LP Maternitas Hiperemesis Gravidarum Fajar Indah
LP Maternitas Hiperemesis Gravidarum Fajar Indah
LP Maternitas Hiperemesis Gravidarum Fajar Indah
Disusun Oleh:
S.Kep.
Hari :………………..
Tanggal : ………………
Mahasiswa
................................................... ...................................................
NPP: ............................................. NPP: .............................................
LAPORAN PENDAHULUAN
Selain itu menurut (Jusuf CE, 2016) riwayat gestasi juga dapat
mempengaruhi penyebab hiperemesis, dimana ibu hamil yang mengalami
mual dan muntah sekitar 60-80% pada (primigravida), 40-60% pada
(multigravida).
4. Manifestasi klinis
Tanda gejala Hiperemesis Gravidarum Menurut (Khayati, 2013) :
Gejala utama hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah saat hamil,
yang bisa terjadi hingga lebih dari 3-4 kali sehari. Kondisi ini bisa sampai
mengakibatkan hilangnya nafsu makan dan penurunan berat badan.
Muntah yang berlebihan juga dapat menyebabkan ibu hamil merasa
pusing, lemas, dan mengalami dehidrasi.
Selain mual dan muntah secara berlebihan, penderita hiperemesis
gravidarum juga dapat mengalami gejala tambahan berupa :
a. Sakit kepala
b. Konstipasi
c. Sangat sensitif terhadap bau
d. Produksi air liur berlebihan
e. Inkontinensia urine
f. Jantung berdebar
Mual dan muntah yang dirasakan ibu hamil cenderung akan membuat
mereka menjadi lebih lemah dan akan meningkatkan kecemasaan terhadap
kejadian yang lebih parah. Masalah psikologis juga berperan pada
parahnya mual dan muntah serta perkembangan hiperemesis gravidarum.
Masalah psikologis yang terjadi pada ibu hamil akan cenderung
mengalami mual dan muntah dalam kehamilan, atau memperburuk gejala
yang sudah ada serta mengurangi kemampuan untuk mengatasi gejala
normal. Selain itu ketidakseimbangan psikologis ibu hamil seperti cemas,
rasa bersalah, mengasihani diri sendiri, ingin mengatasi konflik secara
serius, ketergantungan atau hilang kendali akan memperberat keadaan
mual dan muntah yang dialaminya sehingga akan lebih ditakutkan keadaan
mual muntah tersebut menjadi lebih buruk dan menyebabkan terjadinya
hiperemesis gravidarum (Tiran, 2008).
5. Patofisiologi
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan
muntah pada hamil muda terjadi terus menerus dapat menyebabkan
dehidrasi dan tidak seimbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik.
Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan
lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang
tidak sempurna terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik,
asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah. Kekurangan volume cairan
yang diminum dan kehilangan karena muntah menyebabkan dehidrasi
sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan khlorida
air kemih turun. Selain itu juga dapat menyebabkan hemokonsentrasi
sehingga aliran darah berkurang. Kekurangan kalium sebagai akibat dari
muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal menambah frekuensi
muntah lebih banyak, dapat merusak hati dan terjadilah lingkaran yang
sulit dipatahkan. Selain dehidrasi dan terganggunya keseimbangan
elektrolit dapat terjadi robekan pada selaput lender esophagus dan
lambung (Sindroma Mallory Weiss) dengan akibat perdarahan
gastrointestinal (Khayati, 2013).
6. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada penyakit hiperemesis
gravidarum menurut (Nurarif & Kusuma, 2016) :
a. USG (dengan menggunakan waktu yang tepat) : mengkaji usia gestasi
janin dan adanya gestasi multipel, mendeteksi abnormalitas janin,
melokalisasi plasenta
b. Urinalisis : kultur, mendeteksi bakteri,BUN
c. Pemeriksaan fungsi hepar : AST, ALT dan kadar LDH
7. Penatalaksanaan hiperemesis gravidarum
Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada kasus hiperemesis gravidarum
menurut (Khayati, 2013) yaitu dengan cara :
a. Memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai
suatu proses yang fisiologik.
b. Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah gejal
yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah
kehamilan 4 bulan.
c. Menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam
jumlah kecil tetapi sering.
d. Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari
tempat tidur, terlebih dahulu makan roti kering atau biskuit dengan teh
hangat
e. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindari.
f. Makanan disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin.
g. Menghindari kekurangan karbodidrat merupakan faktor penting,
dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula.
Apabila dengan cara diatas keluhan dan gejala tidak mengurang, maka
diperlukan seperti :
a. Obat-obatan
1) Sedativa : Phenobarbital
2) Vitamin : Vitamin B1 dan B6 atau B kompleks
3) Anti histamine : dramamin, avomin
4) Anti emetik (pada keadaan lebih berat) : Dislikomin hidrokloride
atau khlorpromasine.
5) Penanganan hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu
dikelola di rumah sakit
b. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan
peredaran udara yang baik, catat cairan yang keluar masuk, hanya
dokter dan perawat yang boleh masuk ke dalam kamar penderita
sampai muntah berhenti pada penderita mau makan. Tidak diberikan
makanan atau minuman dan selama 24 jam.
c. Terapi psikologika
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat
disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi
pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik.
d. Cairan parenteral
Cairan yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukosa
5% dalam cairan fisiologis (2-3 liter/hari), dapat ditambah kalium dan
vitamin (vitamin B komplek, vitamin C), bila kekurangan protein
dapat diberiakan asam amino secara intravena, bila dalam 24 jam
penderita tidak muntah dan keadaan umum membaik dapat diberikan
minuman dan lambat laun makanan yang tidak cair.
e. Menghentikan kehamilan
Bila keadaan memburuk dilakukan pemeriksaan medik dan psikiatrik,
manifestasi komplikasi organis adalah delirium, takikardi, ikterus,
anuria dan perdarahan dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan
untuk mengakhiri kehamilan keadaan yang memerlukan pertimbangan
gugur kandung diantaranya:
1) Gangguan kejiwaan ditandai dengan : delirium, apatis, somnolen
sampai koma, terjadi gangguan jiwa.
2) Gangguan penglihatan ditandai dengan : pendarahan retina,
kemunduran penglihatan.
3) Ganggguan faal ditandai dengan : hati dalam bentuk ikterus, ginjal
dalam bentuk anuria, jantung dan pembuluh darah terjadi nadi
meningkat, tekanan darah menurun.
8. Pathway
B. Konsep Asuhan Keperawatan
Proses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan
dalam praktik keperawatan, terdiri atas lima tahap yang berurutan dan saling
berhubungan, yaitu pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi dan
evaluasi. Tahap-tahap tersebut berintegrasi terhadap fungsi intelektual
problem solving dalam mendefinisikan suatu asuhan keperawatan (Salam,
2013). Pada tahap pengkajian peneliti memakai model keperawatan berfokus
pada perawatan diri yang bertujuan untuk menurunkan tuntutan self care pada
tingkat dimana klien dapat memenuhinya, ini berarti menghilangkan self care
deficit meliputi Universal Self Care Requisite, Developmental Self Care
Requisite, Health Deviation Self Care, Nursing System dan Nursing Agency
Berikut lima tahap konsep asuhan keperawatan dengan menggunakan
pendekatan perawatan diri pada klien dengan hyperemesis gravidarum:
1. Pengkajian
a. Universal Self Care Requisite : udara, air makanan dan eliminasi,
aktifitas dan istirahat, solitude dan interaksi sosial, pencegahan
kerusakan hidup, kesejahteraan dan peningkatan fungsi manusia.
b. Developmental Self Care Requisite, berhubungan dengan kondisi yang
meningkatkan proses pengembangan siklus kehidupan seperti
(pekerjaan baru, perubahan struktur tubuh dan kehilangan rambut).
c. Health Deviation Self Care, berhubungan dengan akibat terjadinya
perubahan struktur normal dan kerusakan integritas individu untuk
melakukan self care akibat suatu penyakit atau injury.
d. Nursing System, didesain oleh perawat didasarkan pada kebutuhan self
care dan kemampuan pasien melakukan self care. Jika ada self care
defisit, self care agency dan kebutuhan self care therapeutic maka
keperawatan akan diberikan
e. Nursing Agency, suatu properti atau atribut yang lengkap diberikan
untuk orang-orang yang telah didik dan dilatih sebagai perawat yang
dapat melakukan, mengetahui dan membantu orang lain untuk
menemukan kebutuhan self care terapeutic mereka, melalui pelatihan
dan pengembangan self care agency menemukan kebutuhan self care
terapeutic mereka, melalui pelatihan dan pengembangan self care
agency.
4. Implementasi keperawatan
Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplimentasikan
intervensi keperawatan. Implementasi merupakan langkah keempat dari
proses keperawatan yang telah direncanakan oleh perawat untuk
dikerjakan dalam rangka membantu klien untuk mencegah, mengurangi,
dan menghilangkan dampak atau respons yang ditimbulkan oleh masalah
keperawatan dan kesehatan (Ali, 2014).
Implementasi keperawatan direncanakan dengan tujuan klien mampu
melakukan perawatan diri secara mandiri (self care) dengan penyakit yang
ia alami sehingga klien mencapai derajat kesembuhan yang optimal dan
efektif. Sehingga kemandirian pada ibu hamil dengan hiperemesis
gravidarum dapat meningkat dengan dilakukan tindakan keperawatan
untuk mengurangi penyebab terjadinya mual muntah yang berlebih dan
memberikan rasa nyaman dan aman pada ibu.
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai
apakah tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak
untuk mengatasi suatu masalah. Pada tahap evaluasi, perawat dapat
mengetahui seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaan telah tercapai (Ali, 2014). Evaluasi dilakukan untuk
mengetahui perkembangan klien atas tindakan yang telah dilakukan
sehingga dapat disimpulkan apakah tujuan asuhan keperawatan tercapai
atau belum. Hal ini terkait dengan kemampuan ibu hamil dengan
hiperemesis gravidarum dalam kemandiriannya dan mencegah timbulnya
kembali masalah yang pernah dialami. Pada ibu hamil dengan hiperemesis
gravidarum dapat mengevaluasi kemandiriannya dalam mengatasi masalah
yang dialami, meliputi seluruh aspek baik bio-psikososial dan spiritual.
Daftar Pustaka
Hiperemesis, W. (2019). Aktivasi dan stimulasi CT2. (2), 2019. Retrieved from
https://pdfslide.net/download/link/woc-hiperemesis-gravidarum-2 Irna
(diakses tanggal 10 Agustus 2021)
Khayati, N. (2013). Asuhan Kebidanan Ibu..., Nur Khayati, Kebidanan DIII UMP,
2013. 11–68
Morgan, Gerri. (2009). Obstetri dan genekologi panduan praktik. Jakarta : EGC