Prinsip Pendokumentasian DOKEB

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PRINSIP PENDOKUMENTASIAN DALAM MANAJEMEN


KEBIDANAN DAN PENULISAN PENDOKUMENTASIAN

DOSEN PENGAMPUH :

Yetti Purnama, S.ST,M.Keb

Disusun Oleh : Kelompok 4

NAMA ANGGOTA:

Riya Mawahda ( F0G021013 )

Anisa Pitri Minarti ( F0G021018 )

Inayah Sepnida Samarah ( F0G021024 )

Letra Sunata ( F0G021037 )

Meilinda Waningsih ( F0G021031 )

Mutiara Cinta ( F0G021006 )

Marina Tri Julianti ( F0G021010 )

Ratu Cleo Patra ( F0G021003 )

Salma Septia Nabila ( F0G021026 )

PRODI D3 KEBIDANAN UNIVERSITAS BENGKULU

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat,
karunia serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Prinsip
pendokumentasian dalam manajemen kebidanan dan penulisan pendokumentasian ini dengan
baik, meskipun masih banyak kekurangan di dalam makalah ini. Dan juga kami berterima
kasih kepada bunda Yetti Purnama.S.ST.M.Keb selaku dosen mata kuliah dokumentasi
kebidanan yang telah. memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita terhadap teknik dokumentasi. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan yang membangun guna memperbaiki
makalah yang akan kami buat di masa mendatang.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi para pelajar. Dan juga semoga
makalah ini dapat bermanfaat untuk kedepannya bagi kita semua. Sebelumnya kami mohon
maaf sebesar-besarnya jika ada keselahan dalam penyusunan kata. Tak ada yang yang
sempurna di dunia ini terkecuali sang Maha Pencipta

Bengkulu, 12 September 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

1. Konsep Manajemen Kebidanan


2. Metode pendokumentasian SOAP pada ibu hamil TM 1, II, III

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan
2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bidan sebagai seorang pemberi layanan kesehatan (health provider) harus


dapat melaksanakan pelayanan kebidanan dengan melaksanakan manajemen yang
baik. Dalam hal ini bidan berperan sebagai seorang manajer, yaitu mengelola atau
memanage segala sesuatu tentang kliennya sehingga tercapai tujuan yang di harapkan.
Dalam mempelajari manajemen kebidanan di perlukan pemahaman mengenai dasar –
dasar manajemen sehingga konsep dasar manajemen merupakan bagian penting
sebelum kita mempelajari lebih lanjut tentang manajemen kebidanan.
Akar atau dasar manajemen kebidanan, adalah ilmu manajemen secara umum.
Dengan mempelajari teori manajemen, maka diharapkan bidan dapat menjadi manajer
ketika mendapat kedudukan sebagai seorang pimpinan, dan sebaliknya dapat
melakukan pekerjaan yang baik pula ketika bawahan dalam suatu system organisasi
kebidanan. Demikian pula dalam hal memberikan pelayanan kesehatan pada kliennya,
seorang bidan haruslah menjadi manager yang baik dalam rangka pemecahan
,masalah dari klien tersebut. Untuk itu kita perlu mengenal terlebih dahulu
pemahaman mengenai ilmu manajemen secara umum, teori – teori manajemen, fungsi
– fungsi manajemen, dan bahkan manajemen skill.
Manajemen kebidanan adalah suatu metode proses berfikir logis sistematis.
Oleh karena itu manajemen kebidanan merupakan alur pikir bagi seorang bidan dalam
memberikan arah/kerangka dalam menangani kasus yang menjadi tanggung
jawabnya.
Manajemen kebidanan mempunyai peran penting dalam menunjang kerja seorang
bidan agar bidan dapat melakukan pelayanan dengan baik kepada kliennya. Oleh
karena itu, kami menyusun makalah ini dengan judul “Prinsip pendokumentasian
dalam manajemen kebidanan dan penulisan pendokumentasian “ selain sebagai tugas
kelompok juga dapat dijadikan referensi bagi pembaca.

B. Rumusan masalah
1. Konsep Manajemen Kebidanan
2. Metode pendokumentasian SOAP pada ibu hamil TM 1, II, III

C. Tujuan
1. Agar bisa Memahami Konsep Manajemen Kebidanan
2. Agar bisa memahami Metode pendokumentasian SOAP pada ibu hamil TM 1, II,
II
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP MANAJEMEN KEBIDANAN

Marilah kita mengingat kembali definisi bidan secara internasional adalah “A


midwife is a person who having been regularly admitted to an educational
programme, fully recognised in the country in which this located, has successfully
completed the prescribed course of studies in midwifery and has acquired the requisite
qualifications to be registered and/or legally licensed to practice midwifery”.
Seorang bidan harus memahami beberapa pengertian berkaitan dengan praktik
pelayanan kebidanan, antara lain sebagai berikut.

1. Pelayanan kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab praktik
profesi bidan dalam sistem pelayanan kesehatan yang bertujuan meningkatkan
kesehatan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan kesehatan keluarga dan
masyarakat. Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan dan bertujuan untuk mewujudkan kesehatan keluarga dalam rangka
tercapaianya keluarga kecil bahagia sejahtera.

2. Praktik kebidanan, adalah penerapan ilmu kebidanan dalam memberikan


pelayanan/asuhan kebidanan kepada klien dengan pendekatan manajemen kebidanan

3. Manajemen kebidanan, adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam


menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari pengkajian,
analisis data, diagnosa kebidanan, perencanaan dan evaluasi

4. Asuhan kebidanan, adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung
jawab bidan dalam memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai
kebutuhan/masalah di bidang kesehatan ibu pada masa kehamilan, persalinan, nifas,
bayi setelah lahir serta keluarga berencana (Permenkes 1416, 2007).

1. Prinsip Proses Manajemen Kebidanan Menurut ACNM (1999)


Saudara-saudara, sekarang kita akan membahas tentang prinsip proses manajemen
kebidanan menurut American College of Nurse Midwife (ACNM), yang terdiri dari:

a. Secara sistematis mengumpulkan data dan memperbaharui data yang lengkap dan
relevan dengan melakukan pengkajian yang komprehensif terhadap kesehatan setiap
klien (ibu atau bayi baru lahir), termasuk mengumpulkan riwayat kesehatan dan
pemeriksaan fisik. Bidan mengumpulkan data dasar awal lengkap, bahkan jika ibu
dan bayi baru mengalami komplikasi yang mengharuskan mereka mendapat
konsultasi dokter sebagai bagian dari penatalaksanaan kolaborasi.

b. Mengidentifikasi masalah atau diagnosis atau kebutuhan perawatan kesehatan yang


akurat berdasarkan intepretasi data dasar yang benar. Kata masalah dan diagnosis
sama-sama digunakan karena beberapa masalah tidak dapat didefinisikan sebagai
sebuah diagnosis, tetapi tetap perlu dipertimbangkan dalam mengembangkan rencana
asuhan kebidanan yang menyeluruh. Masalah sering kali berkaitan dengan dengan
bagaimana ibu menghadapi kenyataan tentang tentang diagnosinya dan ini sering kali
bisa diidentifikasi berdasarkan pengalaman bidan dalam mengenali masalah
seseorang. Sebagai contoh, seorang wanita didiagnosis hamil, dan masalah yang
berhubungan adalah ia tidak menginginkan kehamilannya. Contoh lain mengalami
ketakutan menjelang persalinan. Kebutuhan klien dapat dikenali dari diagnosis dan
masalah atau salah satu diantaranya. Kebutuhan adalah sesuatu yang dibutuhkan oleh
klien, akan tetapi klien tidak mengetahuinya. Bidan yang lebih tahu yang diperlukan
oleh klien.

c. Mengantisipasi masalah atau diagnosis atau kebutuhan yang akan terjadi lainnya,
yang dapat menjadi tujuan yang diharapkan, karena telah ada masalah atau diagnosis
yang teridentifikasi. Langkah ini merupakan langkah sangat penting dalam
memberikan asuhan kebidanan yang aman. Mengevaluasi kebutuhan akan intervensi
dan/atau konsultasi bidan atau dokter yang dibutuhkan dengan segera, serta
manajemen kolaburasi dengan anggota tim tenaga kesehatan lain, sesuai dengan
kondisi yang diperlihatkan oleh ibu dan bayi yang baru lahir.

d. Mengevaluasi kebutuhan akan intervensi dan/atau konsultasi bidan atau dokter


yang dibutuhkan dengan segera, serta manajemen kolaburasi dengan anggota tim
tenaga tenaga kesehatan lain, sesuai dengan kondisi yang diperlihatkan oleh ibu dan
bayi baru lahir. Langkah ini mencerminkan sifat kesinambungan proses
penatalaksanaan, yang tidak hanya dilakukan selama asuhan awal/kunjungan pranatal
periodik, tetapi juga saat bidan melakukan asuhan berkelanjutan bagi wanita tersebut,
misalnya saat wanita menjalani persalinan. Data baru yang diperoleh terus dikaji dan
kemudian dievaluasi . beberapa data mengidikasikan sebuah situasi kedaruratan, yang
mengharuskan bidan mengambil tindakan secara cepat untuk mempertahankan nyawa
ibu dan bayinya bisa dengan kolaborasi.

e. Mengembangkan sebuah rencana perawatan kesehatan yang menyeluruh, didukung


oleh penjelasan rasional yang valid, yang mendasari keputusan yang dibuat dan
didasarkan pada langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini mengembangkan sebuah
rencana asuhan yang menyeluruh. Ditentukan dengan mangacu pada hasil langkah
sebelumnya. Sebuah rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya melibatkan kondisi
ibu dan bayi baru lahir yang terlihat dan masalah lain yang berhubungan, tetapi juga
menggambarkan petunjuk antisipasi bagi ibu atau atau orang tua tentang apa yang
akan terjadi selanjutnya. Petunjuk antisipasi ini juga mencakup pendidikan dan
konseling kesehatan dan semua rujukan yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah
sosial, ekonomi, agama, keluarga, budaya atau psikologis.

f. Mengemban tanggung jawab terhadap pelaksanaan rencana perawatan yang


efisiensi dan aman. Langkah ke enam adalah melaksanakan rencana asuhan secara
menyeluruh. Langkah ini dapat dilakukan secara keseluruhan oleh bidan atau
dilakukan sebagaian oleh ibu atau orang tua, bidan, atau anggota tim kesehatan lain.
Apabila tidak bisa melakukan sendiri, bidan harus memastikan bahwa implementasi
benar-benar dilakukan.

g. Mengevaluasi keefektifan perawat kesehatan yang diberikan, mengolah kembali


dengan tepat setiap aspek perawatan yang belum efektif memulai proses
penatalaksanaan di atas. Langkah terakhir adalah evaluasi, merupakan tindakan untuk
memeriksa apakah rencana asuhan yang dilakukan benar-benar telah mencapai tujuan,
yaitu memenuhi kebutuhan ibu.

Langkah-langkah proses penatalaksanaan ini pada hakekatnya sudah


menjelaskan dengan jelas pengertian masing-masing. Namun, pembahasan singkat
dan pemberian contoh tugas yang dapat tercakup pada masing-masing langkah di atas
dapat menjelaskan dengan jelas proses berpikir yang terlibat dalam proses klinis yang
berorientasi pada tindakan.
2. Proses Manajemen Kebidanan Menurut Helen Varney (1997)

Pentingnya pengetahuan bidan tentang unsur-unsur manajemen yaitu:


a. Penurunan AKI dan peningkatan kesh. Ibu dan anak dibutuhkan
profesionalisme kebidanan sehingga merujuk pada sebuah konsep dimana bidan
harus mampu membuat sebuah perencanaan, pengorganisasian dan pelaksanaan
kebidanan yang berkualitas.
b. Dibutuhkan bidan yang mampu mengorganisir pelaksanaan manajemen
kebidanan baik secara individu maupun kelompok.
c. Dengan penerapan manajemen yang baik, diharapkan tercapainya tujuan dari
penyelenggaraan kesehatan.
Manajemen kebidanan adalah sebuah metode dengan pengorganisasian,
pemikiran dan tindakan-tindakan denga urutan yang logis dan menguntungkan
baik bagi klien maupun bagi tenaga kesehatan. Proses ini menguraikan bagaimana
perilaku yang diharapkan dari pemberi asuhan. Proses manajemen ini bukan
hanya terdiri dari pemikiran dan tindakan saja, melainkan juga perilaku pada
setiap langkah agar pelayanan yang komprehensif dan aman dapat tercapai.
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai
metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,
penemuan-penemuan, ketrampilan dalam rangkaian tahapan logis untuk
pengambilan keputusan yang berfokus pada klien.
Manajemen kebidanan merupakan penerapan dari unsur, system dan fungsi
manajemen secara umum. Manajemen kebidanan menyangkut pemberian
pelayanan yang utuh dan meyeluruh dari bidan kepada kliennya, untuk
memberikan pelayanan yang berkualitas melalui tahapan dan langkah-langkah
yang disusun secara sistematis untuk mendapatkan data, memberikan pelayanan
yang benar sesuai keputusan klinik yang dilakukan dengan tepat.
Proses manajemen merupakan proses pemecahan masalah yang ditemukan
oleh perawat-bidan pada awal th 1970-an. Proses ini memperkenalkan sebuah
metode dengan pengorganisasian pemikiran dan tindakan-tindakan dengan urutan
yang logis dan menguntungkan baik bagi klien maupun bagi tenaga kesehatan.
Proses ini juga menguraikan bagaimana perilaku yang diharapkan dari pemberi
asuhan. Proses manajemen ini terdiri dari pemikiran, tindakan, perilaku pada
setiap langkah agar pelayanan yang komprehensive dan aman dapat tercapai.
Proses manajemen harus mengikuti urutan yang logis dan memberikan
pengertian yang menyatukan pengetahuan, hasil temuan dan penilaian yang
terpisah pisah menjadi satu kesatuan yang berfokus pada manajemen klien.

3. Tujuh Langkah Manajemen Kebidanan Menurut Varney


Terdapat 7 langkah manajemen kebidanna menurut Varney yang meliputi langkah
I pengumpuan data dasar, langkah II interpretasi data dasar, langkah III
mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial, langkah IV identifikasi
kebutuhan yang memerlukan penanganan segera, langkah V merencanakan
asuhan yang menyeluruh, langkah VI melaksanakan perencanaan, dan langkah
VII evaluasi.
a. Langkah I : Pengumpulan data dasar
Dilakukan pengkajian dengan pengumpulan semua data yang diperlukan untuk
megevaluasi keadaan klien secara lengkap. Mengumpulkan semua informasi
yang akurat dari sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
b. Langkah II: Interpretasi data dasar
Dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau masalah klien atau
kebutuhan berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah
dikumpulkan. Kata “masalah dan diagnose” keduanya digunakan karena
beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa tetapi
membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam rencana asuhan kebidanan
terhadap klien. Masalah bisa menyertai diagnose. Kebutuhan adalah suatu
bentuk asuhan yang harus diberikan kepada klien, baik klien tahu ataupun
tidak tahu.
c. Langkah III: mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial
Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian
masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Membutuhkan antisipasi, bila
mungkin dilakukan pencegahan. Penting untuk melakukan asuhan yang aman.
d. Langkah IV: Identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan segera.
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau
untuk dikonsultaikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan
yang lain sesuai dengan kondisi klien.
e. Langkah V: Merencanakan asuhan yang menyeluruh
Merencanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh langkah-langkah
sebelumnya. Rencana asuhan yg menyeluruh meliputi apa yang sudah
diidentifikasi dari klien dan dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita
tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya.
f. Langkah VI: Melaksanakan perencanaan
Melaksanakan rencana asuhan pada langkah ke lima secara efisien dan aman.
Jika bidan tidak melakukannya sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk
mengarahkan pelaksanaanya.
g. Langkah VII: Evaluasi
Dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi
pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai
dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasikan didalam masalah dan
diagnosa.
4. Standar Asuhan Kebidanan
Standar Asuhan Kebidanan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 938/Menkes/SK/VIII/2007 tentang Standar Asuhan Kebidanan.
Standar asuhan kebidanan adalah acuan dalam proses pengambilan keputusan dan
tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup
praktik berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan. Mulai dari pengkajian, perumusan
diagnosa dan/atau masalah kebidanan, perencanaan, implementasi, evaluasi dan
pencatatan asuhan kebidanan.
5. STANDAR I:
Pengkajian.
1) Pernyataan Standar.
Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan, dan lengkap dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
2) Kriteria Pengkajian.
a) Data tepat, akurat dan lengkap.
b) Terdiri dari data subyektif (hasil anamnesa: biodata, keluhan utama, riwayat
obstetri, riwayat kesehatan, dan latar belakang sosial budaya).
c) Data obyektif (hasil pemeriksaan fisik, psikologis, dan pemeriksaan
penunjang).
6. STANDAR II:

Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan.

1) Pernyataan Standar. Bidan menganalisis data yang diperoleh pada pengkajian,


menginterpretasikan secara akurat dan logis untuk menegakkan diagnosa dan masalah
kebidanan yang tepat.

2) Kriteria Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan.

a) Diagnoa sesuai dengan nomenklatur kebidanan.

b) Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien.

c) Dapat diselesaikan dengan asuhan kebidanan secara mandiri, kolaborasi,


dan rujukan.

7. STANDAR III:

Perencanaan.

a. Pernyataan Standar. Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan


diagnosa dan masalah yang ditegakkan.

b. Kriteria Perencanaan.

1) Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan kondisi klien,


tindakan segera, tindakan antisipasi, dan asuhan secara komprehensif.

2) Melibatkan klien/pasien dan atau keluarga.

3) Mempertimbangkan kondisi psikologi, sosial budaya klien/keluarga.

4) Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan klien


berdasarkan evidence based dan memastikan bahwa asuhan yang diberikan
bermanfaat untuk klien.

5) Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku, sumber daya


serta fasilitas yang ada.
8. STANDAR IV:

Implementasi.

a. Pernyataan Standar. Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara


komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada
klien/pasien, dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi, dan rujukan.

b. Kriteria Implementasi.

1) Memperhatikan keunikan klien sebagai makhluk bio-psiko-sosial-spiritual-


kultural.

2) Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan dari klien dan atau
keluarganya (inform consent).

3) Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidence based.

4) Melibatkan klien/pasien dalam setiap tindakan.

5) Menjaga privacy klien/pasien.

6) Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi.

7) Mengikuti perkembangan kondisi klien secara berkesinambungan.

8) Menggunakan sumber daya, sarana dan fasilitas yang ada dan sesuai.

9) Melakukan tindakan sesuai standar.

10) Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan.

9. STANDAR V:

Evaluasi.
a. Pernyataan Standar.

Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan untuk melihat


keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, sesuai dengan perubahan
perkembangan kondisi klien.

b. Kriteria Evaluasi.

1) Penilaian dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan sesuai kondisi klien.

2) Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pada klien dan atau keluarga.

3) Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar.

4) Hasil evaluasi ditindak lanjuti sesuai dengan kondisi klien/pasien.

10. STANDAR VI:

Pencatatan Asuhan Kebidanan.

a. Pernyataan Standar. Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat,


dan jelas mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam
memberikan asuhan kebidanan.

b. Kriteria Pencatatan Asuhan Kebidanan.

1) Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada formulir yang


tersedia (Rekam Medis/KMS/Status Pasien/Buku KIA).

2) Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP.

3) S adalah data subyektif, mencatat hasil anamnesa.

4) O adalah data obyektif, mencatat hasil pemeriksaan.

5) A adalah hasil analisis, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan.


6) P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan yang
sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan secara
komprehensif, penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up dan rujukan.

B. PENDOKUMENTASIAN MANAJEMEN KEBIDANAN DENGAN METODE


SOAP
Pendokumentasian dengan metode SOAP yaitu tentang metode dokumentasi.
Di dalam metode SOAP, S adalah data subjektif, O adalah data objektif, A adalah
analysis, P adalah penatalaksanaan. Metode ini merupakan dokumentasi yang
sederhana akan tetapi mengandung semua unsur data dan langkah yang dibutuhkan
dalam asuhan kebidanan, jelas, logis.
1. Data Subjektif Data subjektif berhubungan dengan masalah dari sudut
pandang klien. Ekspresi klien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat
sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang akan berhubungan langsung dengan
diagnosis. Pada klien yang menderita tuna wicara, dibagian data dibagian data
dibelakang huruf “S”, diberi tanda huruf “O” atau”X”. Tanda ini akan menjelaskan
bahwa klien adalah penederita tuna wicara. Data subjektif ini nantinya akan
menguatkan diagnosis yang akan disusun.
2. Data Objektif Data objektif merupakan pendokumentasian hasil observasi
yang jujur, hasil pemeriksaan fisik klien, hasil pemeriksaan laboratorium. Catatan
medik dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat dimasukkan dalam data
objektif ini sebagai data penunjang. Data ini akan memberikan bukti gejala klinis
klien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis.
3. Analisis Langkah ini merupakan pendokumentasian hasil analisis dan
intrepretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Karena keadaan klien yang
setiap saat bisa mengalami perubahan, dan akan ditemukan informasi baru dalam data
subjektif maupun data objektif, maka proses pengkajian data akan menjadi sangat
dinamis. Di dalam analisis menuntut bidan untuk sering melakukan analisis data yang
dinamis tersebut dalam rangka mengikuti perkembangan klien. Analisis yang tepat
dan akurat mengikuti perkembangan data klien akan menjamin cepat diketahuinya
perubahan pada klien, dapat terus diikuti dan diambil keputusan/tindakan yang tepat.
Analisis data adalah melakukan intrepretasi data yang telah dikumpulkan, mencakup
diagnosis, masalah kebidanan, dan kebutuhan.
4. Penatalaksanaan Penatalaksanaan adalah mencatat seluruh perencanaan dan
penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan segera,
tindakan secara komprehensif; penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up
dan rujukan. Tujuan penatalaksanaan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien
seoptimal mungkin dan mempertahankan kesejahteraanya.
BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Prinsip proses manajemen kebidanan terdiri dari pengumpulan data dan
memperbaharui data yang lengkap dan relevan dengan melakukan pengkajian yang
komprehensif terhadap kesehatan setiap klien, mengidentifikasi masalah atau
diagnosis atau kebutuhan asuhan yang akurat berdasarkan intepretasi data dasar yang
benar, mengantisipasi masalah atau diagnosis atau kebutuhan yang akan terjadi
lainnya, yang dapat menjadi tujuan yang diharapkan, mengevaluasi kebutuhan akan
intervensi dan/atau konsultasi bidan atau dokter yang dibutuhkan dengan segera, serta
manajemen kolaburasi dengan anggota tim tenaga tenaga kesehatan lain, sesuai
dengan kondisi yang diperlihatkan oleh ibu dan bayi baru lahir. Langkah selanjutnya
adalah mengembangkan sebuah rencana perawatan kesehatan yang menyeluruh, dan
langkah terakhir adalah mengemban tanggung jawab terhadap pelaksanaan rencana
perawatan yang efisiensi dan aman.
Proses manajemen ini terdiri dari pemikiran, tindakan, perilaku pada setiap
langkah agar pelayanan yang komprehensive dan aman dapat tercapai. Manajemen
Varney terdiri dari tujuh langkah yaitu
1) Langkah I: Pengumpulan data dasar;
2) Langkah II: Interpretasi data dasar;
3) Langkah III: mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial;
4) Langkah IV: Identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan segera;
5) Langkah V: Merencanakan asuhan yang menyeluruh;
6) Langkah VI: Melaksanakan perencanaan; dan
7) Langkah VII: Evaluasi.
Standar asuhan kebidanan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 938/Menkes/SK/VIII/2007 merupakan acuan dalam
proses pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan
wewenang dan ruang lingkup praktik berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan. Mulai dari
pengkajian, perumusan diagnosa dan/atau masalah kebidanan, perencanaan,
implementasi, evaluasi dan pencatatan asuhan kebidanan. Di dalam metode SOAP, S
adalah data subjektif, O adalah data objektif, A adalah analysis, P adalah
penatalaksanaan. Metode SOAP merupakan dokumentasi yang sederhana akan tetapi
mengandung semua unsur data dan langkah yang dibutuhkan dalam asuhan
kebidanan, jelas, logis.

B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya
dengan judul makalah ini. Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya
makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga
makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para mahasiswa universitas
semarang pada umumnya.

DAFTAR PUSTKA
Fauziah, Afroh, & Sudarti (2010). Buku ajar dokumentasi kebidanan. Yogyakarta: Nuha
Medika. Gondodiputro,S. (2007). Rekam Medis dan sistem informasi kesehatan di Pelayanan
Kesehatan Primer (PUSKESMAS). Diakses dari
http://resources.unpad.ac.id/unpadcontent/uploads/publikasi_dosen/Rekam%20Medis%20dan
%20SIK.PDF. Muslihatun, Mudlilah, & Setiyawati (2009). Dokumentasi kebidanan.
Yogyakarta: Fitramaya. Pusdiknakes-WHO-JHIPIEGO (2003). Konsep asuhan kebidanan.
Jakarta: Pusdiknakes. Samil, R.S. (2001). Etika kedokteran Indonesia. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Sweet, B. dan Tiran, D. (1997). Maye’s midwifery: a
textbook for midwive. London: Baillire Tindal. Varney (1997). Varney’s midwifery, 3rd
Edition. Sudbury England: Jones and Barlet Publishers. Widan & Hidayat (2011).
Dokumentasi kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai