Teknik Mesin (Pendalaman Materi)
Teknik Mesin (Pendalaman Materi)
Teknik Mesin (Pendalaman Materi)
PENDALAMAN MATERI
TEKNIK MESIN
Disusun oleh:
Suharno, S.T., M.T.
Budi Harajanto S.T., M.Eng.
Danar Susilo Wijayanto, S.T., Meng.
Herman Saputro, SPd., M.Pd., M.T.
Basori, S.Pd., M.Pd.
KATA PENGANTAR
Modul ini diterbitkan untuk menjadi bahan ajar pada Pendidikan dan Latihan
Profesi Guru (PLPG) Bidang Keahlian Teknik Mesin.
Dalam memaknai modul ini, tetap diharapkan berpegang kepada azas
keluwesan, azas kesesuaian dan azas keterlaksanaan sesuai dengan
karakteristik yang ada.
Penyusun menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak
yang telah berperan serta dalam penulisan naskah bahan ajar ini.
Surakarta,
2013
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
BAGIAN 1
TEKNIK PEMESINAN
BAGIAN 2
ALAT UKUR
27
BAGIAN 3
GAMBAR TEKNIK
55
BAGIAN 4
ELEMEN MESIN
63
BAGIAN 5
PENGELASAN
80
BAGIAN 6
PENGECORAN LOGAM
102
BAGIAN 7
TEKNOLOGI BAHAN
112
BAGIAN 8
MOTOR BAKAR
135
BAGIAN 1
TEKNIK PEMESINAN
BAB I PEMBUBUTAN
Pendahuluan
Mesin bubut merupakan salah satu metal cutting machine dengan gerak utama berputar,
tempat benda kerja dicekam dan berputar pada sumbunya, sedangkan alat potong (cutting tool)
bergerak memotong sepanjang benda kerja, sehingga akan terbentuk geram.
Keterangan: 1. handle untuk membalikkan arah perputaran paksi utama, 2. tuas untuk
menggerakkan paksi utama, 3. poros potong bubut atau sekrup hantar, 4. chuck cakar tiga,
5. handle untuk kunci mur, 6. pemegang pahat, 7. eretan atas, 8. senter dalam kepala lepas,
9. eretan melintang, 10. alas mesin (landas eretan), 11. kepala lepas, 12. roda tangan untuk
memindahkan kepala lepas, 13. tuas untuk mengatur jumlah perputaran poros utama, 14. tuas
untuk poros utama, 15. roda tangan untuk memindahkan support, 16. lemari kunci, 17. tuas untuk
menjalankan catu awal lewat poros utama, 18. poros utama
Gambar 1.3. Bagian-bagian Mesin Bubut
Perlengkapan mesin bubut
1. Pahat (cutting tool)
Umumnya pahat bubut dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Pahat bubut luar : digunakan untuk mengikis, menghaluskan, dan pekerjaan rata.
b. Pahat bubut dalam : digunakan untuk mengikis dan menghaluskan lubang bor.
Secara lebih lengkap, jenis-jenis pahat dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Keterangan: a. pahat potong, b. pahat profil cembung, c. pahat profil cekung, d. pahat ulir luar, e.
pahat ulir dalam, f. pahat samping kiri, g. pahat samping kanan , h. pahat kasar lurus kiri, i. pahat
kasar lurus kanan, j. pahat kasar tekuk kiri, k. pahat kasar tekuk kanan, l. pahat penyelesaian
lurus, m. pahat penyelesaian lurus, n. pahat bubut dalam
Gambar 1.4. Pahat Bubut
2. Senter
Senter digunakan untuk mendukung benda kerja di lubang senternya pada saat pembubutan.
Macam-macam senter antara lain :
a. Senter penuh
f. Senter berputar
c. Senter separuh
d. Cakera
pembawa
kombinasi
jaw
Macam pembubutan
1. Membubut lurus
Ada dua cara membubut lurus, yaitu pembubutan memanjang (sejajar benda kerja) dan
pembubutan permukaan rata (facing) untuk menghasilkan pembubutan permukaan datar
pada benda kerja.
Keterangan :
1. alat pembawa
2. busur
3. sepatu geser
= alur sudut
= alur lebar
= alur sempit
= alur tusuk
8. Membubut dalam
Pembubutan ini digunakan untuk memperbesar lubang pada benda kerja.
9. Mengkartel (knurling)
Mengkartel bertujuan untuk membuat rigi-rigi pada benda kerja dengan gigi kartel yang
sudah tersedia. Kartel dipasang pada toolpost dan kedudukannya harus setinggi senter.
Prinsip kerja kartel adalah menekan benda kerja, bukan menyayat.
10. Membubut ulir
Membubut ulir menggunakan pahat khusus seperti: pahat ulir segitiga, segiempat,
trapesium, bulat, dan bentuk lainnya. Pekerjaan ini menghasilkan ulir luar maupun ulir
dalam.
Operasi
Skema
Pembubutan
Kecepatan
Potong
V=(D+2d)N
Luar
Laju
Waktu Pemesinan
Pembuangan
Material (MRR)
L
fN
MRR =(D+d)Nfd
di mana :
L=Lbenda kerja+Allowance
Boring
V =DN
L
fN
MRR =(D+d)Nfd
Facing
Vmaks =DN
Vmin = 0
D Allowance
2 fN
MRRmaks=DNfd
(pembuutan
(pengeboran)
muka)
Vmean=
DN
MRRmin= 0
MRRmean=
DNfd
2
Parting
Vmaks =DN
(pemotongan)
Vmin = 0
Vmean=
D Allowance
2 fN
DN
2
MRRmaks=DNfd
MRRmin= 0
MRRmean=
DNfd
2
10
BAB II PENGEFRAISAN
Pendahuluan
Mesin frais adalah salah satu jenis mesin perkakas untuk mengerjakan suatu benda
kerja dengan mempergunakan pisau frais (cutter) sebagai pahat penyayat yang berotasi
(berputar pada sumbu mesin) dan benda kerja bergerak lurus. Benda kerja yang akan difrais
dicekam kuat pada meja kerja dan pahat terpasang kuat pada spindel. Benda kerja bergerak
linier dan mata potong berotasi bergerak secara simultan. Mesin frais digunakan untuk
mengerjakan bidang-bidang datar, bentuk tertentu (profil), roda gigi, alur-alur lurus atau
berbentuk spiral, segi banyak beraturan.
Bagian-bagian Utama Mesin Frais
1. Head, merupakan tempat mekanisme motor penggerak terpasang.
2. Spindel, merupakan bagian yang menggerakkan arbor (tempat mata pahat/cutter).
3. Arbor (Poros Tempat Cutter/Pahat Frais)
Arbor digunakan untuk mencekam pahat frais yang terpasang pada sumbu utama. Arbor
juga disebut poros frais, yang berfungsi sebagai tempat kedudukan pisau frais dan
ditempatkan pada sumbu mesin. Bentuknya panjang dan sepanjang badannya diberi alur
spie (pasak), bagian ujungnya berbentuk tirus dan ujung lainnya berulir, dilengkapi ring
penekan (collar). Arbor juga dibuat dengan bentuk yang pendek untuk pengikatan pisaupisau frais sisi. Ukurannya sesuai dengan standar lubang pisau frais, misalnya 22, 27,
dan 33 mm atau 7/8 inch, 1 inch, dan 1 inch.
Keterangan :
1 penyangga
2 3 4 6 7 ring penekan (collar)
5 pisau frais
8 rangka mesin
1 batang tirus
2 pasak
Gambar 2.1. Arbor
4. Arbor support, merupakan bagian di mana mata potong dan arbor terpasang.
5. Column, untuk menyokong dan menuntun knee saat bergerak vertikal.
6. Knee, merupakan bagian yang terpasang pada column, tempat mekanisme
(transmisi penggerak) pengaturan pemakanan (feed) dan menopang saddle.
7. Saddle, terpasang pada knee yang bergerak keluar masuk ke arah operator. Saddle
digunakan untuk menopang meja.
11
d. Ragum busur
Ragum di mana pada alas ragum terdapat skala indeks sudut.
12
13
kerja harus dibuat alur dulu, baru dilakukan pemotongan dengan pisau tee.
b) Pisau frais ekor burung (dovetail cutter)
Cara penggunaan pisau jenis ini sama dengan pisau alur tee. Biasanya
0
bersudut 60 dan pada ujungnya terdapat ulir (kanan atau kiri) menurut arah
tajamnya pisau.
14
Pemotongan dilakukan oleh gigi pahat yang bergerak ke atas, di mana arah
pemotongan berlawanan arah dengan gerakan benda kerja. Penyayatan dimulai dari
geram tebal ke geram tipis. Umumnya digunakan sebagai proses pengasaran
(pekerjaan dengan kecepatan menghasilkan geram tinggi).
miring terhadap sumbu pisau yang diasah kira-kira 3 agar didapatkan sudut bebas yang
baik, penyangga gigi diletakkan di bawah pusat pisau dengan suatu jarak tertentu.
15
Bahan
Besi tuang
Baja lunak
Baja perkakas
Perunggu
Kuningan
Aluminium
slab milling
face milling
gambar
cutting speed
V = .D.N
Vmaks = .D.N
Vmean = .D.N / 2
f = f1.N.n
f = f1.N.n
f1 = feed tiap gigi
n = jumlah gigi cutter
feed f
L 2A
f
L 2A
f
D untuk
D
W D
2
2
metal removal
rate
D2 D
d
4 2
A W D W
untuk W D
MRR = w.d.f
16
cacing) berputar 1/40 kali. Untuk satu putaran roda cacing, kita harus memutar poros
cacing sebanyak 40 putaran. Untuk pengefraisan suatu benda, banyaknya putaran
engkol pembagi untuk satu bagian sama dengan banyaknya putaran engkol pembagi
untuk satu putaran penuh benda kerja dibagi dengan jumlah bagian yang akan dibuat.
: 15 - 16 - 17 - 18 - 19 - 20
Keping II
: 21 - 23 - 27 - 29 - 31 - 33
Keping III
: 37 - 39 - 41 - 43 - 47 - 49
tg 1 =
xD
kisar alur
17
BAB IV PENGGERINDAAN
Pendahuluan
Mesin gerinda merupakan suatu alat yang digunakan untuk proses pemotongan
logam secara abrasif melalui gesekan antara material abrasif dengan benda kerja (logam).
Pada mesin gerinda, putaran batu pengasah pada penyayatan benda kerja diperlukan
putaran kecepatan pemotongan yang sangat tinggi. Mesin gerinda digunakan untuk
pengasahan benda kerja yang bulat, pengasahan benda kerja permukaan rata, pengasahan
benda kerja bentuk, dan pengasahan pahat pemotong (cutting tool) mesin-mesin perkakas.
Selain itu, gerinda juga digunakan untuk memperhalus dan membuat ukuran yang akurat
permukaan benda kerja (finishing).
18
60
Arti
jenis butir
A
Alundum
ukuran butiran
sangat kasar
kasar
8
20
10
24
12
30
14
36
16
46
Grade
sangat lunak
lunak
E
I
F
J
G
K
H
Struktur
sangat rapat
rapat
1
5
2
6
3
7
4
8
jenis ikatan
V
vitrified
kekerasan
Kekenyalan
C
Karborundum
sedang
54
60
80
100
D
Intan
halus
120
150
180
220
240
sangat halus
280
320
400
500
600
sedang
L
M
N
O
keras
P
Q
R
sangat keras
S
T
U
V
sedang
9
10
11
12
terbuka
13
14
15
16
sangat terbuka
17
18
19
20
elastisitas
Kekuatan
sifat daya tahan suhu
sifat daya tahan air dan minyak
S
B
R
silicate
resinoid
karet
E
Shellac
19
20
Spindel piringan
3.
Meja kerja
4.
Gelas pengaman
5.
6.
Pekerjaan Menggerinda
1. Langkah-langkah pada proses penggerindaan :
a. Langkah gerakan
Gerakan utama dilakukan oleh cakram asah yang berputar dengan angka putaran
21
tetap. Gerakan laju dilakukan oleh benda kerja atau cakram asah, tergantung pada
konstruksi mesin gerinda. Pada pengasahan bidang, gerakan ini berupa gerakan
maju mundur, sedang pada pengasahan bidang meja bundar berupa gerakan
melingkar, serta pada pengasahan bundar berupa gerakan keliling benda kerja.
d. Sebelum dipasang, batu gerinda diperiksa apakah roda tersebut tidak retak. Roda
disetimbangkan dengan jari melalui lubang dan diketok dengan palu plastik. Jika roda
tidak rusak, maka menimbulkan suara agak nyaring.
22
Keterangan :
H = tinggi antara bantalan terhadap mata
pemotong
L = panjang bagian ujung pahat
C = pembentukan sudut potong
23
d. Menggerinda bor
e. Menggerinda dalam (internal grinding)
1) Menggerinda bagian dalam (suatu lubang) suatu benda kerja seperti pada dinding
dalam suatu silinder.
2) Roda gerinda yang bertangkai berputar pada permukaan dalam benda kerja.
f. Menggerinda centreless
g. Menggerinda profil
Untuk menggerinda profil dapat dilakukan dengan terlebih dahulu membentuk batu
gerinda sesuai dengan bentuk benda kerja dan batu gerinda harus lebih tebal
daripada panjang benda kerja yang akan digerinda.
1) Menggerinda alur V
Untuk menggerinda alur V digunakan roda gerinda datar maupun dengan roda
gerinda mangkuk.
2) Menggerinda ekor burung
Roda gerinda juga harus diasah terlebih dahulu dengan membuat sedikit
lengkungan di bidang belakang roda, kemudian bentuklah sudut yang diperlukan
dengan mengasah kasar. Setelah benda kerja dipasang pada chuck magnet,
maka benda kerja diasah sehingga membentuk ekor burung.
3) Menggerinda sudut cembung
Roda dibentuk radius yang diperlukan dengan pengasahan kasar, dengan cara
memasang alat bantu. Periksa radius hasil pengasahan dengan mal radius.
4) Menggerinda sudut cekung
Pada prinsipnya sama dengan menggerinda sudut cembung.
24
lebar alur dan diameter roda yang digunakan harus cukup besar untuk
mencegah kepala roda tidak menyentuh bidang kerja.
25
DAFTAR PUSTAKA
Abo Sudjana dan Ece Sudirman. 1979. Teori dan Praktek Kejuruan Dasar Mesin. Jakarta :
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Amstead B.H., Phillip F. Ostwald, dan Myron L Begeman. 1990. Teknologi Mekanik Jilid 2.
Diterjemahkan oleh Bambang Priambodo. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Appold, Hans, dkk. 1987. Technology of Metal Trade. New Delhi : Wiley Eastern Limited.
Bagyo Sucahyo. 2004. Pekerjaan Logam Dasar. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Chernov N. 1975. Machine Tools. Moscow : MIR Publishers.
Daryanto. 2002. Mesin Perkakas Bengkel. Jakarta : PT Bina Adiaksara dan PT Rineka Cipta.
De Garmo, P. E., Black, T. J., dan Kohser, R. A.. 1999. Materials and Processes in
Manufacturing. New York : John Wiley & Sons.
Eko Marsyahyo. 2003. Mesin Perkakas Pemotongan Logam. Malang : Bayumedia Publishing.
Gerling, H. 1965. All About Machine Tools. New Delhi : Wiley Eastern Private Limited.
Kalpakjian, S. 1995. Manufacturing Engineering and Technology. New York : Addison-Wesley
Publishing Company.
Krar, S. F. dan Oswald, J. W. 1991. Technology of Machine Tools. New York : McGraw-Hill
International Editions.
Richard, L. Little. Metalworking Technology. New Delhi : Tata McGraw-Hill Publishing
Company Ltd.
Suhardi. 1997. BPK Teknologi Mekanik II. Surakarta : Universitas Sebelas Maret.
Surbakty B.M. dan Kasman Barus. 1983. Membubut. Jakarta : CV. Genep Jaya Baru.
Surbakty B.M. dan Kasman Barus. 1983. Menyekrap, Mengebor dan Menggerinda. Jakarta :
CV. Genep Jaya Baru.
Wijayanto, D.S. dan Estriyanto, Y. 2005. Teknologi Mekanik : Mesin Perkakas. Surakarta :
UNS Press.
26
BAGIAN 2
1. Pengukuran (measurement)
Kegiatan mengukur dapat diartikan sebagai proses perbandingan suatu
obyek terhadap standar yang relevan dengan mengikuti peraturan-peraturan
terkait dengan tujuan untuk dapat memberikan gambaran yang jelas tentang
obyek ukurnya.
Dengan melakukan proses pengukuran dapat:
1. membuat gambaran melalui karakteristik suatu obyek atau prosesnya.
2. mengadakan komunikasi antar perancang, pelaksana pembuatan, penguji
mutu dan berbagai pihak yang terkait lainnya.
3. memperkirakan hal-hal yang akan terjadi
4. melakukan pengendalian agar sesuatu yang akan terjadi dapat sesuai dengan
harapan perancang.
Bidang-bidang dan sub-bidang dengan contoh standar pengukuran yang
berkaitan dapat dijelaskan seperti pada Tabel 1
Tabel 1
Bidang
Massa dan
besaran yang
terkait
Kelistrikan
kemagnitan
Sub-bidang
Pengukuran Massa
27
Panjang
tinggi
meter
Arus kuat dan tegangan Transformator pengukur arus dan
tinggi
tegangan, sumber tegangan tinggi
acuan
Panjang gelombang dan Laser stabil, interfeometri, sistem
interferometri
laser
pengukuran,
komparator
interfrometri
Metrologi Dimensi
Balok ukur,skala mistar, step gauge,
setting ring, plug gauge, heih master,
dial indicator, micrometer, standar
kerataan
optis,
CMM,
scan
micrometer
Pengukuran sudut
Bentuk
Kekasaran Permukaan
Waktu
Frekuensi
Frekuensi
Termometri
Pengukuran suhu secara Temometer gas, titik tetap, ITS 90, ter
kontak
mometer tahanan platina, temokopel
Pengukuran suhu secara Black body suhu tinggi, radiometer
non kontak
krio genis, pyrometer,fotodiode Si
Kelembaban
28
Serat optis
Radiometri optis
Fotometi
Radiometri
dan
Fotometri
Aliran
Kolorimetri
Aliran gas (volume)
ditektor 4 Gamma.
Bahan acuan serat Au
Radiometer
kriogenis,ditektor,
sumber acuan laser stabil, bahan
acuan serat Au
Ditektor cahaya tampak, fotodioda Si,
ditektor efisiensi kuantum
Spektrofotometer
Bell profer, meter gas rotary, meter
gas turbin, meter transfer dengan
critical nozzle
2. Metode Pengukuran
Pada umumnya metode pengukuran adalah membandingkan besaran yang
diukaur terhadap standarnya. Bagaimana proses
membandingkan dilakukan,
kualifikasi operator
kondisi lingkungan
30
4.
ALAT UKUR
alat ukur dimensi: mistar, jangka sorong, mikrometer, bilah sudut, balok ukur,
profile proyector, universal measurung machine dan seterusnya.
dan lain-lain
Rentang Ukur (Range) besarnya daerah pengukuran mutlak suatu alat ukur.
Sebuah jangka sorong mempunyai range 0 sd 150 mm
Dayabaca (sering disebut resolusi/atau resolution) jarak ukur antara dua garis
skala yang berdampingan pada alat ukur analog, atau perbedaan penunjukkan
terbaca dengan jelas pada alat ukur digital.
Span: besarnya kapasitas ukur suatu alat ukur, misal mikrometer luar
mempunyai span ukur 25 mm, artinya rentang ukur 0 25, 25 50, 50 75
.dan seterusnya
31
2.
3.
1. Sensor bagian alat ukur yang merasakan adanya sinyal yang harus diukur atau
bagian yang berhubungan langsung dengan benda ukurnya. Ada dua jenis sensor,
yaitu kontak dan non kontak. Sensor kontak banyak digunakan pada prinsip alat
ukur mekanik dan elektrik, sedang sensor non kontak pada prinsip optik dan
pneumatik. Contoh sensor pada mikrometer adalah kedua permukaan ukur yang
menjepit benda ukur, pada dial indikator terletak pada ujung tangkai batang
ukurnya.
2. Tranduser berfungsi untuk memperkuat/memperjelas dengan mengubah sinyal
sinyal yang diterima dari sensor dan mengirim hasil ke penunjuk atau indikator/
rekorder maupun kontroler. Kemungkinan pada tranduser sinyal dirubah dengan
besaran lain, misalnya system mekanik menjadi elektrik kemudian diubah
kembali menjadi sistem mekanik Jadi prinsip kerja dari alat ukur tergantung dari
pengubahnya, yang dapat dibedakan menjadi beberapa prinsip kerja, yaitu :
1.
sistem mekanik
2.
sistem elektrik
3.
sistem optik
4.
sistem pneumatik
5.
sistem optomekanik
b.
sistem optoelektronik
c.
32
Contoh tranduser pada mikometer berupa sistem ulir presisi, pada dial indikator
berupa sistem rodagigi yang dapat mengubah dari gerakan linier menjadi gerakan
berputar pada indikatornya.
3. Penunjuk atau indikator bertugas untuk menayangkan data ukur yang berupa garisgaris skala pada mikrometer atau jarum yang bergerak melingkar dengan menunjuk
skala ukur yang melingkar juga.
Rekorder dapat mencatat data ukur dalam bentuk numerik atau grafik,
sedangkan kontroler berfungsi untuk mengendalikan besarnya nilai obyek yang
diukur sesuai dengan nilai ukur yang dikehendaki. Tidak semua alat ukur dilengkapi
dengan rekorder dan atau kontroler, namun untuk alat-alat ukur yang modern yang
dilengkapi dengan pembacaan digital sering dilengkapi dengan pengolah data secara
statistik (SPC Statistic Process Control). Komponen pengolah data ini sangat
membantu khususnya bagi mereka yang bekerja dibagian pengendalian mutu produk
yang dibuat secara massa (mass product). Setiap dimensi dilakukan pengukuran
beberapa kali, langsung data-data tersebut dapat diolah, sehingga operator dapat
memperoleh informasi tentang harga rata-rata, simpangan baku dan parameter
statistik lainnya termasuk penayangan histogram, diagram x-R dsb.
Obyek ukur
2.
Standar ukur
33
3.
Alat Ukur
4.
Operator pengukuran
5.
Lingkungan
Proses pengukuran tidak dapat berlangsung dengan baik bila salah satu dari
keempat elemen yang pertama tidak ada. Faktor lingkungan selalu hadir pada setiap
situasi. Kelima elemen perlu dipahami agar kesalahan yang ditimbulkan oleh setiap
elemen dapat dipelajari. Proses pengukuran dilakukan si operator dengan
membandingkan benda ukur (obyek) dengan alat ukur (standar) yang sudah diketahui
nilai ukurnya (kalibrasi) dengan sarana ruang dan alat bantu ukur yang memenuhi
persyaratannya.
1) Obyek ukur
Obyek ukur adalah komponen sistem pengukuran yang harus dicari
karakteristik dimensionalnya, misal panjang, jarak, diameter, sudut, kekasaran
permukaan dst, agar hasil ukurnya memberikan nilai yang aktual, maka sebelum
proses pengukuran dilakukan, obyek ukur harus dibersihkan dahulu dari debu, minyak
atau bahan lain yang menutup atau mengganggu permukaan yang akan diukur.
2) Standar Ukur
Standar ukur adalah komponen sistem pengukuran yang dijadikan acuan fisik
pada proses pengukuran. Bagi pengukuran dimensional standar satuan ukuran adalah
standar panjang dan turunannya. Dalam proses pengukuran yang baik menuntut
standar ukur yang mempunyai akurasi yang memadai dan mampu telusur ke standar
nasional/ internasional.
3) Alat Ukur
Alat ukur adalah komponen sistem pengukuran yang berfungsi sebagai sarana
pembanding antara obyek ukur dan standar ukur, agar nilai obyek ukur dapat
ditentukan secara kuantitatif dalam satuan standarnya. Ciri-ciri dari alat ukur yang
baik adalah yang memiliki kemampuan ulang yang ketat, kepekaan yang tinggi,
histerisis yang kecil dan linieritas yang memadai.
4) Operator pengukur
Operator pengukur adalah orang yang menjalankan tugas pengukuran
dimensonal baik secara keseluruhan maupun bagian demi bagian. Tugas ini terdiri
dari pos pekerjaan, diantaranya:
- pemeriksaan obyek ukur (dan gambar kerja)
34
5).Lingkungan
Proses pengukuran dapat dilakukan dimana saja: diruang terbuka maupun
diruang ysng terkondisi. Pada ruang terkondisi khususnya pengukuran dimensional
tentunya akan menjamin hasil ukur lebih akurat,dengan persyaratan yang
dipersyaratkan bagi sebuah ruang untuk keperluan pengukuran/kalibrasi dimensional
adalah sbb:
-
suhu 20 1 0 C
kelembaban relatif 50 %
35
5. KALIBRASI (CALIBRATION)
5.1. Definisi
Kalibrasi bagian dari Metrologi kegiatan untuk menentukan kebenaran
konvensional nilai penunjukkan alat ukur dan bahan ukur. atau
Kalibrasi adalah
memastikan hubungan antara harga-harga yang ditunjukkan oleh suatu alat ukur atau
sistem pengukuran, atau harga-harga yang diabadikan pada suatu bahan ukur dengan
harga yang sebenarnya dari besaran yang diukur.
2.
3.
36
perlu dikalibrasi.
2.
Standar ukur
37
3.
4.
Standar dokumenter
5.
Operator kalibrasi
6.
Standar Acuan (Reference Standard) merupakan pembanding dari standarstandar kerja dan berada di Pusat- pusat Kalibrasi yang terakreditasi (KAN)
Standar Nasional (National Standard) merupakan pembanding dari pusatpusat kalibrasi (JNK). Standar tersebut berada di Puslit KIM-LIPI, Serpong.
38
ukur kategori ini adalah: mistar geser, mistar geser kedalaman dan mistar geser
ketinggian ( height gauge).
Selain itu juga dikenalkan alat ukur Bantu standar yang digunakan untuk mengukur
diameter kecil yaitu Kaliber Silinder dan pada diameter dalam yang lebih besar yaitu
Kaliber T.
39
1. Mistar geser :
Mistar geser dan bagiannya ditunjukkan pada Gambar 1.4 di bawah ini.
40
41
42
Alat-alat ukur berikut ini termasuk memiliki presisi baik. Dengan alat-alat ini akan
terbaca suatu pengukuran dengan ketelitian sampai batas 0,01 mm. Alat ukur kategori
ini adalah : mistar geser dial, mistar geser digital dan berbagai jenis micrometer.
1. Mistar geser dial
2. Mikrometer luar
Mikrometer luar biasanya mempunyai kapasitas ukur :
0 25 mm
25 50 mm
0 75 mm
5 100 mm dan bahkan sampai 100 mm.
43
44
45
diganti dengan lampu sofiet interior mobil. Pangkalan dari pada tes pen disambung
kabel dengan ujung diberi jepit buaya.
Nama bagian dari lampu tes
Keterangan.
1
Test probe.
Pegas penghantar.
Kabel penghantar.
Jepit buaya
Lampu tes bisa juga digunakan untuk mencari hubungan singkat pada ground,
sebelumnya beban dilepas dari hubungan lalu letakkan lampu test seperti gambar. Bila
lampu test menyala, indikator adanya hubungan singkat.
2. Multi Meter
Multi meter merupakan alat sistem kelistrikan yang mempunyai multi fungsi yaitu
untuk
1) Mengukur arus atau Amper meter
2) Mengukur tegangan atau Volt meter
3) Mengukur tahanan atau Ohm meter
Karena kemampuan sebagai Amper meter (A) , Volt meter (V) dan Ohm meter (O)
maka alat ini juga sering disebut AVO meter. Model multi meter yang banyak
digunakan ada dua, yaitu model analag dan model digital. Model analog
47
Analog
Digital
48
Pastikan bahwa arus yang diukur lebih rendah dari skala ukur yang dipilih,
beberapa multi meter mempunyai batas maksimal 500 mA atau 0,5 A.
b) Metode memasang amper meter pada rangkaian adalah secara seri, pengukuran
secara parallel dapat menyebabkan multimeter terbakar
c)
Skala ukur amper meter pada multi meter sangat beragam, diantara 250 mA dan 20 A.
Contoh melakukan pengukuran arus kurang dari 250 mA.
Langkah mengukur
a)
b) Pasang alat amper meter secara seri, yaitu colok ukur merah (+) ke beban atau
lampu dan colok ukur hitam (negatip) ke arah negatip baterai
c)
Baca hasil pengukuran pada angka maksimal 25, kemudian hasilnya kalikan
dengan 10.
Dari penunjukan alat ukur di atas menunjukkan angka 3, maka besar arus yang
mengalir adalah 3 x 10 = 30 mA.
2) Mengukur tegangan
a) Mengukur tegangan DC
Baterai merupakan salah satu sumber listrik tegangan DC. Besar tegangan DC yang
mampu diukur adalah 0 500 Volt DC. Posisi pengukuran terdiri dari 2,5 V, 10 V,
49
b) Mengukur Tegangan AC
Multi meter mampu mengukur tegangan AC sebesar 0 1000 Volt. Posisi pengukuran
terdiri dari 10 V, 25 V, 250 V dan 1000 V. Sebelum menggunakan Volt meter untuk
mengukur arus listrik perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
(1) Pastikan bahwa tegangan yang diukur lebih rendah dari skala ukur yang dipilih,
misal mengukur tegangan listrik sebesar 220 V maka pilih skala 250V AC.
(2) Metode memasang Volt meter pada rangkaian adalah secara paralel, pengukuran
secara seri dapat menyebabkan multimeter terbakar
50
b) Kalibrasi alat ukur dengan cara menghubungkan singkat colok ukur, dan
mengatur jarum pada posisi 0 (nol) dengan memutar Ohm calibration.
51
c)
Cara menggunakan
multimeter digital sama dengan multi meter analog. Contoh penggunaan dapat dilihat
pada gambar dibawah ini:
52
c. Rangkuman
Multi meter berfungsi untuk mengukur arus atau Amper meter, mengukur
tegangan atau Volt meter, mengukur tahanan atau Ohm meter, karena kemampuan
tersebut maka alat ini juga sering disebut AVO meter.
Hal yang harus diperhatikan dlam menggunakan multi meter antara lain:
1) Posisi skala ukur harus lebih tinggi dari beban yang diukur
2) Melakukan kalibrasi alat
3) Mengukur arus posisi Amper, secara seri
4) Mengukur Tegangan posisi Volt AC atau DC secara parallel
5) Mengukur tahanan tidak boleh ada sumber listrik atau posisi terlepas
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1996. NEW STEP 1 Training manual. Jakarta: PT. Toyota Astra Motor,
Training Center.
Anonim. Tth. Instruction Manual Sanwa Multi Terster. Chiyoda ku, Tokyo Japan:
Sanwa Electric Instrument Co.Ltd.
British Standards Institution, 1984. Engineering Metrology, London: Hutchinson &
Co. Ltd.
Davis N. Daler and Frank J. Thienssen. 1995. Automotive Electronics and
Performance. New Jersey: Englewood Cliffs.
Iqnatius Hartono.1988. Pengantar ilmu Tehnik Elektronika. Jakarta: PT. Gramedia.
53
Bahan,
Bandung:
Pusat
54
BAGIAN 3
GAMBAR TEKNIK
Agar dapat melakukan fungsinya sebagai bahasa di industri, gambar teknik
mesin harus menjadi alat komunikasi utama di antara orang-orang di
desain,
dalam
membuat
permesinan.
Gambar
meneruskan
teknik
maksud
mesin
apa
yang
harus
cukup
diinginkan
oleh
memberikan
perencana
informasi
kepada
untuk
pelaksana,
demikian juga pelaksana harus mampu mengimajinasikan apa yang terdapat dalam
gambar kerja untuk dibuat menjadi benda kerja yang sebenarnya sesuai dengan
keinginan perencana atau pemesan. Untuk itu standar-standar, sebagai tata bahasa teknik,
diperlukan untuk menyediakan ketentuan-ketentuan yang cukup. Dengan adanya
standar-standar yang telah baku ini akan lebih memudahkan suatu pekerjaan
untuk
dikerjakan di industri pada daerah atau negara lain yang kemudian hasil akhirnya
akan
dirakit
pada
industri
di
daerah
atau
negara
gambar perspektif
sebaik
mungkin,
yang
sejelas
baik,
mungkin,
maka menggambarnya
harus
tetap dijaga, harus sama, tidak diperbolehkan pada satu garis tebalnya tidak sama. Atas
dasar itu maka dalam menarik garis gambar usahakan hanya sekali saja, jangan
berulang-ulang, sebab pengulangan penarikan garis gambar akan menyebabkan tebal
garis yang berbeda.
1.1 Bentuk-Bentuk Gambar Perspektif
Apabila akan membuat sket gambar perspektif dari gambar proyeksi atau melihat
obyek
benda
langsung,
diawali
panjang atau kubus. Ada tiga macam bentuk persegi panjang atau kubus yang
dipergunakan sebagai gambar dasar dalam
parallel,
perspektif
dimetrik,
membuat
perspektif,
yaitu:
perpektif
55
industri
permesinan,
pekerja/teknisi
pelaksana
gambar
di
yang
bengkel,
dibuat
yang akan
haruslah
dibuat
diserahkan
dalam
keadaan
kepada
yang
memudahkan untuk dibaca dan diinterpretasikan. Agar dapat dibaca oleh orang lain,
maka gambar harus dibuat dengan memberikan pandangan yang cukup. Pandangan
yang cukup disini artinya tidak kurang dan juga tidak berlebihan. Pandangan gambar
yang
kurang akan
menyebabkan
kesulitan dalam
menginterpretasikan
maksud
gambar, demikian pula gambar yang berlebihan dalam pandangan akan menyebabkan
gambar menjadi rumit, sehingga kesannya semrawut dan gambarnya menjadi tumpang
tindih (over lap). Untuk itu jumlah pandangan harus dibatasi seperlunya, tetapi harus
dapat memberi kesimpulan bentuk benda secara lengkap.
Dalam menyajikan pandangan gambar sebuah benda, pandangan depan adalah
merupakan yang pokok, sedangkan pandangan yang lain berfungsi hanya untuk
memperjelas. Dengan demikian andaikata dimungkinkan cukup pandangan depan saja,
maka
tidak
perlu
dibuat
pandangan
yang
lain,
asal
gambar
telah memberikan
pandangan yang lengkap, yang dapat memberikan satu kesimpulan mengenai bentuk
dan ukuran-ukuran bagian alat yang akan dibuat. Agar dapat membuat pandangan gambar
yang baik yaitu pandangan yang tidak
berlebihan
atau
kurang,
maka
berikut
ini
Utamakanlah
pandangan
dengan
garis
yang
tidak
kelihatan
yang
paling
sedikit.
d. Pandangan sebelah kanan lebih utama dari pandangan sebelah kiri, kecuali
kalau pandangan kiri memberi keterangan yang lebih banyak.
e. Pandangan atas lebih utama dari pandangan bawah, kecuali kalau pandangan
bawah memberi keterangan yang lebih banyak.
f.
Pilihlah pandangan
baiknya.
56
Pandangan
dalam
gambar
teknik
mesin
kebanyakan
divisualisasikan dengan
menggunakan proyeksi lurus. Ada dua cara untuk menggambar proyeksi lurus,
yaitu
proyeksi sistem Amerika (Third Angle Projection) dan proyeksi sistem Eropah (First
Angle Projection). Secara lengkap kedua proyeksi ini mempunyai enam pandangan:
pandangan depan, pandangan atas, pandangan samping kanan, pandangan samping
kiri, pandangan bawah dan pandangan belakang.
Seperti
telah
dijelaskan
di
atas
dalam
penyajiannya
tidak
digambar
tidak
komplek
bisa
menggunakan
obyek
menyajikan gambar yang sederhana, satu atau dua pandangan gambar acapkali sudah
memadai.
2.1 Gambar Proyeksi Sistem Amerika
Pada proyeksi sistem Amerika (Third Angle Projection = Proyeksi Sudut Ketiga), bidang
proyeksi terletak diantara benda dengan penglihat yang berada di luar.
memproyeksikan benda pada bidang proyeksi, seolah-olah benda ditarik
proyeksi.
Dengan
demikian kalau
bidang-bidang
Untuk
ke
bidang
pandangan
samping
kanan terletak di samping kanan, pandangan samping kiri terletak di samping kiri,
pandangan bawah terletak di bawah, dan pandangan belakang terletak di sebelah kanan
samping kanan (lihat Gambar 2.1).
terletak
di
memproyeksikan
dalam
benda
kubus
diantara
seolah-olah
bidang
benda
proyeksi
tersebut
di
dan
dorong
penglihat. Untuk
menuju bidang
proyeksi. Dengan demikian jika bidang proyeksi di buka, maka pandangan depan
tetap,
pandangan samping kanan terletak di sebelah kiri, pandangan samping kiri terletak
di sebelah kanan, pandangan atas terletak di sebelah bawah, pandangan bawah terletak
di atas, dan pandangan belakang terletak di sebelah kanan pandangan samping kiri
(lihat Gambar 2.2).
57
Angle
Projection
= Proyeksi
Sudut
rasional dan mudah dipahami. Atas dasar itulah proyeksi sistem Amerika pemakaiannya
lebih luas dibandingkan dengan sistem Eropa. Negara-negara pantai laut Pacifik, seperti
USA dan Canada, juga Jepang, Korea Selatan,
Australia,
dan
juga
Indonesia
bila
bagian
yang
tidak
terlihat
banyak
akan
membingungkan. Untuk
menghindari kebingungan dan memperjelas bagian dalam suatu benda yang akan
digambar dipergunakan gambar potongan (sectional views).
Untuk memperlihatkan bagian dalam suatu benda dengan menggunakan gambar
potongan dapat dilakukan dengan potongan seluruhnya, potongan separoh dan potongan
sebagian
disesuaikan
dengan
kadar
kebutuhan
dari
bagian
dalam yang
akan
58
mubazir terutama dalam penggunaan waktu menggambar, seperti benda kerja yang
simetris, maka gambar potongannya cukup separoh atau sebagian saja tidak perlu
seluruhnya.
Potongan Seluruhnya
Potongan Separoh
Potongan Sebagian
terhadap garis sumbu atau garis gambar (lihat Gambar 3.2). Jarak garis arsir yang dibuat
disesuaikan dengan besarnya gambar dan jaraknya sama antara satu sama lainnya.
Gambar susunan benda kerja yang menjadi satu, potongannya ditunjukkan
dengan
arsiran yang berbeda arah (lihat Gambar 3.3), sedangkan potongan dari satu benda
harus diarsir dengan arah yang sama. Untuk benda yang tipis gambar potongannya
ditunjukkan tidak dengan arsir, tetapi cukup ditebalkan dengan warna hitam.
Pemotongan pada suatu pandangan dilakukan dengan menggunakan garis potong,
yaitu garis strip titik dengan ujung tebal dan diberi anak panah yang diberi huruf
sama. Pada penunjukkan bagian yang dipotong ditulis huruf yang sama dengan
pemotongannya (lihat Gambar 3.4).
59
pekerja dalam suatu perusahaan sudah barang tentu dikerjakan dengan ukuran-ukuran yang
bertoleransi. Kadang-kadang seorang pekerja hanya mengerjakan bagian mesin yang
tertentu saja. Sedangkan pekerja yang lain mengerjakan bagian yang lainnya.
Pada umumnya toleransi yang harus diberikan/dicantumkan pada gambar kerja ada dua
macam :
Toleransi untuk poros, yang meliputi benda-benda padat bulat, segiempat, dan bentukbentuk prisma lainnya.
Toleransi untuk lubang, yang meliputi lubang bulat (bor), lubang pada bantalan, alat
pasak, rongga-rongga pada blok mesin, celah antara dua bidang (alur pasak), dan
semacamnya.
artinya suatu lubang (H-nya huruf besar) dengan daerah toleransi H dan
kualitasnya 7
40 h7,
artinya suatu poros (h-nya huruf kecil) dengan daerah toleransi h dan
kualitasnya 7
gas akan berbeda hasilnya dengan produk yang dipotong dengan gergaji, begitu juga produk
yang dibuat dengan cara dituang akan berbeda permukaannya dengan produk yang dibuat
atau dikerjakan dengan mesin. Pada gambar teknik mesin, kekasaran pada gambar kerja
diberi lambang atau simbol sesuai dengan tingkat kekasarannya dan dijelaskan menurut ISO
R 468 dan ISO 1302, masing-masing untuk menyatakan kekasaran permukaan dan
menerapkannya pada gambar kerja.
Informasi yang dapat dicantumkan pada tanda pengerjaan meliputi hal-hal sebagai
berikut.
(a)
(b)
Proses produksi atau proses pemesinan, misalnya dibor, dibubut, difrais, dan
semacamnya.
(c)
Panjang sampel, jika tidak dicantumkan maka panjang sampel yang digunakan sebagai
pengukuran untuk penentuan kualitas dapat dilihat dalam tabel 4.9
(d)
Arah pengerjaan, maksudnya arah sayatan dari pisau atau pahat terhadap permukaan
benda kerja. Untuk arah pengerjaan ini terbagi menjadi:
1) Searah dengan bidang proyeksi, diberi simbol =.
2) Tegak lurus terhadap bidang proyeksi, diberi simbol .
3) dalam dua arah yang berpotongan, diberi simbol x .
4) dalam segala arah, diberi simbol M.
5) arah relatif bulat terhadap titik pusat diberi simbol C.
6) arah relatif radian, diberi simbol R
Untuk arah pengerjaan ini, dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
(e)
(f)
61
Posisi penempatan informasi tanda pengerjaan tersebut dapat dilihat pada gambar
berikut.
62
BAGIAN 4
ELEMEN MESIN
1. Gaya
Gaya (beban) merupakan faktor terpenting dalam bidang perancangan mesin, karena
berpengaruh sangat besar pada hasil rancangan. Disaat elemen mesin melaksanakan
fungsinya sebagaimana yang dikehendaki, maka berbagai bentuk gaya akan bekerja
padanya, sesuai dengan konstruksi dan sifat kerja elemen mesin tersebut.
Sesuai bunyi Hukum Newton Ketiga, Besarnya gaya yang bekerja pada elemen
mesin (gaya aksi) akan mendapatkan tahanan dari elemen mesin tersebut dalam besar yang
sama tetapi dengan arah yang berlawanan (gaya reaksi). Seandainya gaya reaksi tidak
terjadi, tentulah gaya aksi tidak akan berarti apa-apa sama sekali dan akan sangat sulit untuk
dideteksi sifat kerjanya. Dengan demikian besarnya gaya aksi baru akan bernilai, jika ada
reaksi dari tahanan.
Dengan demikian ada berbagai jenis gaya yang biasa mengenai elemen mesin, yakni :
a. Gaya tarik dan tekan (Tensile and compressive force)
Untuk memulai diskusi ini, kita ambil kasus paling sederhana dimana sebatang logam
dengan luas penampang konstan, dibebani melalui kedua ujungnya dengan sepasang gaya
linier dengan arah saling berlawanan yang berimpit pada sumbu longitudinal batang dan
bekerja melalui pusat penampang melintang masing-masing. Untuk kesetimbangan statis
besarnya gaya-gaya harus sama. Apabila gaya-gaya diarahkan menjauhi batang, maka
batang disebut di-tarik; jika gaya-gaya diarahkan pada batang, disebut di-tekan. Kedua
kondisi ini digambarkan pada Gb. 1.1.
Dibawah aksi pasangan gaya-gaya ini, hambatan internal terbentuk didalam bahan
dan karakteristiknya dapat dipelajari dari bidang potongan melintang disepanjang batang
tersebut. Bidang ini ditunjukkan sebagai a-a di Gb. 1.2(a). Jika untuk tujuan analisis porsi
batang disebelah kanan bidang dipindahkan, seperti pada Gb. 1.2(b), maka ini harus
digantikan dengan sesuatu untuk memberikan efek pada porsi sebelah kiri tersebut. Dengan
cara introduksi bidang potong ini, gaya-gaya internal awal sekarang menjadi gaya eksternal
terhadap porsi sisa batang. Untuk kesetimbangan pada porsi sebelah kiri, efek ini harus
berupa gaya horisontal dengan besar P. Namun demikian, gaya P yang bekerja tegak-lurus
(normal) pada penampang melintang a-a ini secara aktual merupakan resultan distribusi
gaya-gaya yang bekerja pada penampang melintang dengan arah normal.
Disini sangat penting untuk membuat beberapa asumsi berkaitan dengan variasi
distribusi gaya-gaya, dan karena gaya P bekerja pada penampang melintang maka secara
umum diasumsikan bahwa gaya-gaya tersebut adalah seragam diseluas penampang.
63
Gambar :
a
Tarik
F
(a)
F
F
F
F
Tekan
(b)
Gb. 1.1
Gb. 1.2
Gambar :
Reaksi
Aksi
Reaksi
Aksi
2. Momen
Merupakan efek putaran atau lengkungan yang terjadi akibat bekerjanya gaya pada
suatu benda. Dikenal ada dua jenis momen, berdasarkan pada posisi gaya terhadap benda :
64
a. Momen puntir/putar ( M p )
Terbentuk oleh gaya puntiran/putar ( Fp ) yang bekerja pada jarak tertentu ( r ) dari
sumbu benda yang mengakibatkan benda terpelintir disepanjang sumbunya.
b. Momen lentur/lengkung ( ML )
Terbentuk oleh gaya lentur ( FL ) yang bekerja pada jarak tertentu ( L ) dari tumpuan
penyangga
benda
yang
mengakibatkan
benda
melentur/melendut
disepanjang
sumbunya.
Secara matematik formulasi hubungan antara gaya ( F ) dan momen ( M ) tersebut dapat
dinyatakan sebagai :
Mp = Fp x r
ML = FL x L
Gambar :
FP
r
Mp = Fp x r
L
FL
ML = FL x L
65
penampang. Besarnya tegangan yang terjadi akibat gaya atau pembebanan, dalam hal ini
dinamakan sebagai tegangan pembebanan / kerja ( ).
Tegangan pembebanan maksimum akibat gaya atau beban maksimum yang
mengenai benda, sangat menentukan sekali bagi keberhasilan material benda untuk
bertahan dari kerusakan. Ia menjadi batasan maksimum bagi kekuatan struktur material
benda untuk bertahan dari pembebanan lebih (diluar kondisi normal). Maka, untuk
menghindari kegagalan material dalam menghadapi pembebanan, besarnya tegangan
pembebanan yang terjadi tidak boleh melebihi kekuatan struktur material ( < ). Pemilihan
akan besarnya kekuatan bahan elemen mesin, ditentukan sekali oleh besarnya tegangan
akibat beban maksimum. Dalam perhitungan, besar kekuatan bahan elemen mesin
dinyatakan sebagai tegangan izin bahan atau kekuatan bahan ( ).
Hubungan antara besar tegangan pembebanan ( ) dengan tegangan izin bahan /
maksimum ( ), dinyatakan oleh faktor keamanan (Sf), dimana :
Sf =
Faktor keamanan dalam hal ini tentunya adalah sebagai faktor yang harus ditetapkan
perancang untuk menghadapi kemungkinan dari pembebanan maksimum (diluar kondisi
normal) yang akan diterima elemen mesin saat berfungsi.
Regangan normal (),adalah
perpanjangan
dijelaskan diatas untuk setiap kenaikan tertentu dari beban aksial. Besarnya dapat diperoleh
dengan membagi total pertambahan panjang l dengan panjang gage L, yaitu
l
L
Regangan biasanya dinyatakan meter per meter sehingga secara efektif tidak berdimensi.
dengan demikian :
= E .
E =
66
Dimana : E =
5. Sambungan
Makna sambungan yang difahami dalam bidang pemesinan, tidak jauh berbeda
dengan apa yang kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, yaitu menghubungkan antara satu
benda dengan lainnya.
Sebagaimana yang diketahui, manusia tidak dapat memproduksi sesuatu dalam
sekali kerja. Hal ini tidak lain karena keterbatasan manusia dalam menjalani prosesnya.
Makanya benda yang dibuat manusia umumnya terdiri dari berbagai komponen, yang dibuat
melalui
proses
pengerjaan
dan
perlakuan
yang
berbeda.
Sehingga
untuk
dapat
pembebanan saat benda yang dirangkainya dikenai beban. Ukurannya yang lebih kecil dari
elemen yang disambung mengakibatkan beban terkonsentrasi padanya. Efek konsentrasi
beban inilah yang harus diantisipasi saat merancang sambungan, karena sudah tentu akan
bersifat merusak.
di Ada dua jenis sambungan yang dikenal secara umum :
1. Sambungan tetap (permanent joint).
Merupakan sambungan yang bersifat tetap, sehingga tidak dapat dilepas selamanya,
kecuali dengan merusaknya terlebih dahulu.
Contohnya : sambungan paku keling (rivet joint) dan sambungan las (welded joint).
2. Sambungan tidak tetap (semi permanent).
Merupakan sambungan yang bersifat sementara, sehingga masih dapat dibongkarpasang selagi masih dalam kondisi normal.
Contohnya : sambungan mur-baut / ulir (screwed joint) dan sambungan pasak (keys
joint).
5.1 Poros
Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin.
Hampir semua mesin meneruskan tenaga bersama - sama dengan putaran. Disamping
meneruskan daya dari sumber tenaga melalui putaran, kadang-kadang poros
digunakan untuk menopang beban. Poros sendiri dapat diklasifikasikan menurut
pembebanannya sebagai berikut :
1. Poros Transmisi
67
Poros macam ini mendapat beban puntir murni atau puntir lentur. Daya
ditransmisikan pada poros ini melalui kopling, roda gigi, puli sabuk atau
sprocket rantai dan lain-lain.
2. Spindel
Poros transmisi yang relativ pendek, seperti poros utama mesin perkakas,
dimana beban utamanya berupa puntiran disebut spindel. Syarat-syarat yang
harus dipenuhi poros ini adalah deformasinya harus kecil dan bentuk serta
ukurannya harus teliti.
3. Gandar
Poros ini yang dipasang diantara roda-roda kereta barang, dimana tidak
mendapat beban puntir, bahkan kadang-kadang tidak boleh berputar disebut
gandar. Gandar ini hanya mendapat beban lentur, kecuali jika digerakkan oleh
penggerak mula dimana akan mengalami beban puntir juga.
5.2 Pasak
Pasak (Key Pin) adalah salah satu elemen mesin yang dapat dipakai
menempatkan barang bagian-bagian mesin seperti roda gila, sprocket, puli, kopling
dan lain-lain. Selain itu penggunaannya juga sebagai pengaman posisi, pengaturan
kekuatan putar atau kekuatan luncur dari naf terhadap poros, perletakan kuat dari
gandar, untuk sambungan flexible atau bantalan, penghenti pegas, pembatas gaya,
pengaman sekrup dan lain-lain.
5.3
Bantalan
Bantalan (bearings) adalah elemen mesin yang berfungsi untuk menumpu
beban dari poros, dan mereduksi adanya gesekan yang ada sehingga dapat
mengurangi kerugian daya penggerak. Secara umum bantalan dapat dibedakan atas
dua bentuk :
karena permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan dengan perantara lapisan
pelumas. Bantalan luncur mampu menumpu poros berputaran tinggi dengan beban
besar. Bantalan ini sederhana konstruksinya dan dapat dibuat serta dipasang dengan
mudah. Karena gesekannya yang besar pada waktu mulai jalan, bantalan luncur
memerlukan momen awal yang besar. Pelumasan pada bantalan ini tidak begitu
68
sederhana. Panas yang timbul dari gesekan yang besar, terutama pada beban besar,
memerlukan pendinginan khusus. Sekalipun demikian, karena adanya lapisan
pelumas, bantalan ini dapat meredam tumbukan dan getaran sehingga hampir tidak
bersuara. Tingkat ketelitian yang diperlukan tidak setinggi bantalan gelinding
sehingga dapat lebih murah.
yang diam melalui elemen gelinding seperti bola (peluru), rol atau rol jarum, dan rol
bulat. Bantalan gelinding pada umumnya lebih cocok untuk beban kecil dari pada
bantalan luncur, tergantung pada bentuk elemen gelindingnya. Putaran pada bantalan
ini dibatasi oleh gaya sentrifugal yang timbul pada elemen gelinding tersebut.
Keunggulan bantalan ini adalah pada gesekannya yang sangat rendah. Pelumasannya
pun sangat sederhana, cukup dengan gemuk, bahkan pada yang memakai sil sendiri
tidak perlu pelumasan lagi. Meskipun ketelitianya sangat tinggi, namun karena adanya
gerakan elemen gelinding dan sangkar, pada putaran tinggi bantalan ini agak gaduh
dibandingkan dengan bantalan luncur.
69
a) Gesekan mula yang jauh lebih kecil dan pengaruh yang lebih kecil dari jumlah
putaran terhadap gesekan.
b) Gesekan kerja lebih kecil sehingga penimbulan panas lebih kecil pada
pembebanan yang sama.
c) Penurunan waktu pemasukan dan pengaruh dari bahan poros.
d) Pelumasan terus menerus yang sederhana dan hamper bebas pemeliharaan
pada jumlah bahan pelumas yang jauh lebih sedikit.
e) Kemampuan dukung yang lebih besar setiap lebar bantalan.
f) Normalisasi dari pengukuran luar, ketelitian (presisi), pembebanan yang
diijinkan dan perhitungan dari umur kerja, berhubungan dengan pembuatan
yang bermutu tinggi dalam pabrik khusus dan dari sini memberikan
keuntungan untuk penggunaan suku cadang.
70
5.4
Puli - Sabuk
Puli - Sabuk pada prinsipnya mempunyai prinsip yang sama dengan
sprocket rantai. Pemakaian puli-sabuk ini dengan pertimbangan bahwa bila terjadi
mekanisme kerja yang tidak diharapkan pada mesin, maka tidak akan mengakibatkan
kerusakan pada elemen yang lain mengingat sifat-sifat pilu-sabuk yang dapat slip.
Elemen ini fungsinya sama dengan roda gigi, dan digunakan pada konstruksi tertentu
pada mesin penghancur ini digunakan untuk mentransmisikan daya dari motor listrik
ke poros pisau.
Sabuk V
Sabuk V Terbuat dari karet dan mempunyai penampang trapezium. Tenunan
teteron dan semacamnya dipergunakan sebagai inti sabuk untuk membawa tarikan
yang besar
71
5.5
suatu
konstruksi
mesin
diperlukan
sambungan-sambungan,
sambungan yang dibutuhkan karena kaitannya dengan elemen lain yang tidak
terbentuk satu kesatuan, sehingga diperlukan penyambungan.
Selain dari pada itu juga karena kebutuhan rencana konstruksi :
a)
Las
Pengelasan adalah suatu proses penyambungan logam menjadi satu akibat
panas dengan atau tanpa tekan, pada proses pengelasan diperoleh sambungan mati,
secara garis besar metode pengelasan dibagi menjadi dua kelompok yaitu, pengelasan
tekan dan pengelasan cair. Pada pengelasan tekan, bagian yang hendak disambung
diisi sedemikian rupa dengan suatu bahan cair, sehingga pada waktu yang sama tepi
bagian yang berbatasan tersambung.
Kalor
membangkitkan bersumber dari kimia atau pun listrik. Secara simbolik macam
pengelasan sebagai berikut :
dengan yang lainnya dalam satu konstruksi. Sambungan ini dapat dilepas jika salah
satu elemennya mengalami rusak atau aus. Menurut pemakaiannya baut dapat di
bedakan menjadi :
1) Baut Jepit, dapat berbentuk :
a. Baut tembus : Untuk menjepit dua bagian melalui lubang tembus, dimana
jepitnya diletakkan pada mur.
72
b. Baut Tap : Untuk menjepit dua bagian, dimana jepitan diletakkan dengan ulir
ditapkan pada salah satu bagian.
c. Baut Tekan : Merupakan baut tanpa kepala dan berulur pada kedua ujungnya.
Untuk dapat menjepit bagian baut ditanam pada salah satu bagian yang
mempunyai lubang bentuk, dan jepitan diletakkan dengan mur.
73
silinder tengah sebagai badan dan bagian bawahnya yang berbentuk kerucut terpancung
sebagai ekor, seperti gambar di bawah. Konsruksi kepala (head) dan ekor (tail) dipatenkan
agar permanen dalam menahan kedudukan paku keling pada posisinya. Badan (body)
dirancang untuk kuat mengikat sambungan dan menahan beban kerja yang diterima benda
yang disambung saat berfungsi.
74
2. Kepala panci.
3. Kepala jamur
o
o
8. Kepala datar
75
c.
76
ta =
Ata = luas penampang dari lebar pelat yang tersisa setelah dilobangi.
- untuk p (pits) yang diketahui : Ata = (p d) x t
- untuk b (lebar pelat) yang diketahui : Ata = (b n .d) x t
p (pits) =
jarak antara titik pusat dua lobang paku keling yang saling
berdekatan. Merupakan lebar penampang pelat terkecil yang
menahan tarikan.
Gambar :
Pada sambungan berhimpit, hanya ada satu bidang geser (A s), yakni antara pelat
yang saling disambung. Persamaannya :
Fs = x As x n
dengan :
As = ( / 4) x dpk
sehingga :
2
Fs = x ( / 4) x dpk x n
77
Pada sambungan menumpu dengan satu pelat penyambung, hanya ada satu bidang
geser (As), yakni antara pelat penyambung dengan pelat yang disambung.
Persamaannya :
Fs = x As x n
dengan :
As = ( / 4) x dpk
sehingga :
2
Fs = x ( / 4) x dpk x n
Gambar : ( seperti diatas)
-
Pada sambungan menumpu dengan dua pelat penyambung atas-bawah. Disini ada
dua bidang geser (As), yakni antara pelat penyambung atas-bawah dengan pelat
yang disambung di bagian tengah.
Tekanan yang diberikan paku keling diantara pelat yang bergeser ternyata ikut
berperan memberikan tahanan. Sehingga luas bidang geser paku keling yang efektif
sebagai tahanan menjadi sebesar 1,875 bagian dari yang seharusnya ada di dua
penampang. Sehingga persamaan yang tadinya :
Fs = x 2 x As x n
menjadi :
Fs = x 1,875 x As x n
dengan :
As = ( / 4) x dpk
maka :
2
Fs = x 1,875 x ( / 4) x dpk x n
dengan :
( seperti diatas)
78
dengan :
t
= tebal pelat
Lu =
Kekuatan pelat utuh yang disambung, besarnya dihitung dari kekuatan / tegangan izin bahan
pelat dengan mempertimbangkan faktor keamanan (Sf) terhadap luas penampang pelat utuh
yang belum dilobangi :
F = ta x Ata
- untuk p (pits) yang diketahui
: Ata = p x t
DAFTAR PUSTAKA
Eka Yogaswara. 1995. Gambar Teknik Mesin SMK I. Bandung : Armico.
G. Takesi Sato dan N. Sugiarto H. 2000. Menggambar Mesin. Jakarta : PT. Pradnya Paramita
Drs. Sirod Hantoro dan Drs. Parjono. 1983. Menggambar Mesin I. Yogyakarta :
PT. Hanindita.
R.S. Khurmi dan J.K. Guppta.1987. A Text Book of Machine Design, Eurasia Publishing
House, New Delhi,.
M.F. Spoots. 1986. Design of Machine Elements, Prentice-Hall, Marubeni,.
Gustav Nieman, Machine Element, Design and Calculation, vol.I/II, Springer Verlaag.
Sularso dan Kiyokatsu Suga, Dasar-dasar Perencanaan Elemen Mesin, ITB Bandung.
79
BAGIAN 5
PENGELASAN
BAB I
PRISIP-PRINSIP PENGELASAN
Pengelasan merupakan salah satu jenis penyambungan diantara penyambungan
yang lain seperti baut dan keling. Berbeda antara keduanya bahwa pengelasan
membutuhkan perhatian yang khusus diantaranya adalah jenis pengelasan, klasifikasi
pengelasan, dan karakteristiknya. Bab ini bertujuan membahas permasalahan pengelasan
yang paling mendasar yaitu deskripsi umum tentang las, sejarahnya, klasifikasi las, serta
beberapa hal yang terkait dengan cara pengoperasian dan perlengkapan las.
A. Deskripsi Umum Las
Menurut Deutsche Industrie Normen (DIN) las adalah ikatan metalurgi pada
sambungan logam paduan yang dilaksanakan dalam keadan cair.dari definisi tersebut dapat
dijelaskan lebih lanjut bahwa las adalah suatu proses dimana bahan dengan jenis yang sama
digabungkan menjadi satu sehingga terbentuk suatu sambungan melalui ikatan kimia yang
dihasilkan dari pemakaian panas dan tekanan.
B. Klasifikasi Cara Pengelasan
Pengelasan dibedakan pada cara kerja alat tersebut bekerja dan bentuk
pemanasannya (Wiryosumarto, dkk, 2000). Pengklasifikasian pengelasan berdasarkan cara
kerja dapat dibagi dalam tiga kelas utama, yaitu :
1. Pengelasan cair.
Pengelasan cair adalah cara pengelasan dimana sambungan dipanaskan sampai
mencair dengan sumber panas dari busur listrik atau semburan api yang terbakar.
2. Pengelasan tekan.
Pengelasan tekan adalah cara pengelasan dimana sambungan dipanaskan dan
kemudian ditekan hingga menjadi satu.
3. Pematrian.
Pematrian adalah cara pengelasan dimana sambungan diikat dan disatukan dengan
menggunakan paduan logam yang menggunakan paduan logam yang mempunyai
titik cair rendah. Dalam cara ini logam induk tidak turut mencair.
C. Las Busur Listrik
Las busur listrik adalah cara pengelasan dengan mempergunakan busur nyala listrik
sebagai sumber panas pencair logam. Klasifikasi las busur listrik yang digunakan hingga saat
ini dalam proses pengelasan adalah las elektroda terbungkus.
Prinsip pengelasan las busur listrik adalah sebagai berikut : arus listrik yang cukup
padat dan tegangan rendah bila dialirkan pada dua buah logam yang konduktif akan
menghasilkan loncatan elekroda yang dapat menimbulkan panas yang sangat tinggi
0
mencapai suhu 5000 C sehingga dapat mudah mencair kedua logam tersebut.
Proses pemindahan logam cair seperti dijelaskan diatas sangat mempengaruhi safat
maupun las dari logam, dapat dikatakan bahwa butiran logam cair yang halus mempunyai
sifat mampu las yang baik. Sedangkan proses pemindahan cairan sangat dipengaruhi oleh
besar kecilnya arus dan komposisi dari bahan fluks yang digunakan. Selama proses
pengelasan fluks yang digunakan untuk membungkus elektroda sebagai zat pelindung yang
sewaktu pengelasan ikut mencair. Tetapi karena berat jenisnya lebih ringan dari bahan logam
yang dicairkan, maka cairan fluks tersebut mengapung diatas cairan logam dam membentuk
terak sebagai penghalang oksidasi. Dalam beberapa fluks bahan tidak terbakar, tetapi
berubah menjadi gas pelindung dari logam cair terhadap oksidasi
Pengelasan adalah suatu proses di mana bahan dengan jenis yang sama
digabungkan menjadi satu sehingga terbentuk suatu sambungan melalui ikatan kimia yang
dihasilkan dan pemakaian panas dan tekanan. Salah satu proses yang paling banyak
digunakan pada sambungan struktur adalah las cair (fusion welding). Las cair ini dapat
diklasifikasikan berdasarkan sumber panas yang digunakan menjadi 3 kelompok yaitu las gas
(gas welding), las busur (arc welding) dan las sinar energi tinggi (high energy beam welding).
1.
Las gas
80
2.
Las Busur
3.
Las sinar
Energi tinggi
81
82
83
Fluks juga menghasilkan gas yang bisa melindungi butiran-butiran logam cair yang berasal
dari ujung elektroda yang mencair dan jatuh ke tempat sambungan.
2. Keuntungan Las SMAW
Las busur listrik elektroda terbungkus atau SMAW seringkali digunakan dalam proses
penyambungan logam. Beberapa keuntungan sebagai berikut :
1. Proses pengelasan lebih mudah dan sederhana dibandingkan dengan las busur
yang lain.
2. Peralatan yang diperlukan lebih sederhana, ringkas dan murah dibandingkan las
busur yang lain.
3. Lingkup penggunaan yang lebih luas, karena semua jenis logam dapat
disambungkan dengan menggunakan proses pengelasan ini.
3. Standarisasi Elektroda
Klasifikasi elektroda terbungkus untuk pengelasan besi cor menurut JIS ditunjukan
dalam Tabel 2.5. Pemilihan elektroda harus didasarkan pada jenis dan sifat logam induk serta
kegunaan sambungannya. Sifat dari beberapa elektroda untuk besi cor dapat dilihat dalam
Tabel 2.1, sedangkan cara pemilihan elektroda yang didasarkan atas logam induk dan proses
pengelasannya dapat dilhat dalam Tabel 2.5.
4. Fluks
Didalam las elektroda terbungkus, fluks memegang peranan penting karena fluks
dapat bertindak sebagai :
1. Pemantap busur dan penyebab kelancaran pemindahan butir-butir cairan logam.
2. Sumber terak atau gas yang dapat melindungi logamcair terhadap udara sekitarnya.
3. Pengatur penggunaan.
4. Sumber unsur- unsur paduan.
5. Pengelasan SMAW (Shielded Metal Arc Welding)
Pengelasan SMAW (Shielded Metal Arc Welding) adalah las busur listrik terlindung
dimana panas dihasilkan dari busur listrik antara ujung elektroda dengan logam yang dilas.
Elektroda terdiri dari kawat logam sebagai penghantar arus listrik kebusur dan sekaligus
sebagai bahan pengisi (filler). Kawat ini dibungkus dengan fluks. Biasanya dipakai arus listrik
yang tinggi (10-500 A) dan potensial yang rendah antara (10-50 V). Untuk mencegah oksidasi
(reaksi dengan zat asam O2), bahan elektroda dilindungi dengan selapis zat pelindung (fluks
atau slag) yang sewaktu pengelasan ikut mencair. Tetapi hubungan berat jenisnya lebih
ringan dari bahan metal yang dicairkan, maka cairan fluks tersebut mengapung diatas metal
tersebut, sekaligus mengisolasi metal untuk mengoksidasi dengan udara luar dan sewaktu
membeku, fluks juga ikut membeku dan tetap melindungi metal dari reaksi oksidasi. Pada
84
gambar 1.4 jelas terlihat bahwa busur listrik tersebut diantara logam induk dan ujung
elektroda.
Gambar 1.4 Las busur dengan elektroda terbungkus (Sumber:Wiryosumarto & Okumura,
2000)
Proses pemindahan logam elektroda terjadi pada saat ujung elektroda mencair dan
membentuk butiran yang terbawa oleh arus busur listrik yang terjadi (Harsono Wiryosumarto,
1979). Bila digunakan arus listrik yang besar maka butiran logam cair yang terbawa menjadi
halus. Gambar 1.5 (a), sebaliknya bila arusnya kecil maka butirannya menjadi besar.
Gambar.1.5 (b).
6. Prinsip Pengoperasian
Dalam pengelasan SMAW Proses pengoperasian terdiri dari busur elektroda
terbungkus dan logam induk. Busur ini ditimbulkan oleh adanya sentuhan singkat elektroda
pada logam dan panas yang ditimbulkan oleh busur akan meleleh pada permukaan logam
induk untuk membentuk logam lelehan, kemudian akan membeku bersama. Bagian las ini
dilapisi oleh slag (terak) yang berasal dari selubung elektroda. Busur dan daerah sekitar
dilindungi oleh atmosfer gas pelindung yang dihasilkan oleh terurainya lapisan elektroda,
sebagian besar kawat inti pada elektroda dipindahkan melalui busur, walaupun demikian ada
percikan api kecil terlepas dari area las sebagai percikan (Suharno, 2003).
7. Parameter Las
a. Tegangan Busur Las
Tingginya tegangan busur las (Harsono Wiryosumarto, 1979) tergantung pada
panjang busur yang dikehendaki dan jenis dari elektroda yang digunakan. Pada elektroda
yang sejenis tingginya tegangan busur yang diperlukan perbandingan lurus dengan panjang
busur. Panjang busur yang dianggap baik kira-kira sama dengan garis tengah elektroda.
Tegangan yang diperlukan untuk pengelasan dengan elektroda yang berdiameter 3 mm
85
sampai 6 mm, tegangan yang digunakan kira-kira antara 20 volt sampai 30 volt untuk posisi
datar. Sedangkan untuk posisi tegak atau atas kepala biasanya dikurangi 2 volt sampai 5 volt.
b. Besar Arus Pengelasan
Besar arus pengelasan yang diperlukan tergantung dari bahan dan ukuran dari
pengelasan, geometri sambungan, posisi pengelasan macam elektroda dan diameter inti
elektroda, dalam hal dasar las mempunyai kapasitas panas yang tinggi maka dengan
sendirinya diperlukan arus las yang besar.
Tabel 1.1 Nilai besar arus untuk pengelasan SMAW (Wiryosumarto, dkk, 2000)
Core- Wire
Current ( Amperes )
Diameter (mm)
Minimum
Maxsimum
2.5
50
90
3.2
4.0
65
110
130
185
5.0
6.0
6.3
150
200
220
250
315
350
c. Kecepatan Pengelasan
Kecepatan pengelasan (Messler, 1999) tergantung dari jenis elektroda, diameter inti
elektroda, bahan yang dilas, geometri sambungan, ketelitian sambungan dan lain-lain. Dalam
hal ini hubungan arus dan tegangan las dapat dikatakan bahwa kecepatan las hampir tidak
ada hubungan dengan tegangan las tetapi berbanding lurus dengan arus las. Karena
pengelasan yang cepat memerlukan arus las yang tinggi. Bila tegangan dan arus dibuat
tetap, sedangkan kecepatan las dinaikkan maka jumlah deposit persatuan panjang las jadi
turun. Tetapi pada kecepatan tertentu kenaikan kecepatan akan memperbesar penembusan.
d. Kerusakan Las
Dalam pengerjaan pengelasan (W. Keyon, 1985) diharapkan suatu las yang baik
yaitu : las yang tidak bercacat. Prosedur pengelasan yang tidak baik akan menimbulkan cacat
yang umumnya terjadi adalah pengelasan yang tidak merata dikarenakan arus atau
pemakaian elektroda yang tidak sesuai. Dalam hal ini cacat yang ditimbulkan adalah
timbulnya terak, sebab terjadinya terak yang timbul antara lain : kurang bersih sewaktu
membersihkan terak las sehingga tertimbun pada lapisan berikut, ayunan elektroda terlalu
lebar, menggunakan elektroda yang berdiameter besar, kecepatan las tidak kontinyu. Untuk
menghindari cacat ini sebaiknya tiap lapisan las harus dibersihkan terak lasnya
menggunakan kawat baja hingga bersih, ayunan elektroda jangan terlalu lebar karena akan
memberi kesempatan pada terak untuk membeku terlebih dahulu, gunakan elektroda yang
lebih kecil, kecepatan pengelasan harus kontinyu.
H. Las Busur Rendam (Submerged Arc Welding/SAW)
Proses pengelasan di mana busur listrik dan logam cair tertutup oleh lapisan serbuk
fluks sedangkan kawat pengisi (filler) diumpankan secara kontinyu. Pengelasan ini diiakukan
secara otomatis dengan arus listrik antara 500-2000 Ampere.
Keuntungan
Efisiensi perpindahan panas dari elektroda ke logam yang dilas sangat tinggi (lebih dari
90%) karena panas yang hilang dalam bentuk radiasi sangat kecil.
Kelemahan
Karena fluks diumpankan dengan menggunakan gaya gravitasi maka pengelasan ini
hanya digunakan pada posisi dalar dan horizontal.
86
87
presisi. Semua bahan logam dapat disambung dengan metode RW, meskipun untuk
beberapa bahan seperti timah putih, seng, dan timah hitam agak sulit dilakukan (Amstead,
et.al., 1978; Ostwald dan Muoz, 1997). Bahkan dimungkinkan untuk menyambung dua
logam berbeda (Rossi, 1954; Cary, 1998). Parameter yang berpengaruh pada SW antara lain
arus pengelasan (weld current atau disingkat WC) dan waktu pengelasan (weld time atau
disingkat WT).
Pada hakekatnya RW adalah proses produksi yang dipakai untuk menyambung logam
yang tidak terlalu tebal sehingga dapat saling ditumpang-tindihkan (Amstead, et.al., 1978;
Ostwald dan Muoz, 1997). Sambungan tumpang tindih ini menimbulkan celah yang
menjadi stress-raiser pada beban fatik dan menjadi sumber korosi (Rossi, 1954). Tiga
parameter yang harus dipertimbangkan pada RW, dinyatakan oleh (Rossi, 1954):
Q KI 2 Rt ..................................
dengan,
Tahanan (ohm)
(1)
Gambar 1.7. Grafik distribusi tahanan dan suhu sebagai fungsi dari lokasi pada las
tahanan titik (Messler, 1999: 237)
Siklus pengelasan dasar SW, terbagi dalam empat periode (Messler, 1999), yaitu: (1)
Waktu penekanan (squeeze timeST), yaitu selang waktu ketika elektroda menyentuh dan
mulai menekan logam. (2) Waktu pengelasan (weld timeWT), yaitu ketika arus listrik
dialirkan di antara kedua logam sehingga timbul panas yang cukup untuk menyambung
logam. (3) Waktu penahanan (hold timeHT), yaitu ketika elektroda masih menekan tetapi
arus listrik telah dihentikan. HT kadang-kadang juga di kenal sebagai cooling time (CT),
karena pada selang waktu ini dapat diberikan laju pendinginan tertentu. (4) Waktu jeda (off
timeOT), yaitu ketika tekanan elektroda dilepas dan benda kerja diambil sehingga dapat
dilakukan pengelasan berikunya. Siklus pengelasan ini ditunjukkan pada gambar 1.7.
Panas yang terjadi pada proses pengelasan akan mempengaruhi distribusi suhu,
tegangan sisa dan distorsi. Panas juga mempengaruhi transformasi fasa yang selanjutnya
berpengaruh pada struktur mikro dan sifat-sifat fisis dan mekanis las.
SW membutuhkan 2 hal penting yaitu: energi panas dan energi mekanis berupa
tekanan. Energi panas yang disalurkan ke logam melalui elektroda akan terdistribusi tidak
merata, mencapai maksimum pada pusat dan berkurang pada jarak yang semakin jauh
dari pusat. Pada kenyataannya perpindahan panas dari sumber panas ke benda lasan
berjalan tidak sempurna, ditandai dengan adanya panas yang hilang ke lingkungan.
Besarnya panas yang hilang menentukan efisiensi perpindahan panas. Perpindahan
panas pada pengelasan sebagian besar terjadi secara konduksi dan hanya sebagian kecil
88
saja yang berupa konveksi dan radiasi, sehingga dua bentuk perpindahan panas yang
terakhir dapat diabaikan.
Sumber panas sesaat merupakan bentuk penyederhanaan pada pengelasan,
yaitu waktu pemanasan dan pendinginan berlangsung pada waktu yang pendek seperti
pada las titik. Pada kondisi steady state, model perpindahan panas dinyatakan dengan
persamaan berikut (Radaj, 1992):
d 2T d 2T d 2T 1 dT
.
dx 2 dy 2 dz 2 dt
(2)
Apabila sumber panas Q dianggap sebagai titik yang bekerja pada plat tipis infinite
dengan ketebalan pada arah z, sehingga panas mengalir dalam 2 dimensi, maka distribusi
suhu dinyatakan oleh persamaan berikut (Radaj, 1992):
T To
2
2Q
c(4at ) 3 / 2
r 2 / 4t
dengan: r = x + y (mm)
......
Q
(3)
Distribusi panas pada pengelasan titik terhadap waktu diperlihatkan pada gambar 1.8.
Gambar 1.8. Variasi suhu terhadap waktu pada suatu jarak tertentu ketika suhu puncak
0
1500 C (Lancaster, 1999: 150)
L. TUGAS
1. Lakukan pengelasan pada plat baja karbon rendah yang memiliki ketebalan plat 5
mm dengan dimensi P x L adalah 10 cm x 20 mm, dengan menggunakan las listrik
SMAW, dengan sambungan bentuk I memanjang!
Langkah-langkah pengelasan :
o
a. buatlah alur V pada sisi yang akan disambung dengan sudut 30 .
b. Persiapkan alat-alat keselamatan kerja yang diperlukan
c. Pilih mesin las yang tepat.
d. Atur parameter pengelasan yang sesuai dengan tebal plat.
e. Pilih elektroda yang sesuai dengan tebal plat.
f. Pastikan semua siap dipakai.
g. Lakukan pengelasan.
h. Berikan finishing seperlunya.
89
BAB II
PROSES PENGELASAN DAN METALURGINYA
Pada bab sebelumnya telah dipelajari tentang klasifikasi dan karakteristik
pengelasan. Pada bab ini akan dibahas mengenai proses pengelasan yang di konsentrasikan
pada pengelasan besi dan baja. Besi dan baja secara umum memiliki unsur kimia yang sama
yaitu Fe dan C, namun pada pembahasan lebih lanjut komposisi akan menentukan klasifikasi
antara keduanya. Pada bab ini akan disajikan teknik pengelasan untuk beberapa jenis van
yang bertujuan untuk memberikan panduan secara teoritis sebelum melakukan pengelasan.
Weldability adalah istilah yang sering dipakai dalamdunia teknologi pengelasan. Weldability
adalah kemampuan dari suatu bahan (logam) untuk dapat diberi perlakuan pengelasan.
Pengetahuan tentang weldability akan dapat memberikan arah untuk melakukan pengelasan
secara seksama dan optimal terutama dalam hal pengelasan dissimilar metal sperti yang
banyak dipakai di dunia industri perkeretaapian (Wibowo H., 2003).
Pengelasan mengalami proses dingin dan panas secara cepat. Proses dingin dan
panas ini biasanya dinyatakan dengan istilah siklus termal pengelasan. Siklus termal yang
terjadi pada proses pengelasan menakibatkan pergeseran butir austenit yang mengakibatkan
terjadinya perubahan struktur mikro dari logam (Suharno, 2004). Salah satu analisis yang
dipakai untuk memprediksi ketangguhan las adalah analisis terhadap struktur mikro. Struktur
mikro yang terbentuk di dalam logam las atau daerah yang terpengaruh oleh panas las (yang
selanjutnya akan disebut HAZ) ditentukan oleh perubahannya akibat terkena oleh panas
(metalurgi pengelasan). Pengetahuan tentang metalurgi las perla didapatkan secara seksama
agar kualitas hasil pengelasan dapat dikontrol sejak sebelum melakukan proses pengelasan.
A. Pengelasan Baja Karbon Rendah
1. Sifat Mampu Las dari Baja Karbon Rendah
Faktor-faktor yang sangat mempengaruhi mampu dari baja karbon rendah adalah
kekuatan takik dan kepekaan terhadap retak las.
Kekuatan tarik pada baja karbon rendah dapat dipertinggi dengan menurunkan kadar
karbon C dan menaikkan kadan mangan Mn. Suhu dari transisi dari kekuatan menjadi turun
dengan naiknya harga perbandingan Mn/C. Didalam baja rim terdapat pemisahan antara kulit
dan bagian dalam yang menyebabkan kekutan takik baja ini lebih rendah bila dibanding
dengan baja kil dan baja semi kil.
Baja karbon rendah mempunyai kepekaan retak las yang rendah bila dibandingkan
dengan baja karbon lainnya atau dengan baja karbon paduan. Tetapi retak las pada baja ini
dapat terjadi dengan mudah pada pengelasan pelat tebal atau bila didalam baja tersebut
terdapat belerang bebas yang cukup tinggi.
2. Cara Pengelasan Baja Karbon Rendah
Baja karbon rendah umunya dapat dilas dengan semua cara pengelasan yang ada
didalam praktek dan hasilnya akan baik bila persiapannya sempurna dan persyaratan
dipenuhi. Pada kenyataannya baja karbon rendah adalah baja yang mudah dilas. Retak las
yang mungkin terjadi pada pengelasan pelat tebal dapat dihindari dengan pemanasan mula
atau dengan menggunakan elektroda hydrogen rendah.
B. Pengelasan Baja Karbon Sedang dan Tinggi
Baja karbon sedang dan karbon tinggi mengandung banyak karbon dan unsur lain
yang dapat memperkeras baja. Karena itu daerah pengaruh panas atau HAZ pada baja ini
mudah menjadi keras bila dibandingkan dengan baja karbon rendah. Sifatnya yang mudah
menjadi keras ditambah dengan adanya hydrogen difusi menyebabkan baja ini sangat peka
terhadap retak las. Disamping itu pengelasan dengan menggunakan elektroda yang sama
kuat dengan logam luasnya mempunyai perpanjangan yang rendah.
90
Tabel 2.1 Suhu Pemanasan Mula Pada Pengelasan Baja Karbon Sedang dan Baja Karbon
Tinggi (sumber : Wiryosumarto, dkk, 2000)
0
Kadar Karbon
0,20 Maks
90 (Maks)
0,20 0,30
90 180
0,30 0,45
150 260
0,45 0,80
260 420
Terjadinya retak dapat dihindari dengan pemanasan mula dengan suhu yang sangat
tergantung dari pada kadar karbon atau harga ekivalen karbon. Dalam tabel 2.8 ditunjukkan
suhu pemanasan mula yang dianjurkan. Untuk mengurangi hydrogen difusi yang juga
menyebabkan terjadinya retak las, harus digunakan elektroda hydrogen rendah.
Bila kekuatan las diharuskan sama dengan kekuatan logam induk, maka proses
pengelasan menjadi sukar dan pemilihan elektrodanya harus betul-betul diperhatikan. Tabel
2.5 memberikan petunjuk pemilihan elektroda untuk baja karbon. Pengerasan dari daerah
pengaruh panas dapat dikurangi dengan pendinginan lambat atau pemanasan kemudian
0
pada suhu antara 600 - 650 C .
i.
ii.
Gambar 2.1 Prosedur Pengelasan Baja Karbon Sedang dan Tinggi (sumber:
Wiryosumarto, dkk, 2000)
91
Dalam pengelasan campuran misalnya antara baja karbon sedang dengan baja
karbon tinggi, pada permukaan kampuh las perlu diberi lapisan las lebih dahulu dengan
menggunakan elektroda terbungkus tertentu. Pelapisan ini kadang-kadang diperlukan juga
dalam pengelasan baja yang sama. Penggunaan elektroda dan cara pelapisannya dapat
dilihat dalam gambar 2.1.
92
Gambar 2.19 Urutan atau langkah Pengelasan Reparasi untuk Alur Dangkal
93
Berapa
contoh
gerakan
ditunjukan
dalam
Gambar
2.3
berikut
ini:
Dalam hal
gerakan elektroda
posisi pengelasan,
dengan plat induk
pada Gambar 2.4.
ini yang penting adalah menjaga agar sudut elektroda dan kecepatan
tidak berubah. Dalam las tumpul besarnya sudut antara elektroda dan
seperti di tunjukan dalam Gambar 2.3. Sedangkan sudut antara elektroda
pada arah melintang terhadap garis las harus lurus 90 seperti terlihat
94
95
BAB III
TEGANGAN SISA DAN DISTORSI
A. Tegangan Sisa
Tegangan sisa adalah tegangan yang bekerja pada bahan setelah semua gaya-gaya
luar yang bekerja pada bahan tersebut dihilangkan.
Penyebab terjadinya tegangan sisa antara lain :
1. Tegangan sisa sebagai akibat dari tegangan thermal seperti pada pengelasan dan
perlakuan panas (heat treatment)
2. Tegangan sisa yang disebabkan karena transformasi fasa seperti pada baja carbon.
3. Tegangan sisa karena deformasi plastis yang tidak merata yang disebabkan gaya-gaya
mekanis seperti pada pengerjaan dingin selaina pengerolan, penempaan, pembentukan
logam atau pengerjaan lain yang dilakukan dengan mesin..
Pada proses pengelasan, tegangan sisa lebih banyak terjadi karena proses (1) dan (2).
B. Sifat-sifat Tegangan Sisa pada Las
Berikut ini adalah ringkasan tentang beberapa sifat tegangan sisa yang terjadi pada proses
pengelasan :
1. Tegangan sisa yang sangat tinggi biasanya terjadi di daerah las dan daerah terpengaruh
panas (heat affected zone/HAZ)
2. Tegangan sisa maksimum biasanya hanya sampai tegangan luluh (yield stress).
Meskipun demikian, mungkin saja terjadi tegangan sisa maksimum melebihi tegangan
luluh seperti pada kasus terjadinya pengerasan logam karena penumpukan dislokasi
(strain hardening).
3. Pada bahan yang mengalami transformasi fasa misalnya baja karbon rendah, tegangan
sisa mungkin bervariasi pada permukaan dan bagian dalam dari logam las dan induk.
C. Pengaruh Tegangan Sisa
Beberapa pengaruh tegangan sisa dapat diringkas sbb. :
1. Tegangan sisa yang disebabkan oleh proses pengelasan dapat mempengaruhi sifat-sifat
mekanis struktur las seperti patah getas (brittle fracture), kelelahan (fatigue) dan retak
karena kombinasi tegangan dan korosi (stress-corrosion craking).
2. Pengaruh tegangan sisa menurun jika tegangan yang bekerja pada bahan meningkat
3. Pengaruh tegangan sisa pada struktur las bisa diabaikan jika tegangan yang bekerja
pada struktur tsb. melebihi tegangan luluhnya.
4. Pengaruh tegangan sisa menurun setelah pembebanan berulang.
D. Usaha-Usaha untuk Mengurangi Terjadinya Tegangan Sisa
Pada dasarnya ada 2 metoda untuk mengurangi tegangan sisa yaitu (1)
pengurangan tegangan sisa sebelum dan selama pengelasan dan (2) pembebasan tegangan
sisa setelah pengelasan. Pada no. 1, pengurangan tegangan sisa bisa ditempuh dengan
mempertimbangkan :
1. Ketelitian ukuran
Ukuran bagian yang akan dilas harus teliti sehingga tidak memerlukan pengerjaan lagi
pada proses fabrikasi yang berarti mengurangi tegangan sisa.
2. Alur (groove)
Pada sambungan tumpul (butt joint), lebar alur dibuat sesempit mungkin untuk mencegah
terjadinya masukan panas yang tinggi. Dengan demikian lebar daerah yang terkena
panas tidak meluas sehingga mengurangi tegangan sisa.
3. Las lapis banyak (multi layer welding)
Jika plat yang dilas cukup tebal, maka pengelasan dilakukan berulang-ulang. Ini
mengurangi tegangan sisa tarik pada arah tebal plat.
4. Urutan pengelasan
Tegangan sisa bisa dikurangi dengan memperhatikan urutan pengelasan yang tepat.
Misalnya untuk pengelasan bejana silinder (cylindrical vessel), pengelasan pertama
dilakukan pada arah longitudinal kemudian diikuti pada arah melingkar.
Pernbebasan tegangan sisa setelah pengelasan biasanya menggunakan cara annealing.
Di samping mengurangi tegangan sisa, proses annealing juga memperbaiki struktur mikro
dan menghindari terjadinya distorsi dan retak. Proses annealing dilakukan dengan cara
96
memanaskan bahan pada suhu rekristalisasi biasanya sekitar 0,5 T m (Tm suhu cair
logam).
E. Distorsi
Perubahan dimensi (distorsi) pada struktur las bisa terjadi karena tegangan thermal
pada saat proses pengelasan. Tiga jenis perubahan dimensi pada proses pengelasan adalah
:
1. Penyusutan tegak lurus garis las (transverse shrinkage)
2. Penyusutan searah dengan garis las (longitudinal shrinkage)
97
BAB IV
PERLENGKAPAN KESELAMATAN LAS
a.
b.
c.
Gambar 4.1. Alat-alat keselamatan kerja las, a. Helm / kaca mata las; b. Cara pemakaian
helm las; c. Pakaian kerja las
2. Sarung Tangan
Sarung tangan dibuat dari kulit atau asbes lunak untuk memudahkan memegang
pemegang elektroda. Pada waktu mengelas harus selalu dipakai sepasang sarung tangan.
98
3. Apron.
Apron adalan alat pelindung badan dari percikan bunga api yang dibuat dari kulit atau
dari asbes.
Ada beberapa jenis/bagian apron :
apron lengan
apron dada
4. Sepatu Las
Sepatu las berguna untuk melindungi kaki dari semburan bunga api, Bila tidak ada
sepatu las, sepatu biasa yang tertutup seluruhnya dapat juga dipakai.
5. Masker Las
Jika tidak memungkinkan adanya kamar las dan ventilasi yang baik, maka
gunakanlah masker las, agar terhindar dari asap dan debu las yang beracun.
6. Kamar Las
Kamar Ias dibuat dari bahan tahan.api. Kamar las penting agar orang yang ada
disekitarnya tidak terganggu oleh cahaya las. Untuk mengeluarkan gas, sebaiknya kamar las
dilengkapi dangan sistim ventilasi: Didalam kamar las ditempatkan meja Ias. Meja las harus
bersih dari bahan-bahan yang mudah terbakar agar terhindar dari kemungkinan terjadinya
kebakaran oleh percikan terak las dan bunga api.
99
7. Jaket las
Jaket pelindung badan+tangan yang tebuat dari kulit/asbes
DAFTAR PUSTAKA
Amstead, B.H, Ostwald, P.F., and Begeman,M.L., 1978, Manufacturing Prosesses , John
Wiley and Sons, Ney York, USA
ASTM E-647, 1991 "Standard Practice for Conducting Constant Amplitude Axial Fatique Test
of Metallic Material"
Anver, H, 1974, Indtroduction to Physical Metallurgi, Mc Graw-Hill Book Company, Singapore.
Barnhouse, E.J, and Lippold, J.C., 2002, Microstructure/Property Relationships in Disimilar
Welds Between Duplex Stainless Steel and Carbon Steels, Supplement to the
Welding Journal, June 2002.
th
Cary, H.B., 1998, Modern Welding Technology, 4 edition, Prentice Hall, New Jersey, USA.
Didikh Suryana, Djaindar Sidabutar, 1978, Petunjuk Praktek Las Asetilin dan Las Listrik 1.
Depdikbud, Jakarta.
Easterling, Kenneth, 1983 "Intoduction to the physical Metalurgi of Welding ", Butterwoeths &
Co.
G.M. Evans, "Comparation of ISO 2560 and AWS A5.1 69", IIW Doc. II-C 547 78, 1978.
Kenyon, W., Ginting, D., 1985, Dasar-Dasar Pengelasan, Erlangga Jakarta.
Kou, S., 1987, Welding Metallurgy, John Wiley Sons, Singapore.
100
th
101
BAGIAN 6
PENGECORAN LOGAM
1.
Proses Pengecoran
Proses pengecoran adalah suatu proses manufaktur yang menggunakan logam cair
dan cetakan untuk menghasilkan parts dengan bentuk yang mendekati bentuk geometri akhir
produk jadi (www.id.wikipedia.org). Logam cair akan dituangkan atau ditekan ke dalam
cetakan yang memiliki rongga sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Setelah logam cair
memenuhi rongga dan kembali ke bentuk padat, selanjutnya cetakan disingkirkan dan hasil
cor dapat digunakan untuk proses berikutnya (Campbell, 2003).
Secara umum proses dalam pembuatan coran diantaranya meliputi: peleburan
logam, mempersiapkan cetakan, menuang cairan logam, dan pemisahan coran dari cetakan.
102
Untuk menghasilkan tuangan yang berkualitas maka diperlukan pola yang berkualitas
tinggi, baik dari segi konstruksi, dimensi, material pola, dan kelengkapan lainnya. Pola
digunakan untuk memproduksi cetakan. Pada umumnya, dalam proses pembuatan cetakan,
pasir cetak diletakkan di sekitar pola yang dibatasi rangka cetak kemudian pasir dipadatkan
dengan cara ditumbuk sampai kepadatan tertentu. Pada lain kasus terdapat pula cetakan
yang mengeras/menjadi padat sendiri karena reaksi kimia dari perekat pasir tersebut. Pada
umumnya cetakan dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian atas dan bagian bawah sehingga
setelah pembuatan cetakan selesai pola akan dapat dicabut dengan mudah dari cetakan.
Inti dibuat secara terpisah dari cetakan, dalam kasus ini inti dibuat dari pasir kuarsa
yang dicampur dengan Airkaca (Water Glass/Natrium Silikat), dari campuran pasir tersebut
dimasukan kedalam kotak inti, kemudian direaksikan dengan gas CO2 sehingga menjadi
padat dan keras. Inti diseting pada cetakan. Kemudian cetakan diasembling dan diklem.
Sembari cetakan dibuat dan diasembling, bahan-bahan logam seperti ingot, scrap,
dan bahan paduan, dilebur di bagian peleburan. Setelah logam cair dan homogen maka
logam cair tersebut dituang ke dalam cetakan. Setelah itu ditunggu hingga cairan logam
tersebut membeku karena proses pendinginan. Setelah cairan membeku, cetakan dibongkar.
Pasir cetak, inti, dan benda tuang dipisahkan. Pasir cetak bekas masuk ke instalasi daur
ulang, inti bekas dibuang, dan benda tuang dibersihkan dari kotoran dan dilakukan
pemotongan terhadap sistem saluran pada benda tersebut.
2.
Peralatan Pengecoran
Komponen-komponen utama untuk pembuatan cetakan untuk pengecoran logam
b. Pola (pattern), yaitu sebuah bentuk dan ukuran benda yang sama dengan bentuk asli
benda yang dikehendaki, pola ini dapat dibuat dari kayu atau plastik yang nantinya akan
dibentuk pada cetakan pasir dalam bentuk rongga atau yang disebut mold jika model ini
dikeluarkan yang kedalamnya akan dituangkan logam cair. (Sudjana, 2008)
c. Pasir Cetak, Cetakan merupakan bagian yang akan bekerja menerima panas dan
tekanan dari logam cair yang dituang sebagai bahan produk, oleh karena itu pasir
sebagai bahan cetakan harus dipilih sesuai dengan kualifikasi kebutuhan bahan yang
akan dicetak baik sifat penuangannya maupun ukuran benda yang akan dibentuk dalam
penuangan ini dimana semakin besar benda tuangan maka tekanan yang disebut
tekanan metallostatic akan semakin besar dimana cetakan harus memiliki kestabilan
mekanis yang handal. Beberapa jenis bahan cetakan yang sering digunakan antara
lain:
1. Pasir tanah liat
Pasir tanah liat ialah pasir yang komposisinya terdiri atas campuran pasir-kwarsa
dengan tanah liat yang berfungsi sebagai pengikat. Pasir tanah liat ini dapat
dibedakan menjadi dua macam menurut cara pemakaiannya yaitu :
-
Pasir kering yaitu jenis pasir tanah liat dimana setelah dibentuk menjadi
cetakan harus dikeringkan terlebih dahulu. Pasir ini sangat cocok
digunakan untuk pengecoran benda-benda yang kecil maupun yang
besar.
Pasir basah ialah jenis pasir tanah liat yang telah dibentuk menjadi
cetakan tidak perlu dilakukan pengeringan atau pasir ini hanya
digunakan untukpengecoran benda-benda yang kecil.
104
2. Pasir minyak
Pasir minyak ialah pasir kwarsa yang dalam pemakaiannya dicampur dengan minyak
sebagai bahan pengikatnya, sifatnya yang sangat baik dan cocok digunakan dalam
pembuatan teras baik ukuran kecil maupun besar, setelah pembentukan, teras
dikeringkan dan dipoles dengan cairan serbuk batu bara. Teras dengan bahan pasir
minyak ini dimana pengikatnya adalah minyak setelah penuangan minyak akan
terbakar sehingga teras mudah untuk dikeluarkan.
3. Pasir dammar buatan (Resinoid)
Pasir dammar buatan ialah pasir cetak dengan komposisi yang terdiri dari pasir
kwarsa dengan 2% dammar buatan. Pasir jenis ini hamper tidak perlu ditumbuk
dalam pemadatannya. Pasir ini juga memiliki sifat yang baik setelah mengeras dan
pengerasannya dapat diatur dengan sempurna serta cocok digunakan untuk
membentuk benda-benda dengan ukuran yang cukup besar. Proses penghitaman
masih harus dilakukan seperti penggunaan pasir-pasir yang lainnya.
4. Pasir kaca air
Pasir kaca air merupkan komposisi dari pasir kwarsa dengan kurang lebih 4% kaca
air Pemadatannya hampir tidak perlu ditumbuk dan sifatnya sangat baik setelah
dikeraskan melalui pemasukan gas CO dan dihitamkan Pasir kaca ini digunakan
sebagai bahan cetakan dengan ukuran sedang.
5. Pasir semen
Pasir semen merupakan campuran pasir kwarsa dengan kurang lebih 9% semen
serta air kurang lebih 6 %. Pemadatannya tidak perlu ditumbuk dan sifatnya sangat
baik setellah mengeras walupun proses pengerasannya lambat. Setelah kering juga
dihitamkan. Pasir ini digunakan sebagai bahan teras dan cetakan yang berat.
2. Dapur lebur, merupakan sebuah dapur peleburan sederhana yang tersusun dari batu
tahan api dan merupakan tempat untuk melebur benda coran
105
5. Alat-alat keselamatan pengecoran logam, terdiri dari kaos tangan kulit dan helm
pelindung muka untuk melindungi dari panas yang berasal dari dapur peleburan dan
logam cair yang memiliki temperatur yang sangat tinggi.
106
Gambar 10 Skema struktur kristal pada coran karena perbedaan gradien suhu
pada proses pembekuan (M.C.Flemings, Solidification Prossesing)
Pengamatan struktur mikro adalah salah satu cara untuk mengetahui struktur kristal
dalam coran, sehingga kita dapat mengetahui sifat fisis dari coran tersebut. Pengamatan
struktur mikro dapat menggunakan mikroskop optik.
4. Diagram Kesetimbangan
107
Suatu paduan terdiri dari larutan padat, senyawa antar logam dan logam murni.
Perubahan-perubahan fasa terhadap temperature dan komposisi (perbandingan antara
unsur-unsur
penyusun)
digambarkan dalam
suatu diagram
kesetimbangan. Paduan dari dua unsur disebut paduan biner, paduan dari tiga unsur disebut
paduan terner. Tiap paduan tersebut mempunyai diagram keseimbangan sendiri.
Besi cor dan baja cor adalah paduan antara besi dan karbon, yang sesungguhnya
masing-masing masih mengandung unsur-unsur yang lain, tetapi unsur-unsur tersebut tidak
memberikan pengaruh banyak terhadap sifat-sifat utamanya. Oleh karana itu paduan-paduan
tersebut dapatlah dikatakan sebagai paduan biner. Apabila kandungan unsur-unsur lain
memberikan pengaruh besar pada sifat paduan, maka harus dianggap sebagai paduan terner
atau kwarter.
Pada diagram kesetimbangan paduan biner, ordinatnya adalah temperatur dan
absisnya adalah komposisi dari paduan. Pada gambar 2.6 titik A dan B masing-masing
merupakan logam murni A dan B. Titik P antara A dan B berarti paduan yang mengandung A
dan B masing-masing dalam perbandingan PB/AB dan AP/AB. Jika diumpamakan bahwa
logam murni A dan B digantung pada titik A dan B pada perbandingan berat PB.AB dan
AP/AB maka titik Q menyatakan keadaan paduan dari komposisi P pada temperatur T.
108
1. Blow yaitu rongga bulat besar yang disebabkan gas karena menempati daerah logam
cair pada permukaan kop. Blow biasanya terjadi pada permukaan coran yang cembung.
2. Scar yaitu blow yang dangkal yang biasanya dijumpai pada permukaan coran yang rata.
3. Blister adalah scar yang tertutup oleh lapisan tipis logam.
4. Gas holes (lobang gas) yaitu gelembung gas yang terperangkap yang mempunyai
bentuk bola dan terjadi ketika sejumlah gas larut dalam logam cair.
5. Pin holes adalah lobang blow yang sangat kecil dan terjadi pada atau dibawah
permukaan coran.
6. Porosity (porositas) adalah lobang sangat kecil yang tersebar merata diseluruh coran.
7.
Drop adalah Tonjolan pada permukaan kop yang disebabkan karena jatuhnya pasir dari
kop.
8. Inclusion (inklusi) adalah adanya partikel non logam yang ada pada logam induk.
9. Dross adalah impuritas ringan yang berada pada permukaan coran.
10. Dirt adalah lobang kecil pada permukaan kop karena jatuhnya pasir ke benda coran.
ketika pasir dilepaskan akan meninggalkan lobang kecil.
11. Wash adalah tonjolan pada permukaan drag yang timbul di dekat saluran masuk, hal ini
disebabkan oleh erosi pada pasir karena kecepatan logam cair yang tinggi memasuki
dasar saluran masuk.
109
12. Buckle adalah bentuk V yang panjang, dangkal dan lebar yang terbentuk pada
permukaan rata coran karena suhu tinggi logam.
13. Scab adalah lapisan tipis logam, kasar yang menonjol diatas permukaan coran, pada
puncak lapisan tipis pasir.
14. Rat tail yaitu penurunan angular, dangkal dan panjang yang biasanya ditemukan pada
pengecoran tipis.
15. Penetration yaitu tonjolan berongga, kasar karena cairan logam mengalir diantara
partikel pasir dikarenakan permukaan cetakan begitu lunak dan berongga.
16. Swell adalah cacat yang dijumpai pada permukaan vertikal pengecoran jika pasir
cetakan berdeformasi karena tekanan hidrostatik yang disebabkan kandungan uap air
yang tinggi didalam pasir.
17. Misrun terjadi adanya rongga yang terjadi apabila karena tidak cukup pemanasan logam
cair mulai membeku sebelum mencapai titik terjauh dari rongga cetakan.
18. Cold shut adalah terjadinya misrun pada tengah coran karena pengecoran dilakukan
dengan saluran masuk di dua sisi.
19. Hot tear adalah retak yang terjadi karena tegangan sisa yang tinggi.
20. Shrinkage cavity (rongga penyusutan) adalah rongga karena terjadinya penyusutan pada
logam ketika membeku dimana saluran penambah tidak bisa mengisinya.
21. Shift adalah ketidaklurusan antara kedua bagian cetakan atau inti.
6. Usaha Pencegahan
Untuk mencegah dan meminimalisir terjadinya cacat pada coran, maka diperlukan
beberapa cara diantaranya adalah:
a. Dalam perencanaan, tiap bagian dari coran harus dibuat seragam pada ketebalan
dindingnya, sedapat mungkin di hindari perbedaan ketebalan yang terlalu mencolok.
110
b. Kalau perubahan tebal dinding pada konstruksi coran tidak dapat dihindarkan, bagian
dinding yang tebal harus didesain untuk mendingin lebih dulu.
c. Bagian persilangan harus dibulatkan.
d. Harus direncanakan sistem saluran yang tidak memberikan percikan atau goncangan
pada logam yang mengalir.
e. Waktu penuangan harus singkat.
f. Penuangan harus dilaksanakan pada suhu yang sesuai.
g. Sudut-sudut tajam dari coran harus dihindarkan, tiap sudut harus dibulatkan dengan jarijari kelengkungan yang telah ditentukan.
h. Jika memungkinkan, logam cair harus diisikan bukan dari satu tempat, tetapi dari
beberapa tempat secara merata.
i. Harus dipergunakan rusuk-rusuk penguat.
j. Oksidasi logam cair sebelum proses inokulasi harus dihindarkan.
k. Pembekuan harus seragam dengan mempergunakan cil pada bagian persilangan dari
irisan.
l. Setelah penuangan, coran harus didinginkan perlahan-lahan dalam cetakan.
111
BAGIAN 7
TEKNOLOGI BAHAN
I.
Teknologi Bahan
Ilmu material atau teknik material atau ilmu bahan adalah sebuah interdisiplin ilmu teknik
yang mempelajari sifat bahan dan aplikasinya terhadap berbagai bidang ilmu dan teknik.
Ilmu ini mempelajari hubungan antara struktur bahan dan sifatnya.
Bahan teknik dapat digolongkan dalam kelompok logam dan bukan logam. Selain dua
kelompok tersebut ada kelompok lain yang dikenal dengan sebutan metaloid yaitu
bahan yang menyerupai logam. Bahan metaloid ini sebenarnya termasuk golongan
bahan bukan logam.
Bahan logam dapat dikelompokkan lagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok logam ferro
yaitu logam yang mengandung besi, dan kelompok logam non ferro atau logam bukan
besi. Dari semua jenis logam dapat digolongkan menjadi logam murni dan logam
paduan. Logam paduan artinya logam yang dicampur dengan logam lain atau bahkan
dicampur dengan bukan logam. Adapun ikhtisar pengelompokkan bahan teknik dapat
dilihat seperti pada Gambar 1 dibawah ini:
112
113
dihilangkan, atau dengan kata lain kemampuan material untuk kembali ke bentuk dan
ukuran semula setelah mengalami deformasi (perubahan bentuk).
4. Plastisitas (plasticity)
Adalah kemampuan material untuk mengalami deformasi plastik (perubahan bentuk
secara permanen) tanpa mengalami kerusakan. Material yang mempunyai plastisitas
tinggi dikatakan sebagai material yang ulet (ductile), sedangkan material yang
mempunyai plastisitas rendah dikatakan sebagai material yang getas (brittle).
5. Keuletan (ductility)
Adalah sutu sifat material yang digambarkan seprti kabel dengan aplikasi kekuatan
tarik. Material ductile ini harus kuat dan lentur. Keuletan biasanya diukur dengan
suatu periode tertentu, persentase keregangan. Sifat ini biasanya digunakan dalam
bidan perteknikan, dan bahan yang memiliki sifat ini antara lain besi lunak, tembaga,
aluminium, nikel, dll.
6. Ketangguhan (toughness)
Merupakan kemampuan material untuk menyerap sejumlah energi tanpa
mengakibatkan terjadinya kerusakan.
7. Kegetasan (brittleness)
Adalah suatu sifat bahan yang mempunyai sifat berlawanan dengan keuletan.
Kerapuhan ini merupakan suatu sifat pecah dari suatu material dengan sedikit
pergeseran permanent. Material yang rapuh ini juga menjadi sasaran pada beban
regang, tanpa memberi keregangan yang terlalu besar. Contoh bahan yang memiliki
sifat kerapuhan ini yaitu besi cor.
8. Kelelahan (fatigue)
Merupakan kecenderungan dari logam untuk menjadi patah bila menerima beban
bolak-balik (dynamic load) yang besarnya masih jauh di bawah batas kekakuan
elastiknya.
9. Melar (creep)
Merupakan kecenderungan suatu logam untuk mengalami deformasi plastik bila
pembebanan yang besarnya relatif tetap dilakukan dalam waktu yang lama pada
suhu yang tinggi.
10. Kekerasan (hardness)
Merupakan ketahanan material terhadap penekanan atau indentasi / penetrasi. Sifat
ini berkaitan dengan sifat tahan aus (wear resistance) yaitu ketahanan material
terhadap penggoresan atau pengikisan.
B. Macam-macam Bahan Teknik (Engineering Materials)
1. Logam (metals)
Logam (bahasa Yunani: Metallon) adalah sebuah unsur kimia yang siap membentuk
ion (kation) dan memiliki ikatan logam, dan kadangkala dikatakan bahwa ia mirip
dengan kation di awan elektron. Ilmu logam adalah suatu pengetahuan tentang
logam-logam yang menjelaskan tentang sifat-sifat, struktur, pembuatan, pengerjaan
dan penggunaan dari logam dan paduannya. Logam dapat digolongkan pula dalam
kelompok logam ferro yaitu logam yang mengandung besi, dan logam non ferro atau
logam bukan besi.
a. Logam ferro
Logam ferro adalah suatu logam paduan yang terdiri dari campuran unsur utama
yaitu besi (Fe) dengan karbon (C). Paduan Fe- C ini sering dikenal dengan
Ferrous alloy (paduan besi). Sifat material paduan Fe dengan C dapat
digambarkan seperti pada Gambar 4 dibawah ini.
114
c)
115
2) Besi Cor
Besi cor merupakan paduan Besi-Karbon dengan kandungan C diatas 2%
(pada umumnya sampai dengan 4%). Paduan ini memiliki sifat mampu cor
yang sangat baik namun memiliki elongasi yang relatif rendah. Oleh
karenanya proses pengerjaan bahan ini tidak dapat dilakukan melalui
proses pembentukan, melainkan melalui proses pemotongan (pemesinan)
maupun pengecoran.
Dari warna patahan, dapat dibedakan 3 jenis besi cor yaitu Besi Cor Putih
yang terdiri dari struktur ledeburit (coran keras), struktur campuran antara
perlit dengan ledeburit yang disebut Besi Cor Meliert dan struktur perlit dan
atau ferit serta ledeburit masih terdapat sejumlah unsur karbon dalam
bentuk koloni grafit yang disebut Besi Cor Kelabu.
Jenis dari ketiga besi cor tersebut sangat tergantung dari kandungan dan
komposisi antara C dan Si serta laju pendinginannya, dimana laju
pendinginan yang tinggi akan menghasilkan struktur besi cor putih
sedangkan laju pendinginan yang lambat akan menghasilkan pembekuan
kelabu.
b.
116
pelapis pada plat baja, digunakan sebagai kemasan pada berbagai produk
makanan karena Timah putih ini sangat tahan terhadap asam buah dan
Juice. Fungsi kegunaan yang lain ialah sebagai bahan pelapis pada
bantalan luncur serta sebagai unsur paduan pada bahan-bahan yang
memiliki titik cair rendah. Timah putih, Tin, Stannum (Sn) paling
banyak digunakan sebagai timah pateri serta paduan pada logamlogam bantalan seperti Bronzes dan gunmetal atau ditambahkan sedikit pada
paduan Tembaga Seng (Kuningan, Brasses) untuk memperoleh ketahanan
korosi.
5) Seng, Zincum (Zn)
Seng, Zincum (Zn) ialah logam yang berwarna putih kebiruan memiliki titik
0
cair 419 C, sangat lunak dan lembek tetapi akan menjadi rapuh ketika
0
dilakukan pembentukan dengan temperature pengerjaan antara 100 C
0
sampai 150 C tetapi sampai temperature ini masih baik dan mudah untuk
dikerjakan. Seng memiliki sifat tahan terhadap korosi sehingga banyak
digunakan dalam pelapisan plat baja sebagai pelindung baja tersebut dari
pengaruh gangguan korosi, selain itu Seng juga digunakan sebagai unsur
paduan dan sebagai bahan dasar paduan logam yang dibentuk melalui
pengecoran.
6) Manganese (Mn)
0
Manganese (Mn) logam yang memiliki titik cair 1260 C Unsur Manganese
(Mn) ini diperoleh melalui proses reduksi pada bijih Manganese sebagaimana
proses yang dilakukan dalam pembuatan baja. Manganese digunakan pada
hampir semua jenis baja dan besi tuang sebagai unsur paduan kendati tidak
menghasilkan pengaruh yang signifikan dalam memperbaiki sifat baja tetapi
tidak berpengaruh buruk karena didalam baja memiliki kandungan
unsur Sulphur. Disamping itu Manganese (Mn) merupakan unsur
paduan pada Aluminium, Magnesium ,Titanium dan Kuningan.
7) Chromium (Cr)
Chromium ialah logam berwarna kelabu, sangat keras dengan titik cair yang
0
tinggi yakni 1890 C , Chromium diperoleh dari unsur Chromite, yaitu senyawa
FeO.Cr2. Unsur Chromite (Fe2 Cr2 06 ) serta Crocoisite (PbCrO4).
Chromium memiliki sifat yang keras serta tahan terhadap korosi jika
digunakan sebagai unsur paduan pada baja dan besi tuang dan dengan
penambahan unsur Nickel maka akan diperoleh sifat baja yang keras dan
tahan panas (Heat resistance-Alloy).
8) Aluminium (Al)
Aluminium ialah logam yang berwarna putih terang dan sangat mengkilap
0
dengan titik cair 660 C sangat tahan terhadap pengaruh Atmosphere juga
bersifat electrical dan Thermal Conductor dengan koefisien yang sangat
tinggi. Chromium bersifat non magnetic. Secara komersial Aluminium
memiliki tingkat kemurnianhingga 99,9 % , dan Aluminium non paduan
kekuatan tariknya ialah 60 N/mm2 dan dikembangkan melelui proses
pengerjaan dingin dapat ditingkatkan sesuai dengan kebutuhannya hingga
140 N/mm2.
9) Tembaga, Copper, Cuprum (Cu)
Tembaga ialah salah satu logam penting sebagai bahan Teknik yang
pemakaiannya sangat luas baik digunakan dalam keadaan murni maupun
dalam bentuk paduan. Tembaga memilki kekuatan Tarik 150 N/mm2 sebagai
Tembaga Cor dan dengan proses pengerjaan dingin kekuatan tarik
Tembaga dapat ditingkatkan hingga 390 N/mm2 demikian pula dengan
angka kekerasannya dimana Tembaga Cor memiliki angka kekerasan 45 HB
dan meningkat hingga 90 HB melalui proses pengerjaan dingin, dengan
demikian juga akan diperoleh sifat Tembaga yang ulet serta dapat
dipertahankan walaupun dilakukan proses perlakuan panas misalnya dengan
117
Tempering (Lihat Heat treatment). Sifat listrik dan sebagai penghantar panas
yang baik dari Tembaga (Electrical and Thermal Conductor) Tembaga dan
menduduki urutan kedua setelah Silver namun untuk ini Tembaga
dipersyaratkan memiliki kemurnian hingga 99,9 %. Salah satu sifat yang baik
dari tembaga ini juga adalah ketahanannya terhadap korosi atmospheric
bahkan jenis korosi yang lainnya .
10) Magnesium (Mg)
Magnesium ialah logam yang berwarna putih perak dan sangat mengkilap
0
dengan titik cair 651 C yang dapat digunakan sebagai bahan paduan ringan,
sifat dan karakteristiknya sama dengan Aluminium. Perbedaan titik cairnya
sangat kecil tetapi sedikit berbeda dengan Aluminium terutama pada
permukaannya yang mudah keropos bila terjadi oxidasi dengan udara. Oxid
film yang melapisi permukaan Magnesium hanya cukup melindunginya dari
pengaruh udara kering, sedangkan udara lembab dengan kandungan
unsur garam kekuatan oxid dari Magnesium akan menurun, oleh kerana
itu perlindungan dengan cat atau lac (pernis) merupakan metoda
dalam melidungi Magnesiumdari pengaruh korosi kelembaban udara.
2. Polimer (polymers)
Suatu molekul raksasa (makromolekul) yang terbentuk dari susunan ulang molekul
kecil yang terikat melalui ikatan kimia disebut polimer (poly = banyak; mer = bagian).
Suatu polimer akan terbentuk bila seratus atau seribu unit molekul yang kecil yang
disebut monomer, saling berikatan dalam suatu rantai.
Klasifikasi Polimer
Polimer umumnya diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok antara lain atas dasar
jenis monomer, asal, sifat termal, dan reaksi pembentukannya
Polimer Alami (natural polymers): Selulosa, Protein.
a. Klasifikasi Polimer Berdasarkan Jenis Monomernya
Berdasarkan jenis monomernya, polimer dibedakan atas homopolimer dan
kopolimer. Homopolimer terbentuk dari sejenis monomer, sedangkan kopolimer
terbentuk lebih dari sejenis monomer.
b. Polimer Berdasarkan Asalnya
Berdasarkan asalnya, polimer dibedakan atas polimer alam dan polimer buatan.
Polimer alam telah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu, seperti amilum,
selulosa, kapas, karet, wol, dan sutra. Polimer buatan dapat berupa polimer
regenerasi dan polimer sintetis. Polimer regenerasi adalah polimer alam yang
dimodifikasi. Contohnya rayon, yaitu serat sintetis yang dibuat dari kayu
(selulosa). Polimer sintetis adalah polimer yang dibuat dari molekul sederhana
(monomer) dalam pabrik.
c. Polimer Berdasarkan Sifat Thermalnya
1) Termoplastik
Mudah larut pada pelarut yang sesuai, pada suhu tinggi akan lunak, tetapi
akan mengeras kembali jika didinginkan dan struktur molekulnya linier atau
bercabang tanpa ikatan silang antar rantai. Proses melunak dan mengeras ini
dapat terjadi berulang kali. Sifat ini dijelaskan sebagai sifat termoplastik.
Contohnya: Polietilen (PE) dan polivinilklorida (PVC)
2) Termosetting
Tidak dapat larut dalam pelarut apapun, tidak meleleh jika dipanaskan, lebih
tahan terhadap asam dan basa, jika dipanaskan akan rusak dan tidak dapat
kembali seperti semula dan struktur molekulnya mempunyai ikatan silang
antar rantai. Polimer seperti ini disusun secara permanen dalam bentuk
pertama kali mereka dicetak, disebut polimer termosetting.
Contohnya: Bakelit, poli(melanin formaldehida) dan poli (urea formaldehida)
118
3. Elastomer/Rubber (karet):
Karet atau elastomer adalah salah satu jenis polimer yang memiliki perilaku khas
yaitu memiliki daerah elastis non-linear yag sangat besar. Perilaku tersebut ada
kaitannya dengan struktur molekul karet yang memiliki ikatan silang (cross link) antar
rantai molekul. Ikatan silang ini berfungsi sebagai pengingat bentuk (shape memory)
sehingga karet dapat kembali ke bentuk dan dimensi asalnya pada saat mengalami
deformasi dalam jumlah yang sangat besar.
4. Keramik (Ceramics)
Keramik pada awalnya berasal dari bahasa Yunani keramikos yang artinya suatu
bentuk dari tanah liat yang telah mengalami proses pembakaran. Sifat yang umum
dan mudah dilihat secara fisik pada kebanyakan jenis keramik adalah britle atau
rapuh, hal ini dapat kita lihat pada keramik jenis tradisional seperti barang pecah
belah, gelas, kendi, gerabah dan sebagainya.
penggunaan keramik:
a. Peralatan yang dibuat dari alumina dan silikon nitrida dapat digunakan sebagai
pemotong, pembentuk dan penghancur logam.
b. Keramik tipe zirconias, silikon nitrida maupun karbida dapat digunakan untuk
saluran pada rotorturbocharger diesel temperatur tinggi dan Gas-Turbine Engine.
c. Keramik sebagai insulator adalah aluminum oksida (AlO3). Keramik sebagai
semikonduktor adalah barium titanate (BaTiO3) dan strontium titanate (SrTiO3).
Sebagai superkonduktor adalah senyawa berbasis tembaga oksida.
d. Keramik dengan campuran semen dan logam digunakan untuk pelapis pelindung
panas pada pesawat ulang-alik dan satelit.
e. Keramik Biomedical jenis porous alumina digunakan sebagai implants pada
tubuh manusia. Porous alumina dapat berikatan dengan tulang dan jaringan
tubuh.
f. Butiran uranium termasuk keramik yang digunakan untuk pembangkit listrik
tenaga nuklir. Butiran ini dibentuk dari gas uranium hexafluorida (UF6).
g. Keramik berbasis feldspar dan tanah liat digunakan pada industri bahan
bangunan.
h. Keramik juga digunakan sebagai coating (pelapis) untuk mencagah korosi.
Keramik yang digunakan adalah jenis enamel. Peralatan rumah tangga yang
menggunakan pelapisan enamel ini diantaranya adalah kulkas, kompor gas,
mesin cuci, mesin pengering
5. Kaca (glasess).
Kaca merupakan sebuah substansi yang keras dan rapuh, serta merupakan padatan
amorf. Hal ini dikarenakan bahan bahan pembuat kaca bersifat amorf yang mana
dapat meleleh dengan mudah. Kaca merupakan hasil penguraian senyawa
senyawa inorganik yang mana telah mengalami pendinginan tanpa kristalisasi.
Komponen utama dari kaca adalah silika.
Unsur Unsur Pembentuk Kaca
Kaca merupakan bentuk lain dari gelas (Glass). Oksida oksida yang digunakan
untuk menyusun komposisi kaca dapat digolongkan menjadi :
119
II.
Metalurgi Bahan
Metalurgi adalah menguraikan tentang cara pemisahan logam dari ikatan unsur lain
atau cara pengolahan logam secara teknis, sehingga diperoleh jenis logam atau logam
paduan yang memenuhi kebutuhan tertentu. Definisi yang lain Metalurgi didefinisikan
sebagai suatu ilmu yang mempelajari karakteristik / sifat / perilaku logam, ditinjau dari
sifat mekanik (kekuatan, keuletan, kekerasan, ketahanan lelah, dsb.), fisik (konduktivitas
panas, listrik, massa jenis, magnetik, optik, dsb), kimia (ketahanan korosi, dsb) dan
teknologi (kemampuan logam untuk dibentuk, dilas / disambung, dimesin, dicor dan
dikeraskan).
Metalurgi Dibagi menjadi 3 divisi :
1. Metalurgi Ekstraktif
Disebut juga metalurgi kimia, adalah semua proses yang menyangkut perubahan
kimia dari bijih sampai jadi bahan baku termasuk pemurniannya.
2. Metalurgi Fisik
Adalah mempelajari struktur dan sifat fisik lainnya dari logam dan paduannya. Untuk
mengetahui sifat fisik diperlukan peralatan seperti mikroskop optic, mikroskop
electron untuk mempelajari struktur logam dan sinar X untuk mempelajari struktur
kristal dasar.
Juga dipelajari sifat magnetic, daya hantar listrik dan panas, susut muai logam dan
tahanan listriknya. Semua penelitian dilakukan dalam keadaan padat.
3. Metalurgi Mekanik
Proses pengerjaan secara mekanik untuk mencapai bentuk tertentu termasuk
proses pembentukan dan proses lainnya yang tidak merubah komposisi kimia,
termasuk sifat mekanik dan cara ujinya.
120
Metalurgi Ekstraktif
1. Pengolahan Bijih Besi menjadi Baja dan Besi Cor
a. Pembuatan Besi Kasar
Besi kasar adalah hasil pengolahan dari bijih besi dengan melalui beberapa
proses. Proses awal adalah dengan mengurangi senyawa-senyawa dan zat-zat
lain yang terkandung dalam bijih besi dengan tahap sebagai berikut :
Dibersihkan.
Dipecah-pecah dan digiling sampai menjadi halus, sehingga partikel besi
dapat dipisahkan dari bahan yang tidak diperlukan dengan menggunakan
magnit.
Dibentuk menjadi pellet (bulatan-bulatan kecil) dengan diameter + 14 mm.
Bahan yang digunakan dalam proses dapur tinggi untuk menghasilkan besi kasar
dari dapur tinggi diperlukan bahan-bahan antara lain:
1) Iron ore : hematite umumnya, merupakan besi oksida Fe2O3
Bijih besi didapat dari tambang setelah melalui proses pendahuluan. Bijih
besi merupakan bahan pokok dari blast furnace.
2) Limestone : berupa kalsium karbonat, CaCO3
Batu kapur digunakan untluk mengikat bahan-bahan yang ikut campur dalam
cairan besi untuk menjadikan terak. Proses pengikatan bahan yang ikut
dalam cairan besi antara lain dapat dilihat pada reaksi kimia sebagai berikut :
CaCO3 ====> CaO + CO2
(terak)
FeS + CaO + C =====> Fe + CaS + CO
(terak)
Dengan adanya terak yang terletak di permukaan cairan-besi ini, terjadinya
oksidasi oleh udara dapat dihindari. Selain menggunakan batu kapur
(CaCO3) murni, dapat juga menggunakan dolomit yang merupakan
campuran dari CaCO3 dan MgCO3
3) Hot air : pembakaran yang terjadi di bagian bawah furnace untuk
menyediakan panas dan oksigen
4) Coke : berasal dari batu bara yang kadar karbonnya tinggi
Karakteristik coke dapat digolongkan menjadi dua yaitu sifat fisik dan sifat
kimia. Sifat fisik seperti kekuatan coke, kestabilan coke dan kekuatan coke
setelah reaksi. Sifat kimia yang paling penting adalah kandungan air, fixed
carbon, abu, sulfur, phosphor dan alkali. Spesifikasi kualitas coke dari salah
satu Blast Furnace terbesar di Amerika Utara seperti ditunjukkan pada tabel
di bawah ini:
Proses dalam blast furnace:
1) Bahan baku dimasukkan dalam blast furnace melalui tutup yang berbentuk
kerucut yang bersusun
2) Pemanasan cepat secara simultan di bagian bawah furnace
3) Pembakaran coke
Coke dibakar menggunakan udara panas menghasilkan karbon dioksida dan
panas.
C + O2 ====> CO2 + Heat
4) Produksi karbon monoksida (agen reduksi)
Karbon dioksida bereaksi kembali dengan coke menghasilkan karbon
monoksida.
CO2 + C ====> 2CO
5) Reduksi hematite
Karbon monoksida yang terbentuk mereduksi hematite menjadi besi
Fe2O3 + 3CO ====> 2Fe + 3CO2
6) Dekomposisi limestone
Limestone terdekomposisi dengan panas yang dihasilkan membentuk
kalsium oksida dan karbon diksida
CaCO3 ====> CaO + 3CO2
121
7)
Pembentukkan slag
Kalsium oksida yang terbentuk bereaksi dengan pasir
membentuk
kalsium
silica
yang
disebut
CaO + SiO2 ====> CaSiO3
Besi yang terbentuk mengendap dibagian bawah furnace
berada
di
atasnya
sehingga
melindungi
besi
Besi yang diperoleh dari proses ini disebut dengan pig iron.
(impuritis asam)
dengan
slag
dan lapisan slag
dari
oksidasi.
2)
122
123
yakni pecahan besi mentah serta kokas juga baja rongsokan dan besi tua
dimasukan kedalamnya serta sejumlah batu kapur (limestone) sebagai fluksi dari
asap kokas. Selain kokas sebagai bahan bakar pada dapur cupola ini juga
digunakan oli atau gas.
Berikut ini merupakan istilah-istilah yang terdapat pada diagram besi baja, yaitu :
1. Austenit : larutan padat karbon di dalam Fe dengan kelarutan maksimal 2,14% C
pada suhu 1.147 C.
2. Besi (ferit) : larutan padat karbon di dalam besi (fcc) dengan kelarutan maksimal
0,02% C pada suhu 727 C (titik eutektoid).
3. Besi (delta) : larutan padat karbon di dalam besi dengan kelarutan maksimal
0,1% C pada suhu 1.499 C.
4. Ledeburit : campuran mekanis yang homogen antara kristal-kristal halus austenit ()
dengan kadar 2,14% C dan kristal-kristal halus sementit (Fe3C) dengan kadar
6,687% C, yang rapat terletak bersebelahan, serta terjadi pada suhu tetap 1.147 C
(suhu eltektikuin).
5. Pearlit (Pt) : campuran mekanis yang homogen antara kristal-kristal halus ferit ()
dengan kadar 0,02% C dan kristal-kristal halus sementit (Fe3C) dengan kadar
6,687% C, yang rapat terletak bersebelahan, serta terjadi pada suhu 727 C (suhu
eutektoid). Hal ini terjadi bukan dari larutan cair tetapi dari larutan pada austenit (ke
kiri pearlit berkurang).
6. Sementit (Fe3C) : ikatan kimia besi karbon (Fe3C) yang terbentuk pada konsentrasi
6,687% C melalui reaksi 3 Fe + C Fe3C, yang disebut sebagai karbid besi
berwarna terang/keputihputihan.
7. Grafit : kristal karbon dengan elemen kristal berwarna gelap dan bersifat stabil (Pt +
Ld + Fe3C)
III.
Pengujian Bahan
Proses pengujian logam adalah proses pemeriksaan bahan-bahan untuk diketahui sifat
dan karakteristiknya yang meliputi sifat mekanik, sifat fisik, bentuk struktur, dan komposisi
unsur-unsur yang terdapat di dalamnya. Adapun proses pengujiannya dikelompokkan ke
dalam tiga kelompok metode pengujian, yaitu :
1. Destructive Test (DT), yaitu proses pengujian logam yang dapat menimbulkan
kerusakan logam yang diuji.
Pengujian dengan merusak ( destructive test) terdiri dari:
a. Pengujian Tarik (Tensile Test)
b. Pengujian Tekan (Compressed Test)
c. Pengujian Bengkok ( Bending Test)
d. Pengujian Pukul ( Impact Test )
e. Pengujian Puntir ( Torsion Test)
f.
Pengujian Lelah (Fatique Test)
g. Pengujian Kekerasan ( Hardness Test).
2. Non Destructive Test (NDT), yaitu proses pengujian logam yang tidak dapat
menimbulkan kerusakan logam atau benda yang diuji.
Pengujian tanpa merusak ( non destruktive test) terdiri dari:
a. Dye Penetrant Test
b. Electro Magnetic Test
c. Ultrasonic Test
d. Sinar Rongent
3. Metallography, yaitu proses pemeriksaan logam tentang komposisi kimianya, unsurunsur yang terdapat di dalamnya, dan bentuk strukturnya.
Pada modul ini akan dibatasi pada pengujian bahan untuk mengetahui sifat mekanis
bahan. Sifat mekanik bahan adalah : hubungan antara respons atau deformasi bahan
terhadap beban yang bekerja. Sifat mekanik : berkaitan dengan kekuatan, kekerasan,
keuletan, dan kekakuan.
124
1.
Pengujian Tarik
Tujuan : Mengetahui kekuatan tarik maksimum / tegangan maksimum bahan
(Ultimate Tensile Strenght/ UTS). Setelah dilakukan pengolahan data hasil
pengujian tarik dapat diketahui pula Tegangan lumer (Yield strenght), Tegangan
Putus (Fracture Streng), Regangan (Strain)). Secara kasar dapat pula diketahui
apakah logam tersebut termasuk liat, keras, atau lunak, setelah kita menganalisa
grafik pengujian tarik yang terekam dan bekas patahan benda uji tsb.
Hukum Hooke (Hookes Law)
Pada tahap awal dari uji tarik, hubungan antara beban atau gaya yang diberikan
berbanding lurus dengan perubahan panjang bahan tersebut. Ini disebut daerah
linier atau linear zone. Di daerah ini, kurva pertambahan panjang vs beban
mengikuti aturan Hooke sebagai berikut:
rasio tegangan (stress) dan regangan (strain) adalah konstan
Stress adalah beban dibagi luas penampang bahan dan strain adalah
pertambahan panjang dibagi panjang awal bahan.
Stress: = F/A
Strain: = L/L
125
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
ditarik sampai melewati titik A, hukum Hooke tidak lagi berlaku dan terdapat
perubahan permanen dari bahan. Terdapat konvensi batas regangan
permamen (permanent strain) sehingga masih disebut perubahan elastis yaitu
kurang dari 0.03%, tetapi sebagian referensi menyebutkan 0.005% . Tidak ada
standarisasi yang universal mengenai nilai ini.
Batas proporsional (p) (proportional limit)
Titik sampai di mana penerapan hukum Hook masih bisa ditolerir. Tidak ada
standarisasi tentang nilai ini. Dalam praktek, biasanya batas proporsional sama
dengan batas elastis.
Deformasi plastis (plastic deformation)
Yaitu perubahan bentuk yang tidak kembali ke keadaan semula. Pada Gambar
yaitu bila bahan ditarik sampai melewati batas proporsional dan mencapai
daerah landing.
Tegangan luluh atas (uy) (upper yield stress)
Tegangan maksimum sebelum bahan memasuki fase daerah landing peralihan
deformasi elastis ke plastis.
Tegangan luluh bawah (ly) (lower yield stress)
Tegangan rata-rata daerah landing sebelum benar-benar memasuki fase
deformasi plastis. Bila hanya disebutkan tegangan luluh (yield stress), maka
yang dimaksud adalah tegangan ini.
Regangan luluh (y) (yield strain)
Regangan permanen saat bahan akan memasuki fase deformasi plastis.
Regangan elastis (e) (elastic strain)
Regangan yang diakibatkan perubahan elastis bahan. Pada saat beban
dilepaskan regangan ini akan kembali ke posisi semula.
Regangan plastis (p) (plastic strain)
Regangan yang diakibatkan perubahan plastis. Pada saat beban dilepaskan
regangan ini tetap tinggal sebagai perubahan permanen bahan.
Regangan total (total strain)
Merupakan gabungan regangan plastis dan regangan elastis, T = e+p.
Perhatikan beban dengan arah OABE. Pada titik B, regangan yang ada adalah
regangan total. Ketika beban dilepaskan, posisi regangan ada pada titik E dan
besar regangan yang tinggal (OE) adalah regangan plastis.
Tegangan tarik maksimum TTM (UTS, ultimate tensile strength)
Pada Gambar ditunjukkan dengan titik C (), merupakan besar tegangan
maksimum yang didapatkan dalam uji tarik.
Kekuatan patah (breaking strength)
Pada Gambar ditunjukkan dengan titik D, merupakan besar tegangan di mana
bahan yang diuji putus atau patah.
Tegangan luluh pada data tanpa batas jelas antara perubahan elastis dan
plastis
Untuk hasil uji tarik yang tidak memiliki daerah linier dan landing yang jelas,
tegangan luluh biasanya didefinisikan sebagai tegangan yang menghasilkan
regangan permanen sebesar 0.2%, regangan ini disebut offset-strain (Gambar
dibawah).
126
2.
Pengujian Kekerasan
Kekerasan adalah kemampuan bahan menahan penetrasi/penusukan/goresan dari
bahan lainya ( biasanya bahan pembanding standar:/ intan), sampai terjadi
deformasi tetap.
Didunia teknik, umumnya pengujian kekerasan menggunakan 4 macam metode
pengujian kekerasan, yakni :
a. Brinnel (HB / BHN)
Pengujian kekerasan dengan metode Brinnel bertujuan untuk menentukan
kekerasan suatu material dalam bentuk daya tahan material terhadap bola baja
(identor) yang ditekankan pada permukaan material uji tersebut (spesimen).
Idealnya, pengujian Brinnel diperuntukan untuk material yang memiliki
permukaan yang kasar dengan uji kekuatan berkisar 500-3000 kgf. Identor
(Bola baja) biasanya telah dikeraskan dan diplating ataupun terbuat dari bahan
Karbida Tungsten.
Uji kekerasan brinnel dirumuskan dengan :
Dimana :
D =Diameter bola (mm)
d =impression
diameter
(mm)
F =Load (beban) (kgf)
HB=Brinell result (HB)
127
128
HR = E - e
Dimana :
F0
= Beban Minor(Minor Load) (kgf)
F1
= Beban Mayor(Major Load) (kgf)
F
= Total beban (kgf)
e
= Jarak antara kondisi 1 dan kondisi 3 yang dibagi dengan 0.002 mm
E
= Jarak antara indentor saat diberi minor load dan zero reference line
yang untuk tiap jenis indentor berbeda-beda yang bias dilihat pada
table 1
HR = Besarnya nilai kekerasan dengan metode hardness
Tabel dibawah ini merupakan skala yang dipakai dalam pengujian Rockwell
skala dan range uji dalam skala Rockwell.
Tabel 1 Rockwell Hardness Scales
F0
F1
Scale
Indentor
(kgf) (kgf)
A
Diamond cone
10
50
F
(kgf)
60
10
90
100
Diamond cone
10
140
150
Diamond cone
10
90
100
10
90
100
F
G
H
10
10
10
50
140
50
60
150
60
K
L
M
P
R
S
V
10
10
10
10
10
10
10
140
50
90
140
50
90
140
150
60
100
150
60
100
150
129
Dimana,
HK
= Angka kekerasan Knoop
F
= Beban (kgf)
l
= Panjang dari indentor (mm)
3.
Pengujian Impak
Pengujian impak merupakan suatu pengujian yang mengukur ketahanan bahan
terhadap beban kejut. Inilah yang membedakan pengujian impak dengan pengujian
tarik dan kekerasan dimana pembebanan dilakukan secara perlahan-lahan.
Pengujian impak merupakan suatu upaya untuk mensimulasikan kondisi operasi
material yang sering ditemui dalam perlengkapan transportasi atau konstruksi
dimana beban tidak selamanya terjadi secara perlahan-lahan melainkan datang
secara tiba-tiba.
Pengujian impak yang dilakukan mengacu standar ASTM E 23 unutk metode
Charpy dan Izzod. Metode Charpy banyak digunakan di Amerika sedangkan Izzod
digunakan di Eropa.
Jenis-jenis metode uji impak
Secara umum metode pengujian impak terdiri dari 2 jenis yaitu:
a. Metode Charpy: Pengujian tumbuk dengan meletakkan posisi spesimen uji
pada tumpuan dengan posisi horizontal/ mendatar, dan arah pembebanan
berlawanan dengan arah takikan.
130
Gambar Ilustrasi skematik pembebanan impak pada benda uji Charpy dan Izod
b. Metode Izod: Pengujian tumbuk dengan meletakkan posisi spesimen uji pada
tumpuan dengan posisi , dan arah pembebanan serah dengan arah takikan.
131
Prinsip pengujian impak ini adalah menghitung energy yang diberikan oleh
beban(pendulum) dan menghitung energy yang diserap oleh specimen. Pada saat
beban dinaikkan pada ketinggian tertentu, beban memiliki energy potensial
maksimum, kemudian saat akan menumbuk specimen energy kinetic mencapai
maksimum. Energy kinetic maksimum tersebut akan diserap sebagian oleh
specimen hingga specimen tersebut patah. Nilai Harga Impak pada suatu specimen
adalah energy yang diserap tiap satuan luas penampang lintang specimen uji.
Persamaannya sebagai berikut:
Gambar 11. Ilustrasi skematis pengujian impak dengan benda uji Charpy
Nilai Harga Impak pada suatu specimen adalah energy yang diserap tiap satuan
luas penampang lintang specimen uji. Persamaannya sebagai berikut:
132
Keterangan:
m = massa bandul pemukul
g = percepatan grafitasi
h1= tinggi pusat bandul sebelum pemukulan
h2= tinggi pusat bandul setelah pemukulan
133
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, J., 2003. Casting 2nd Edition, Butterworth-Heinemann
Criticos, C., 1996, Media selection. Plomp, T., & Ely, D. P. (Eds.): International Encyclopedia
nd
of Educational Technology, 2 edition. New York: Elsevier Science, Inc.
http://id.wikipedia.org/wiki/pengecoran diakses tanggal 2 Mei 2011
http://indonetwork.co.id/mitraprosejati diakses tanggal 2 Mei 2011
Masnur, Dedy., 2008. Pengaruh Parameter Proses Terhadap Fluiditas Dan Kualitas Coran
ADC 12 dengan High Pressure Die Casting Thesis S2 UGM Yogyakarta
Sudjana, Hadi., 2008. Teknik Pengecoran Logam Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah,Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta
Suhardi, 2010. Upaya Peningkatan Kualitas Pembelajaran Mata Kuliah Teknologi
Pengecoran Melalui Penggunaan Media Model Dan Kunjungan Industri Program
Studi Pendidikan Teknik Mesin JPTK FKIP UNS, Surakarta
Surdia, T., Saito, S., 1992, Teknik Pengecoran Logam, P.T. Pradnya Paramitha, Jakarta
134
BAGIAN 8
MOTOR BAKAR
A. Definisi
Motor bakar adalah suatu pesawat yang digunakan untuk
bahan bakar menjadi energi panas (termal), dan menggunakan energi tersebut untuk
melakukan kerja mekanik. Jika ditinjau dari cara memperoleh energi termal ini (proses
pembakaran bahan bakar), maka motor bakar dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu: motor
pembakaran luar dan motor pembakaran dalam.
Motor pembakaran luar yaitu motor yang proses pembakaran bahan bakar terjadi di
luar motor, sehingga untuk melaksanakan pembakaran digunakan mekanisme tersendiri.
Panas dari hasil pembakaran bahan bakar tidak langsung diubah menjadi tenaga gerak,
tetapi melalui media penghantar, kemudian diubah menjadi tenaga mekanik misalnya mesin
uap dan turbin uap.
Motor pembakaran dalam yaitu motor yang proses pembakaran bahan bakar terjadi
di dalam motor, sehingga panas dari hasil pembakaran langsung diubah menjadi tenaga
mekanik. Misalnya: turbin gas, motor bakar torak dan mesin propulsi pancar gas.
Bentuk bentuk Motor
Motor lebih tenang, karena gaya penggerak poros engkol lebih merata.
Motor jumlah silinder yang banyak dengan langkah torak lebih pendek, kecepatan torak
pada putaran tinggi masih dalam batas yang diijinkan, sesuai kekuatan bahan.
Putaran max motor langkah pendek motor langkah panjang.
135
Sebaris
Konstruksi sederhana
Tak banyak getaran
Perawatan mudah
Bila jumlah silinder lebih dari 4 konstruksi terkesan
panjang
Keseimbangan getaran jelek jika jumlah silinder
kurang dari 4
Boxer (tidur)
satu pena )
Perlu 2 kolektor gas buang
Keseimbangan getaran lebih buruk dari motor
sebaris
136
Motor
1 silinder
JP
720
720o Pe
1
JP
720
360o Pe
2
JP
720
360o Pe
2
Motor boxer
2 silinder
Motor sebaris
2 silinder
Motor sebaris
4 silinder
Urutan Pengapian
1342
1243
Jarak pengapian :
720
180 0 Pe
4
Motor boxer
4 silinder
Urutan Pengapian
1432
JP :
Motor sebaris
5 silnder
Urutan Pengapian
12453
JP :
Motor sebaris
6 silinder
720
1440 Pe
5
Urutan Pengapian
1 5 3 6 2 4
JP :
Motor V
8 silinder
720
3600 Pe
2
720
1200 Pe
6
Urutan Pengapian
1-8-2-7-4-5-3-6
JP :
720
900 Pe
8
Diagram Kotak
137
Motor
1 silinder
Motor boxer
2 silinder
Motor sebaris
2 silinder
Motor sebaris
4 silinder
Motor boxer
4 silinder
Motor sebaris
5 silinder
Motor sebaris
6 silinder
Motor V
8 silinder
1
2
K
B
U
I
B
K
JP
720
720o Pe
1
I
U
JP
720
360o Pe
2
JP
720
360o Pe
2
1
2
K
B
U
I
B
K
I
U
1
2
3
4
K
U
I
B
U
B
K
I
B
I
U
K
I
K
B
U
1
2
3
4
K
U
B
I
U
B
I
K
B
I
K
U
I
K
U
B
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
7
8
K
I
K
FO : 1 3 4 2
JP =
FO : 1 4 3 2
JP =
720
1800 Pe
4
720
1800 Pe
4
FO : 1 2 4 5 3
I
K
JP =
K
K
K
720
1440 Pe
5
FO = 1-5-3-6-2-4
K
K
K
K
K
JP =
720
1200 Pe
6
K
K
FO = 1-8-2-7-4-5-3-6
K
K
K
K
K
JP =
720
900 Pe
8
K
K
138
12
8
6
5
11
1
2
9
7
10
4
3
139
Keterangan
1. Pena torak
7. Poros kam
8. Tuas Katup
9. Batang penggerak
4. Panci oli
5. Busi
6. Katup isap
12. Karburator
Mekanisme Katup
Katup (valve) dalah suatu mekanisme pada motor empat langkah yang berfungsi untuk
mengatur membuka dan menutupnya saluran isap dan buang.
2. Langkah kompresi
Dalam gerakan ini campuran udara bensin yang di dalam silinder dimampatkan oleh
torak yang bergerak ke atas dari TMB ke TMA. Katup hisap dan katup buang akan menutup
selama gerakan, tekanan dan suhu campuran udara bensin menjadi naik. Bila tekanan
campuran udara bensin ditambah,
Tekanan kuat ini akan mendorong torak ke bawah. Torak sudah melakukan dua gerakan atau
satu putaran, dan poros engkol berputar satu putaran.
140
3. Langkah kerja
Dalam gerakan ini, campuran udara bensin yang dihisap telah dibakar dan
menghasilkan tenaga yang mendorong torak ke bawah meneruskan tenaga penggerak yang
nyata. Selama gerak ini katup hisap dan katup buang masih tertutup. Torak telah melakukan
tiga langkah dan poros engkol berputar satu setengah putaran.
4. Langkah buang
Dalam gerak ini, torak terdorong ke TMB dan naik kembali ke TMA untuk mendorong
gas-gas yang telah terbakar dari silinder. Selama gerak ini katup buang terbuka. Bila torak
mencapai TMA sesudah melakukan pekerjaan seperti di atas, torak akan kembali pada
keadaan untuk memulai gerak hisap. Torak motor telah melakukan 4 gerakan penuh, hisapkompresi-kerja-buang. Poros engkol berputar 2 putaran, dan telah menghasilkan satu tenaga.
Di dalam motor sebenarnya, membuka dan menutupnya katup tidak terjadi tepat pada TMA
dan TMB, tetapi akan berlaku lebih cepat atau lambat, ini dimaksudkan untuk lebih efektif
untuk aliran gas.
141
11
1
3
8
2
4
10
5
6
9
7
1. Kepala silinder
2. Saluran isap
8. Saluran buang
3. Sirip pendingin
9. Ruang engkol
4. Torak
5. Batang torak
11. Busi
6. Poros engkol
142
TMA ( I )
udara
masuk
dimulai.
baru (pembilasan)
saluran bilas
Ruang bakar
TMA
Volume langkah
L
TMA
TMB
Pengertian
Volume silinder adalah volume sepanjang langkah torak ( dari TMB ke TMA )
3
Umumnya volume silinder dari suatu motor dinyatakan dalam Cm ( cc ) atau liter
(l)
Rumus : Vs =
.D .S
[Cm ]
D = Diameter silinder
S = Langkah torak ( L )
Vs = Volume silinder
Contoh
Diketahui : Vol motor = 1800 Cm
143
Vs
1800
450 cm3
4
Vs
/ 4D
450
0 ,785 67 ,24
S 8 ,5 cm 85 mm
Motor dapat diklasifikan berdasarkan ukuran diameter silinder dan langkah torak. Jika
diameter silider sama dengan langkah torak disebut Square Engine. Langkah torak lebih kecil
dari diameter silinder disebut Over Square Engine..Langkah torak lebih besar diameter
silinder disebut Long Stroke Engine
2. Perbandingan Kompresi
Vk
TMA
B:1
Rumus :
VL Vk
Vk
Motor otto
=7:1
s/d
Motor diesel
= 14 : 1 s/d
25 : 1
12 : 1
144
3. Momen putar
Momen putar ( momen puntir ) suatu motor adalah kekuatan putar poros engkol yang
akhirnya menggerakkan kendaraan
Fk
= Jari-jari ( jarak antara sumbu poros engkol sampai tempat mengukur gaya
keliling ), diukur dalam satuan meter ( m ).
Mp
[ Nm ]
4. Daya
Yang dimaksud dengan daya motor adalah besar kerja motor yang diberikan ke poros
penggerak..
Daya adalah hasil kerja yang dilakukan dalam batas waktu tertentu [ F.c/ t ]
Pada motor daya merupakan perkalian antara momen putar (Mp ) dengan putaran mesin
(n)
145
Mp x n
Kw
9550
5. Efisiensi
Efisiensi adalah angka perbandingan dari daya mekanis yang dihasikan oleh motor dengan
daya kalor bahan bakar yang telah digunakan.
()
= 20% 35%
Motor Diesel
()
= 35% 55%
6. Efisiensi termis
Efisiensi termis didefinisikan sebagai efisiensi pemanfaatan kalor dari bahan bakar untuk
diubah menjadi energi mekanis.
Besar efisiensi termis dapat dinyatakan:
Panas input merupakan panas yang dihasilkan dari proses pembakaran bahan bakar. Jika
untuk menghasilkan daya (hp), laju konsumsi bahan bakar yang dibutuhkan adalah M b/t
(kg/jam) dengan, maka efisiensi termis motor tersebut adalah:
th
BHP . 641,567
641,567
x 100%
x 100%
M b .3600
SFC . LHV
.LHV
t
146
Sumber: saft7.Com
Pemakaian udara yang tidak stoikiometris, dikenal istilah Equivalent Ratio (ER).
Equivalent Ratio (ER) adalah perbandingan antara jumlah (bahan bakar/ udara) yang
digunakan dan jumlah (bahan bakar/ udara) stoikiometris. (Sumber: Wisnu Arya Wardana,
2001: 38)
Dengan demikian maka:
ER
147
SFC (gr/kW.jam)
450
400
Standard
Dihaluskan
350
300
Putaran (rpm)
148
26
25
24
23
22
21
20
19
18
Standard
Dihaluskan
Putaran (rpm)
149
Secara singkat prinsip kerja motor diesel 4 tak adalah sebagai berikut:
a) Langkah isap, yaitu waktu torak bergerak dari TMA ke TMB. Udara diisap melalui katup
isap sedangkan katup buang tertutup.
b) Langkah kompresi, yaitu ketika torak bergerak dari TMB ke TMA dengan memampatkan
udara yang diisap, karena kedua katup isap dan katup buang tertutup, sehingga tekanan
dan suhu udara dalam silinder tersebut akan naik.
c) Langkah usaha, ketika katup isap dan katup buang masih tertutup, partikel bahan bakar
yang disemprotkan oleh pengabut bercampur dengan udara bertekanan dan suhu tinggi,
sehingga terjadilah pembakaran. Pada langkah ini torak mulai bergerak dari TMA ke TMB
karena pembakaran berlangsung bertahap,
d) Langkah buang, ketika torak bergerak terus dari TMA ke TMB dengan katup isap tertutup
dan katup buang terbuka, sehingga gas bekas pembakaran terdorong keluar.
150
a.
b.
c.
d.
151
c. Bobot per satuan daya dan biaya produksi lebih besar, karena bahan dan konstruksi lebih
rumit untuk rasio kompresi yang tinggi
d. Pembuatan pompa injeksi lebih teliti sehingga perawatan lebih sulit
e. Memerlukan kapasitas baterai dan motor starter yang besar agar dapat memutar poros
engkol dengan kompresi yang tinggi.
152
BAAGIAN 9
KELISTRIKAN MESIN
I = Q/t (ampere)
Dimana:
I = besarnya arus listrik yang mengalir, ampere
Q = Besarnya muatan listrik, coulomb
t = waktu, detik
153
Q=Ixt
Dimana :
Q = Banyaknya muatan listrik dalam satuan coulomb
I = Kuat Arus dalam satuan Amper.
t = waktu dalam satuan detik.
Kuat arus listrik biasa juga disebut dengan arus listrik
muatan listrik memiliki muatan positip dan muatan negatif. Muatan positip dibawa oleh
proton, dan muatan negatif dibawa oleh elektro. Satuan muatan coulomb (C), muatan
proton +1,6 x 10^-19C, sedangkan muatan elektron -1,6x 10^-19C. Muatan yang bertanda
sama saling tolak menolak, muatan bertanda berbeda saling tarik menarik
3. Rapat Arus
Difinisi
rapat arus ialah besarnya arus listrik tiap-tiap mm luas penampang kawat.
berpengaruh pada
dipertahankan sekitar 300C, dimana kemampuan hantar arus kabel sudah ditetapkan dalam
tabel Kemampuan Hantar Arus (KHA).
154
R = Tahanan/resistansi [ /ohm]
155
"Tahanan penghantar dipengaruhi oleh temperatur, ketika temperatur meningkat ikatan atom
makin meningkat akibatnya aliran elektron terhambat. Dengan demikian kenaikan temperatur
menyebabkan kenaikan tahanan penghantar"
adalah
Volt.
156
Satu Volt adalah beda potensial antara dua titik saat melakukan usaha satu joule untuk
memindahkan muatan listrik satu coulomb
Formulasi beda potensial atau tegangan adalah:
V = W/Q [volt]
Dimana:
V = beda potensial atau tegangan, dalam volt
W = usaha, dalam newton-meter atau Nm atau joule
Q = muatan listrik, dalam coulomb
RANGKAIAN LISTRIK
Pada suatu rangkaian listrik akan mengalir arus, apabila dipenuhi syarat-syarat
sebagai berikut :
1. Adanya sumber tegangan
2. Adanya alat penghubung
3. Adanya beban
Pada kondisi sakelar S terbuka maka arus tidak akan mengalir melalui beban .
Apabila sakelar S ditutup maka akan mengalir arus ke beban R dan Ampere meter akan
menunjuk. Dengan kata lain syarat mengalir arus pada suatu rangkaian harus tertutup.
1. Cara Pemasangan Alat Ukur.
Pemasangan alat ukur Volt meter dipasang paralel dengan sumber tegangan atau
beban, karena tahanan dalam dari Volt meter sangat tinggi. Sebaliknya pemasangan alat
ukur Ampere meter dipasang seri, hal inidisebabkan tahanan dalam dari Amper meter sangat
kecil.
alat ukur tegangan adalah voltmeter dan alat ukur arus listrik adalah amperemeter
2. Hukum Ohm
Pada suatu rangkaian tertutup, Besarnya arus I berubah sebanding dengan tegangan
V dan berbanding terbalik dengan beban tahanan R, atau dinyatakan dengan Rumus :
I = V/R
V=RxI
157
R = V/I
Dimana;
I = arus listrik, ampere
V = tegangan, volt
R = resistansi atau tahanan, ohm
Formula
untuk
menghtung
Daya
(P),
dalam
satuan
watt
adalah:
P=IxV
P=IxIxR
P = I x R
3. HUKUM KIRCHOFF
Pada setiap rangkaian listrik, jumlah aljabar dari arus-arus yang bertemu di satu titik
adalah nol (I=0).
158
Motor Listrik
Motor listrik termasuk kedalam kategorimesin listrik dinamis dan merupakan
sebuah
mengubah energi
mekanik. Energi mekanik ini digunakan untuk, misalnya, memutar impeller pompa, fan atau
blower, menggerakan kompresor, mengangkat bahan, dll di industri dan digunakan juga
pada peralatan listrik rumah tangga (seperti: mixer, bor listrik,kipas angin).
Motor listrik kadangkala disebut kuda kerja nya industri, sebab diperkirakan bahwa
motor-motor menggunakan sekitar 70% beban listrik total di industri. Mekanisme kerja untuk
seluruh jenis motor listrik secara umum sama (Gambar 1), yaitu:
1. Arus listrik dalam medan magnet akan memberikan gaya.
2. Jika kawat yang membawa arus dibengkokkan menjadi sebuah lingkaran/loop, maka
kedua sisi loop, yaitu pada sudut kanan medan magnet, akan mendapatkan gaya
pada arah yang berlawanan.
3. Pasangan gaya menghasilkan tenaga putar/ torsi untuk memutar kumparan.
4. Motor-motor memiliki beberapa loop pada dinamonya untuk memberikan tenaga
putaran yang lebih seragam dan medan magnetnya dihasilkan oleh susunan
elektromagnetik yang disebut kumparan medan.
Dalam memahami sebuah motor listrik, penting untuk mengerti apa yang dimaksud
dengan beban motor. Beban mengacu kepada keluaran tenaga putar/torsi sesuai dengan
kecepatan yang diperlukan. Beban umumnya dapat dikategorikan kedalam tiga kelompok:
1. Beban torsi konstan, adalah beban dimana permintaan keluaran energinya bervariasi
dengan kecepatan operasinya, namun torsi nya tidak bervariasi. Contoh beban
dengan torsi konstan adalah conveyors, rotary kilns, dan pompa displacement
konstan.
2. Beban dengan torsi variabel, adalah beban dengan torsi yang bervariasi dengan
kecepatan operasi. Contoh beban dengan torsi variabel adalah pompa sentrifugal
dan fan (torsi bervariasi sebagai kwadrat kecepatan).
3. Beban dengan energi konstan, adalah beban dengan permintaan torsi yang berubah
dan berbanding terbalik dengan kecepatan. Contoh untuk beban dengan daya
konstan adalah peralatan-peralatan mesin.
159
.
Gambar 1. Prinsip Dasar Kerja Motor Listrik.
luas.
Kutub medan. Secara sederhada digambarkan bahwa interaksi dua kutub magnet
akan menyebabkan perputaran pada motor DC. Motor DC memiliki kutub medan
yang stasioner dan dinamo yang menggerakan bearing pada ruang diantara kutub
medan. Motor DC sederhana memiliki dua kutub medan: kutub utara dan kutub
selatan. Garis magnetik energi membesar melintasi bukaan diantara kutub-kutub dari
utara ke selatan. Untuk motor yang lebih besar atau lebih komplek terdapat satu atau
lebih elektromagnet. Elektromagnet menerima listrik dari sumber daya dari luar
sebagai penyedia struktur medan.
160
Dinamo. Bila arus masuk menuju dinamo, maka arus ini akan menjadi elektromagnet.
Dinamo yang berbentuk silinder, dihubungkan ke as penggerak untuk menggerakan
beban. Untuk kasus motor DC yang kecil, dinamo berputar dalam medan magnet
yang dibentuk oleh kutub-kutub, sampai kutub utara dan selatan magnet berganti
lokasi. Jika hal ini terjadi, arusnya berbalik untuk merubah kutub-kutub utara dan
selatan dinamo.
161
Kecepatan pada prakteknya konstan tidak tergantung pada beban (hingga torsi
tertentu setelah kecepatannya berkurang, lihat Gambar 4) dan oleh karena itu cocok
untuk penggunaan komersial dengan beban awal yang rendah, seperti peralatan
mesin.
Kecepatan dapat dikendalikan dengan cara memasang tahanan dalam susunan seri
dengan dinamo (kecepatan berkurang) atau dengan memasang tahanan pada arus
medan (kecepatan bertambah).
c.
Motor DC daya sendiri: motor seri. Dalam motor seri, gulungan medan (medan shunt)
dihubungkan secara seri dengan gulungan dinamo (A) seperti ditunjukkan dalam
gambar 5. Oleh karena itu, arus medan sama dengan arus dinamo.
Berikut tentang kecepatan motor seri (Rodwell International Corporation, 1997; L.M.
Harus dihindarkan menjalankan motor seri tanpa ada beban sebab motor akan
mempercepat tanpa terkendali. Motor-motor seri cocok untuk penggunaan yang
memerlukan torque penyalaan awal yang tinggi, seperti derek dan alat pengangkat
hoist (lihat Gambar 5).
162
163
Ns = 120 f / P
Dimana:
f = frekwensi dari pasokan frekwensi
P= jumlah kutub
164
Motor induksi. Motor induksi merupakan motor yang paling umum digunakan pada
berbagai peralatan industri. Popularitasnya karena rancangannya yang sederhana,
murah dan mudah didapat, dan dapat langsung disambungkan ke sumber daya AC.
Komponen Motor induksi memiliki dua komponen listrik utama (Gambar 8):
1. Rotor. Motor induksi menggunakan dua jenis rotor:
-
Rotor kandang tupai terdiri dari batang penghantar tebal yang dilekatkan dalam
petak-petak slots paralel. Batang-batang tersebut diberi hubungan pendek pada
kedua ujungnya dengan alat cincin hubungan pendek.
Lingkaran rotor yang memiliki gulungan tiga fase, lapisan ganda dan terdistribusi.
Dibuat melingkar sebanyak kutub stator. Tiga fase digulungi kawat pada bagian
dalamnya dan ujung yang lainnya dihubungkan ke cincin kecil yang dipasang pada
batang as dengan sikat yang menempel padanya.
2. Stator. Stator dibuat dari sejumlah stampings dengan slots untuk membawa
gulungan tiga fase. Gulungan ini dilingkarkan untuk sejumlah kutub yang tertentu.
Gulungan diberi spasi geometri sebesar 120 derajat .
Motor induksi satu fase. Motor ini hanya memiliki satu gulungan stator, beroperasi
dengan pasokan daya satu fase, memiliki sebuah rotor kandang tupai, dan
memerlukan sebuah alat untuk menghidupkan motornya. Sejauh ini motor ini
merupakan jenis motor yang paling umum digunakan dalam peralatan rumah tangga,
seperti kipas angin, mesin cuci dan pengering pakaian, dan untuk penggunaan
hingga 3 sampai 4 Hp.
Motor induksi tiga fase. Medan magnet yang berputar dihasilkan oleh pasokan tiga
fase yang seimbang. Motor tersebut memiliki kemampuan daya yang tinggi, dapat
memiliki kandang tupai atau gulungan rotor (walaupun 90% memiliki rotor kandang
tupai); dan penyalaan sendiri. Diperkirakan bahwa sekitar 70% motor di industri
menggunakan jenis ini, sebagai contoh, pompa, kompresor, belt conveyor, jaringan
listrik , dan grinder. Tersedia dalam ukuran 1/3 hingga ratusan Hp.
165
166
Gambar 9 menunjukan grafik torsi vs kecepatan motor induksi AC tiga fase dengan
arus yang sudah ditetapkan. Bila motor:
Mulai menyala ternyata terdapat arus nyala awal yang tinggi dan torsi yang rendah
(pull-up torque).
Mencapai 80% kecepatan penuh, torsi berada pada tingkat tertinggi (pull-out
torque) dan arus mulai turun.
Pada kecepatan penuh, atau kecepatan sinkron, arus torsi dan stator turun ke nol.
167
168