Pengaruh Gel Ekstrak Kelakai (Stenochlaena Pada Luka Bakar Tikus Putih (Rattus
Pengaruh Gel Ekstrak Kelakai (Stenochlaena Pada Luka Bakar Tikus Putih (Rattus
Pengaruh Gel Ekstrak Kelakai (Stenochlaena Pada Luka Bakar Tikus Putih (Rattus
Skripsi
Diajukan guna memenuhi
sebagian syarat memperoleh derajat Sarjana Kedokteran
Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat
Oleh
Rosita Putri Agustini
1710911320043
Januari 2021
PENGESAHAN SKRIPSI
Pembimbing I
Dr. Eko Suhartono, Drs, M.Si
NIP. 19680907199303 1 004 ……………….
Pembimbing II
Bambang Setiawan, S.ked., M.Biomed
NIP. 19790309200501 1 003 ……………….
Penguji I
dr. Sulandri Gusasi, Sp.BP-RE
NIP. 19700319200012 1 002 ……………….
Penguji II
dr. Lena Rosida, M.Kes
NIP. 19710615199702 2 002 ……………….
ii
Universitas Lambung Mangkurat
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
iii
Universitas Lambung Mangkurat
ABSTRAK
iv
Universitas Lambung Mangkurat
ABSTRACT
A burns is the damage or loss of tissue caused by heat sources. Burns are
trauma that damage and change the structure of tissues and various body systems.
The wound healing process consists of the inflammation, proliferation and
remodelling phases. There are various compounds that play a role in the wound
healing process, one of which is collagen, which is a protein compound that can
be a parameter in the wound healing process. Increasing collagen levels can
accelerate the healing process, this can be done by giving kelakai extract gel.
kelakai plants contain bioactive compounds such as flavonoids, steroids, and
alkaloids which can affect collagen levels in the healing process of burns. The
purpose of this study was to analyze the effect of kelakai (Stenochlaena palustris
(Burm.f) Bedd) plant extract gel on collagen in burns of white rats (Rattus
norvegicus). This research is purely experimental with posttest only with control
group design with rat research subjects (Rattus norvegicus). Twenty seven rats
(Rattus Norvegicus) wistar strain were grouped into three groups where P0 was
the control group, P1 the treatment group was given 15% kelakai extract gel and
P2 the treatment group was given 20% kelakai extract gel. The results showed an
increase in collagen levels in the P1 and P2 groups. The conclusion of this study,
giving kelakai extract gel has an effect on collagen levels in the burn healing
process.
v
Universitas Lambung Mangkurat
KATA PENGANTAR
pada Luka Bakar Tikus Putih (Rattus norvegicus)” tepat pada waktunya.
Shalawat dan salam tak lupa pula penulis haturkan kepada Nabi Muhammad
SAW, keluarga, sahabat, kerabat, dan pengikut beliau hingga akhir zaman.
Dr. Zairin Noor, dr., Sp.OT(K)., MM periode 2016-2020 dan Dr. H. Iwan
Aflanie, dr., M.Kes., Sp.F., S.H periode 2020-2024 yang telah memberi
periode 2016-2020 dan Dr. dr. Triawanti, M.Kes periode 2020-2024 yang
3. Kedua dosen pembimbing, Dr. Drs. Eko Suhartono, M.Si dan Bapak
vi
Universitas Lambung Mangkurat
4. Kedua dosen penguji dr. Sulandri Gusasi, Sp.BP-RE dan dr. Lena Rosida
5. Kedua orang tua penulis, Muhammad Yusuf dan Siti Mahani, serta seluruh
6. Rekan satu tim penelitian skripsi, Ema Fitriana, Zenita Hendra Savitri,
semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu atas sumbangan
pikiran, motivasi dan doa sehingga penulis bisa sampai di titik ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan
tetapi penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
Penulis
vii
Universitas Lambung Mangkurat
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK .............................................................................................. iv
ABSTRACT ............................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN
A. Luka .................................................................................. 8
C. Kolagen ............................................................................. 11
viii
Universitas Lambung Mangkurat
D. Tumbuhan Kelakai ............................................................ 12
E. Tikus .................................................................................. 14
B. Hipotesis ........................................................................... 21
A. Simpulan ........................................................................... 40
B. Saran ................................................................................. 40
LAMPIRAN ............................................................................................ 46
ix
Universitas Lambung Mangkurat
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
x
Universitas Lambung Mangkurat
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
5.1 Rerata Kadar Kolagen pada Kulit Tikus Kontrol dan Perlakukan .. 32
5.2 Kelompok Perlakuan BP1a dan BP1b dengan Gel Ekstrak Kelakai
15 % ................................................................................................ 36
5.3 Kelompok Perlakuan BP2a dan BP2b dengan Gel Ekstrak Kelakai
20 % ................................................................................................ 36
xi
Universitas Lambung Mangkurat
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
xii
Universitas Lambung Mangkurat
BAB I
PENDAHULUAN
kehilangan jaringan yang dapat disebabkan oleh sumber-sumber panas seperti api,
air panas, radiasi, listrik dan zat kimia. Luka bakar merupakan trauma yang
merusak dan merubah struktur jaringan maupun berbagai sistem tubuh. 1 Luka
sistemik yang sangat kompleks. Berat dan ringan luka bakar bergantung pada
jumlah area permukaan tubuh, derajat kedalaman dan lokasi luka bakar.2
berdasarkan berat ringannya yaitu luka bakar derajat I hanya mengenai epidermis
dan luka tampak sebagai eritema dengan keluhan rasa nyeri atau hipersensitivitas.
Luka bakar derajat II mencapai kedalaman dermis tetapi masih ada epitel yang
sehat gejala yang timbul nyeri, gelembung atau bula berisi cairan eksudat yang
derajat III meliputi seluruh kedalaman kulit juga subkutis atau organ yang lebih
dalam, tidak ada lagi elemen epitel sehat, kulit tampak pucat abu-abu gelap atau
hitam dengan permukaan lebih rendah dari jaringan sekeliling yang masih sehat
memiliki kejadian luka bakar tertinggi. Sebanyak 27% meninggal dunia dan 70%
1
Universitas Lambung Mangkurat
2
tertinggi terjadi pada usia 1-4 tahun sebesar 1,5%.4,5 Berdasarkan data rekam
medis di RSUD Ulin Banjarmasin jumlah kasus luka bakar cenderung menurun,
yakni 33 kasus pada tahun 2016, 32 kasus pada tahun 2017, 18 kasus pada 2018
Proses penyembuhan luka bakar terdiri atas fase inflamasi, proliferasi, dan
menuju luka, kemudian makrofag mengikuti setelah 48- 72 jam dan menjadi sel
predominan setelah hari ke-3 pasca cedera. Makrofag menghasilkan growth factor
sumber utama dari protein Extra Cellular Matrix bertugas mensintesis kolagen
dan fibronektin, dimulai pada hari ke-3 hingga 14 pasca trauma yang merupakan
penelitian Andri dan Sihombing 2017 fibroblas juga memproduksi kolagen yang
menjadi jaringan yang lebih kuat. Hasil akhir dari fase ini berupa jaringan parut
topikal yang dapat dengan mudah didapatkan masyarakat di pasaran adalah merek
komersil, namun pada beberapa orang obat ini menyebabkan iritasi kulit yang
penyembuhan luka. Oleh karena itu, diperlukan obat alternatif yang berasal dari
tumbuhan, yang dapat mengurangi efek samping dan mudah didapat. Salah satu
Kelakai (Stenochlaena palustris Burm. F.) Bedd) salah satu tanaman yang
dapat dibuat berbagai macam obat. Kelakai merupakan tanaman khas lahan rawa
demam, dan sakit kulit. Kandungan zat bioaktif pada tumbuhan kelakai adalah
fenol, tanin, flavonoid, steroid, alkaloid serta beberapa mineral seperti Ca dan zat
kelakai adalah 14,5 ± 0,7 μg/ml yang memiliki aktifitas antioksidan. 14 Selain itu,
kolagen.15
memiliki efek pada proses peyembuhan luka sebagai antioksidan, antimikroba dan
lainnya. Saat ini belum diketahui tentang efek gel ekstrak kelakai (Stenochlaena
palustris (Burm.f) Bedd) terhadap kolagen pada luka bakar. Oleh karena itu
Bedd) terhadap kolagen pada luka bakar tikus putih (Rattus norvegicu) ini perlu
dilakukan.
B. Rumusan Masalah
palustris (Burm.f) Bedd) terhadap kolagen dalam proses penyembuhan luka bakar
C. Tujuan Penelitian
ekstrak gel kelakai (Stenochlaena palustris (Burm.f) Bedd) terhadap kolagen pada
1. Mengukur kadar kolagen pada luka bakar tikus putih (Rattus norvegicus) yang
2. Mengukur perubahan kadar kolagen pada luka bakar tikus putih yang diberikan
3. Mengukur perubahan kadar kolagen pada luka bakar tikus putih yang diberikan
palustris (Burm.f) Bedd) pada luka bakar tikus putih yang ditinjau dari
D. Manfaat Penelitian
fungsi dari gel ekstrak kelakai (Stenochlaena palustris (Burm.f) Bedd) pada luka
bakar tikus putih (Rattus novergicus). Manfaat penelitian secara praktis adalah
menjadi tolak ukur proses penyembuhan luka bakar pada tikus putih yang diberi
gel ekstrak daun kelakai dan dapat memberikan informasi kepada masyarakat
E. Keaslian Penelitian
terhadap kolagen pada luka bakar tikus putih (Rattus norvegicus) dan proses
penyembuhan lukanya.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kulit
manusia yang berfungsi sebagai pertahanan tubuh dari berbagai patogen yang
berasal dari luar, pengatur suhu tubuh, absorbsi, pembentukan pigmen dan
kosmetis. Struktur kulit tersusun atas tiga lapisan epidermis, dermis dan subkutis.
substance dan selular yang terdiri atas endotel, fibroblas, sel radang, kelenjar,
folikel rambut dan saraf. Serabut kolagen dan elastik bersama membentuk
sebagian besar dermis keduanya tertanam dalam matriks yang terbentuk dari
dan mempertahankan air dalam jumlah besar sehingga berperan dalam pengaturan
Fibroblas, makrofag dan sel mast sering ditemukan pada dermis fibroblas
adalah sel sel yang memproduksi protein matriks jaringan ikat dan serabut
kolagen. Makrofag salah satu elemen pertahanan imunologik pada kulit yang
8
Universitas Lambung Mangkurat
9
suhu tubuh, cadangan energi juga menyediakan bantalan yang meredam trauma
B. Penyembuhan Luka
penyembuhan luka dapat dibagi menjadi tiga fase mulai dari inflamasi, proliferasi
late inflammation. Fase hemostasis berlangsung sejak terjadinya luka sampai kira-
kira hari kelima. Pembuluh darah yang terputus pada luka akan menyebabkan
Hemostasis terjadi karena trombosit yang keluar dari pembuluh darah saling
melekat dan bersama jala fibrin yang terbentuk, membekukan darah yang keluar
kemoatraktan yang menarik sel radang, mengaktifkan fibroblas lokal dan sel
Sedangkan pada fase late inflammation bisa terjadi pada saat terjadinya
luka sampai hari ke lima, fungsi dari fase ini adalah untuk menyingkirkan jaringan
yang mati dan mencegah terjadinya infeksi. Biasanya terjadi setelah hemostasis,
parut dan regenerasi jaringan. Fase ini dimulai pada hari ketiga setelah terjadinya
luka dan berlangsung selama 2 minggu. Hal ini ditandai dengan terjadinya migrasi
fibroblas dan deposisi matriks ekstraseluler yang baru disintesis sebagai pengganti
jaringan sementara yang terdiri dari fibrin dan fibronektin. Fase ini luka di penuhi
dengan sel radang, fibroblas dan kolagen, serta pembentukan pembuluh darah
permukaan berbenjolan halus yang disebut jaringan granulasi. Epitel tepi luka
yang terdiri atas sel basal terlepas dari dasarnya dan berpindah mengisi
permukaan luka, akan diisi oleh sel baru yang terbentuk dari proses mitosis,
proses migrasi hanya terjadi kearah yang lebih rendah atau datar. Proses ini baru
luka.19,2,21,22
dan pembentukan dari jaringan parut yang berlangsung mulai hari ke-21 sampai 1
karena proses pemnyembuhan. Udem dan sel radang diserap, sel muda menjadi
matang, kapiler baru menutup dan diserap kembali, kolagen yang berlebih diserap
dan sisanya mengerut sesuai dengan besarnya regangan. Selama proses ini
berlangsung, dihasilkan jaringan parut yang pucat, tipis dan lentur, serta mudah
digerakkan dari dasar. Akhir dari fase ini, penuaan pada kulit yang mampu
C. Kolagen
struktural di dalam tubuh. Molekul kolagen merupakan struktur yang panjang dan
kaku dengan tiga poilipeptida (disebut sebagai “rantai-α”) yang membelit satu
sama lain membentuk struktur triple helix yang menyerupai tali, seratnya fleksibel
dan tahan terhadap regangan. Peranan kolagen dalam tubuh manusia sebagai
struktur dasar pembentuk jaringan, dapat ditemukan pada semua ringan ikat
Strutur kolagen tersusun atas tiga tingkat yakni: 1.) Kerangka kovalen
terdiri dari rantai-rantai protein individual dengan bobot molekular sebesar kira-
kira 100.000 masing-masing. Kolagen kaya akan Residu asam amino yang
berlimpah yakni hidrokprolin dan hidroksilisin juga ada asam-asam yang tidak
umum 2.) Tiga rantai bergabung untuk membentuk tripel heliks dalam struktur
sekunder. Tripel heliks ini merupakan satuan struktural dasar dari kolagen dan
yang kemudian membentuk suatu ikatan atau berkas yang disebut mikrofibril. 24
struktur tersier tripel heliks. Tipe I, II, III, V, dan XI memiliki struktur berupa
kuterner fibrilar.25
Kolagen memiliki peran dalam setiap tahap proses penyembuhan luka dan
hidroksiprolin dan hidroksilisin. Kadar kolagen pada luka dapat diukur dengan
berbagai cara salah satunya secara biokimia. Kadar kolagen pada luka di ukur
D. Tumbuhan Kelakai
jenis tumbuhan paku yang memiliki panjang 5- 10 m. Akar utama kelakai secara
perlahan tumbuh di dalam tanah dengan akar rimpang yang memanjat tinggi, kuat
dan pipih. Bentuk daun kelakai menyirip tunggal. Tangkai daun berukuran 10-20
anak daun berhadap-hadapan, berwarna hijau dengan tekstur lembut ketika masih
berbentuk lanset, dengan lebar 1,5-4 cm. Sedangkan pada daun yang dewasa
Kingdom : Plantae
Division : Pterydophyta
Phylum : Tracheophyta
Kelas : Pteridopsida
Ordo : Blechnales
Family : Blechnaceae
Genus : Stenochlaena
alkaloid dan steroid. pada batang kelakai mengandung flavonoid 3,010%, steroid
antioksidan. Senyawa lain yang terkandung dalam kelakai adalah fenolik, tanin,
E. Tikus
Kingdom : Animalia
Genus : Rattus
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Rodentia
Familia : Muridae
kanker dan toksikoligi. Tikus putih (Rattus norvegicus) banyak digunakan sebagai
hewan coba hingga hewan peliharaan karena mempunyai respon yang cepat serta
dapat memberikan gambaran secara ilmiah yang mungkin terjadi pada manusia
tinggi.36,37
Berat Kelahiran 5g
Weaning Age
21 hari
(Usia mengkonsumsi makanan selain menyusui)
Usia Dewasa 7 minggu
Lama Pembiakan 12-16 bulan
Berat Dewasa Jantan 450-550g
Berat Dewasa Betina 250-300g
Masa Hidup 2.5-3.5 tahun
A. Landasan Teori
yang dapat disebabkan oleh sumber panas, luka bakar merubah struktur jaringan
maupun berbagai sistem tubuh. Proses penyembuhan luka dibagi menjadi tiga fase
Fase inflamasi terbagi dua yaitu fase inflamasi awal (hemostasis) dan
lokal pada jaringan luka yang menyebabkan aliran darah menjadi lambat sehingga
akan mensekresi sitokin pro inflamasi yang nantinya akan difagositosis oleh
makrofag. Setelah itu makrofag akan mensekresi sitokin anti inflamasi yang
nantinya akan berdegradasi. Lalu pada hari ke 5-7 limfosit T akan muncul
α dan IL-1.1,3,20
akan terjadi proses angiogenesis atau pertumbuhan pembuluh darah baru yang
16
Universitas Lambung Mangkurat
17
ekstraseluler dan kolagen juga akan meningkat sehingga fase proliferasi dapat
terselesaikan lebih cepat. Setelah terjadi proses fibroblas akan terjadi re-epitelisasi
Kadar kolagen pada luka dapat diukur dengan berbagai cara salah satunya
secara biokimia. Kadar kolagen pada luka di ukur secara biokimia dengan
dalam jaringan sebagai indeks parameter kolagen dalam kulit. Semakin tinggi
yang dapat membantu proses penyembuhan luka seperti tanin, saponin, flavonoid
dan vitamin C. Tanin berperan dalam migrasi dan proliferasi fibroblas pada luka
sehingga kontraksi luka akan lebih cepat. Tanin mampu merangsang VEGF dalam
proses angiogenesis dan berhenti jika penyembuhan luka masuk pada tahap akhir,
menghindari terbentuknya pus pada permukaan luka akibat invasi patogen yang
bisa menghambat penyembuhan.39 Selain itu tanin, saponin dan flavonoid juga
menurunkan maupun menstabilkan ROS pada fase inflamasi akhir. Asam askorbat
pengaktifan prolin dan lisin hidroksilase dari prekursor inaktif sehingga akan
Proliferasi fibroblas
Sintesis kolagen
Sintesis kolagen
Fase proliferasi
berlangsung lebih cepat
Mengalami kelainan
metabolik lainnya
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti
: Variabel pengganggu
B. Hipotesis
Bedd) terhadap kolagen dalam proses penyembuhan luka bakar pada kulit tikus
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
terdiri atas tiga kelompok penelitian, yaitu satu kelompok kontrol dan dua
( t – 1 ) ( n – 1 ) ≥ 15 t = Jumlah perlakuan
( 3 – 1 ) ( n – 1 ) ≥ 15 n = Jumlah replikasi
2 (n – 1) ≥ 15
n ≥ 8,5 ≈ 9
B. Subjek Penelitian
norvegicus) jantan galur wistar dengan umur sekitar 8 minggu dan berat badan
22
Universitas Lambung Mangkurat
23
1. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah gel ekstrak tumbuhan
kelakai (Stenochlaena palustris (Burm.f) Bedd) 15% dan 20%, tikus putih (Rattus
norvegicus), anastesi (ketamin), akuades, kassa, plester, etanol 96%, alcohol 70%,
dan bahan pakan tikus standar BR-2, hydroxyproline, HCL, larutan buffer
2. Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah plat besi ukuran 2 x 2 cm,
alat cukur, bisturi, scalpel, spuit, tabung reaksi, gelas ukur, sarung tangan, masker,
D. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Variabel bebas dari penelitian ini adalah konsentrasi gel ekstrak kelakai
2. Variabel Terikat
Variabel terikat dari penelitian ini adalah kadar kolagen pada luka bakar
3. Variabel Pengganggu
a. Umur, dikendalikan dengan memilih tikus dengan umur yang seragam yaitu 8
minggu.
b. Berat badan, dikendalikan dengan memilih tikus dengan berat badan yang
E. Definisi Operasional
dicampurkan dengan Na-CMC, gliserin, propilenkol dan air agar terbentuk gel
yang homogen.
Luka bakar dibuat dengan cara menempelkan plat besi berukuran 2x2 cm
dan tebal 2 mm yang dipanaskan di atas api bunsen selama 2-3 menit kemudian
terbentuk luka bakar derajat II. Pengamatan dilakukan selama tujuh hari.
3. Kadar Kolagen
pengamatan secara biokimia terhadap jaringan kulit yakni dengan mengukur kadar
kolagen dalam kulit, karena kolagen menjadi indeks terbentuknya jaringan atau
regenerasi kulit tersusun atas dua jenis yakni hidroksilisin dan hidroksiprolin.
F. Prosedur Penelitian
judul proposal kepada Unit P2M dan KTI. Penelitian dilakukan setelah
Setelah itu, meminta perizinan kepada yang bertanggung jawab atas Laboratorium
2. Aklimatisasi
lingkungan dan psikologis yang sama. Tikus dipelihara di Lab Biokimia dan
yang sama yaitu pakan BR-2 secara ad libitum (mengandung udara, serat kasar,
dan protein).
3. Pengelompokan tikus
P0: Tikus yang hanya diberi luka bakar, Tanpa diberi gel ekstrak kelakai
(kontrol).
P1: Tikus yang diberi luka bakar dan luka diberi gel ekstrak kelakai 15%
P2: Tikus yang diberi luka bakar, dan luka diberi gel ekstrak kelakai 20%
kering. Setelah kering daun kelakai diblender dan diambil serbuknya sebanyak 50
gram kemudian direndam dalam 250 ml pelarut etanol selama 3 hari. Kemudian
disaring sampai filtratnya jernih. Semua filtrat dijadikan satu dan kemudian
dilarutkan dalam sebagian air yang telah dipanaskan di penangas air, ditambahkan
diaduk sampai terbentuk gel yang homogen dan dikemas dalam wadah gel.
akuades.
akuades.
pada tikus. Kemudian dibuat luka bakar dengan menggunakan plat besi yang
sudah dipanaskan selama 2-3 menit lalu ditempelkan pada bagian punggung tikus
Tikus yang telah diberi luka bakar pada bagian punggung masing-masing
gel ekstrak kelakai dengan konsentrasi 15% dan 20% sebanyak 4 mg /cm2 satu
Setelah tikus diberi perlakuan tahap selanjutnya pada hari ketujuh akan
pada suhu 60-70°C selama 12-18 jam, lalu timbang masing-masing sampel
jaringan kering yang diambil, dan tambahkan 1 ml asam klorida 6M (HCL) tiap
10 mg. Homogenat kemudian diinkubasi dalam air matang selama 4 jam untuk di
hidrolisis. Hasil dari hidrolisis kemudian disentrifugasi pada 3000 rpm selama 15
dengan metode Stegemann dan Stalder (1967). Pertama Hidrolisat diencerkan dua
kali dengan larutan buffer 2 ml. Sampel yang diencerkan ditambahkan dengan
larutan berubah menjadi merah muda dan tidak ada schlieren (lapisan transparan)
yang terbentuk dalam larutan. Sampai perubahan warna stabil selama 30 menit.
Pembuatan luka bakar pada punggung tikus putih dengan ukuran 2x2
cm
BP1a: BP2a:
Tanpa diberi gel Tanpa diberi gel
ekstrak Kelakai ekstrak Kelakai
(kontrol) (kontrol)
BP1b: BP2b:
Gel ekstrak Kelakai Gel ekstrak Kelakai
BP0: Tanpa diberi
15% 20%
gel ekstrak Kelakai
sehari sekali sehari sekali
(kontrol)
sampai hari ketujuh sampai hari ketujuhh
Data yang diambil berdasarkan kepada ukuran luka pada tiga perlakuan
yang dilakukan pada hewan coba dengan variabel terikat kolagen. Pengamatan
dan perhitungan dilakukan terhadap kadar kolagen pada luka bakar tikus putih
Shapiro-Wilk (p<0,05) karena jumlah sampel yang diuji kecil (<50) dan uji
normal (nilai p-value kecil ≤ 0,05) dan tidak homogen maka dipilih uji non-
(burm.f) bedd) terhadap kolagen pada luka bakar tikus putih (Rattus norvegicus)
menggunakan sebanayak 27 ekor tikus dimana setaiap kelompok ada 9 ekor tikus,
yakni pada kelompok kontrol dengan kelompok yang diberikan perlakuan berupa
pemberian gel ekstrak kelakai sebanyak 15% dan 20%. Tabulasi data kadar
kolagen dengan spektrofotometer UV-VIS dapat dilihat pada Tabel 5.1. dan
Keterangan: BP0 = Kontrol tikus yang diberi luka bakar tanpa diberi gel ekstrak
kelakai BP1a = Tikus diberi luka bakar tanpa diberi gel ekstrak kelakai BP1b =
Tikus diberi luka bakar diberi ekstrak kelakai 15% BP2a = Tikus diberi luka bakar
tanpa diberi gel ekstrak kelakai BP2b = Tikus diberi luka Bakar diberi ekstrak
kelakai 20%
31
Universitas Lambung Mangkurat
32
1,04
1,023
1,03
1,02 1,009
Kolagen (mg/mL QE )
1,002
1,01
0,99
0,98
0,97
BP0 BP1b BP2b
Kelompok
Gambar 5.1 Rerata Kadar Kolagen pada Kulit Tikus Kontrol dan Perlakukan
Keterangan: disajikan dalam rerata ± standar deviasi. mg/mL QE: mikron
miligram/milliliter Quercetin Equivalent; BP0 (kontrol): kelompok tikus yang
tidak diberikan perlakukan; BP1b: tikus yang diberi luka bakar dan diberi gel
ekstark kelakai 15%; BP2b: tikus yang diberi luka bakar dan diberi gel ekstark
kelakai 20%
Data kemudian dilanjutkan uji homogenitas Levene’s Test dan didapatkan hasil p
= 0,013(p<0,05) yang berarti data tidak homogen. Data yang didapatkan tidak
terdistribusi normal dan tidak homogen, dapat dilihat pada tabel 5.2 dan tabel 5.3.
Oleh karena itu untuk mengetahui apakah ada perbedaan data data secara statistik
pada setiap kelompok dapat dilihat pada tabel 5.4. Hasil analisis statistik kadar
dibandingkan dengan kelompok BP1b dan BP2b (dengan gel ekstrak kelakai 15%
0,000).
Gambar 5.2 Kelompok Perlakuan BP1a dan BP1b dengan Gel Ekstrak Kelakai
15%
Gambar 5.3 Kelompok perlakuan BP2a dan BP2b dengan Gel Ekstrak Kelakai
20%
penelitian ini dapat meningkatkan kadar kolagen tikus dengan luka bakar dalam
proses penyembuhan luka lebih baik dibandingkan dengan pemberian gel ekstrak
kelakai 15% untuk perbandingan secara makroskopis luka dapat dilihat pada
gambar 5.2 dan gambar 5.3. Peningkatan kadar kolagen dipengaruhi oleh adanya
proses inflamasi melaui dua cara yaitu menghambat metabolisme asam arakidonat
dan sekresi enzim lisosom sebagai mediator inflamasi yang dapat mempengaruhi
42, 43
proses inflamasi pada fase proliferasi Senyawa flavonoid adalah antioksidan
kuat yang berfungsi melindungi tubuh dari ROS yang berlebih dan berperan untuk
TGF-β, bFGF, PDGF dan VEGF sebagai sitokin yang dibutuhkan untuk
lalu diikuti hipoksia yang mana aka mengaktivasi makrofag untuk memicu proses
jenis kolagen tipe 3 yang nantinya akan diganti dengan kolagen tipe 1 saat fase
yaitu sel yang menghasilkan kolagen akan bekerja menghubungkan jaringan pada
luka bakar.47 Proliferasi dari fibroblas menentukan hasil akhir dari penyembuhan
komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri sehingga lapisan dinding sel
tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel. 49 Alkaloid berperan
pengendapan serat kolagen dalam jaringan granulasi dan mengurangi sel inflamasi
saling terhubung membentuk vaskular yang bersifat tetap pada jaringan yang
proses perbaikan jaringan pada daerah luka dapat terjadi. Stimulator yang
berperan dalam proses terjadinya angiogenesis selama perbaikan luka antara lain
kadar laktat yang tinggi, pH asam, ROS dan penurunan tekanan oksigen dalam
jaringan. Sitokin dan faktor pertumbuhan yang terlibat dalam proses angiogenesis
antara lain basic Fibroblast Growth Factor (bFGF), Transforming Growth Factor
prostaglandin.51
kuat dan padat. Alkaloid efektif dalam meningkatkan bobot jaringan granulasi
jumlah hidroksiprolin maka semakin tinggi juga produksi kolagen dan jumlah
makrofag sebagai pertahanan terhadap infeksi didaerah luka. Tanin dan saponin
juga akan merangsang Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) yang akan
luka akibat invasi patogen yang bisa menghambat penyembuhan. Saponin juga
PENUTUP
A. Simpulan
kadar kolagen pada luka bakar tikus dibandingkan kelompok kontrol ditandai oleh
B. Saran
penulis adalah perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengevaluasi bahan
40
Universitas Lambung Mangkurat
DAFTAR PUSTAKA
41
Universitas Lambung Mangkurat
42
24. Katili AS. Struktur dan fungsi protein kolagen. Jurnal pelangi ilmu.
2009;2(5):21-29.
25. Chattopadhyay S, Raines RT. Collagen-based biomaterials for wound
healing. Biopolymers. 2014;101(8):821-833.
26. Gabbiani G, Ryan GB, Majno G. Presence of modifies fibroblasts in
granulation tissue and possible role in wound contraction. J exp med.
2010;27:549.
27. Dira, Tobat SR, Fendri STJ, et al. Pengaruh pemberian alfa mangostin
terhadap kadar hidroksiprolin pada hari ke-10 sesudah luka pada tikus putih
jantan. STIFI Perintis Padang. 2018:15-22.
28. Ayatusa’adah, Dewi NA. Inventarisasi tumbuhan paku (pteridophyta) di
kawasan kampus IAIN Palangka raya sebagai alternatif media pembelajaran
materi klasifikasi tumbuhan. Edusains: Jurnal pendidikan sains &
matematika. 2017;2(5):50-61.
29. Susanto E, Santosa TNB, Soejono AT. Komposisi gulma di kebun kelapa
sawit tm pada lahan mineral dan lahan gambut di PT Medco Agro. Jurnal
agromast. 2018;3(2):1-18.
30. Indrayanti AL, Hidayati N, Hanafi N. Studi kasus analisis pendapatan usaha
keripik kalakai imur di kota Palangka Raya. Jurnal Daun. 2016;3(1):1–6.
31. Audiana A, Astiani D, Ekyastuti W. Keanekaragaman jenis tumbuhan paku-
pakuan (pteridophyta) di lahan gambut terbuka di desa Sarang burung
kolam kecamatan Jawai kabupaten Sambas. Jurnal hutan lestari. 2020;8(2):
239 – 248.
32. Maharani DM, Haidah SN, Haiyinah. Studi potensi kelakai (Stenochlaena
Palustris (Burm.F) Bedd) sebagai pangan fungsional. Kumpul Makal
PIMNASXIX. 2006;1–13.
33. Rostinawati T, Suryana S, Fajri M, Nugrahani H. Aktivitas antibakteri
ekstrak etanol daun kelakai (Stenochlaena palustris (Burm.F) Bedd)
terhadap Salmonella typhi dan Staphylococcus aureus dengan metode difusi
agar CLSI M02-A11. Pharmauho majalah farmasi, sains dan kesehatan.
2018;1(3):1–5.
34. Nurmilatina. Analisis komposisi kimia daun kelakai (Stenochlaena palustris
Bedd.) dengan Berbagai Pelarut menggunakan GCMS. Jurnal riset industri
hasil hutan. 2017;9(1):9–16.
35. Sharp P, Villano J. Important biological features. In: Sharp P, Villano J.
editors. The laboratory rat. 2 th edition. USA: CRC press; 2012. p. 1-28.
36. Sengupta P. The laboratory rat: Relating its age with human’s. Int J Prev
Med. 2013;4(6):624–30.
37. Wolfensohn S, Lloyd M. Small laboratory animal. In: Wholfrensohn S,
Lloyd M. editors. Handbook of laboratory animal management and welfare.
3th edition. USA: Blackwell; 2003. p. 241-47.
38. Novitasari AIM, Indraswari R, Pratiwi R. Pengaruh aplikasi gel ekstrak
membran kulit telur bebek 10% terhadap kepadatan serabut kolagen pada
proses penyembuhan luka gingiva. ODONTO Dental Jurnal. 2017(4):13-20.
39. Sandhu SV, Gupta S, Singla K. Collagen in health and disease. Journal of
Orofacial Research. 2012;2(3):153-159.
40. Sucita RE, Hamid IS, Fikri F, Purnama MTE. Ekstrak etanol kayu secang
(Caesalpinia sappan L.) secara topikal efektif pada kepadatan kolagen masa
penyembuhan luka insisi tikus putih. Jurnal medik veteriner. 2019;2(2):119-
126.
41. Pakaya D. Peranan vitamin c pada kulit. Medika tadulako jurnal ilmiah
kedokteran. 2014;1(2):45-54.
42. Priamsari MR, Yuniawati NA. Skrining fitokimia dan aktivitas
penyembuhan luka bakar ekstrak etanolik morinda citrifolia l. pada kulit
kelinci (oryctolagus cuniculus). Journal of Pharmacy. 2019; 8(1): 22-28.
43. Audia M, Yuliet, Khaerati K. Efektivitas antiinflamasi ekstrak etanol daun
sumambu(hyptis capitatajacq.) pada tikusputih jantan (Rattus norvegicus L.)
yang diinduksi dengan karagenan. Biocelebes. 2018;12(2):17-23.
44. Suharto IPS, Etika AN. Ekstrak jahe (Zingiber officinale roscoe)
berpengaruh terhadap kepadatan serabut kolagen luka insisi. Jurnal Ilmiah
Ilmu Kesehatan. 2019;7(1):27-36.
45. Kumar V, Abbas AK, Fausto N, et al. Pathologic basic of disease.
Philadelphia USA: Elsevier Health Sciences. 2009:185-210.
46. Thorne CHM et al. Grabb and smith’s plastic surgery. Philadelphia:
Lippincott; 2016.
47. Sentat T,Permatasari R. Uji aktivitas ekstrak etanol daun alpukat (persea
americana mill.) terhadap penyembuhan luka bakar pada punggung mencit
putih jantan (mus musculus). 2015;1(2):100-106.
48. Sumbayak EM. Fibroblas: struktur dan peranannya dalam penyembuhan
luka. Jakarta: FK Universitas Kristen Krida. 2015:1-6.
46
Universitas Lambung Mangkurat
47
Keterangan :
BP0 = Kontrol Tikus yang diberi luka Bakar tanpa diberi gel ekstrak kelakai
BP1a = Tikus diberi luka Bakar tanpa diberi gel ekstrak kelakai
BP1b = Tikus diberi luka Bakar diberi ekstrak kelakai 15%
BP2a = Tikus diberi luka Bakar tanpa diberi gel ekstrak kelakai
BP2b = Tikus diberi luka Bakar diberi ekstrak kelakai 20%
Lampiran 5. Tabel Uji Normalitas Shapiro-Wilk dan Uji Homogenitas Levene’s Test
terhadap Rasio Integritas Kolagen
i. Spektofotometer