle untuk membalikkan arah perputaran spindle utama,

2. tuas untuk menggerakkan spindle utama,

3. poros potong bubut atau sekrup hantar,

4. chuck rahang tiga,


5. handle untuk kunci mur,

6. pemegang pahat,

4
7. eretan atas,

8. senter dalam kepala lepas,

9. eretan melintang,

10. alas mesin (landas eretan),

11. kepala lepas,

12. roda tangan untuk menggerakkan kepala lepas,

13. tuas untuk mengatur jumlah perputaran poros utama,

14. tuas untuk poros utama,

15. roda tangan untuk memindahkan support,


16. lemari kunci,

17. tuas untuk menjalankan catu awal lewat poros utama,


18. poros utama

C. Perlengkapan mesin bubut 1. Pahat (cutting tool) Umumnya pahat bubut dibagi
menjadi dua, yaitu :

a. Pahat bubut luar : digunakan untuk mengikis, menghaluskan, dan pekerjaan rata.

b. Pahat bubut dalam : digunakan untuk mengikis dan menghaluskan lubang bor.
Secara lebih lengkap, jenis-jenis pahat dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 1.4 Pahat Bubut

5
Keterangan gambar :
a. pahat potong,
b. pahat profil cembung,
c. pahat profil cekung,
d. pahat ulir luar,
e. pahat ulir dalam,
f. pahat samping kiri,
g. pahat samping kanan ,
h. pahat kasar lurus kiri,
i. pahat kasar lurus kanan,
j. pahat kasar tekuk kiri,
k. pahat kasar tekuk kanan,
l. pahat penyelesaian lurus,
m. pahat penyelesaian lurus,
n. pahat bubut dalam

2. Senter
Senter digunakan untuk mendukung benda kerja di lubang senternya pada saat
pembubutan. Macam-macam senter antara lain :
a. Senter penuh
b. Senter ujung kecil
c. Senter separuh
d. Senter dengan dudukan peluru
e. Senter ujung bola
f. Senter berputar
g. Senter segi empat

3. Cakera Pembawa (Chuck)


Chuck digunakan untuk mengikatkan benda kerja pada mesin bubut. macam chuck:

a. Chuck cakar dua (two jaw chuck) b. Chuck cakar tiga (three jaw chuck)
c. Chuck cakar empat (four jaw chuck)
6
d. Cakera pembawa kombinasi jaw universal dan independent
e. Cakera pembawa magnet
4. Penyangga (kaca mata)
Penyangga digunakan untuk menyangga benda kerja yang panjang dan berdiameter
kecil guna menahan getaran pada waktu pengerjaan serta posisi benda kerja tetap lurus
segaris sumbu. Penyangga ada dua macam, yaitu :

a. Penyangga jalan (follower rest) : di sebelah kanan maupun kiri rangka eretan
melintang.

b. Penyangga tetap (steady rest) : pada rangka mesin di antara headstock dan tailstock.

5. Kartel
Kartel digunakan untuk membuat alur-alur kecil pada benda kerja supaya tidak licin
apabila dipegang dengan tangan, misalnya pada pemegang-pemegang. Kartel biasanya
berbentuk lurus (straight), segi empat (cross) dan belah ketupat (diamond).
Pemasangannya seperti pemasangan pahat.

Gambar 1.5 Kartel

6. Mandrel
Mandrel merupakan alat bantu pencekam yang ditempatkan pada benda kerja secara
konsentrik, misalnya pada pembubutan pulley dan roda gigi.

7. Collet
Collet merupakan modifikasi penjepit standar yang digunakan untuk memegang kuat
benda kerja yang dihubungkan dengan spindel, sehingga distribusi tekanan lebih
merata. Collet juga bertujuan untuk mengurangi resiko kerusakan benda kerja yang
diproses dengan mesin bubut. Collet juga digunakan untuk benda kerja yang berdimensi
relatif kecil dan pembubutan presisi. Collet mempunyai bermacam bentuk, ada yang
berbentuk bulat (round collet), persegi (square collet), dan berbentuk segi enam
(hexagon collet).

7
BAB II PARAMETER PEMOTONGAN

A. Parameter Proses Pembubutan

Dasar operasi berbagai pengerjaan pembubutan adalah :

1. Laju pemakanan (feed rate), merupakan jarak gerakan mata potong saat memotong
benda kerja sepanjang bidang potong setiap kali putaran spindel, mm/put atau inchi/put.

2. Kedalaman pemotongan (depth of cut), merupakan kedalaman mata potong yang


menembus benda kerja sekali pemotongan, mm atau inchi.

3. Kecepatan putar (speed), merupakan besar putaran spindel tempat benda kerja yang
diletakkan mengalami proses pemotongan, rpm.

4. Kecepatan pemotongan, merupakan besar rata-rata pada mata pahat yang bergerak
memotong dari titik awal pemotongan hingga selesai, meter/menit.

5. Kecepatan penghasilan geram (rate of metal removal), merupakan volume logam dari

benda kerja yang dipotong, mm3/menit atau inchi3/menit.

Tabel 2.1. Parameter Pemotongan Proses Pembubutan

8
Besarnya kecepatan potong maksimum yang dapat diberikan tergantung pada:
1. material benda kerja.

2. material pahat.

3. gerak makan.
4. kedalaman potong.

B. Ringkasan Rumus-rumus pada parameter pembubutan:

Cs (cutting speed) = kecepatan potong = V

πxdxn
V =------------------- ( m / menit )
1000

1000 x V
n =( Rpm ) =
πxd
Secara rinci Parameter pemakanan pada mesin bubutdapat dijelaskan sbb.:

Ada 3 (tiga) parameter utama pada setiap proses bubut yaitu kecepatan putar
spindel (speed), gerak makan (feed) dan kedalaman potong (depth of cut). Faktor yang lain
seperti bahan benda kerja dan jenis pahat sebenarnya juga memiliki pengaruh yang cukup
besar, tetapi tiga parameter di atas adalah bagian yang bisa diatur oleh operator langsung
pada mesin bubut.

Kecepatan putar, n (speed), selalu dihubungkan dengan spindel (sumbu utama)


dan benda kerja. Karena kecepatan putar diekspresikan sebagai putaran per menit
(revolutions per minute, rpm), hal ini menggambarkan kecepatan putarannya. Akan tetapi
yang diutamakan dalam proses bubut adalah kecepatan potong (Cutting speed atau v) atau
kecepatan benda kerja dilalui oleh pahat/ keliling benda kerja (lihat gambar). Secara
sederhana kecepatan potong dapat digambarkan sebagai keliling benda kerja dikalikan
dengan kecepatan putar atau :

Gambar 2.1 Panjang permukaan benda kerja

Gambar 2.1 diatas menunjukkan panjang permukaan benda kerja yang dilalui oleh ujung
mata sayat pahat pada setiap putaran dimana :

Dengan demikian kecepatan potong ditentukan oleh diameter benda kerja. Selain kecepatan
potong ditentukan oleh diameter benda kerja faktor bahan benda kerja dan bahan pahat
sangat menentukan harga kecepatan potong. Pada dasarnya pada waktu proses bubut
kecepatan potong ditentukan berdasarkan bahan benda kerja dan pahat. Harga kecepatan
potong sudah tertentu tergantung jenis bahan/benda kerja, jenis alat potong, dan kekasaran
pemakanan pahat bubut. Misalnya untuk benda kerja Mild Steel dengan pahat dari HSS,
kecepatan potongnya antara 20 sampai 30 m/menit.
Gerak makan,f (feed) , adalah jarak yang ditempuh oleh pahat setiap benda kerja
berputar satu kali (lihat gambar), sehingga satuan f adalah mm/putaran. Gerak makan
ditentukan berdasarkan kekuatan mesin, material benda kerja, material pahat, bentuk
pahat, dan terutama kehalusan permukaan yang diinginkan. Gerak makan biasanya
ditentukan dalam hubungannya dengan kedalaman potong h. Gerak makan tersebut
berharga sekitar 1/3 sampai 1/20 h, atau sesuai dengan kehaluasan permukaan yang
dikehendaki.

Kedalaman potong,h (depth of cut), adalah tebal bagian benda kerja yang dibuang
dari benda kerja, atau jarak antara permukaan yang dipotong terhadap permukaan yang
belum terpotong (ditunjukkan pada gambar 2.2). Ketika pahat memotong sedalam h , maka
diameter benda kerja akan berkurang 2h, karena bagian permukaan benda kerja yang
dipotong ada di dua sisi, akibat dari benda kerja yang berputar.

Gambar 2.2 Gerak makan (f) dan kedalaman pemotongan (h)

Perhatikan gambar 2.3 dibawah ini menunjukkan bagaimana proses-proses pemesinan


yang dapat dilakukan pada mesin bubut adalah sebagai berikut :

Gambar 2.3 Proses-proses pembubutan: (a) pembubutanpinggul (chamfering), (b)


pembubutanalur (parting-off), (c) pembubutanulir (threading), (d) pembubutanlubang
(boring), (e) pembuatanlubang (drilling),
11 (f) pembuatankartel (knurling)
Tabel Cara Penentuan Jenis pahat, Geometri pahat, Harga V, dan Harga f (EMC)

Keterangan Tools:
SS = pahat High speed steel
S1 H1, G1 = pahat sisipan/tipped tools

BAB III PEKERJAAN PEMBUBUTAN


12
Pada bagian ini akan dijelaskan beberapa jenis pekerjaan yang dapat dilakukan dengan
menggunakan mesin mesin bubut, diantaranya yaitu :

1. Membubut lurus
Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk membubut lurus seperti ditunjukkan pada
gambar 3.1. Pertama, pembubutan memanjang (sejajar benda kerja) untuk
mendapatkan ukuran diameter benda kerja yang dikehendaki. Kedua, pembubutan
permukaan rata (facing), yaitu meratakan permukaan pada bidang diameter benda
kerja untuk menghasilkan pembubutan permukaan datar pada benda kerja.

Gambar 3.1. Membubut Lurus

2. Membubut eksentris
Eksentrik merupakan sebuah poros yang mempunyai kedudukan center/garis tengah
diameter yang berbeda posisi/tergeser, pada pembubutan ini dapat dilakukan dengan
cara menggeser posisi pencekaman benda kerja sejauh ukuran yang diminta dengan
alat cekam four jaw chuck independent, atau bisa juga dengan metode penjepitan
between center dengan catatan lubang center sudah dibuat eksentrik.

Gambar 3.2 Membubut Eksentris


3. Membubut alur
13
Untuk membubut alur atau membuat celah dengan lebar dan kedalaman tertentu,
digunakan pahat bubut pengalur. Pembubutan alur bertujuan untuk membuat
pembebas pada proses penguliran atau bisa juga untuk tempat pemasangan snap ring,
pembubutan alur dapat dilakukan pada diameter luar dan dalam. Pahat ini berbentuk
lurus, bengkok, berjenjang ke kanan atau ke kiri. Bentuk-bentuk pahat ini ditunjukkan
pada gambar 3.3. dibawah ini:

Keterangan :
a = alur sudut b
= alur lebar c = alur sempit
d = alur akhir ulir
e = alur tusuk

Gambar 3.3 Membubut Alur

4. Memotong benda kerja


Untuk memotong benda kerja, digunakan pahat pengalur dengan penyayat sangat
ramping, tetapi hal ini jarang dilakukan, karena pahat yang digunakan untuk memotong
akan mudah patah.

Gambar 3.4 Memotong benda kerja


14
5. Mengebor
Pembubutan ini digunakan untuk pembuatan lubang pada benda kerja. Mata bor
dipasang pada dudukan yang tersedia pada center kepala lepas dan digerakan maju
(langkah pemakanan=kedalaman lubang) menggunakan roda pemutar eretan yang ada
pada center kepala lepas.

Gambar 3.5 Mengebor

6. Membubut profil
Pembubutan ini menghasilkan berbagai macam bentuk profil produk. Proses
pembubutan dapat dilakukan secara manual menggerakan eretan secara bersamaan
/simultan atau dapat juga menggunakan pahat profil yang dibentuk sesuai dengan
bentuk profil yang diinginkan, seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.6. di bawah ini.

Gambar 3.6 Membubut bentuk profil

7. Membubut dalam/boring
Pembubutan jenis ini banyak digunakan untuk keperluan memperbesar lubang
pada benda kerja. Proses kerja pembubutan dalam pada dasarnya sama dengan
membubut rata, namun dilakukan pada bagian dalam diameter benda kerja yang
sebelumnya sudah dilubang menggunakan mata bor.
15
Gambar 3.7 Membubut dalam/boring

8. Mengkartel (knurling)
Kartel atau knurling adalah membuat rigi-rigi pada benda kerja yang berfungsi
sebagai pegangan agar tidak licin. Pengkartelan dilakukan dengan menggunakan alat
bantu berupa roda kartel yang berukuran standar. Roda kartel tersebut dipasang pada
toolpost dan kedudukannya diatur setinggi senter benda kerja. Benda kerja dicekam
pada senter kepala tetap dan sebaiknya juga didukung menggunakan senter kepala
lepas. Prinsip kerja kartel adalah bukan menyayat benda kerja, tetapi
menekan/menusuk benda kerja sehingga membentuk alur-alur kartel. Selama proses
kartel sebaiknya benda kerja diberikan minyak pelumas untuk mengurangi panas dan
juga membersihkan beram dihasilkan. Bentuk profil hasil kartel pada umumnya lurus,
miring atau silang (diamond).

Gambar 3.8 Mengkartel


16
9. Membubut tirus
Pembubutan ini menghasilkan pembubutan poros tirus dengan sudut kemiringan
tertentu. Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk membubut tirus, yaitu :

a. Menggeser posisi kepala lepas ke arah melintang


Benda kerja dijepit antara senter kepala lepas (tail stock) dan senter kepala tetap
(head stock}. Apabila senter kepala lepas digeser tegak lurus terhadap sumbu utama
mesin bubut (spindle), maka akan terjadi sebuah kerucut/konis pada pembubutan
sepanjang benda kerja. (perhatikan gambar 3.8)
Besarnya pergeseran senter kepala lepas dapat dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :
x = pergeseran kepala lepas (mm)
D= diameter besar benda kerja (mm)
d = diameter kecil benda kerja (mm)
D −d l = panjang benda yang ditirus (mm)
x= .L L = panjang benda kerja keseluruhan (mm)
2l

Gambar 3.9 Pembubutan tirus dengan menggeser kepala lepas

Keuntungan membubut tirus dengan cara menggeser kepala lepas, antara lain :
dapat melakukan pembubutan tirus dengan ukuran yang relatif panjang dan
pembubutan dapat dilakukan secara otomatis, sehingga permukaan hasil
pembubutan dapat diperoleh lebih halus.
Sedangkan kekurangan dari pembubutan tirus dengan menggeser kepala lepas
adalah : karena posisi kedua senter (kepala tetap dan kepala lepas) tidak pada garis
lurus sehingga penumpuan benda kerja menjadi kurang baik, apalagi untuk sudut-
17
sudut tirus besar mengakibatkan keamanan benda kerja berkurang atau bahaya.
Kekurangan lainnya adalah sudut tirus yang terbentuk relatif kecil. Besarnya
pergeseran hanya boleh sampai 1/50 (2 – 3%) dari panjang benda kerja
keseluruhan.

b. Menggeser sekian derajat eretan atas.


Proses pembubutan dipersiapkan dengan memutar dudukan eretan atas
mengelilingi sumbu tegak lurus sebesar sudut yang diinginkan. Benda kerja dicekam
pada kepala tetap seperti pada pembubutan lurus, kemudian penyayatan terhadap
benda kerja dengan menggunakan eretan atas.
Rumus untuk menentukan besarnya sudut pergeseran eretan atas yaitu :

α = besar sudut putaran eretan atas (O)


D = diameter besar benda kerja (mm) d = diameter kecil benda
kerja (mm)
l = panjang benda yang ditirus (mm)

Cara pembubutan tirus ini dapat digunakan untuk tirus luar maupun tirus dalam, baik
untuk sudut kecil maupun yang relatif besar. Kekurangannya adalah pembubutan
hanya dapat dilakukan secara manual pergerakan eretan atas, sehingga sulit untuk
mendapatkan hasil permukaan yang halus. Sehubungan dengan pajang eretan atas
yang relatif pendek, maka metode ini hanya dapat digunakan pada pembubutan tirus
dengan panjang yang relatif kecil maksimal sesuai panjang eretan atas. Kekurangan
lainnya adalah pengaturan sudut yang kurang teliti sehingga agak sulit mendapatkan
hasil tirus yang lebih presisi.

Gambar 3.10 Pembubutan tirus dengan menggeser eretan atas

18
c. Memasang tapper attachment
Pembubutan tirus cara ini dilakukan dengan memasang tapper attachment atau
kadang disebut juga mistar konus. Tapper attachment dipasang pada sisi belakang
bangku mesin bubut berupa sebuah rel penuntun yang dihubungkan dengan eretan
lintang yang dapat diatur sudut kemiringannya sesuai dengan tirus yang diinginkan.

Benda kerja dicekam secara normal pada senter kepala tetap seperti pada
pembubutan lurus. Pada awal pengerjaan, setting pahat dilakukan dengan cara
mendekatkan pahat bubut ke benda kerja dengan memutar eretan atas. Selanjutnya
mur pada poros ulir eretan lintang tersebut dikencangkan pada badan luncur mistar
penuntun tapper attachment dengan sekrup. Hal ini akan menghasilkan suatu
hubungan engsel antara eretan lintang dengan badan luncur. Apabila pembubutan
dilakukan secara otomatis, maka badan luncur akan bergerak sepanjang mistar
penuntun tersebut dan memaksa eretan lintang bergerak sesuai dengan sudut tirus
yang diinginkan.

Besarnya sudut yang digunakan pada tapper attachment dapat dihitung berdasarkan
rumus yang sama dengan perhitungan sudut pada pembubutan dengan pergeseran
eretan lintang. Agar memperoleh hasil yang optimal pada saat pembubutan tirus
dengan menggunakan tapper attachment ini, berikut beberapa hal yang harus
diperhatikan sebelum pembubutan dilakukan :

 Harus dipastikan bahwa ujung mata sayat pahat bubut terpasang tepat setinggi
center benda kerja.

 Bidang luncur pada tapper attachment harus diupayakan selicin mungkin


dengan memberikan minyak pelumas agar pergerakan berjalan lancar.

 Baut dan skrup penahan harus dipastikan terikat dengan kuat.

Keuntungan pembubutan tirus dengan menggunakan tapper attachment adalah :


benda kerja dapat dicekam dengan baik dan sempurna pada cekam kepala tetap,
pengaturan besarnya sudut tirus relatif mudah dilakukan dan dapat diatur dengan
lebih teliti, langkah pembubutan dapat dikerjakan secara otomatis sehingga dapat
memperoleh hasil yang lebih halus, setting benda kerja dan pahat sebelum
pembubutan dapat dilakukan lebih cepat sehingga hemat waktu, selain itu dapat
membuat tirus dengan ukuran yang relatif panjang.
19
Keterangan :

1. alat pembawa
2. busur
3. sepatu geser

Gambar 3.11 Pembubutan Tirus dengan Perkakas Pembentuk

20
Standard Tirus Morse Taper
Morse taper ditemukan oleh Stephen A. Morse pada pertengahan 1860-an. Sejak itu
berkembang untuk mencakup ukuran yang lebih kecil dan lebih besar dan telah
diadopsi sebagai standar oleh berbagai organisasi, termasuk International
Organization for Standardization (ISO) dan German Institute of Standardization
(DIN). Standar morse banyak digunakan pada pembuatan tangkai mata bor, tangkai
reamers dan tangkai pada senter kepala lepas mesin bubut.

Gambar 3.12 Dimensi tirus Morse


Morse taper terdiri dari 8 ukuran/level yaitu antar 0 sampai 7. Setiap level diberi kode

MT yang diikuti satu digit angka, misal morse taper nomer 4 diberikan kode MT4.

Ukuran selengkapnya ditunjukkan pada tabel 3.1. di bawah ini. Tabel 3.1. Ukuran

taper morse

10. Membubut ulir


Ulir adalah suatu garis atau alur/profil yang dibuat melingkar pada suatu poros
dengan ukuran tertentu(melilit pada silinder yang mempunyai sudut kisar atau uliran
tertentu). Berdasarkan bentuk profil alurannya maka ulir dikategorikan menjadi : ulir
segitiga, ulir segi empat, ulir trapesium, ulir buttress dan ulir bulat. Apabila dilihat dari
21
arah gerak ulir maka dibedakan menjadi ulir kanan (arah putaran ulir searah jarum jam)
dan ulir kiri (arah putaran ulir berlawanan jarum jam). Selain itu juga dikenal jenis ulir luar
(ulir yang posisinya pada diameter luar poros) dan ulir dalam ((ulir yang posisinya pada
diameter dalam/lubang sutau poros). Bagian-bagian ulir seperti ditunjukkan pada

gambar 3.13.

Gambar 3.13. Bagian-bagian ulir

Ulir Segitiga
Ulir segitiga dapat berupa ulir tunggal maupun ulir ganda. Pahat yang digunakan untuk
membuat ulir segitiga adalah pahat ulir dengan ujung pahatnya sama dengan sudut ulir

atau setengah sudut ulir. Untuk ulir metris sudut ulirnya adalah sebesar 60O, sedangkan
ulir withworth memiliki sudut 55O. Identifikasi ulir biasanya ditentukan berdasarkan
diameter mayor dan kisar ulir (tabel 3.2). Misalnya M10 X 1.5, artinya ulir meteris
dengan diameter mayor/terluar sebesar 10 mm dan memiliki kisar sebesar 1,5 mm.

Selain ulir metris, pada mesin bubut dapat juga dibuat ulir whitworth dengan sudut ulir

55O. Identifikasi ulir ini ditentukan oleh diamter mayor ulir dan jumlah ulir tiap inchi (tabel
3.3). misalnya untuk ulir whitworth 3/8” maka jumlah ulir tiap inchi adalah 16 (kisarnya
0,0625”). Ulir jenis ini banyak digunakan untuk membuat ulir pada pipa dengan tujuan
mencegah kebocoran fluida.

22
Tabel 3.2. Dimensi ulir metris

Tabel 3.3. Dimensi ulir whitworth

Pada pembuatan ulir dengan menggunakan mesin bubut manual maka hal pertama
yang harus diperhatikan adalah sudut pahat. Setelah pahat dipilih, kemudian
dilakukan setting posisi pahat terhadap benda kerja. Setting ini dilakukan terutama
untuk mengecek posisi ujung pahat bubut terhadap sumbu benda kerja, supaya
diperoleh sudut ulir yang simetris terhadap sumbu yang tegak lurus terhadap sumbu
benda kerja. 23
Parameter pemesinan untuk proses bubut ulir berbeda dengan bubut rata. Hal
tersebut terjadi karena pada proses pembuatan ulir harga gerak makan (f) adalah
kisar (pitch) ulir tersebut, sehingga putaran spindel tidak terlalu tinggi (secara kasar
sekitar setengah dari putaran spindel untuk proses bubut rata). Perbandingan
harga kecepatan potong untuk proses bubut rata (stright turning) dan proses
bubut ulit (threading) dapat dilihat pada tabel 3.4.
Supaya dihasilkan ulir yang halus permukaannya perlu dihindari kedalaman
potong yang relatif besar. Walaupun kedalaman ulir kecil (misalnya untuk ulir
M10x1,5, dalamnya ulir 0,934 mm), proses penyayatan tidak dilakukan sekali
potong, biasanya dilakukan penyayatan antara 5 sampai 10 kali penyayatan
ditambah sekitar 3 kali.
penyayatan kosong (penyayatan pada diameter terdalam). Hal tersebut karena
pahat ulir melakukan penyayatan berbentuk V. Agar diperoleh hasil yang presisi
dengan proses yang tidak membahayakan operator mesin, maka sebaiknya
pahat hanya menyayat pada satu sisi saja (sisi potong pahat sebelah kiri untuk ulir
kanan, atau sisi potong pahat sebelah kanan untuk ulir kiri). Proses tersebut

dilakukan dengan cara memiringkan eretan atas dengan sudut 30o untuk ulir
metris. Proses penambahan kedalaman potong (dept of cut) dilakukan oleh eretan
atas.
Tabel 3.4. Kecepatan potong pembubutan rata dan pembubutan ulir dengan pahat
HSS

Berikut ini akan diuraikan langkah-langkah proses bubut ulir segitiga metris dengan
menggunakan mesin konvensional adalah sebagai berikut :

1) Memasang benda kerja pada cekam senter kepala tetap dan memastikan
putarannya center atau tidak oleng. Pada penjelasan ini diasumsikan bahwa
diameter benda kerja sudah sesuai dengan diameter ulir yang akan dibuat.
24
2) Memasang pahat ulir yang sudah dipersiapkan (diasah terlebih dahulu) pada
tool post dan memastikan ujung pahat ulir setinggi sumbu benda kerja.

3) Atur dan putar posisi eretan atas sehingga sedemikian rupa membentuk

sudut 30O terhadap arah gerakan eretan lintang.

4) Atur handle/tuas pengatur kisar menurut tabel kisar yang tersedia di mesin
bubut sesuai dengan kisar ulir yang akan dibuat (perhatikan gambar 3.14)

5) Memajukan pahat ulir sampai menyentuh pada diameter luar benda kerja.
6) Setting ukuran pada handle eretan lintang menjadi 0 mm.

7) Tarik pahat ke luar benda kerja, sehingga pahat di luar benda kerja dengan
jarak bebas sekitar 10 mm di sebelah kanan benda kerja.

8) Majukan pahat dengan kedalaman potong sekitar 0,1 mm dengan


menggunakan eretan atas.

9) Putar spindel mesin (kecepatan potong mengacu tabel 3.4) kemudian geser
handle gerakan eretan bawah untuk pembuatan ulir (handle otomatis
penguliran) sampai panjang ulir yang dibuat terdapat goresan pahat, kemudian
hentikan mesin dan tarik mundur pahat dengan menggunakan eretan lintang.

10) Periksa kisar ulir yang dibuat dengan menggunakan kaliber ulir (screw pitch
gage). Apabila sudah sesuai maka proses pembuatan ulir dilanjutkan, tetapi
apabila kisar belum sesuai dengan yang diinginkan maka periksa kembali
posisi handle pengatur kisar pada mesin bubut.

11) Gerakkan pahat mundur dengan cara memutar spindel arah kebalikan,
hentikan setelah posisi pahat di depan benda kerja (Gerakan seperti gerakan
pahat untuk membuat poros lurus.

12) Majukan pahat untuk kedalaman potong berikutnya dengan memajukan eretan
atas.

13) Ulangi langkah 11 dan 12 di atas sampai beberapa kali pemakanan sampai
dengan kedalaman ulir tercapai, pengecekan kedalaman ulir dapat dilakukan
seperti pada langkah 10 diatas.

14) Pada kedalaman ulir maksimal proses penyayatan perlu dilakukan


berulangulang agar beram yang tersisa terpotong semuanya.

15) Setelah selesai proses pembuatan ulir, hasil yang diperoleh dicek ukuranya

25
(diameter mayor, kisar, diameter minor, dan sudut ulir).

Gambar 3.14. Tuas pengatur roda gigi sesuai kisar ulir

Gambar 3.15. Roda-roda Gigi Pengganti untuk Membubut Ulir

26
BAB IV Membubut Komplek :
Ulir, Tirus, Eksentrik, dan Membubut Benda Panjang
a. Tujuan Pemelajaran
1) Peserta diklat dapat membubut ulir luar dan dalam
2) Peserta diklat dapat membubut tirus
3) Peserta diklat dapat membubut eksentrik
4) Peserta diklat dapat membubut benda panjang
5) Peserta diklat dapat membubut menggunakan face plate

b. Uraian Materi
1) Membubut ulir luar dan dalam Kerja persiapan,
- Tentukan putaran mesin
- Persiapkan pahat kasar, muka, bentuk (grove), dan pahat ulir
- Kotak kunci (tool box)
- Pemasangan benda kerja
- Pemasangan dan penyetelan pahat bubut. Ujung pahat harus setinggi pusat
sumbu benda kerja, selanjutnya setel posisi pahat dengan alat pengukur
kedudukan (lihat gambar)

Gambar 1: Ulir luar Gambar 2: Ulir dalam

Gambar 3: Pemasangan pahat ulir, setinggi sumbu benda kerja

Gambar 4: Pengukur kedudukan dan penyetelan pahat ulir luar dan dalam
27
Langkah Kerja
- Bubut diameter luar sampai dengan ukuran diameter mayor ulir, gunakan pahat
kasar
- Ganti pahat dengan pahat bentuk.
- Bubut bagian akhir ulir dengan pahat bentuk (membuat grove)
- Ganti pahat dengan pahat ulir
- Buat uliran awal sesuai dengan bagian ulir yang dikehendaki, tempatkan pahat
pada ujung benda kerja kurang lebih 0,5 mm dari benda kerjanya, majukan pahat
sedikit menggores benda kerja.
- Bubut bagian ulir yang dibuang sepanjang yang diinginkan. Pada akhir
pemotongan, undurkan pahat dan matikan mesin. Jangan sampai menabrak
bagian lain benda kerja.
- Tempatkan pahat pada posisi awal sebelum pemotongan dengan memutar benda
kerja searah jarum jam

Gambar 5: Proses penguliran, bubut ulir luar

28
Gambar 6: Proses penguliran, bubut ulir dalam

- Periksa hasil ulirannya , bila sesuai dimensi yang diinginkan lanjutkan dengan
bubut ulir sebenarnya.
- Ulangi langkah pembubutan di atas, sebelumnya majukan pahat sesuai dengan
ketebalan pemakanan, selesaikan sampai dengan kedalaman ulir yang ditentukan.
- Periksa hasil uliran.

2) Membubut tirus
Membubut tirus dapat dilaksanakan dengan beberapa cara, cara yang paling
mudah adalah dengan tambahan alat bubut taper, akan tetapi cara ini selain
membutuhkan kelengkapan juga harus memasang perlengkapan tersebut pada
meja eretan. Cara biasa adalah dengan memiringkan eretan atas dan memajukan
eretan sebagai langkah pemakanan, khususnya untuk benda tirus yang pendek.

Gambar 7: Bubut tirus, memiringkan eretan atas

Cara yang lain adalah dengan membubut antara dua senter dan menggeser posisi
kepala lepas sesuai dengan tinggi kemiringan yang diinginkan.
29
Gambar 12 : Bubut tirus, dua senter

30
Gambar 8 : Penggeseran posisi kepala lepas

Untuk menghitung pergeseran kepala lepas (a), dicari dengan rumus a = ( D – d ) / 2


D = diameter besar d = diameter kecil
Karena keterbatasan sentuhan senter tetap dengan lubang senter pada benda keja ,
maka harga pergeseran “a” tidak lebih dari 1/50 panjang benda kerjanya.

Kerja persiapan,
- Tentukan putaran mesin
- Persiapkan pahat kasar, muka, dan pahat finishing
- Kotak kunci (tool box)
- Pemasangan benda kerja
- Pemasangan dan penyetelan pahat bubut.
- Penyetelan kemiringan sudut pada eretan atas (benda kerja pendek) atau
pergeseran kepala lepas (benda kerja panjang).

Langkah Kerja
- Bubut bagian muka benda kerja untuk menentukan titik awal kemiringan
- Bubut diameter luar sampai dengan ukuran diameter terbesar yang diinginkan,
gunakan pahat kasar

- Rubah posisi pahat atau posisi kepala lepas untuk menentukan sudut
kemiringannya
- Bubut bagian tirusnya
- Periksa kebenaran sisi dan sudut ketirusannya
- Ganti pahat dengan pahat finishing.
- Periksa hasil ketirusannya.

3) Membubut Eksentrik
Membubut eksentrik tirus dapat dilaksanakan dengan beberapa cara,
• Pergeseran senter Kerja persiapan,
- Tentukan putaran mesin
- Persiapkan pahat kasar, muka, dan pahat finishing
- Kotak kunci (tool box)
- Pemasangan benda kerja
- Pemasangan dan penyetelan pahat bubut.

Gambar 9: Pemasangan benda kerja, bubut eksentrik

Langkah Kerja
- Bubut permukaan benda kerja dengan pahat kasar mendekati diameter terbesar dan
panjang yang diinginkan.
- Bubut bagian muka benda kerja (dua muka) untuk menentukan sisi penandaan
pergeseran senter.
- Buat pergeseran senternya pada dua sisi penampang benda kerja

AB
Pemberian tanda untuk pergeseran senternya pada kedua sisi
penampangnya

Posisi senter A untuk pembubutan pertama

Posisi senter B untuk pembubutan kedua

- Tempatkan benda kerja dengan penjepitan dua senter


- Bubut diameter luar sampai dengan ukuran diameter terbesar yang diinginkan
- Ganti penjepitan benda kerja dengan senter yang kedua
- Bubut bagian eksentriknya
- Periksa kebenaran dimensi poros eksentrik yang dibuat
• Chuck empat (independent chuck) Kerja persiapan,
- Tentukan putaran mesin
- Persiapkan pahat kasar, muka, dan pahat finishing
- Kotak kunci (tool box)
- Pemasangan benda kerja
- Pemasangan dan penyetelan pahat bubut.
Gambar 10: Chuck kepala empat dan pemasangan benda kerja

Langkah Kerja
- Bubut permukaan benda kerja dengan pahat kasar mendekati diameter terbesar dan
panjang yang diinginkan.
- Bubut bagian muka benda kerja (dua muka) untuk menentukan sisi penandaan
pergeseran senter.
- Buat pergeseran senternya pada satu sisi penampang benda kerja
- Tempatkan benda kerja pada chuck empat, atur sesuai posisi senter utama

- Bubut benda kerja sesuai dimensi yang diinginkan


- Atur benda kerja dengan merubah posisi penjepitan sesuai sumbu eksentriknya,
gunakan pointer untuk membantu pergeserannya.
- Bubut bagian eksentriknya

- Periksa kebenaran dimensi poros eksentrik yang dibuat

4) Membubut Benda Panjang


Membubut benda panjang memerlukan peralatan tambahan. Peralatan tambahan
yang sering digunakan adalah kaca mata tetap (stationery steady rests ) dan kaca mata
jalan (stationery steady traveling).
Kacamata tetap dan jalan digunakan untuk mendukung benda kerja panjang, sehingga
kelenturan benda kerja akibat tekanan pemakanan saat dibubut dapat dikurangi.
Apabila tidak dijaga, maka benda kerja cenderung tirus atau tidak merata
kesilindrisannya.

A
B

Gambar 11: A= Kaca mata tetab; B = Kaca mata jalan

Pemakaian kacamata jalan (traveling steady rest) dapat dilihat seperti gambar di
bawah ini.
Gambar 12: Penggunaan kaca mata jalan

Kerja persiapan,
- Tentukan putaran mesin
- Persiapkan pahat yang akan digunakan
- Kotak kunci (tool box)
- Pemasangan benda kerja
- Pemasangan dan penyetelan pahat bubut.

Langkah Kerja
- Pasang kacamata pada meja mesin
- Jepit benda kerja pada kepala tetap.
- Atur benda kerja agar tersangga pada kacamatnya
- Bila diperlukan jepit dengan senter jalan pada ujung yang lain
- Benda kerja siap dibubut
5) Membubut dengan Faceplate
Membubut dengan Faceplate adalah membubut benda kerja yang bentuknya tidak
beraturan sehingga sulit bila menggunakan penjepitan atau pencekaman dengan cara-
cara yang telah dibahas sebelumnya.

Gambar 13: Face plate

Kerja persiapan,
- Tentukan putaran mesin
- Persiapkan pahat yang akan digunakan
- Kotak kunci (tool box)
- Pemasangan dan penyetelan pahat bubut.
- Pemasangan benda kerja pada faceplate. Bila diperlukan gunakan angel plate dan
v-block.

Langkah Kerja
- Lepas kepala tetap dari mesin bubut.
- Pasang faceplate sebagai pengganti kepala tetap
- Atur posisi penjepitan benda kerja pada permukaan faceplate
- Gunakan lubang dan alur yang tersedia pada faceplate untuk baut-baut penjepitnya
- Atur posisi bagian benda kerja yang akan dibubut sesuai dengan titik senter mesin
- Benda kerja siap dibubut.
DAFTAR PUSTAKA

B.H. Amstead, Bambang Priambodo. (1995). Teknologi Mekanik Jilid 2. Jakarta: Erlangga

Taufiq Rochim, (1993). Teori & Teknologi Proses Pemesinan. Bandung: Proyek HEDS.

Widarto, (2008), Teknik Pemesinan, Jakarta, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan


Dasar dan Menengah,

http://machiningtool.blogspot.com/2011/01/macam-macam-proses-pembubutan-metal.html

http://teknik-manufaktur.blogspot.com/2011/01/toleransi-suaian.html

Anda mungkin juga menyukai