Skripsi Bab I-V
Skripsi Bab I-V
Skripsi Bab I-V
PENDAHULUAN
satu atau lebih elektron tidak berpasangan, sifatnya sangat labil dan sangat
reaktif. Secara garis besar radikal bebas berperan penting pada kerusakan
jaringan dan proses patologi dalam organisme hidup (Arif Soekamto, 2007).
Hal ini dapat terjadi akibat kurangnya antioksidan dalam tubuh, sehingga
contoh radikal bebas antara lain : radikal hidroksil (OH), nitrit oksida (NO),
sehingga tidak lagi reaktif. Sebenarnya dalam tubuh ssendiri secara alami
glutation, dan katalase yang dapat menetralkan radikal bebas yang masuk.
akibat faktor stress, radiasi UV, polusi udara dan lingkungan mengakibatkan
1
antioksidan dari luar tubuh untuk mengatasi paparan radikal bebas dalam
memiliki efek samping yang besar dan dapat menyebabkan kerusakan hati.
Rigelholf, dan Miller, 2011; Safriani, dkk, 2011). Tanaman yang telah banyak
polifenol yang lebih tinggi dibandingkan air dan n-heksana daun salam.
Ekstrak etanol daun salam mampu menangkal radikal bebas DPPH dengan
IC50 sebesar 27,80 µg/ml. (Sutrisna, dkk, 2016). Darusman, Wahyuni dan
dan etil asetat dari daun Syzygium aromaticum, ekstrak metanol tunas
2
Syzygium aromaticum serta ekstrak metanol dan etil asetat dari daun
IC50 masing-masing sebesar 11,43 ppm; 9,20 ppm; 9,26 ppm; 21,24 ppm;
antioksidan. Dilihat dengan nilai IC50 yakni dari beberapa jenis pelarut dari
µg/mL, etil asetat 47,7708 ppm, etanol 70% 35,057 µg/mL, metanol 19,97
ppm dan etanol 96% 1,678 ppm. Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti
DPPH”.
3
1.2. Batasan Masalah
dan n-heksana.
DPPH?
4
1.5. Tujuan Penelitian
1) Bagi Penulis
3) Bagi Masyarakat
sehingga lebih baik dan efektif dalam menangkal radikal bebas yang dapat
5
1.7. Tempat dan waktu penelitian
1) Tempat Penelitian
Cirebon
2) Waktu Penelitian
N Rencana Bulan
O Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr
2020 2020 2020 2020 202 2020 2021 202 2021 2021
0 1
1 Rencana judul
2 Sidang Kompre
2 Penyusunan
Proposal
3 Seminar prosoal
4 Penelitian
5 Analisis dan
pengumpulan
data
6 Penyusunan
skripsi
7. Sidang skripsi
1.8. Hipotesis
6
terhadap potensi antioksidan dengan metode DPPH.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
bundar telur, dan berwarna hijau. Daun salam memiliki tangkai yang panjangnya
0.5-1 cm, panjang daun 5-15 cm dan lebar daun 3-8 cm. Adapun fisiologi daun
(a) (b)
a. (http://amp.kontan.co.id)
b. (https://www.merdeka.com/sehat/manfaat-daun-salam-kln.html1)
8
2.1.1. Klasifikasi Tanaman
sebagai berikut :
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Syzygyum
(Wibowo 2019)
9
2.1.2. Morfologi
1) Daun
ujung daun, pangkal daun tumpul (obtus), terdapat tulang cabang dan
dengan jumlah anak daun yang ganjil, daging daun seperti perkamen
beraroma wang dan baru dapat digunsksn bila sudah kering (Novianti,
2014).
2) Pohon
3) Batang
10
tumbuhan menahun atau tumbuhan keras karena dapat mrncapai umur
4) Akar
antijamur. Kandungan gizi dalam 100 gram daun salam diantaranya 400,00
energi, 57,00 zat besi dan 8214,00 vitamin A. Daun ini sering dimanfaatkan
masyarakat sebagai bumbu dapur serta dapat digunakan obat diare, diabetes,
Oleh Badan POM, daun salam ditetapkan sebagai salah satu dari sembilan
tanaman obat unggulan yang telah diteliti atau diuji secara klinis untuk
1) Flavonoid
11
dehydro. Antosianin (anthocyanin) adalah sub kelompok flavonoid,
(Nuris, 2014).
2) Tanin
Tanin adalah glikosida cair yang berasal dari polipeptida dan ester
asam benzoate) glucose. Tanin atau asam tanat terisolasi dari beberapa
untuk saluran pencernaan atau kulit. Tanin sebagai zat yang dapat
12
3) Minyak atsiri
2014)
13
distribusinya cukup luas pada tanaman. Golongan fenolat memiliki
14
2.2 Simplisia
1979)
1) Simplisia Nabati
atau zat yang dipisahkan dari tanamannya atau isi sel yang
2) Simplisia Hewani
hewan atau zat yang dihasilkan hewan yang masih belum berupa
3) Simplisia Mineral
15
2.2.2. Tahap-tahap Pengolahan Simplisia
2) Sortasi Basah
3) Pencucian
16
aktif yang mudah larut dlam air, pencucian dilakukan secara
2015)
Kesehatan, 2015).
4) Perajangan
17
perlu dikeringkan dan disimpan dalam bentuk simplisia
5) Pengeringan
6) Sortasi Kering
18
Sortasi kering adalah pemilihan bahan setelah mengalami
(Gunawan, 2004).
lain.
19
2.3. Ekstraksi
lapisan batas, sehingga suatu titik akan dicapai, oleh zat-zat yang
1986).
1. Cara dingin
a. Maserasi
20
rendah (proses difusi). Peristiwa tersebut berulang sampai
21
dalam cairan telah tercapai. Keadaan diam selama maserasi
b. Perkolasi
2. Cara panas
50o.
22
cepat putaran pengaduk maka semakin besar perpindahan
semakin meningkat.
b. Refluks
perbandingan balik.
c. Soxhlet
23
sifon tidak berwarna, tidak tampak noda jika di KLT, atau
d. Infusa
e. Dekokta
1. Pelarut polar
24
Memiliki tingkat kepolaran yang tinggi, pelarut
a. Air
(Syamsuni, 2005).
b. Etanol
25
ekstrak yang dihasilkan tidak mudah ditumbuhi jamur
c. Metanol
a. Kloroform
(Syamsuni, 2005).
b. Etil asetat
26
Pelarut ini baik untuk mengekstrak senyawa-senyawa
a. Eter
b. N-heksana
c. Aseton
27
2.5. Evaluasi Mutu Ekstrak Daun Salam
1. Identitas
2. Organoleptik
28
2.6. Radikal Bebas
(Lautan, 1997).
Radikal bebas juga dapat terbentuk dari senyawa lain yang sebenarnya
(Minarsih, 2007).
29
radikal bebas baru dari atom atau molekul yang elektronnya terambil
suatu seri reaksi radikal bebas, atau reaksi detoksifikasi racun yang
Tetapi jika pada kesempatan yang berumur sangat pendek ini, radikal
bebas bertemu DNA atau enzim atau asam lemak majemuk tak jenuh
30
2.7. Antioksidan
reaktif yang membentuk radikal bebas tidak reaktif yang tidak stabil.
(Yuslianti, 2017)
31
2.7.1 Antioksidan Berdasarkan Fungsinya
tersier.
1) Antioksidan Primer
golongan ini adalah yang berasal dari alam dan dapat pula
32
beberapa syarat, misalnya tidak berbahaya bagi kesehatan,
2) Antioksidan Sekunder
minyak salad.
33
3) Antioksidan Tersier
2.8. Vitamin C
senyawa asam, tidak berbau, berbentuk kristal putih, larut dalam air,
etanol, dan metanol. Asam askorbat stabil pada titik leleh 182 oC dalam
34
intraseluler dan ekstraseluler. Reaksi ini melibatkan terjadinya transfer
melawan radikal peroksil yang larut dalam air serta melawan produk
(protein yang melindungi sel dari serangan virus). Vitamin ini dapat
35
2.9. Metode Uji Antioksidan
1. Metode DPPH
bebas yang stabil berwarna ungu yang ditemukan pada tahun 1992.
2009).
36
Tabel 2.1 Tingkat Kekuatan Antioksidan Dengan Metode DPPH
Sangat Kuat
< 50µg/ml
Kuat
50-100µg/ml
Sedang
101-150µg/ml
Lemah
>150µg/ml
37
2.10. Spektrofotometri
atau pencatat.
38
transparan yang mengandung pelarut. Ketika radiasi
1) Sumber radiasi
deuterium.
lembayung dekat ).
39
Lampu tungstein merupakan campuran dari
monokromator.
2) Monokromator
celah keluar.
a. Celah (Slit)
40
monokromator pada spektrofotometer. Celah
panjang gelombang.
b. Filter optic
polikromatis.
3) Sel / Kuvet
41
atau leburan silika dan ada yang dari gelas dengan
4) Detektor
5) Amplifier
42
2.10.3. Prinsip Kerja Spektofotometri
Sampel
Mengasilkan Banyak
Cahaya
Ekstrak
Detektor
Absorbansi
43
2.11. IC50 (Inhibitory Concentration)
Y = a + bX
Keterangan :
X : Variabel independen
variabel X = 0
44
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.1. Populasi
1) Sampel
45
3.1.3. Variabel Penelitian dan Operasional Variabel
1) Variabel Penelitian
a. Variabel Bebas
heksana.
b. Variabel Terikat
c. Variabel Kontrol
46
terutama digunakan pada metode ekperimen yang bersifat
2) Operasional Variabel
X1
X2
Y
X3
K+
Keterangan :
Y : Aktivitas antioksidan
47
3.2. Metode Penelitian
membandingkan hasilnya dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak
48
3.3. Desain Penelitian
Determinasi Tanaman
Salam(Syzygyum polyanthum)
Pengumpulan Bahan
Pembuatan Simplisia
Skrining Fitokimia
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Kesimpulan
49
3.4. Prosedur Penelitian
spatel, maserator, kain flanel, alumunium foil, beaker glass, gelas ukur,
labu ukur, timbangan digital, tabung reaksi, rak tabung reaksi, gelas
50
3.5.2. Pengumpulan Bahan
segar.
2) Lakukan sortasi basah dan cuci pada air mengalir sampai bersih,
tiriskan.
51
3.5.4. Pembuatan Ekstrak Daun Salam dengan Pelarut Air, Etanol 70%
dan N-heksana
maserator 2
maserator 3
ekstrak kental.
52
3.5.5. Skrining Fitokimia Ekstrak Daun Salam (Syzygyum polyanthum)
a. Uji Flavonoid
b. Uji Alkaloid
3) Ditambahkan 5 ml kloroform.
c. Uji Saponin
menit.
53
4) Terbentuknya busa yang stabil menunjukan adanya senyawa
saponin.
1) Timbangan 10 mg DPPH.
54
0,8 mL ; dan 1 mL, lalu ditambahkan dengan alkohol 70%
selama 30 menit.
mL.
55
2. Pengukuran Potensi Antioksidan
bebas DPPH
(Molyneux, 2004).
bebas DPPH
56
2) Setelah itu absorbansi diukur dengan spektrofotometer
nm (Molyneux, 2004).
Microsoft Excel.
Langkah-langkahnya yaitu :
bertitik (tipe kurva nya yaitu scatter with smooth lines and
57
3) Tentukan persamaan regresi linear dengan mengaktifkan
sebagai nilai a.
Concentrarion) yaitu :
diperoleh.
58
59
3.6. Sumber Data dan Alat Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari obyek yang
e. Nilai IC50
2. Data Sekunder
yang sudah jadi, seperti data dalam dokumen dan publikasi. Data
60
3.6.2. Alat Pengumpulan Data
Vis.
61
3.7.2. Teknik Analisa Data
Dari pesamaan regresi linear yang diperoleh dapat dihitung nilai IC50
50%).
Langkah-langkahnya yaitu :
(tipe kurva nya yaitu scatter with smooth lines and markers)
nilai a.
62
2. Penentuan Nilai IC50 (Inhibition Concentration)
Concretation) yaitu :
pada literatur.
63
3.8. Format Data Hasil Pengamatan
Tabel 3.1 Rencana pengumplan data hasil seri konsentrasi dari vit C.
64
Tabel 3.4 Rencana pengumpulan data hasil seri konsentrasi ekstrak
65
BAB IV
lampiran 1.
66
diinginkan dalam penelitian. Daun salam kemudian dicuci
masing pelarut.
67
1. Pelarut Air
didapatkan ekstrak
kemudian diuapkan
menggunakan rotary
evaporator didapatkan
ekstrak kental.
Berat simplisia
20 gram
68
2. Pelarut Etanol 70%
180 ml kemudian
diuapkan dengan
rotary evaporator
didapatkan hasil 45
dengan waterbath
ekstrak kental.
Berat simplisia
20 gram
69
3. Pelarut n-heksana
heksana didapatkan
kemudian diuapkan
menggunakan rotrary
evaporator didapatkan
Berat simplisia
20 gram
70
4.1.5. Hasil Rendemen dari Ekstrak Daun Salam (Syzygyum
polyanthum)
polyanthum)
kinetik
kinetik 70%
kinetik
pada ekstrak pelarut air yaitu 4,71% yang sangat berbeda dengan
71
RENDEMEN
5.00%
4.00%
3.00%
2.00%
1.00%
0.00%
Air Etanol 70% N-heksana
heksana
72
Salam Aromatik
73
4.1.7. Hasil Identifikasi Kandungan Senyawa Kimia
74
4.1.9. Hasil Absorbansi % Inhibisi dan IC50
Absorbansi blanko-Absorbansi sampel
% Inhibisi = X 100%
Absorbansi blanko
1. Vitamin C
0,847
0,847
0,847
0,847
0,847
IC50 a y = ax + b
50 = 0,815x + 36,434
x = 50-36,434
0,815
x = 16,645
75
Konsentrasi Absorbansi % Persamaan IC50 Kriteri
(ppm) Blank Vit C Inhibis Regresi (ppm) a
o i Linear
2 0,525 38,016
4 0,512 39,551 y=0,815 + Sangat
6 0,847 0,495 41,558 36,434 16,64 kuat
8 0,482 43,093 R2 = 0,995 5
10 0,471 44,391
vit c
46
44 f(x) = 0.81 x + 36.43
42 R² = 0.99
inhibasi
inhibasi
40
Linear (inhibasi)
38
36
34
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
konsentrasi
Inhibisi Vitamin C
76
2. Hasil Absorbansi % Inhibisi dan IC50 Ekstrak Daun Salam
0,478
0,478
0,478
0,478
0,478
IC50 a y = ax + b
50 = 0,6171x + 14,958
x = 50 – 14,958
0,6171
x = 56,7849
77
Kurva Air
80
70 f(x) = 0.62 x + 14.96
60 R² = 0.93
50
inhibasi
inhibasi
40
Linear (inhibasi)
30
20
10
0
0 20 40 60 80 100 120
konsentrasi
Inhibisi Air
linear dari air yang didapatkan yaitu 0,9336 dan memiliki nilai
78
0,476
0,476
0,476
0,476
0,476
IC50 a y = ax + b
50 = 0,3383 + 37,418
x = 50 – 37,418
0,3383
x = 37,1918
79
Kurva Etanol 70%
80
70
60
f(x) = 0.34 x + 37.42
R² = 0.9
50
inhibisi
inhibisi
40
Linear (inhibisi )
30
20
10
0
5 40 75 110
konsentrasi
≤ 50 ppm).
80
4. Hasil Absorbansi % Inhibisi dan IC50 Ekstrak Daun Salam
0,476
0,476
0,476
0,476
0,476
IC50 a y = ax + b
50 = 0,16 + 27,424
x = 50 – 27,424
0,16
x = 141,1
81
Konsentrasi Absorbansi % Persamaan IC50 Kriteria
(ppm) Blanko N- Inhibisi Regresi (ppm)
heksana Linear
Kurva N-heksana
50
45
40 f(x) = 0.16 x + 27.42
35
30
R² = 0.91
inhibasi
inhibasi
25
20 Linear (inhibasi)
15
10
5
0
0 20 40 60 80 100 120
konsentrasi
82
Grafik 4.3 Kurva Regresi Linear antara Konsentrasi dan %
Inhibisi N-heksana
150 ppm).
83
4.2. Pembahasan
dahulu, dengan tujuan untuk memastikan kebenaran tanaman daun salam yang
tanaman yang digunakan untuk penelitian adalah benar tanaman daun salam
(Syzygyum polyanthum).
segar dikumpulkan dan diambil daunnya serta dibersihkan dari zat pengotor
dibawah sinar matahari untuk mengurangi kadar air dari daun salam sehingga
kandungan air tinggi dapat terjadinya proses enzimatik, enzim yang mengubah
kandungan kimia yang ada dalam bahan menjadi produk lain mungkin tidak
84
serbuk simplisia yang homogeny dan untuk mempermudah proses penarikan
Rendemen tertinggi dihasilkan pada ekstrak pelarut air yaitu 4,71% yang
berbeda dengan ekstrak pelarut etanol 70% yaitu 1,18% dan pelarut n-heksana
0,20%. Jumlah rendemen pada ekstrak daun salam bergantung pada sifat
jumlah rendemen dan kuatnya potensi antioksidan pada ekstrak pelarut air
yang memiliki potensi aktivitas antioksidan pada ekstrak air. Salah satu
dapat menstabilkan radikal bebas aktif (Saija et al. 1995 dan Arora et al.
1998).
senyawa fenolik, senyawa fenolik ini memiliki sifat yang cenderung larut
dalam pelarut polar. Etanol 70% dan air merupakan senyawa yang bersifat
polar, mudah didapat dan merupakan pelarut yang sering digunakan dalam
85
ekstraksi. Etanol 70% bersifat polar karena mudah larut dalam air dan
mempunyai gugus hidroksi (OH), sehingga zat aktif lebih mudah tersari dalam
jumlah besar, sedangkan n-heksana merupakan pelarut non polar yang sukar
larut dalam air, maka zat aktif yang tersari lebih sedikit.
dipilih karena metode yang sederhana, mudah, cepat dan peka serta hanya
metode DPPH ini adalah adalah adanya perubahan intensitas warna ungu
metode ini DPPH berindak sebagai radikal bebas yang akan diberikatan
memberikan warna ungu. Warna akan berubah menjadi kuning saat elektron
radikal bebas yang dihasilkan oleh bereaksinya molekul DPPH dengan atom
warna DPPH dari ungku ke kuning. Perubahan warna ini akan memberikan
86
perendaman radikal bebas yang dinyatakan dengan nilai IC50. Uji kualitatif
pada ekstrak daun salam dengan pelarut etanol 70%, dan air menunjukan
perubahan warna yang sangat jelas, sedangkan pada ekstrak daun salam
(memudar).
dapat meredam radikal bebas sebanyak 50%. Semakin kecil nilai IC50 maka
etanol 70%, air dan n-heksana serta control positif vitamin C dilakukan
suatu senyawa dengan kadar yang sangat kecil (sensitif). Kerjanya yang
selektif dan otomatis (Ikhlas, 2013). Metode ini berdasarkan pada kemampuan
87
absorbansi sampel yang telah direduksi DPPH dengan absorbansi blanko
absorbansi blanko sebesar 0,478 air, 0,476 etanol 70%, 0,476 n-heksana.
warna DPPH dari ungu menjadi warna kuning atau ungu yang memudar.
Semakin kecil nilai IC50 berarti semakin tinggi antioksidannya. Nilai IC50
sensitivitas yang baik dan limit deteksi yang rendah dan juga dapat mereduksi
88
kesalahan dalam pengukuran (Ikhlas, 2013). Hasil penentuan panjang
bertujuan untuk mengetahui seberapa kuat aktivitas antioksidan yang ada pada
aktivitas DPPH agar terjadi reaksi antara DPPH dengan sampel yang diuji
konsentrasi 2 ppm didapatkan absorbansi paling besar dengan nilai 0,525 dan
memiliki absorbansi paling kecil dengan nilai 0,471 dan % inhibisi paling
89
kategori antioksidan sangat kuat (IC50 < 50). Berdasarkan hasil diperoleh
aktivitas peredamannya dalam menangkal radikal bebas. Hal ini terjadi karena
lebih banyak atom hydrogen dari gugus hidroksi yang akan diberikan kepada
(Purwaningsih, 2012).
salam dengan seri konsentrasi 10 ppm, 20 ppm. 40 ppm, 60 ppm dan 100 ppm.
Hal ini dilakukan untuk mengoptimumkan aktivitas DPPH agar terjadi reaksi
antara DPPH dengan sampel yang diuji (Hartono et al, 1998). Berdasarkan
hasil yang diperoleh bahwa absorbansi paling besar dihasilka oleh pelarut n-
heksans pada seri konsentrasi 10 ppm didapatkan nilai sebesar 0,333 dengan
% inhibisi paling kecil yaitu 30,04 , sedangkan absorbansi paling besar pelarut
air pada seri konsentrasi 100 ppm dengan nilai sebesar 0,135 dengan %
90
daun salam dengan pelarut air, etanol 70% dan n-heksana memiliki nilai IC50
seacara berturut-turut adalah 56,7846 ppm, 37,1918 ppm, dan 141,1 ppm.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ekstrak pelarut etanol 70% memiliki nilai
IC50 paling kecil dibandingan dengan ekstrak pelarut air dan ekstrak pelarut n-
dengan kategori antioksidan sangat kuat (<50 ppm) dan suatu senyawa
memiliki antioksidan yang sangat kuat bila nilai IC 50<50 ppm, kuat bilai nilai
IC50 berkisar 50-100 ppm, sedang bilai nilai IC50 berkisar 101-150 ppm, dan
Sehingga dari kisaran nilai IC50 tersebut ketiga pelarut ekstrak daun salam
kategori sangat kua, kuat dan sedang. Berdasarkan hasil yang diperoleh
semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun salam maka semakin banyak senyawa
membentuk senyawa DPPH-H non radikal yang lebih stabil sehingga terjadi
nilai IC50 berbanding terbalik dengan aktivitas antioksidan yaitu semakin kecil
nilai IC50 maka aktivitas antioksidan semakin besar sedangkan semakin besar
hasil antioksidan yang termasuk dalam kategori sangat kuat, kuat, dan sedang,
91
pelarut etanol 70%, nilai IC50 vitamin C karena merupakan senyawa yang
92
BAB V
5.1. Kesimpulan
disimpulkan bahwa :
pikrilhidrazil).
memiliki potensi antioksidan yang paling besar dari pada pelarut air dan
pelarut etanol 70% masuk kedalam kategori sangat kuat ( IC50<50 ppm).
5.2. Saran
menyarankan untuk :
93
2. Perlu dilakukan uji aktivitas antioksidan daun salam (Syzygyum
sediaan misalnya bedak tabur, sabun cair, masker, krim dan lotion.
94