LP Hiperemesis Gravidarum TITA HARTATI
LP Hiperemesis Gravidarum TITA HARTATI
LP Hiperemesis Gravidarum TITA HARTATI
HIPEREMESIS GRAVIDARUM
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas
Dosen Koordinator : Monna Maharani Hidayat, M.Kep., Ns.Sp.Kep.Mat
Dosen Pembimbing : Siti Nurbayanti Awaliyah, M.kep., Ns.Sp.Kep.Mat
Disusun Oleh :
TITA HARTATI
NPM : 214121027
CIMAHI
2022
1. Pengertian
Hiperemesis gravidarum merupakan ibu hamil yang mengalami mual muntah
yang berlebih, dapat menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari sehingga
membahayakan kesehatan bagi janin dan ibu, bahkan dapat menyebabkan kematian.
Selain itu, mual muntah juga berdampak negative bagi ibu hamil, seperti aktivitas
sehari-hari menjadi terganggu. Biasanya mual muntah sering terjadi saat pagi hari,
bahkan dapat timbul kapan saja maupun terjadi kadang dimalam hari. Gejala tersebut
40-60% biasa terjadi pada multigravida (Rocmawati, 2011).
Hiperemesis gravidarum adalah mual (nausea) dan muntah sebagai suatu gejala
yang wajar yang terjadi pada kehamilan trimester 1, 6 minggu kehamilan. Mual
biasanya terjadi pada pagi hari dan gejala ini biasa berlangsung 10 minggu (Kadir et al,
2019).
Hiperemesis gravidarum adalah keadaan dimana penderita mual dan muntah lebih
dari 10 kali dalam 24 jam,sehingga mengganggu kesehatan dan pekerjaan sehari-hari
(Arief B, 2009)
Dapat disimpulkan dari pengertian diatas bahwa hyperemesis gravidarum adalah
ibu hamil yang mengalami mual muntah yang berlebih, yang terjadi pada kehamilan
trimesester 1, kurang lebih 6 minggu kehamilan, dimana penderita mual dan muntah ini
terjadi lebih dari 10 kali dalam 24 jam, sehingga dapat mengganggu kesehatan bagi janin
dan ibu.
2. Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti
bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik, juga tidak ditemukan kelainan
biokimia. Perubahan-perubahan anatomik pada otak, jantung, hati, dan susunan saraf,
disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat-zat lain akibat inanisi. Menurut (Khayati,
2013) terdapat beberapa faktor predisposisi dan faktor lain, yaitu :
a. Faktor predisposisi : primigravida, overdistensi rahim (hidramnion, kehamilan
ganda, estrogen dan HCG tinggi, mola hidatidosa)
b. Faktor organik : masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal, perubahan
metabolik akibat hamil, resistensi yang menurun dari pihak ibu dan alergi.
c. Faktor psikologis : rumah tangga yang retak, hamil yang tidak diinginkan, takut
terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu
dan kehilangan pekerjaan.
Selain itu menurut (Jusuf CE, 2016) riwayat gestasi juga dapat mempengaruhi
penyebab hiperemesis, dimana ibu hamil yang mengalami mual dan muntah sekitar 60-
80% pada (primigravida), 40-60% pada (multigravida).
3. Patofisiologi
Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen yang biasa terjadi
pada trimester I. bila perasaan terjadi terus-menerus dapat mengakibatkan cadangan
karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak
yang tak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseto-asetik, asam
hidroksida butirik dan aseton darah. Muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga caira
ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan klorida darah turun. Selain itu
dehidrasai menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang.
Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkuang pula
tertimbunnya zat metabolik yang toksik. Disamping dehidrasi dan gangguan
keseimbangan elektrolit. Disamping dehidraasi dan gangguan keseimbangan elektrolit,
dapat terjadi robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung (sindroma mollary-
weiss), dengan akibat perdarahan gastrointestinal (Fadlun dkk).
4. Pathway
Defisit
Nutrisi
- Berat badan menurun
- Lidah mengering
- Mata cekung
Tingkat II (sedang)
- Terjadi komplikasi fatal pada susunan saraf yang dikenal dengan enselopati
wernicke dengan gejala nistagmus, diplopia dan penurunan mental
- Timbul ikterus yang menunjukkan adanya payah hati
6. Klasifikasi (Jika Ada)
Klasifikasi Hiperemesis Gravidarum Menurut (Khayati, 2013) :
1. Hiperemesis gravidarum tingkat I
Hiperemesis gravidarum tingkat I mempunyai gejala seperti: lemah, nafsu makan
menurun; berat badan menurun; nyeri epigastrium; penurunan tekanan darah sistolik;
lidah kering; turgor kulit kurang; dan mata cekung.
2. Hiperemesis gravidarum tingkat II
Hiperemesis gravidarum tingkat II mempunyai gejala seperti: mual muntah hebat;
keadaan umum lemah; apatis; nadi cepat dan kecil; lidah kering dan kotor; suhu
badan meningkat (dehidrasi); mata cekung dan ikterik ringan; oliguria dan konstipasi;
nafas bau aseton dan aseton dalam urin
3. Hiperemesis gravidarum tingkat III
Hiperemesis gravidarum tingkat III mempunyai gejala seperti: keadaan umum
jelek; mual muntah berhenti; kesadaran menurun (somnolen hingga koma); nadi
kecil, cepat dan halus; suhu badan meningkat; dehidrasi hebat; tekanan darah turun
sekali; ikterus dan terjadi komplikasi fatal ensefalopati Wernicke (nistagmus,
diplopia, perubahan mental).
7. Pemeriksaan Penunjang (Sesuai Teori)
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada penyakit hiperemesis gravidarum
menurut (Nurarif & Kusuma, 2016) :
a. USG (dengan menggunakan waktu yang tepat) : mengkaji usia gestasi janin dan
adanya gestasi multipel, mendeteksi abnormalitas janin, melokalisasi plasenta
b. Urinalisis : kultur, mendeteksi bakteri,BUN
c. Pemeriksaan fungsi hepar : AST, ALT dan kadar LDH
8. Penatalaksanaan Klinik (Sesuai Teori)
Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada kasus hiperemesis gravidarum menurut
(Khayati, 2013) yaitu dengan cara :
a. Memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang
fisiologik.
b. Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah gejal yang
fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan.
c. Menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil
tetapi sering.
d. Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur,
terlebih dahulu makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat.
e. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindari.
f. Makanan disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin.
g. Menghindari kekurangan karbodidrat merupakan faktor penting, dianjurkan makanan
yang banyak mengandung gula.
Apabila dengan cara diatas keluhan dan gejala tidak mengurang, maka diperlukan seperti
:
a. Obat-obatan
1) Sedativa : Phenobarbital
2) Vitamin : Vitamin B1 dan B6 atau B kompleks
3) Anti histamine : dramamin, avomin
4) Anti emetik (pada keadaan lebih berat) : Dislikomin hidrokloride atau
khlorpromasine.
5) Penanganan hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu dikelola
di rumah sakit
b. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah danperedaran udara
yang baik, catat cairan yang keluar masuk, hanya dokter dan perawat yang boleh
masuk ke dalam kamar penderita sampai muntah berhenti pada penderita mau
makan. Tidak diberikan makanan atau minuman dan selama 24 jam.
c. Terapi psikologika
e. Menghentikan kehamilan
Bila keadaan memburuk dilakukan pemeriksaan medik dan psikiatrik, manifestasi
komplikasi organis adalah delirium, takikardi, ikterus, anuria dan perdarahan
dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan
keadaan yang memerlukan pertimbangan gugur kandung diantaranya:
1) Gangguan kejiwaan ditandai dengan : delirium, apatis, somnolen sampai
koma, terjadi gangguan jiwa.
2) Gangguan penglihatan ditandai dengan : pendarahan retina, kemunduran
penglihatan.
3) Ganggguan faal ditandai dengan : hati dalam bentuk ikterus, ginjal dalam
bentuk anuria, jantung dan pembuluh darah terjadi nadi meningkat, tekanan
darah menurun.
9. Komplikasi (Sesuai Teori)
a. Dehidrasi
Dehidrasi muncul karena kekurangan cairan karena muntah. Keadaan ini
menyebabkan cairan ekstraseluler dan plasma berkurang sehingga volume cairan
dalam pembuluh darah berkurang dan aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini
menyebabkan jumlah zat makanan (nutrisi) dan oksigen yang akan diantarkan
ke jaringan mengurang pula. Dampak dari keadaan ini terhadap kesehatan ibu adalah
menurunnya keadaan umum, munculnya tanda-tanda dehidrasi (dalam berbagai
tingkatan tergantung beratnya hiperemesis gravidum), dan berat badan ibu
berkurang. Risiko dari keadaan ini terhadap ibu adalah kesehatan yang menurun
dan bisa terjadi syok serta terganggunya aktivitas sehari-hari ibu. Dampak dari
keadaan ini terhadap kesehatan janin adalah berkurangnya asupan nutrisi dan
oksigen yang diterima janin. Risiko dari keadaan ini adalah tumbuh kembang janin
akan terpengaruh.
b. ketidakseimbangan elektrolit.
Ketidakseimbangan elektrolit muncul akibat cairan ekstraseluler dan plasma
berkurang. Natrium dan klorida darah akan turun. Kalium juga berkurang sebagai
akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal. Dampak dari keadaan
ini terhadap kesehatan ibu adalah bertambah buruknya keadaan umum dan akan
muncul keadaan alkalosis metabolik hipokloremik (tingkat klorida yang rendah
bersama dengan tingginya kadar HCO3 & CO2 dan meningkatnya pH darah).
Risiko dari keadaan ini terhadap kesehatan ibu adalah bisa munculnya gejala-gejala
dari hiponatremi, hipokalemi, dan hipokloremik yang akan memperberat keadaan
umum ibu. Dampak keadaan ini terhadap kesehatan janin adalah juga akan
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin. tidak sempurna, maka
terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik,
dan aseton dalam darah. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan ke jaringan
berkurang dan tertimbunnya zat metabolik yang toksik. Dampak dari keadaan ini
terhadap kesehatan ibu adalah kekurangan sumber energi, terjadinya metabolisme
baru yang memecah sumber energi dalam jaringan, berkurangnya berat badan ibu,
dan terciumnya bau aseton pada pernafasan. Risikonya bagi ibu adalah kesehatan
dan asupan nutrisi ibu terganggu. Dampak keadaan ini terhadap kesehatan janin
adalah berkurangnya asupan nutrisi bagi janin. Risiko bagi janin adalah pertumbuhan
dan perkembangan akan terganggu.
c. Terjadinya robekan pada selaput jaringan esofagus dan lambung.
Keadaan ini dapat menyebabkan perdarahan gastrointestinal. Pada umumnya
robekan yang terjadi berupa robekan kecil dan ringan. Perdarahan yang muncul
akibat robekan ini dapat berhenti sendiri. Keadaan ini jarang menyebabkan tindakan
operatif dan tidak diperlukan transfusi.
10. Pengkajian Asuhan Keperawatan Sesuai Data Fokus (Sesuai Teori)
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali
masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien baik secara bio, psiko,
sosial dan spiritual (Dermawan 2012).
a. Identitas klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, tanggal MRS,
diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama adalah keluhan yang harus ditanyakan dengan singkat. Keluhan
utama ditanyakan untuk mngetahui alasan klien datang. Biasanya pada kasus
hiperemesis gravidarum klien merasakan beberapa keluhan seperti mual muntah
yang berlebihan.
c. Riwayat kesehatan
Pada pengkajian riwayat kesehatan, data yang dikaji adalah riwayat kesehatan
dahulu, riwayat kesehatan sekarang dan riwayat kesehatan keluarga.
berisi tentang pengkajian data yang dilakukan untuk menentukan apakah yang
dirasakan saat ini. Biasanya pada pasien hiperemesis gravidarum mengeluh mual
dan muntah berlebihan, merasa lemah dan kelelahan, merasa haus dan terasa
asam dimulut,, konstipasi dan demam.
2) Riwayat kesehatan keluarga
berisi tentang pengkajian apakah keluarga pasien memiliki riwayat penyakit
kronis, menular, dan menahun seperti penyakit jantung, hipertensi, diabetes,
TBC, hepatitis dan penyakit kelamin. yang merupakan salah satu faktor
predisposisi terjadinya hiperemesis gravidarum.
d. Riwayat perkawinan
Pada riwayat perkawinan hal yang perlu dikaji adalah menikah sejak usia berapa,
lama pernikahan, berapa kali menikah, status pernikahan saat ini. Biasanya pada
kasus ini terjadi pada perkawinan usia muda.
e. Riwayat obstetri
Pada pengkajian riwayat obstetri meliputi riwayat kehamilan, persalinan dan nifas
yang lalu, berpa kali ibu hamil, penolong persalinan, dimana ibu bersalin, cara
bersalin, jumlah anak, apakah pernah abortus, dan keadaan nifas yang lalu.
f. Riwayat persalinan sekarang
Meliputi tanggal persalinan, jenis persalinan, lama persalinan, jenis kelamin anak,
keadaan anak.
g. Riwayat KB
Pengkajian riwayat KB dilakukan untuk mengetahui apakah klien pernah ikut
program KB, jenis kontrasepsi, apakah terdapat keluhan dan msalah dalam
penggunaan kontrasepsi tersebut, dan setelah masa nifas ini akan menggunakan
alat kontrasepsi apa.
h. Pola-pola fungsi kesehatan
1) Pengkajian pola fungsi kesehatan terdiri dari pola nutrisi dan metabolisme
biasanya terjadi peningkatan nafsu makan karena adanya kebutuhan untuk
memenuhi kebutuhan nutrisinya.
2) Pola aktifitas biasanya pada pasien hiperemesis gravidarum biasanya
dilakukan tirah baring.
3) Pola istirahat dan tidur biasasnya terjadi perubahan yang disebabkan oleh
mual dan muntah.
4) Pola reproduksi biasanya terjadi disfungsi seksual yang diakibatkan
kelemahan yang disebabkan oleh mual muntah.
i. Pemeriksaan Fisik
1) Pada pemeriksaan kepala
meliputi bentuk kepala, kulit kepala, apakah ada lesi atau benjolan, dan kesan
wajah
2) Pada pemeriksaan mata
pada ibu yang mengalami bendungan ASI meliputi bentuk simetris, kedua
payudara tegang, ada nyeri tekan, kedua puting susu menonjol, areola hitam,
warna kulit tidak kemerahan, ASI belum keluar atau ASI hanya keluar sedikit.
meliputi inspeksi dan palpasi (amati ada atau tidak pulsasi, amati peningkatan
kerja jantung atau pembesaran, amati ictus kordis), perkusi (menentukan
batas-batas jantung untuk mengetahui ukuran jantung), auskultasi (bunyi
jantung).
10) Pada pemeriksaan abdomen
meliputi inspeksi ( apakah terdapat striae dan linea), auskultasi (peristaltic
usus normal 5-35 kali permenit), palpasi (terdapat benjolan atau tidak).
11) Pada pemeriksaan genetalia eksterna
meliputi inspeksi (apakah ada hematoma, oedema,tanda-tanda infeksi,periksa
lokhea meliputi warna, jumlah, dan konsistensinya).
12) Pada pemeriksaan kandung kemih
diperiksa apakah kandung kemih penuh atau tidak, jika penuh minta ibu untuk
berkemih, jika ibu tidak mampu lakukan kateterisasi.
13) Pada pemeriksaan anus
diperiksa apakah ada hemoroid atau tidak.
14) Pada pemeriksaan integument
meliputi warna, turgor, kerataan warna, kelembaban, temperatur kulit, tekstur,
hiperpigmentasi, oedem.
15) Pada pemeriksaan ekstermitas
meliputi ada atau tidaknya varises, oedema, reflek patella, reflek Babinski,
nyeri tekan atau panas pada betis, pemeriksaan human sign.
DO :
- Gelisah
- Tampak lemah
Gangguan rasa nyaman
- Menunjukan gejala
distress
DO :
- Tekanan darah Dehidrasi
berubah
- Terlihat lemah
Hemokonsentrasi
Penurunan ATP
Kelemahan Otot
Intoleransi aktivitas
Keperawatan Keperawatan
Edukasi
1) Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
2) Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis. Pereda
nyeri, antiemetik). Jika perlu
2) Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu.
Edukasi
1) Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
2) Anjurkan menghindari perubahan
posisi mendadak
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian cairan IV
isotonis (mis. MaCl, RL)
2) Kolaborasi pemberian cairan IV
hipotonis (mis. Glukosa 25%,
NaCl 0,4%)
3) Kolaborasi pemberian cairan
koloid (mis. Albumin,
plasmanate)
4) Kolaborasi pemberian produk
darah
Terapeutik
1) Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. Hypnosis, relaksasi napas
dalam, terapi music,
aromaterapi,dll)
2) Kontrol lingkungan yang
memperberat nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencaahayaan,
kebisingan)
3) Fasilitasi istirahat dan tidur
4) Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
1) Jelaskan penyebab, periode dan
pemicu nyeri
2) Jelaskan strategi meredakan nyeri
3) Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
4) Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
5) Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk meredakan nyeri
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
Observasi
1) Identifikasi pengalaman mual
2) Identifikasi isyarat non verbal
ketidaknyamanan
3) Identifikasi dampak mual
terhadap kualitas hidup (mis.
Nafsu makan, aktivitas, kinerja,
tanggung jawab peran, dan tidur)
4) Identifikasi factor penyebab mual
(mis. Pengobatan dan prosedur)
5) Identifikasi antiemetic untuk
mencegah mual (kecuali mual
pada kehamilan)
6) Monitor mual (mis. Frekuensi,
durasi dan tingkat keparahan)
7) Monitor asupan nutrisi dan kalori
Terapeutik
1) Kendalikan factor lingkungan
penyebab mual (mis. Bau tidak
sedap, suara, dan rangsangan
visual yang tidak menyenangkan)
2) Kurangi atau hilangkan penyebab
mual (mis. Kecemasan,
ketakutan, kelelahan)
3) Berikan makanan dalam jumlah
kecil dan menarik
4) Berikan makanan dingin, cairan
bening, tidak berbau, tidak
berwarna jika perlu
Edukasi
1) Anjurkan istirahat dan tidur yang
cukup
2) Anjurkan sering membersihkan
mulut, kecuali jika merangsang
mual
3) Anjurkan makanan tinggi
karbohidrat dan rendah lemak
4) Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengatasi mual (mis.
Hypnosis, relaksasi, akupresurm
terapi music)
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian antiemetic
jika perlu
Observasi
1) Identifikasi karakteristik muntah
(mis. Warna, konsistensi, adanya
darah, waktu, frekuensi dan
durasi)
2) Periksa volume muntah
3) Identifikasi riwayat diet
(makanan yang disukai dan tidak
disukai,budaya)
4) Identifikasi factor penyebab
muntah (mis. Pengobatan dan
prosedur)
5) Identifikasi kerusakan esophagus
dan faring posterior jika muntah
terlalu lama
6) Monitor keseimbangan cairan dan
elektrolit
Terapeutik
1) Kontrol factor lingkungan
penyebab muntah (mis. Bau tidak
sedap, suara dan stimulasi visual
yang tidak menyenangkan)
2) Kurangi atau hilangkan keadaan
penyebab muntah (mis.
Kecemasan dan ketakutan)
3) Atur posisi untuk mencegah
aspirasi
4) Pertahankan kepatenan jalan
napas
5) Bersihkan mulut dan hidung
6) Berikan dukungan fisik saat
muntah (mis. Membatu
membungkuk atau menundukan
kepala)
7) Berikan kenyamanan selama
muntah (mis. Kompres dingin di
dahi, atau sediakan pakaian
kering dan bersih)
8) Berikan cairan yang tidak
mengandung karbonasi minimal
30 menit setelah muntah
Edukasi
1) Anjurkan membawa kantong
plastic untuk menampung
muntah
2) Anjurkan memperbanyak istirahat
3) Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengelola muntah (mis.
Hypnosis, relaksasi, terapi music,
akupresur)
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian antiemetic
jika perlu
Edukasi
1) Anjurkan tirah baring
2) Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
3) Anjurkan menghubungi perawat
jika tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
4) Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi
1) Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
Kadir, Irna Nisaulkhusna, Sitti Saleha, and Nadyah Antenatal Care pada Ny “N” dengan
Hiperemesis Gravi Nadyah. "Manajemen Asuhan Kebidanan darum Tingkat III di
Rsud Syekh Yusuf Gowa Tanggal 3 Juni-12 Juli Yusuf Gowa Tanggal 3 Juni-12
Juli 2019." Jurnal Mid 2019." Jurnal Midwifery 1.2 (2019).
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta :
DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta :
DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta :
DPP PPNI.