LP Maternitas Hiperemesis Gravidarum Fajar Indah

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS


DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM

Disusun Oleh:

FAJAR INDAH YULIATI S.Kep.


NIM : 2019030086

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANG
TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan yang berjudul laporan pendahuluan maternitas

dengan hiperemesis gravidarum. Yang disusun oleh: Fajar Indah Yuliati

S.Kep.

Telah diperiksa dan disahkan oleh pembimbing pada:

Hari :………………..

Tanggal : ………………

Mahasiswa

Fajar Indah Yuliati, S.Kep.

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

................................................... ...................................................
NPP: ............................................. NPP: .............................................
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar Hiperemesis Gravidarum


1. Pengertian
Hiperemesis gravidarum adalah keluhan mual dan muntah hebat lebih
dari 10 kali sehari dalam masa kehamilan yang dapat menyebabkan
kekurangan cairan, penurunan berat badan, atau gangguan elektrolit,
sehingga menganggu aktivitas sehari-hari dan membahayakan janin dalam
kandungan (Kadir et al, 2019).
Hiperemesis gravidarum dapat mempengaruhi status kesehatan ibu
serta tumbuh kembang janin, pada kehamilan 16 minggu pertama 70-80%
wanita mengalami mual dan muntah, 60% wanita mengalami muntah,
sementara 33% wanita hanya mengalami mual. Apabila semua makanan
yang dimakan dimuntahkan pada ibu hamil, maka berat badan akan
menurun, turgor kulit berkurang dan timbul asetonuria (Morgan et al,
2010).
2. Klasifikasi
Klasifikasi Hiperemesis Gravidarum Menurut (Khayati, 2013) :
a. Tingkat I
1) Ibu merasa lemah
2) Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum
3) Nafsu makan tidak ada
4) Berat badan menurun, temperatur tubuh meningkat
5) Nadi meningkat sekitar 100 per menit dan tekanan darah sistolik
menurun
6) Turgor kulit mengurang
7) Lidah mengering mata cekung
8) Merasa nyeri pada epigastrium
b. Tingkat II
1) Ibu tampak lebih lemah dan apatis
2) Berat badan turun
3) Tensi turun, nadi kecil dan cepat
4) Suhu kadang-kadang naik
5) Mata sedikit ikterik dan cekung
6) Turgor kulit lebih mengurang
7) Lidah mengering dan tampak kotor
8) Hemokonsentrasi, oliguria, konstipasi
9) Aseton tercium dalam hawa pernapasan, karena mempunyai aroma
yang khas dan dapat pula ditemukan dalam kencing
c. Tingkat III
1) Keadaan umum lebih parah
2) Muntah berhenti
3) Kesadaran menurun dari somnolen sampai koma
4) Nadi kecil dan cepat
5) Suhu meningkat
6) Tensi menurun
7) Mulut kering dan kotor, pernapasan bau aseton
8) Mata cekung dan timbulnya ikterus
3. Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada
bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik, juga tidak
ditemukan kelainan biokimia. Perubahan-perubahan anatomik pada otak,
jantung, hati, dan susunan saraf, disebabkan oleh kekurangan vitamin serta
zat-zat lain akibat inanisi. Menurut (Khayati, 2013) terdapat beberapa
faktor predisposisi dan faktor lain, yaitu :
a. Faktor predisposisi : primigravida, overdistensi rahim (hidramnion,
kehamilan ganda, estrogen dan HCG tinggi, mola hidatidosa)
b. Faktor organik : masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal,
perubahan metabolik akibat hamil, resistensi yang menurun dari pihak
ibu dan alergi.
c. Faktor psikologis : rumah tangga yang retak, hamil yang tidak
diinginkan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap
tanggung jawab sebagai ibu dan kehilangan pekerjaan

Selain itu menurut (Jusuf CE, 2016) riwayat gestasi juga dapat
mempengaruhi penyebab hiperemesis, dimana ibu hamil yang mengalami
mual dan muntah sekitar 60-80% pada (primigravida), 40-60% pada
(multigravida).

4. Manifestasi klinis
Tanda gejala Hiperemesis Gravidarum Menurut (Khayati, 2013) :
Gejala utama hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah saat hamil,
yang bisa terjadi hingga lebih dari 3-4 kali sehari. Kondisi ini bisa sampai
mengakibatkan hilangnya nafsu makan dan penurunan berat badan.
Muntah yang berlebihan juga dapat menyebabkan ibu hamil merasa
pusing, lemas, dan mengalami dehidrasi.
Selain mual dan muntah secara berlebihan, penderita hiperemesis
gravidarum juga dapat mengalami gejala tambahan berupa :
a. Sakit kepala
b. Konstipasi
c. Sangat sensitif terhadap bau
d. Produksi air liur berlebihan
e. Inkontinensia urine
f. Jantung berdebar

Gejala hiperemesis gravidarum biasanya muncul di usia kehamilan 4-


6 minggu dan mulai mereda pada usia kehamilan 14-20 minggu.

Mual dan muntah yang dirasakan ibu hamil cenderung akan membuat
mereka menjadi lebih lemah dan akan meningkatkan kecemasaan terhadap
kejadian yang lebih parah. Masalah psikologis juga berperan pada
parahnya mual dan muntah serta perkembangan hiperemesis gravidarum.
Masalah psikologis yang terjadi pada ibu hamil akan cenderung
mengalami mual dan muntah dalam kehamilan, atau memperburuk gejala
yang sudah ada serta mengurangi kemampuan untuk mengatasi gejala
normal. Selain itu ketidakseimbangan psikologis ibu hamil seperti cemas,
rasa bersalah, mengasihani diri sendiri, ingin mengatasi konflik secara
serius, ketergantungan atau hilang kendali akan memperberat keadaan
mual dan muntah yang dialaminya sehingga akan lebih ditakutkan keadaan
mual muntah tersebut menjadi lebih buruk dan menyebabkan terjadinya
hiperemesis gravidarum (Tiran, 2008).

5. Patofisiologi
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan
muntah pada hamil muda terjadi terus menerus dapat menyebabkan
dehidrasi dan tidak seimbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik.
Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan
lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang
tidak sempurna terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik,
asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah. Kekurangan volume cairan
yang diminum dan kehilangan karena muntah menyebabkan dehidrasi
sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan khlorida
air kemih turun. Selain itu juga dapat menyebabkan hemokonsentrasi
sehingga aliran darah berkurang. Kekurangan kalium sebagai akibat dari
muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal menambah frekuensi
muntah lebih banyak, dapat merusak hati dan terjadilah lingkaran yang
sulit dipatahkan. Selain dehidrasi dan terganggunya keseimbangan
elektrolit dapat terjadi robekan pada selaput lender esophagus dan
lambung (Sindroma Mallory Weiss) dengan akibat perdarahan
gastrointestinal (Khayati, 2013).
6. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada penyakit hiperemesis
gravidarum menurut (Nurarif & Kusuma, 2016) :
a. USG (dengan menggunakan waktu yang tepat) : mengkaji usia gestasi
janin dan adanya gestasi multipel, mendeteksi abnormalitas janin,
melokalisasi plasenta
b. Urinalisis : kultur, mendeteksi bakteri,BUN
c. Pemeriksaan fungsi hepar : AST, ALT dan kadar LDH
7. Penatalaksanaan hiperemesis gravidarum
Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada kasus hiperemesis gravidarum
menurut (Khayati, 2013) yaitu dengan cara :
a. Memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai
suatu proses yang fisiologik.
b. Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah gejal
yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah
kehamilan 4 bulan.
c. Menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam
jumlah kecil tetapi sering.
d. Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari
tempat tidur, terlebih dahulu makan roti kering atau biskuit dengan teh
hangat
e. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindari.
f. Makanan disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin.
g. Menghindari kekurangan karbodidrat merupakan faktor penting,
dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula.

Apabila dengan cara diatas keluhan dan gejala tidak mengurang, maka
diperlukan seperti :

a. Obat-obatan
1) Sedativa : Phenobarbital
2) Vitamin : Vitamin B1 dan B6 atau B kompleks
3) Anti histamine : dramamin, avomin
4) Anti emetik (pada keadaan lebih berat) : Dislikomin hidrokloride
atau khlorpromasine.
5) Penanganan hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu
dikelola di rumah sakit
b. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan
peredaran udara yang baik, catat cairan yang keluar masuk, hanya
dokter dan perawat yang boleh masuk ke dalam kamar penderita
sampai muntah berhenti pada penderita mau makan. Tidak diberikan
makanan atau minuman dan selama 24 jam.
c. Terapi psikologika
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat
disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi
pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik.
d. Cairan parenteral
Cairan yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukosa
5% dalam cairan fisiologis (2-3 liter/hari), dapat ditambah kalium dan
vitamin (vitamin B komplek, vitamin C), bila kekurangan protein
dapat diberiakan asam amino secara intravena, bila dalam 24 jam
penderita tidak muntah dan keadaan umum membaik dapat diberikan
minuman dan lambat laun makanan yang tidak cair.
e. Menghentikan kehamilan
Bila keadaan memburuk dilakukan pemeriksaan medik dan psikiatrik,
manifestasi komplikasi organis adalah delirium, takikardi, ikterus,
anuria dan perdarahan dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan
untuk mengakhiri kehamilan keadaan yang memerlukan pertimbangan
gugur kandung diantaranya:
1) Gangguan kejiwaan ditandai dengan : delirium, apatis, somnolen
sampai koma, terjadi gangguan jiwa.
2) Gangguan penglihatan ditandai dengan : pendarahan retina,
kemunduran penglihatan.
3) Ganggguan faal ditandai dengan : hati dalam bentuk ikterus, ginjal
dalam bentuk anuria, jantung dan pembuluh darah terjadi nadi
meningkat, tekanan darah menurun.
8. Pathway
B. Konsep Asuhan Keperawatan
Proses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan
dalam praktik keperawatan, terdiri atas lima tahap yang berurutan dan saling
berhubungan, yaitu pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi dan
evaluasi. Tahap-tahap tersebut berintegrasi terhadap fungsi intelektual
problem solving dalam mendefinisikan suatu asuhan keperawatan (Salam,
2013). Pada tahap pengkajian peneliti memakai model keperawatan berfokus
pada perawatan diri yang bertujuan untuk menurunkan tuntutan self care pada
tingkat dimana klien dapat memenuhinya, ini berarti menghilangkan self care
deficit meliputi Universal Self Care Requisite, Developmental Self Care
Requisite, Health Deviation Self Care, Nursing System dan Nursing Agency
Berikut lima tahap konsep asuhan keperawatan dengan menggunakan
pendekatan perawatan diri pada klien dengan hyperemesis gravidarum:
1. Pengkajian
a. Universal Self Care Requisite : udara, air makanan dan eliminasi,
aktifitas dan istirahat, solitude dan interaksi sosial, pencegahan
kerusakan hidup, kesejahteraan dan peningkatan fungsi manusia.
b. Developmental Self Care Requisite, berhubungan dengan kondisi yang
meningkatkan proses pengembangan siklus kehidupan seperti
(pekerjaan baru, perubahan struktur tubuh dan kehilangan rambut).
c. Health Deviation Self Care, berhubungan dengan akibat terjadinya
perubahan struktur normal dan kerusakan integritas individu untuk
melakukan self care akibat suatu penyakit atau injury.
d. Nursing System, didesain oleh perawat didasarkan pada kebutuhan self
care dan kemampuan pasien melakukan self care. Jika ada self care
defisit, self care agency dan kebutuhan self care therapeutic maka
keperawatan akan diberikan
e. Nursing Agency, suatu properti atau atribut yang lengkap diberikan
untuk orang-orang yang telah didik dan dilatih sebagai perawat yang
dapat melakukan, mengetahui dan membantu orang lain untuk
menemukan kebutuhan self care terapeutic mereka, melalui pelatihan
dan pengembangan self care agency menemukan kebutuhan self care
terapeutic mereka, melalui pelatihan dan pengembangan self care
agency.

Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan


atau masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis,
psikologis, social dan spiritual, yaitu :

a. Pengkajian data dasar (nama, umur, sex, status kesehatan, status


perkembangan, orientasi sosio-kultural, riwayat diagnostik dan
pengobatan, faktor sistem keluarga) ; Pola hidup ; Faktor lingkungan.
b. Observasi status kesehatan klien Untuk menemukan masalah
keperawatan berdasarkan self care defisit, maka perawat perlu
melakukan pengkajian kepada klien melalui observasi berdasarkan
klasifikasi tingkat ketergantungan klien yang terdiri dari Minimal
Care, Partial Care, Total Care.
c. Pengembangan model keperawatan Orem dengan masalah fisiologis
yang terdiri dari pemenuhan kebutuhan oksigen, pemenuhan
kebutuhan cairan dan elektrolit, gangguan mengunyah, gangguan
menelan, pemenuhan kebutuhan eliminasi/pergerakan bowel, urinary,
excrements, menstruasi, pemenuhan kebutuhan aktivitas dan istirahat.

Secara rinci pengembangan model keperawatan dengan masalah fisiologis


adalah sebagai berikut :

1) Pemenuhan kebutuhan Oksigen/Udara


a. Saluran Pernafasan : Sumbatan pada saluran pernafasan oleh benda
asing, Kelainan pada saluran pernafasan daaan peningkatan
resistensi jalan pernafasan.
b. Pengembangan kapasitas vital paru : Restraksi paru. Penurunan
pengembangan paru, Perubahan jaringan paru terhadap pemenuhan
kapasitas vital paru, Keterbatasan ekspansi dada, Pengaruh
muskuler dan neuro terhadap pengembangan paru.
c. Ventilasi alveolar optimal : Alveoli yang terganggu, Penurunan
jumlah alveolus, Kehilangan alveolus dan kapiler pulmonal.
d. Mempertahankan keseimbangan gas diantara alveolus dan paru :
Hipoventilasi alveolar, Penebalan alveolar dan membran kapiler,
Rendahnya aliran darah paru terhadap ventilasi, Penurunan
kapasitas oksigen.
e. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap saraf sentral : Aktifitas
ritme otomatis di medula oblongata, Reseptor regulasi kimia
(kemoreseptor).
f. Terhentinya pernafasan sementara : Kekejangan umum, Tangis
anak-anak.
g. Tidak ada respirasi : Apneu yang muncul pada bayi normal, Apneu
dengan pasien preterm, Apneu pada 24 jam pertama, Apneu pada
penyakit kardiorespiratori, Apneu akibat gangguan metabolic.
h. Distres respiratori : Ansietas, Histeria dan gangguan emosional,
Patologi pada jantung dan paru, Pernafasan periodik pada bayi
preterm, Dispneu dan sianosis pada bayi baru lahir, Penurunan
respiratory rate dan kapasitas vital (kakeksia dan malnutrisi).
i. Peningkatan kerja pernafasan : Injuri.
2) Pemenuhan kebutuhan air/cairan dan makanan/nutrisi
a. Keadaan yang berkaitan dengan kebutuhan cairan:
Kemampuan/ketidakmampuan, kegagalan mengkomunikasikan
kebutuhannya, Kondisi pemasukan/input asupan nutrisi.
b. Jenis makanan dan cairan yang tidak disukai dan mempengaruhi :
Yang berbeda dengan kebiasaan, Yang berbeda dari standar, Yang
bertentangan dengan kondisi individu.
c. Kondisi internal dan eksternal pemasukan makanan dan cairan :
Hal-hal yang perlu diperhatikan (Kondisi fisik, Stimulasi fisik,
Perilaku yang tidak biasa, Kondisi lingkungan yang mempengaruhi
asupan), Manfaat asupan cairan makanan.
d. Kondisi natural terkait dengan asupan cairan dan makanan ke
dalam mulut
o Status / tingkat perkembangan.
o Abnormalitas pada mulut dan wajah.
o Obstruksi-inflamasi dan lesi pada mulut.
o Pengeluaran sekresi dari mulut dan hidung.
o Kesulitan untuk membuka dan menutup mulut.
o Prosedur pembedahan pada mulut, rahang dan lidah yang
mempengaruhi pemasukan cairan dan nutrisi.
o Pertukaran jaringan lunak di mulut : Efek dari kekurangan
nutrisi dan adanya pembatasan asupan, Atropi mukosa mulut
pada orang tua sehingga kemampuan merasakan menurun dan
adanya sensasi terbakar pada mulut.
o Posisi tubuh yang terganggu pada saat makan dan minum tidak
mampu membuka mulut.
o Kondisi gangguan mengunyah : Kondisi gigi dan rahang,
Kondisi otot untuk mengunyah, Nyeri saat mengunyah akibat
lesi pada jaringan lunak dan tulang, Berkurangnya jumlah
saliva, Kebiasaan tidak mengunyah makanan.
3) Pemenuhan kebutuhan eliminasi dan ekskresi
a. Perubahan pergerakan bowel dan feces : Konstipasi-diare, Perubahan
kepadatan, warna dan karakteristik faeces, Perubahan intregitas
bowel, fungsi, dan perubahan struktur.
b. Perubahan pola urinary, urin dan integritas organ : Perubahan pola
urinary, Perubahan kualitas dan kuantitas urine, Perubahan struktur
dan fungsi integritas organ.
c. Perubahan pola keringat : Keringat berkurang, Keringat meningkat.
d. Perasaan dan emosi yang mempengaruhi : Ketidaknyamanan atau
nyeri, Kecemasan atau ansietas akibat gangguan.
e. Tingkah laku selama perawatan : Pergerakan yang sulit, Tidak
nyaman atau nyeri pada saat pergerakan.
f. Lingkungan : Jamban, Sanitari lingkungan, Privasi pada saat BAB
dan BAK, Berbeda setiap individu.
4) Aktivitas dan istirahat
a. Tingkat aktivitas sehari-hari : Pola aktivitas sehari-hari,
Jenis,frekuensi dan lamanya latihan fisik.
b. Tingkat kelelahan : Aktivitas yang membuat lelah, Riwayat sesak
nafas.
c. Gangguan pergerakan : Penyebab gangguan pergerakan, Tanda dan
gejala, Efek dan gangguan pergerakan.
d. Pemeriksaan fisik : Tingkat kesadaran, Postur atau bentuk tubuh,
Ekstremitas.
5) Keselamatan dan keamanan
a. Faktor-faktor yang berhubungan dengan sistem sensori komunikasi
pasien seperti adanya perubahan perilaku pasien karena gangguan
sensori komunikasi : Halusinasi, Gangguan proses piker, Kelesuan,
Ilusi, Kebosanan dan tidak bergairah, Perasaan terasing, Kurangnya
konsentrasi, Kurangnya koordinasi dan keseimbangan.
b. Faktor resiko yang berhubungan dengan keadaan pasien : Kesadaran
menurun, Kelemahan fisik, Imobillisasi, Penggunaan alat bantu
2. Diagnosa keperawatan
Keputusan tentang penentuan diagnosa keperawatan terkait dengan
masalah fisiologis terhadap kehamilan ibu dan mengurangi penyebab
hiperemesis gravidarum pada ibu hamil. Berdasarkan Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia (PPNI, 2017) diagnosa keperawatan yang muncul
sebagai berikut :
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat pernapasan,
penurunan energi, kecemasan
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (mis.
inflamasi, iskemia, neoplasma)
c. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, kekurangan
intake cairan
d. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan,
ketidakmampuan mencerna makanan, peningkatan kebutuhan
metabolisme, faktor psikologis (mis. stress, keengganan untuk makan)
e. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan Perubahan
status nutrisi (kelebihan atau kekurangan), kekurangan/kelebihan
volume cairan, penurunan mobilitas, perubahan hormonal, suhu
lingkungan yang ekstrem
f. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit,
ketidakadekuatan sumber daya (mis.dukungan finansial, social dan
pengetahuan), gangguan adaptasi kehamilan
g. Konstipasi berhubungan dengan fisiologis (penurunan motilitas
gastrointestinal, ketidakcukupan asupan serat, ketidakcukupan asupan
cairan, kelemahan otot abdomen), psikologis (depresi), situasional
(ketidakadekuatan toileting)
h. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi, terpapar lingkungan panas,
ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan, peningkatan laju
metabolisme
i. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen, tirah baring, kelemahan, imobilitas
3. Intervensi keperawatan

No. Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


keperawatan
1. Pola napas Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan napas (I.01011)
tidak efektif keperawatan diharapkan Observasi
(D.0005) pola napas membaik 1. Monitor pola napas (frekuensi,
(L.01004) Kriteria hasil : kedalaman, usaha napas)
1. Ventilasi semenit 2. Monitor bunyi napas tambahan
meningkat (mis. gurgling, mengi,
2. Kapasitas vital wheezing, ronkhi kering)
meningkat 3. Monitor sputum (jumlah,
3. Diameter thoraks warna, aroma)
anterior-posterior Terapeutik
meningkat 1. Pertahankan kepatenan jalan
4. Tekanan ekspirasi napas dengan head-tilt dan
meningkat chin-lift (jaw-thrust jika curiga
5. Tekanan inspirasi trauma servikal)
meningkat 2. Posisikan semi-Fowler atau
6. Dispnea menurun Fowler
7. Penggunaan otot bantu 3. Berikan minum hangat
napas menurun 4. Lakukan fisioterapi dada, jika
8. Pemanjangan fase perlu
ekspirasi menurun 5. Lakukan penghisapan lender
9. Ortopnea menurun kurang dari 15 detik
10. Pernapasan pursed-lip 6. Lakukan hiperoksigenasi
menurun sebelum penghisapan
11. Pernapasan cuping endotrakeal
hidung menurun 7. Keluarkan sumbatan benda
12. Frekuensi napas padat dengan forsep McGill
membaik 8. Berikan oksigen, jika perlu
13. Kedalaman napas Edukasi
membaik 1. Anjurkan asupan cairan 2000
14. Ekskursi dada ml/hari, jika tidak
membaik kontraindikasi
2. Anjurkan teknik batuk efektif
Kolaborasi 1
Kolaborasi
Pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu
2. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri (I.08238)
(D.0077) keperawatan diharapkan Observasi
tingkat nyeri menurun 1. Identifikasi lokasi,
(L.08066) Kriteria hasil : karekteristik, durasi, frekuensi,
 Keluhan nyeri menurun kualitas, intensitas nyeri
 Meringis menurun 2. Identifikasi skala nyeri
 Sikap protektif menurun 3. Identifikasi respons nyeri non
 Gelisah menurun verbal

 Kesulitan tidur menurun 4. Identifikasi faktor yang

 Menarik diri menurun memperberat dan


memperingan nyeri
 Berfokus pada diri
5. Identifikasi pengetahuan dan
sendiri menurun
keyakinan tentang nyeri
 Diaforesis menurun
6. Identifikasi pengaruh budaya
 Perasaan depresi
terhadap respon nyeri
(tertekan) menurun
7. Identifikasi pengaruh nyeri
 Perasaan takut
pada kualitas hidup
mengalami cedera
8. Monitor keberhasilan terapi
berulang menurun
komplementer yang sudah
 Anoreksia menurun
diberikan
 Perineum terasa
9. Monitor efek samping
tertekan menurun
penggunaan analgesic
 ) Uterus teraba
Terapeutik
membulat menurun
1. Berikan teknik non
 Ketegangan otot
farmakologis untuk
menurun
mengurangi rasa nyeri (mis.
 Pupil dilatasi menurun
TENS, hypnosis, akupresur,
 Muntah menurun terapi music, biofeedback,
 Mual menurun terapi pijat, aromaterapi, teknik
 Frekuensi nadi membaik imajinasi terbimbing, kompres
 Pola napas membaik hangat/dingin, terapi bermain)
 Tekanan darah membaik 2. Kontrol lingkungan yang
 Proses berpikir membaik memperberat rasa nyeri (mis.
 Fokus membaik suhu ruangan, pencahayaan,

 Fungsi berkemih kebisingan)

membaik 3. Fasilitasi istirahat dan tidur

 Perilaku membaik 4. Pertimbangkan jenis dan


sumber nyeri dalam pemilihan
 Nafsu makan membaik
 Pola tidur membaik strategi meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
3. Hipovolemia Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipovolemia (I.03116)
(D.0023) keperawatan diharapkan Observasi
status cairan membaik 1. Periksa tanda dan gejala
(L.03028) Kriteria hasil : hipovolemia (mis. frekuensi
1. Kekuatan nadi nadi meningkat, nadi teraba
meningkat lemah, tekanan darah menurun,
2. Turgor kulit meningkat tekanan nadi menyempit,
3. Output urine meningkat turgor kulit menurun, membran
4. Pengisian vena mukosa kering, volume urine
meningkat menurun, hematocrit
5. Ortopnea menurun meningkat, haus, lemah)
6. Dispnea menurun 2. Monitor intake dan output
7. Paradoxymal Nocturnal cairan
Dyspnea (PND) Terapeutik
menurun 1. Hitung kebutuhan cairan
8. Edema anasarka 2. Berikan posisi modified
menurun Trendelenburg
9. Edema perifer menurun 3. Berikan asupan cairan oral
10. Berat badan meningkat Edukasi
11. Distensi vena jugularis 1. Anjurkan memperbanyak
menurun asupan cairan oral
12. Suara napas tambahan 2. Anjurkan menghindari
menurun perubahan posisi mendadak
13. Kongesti paru menurun Kolaborasi
14. Perasaan lemah 3. Kolaborasi pemberian cairan
menurun 1 IV isotonis (mis. NaCl, RL)
15. Keluhan haus menurun 4. Kolaborasi pemberian cairan
16. Konsentrasi urine IV hipotonis (mis. glukosa
menurun 2,5%, NaCl 0,4%)
17. Frekuensi nadi Kolaborasi
membaik 1. Pemberian cairan koloid (mis.
18. Tekanan darah albumin, Plasmanate)
membaik 2. Pemberian produk darah
19. Tekanan nadi membaik
20. Membran mukosa
membaik
21. Jugular Venous
Pressure (JVP)
membaik
22. Kadar Hb membaik
23. Kadar Ht membaik
24. Central Venous
Pressure membaik
25. Refluks hepatojugular
membaik
26. Berat badan membaik
27. Hepatomegali membaik
28. Oliguria membaik
29. Intake cairan membaik
30. Status mental membaik
31. Suhu tubuh membaik
4. Defisit Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi (I.03119)
Nutrisi keperawatan diharapkan Observasi
(D.0019) status nutrisi membaik 1. Identifikasi status nutrisi
(L.03030) Kriteria hasil : 2. Identifikasi alergi dan
1. Kekuatan otot intoleransi makanan
pengunyah meningkat 3. Identifikasi makanan yang
2. Kekuatan otot menelan disukai
meningkat 4. Identifikasi kebutuhan kalori
3. Serum albumin dan jenis nutrien
meningkat 5. Identifikasi perlunya
4. Verbalisasi keinginan penggunaan selang nasogastric
untk meningkatkan 6. Monitor asupan makanan
nutrisi meningkat 7. Monitor berat badan
5. Pengetahuan tentang 8. Monitor hasil pemeriksaan
pilihan makanan yang laboratorium
sehat meningkat Terapeutik
6. Pengetahuan tentang 1. Lakukan oral hygiene sebelum
pilihan minuman yang makan, jika perlu
sehat meningkat 2. Fasilitasi menentukan pedoman
7. Pengetahuan tentang diet (mis. piramida makanan)
standar asupan nutrisi 3. Sajikan makanan secara
yang tepat meningkat menarik dan suhu yang sesuai
8. Penyiapan dam 4. Berikan makanan tinggi serat
penyimpanan minuman untuk mencegah konstipasi
yang aman meningkat 5. Berikan makanan tinggi kalori
9. Sikap terhadap dan tinggi protein
makanan/minuman 6. Berikan suplemen makanan,
sesuai dengan tujuan jika perlu
kesehatan meningkat 7. Hentikan pemberian makan
10. Perasaan cepat kenyang melalui selang nasogastrik jika
menurun asupan oral dapat ditoleransi
11. Nyeri abdomen Edukasi
menurun 1. Anjurkan posisi duduk, jika
12. Sariawan menurun mampu
13. Rambut rontok 2. Anjurkan diet yang
menurun diprogramkan
14. Diare menurun Kolaborasi
15. Berat badan membaik 1. Kolaborasi pemberian
16. Indeks Massa Tubuh medikasi sebelum makan (mis.
(IMT) membaik pereda nyeri, antiemetik), jika
17. Frekuensi makan perlu
membaik 2. Kolabor asi dengan ahli gizi
18. Nafsu makan membaik untuk menentukan jumlah
19. Bising usus membaik kalori dan jenis nutrien yang
20. Tebal lipatan kulit dibutuhkan, jika perlu
trisep membaik
21. Membran mukosa
membaik
5. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Perawatan integritas kulit
integritas keperawatan diharapkan (I.11353)
kulit/jaringan integritas kulit dan Observasi
(D.0129) jaringan meningkat  Identifikasi penyebab gangguan
(L.14125) Kriteria hasil : integritas kulit (mis. perubahan
1. Elastisitas meningkat sirkulasi, perubahan status
2. Hidrasi meningkat nutrisi, penurunan kelembaban,
3. Perfusi jaringan suhu lingkungan ekstrem,
meningkat penurunan mobilitas)
4. Kerusakan jaringan Terapeutik
menurun 1. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah
5. Kerusakan lapisan kulit baring
menurun 2. Lakukan pemijatan pada area
6. Nyeri menurun penonjolan tulang, jika perlu
7. Perdarahan menurun 3. Bersihkan perineal dengan air
8. Kemerahan menurun hangat, terutama selama periode
9. Hematoma menurun diare
10. Pigmentasi 4. Gunakan produk berbahan
abnormal menurun petrolim atau minyak pada kulit
11. Jaringan parut kering
menurun 5. Gunakan produk berbahan
12. Nekrosis menurun ringan/alami dan hipoalergik
13. Abrasi kornea pada kulit sensitive
menurun 6. Hindari produk berbahan dasar
14. Suhu kulit alcohol pada kulit kering
membaik Edukasi
15. Sensasi membaik 1. Anjurkan menggunakan
16. Tekstur membaik pelembab (mis. lotion, serum)
17. Pertumbuhan 2. Anjurkan minum air yang
rambut membaik cukup
3. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
4. Anjurkan meningkatkan
asupan buah dan sayur
5. Anjurkan menghindari terpapar
suhu ekstrem
6. Anjurkan menggunakan tabir
surya SPF minimal 30 saat
berada di luar rumah
7. Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya
6. Konstipasi Setelah dilakukan tindakan Manajemen eleminasi fekal
(D.0049) keperawatan diharapkan (I.04151)
eliminasi fekal membaik Observasi
(L.04033) Kriteria hasil : 1. Identifikasi masalah usus dan
1. Kontrol pengeluaran penggunaan obat pencahar
feses meningkat 2. Identifikasi pengobatan yang
2. Keluhan defekasi lama berefek pada kondisi
dan sulit menurun gastrointestinal
3. Mengejan saat defekasi 3. Monitor buang air besar (mis.
menurun warna, frekuensi, volume)
4. Distensi abdomen 4. Monitor tanda dan gejala diare,
menurun konstipasi, atau impaksi
5. Teraba massa pada Terapeutik
rektal menurun 1. Berikan air hangat setelah
6. Urgency menurun makan
7. Nyeri abdomen 2. Jadwalkan waktu defekasi
menurun bersama pasien
8. Kram abdomen 3. Sediakan makanan tinggi serat
menurun Edukasi
9. Konsistensi feses 1. Jelaskan jenis makanan yang
membaik membantu meningkatkan
10. Frekuensi defekasi peristaltik usus
membaik 2. Anjurkan mencatat warna,
11. Peristaltik usus frekuensi, konsistensi, volume
membaik feses
3. Anjurkan meningkatkan
aktifitas fisik, sesuai toleransi
4. Anjurkan pengurangan asupan
makanan yang meningkatkan
pembentukam gas
5. Anjurkan mengkonsumsi
makanan yang mengandung
tinggi serat
6. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan, jika tidak ada
kontraindikasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat
supositoria anal, jika perlu
7. Hipertermi Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipertermia (I.15506)
(D.0130) keperawatan diharapkan Observasi
termoregulasi membaik 1. Identifikasi penyebab
(L.14134) Kriteria hasil : hipertermia (mis. dehidrasi,
1. Menggigil menurun terpapar lingkungan panas,
2. Kulit merah menurun penggunaan incubator)
3. Kejang menurun 2. Monitor suhu tubuh
4. Akrosianosis menurun 3. Monitor kadar elektrolit
5. Konsumsi oksigen 4. Monitor haluaran urine
menurun 5. Monitor komplikasi akibat
6. Piloereksi menurun hipertermia
7. Vasokontriksi perifer Terapeutik
menurun 1. Sediakan lingkungan yang
8. Kutis memorata dingin
menurun 2. Longgarkan atau lepaskan
9. Pucat menurun pakaian
10. Takikardi menurun 3. Basahi dan kipasi permukaan
11. Takipnea menurun tubuh
12. Bradikardi menurun 4. Berikan cairan oral
13. Dasar kuku sianotik 5. Ganti linen setiap hari atau
menurun lebih sering jika mengalami
14. Hipoksia menurun hiperhidrosis (keringat
15. Suhu tubuh membaik berlebih)
16. Suhu kulit membaik 6. Lakukan pendinginan eksternal
17. Kadar glukosa darah (mis. selimut hipotermia atau
membaik kompres dingin pada dahi,
18. Ventilasi membaik leher, dada, abdomen, aksila)
19. Tekanan darah 7. Hindari pemberian antipiretik
membaik atau aspirin
8. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
 Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
Kolaborasi
 Pemberian cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
8. Intoleransi Setelah dilakukan tindakan Manajemen energi (I.05178)
aktivitas keperawatan diharapkan Observasi
(D.0056) toleransi aktivitas 1. Identifikasi gangguan fungsi
meningkat (L.05047) tubuh yang mengakibatkan
Kriteria hasil : kelelahan
1. Frekuensi nadi 2. Monitor kelelahan fisik dan
meningkat emosional
2. Saturasi oksigen 3. Monitor pola dan jam tidur
meningkat 4. Monitor lokasi dan
3. Kemudahan dalam ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas melakukan aktivitas
sehari-hari meningkat Terapeutik
4. Kecepatan berjalan 1. Sediakan lingkungan nyaman
meningkat dan rendah stimulus (mis.
5. Jarak berjalan cahaya, suara, kunjungan)
meningkat 2. Lakukan latihan rentang gerak
6. Kekuatan tubuh bagian pasif dan/atau aktif
atas meningkat 3. Berikan aktivitas distraksi yang
7. Kekuatan tubuh bagian menenangkan
bawah meningkat 4. Fasilitasi duduk di sisi tempat
8. Toleransi dalam tidur, jika tidak dapat
menaiki tangga berpindah atau berjalan
meningkat Edukasi
9. Keluhan lelah menurun 1. Anjurkan tirah baring
10. Dispnea saat aktivitas 2. Anjurkan menghubungi
menurun perawat jika tanda dan gejala
11. Dispnea setelah kelelahan tidak berkurang
aktivitas menurun 3. Ajarkan strategi koping untuk
12. Perasaan lemah mengurangi kelelahan
menurun Kolaborasi
13. Aritmia saat aktivitas  Kolaborasi dengan ahli gizi
menurun tentang cara meningkatkan
14. Aritmia setelah asupan makanan
aktivitas menurun
15. Sianosis menurun
16. Warna kulit membaik
17. Tekanan darah
membaik
18. Frekuensi napas
membaik
19. EKG iskemia membaik

4. Implementasi keperawatan
Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplimentasikan
intervensi keperawatan. Implementasi merupakan langkah keempat dari
proses keperawatan yang telah direncanakan oleh perawat untuk
dikerjakan dalam rangka membantu klien untuk mencegah, mengurangi,
dan menghilangkan dampak atau respons yang ditimbulkan oleh masalah
keperawatan dan kesehatan (Ali, 2014).
Implementasi keperawatan direncanakan dengan tujuan klien mampu
melakukan perawatan diri secara mandiri (self care) dengan penyakit yang
ia alami sehingga klien mencapai derajat kesembuhan yang optimal dan
efektif. Sehingga kemandirian pada ibu hamil dengan hiperemesis
gravidarum dapat meningkat dengan dilakukan tindakan keperawatan
untuk mengurangi penyebab terjadinya mual muntah yang berlebih dan
memberikan rasa nyaman dan aman pada ibu.
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai
apakah tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak
untuk mengatasi suatu masalah. Pada tahap evaluasi, perawat dapat
mengetahui seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaan telah tercapai (Ali, 2014). Evaluasi dilakukan untuk
mengetahui perkembangan klien atas tindakan yang telah dilakukan
sehingga dapat disimpulkan apakah tujuan asuhan keperawatan tercapai
atau belum. Hal ini terkait dengan kemampuan ibu hamil dengan
hiperemesis gravidarum dalam kemandiriannya dan mencegah timbulnya
kembali masalah yang pernah dialami. Pada ibu hamil dengan hiperemesis
gravidarum dapat mengevaluasi kemandiriannya dalam mengatasi masalah
yang dialami, meliputi seluruh aspek baik bio-psikososial dan spiritual.

Daftar Pustaka

Adriana, L. (2011). hiperemesis gravidarum. Phys. Rev. E, 24. Retrieved from


http://ridum.umanizales.edu.co:8080/jspui/bitstream/6789/377/4/Muñoz_Z
ap ata_Adriana_Patricia_Artículo_2011.pdf (diakses tanggal 10 Agustus
2021)

Aguswati, F. (2012). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fera Aguswati,


Kebidanan DIII UMP, 2016 12. 12–76. (diakses tanggal 10 Agustus 2021)

Ali, Z. (2014). Dasar-Dasar Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : EGC

Dzikirullah Rizki. (2013). WOC Hiperemesis. Retrieved from


https://www.scribd.com/document/133425510/woc-hiperemesis (diakses
tanggal 10 Agustus 2021)

Fitriya, E. (2017). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Eni Fitriya, Fakultas Ilmu


Kesehatan UMP, 2017. 1–79 (diakses tanggal 10 Agustus 2021)

Handayani, R. (2017). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat


Kecemasan Menjelang Persalinan Pada Ibu Primigravida Trimester III di
Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya Padang Tahun 2012. NERS
Jurnal Keperawatan, 11. https://doi.org/10.25077/njk.11.1.60-69.2015
(diakses tanggal 10 Agustus 2021)

Hiperemesis, W. (2019). Aktivasi dan stimulasi CT2. (2), 2019. Retrieved from
https://pdfslide.net/download/link/woc-hiperemesis-gravidarum-2 Irna
(diakses tanggal 10 Agustus 2021)

Nisaulkhusna Kadir, Sitti Saleha, N. (2019). Manajemen Asuhan Kebidanan


Antenatal Care pada Ny “N” dengan Hiperemesis Gravidarum Tingkat III
di Rsud Syekh Yusuf Gowa Tanggal 3 Juni-12 Juli 2019. 1(2), 110–128.
Retrieved from
http://journal.uinalauddin.ac.id/index.php/jmidwifery/article/view/10832
(diakses tanggal 10 Agustus 2021)

Khayati, N. (2013). Asuhan Kebidanan Ibu..., Nur Khayati, Kebidanan DIII UMP,
2013. 11–68

Morgan, Gerri. (2009). Obstetri dan genekologi panduan praktik. Jakarta : EGC

Pokja SDKI. 2017. Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta. Dewan


Pusat PPNI

Pokja SIKI. 2017. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta. Dewan


Pusat PPNI

Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil


Keperawatan (1st ed.). (2019). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia. Retrieved from http://www.innappni.or.id
(diakses tanggal 10 Agustus 2021)

Vikanes, A.V., Stoer, N.C., Magnus, P., Grjibovski,A.M. (2013). Hyperemesis


Gravidarum and Pregnancy Outcomes in the Norwegian Mother and
Child Cohort – a Cohort Study. BioMed Central Pragnancy and Childbirth,
13: 169. Wikipedia. (2020). Morning sickness. Retrieved from
https://en.wikipedia.org/wiki/Morning_sickness (diakses tanggal 10
Agustus 2021)
Willy, T. (2019). Hiperemesis gravidarum. Retrieved from
https://www.alodokter.com/hiperemsis-gravidarum
https://lib.akpermpd.ac.id/index.php?
p=show_detail&id=1035&keywords=Rahma lia https://www.sc
ribd.com/document/365063549/Hiperemesis-PDF (diakses tanggal 10
Agustus 2021)

Anda mungkin juga menyukai