Materi Kapsel Gabung
Materi Kapsel Gabung
Materi Kapsel Gabung
Selekta
Prodi S1 Farmasi
Universitas Bhakti kencana
Maret 2021
STANDAR PENDIDIKAN S1 FARMASI DAN
APOTEKER (APTFI 2013)
PENGUASAAN ILMU,
KOMUNIKASI DAN PRAKTEK KEMAMPUAN RISET
KEPEMIMPINAN DAN
KOLABORASU PROFESIONAL LEGAL DAN
MANAJEMEN
INTERPROFESIONAL DAN ETIK OENGEMBANGAN
DIRI
STANDAR KOMPETENSI LULUSAN
S1 FARMASI
Pengampu
• Prodi
• Tim Rubi
1. Ilmu Dasar
2. Analisis Farmakokimia dan Kimia Medisinal
3. Biologi Farmasi
4. Farmasetika dan Teknologi Farmasi
5. Farmakologi dan Farmasi Klinik
6. Farmasi Umum dan Apoteker
Materi UTS
No Materi Dosen
Dr.apt. R. Herni Kusriani,
Pendahuluan : Kontrak Belajar,
M.Si
1 Capaian Pembelajaran, RPS dan
apt. Hendra Mahakam
Deskripsi Mata Kuliah
Putra, M.S.Farm.
2 Biologi Sel, Biokimia dan Mikrobiologi Soni Muhsinin, M.Si.
6 Farmasi Regulasi dan Etika (1 sks) apt. Rizki Siti Nurfitria, MM.
Capaian Pembelajaran
Sikap
Capaian Pembelajaran
Pengetahuan
1. Menguasai konsep teoritis ilmu dasar: matematika, kimia (Kimia organik,
biokimia), biologi (biologi sel, anatomi, fisiologi, mikrobiologi, imunologi),
fisika, statistik, dan desain eksperimen (P1);
2. Menguasai konsep teoritis dan metode yang diperlukan dalam bidang
formulasi dan teknologi sediaan farmasi, yaitu farmasi fisika, kimia medisinal,
farmakologi, formulasi, fitokimia, dan biofarmasetika dan penjaminan mutu
Sediaan Farmasi secara fisikokimia, farmakologi, mikrobiologi,
farmakokinetika, dan farmakodinamika (P2);
3. Menguasai konsep teoritis dan metode yang diperlukan dalam bidang
pelayanan kefarmasian yaitu patologi, farmakologi, toksikologi, terminology
medik, informasi obat, farmakoterapi, konseling, pengobatan berbasis bukti,
fitoterapi, dan manajemen farmasi (P3);
4. Menguasai regulasi terkait sediaan farmasi, suplemen dan pelayanan
kefarmasian yaitu Farmakope atau kompendium lainnya (USP, BP, EP), dan
Pedoman CPOB, CPKB, CPOTB atau pedoman lainnya (GMP, GDP, GLP,
ICH, ASEAN guidelines) (P4).
[email protected] 12
Capaian Pembelajaran
Keterampilan Umum (KU)
1. Mampu menerapkan pemikiran logis, kritis, sistematis, dan inovatif dalam
konteks pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan dan teknologi
yang memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora yang sesuai dengan
bidang keahliannya (KU 1);
2. Mampu menunjukkan kinerja mandiri, bermutu, dan terukur (KU 2);
3. Mampu mengkaji implikasi pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan
dan teknologi yang memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora sesuai
dengan keahliannya berdasarkan kaidah, tata cara dan etika ilmiah dalam
rangka menghasilkan solusi, gagasan, desain atau kritik seni (KU 3);
4. Mampu mengambil keputusan secara tepat dalam konteks penyelesaian
masalah di bidang keahliannya, berdasarkan hasil analisis informasi dan data
(KU 5);
5. Mampu melakukan proses evaluasi diri terhadap kelompok kerja yang berada di
bawah tanggung jawabnya, dan mampu mengelola pembelajaran secara
mandiri (KU 8);
[email protected] 13
SCIENTIFIC
PERSONAL&PROFESSIONAL
LONG LIFE LEARNER COMPREHENSIONA &
RESPONSIBILITIES
RESEARCH ABILITIES
FARMAKOTERAPI HIPERTENSI
Target pembelajaran:
1. Pendahuluan
Telah diketahui bahwa tekanan darah merupakan target utama dalam menurunkan
resiko penyakit kardiovaskular. Walaupun berbagai upaya meningkatkan
kewaspadaan, terapi dan hal yang dilakukan untuk mengelola tekanan darah tinggi
secara agresif telah dilakukan, namun control secara umum masih suboptimal. Hingga
saat ini berbagai organisasi nasional maupun internasional terus melakukan upaya
perbaikan rekomendasi, berdasarkan data klinik, dalam pengelolaan pasien hipertensi.
Berbagai algoritma (panduan terapi) telah merekomendasikan terapi farmakologi dan
non-farmakologi, dengan harapan bahwa menurunkan tekanan darah tinggi
mengurangi kerusakan organ target sehingga menurunkan resiko stroke, infark
jantung, gagal ginjal terminal, dan gagal jantung. Beberapa algoritma yang dapat
menjadi acuan antara lain:
1. American Society of Hypertension (ASH)
2. International Society of Hypertension (ISH)
3. Joint Clinical Practice Guidelines for the Management of Hypertension in the
Community,
4. Evidence-Based Guideline for the Management of High BP in Adults by the
former panel members appointed to the Eighth Joint National Committee (JNC 8)
tahun 2014
5. Guidelines from the American Heart Association and American College of
Cardiology
6. National Institute for Health and Clinical Excellence (NICE) tahun 2011
Secara umum, setiap algoritma memberikan panduan terapi non-farmakologi dan
farmakologi untuk mengelola hipertensi. Panduan tersebut merekomendasikan target
tekanan darah yang harus dicapai dengan terapi yang dilakukan, dalam menurunkan
resiko kardiovaskular dan kerusakan ginjal. Rekomenasi terapi obat biasanya dimulai
dengan 1 atau 2 obat (pada kasus hipertensi stage 2) antihipertensi. Rekomendasi
khusus diberikan pada kondisi gagal jantung, post infark jantung, diabetes, dan gagal
ginjal kronik. (Wells et al., 2014)
Menurut JNC8, bahwa hipertensi adalah peningkatan tekanan darah arterial abnormal
yang berlangsung terus menerus, dengan kategori terpisah antara sistolik (140 mmHg)
dan diastolic (>90 mmHg).
1. Definisi hipertensi
Hipertensi adalah adanya kenaikan tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg atau tekanan
darah diastolic ≥ 90 mmHg, atau keduanya, pada pemeriksaan berulang. Definisi
tersebut berlaku untuk pasien usia ≥ 18 tahun. Sedangkan pada pasien usia ≥ 80 tahun
dengan tekanan darah mencapai 150 mmHg masih dianggap normal.
Tujuan terapi hiptertensi adalah menurunkan tekanan darah sampai level di bawah
angka untuk diagnosisnya. Definisi tersebut ditentukan berdasarkan hasil studi klinik
besar yang menunjukkan manfaat terapi pasien mencapai level tekanan darah tersebut.
Algoritma terapi cenderung menggunakan target tekanan darah < 140/90 mmHg yang
harus dicapai untuk pasien dewasa. Algoritma terbaru merekomendasikan target
tekanan darah 130/80 mmHg bagi pasien dengan penyakit penyerta diabetes mellitus
atau gagal ginjal kronik.
3. Etiologi
Pada sebagian besar kasus (>90%) kenaikan tekanan darah tidak diketahui
penyebabnya atau disebut sebagai hipertensi primer. Pada beberapa kasus hipertensi
diketahui penyebabnya atau disebut sebagai Hipertensi Sekunder. Beberapa penyebab
hipertensi sekunder antara lain:
a. gagal ginjal kronis,
b. Cushing syndrome
c. Penggunaan obat
d. Pheochromocytoma
e. Primary aldosteronism
f. Renovascular hypertension
g. Sleep apnea
h. Thyroid or parathyroid disease
Obat-obat yang dapat memicu kenaikan tekanan darah dan harus dihentikan jika
memungkinkan. Obat tersebut adalah antiinflamasi nonsteroid untuk terapi artritis
dan meredakan nyeri. Antidepresan trisiklik, kontrasepsi oral dosis tinggi, obat
migraine, dan obat flu (mengandung pseudoefedrin). Selain itu, pasien mungkin
menggunakan obat herbal, menyalahgunakan obat (kokain) yang dapat meningkatkan
tekanan darah.
4. Patofisiologi
Patofisiologi hipertensi primer sangat komplek melibatkan 2 hal utama sebagai
determinan tekanan darah yaitu kardiak output dan resistensi perifer. Hal-hal yang
mempengaruhi keduanya sangat banyak dan komplek, kemungkinan multifactorial.
Perkembangan hipertensi primer melibatkan interaksi antara factor genetika dan
factor lingkungan dengan multiple system fisiologi termasuk neural, renal, hormonal,
dan vascular.
Factor genetic
Telah diketahui adanya efek polimorfisme genetic terhadap tekanan darah
sistolik, tekanan darah diastolic dan respon terhadap obat antihipertensi,
namun perlu penelitian lebih lanjut pada populasi besar atau luas. Sehingga,
informasi yang tersedia hingga saat ini masih jauh dari memadai, informasi
yang diharapkan sebagai panduan praktis untuk klinisi.
Factor lingkungan
Berbeda dengan factor genetic, kontribusi factor lingkungan terhadap
hipertensi telah diketahui dengan jelas. Rokok dan kafein dapat meningkatkan
tekanan darah melalui pelepasan norepinefrin. Kafein menghambat reseptor
adenosine sebagai vasodilator. Intake alcohol dapat meningkatkan aktivitas
saraf simpatik atau menurunkan vasodilatasi). Beberapa factor lingkungan
lainnya yang dapat mempengaruhi tekanan darah termasuk obesitas,
kurangnya aktivitas fisik, lingkungan janin (malnutrisi maternal, janin terpapar
glukokortikoid), kenaikan bobot badan setelah lahir, lahir premature dan bobot
lahir rendah kekurangan kalium dan magnesium, defisiensi vitamin D, dan
toksin lingkungan.
6. Tujuan terapi
Tujuan terapi hipertensi adalah untuk menurunkan resiko penyakit kardiovaskular dan
kerusakan organ target seperti infark jantung, gagal jantung, dan gagal ginjal.
Mortalitas dan morbiditas dapat diturunkan jika terapi yang diberikan mencapai target
tekanan darah spesifik (lihat algoritma).
Tujuan terapi hipertensi adalah mengelola tekanan darah dan mengendalikan factor
resiko lainnya termasuk dyslipidemia, diabetes atau intoleransi glukosa, obesitas, dan
merokok. Target tekanan darah yang harus dicapai < 140/90 mm Hg. Namun untuk
pasien hipertensi yang disertai dengan diabetes, gagal ginjal kronik, dan penyakit
arteri coroner target tekanan darah yang harus dicapat adalah < 130/80 mmHg
terutama jika telah terjadi albuminuria pada pasien gagal ginjal kronik.
Pentingnya memberikan informasi kepada pasien bahwa terapi hipertensi dilakukan
seumur hidup secara teratur, tidak boleh menghentikan terapi obat atau perubahan
gaya hidup tanpa konsultasi dengan tenaga kesehatan.
7. Terapi hipertensi
a. Algoritma terapi JNC 8
JNC 8 merekomendasikan bahwa pasien dengan tekanan darah > 140/90 mmHg
usia < 60 tahun, atau tekanan darah > 150/90 mmHg pada usia > 60 tahun, atau
tekanan darah > 140/90 mmH pada pasien resiko tinggi (penyakit penyerta
diabetes, gagal ginjal) mulai mendapatkan terapi non farmakologi dengan cara
perbaikan gaya hidup (menurunkan bobot badan, mengurangi asupan garam dan
alcohol, menghentikan merokok). Jika terapi tunggal non Farmakologi tidak
mencapai target tekanan darah yang diharapkan, maka ditambahkan terapi obat.
Hipertensi tahap 1 (tekanan darah > 140/90 mmHg): pasien usia < 60 tahun
direkomendasikan obat golongan ARB atau ACE-I jika diperlukan tambahkan
CCB atau thiazide untuk mencapai target tekanan darah < 140/90 mmHg.
Pasien usia > 60 tahun direkomendasikan terapi obat golongan CCB atau
thiazide jika diperlukan tambahkan ACEI atau ARB untuk mencapai target
tekanan darah < 150/90 mmHg.
Hipertensi tahap 2 (tekanan darah > 160/100 mmHg): semua pasien diberikan
kombinasi 2 obat golongan CCB atau thiazide plus ACEI atau ARB.
Kasus khusus:
1. Hipertensi dengan diabetes: obat pilihan golongan ACEI atau ARB jika
diperlukan tambahkan CCB atau thiazide untuk mencapai target terapi
140/90 mmHg.
2. Hipertensi dengan gagal ginjal kronik: obat pilihan golongan ARB atau
ACEI (ACEI terbukti memiliki efek protektif terhadap ginjal) jika
diperlukan tambahkan CCB atau thiazide untuk mencapai target terapi
140/90 mmHg.
3. Hipertensi dengan riwayat stroke: obat pilihan golongan ACEI atau ARB
jika diperlukan tambahkan CCB atau thiazide untuk mencapai target terapi
140/90 mmHg.
4. Hipertensi dengan gagal jantung: obat pilihan golongan ARB atau ACEI
plus beta blocker, diuretic, spironolakton tanpa mempertimbangkan
tekanan darah. Golongan CCB dapat ditambahkan jika diperlukan untuk
mengontrol tekanan darah. (Bell et al., 2015)
b. Golongan obat farmakologi untuk hipertensi
JNC 8 merekomendasikan 4 golongan obat sebagai terapi pilihan pertama yaitu
diuretic, angiontensin converting enzyme inhibitor (ACE-I), angiotensin reseptor
blocker (ARB) dan calcium channel blocker (CCB).
ARB bekerja dengan cara memblok aktivitas kimia alami yang disebabkan
angiotensin II. Angiotensin II adalah vasokonstriktor kuat (menyebabkan
pembuluh darah kontriksi (menyempit). Penyempitan ini bisa menyebabkan
tekanan darah tinggi dan sedikit aliran darah yang melalui ginjal.
Diuretic loop
Penghambatan kompetitif terhadap aldosteron. Bekerja di tubulus renalis rektus
untuk menghambat reabsorpsi Na+, sekresi K+ dan sekresi H+
Beta blocker
Memperlambat kerja jantung melalui pengurangan kontraksi otot-otot jantung dan
menurunkan tekanan darah.
9. Daftar pustaka
Bell, K. et al. (2015) ‘Hypertension: The silent killer: updated JNC-8 guideline
recommendations’, Alabama Pharmacy Association, pp. 1–8.
Houston, M. C. (2011) ‘The importance of potassium in managing hypertension’, Current
hypertension reports. Springer, 13(4), pp. 309–317.
Wells, B. G. et al. (2014) Pharmacotherapy Handbook, 9/E. McGraw Hill Professional.
Zhang, X. et al. (2016) ‘Effects of magnesium supplementation on blood pressure: a meta-
analysis of randomized double-blind placebo-controlled trials’, Hypertension. Am Heart
Assoc, p. HYPERTENSIONAHA-116.
1. Peraturan dasar:
a. UU No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
b. PP No 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian
Sebagai Landasan Pelayanan Kefarmasian yang Bermutu dan memperkuat otoritas
dan kewenangan praktek kefarmasian oleh Apoteker
2. Peraturan tentang Obat
a. Peraturan ttg obat, obat jadi, obat paten, obat standar, obat asli, obat baru
i. SP Menkes RI No. 193/keb/BVII/71
b. Penggolongan Obat menurut UU:
i. Permenkes Nomor 917/ MENKES/PER/X/1993
ii. Permenkes RI No. 949/Menkes/Per/VI/2000
c. Obat Keras
i. UU obat Keras Nomor. St.1937 No.541
d. Penggolongan Obat DOWA:
i. No. 1 Keputusan Menkes nomor : 347/MenKes/SK/VII/1990
ii. No. 2 Kepmenkes no 924 tahun 1993
iii. Kepmenkes no 925 tahun 1993 tentang perubahan gol. OWA No.1, memuat
perubahan gol. obat terhadap daftar OWA No. 1, beberapa obat yang semula
OWA berubah menjadi OBT atau OB
iv. No. 3 Kepmenkes no 1176 tahun 1999
e. Narkotika:
i. UU No. 35/2009 ttg Narkotika
ii. PMK No 7/2018 ttg Perubahan Gol. Narkotika (yang terbaru PMK No. 5/2020)
1. Obat baru Narkotika gol. 1:
a. Sebelumnya Psikotropika: Ekstasi (MDMA), Lisergida (LSD),
Psilosibina, Amfetamin, Deksamfetamin, Metamfetamin
b. Sebelumnya OK: Karisoprodol
iii. Permenkes No. 3 tahun 2015 ttg Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan
Pelaporan Narkotika
f. Psikotropika
i. UU No 5 tahun 1997 ttg Psikotropika
ii. PMK No. 3/2017 ttg Perubahan Gol. Psikotropika
g. Prekursor
i. PP No 44 Tahun 2010 tentang Prekursor
ii. Per Ka BPOM Nomor 40 Tahun 2013 Tentang Pedoman Pengelolaan Prekursor
Farmasi Dan Obat Mengandung Prekursor Farmasi
terbaru Perka BPOM no. 4 thn 2018 ttg Pengawasan Pengelolaan Obat, Bahan
Obat, Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi Di Fasilitas Pelayanan
Kefarmasian:
obat narkotika dan psikotropika harus menggunakan resep baru, tercantum di
poin 4.4, 4.5, 4.22 untuk obat NPP dan 4.19, 4.20 untuk Narkotika saja
h. OOT
i. Peraturan BPOM No. 10 Tahun 2019 tentang Pedoman Pengelolaan OOT
3. Peraturan tentang Sarana Farmasi dan Pelayanan Kefarmasian
a. Rumah Sakit
i. UU no. 44 thn 2009 ttg RS,
ii. Permenkes no. 72 thn 2016 ttg Standar Layanan Farmasi di RS
iii. Pedoman Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian di RS tahun 2019
b. Apotek
i. Permenkes no. 9 thn 2017 tth Apotek,
ii. Permenkes no. 73 thn 2016 ttg Standar Layanan Farmasi di Apotek
iii. Pedoman Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek tahun 2019
c. Puskesmas
i. Permenkes no. 43 thn 2019 ttg Puskesmas,
ii. Permenkes no 74 thn 2016 ttg Standar Layanan Farmasi di Puskesmas
iii. Pedoman Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas tahun 2019
d. Klinik
i. Permenkes no. 9 thn 2014 ttg Klinik
4. Peraturan tentang Tenaga Kefarmasian
a. UU No. 36 /2014 ttg Tenaga Kesehatan
i. Pasal 44 (1) : Setiap tenaga kesehatan yg menjalankan praktik wajib memiliki
STR
ii. Pasal 46 : Setiap tenaga kesehatan yg menjalankan praktik di bidang pelayanan
kesehatan wajib memiliki izin, dalam bentuk SIP yang diberikan oeh Pemerintah
Kab/kota
b. PP No. 51/2009 Pekerjaan Kefarmasian
i. Pasal 52 ayat (2): Apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian di Apotek,
Puskesmas, atau instalasi farmasi rumah sakit harus menggunakan Surat Izin
Praktik berupa SIPA dan SIK untuk yang Apoteker di fasilitas kefarmasian diluar
Apotek dan instalasi farmasi rumah sakit
c. Permenkes No. 889/MENKES/PER/V/2011 Tahun 2011 tentang Registrasi, Izin Praktik,
dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian
i. Pasal 1: Setiap tenaga kefarmasian yang menjalankan pekerjaan kefarmasian
wajib memiliki surat tanda registrasi., berupa STRA bagi Apoteker dan STRTTK
bagi tenaga teknis kefarmmasian
d. Permenkes No.31 thn 2016 ttg Perubahan PMK No.889 thn 2011 ttg Registrasi, Izin
Praktik, dan Izin KerjaTenaga Kefarmasian.
i. Pasal 17 : Setiap tenaga kefarmasian yang akan menjalankan pekerjaan
kefarmasian wajib memiliki surat izin sesuai tempat tenaga kefarmasian bekerja,
yaitu SIP Apoteker dan SIP Tenaga Teknis Kefarmasian. Penerapan Integrasi
STRA Online dengan Penerbitan SIPA
5. Sistem Kesehatan Nasional:
a. Perpres No. 72/ 2012 ttg Sistem Kesehatan Nasional
b. PMK 28 tahun 2014 ttg Pedoman pelaksanaan program JKN, Kebijakan Pengelolaan dan
Pelayanan Obat
c. PMK 59 Tahun 2014 ttg standar tariff JKN dan program rujuk balik
d. Formularium Nasional: SK Menkes No. 328/Menkes/SK/IX/2013 tanggal 19 September
2013
SUMPAH APOTEKER
MUKADIMAH
Bahwasanya seorang Apoteker di dalam menjalankan tugas kewajibannya serta dalam mengamalkan
keahliannya harus senantiasa mengharapkan bimbingan dan keridhaan Tuhan Yang Maha Esa
Apoteker di dalam pengabdiannya kepada nusa dan bangsa serta di dalam mengamalkan keahliannya
selalu berpegang teguh kepada sumpah/janji Apoteker.
Menyadari akan hal tersebut Apoteker di dalam pengabdian profesinya berpedoman pada satu ikatan
moral yaitu :
Pasal 1
Sumpah/Janji
Setiap Apoteker harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan Sumpah Apoteker.
Pasal 2
Setiap Apoteker harus berusaha dengan sungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan Kode Etik
Apoteker Indonesia.
Pasal 3
Setiap Apoteker harus senantiasa menjalankan profesinya sesuai kompetensi Apoteker Indonesia serta
selalu mengutamakan dan berpegang teguh pada prinsip kemanusiaan dalam melaksanakan
kewajibannya.
Pasal 4
Setiap Apoteker harus selalu aktif mengikuti perkembangan di bidang kesehatan pada umumnya dan di
bidang farmasi pada khususnya.
Pasal 5
Di dalam menjalankan tugasnya setiap Apoteker harus menjauhkan diri dari usaha mencari keuntungan
diri semata yang bertentangan dengan martabat dan tradisi luhur jabatan kefarmasian.
Pasal 6
Seorang Apoteker harus berbudi luhur dan menjadi contoh yang baik bagi orang lain.
Pasal 7
Seorang Apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya.
Pasal 8
Seorang Apoteker harus aktif mengikuti perkembangan peraturan perundang-undangan di Bidang
Kesehatan pada umumnya dan di Bidang Farmasi pada khususnya.
BAB II
KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP PENDERITA
Pasal 9
Seorang Apoteker dalam melakukan pekerjaan kefarmasian harus mengutamakan kepentingan
masyarakat dan menghormati hak asazi penderita dan melindungi makhluk hidup insani.
BAB III
KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP TEMAN SEJAWAT
Pasal 10
Setiap Apoteker harus memperlakukan Teman Sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.
Pasal 11
Sesama Apoteker harus selalu saling mengingatkan dan saling menasehati untuk mematuhi ketentuan-
ketentuan Kode Etik.
Pasal 12
Setiap Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan kerjasama yang baik
sesama Apoteker di dalam memelihara keluhuran martabat jabatan kefarmasian, serta mempertebal
rasa saling mempercayai di dalam menunaikan tugasnya.
BAB IV
KEWAJIBAN APOTEKER/FARMASIS TERHADAP SEJAWAT PETUGAS KESEHATAN LAINNYA
Pasal 13
Setiap Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk membangun dan meningkatkan
hubungan profesi, saling mempercayai, menghargai dan menghormati Sejawat Petugas Kesehatan.
Pasal 14
Setiap Apoteker hendaknya menjauhkan diri dari tindakan atau perbuatan yang dapat mengakibatkan
berkurangnya/hilangnya kepercayaan masyarakat kepada sejawat petugas kesehatan lainnya.
BAB V
PENUTUP
Pasal 15
Setiap Apoteker bersungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan Kode Etik Apoteker Indonesia
dalam menjalankan tugas kefarmasiannya sehari-hari. Jika seorang Apoteker baik dengan sengaja
maupun idtak sengaja melanggar atau tidak mematuhi Kode Etik Apoteker Indonesia, maka Apoteker
tersebut wajib mengakui danmenerima sanksi dari pemerintah, Ikatan/Organisasi Profesi Farmasi yang
menanganinya yaitu ISFI dan mempertanggungjawabkannya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Ditetapkan di :Denpasar
Pada tanggal:18 Juni 2005
REGULASI
KEFARMASIAN
2020
Hisfarma_Manado2018
REGULASI PELAYANAN KE
FARMASIAN
◦UU No 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan & PP No 51 Tahun 2009
Tentang Pekerjaan Kefarmasian
Sebagai Landasan Pelayanan
Kefarmasian yang Bermutu
◦Sistem Kesehatan Nasional (SKN)
Contents
Please
1 FILOSOFI PENGATURAN
OPTIMALISASI PENERAPAN
REGULASI TENAGA KEFARMASIAN
4
MELALUI SISTEM INTEGRASI STRA
ONLINE-SIPA
FILOSOFI
Kesehatan
Merupakan Hak
PENGATURAN
Asasi Dan Salah
Satu Unsur
Kesejahteraan Yang Pengaturan
Harus Diwujudkan
Sesuai Dengan Cita-
Upaya dan
cita-cita Bangsa sumber daya
Indonesia di bidang
Sebagaimana
Tertuang Dalam
kefarmasian
Undang-undang
Dalam Rangka tersebar
Dasar 1945
Meningkatkan
Kesadaran, Kemauan,
dalam
dan Kemampuan berbagai
Hidup Sehat bagi peraturan
setiap orang dalam
rangka mewujudkan perundang-
derajad undangan
kesehatanyang
setinggi-tingginya,
perlu dilakukan
berbagai upaya
kesehatan yang
didukung oleh Sumber
Daya Kesehatan
REGULASI DI BIDANG
KEFARMASIAN
Undang-Undang No.36
Tahun 2009 tentang
Kesehatan
Aspek
Aspek
Sumber Daya di
Upaya
Bidang
Kesehatan
Kesehatan
Tenaga
Kefarmasian,
Pelayanan Sarana/Fasilitas
Kefarmasian Kefarmasian,
Untuk dan Komoditi
mewujukan Kefarmasian
Derajat
Kesehatan
yang
setinggi-
tingginya
bagi
TUJUAN PENGATURAN
TERSEDIANYA
SEDIAAN FARMASI, TERJAMIN
ALAT KESEHATAN KEAMANAN, MUTU
DAN PKRT DAN
(Perbekalan KHASIAT/KEMANFAAT
Kesehatan Rumah AN
Tangga)
MELINDUNGI
TERJANGKAUNYA MASYARAKAT
SEDIAAN FARMASI, TERHADAP
ALAT KESEHATAN PENGGUNAAN
DAN PKRT BAGI YANG TIDAK
MASYARAKAT MEMENUHI STANDAR
DAN PERSYARATAN
MENCEGAH
DAN MENGATASI MEMBERIKAN
AKIBAT YANG KEPASTIAN HUKUM
MUNCUL DARI KEPADA TENAGA
PENGGUNAAN KEFARMASIAN DAN
YANG SALAH DAN MASYARAKAT
PENYALAHGUNAAN
PRINSIP PENGATURAN DALAM
PERATURAN PERUNDANGAN
Pemahaman Pasal:
•Keputusan MK ini memperkuat pasal 108 dari UU 36/09 bahwa
Praktik
Kefarmasian diakui dan
• Dilaksanakan oleh Tenaga Kefarmasian
• Dalam keadaan darurat yang mengancam keselamatan jiwa,
dokter, dokter gigi dan perawat dapat melakukan secara terbatas
•Hanya tenaga kefarmasian sebagai tenaga kesehatan yang memiliki
kekuatan
hukum mengikat dalam menjalankan praktik kefarmasian dan
•Tenaga kesehatan dokter, dokter gigi, perawat secara terbatas
yang melakukan
tugasnya dalam keadaan darurat yang mengancam keselamatan
IMPLIKASI UU 36/2009 DAN PP 51/2009
TERHADAP TATA CARA DAN PROSES
PRAKTIK APOTEKER INDONESIA
•UU No. 36/2009 tentang Kesehatan dan PP 51/2009
memberikan kewenangan kepada apoteker sebagai
satu-satunya tenaga kesehatan yang dapat
menyelenggarakan praktik kefarmasian/ praktik profesi
• Norma “pekerjaan kefarmasian” dalam PP 51/09
berubah menjadi “praktik kefarmasian/ praktik profesi”,
yang memberikan pengakuan legal terhadap praktik
apoteker sebagai praktik “mandiri”.
• Apoteker merupakan “subjek hukum yang mengikat”
dalam berbagai praktik kefarmasian, sehingga dalam
praktik apoteker dapat membuat keputusan
profesional yang dapat dipercaya berdasarkan ilmu
kefarmasian, standar profesi dan etik apoteker.
Regulasi Terkait Tenaga
Kefarmasian
• Pasal 44 (1) : Setiap tenaga kesehatan yg
menjalankan praktik wajib
UU No. 36 /2014
• memiliki STR
Tenaga Kesehatan • Pasal 46 : Setiap tenaga kesehatan yg menjalankan
praktik di bidang
• pelayanan kesehatan wajib memiliki izin, dalam
bentuk SIP yang
• Pasal 52 ayat
• diberikan oeh(2)
Pemerintah Kab/kota
PP No. 51/2009 • Apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian di
Pekerjaan Kefarmasian Apotek, Puskesmas, atau instalasi farmasi rumah sakit
harus menggunakan Surat Izin Praktik berupa SIPA
dan SIK untuk yang Apoteker di fasilitas kefarmasian
diluar Apotek dan instalasi farmasi rumah sakit
• Pasal 1
Permenkes No. • Setiap tenaga kefarmasian yang menjalankan
889/Menkes/Per/V/2011 pekerjaan kefarmasian wajib memiliki surat
tanda registrasi., berupa STRA bagi Apoteker
dan STRTTK bagi tenaga teknis kefarmmasian
• Jumlah STRA
6.136
2016 • Jumlah Re
Registrasi STRA
16.097
• Total STRA 22.233
• Jumlah STRA
6.525
2017 • Jumlah Re
Registrasi STRA
7.276
• Total STRA 13.801
Menteri
Kadinkes Kadinkes
Kab/Kota Provinsi
Pembinaan
dan
Pengawasan
Konsil melibatk
an Organisasi
Kefarmasian
Profesi
(KFN/KTKI)
UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME
APOTEKER
PELAYANAN
KEFARMASIAN SESUAI
STANDAR
INPUT PROSES OUTPUT
. Jaminan Keamanan,
PEMBI khasiat/manfaat, dan mutu serta
AYAA UPAYA perlindungan masyarakat
N KESEHA
TAN
KESEH Penyelenggaraan pelayanan
MANAJ
ATAN SEDIAAN
EMEN kefarmasian
FARMASI,
& SKN ALKES, &
MAKANAN
INFOKES
PEMBERD
SDM . Penggunaan obat yang rasional
AYAAN
KESEHAT
MASYAR
AN
AKAT
. Kemandirian obat
KETERSEDIAAN
KETERJANGKAUAN
JAMINAN
KEAMANAN,
MUTU &
MANFAAT
POR
Regulasi obat
ForNas
Penetapan jenis
E-catalogue
berdasarkan kriteria Penetapan harga
pemilihan obat berdasarkan hasil
lelang dan negosiasi
Kendali Mutu – Kendali
Biaya
Keselamata
n Pasien
(Patient
Safety)
Daftar obat terpilih yang dibutuhkan dan
harus tersedia di fasilitas pelayanan
kesehatan sebagai acuan dalam
pelaksanaan JKN
(SK Menkes No. 328/Menkes/SK/IX/2013
tanggal 19 September 2013)
Konsep Obat Esensial Dalam JKN
OBAT BEREDAR
(Safety, Efficacy,
Quality)
KONS
EP
FORNAS
OBAT
(Benefit
ESENS
Risk, Cost-
IAL
Effective)
DOE
N
I
Bukti ilmiah diperoleh dari meta analysis atau systematic
a
review terhadap uji klinik acak terkendali tersamar
ganda dengan pembanding.
I Bukti ilmiah diperoleh dari sekurang-kurangnya satu uji
b klinik acak terkendali, tersamar ganda dengan
pembanding.
MANFAAT
Menjadi acuan
penetapan penggunaan
obat dalam Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN)
Meningkatkan
penggunaan obat yang
rasional
Mengoptimalkan
pelayanan kepada pasien
Memudahkan
perencanaan dan
penyediaan obat
Meningkatkan efisiensi
KRITERIA
PEMILIHAN
OBAT
Memiliki khasiat dan keamanan
berdasarkan bukti ilmiah
mutakhir dan valid.
Identifikasi MTO
Kontribusi
Promosi
MI meningkatk
Efektifitas
an
Kesehatan
Pengobata
SI Kesehatan
n Efektifitas
Pengoabtan
Mencegah yang
Tidak
Dikehendaki
Prinsip
Farmakoekonomi
dlm penggunaan
obat
APOTEKER SEBAGAI TIM TENAGA
KESEHATAN
RUMAH SAKIT,
PUSKESMAS,KLINIK
APOTEK, TOKO OBAT
APOTEKER
TENAGA TEKNIS
KEFARMASIAN
KOMPETE
NSI
CPFB ,STANDAR
YANFAR
SOP
DOKUMENT
ASI
CPFB dan Standar Pelayanan
Kefarmasian
Cara Pelayanan Standar
Pelayanan
Kefarmasian yang Baik
Kefarmasian
Pengelolaan
Pilar Sediaan
• Pelayanan Farmasi
Langsung ke Pelayanan
Pasien Farmasi
Klinik
• Identifikasi
MTO PMK No. 72/ 2016 ttg
Standar Pelayanan
• Promosi Kefarmasian di RS
Kesehatan PMK No. 73/ 2016 ttg
• Efektifitas Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek
Pengobatan PMK No. 74/ 2016 ttg
• Mencegah Standar Pelayanan
Kefarmasian di
yang Tidak Puskesmas
Dikehendaki
FIP MENYUSUN GPP DAN MEREKOMENDASIKAN SETIAP
NEGARA• Prinsip
UNTUK MEMILIKI SISTEM MANAJEMEN MUTU
Farmakoekono
DALAM PELAYANAN
mi dlm
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah
Sakit
(Permenkes No. 72 Tahun 2016)
KEBIJAKAN
PERENCANAAN, PENGELOLAAN PENGELOLAA
PELAKSANAAN
MONEV
SEDIAAN N SISTEM
TINDAKAN THD FARMASI, ALAT SATU PINTU
HASIL MONEV KESEHATAN, &
Pengkajian &
BAHAN MEDIS pelayanan resep,
PENGENDAL HABIS PAKAI penelusuran
IAN MUTU PELAYANA riwayat
PELAYANAN N FARMASI penggunaan
obat, rekonsiliasi,
KEFARMASI KLINIK PIO, Konseling,
AN Visite, PTO, MESO,
EPO, PKOD,
SUMBER Dispensing
PENGORGANIS DAYA sediaan steril
ASIAN KEFARMASI
AN
•TUPOKSI IFRS Rawat Inap
•TFT
•TIM LAIN YG
1 :30
57
TERKAIT Rawat
Fungsi & Kewenangan
dalam Sistem Integrasi
STRA - SIPA
1. Dengan Ikatan Apoteker Indonesia (IAI)
a. PP IAI : Integrasi Sertifikat Kompetensi – STRA
b. PC IAI : penerbitan rekomendasi SIPA
c. PD IAI : Monitoring SIPA, sebaran tenaga
kefarmasian dan fasilitas kefarmasian di
wilayahnya
2. Dengan Pemerintah Daerah
a. Dinkes Kab/Kota dan PTSP (Pelayanan Terpadu
Satu Pintu) Kab/Kota : Penerbitan SIPA
b. Dinkes Propinsi : Monitoring SIPA, sebaran
tenaga kefarmasian dan fasilitas kefarmasian di
wilayahnya
Penetapan Daftar Obat Keadaan
Darurat Medis
pada Praktik Mandiri Dokter
Ditetapkan melalui Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor
HK.01.07/MENKES/263/2018 tentang Daftar
•Obat Keadaan
Merupakan Darurat
daftar pada
jenis obat yangPraktik Mandiri
diperlukan
Dokter, tanggal 14 kasus
untu k penanganan Mei 2018
pasien dalam
keadaan darurat medis.
• Diperoleh berdasarkan surat permintaan obat
dari dokter ke apotek memperhatikan
pengelolaan obat yang dapat menjamin mutu,
keamanan dan khasiat/manfaat.
• Jenis dan jumlah obat dapat disimpan sesuai
kebutuhan.
Daftar Obat Keadaan Darurat
pada Praktik Mandiri Dokter
NAMA GENERIK/ KEKUATAN NAMA GENERIK/ KEKUATAN
1. Adrenalin (epinefrin) 9. Ringer Lactat
Inj 0,1% (i.v./s.k./i.m.) - inf
2. Lidokain 10 Glukosa 40 %
- Inj 2% (infiltr/p.v.) .
3. Atropin 11 Diazepam
- Inj 0,25mg/ml (i.v/i.m/s.k) .
4. Isosorbidinitrat - inj 5 mg/mL (i.v.)
- tab 5 mg, - enema 5 mg/2,5 mL
- tab 10 mg - enema 10 mg/2,5 mL
5. Oksigen 12 Klorpromazin (inj)
6. NaCl .
- inf - inj 5 mg/mL (i.m.)
7. Deksametason 13 Difenhidramin
- Inj 5mg/mL (i.v./i.m.) .
8. Salbutamol - Inj 10 mg/mL
- cairan ih 30 mcg 14 Domperidon
- cairan ih 50 mcg .
- tab 10 mg
- sir 5 mg/5 mL
Permenkes No. 12/2017 tentang
Penyelenggaraan Imunisasi
Berdasarkan jenis penyelenggaraannya, imunisasi dikelompokan
menjadi imunisasi program dan imunisasi pilihan
Pelayanan Imunisasi pilhan hanya dapat dilaksanakan oleh
fasyankes berupa :
a. Rumah sakit
b. Klinik, atau
c. Praktik dokter
Pasal 38
(1) Setiap proses imunisasi pilihan harus memperhatikan keamanan,
mutu dan khasiat vaksin sesuai dengan standar yang ada
(2) Vaksin pilhan harus diperoleh dari industri farmasi atau PBF yang
memiliki izin sesuai ketentuan peraturan perundangan
(3) Dikecualikan dari ketentuan ayat (2), bagi praktik dokter harus
memperoleh vaksin dari apotek yang memiliki izin sesuai
ketentuan peraturan perundangan
KESIMPULAN
66
Etika Profesi
2020
Outline
Etika Profesi Etik Penelitian Kesehatan
• pengertian profesi • Dasar-dasar Etik Penelitian
Kesehatan
• pengertian etika • Panduan Etik Penelitian
• Prinsip Umum Etik Penelitian
• pengertian etika profesi
• Informed Consent (Persetujuan
• etika profesi Apoteker Setelah Penjelasan/PSP)
• Implementasi Hukum dalam
• Kode Etik Apoteker Penelitian Kesehatan
Indonesia • Integritas Peneliti
• Etik pada Berbagai Jenis
Penelitian Kesehatan
• Komisi Nasional Etik Penelitian
Kesehatan (KNEPK) dan Komisi
Etik Penelitian Kesehatan (KEPK)
stnurfitria-2020
Profesi
• Pengertian Profesi adalah suatu jabatan atau juga pekerjaan yang
menuntut keahlian atau suatu keterampilan dari pelakunya.
• Biasanya sebutan dari “profesi” selalu dapat dikaitkan dengan
pekerjaan atau juga jabatan yang dipegang oleh seseorang, akan
tetapi tidak semua pekerjaan atau suatu jabatan dapat disebut
dengan profesi disebabkan karena profesi menuntut keahlian dari
para pemangkunya.
• Hal tersebut berarti bahwa suatu pekerjaan atau suatu jabatan yang
disebut dengan profesi tidak bisa dipegang oleh sembarang orang,
namun memerlukan suatu persiapan dengan melalui pendidikan
serta pelatihan yang dikembangkan khusus untuk itu.
Pekerjaan ≠
profesi.
stnurfitria-2020
Etika Profesi dan Kode Etik
Etika profesi menurut Keiser dalam
(Suhrawardi Lubis, 1994:6-7) Kode etik profesi
• suatu sikap hidup berupa • suatu sistem norma, nilai serta
aturan professsional tertulis yang
keadilan untuk dapat dengan secara tegas menyatakan
memberikan pelayanan apa yang benar serta baik, dan juga
apa yang tidak benar serta tidak
yang professional terhadap baik bagi professional.
masyarakat dengan penuh • menyatakan perbuatan apa yang
ketertiban serta keahlian benar / salah, perbuatan apa yang
harus dilakukan serta juga apa yang
ialah sebagai pelayanan harus dihindari.
dalam rangka melaksanakan • Tujuan kode etik
suatu tugas yang berupakan – Supaya memberikan jasa sebaik-
baiknya kepada pemakai atau juga
kewajiban terhadap customernya (profesional).
masyarakat. – melindungi perbuatan yang tidak
professional.
stnurfitria-2020
PENGERTIAN PROFESIONALISME
suatu komitmen dari para
anggota suatu profesi untuk
dapat meningkatkan
kemampuannya dengan secara
terus menerus atau
berkelanjutan.
a. nilai-nilai,
b. tata cara hidup yang baik, Adat Kebiasaan
c. aturan hidup yang baik
d. dan segala kebiasaan
yang dianut dan Perilaku yang ajeg dan
berulang
diwariskan dari generasi
ke generasi
Moral merujuk kepada cara
berfikir, dan bagaimana
mereka harus bertindak
stnurfitria-2020
Perbedaan antara moral dengan etika
Etika Moral
Moral
a. Etika menyangkut perbuatan manusia a. Moral tidak terbatas pada cara melakukan
sebuah perbuatan, moral memberi norma
• 2. tentang perbuatan itu sendiri.
b. Etika menunjukkan cara yang tepat b. Moral menyangkut masalah apakah
artinya cara yang diharapkan serta sebuah perbuatan boleh dilakukan atau tidak
ditentukan dalam sebuah kalangan tertentu. boleh dilakukan.
c. Etika hanya berlaku untuk pergaulan. c. Moral selalu berlaku walaupun tidak ada
orang lain.
d. Etika bersifat relatif. Yang dianggap tidak d. Moral bersifat absolut. Perintah seperti
sopan dalam sebuah kebudayaan, dapat saja “jangan berbohong” , “jangan mencuri”
dianggap sopan dalam kebudayaan lain. merupakan prinsip moral yang tidak dapat
ditawar-tawar.
stnurfitria-2020
Etika dan Hukum
Persamaan Perbedaan
• Mempunyai tujuan sosial • Etika ditujukan kepada sikap
yang sama yakni batin manusia, dan sanksinya
dari kelompok masyarakat
menghendaki agar manusia profesi itu sendiri .
melakukan perbuatan yang • Hukum ditujukan pada sikap
baik dan benar lahir manusia, membebani
manusia dengan hak dan
kewajiban, bersifat memaksa,
sanksinya tegas dan konkret
yang dilaksanakan melalui
wewenang
penguasa/pemerintah.
stnurfitria-2020
Perbedaan Etika dan Hukum
Etika Hukum
a) Berlaku untuk lingkungan kelompok a) Berlaku untuk umum
/profesi
• 2)
b) Disusun berdasarkan kesepakatan b) Disusun oleh badan pemerintah
anggota kelompok/profesi
c) Tidak seluruhnya tertulis dengan pasal- c) Tercantum secara rinci di dalam kitab UU
pasal dengan pasal-pasal, termasuk sanksi
terhadap pelanggaran
d) Sanksi terhadap pelanggaran berupa d) Sanksi terhadap pelanggaran berupa
tuntunan dan sanksi organisasi tuntutan, baik perdata maupun pidana
stnurfitria-2020
Macam-macam Norma
1. Norma khusus adalah aturan yang berlaku dalam bidang kegiatan
tertentu atau khusus,
– ex: aturan olahraga, aturan kuliah,dll
2. Norma umum adalah aturan yang bersifat umum dan universal.
– Contoh : Norma sopan santun, Norma hukum , Norma moral.
a. Norma sopan santun : Mengatur pola perilaku dan sikap lahiriah manusia.
Misal: mengatur perilaku pergaulan, bertamu, minum,makan, berpakaian,
dll.
b. Norma hukum : merupakan norma yang biasanya dimodifikasikan dalam
bentuk aturan tertulis sebagai pegangan bagi masyarakat untuk berperilaku
yang baik maupun sebagai pedoman untuk menjatuhkan hukuman bagi
pelanggarnya.
Misal: UUD 1945, PP, Tap MPR, Keppres, KUHP, dll.
c. Norma moral: Norma yang bersumber dari hati nurani (conscience), menjadi
tolak ukur yang dipakai oleh masyarakat dalam menentukan baik buruknya
tindakan manusia sebagai anggota masyarakat atau sebagai orang dengan
jabatan atau profesi tertentu.
stnurfitria-2020
PROFESI
stnurfitria-2020
PROFESIONAL
• Profesional adalah: Orang yang memerlukan
kepandaian khusus untuk melakukan suatu
pekerjaan
• Orang yang professional mempunyai :
1. Disiplin kerja yang tinggi yang muncul dari dalam
dirinya sendiri Tidak karena orang lain.
2. Integritas pribadi yang tinggi dan mendalam.
3. Tahu menjaga nama baiknya,
4. Komitmen moralnya,
5. Tuntutan profesi serta nilai dan cita-cita yang
diperjuangkan oleh profesinya
stnurfitria-2020
Ciri – ciri Profesi
a. Adanya keahlian dan keterampilan khusus yang diatur
dalam aturan yang disebut Dengan kode etik
b. Adanya komitmen moral yang tinggi.
c. Orang yang profesional, hidup dari profesinya
membentuk identitas dari orang tsb
d. Pengabdian kepada masyarakat
e. Ada izin khusus untuk menjalankan profesi tersebut
f. Para profesional biasanya menjadi anggota dari suatu
Organisasi Profesi mis: IDI (dokter), PGRI, dsb
stnurfitria-2020
Pekerjaan Kefarmasian
• Pekerjaan Kefarmasian membutuhkan tingkat keahlian dan
kewenenangan yang didasari oleh suatu standar kompetensi, dan
etika
• Etika profesional farmasi tidak hanya mendorong/meningkatkan
kinerja bagi tenaga farmasi, tetapi juga akan memberikan
peningkatkan kontribusi fungsional /peranan farmasi bagi
masyarakat.
• Ruang lingkup pelayanan kefarmasian meliputi Tanggung jawab,
kewenangan dan hak.
a. Bidang Apotek/Apotek Rumah Sakit
b. Bidang Toko Obat
c. Bidang Pedagang Besar Farmasi
d. Bidang Puskesmas
e. Bidang Industri
f. Bidang Instalasi Perbekalan Farmasi
stnurfitria-2020
KODE ETIK
Fungsi Kode Etik
1. Memberikan arahan bagi • Kode etik harus
suatu pekerjaan profesi disosialisasikan karena :
2. Menjamin mutu moralitas 1. Sebagai sarana kontrol
profesi di mata masyarakat social.
2. Mencegah campur tangan
yang dilakukan oleh pihak
Tuntutan bagi anggota profesi:
luar yang bukan kalangan
1. Keharusan menjalankan profesi
profesinya secara 3. Mengembangkan petunjuk
bertanggung jawab baku dari kehendak manusia
2. Keharusan untuk tidak yang lebih tinggi
melanggar hak-hak orang lain berdasarkan moral.
stnurfitria-2020
Tujuan Kode Etik
a. Melindungi anggota organisasi untuk menghadapi persaingan
pekerjaan profesi yang tidak jujur dan untuk mengembangkan
tugas profesi sesuai dengan kepentingan masyarakat.
b. Menjalin hubungan bagi anggota profesi satu sama lain dan
menjaga nama baik profesi kualifikasi
c. Merangsang pengembanganprofesi pendidikan yang memadai
d. Mencerminkan hubungan antara pekerjaan profesi dengan
pelayanan masyarakat dan kesejahteraan social
e. Mengurangi kesalahpahaman dan konflik baik dari antar anggota
maupun dengan masyarakat umum
f. Membentuk ikatan yang kuat bagi seuma anggota dan melindungi
profesi terhadap pemberlakuan norma hukum yang bersifat
imperatif sebelum disesuaikan dengan saluran norma moral
profesi.
stnurfitria-2020
Ruang Lingkup Kode Etik Apoteker
Kewajiban
Kewajiban
terhadap teman
terhadap Profesi
sejawat
Kewajiban
Kewajiban thd
terhadap
Profesi Kesehatan
Pasien/pemakai
Lainnya
Jasa
stnurfitria-2020
Kode Etik Apoteker Indonesia
(https://tetieco.files.wordpress.com/2011/09/kode-etik-
apoteker-indonesia.pdf)
stnurfitria-2020
Kewajiban terhadap Pasien/pemakai Jasa
stnurfitria-2020
Kewajiban Apoteker terhadap teman sejawat
stnurfitria-2020
Kewajiban Apoteker terhadap Profesi Kesehatan Lainnya
stnurfitria-2020
Sumpah/ janji Apoteker
• PP No. 20 tahun 1962
• Demi Allah saya bersumpah/berjanji bahwa:
– Saya akan merahasiakan segala sesuatu yg saya ketahui krn
pekerjaan saya dan kelimuan sy sbg apoteker
– Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan
perikemanusiaan terutama dlm bidang kesehatan
– Saya akan menjalankan tugas saya dgn sebaik-baiknya sesuai dgn
martabat dan tradisi luhur jabatan kefarmasian
– Dlm menunaikan kewajiban saya, saya akan berikhtiar dgn
sungguh-sungguh supaya tdk terpengaruh o/ pertimbangan
keagamaan, kebangsaan, kesukuan, politik kepartaian, atau
kedudukan sosial
– Sekalipun diancam, sy tdk akan mempergunakan pengetahuan
kefarmasian sy u/ sesuatu yg bertentangan dgn hukum
perikemanusiaan
Sy ikrarkan sumpah/janji ini dgn sungguh-sungguh dan dgn penuh
keinsyafan
stnurfitria-2020
SWOT Analysis
Profesi Farmasi di Masyarakat
Kekuatan Peluang
1. Kecenderungan Mayoritas 1. Pelayanan Asuhan
Wanita Kefarmasian Yang Terus
2. Basic Knowledge Yang Berkembang
Dapat Diandalkan 2. Lingkup Bidang Pelayanan
3. Regulasi Yang Menyangkut Obat Yang Masih Luas
Profesi Farmasi 3. Harapan Masyarakat Yang
4. Trend Masyarakat Tetap Tinggi
Membuka Apotek
5. Tawaran Pendidikan Lanjut
stnurfitria-2020
Hambatan Kelemahan
1. Arus Globalisasi 1. Kepercayaan Diri Yang
Rendah.
2. Sistem Birokrasi Yang Ada
2. Basic Knowledge Yang Berkaki
3. Pandangan Sebelah Mata Dua
Profesi Lain 3. Desakan Kebutuhan Hidup
4. Semangat Negatif Anggota 4. Kesadaran Profesional Yang
Profesi Rendah
5. Egoisme Dalam Kebersamaan
Berprofesi
6. Regulasi Yang Kontradiktif
Dengan Profesi
stnurfitria-2020
KAPITA SELEKTA FARMAKOLOGI
“PENYAKIT INFEKSI”
2021
ii
DAFTAR ISI
COVER ...................................................................................................................... i
DAFTAR ISI .............................................................................................................. ii
Mind-mapping Infeksi ............................................................................................... 1
1. Infeksi Saluran Napas Atas .............................................................................. 2
1.1 Acute Otitis Media .............................................................................................. 2
1.1.1 Definisi ..................................................................................................... 2
1.1.2 Etiologi ..................................................................................................... 3
1.1.3 Patofisiologi ............................................................................................. 3
1.1.4 Terapi Farmakologi .................................................................................. 3
1.2 Sinusitis/Acute Bacterial Rhinosinucitis ............................................................ 5
1.2.1 Definisi .................................................................................................... 5
1.2.2 Etiologi .................................................................................................... 5
1.2.3 Patofisiologi ............................................................................................. 5
1.2.4 Terapi Farmakologi ................................................................................. 5
1.3 Faringitis ............................................................................................................ 6
1.3.1 Definisi .................................................................................................... 6
1.3.2 Etiologi .................................................................................................... 6
1.3.3 Algoritma Terapi ..................................................................................... 7
1.3.4 Terapi Farmakologi ................................................................................. 7
2. Infeksi Saluran Napas Bawah ......................................................................... 8
2.1 Bronkitis ............................................................................................................ 8
2.1.1 Definisi .................................................................................................... 8
2.1.2 Etiologi .................................................................................................... 8
2.1.3 Terapi Farmakologi ................................................................................. 9
2.2 Pneumonia ......................................................................................................... 9
2.2.1 Definisi .................................................................................................... 9
2.2.2 Klasifikasi Pneumonia ............................................................................. 10
2.2.3 Etiologi .................................................................................................... 10
2.2.4 Terapi Farmakologi ................................................................................. 11
3. Influenza ........................................................................................................... 12
3.1 Definisi ............................................................................................................... 12
3.2 Etiologi ............................................................................................................... 12
3.3 Patofisiologi ....................................................................................................... 12
3.4 Terapi Farmakologi ............................................................................................ 12
4. Tuberkolusis (TB) ............................................................................................. 13
4.1 Definisi ............................................................................................................... 13
4.2 Patofisiologi ....................................................................................................... 13
iii
1.1.1. Definisi
Otitis media adalah peradangan yang terjadi pada telinga bagian tengah. Ada tiga subtipe
otitis media: otitis media akut, otitis media dengan efusi, dan otitis media kronis.
Ketiganya dibedakan berdasarkan tanda dan gejala yang terjadi, dari ke-tiga subtipe
tersebut otitis media akut merupakan subtipe yang sering terjadi.
1.1.2. Etiologi
Otitis media dapat disebabkan oleh virus dan bakteri, dimana virus merupakan penyebab
terbesar otitis media akut (40% - 75%). Bakteri yang paling umum penyebab kasus ini
adalah Streptococcus pneumoniae (35% - 40%), Haemophilus influenzae (30% - 35%),
dan Moraxella catarrhalis (15% - 18%).
1.1.3. Patofisiologi
Telinga Tengah
Nasofaring
Mukosiliar
Eustachian Tube
Penularan virus/bakteri melalui mukosiliar -> nasofaring -> (ET) Eustachian tube (terjadi
inflamasi/disfungsi diimukosa ET) -> telinga tengah (invasi mikrobial) -> Otitis media.
1. Pengobatan simptomatik
Obat penggunaan
Paracetamol Obat analgesik dan antipiretik
Ibuprofen Obat analgesik dan antipiretik
Eardrops yang mengandung amethocaine, Anestesi lokal
benzocaine, atau lidocaine.
4
2. Antibiotik
Terapi awal
(Sefalosporin)
1.2.1. Definisi
Sinusitis adalah peradangan atau infeksi pada sinus paranasal di sekitar hidung
1.2.2. Etiologi
Sinusitis dapat disebabkan oleh virus dan bakteri. Rinosinusitis akut karena bakteri, 50-
70% disebabkan oleh bakteri S. pneumoniae dan H. influenzae.
1.2.3. Patofisiologi
Acute Bacterial Rhinosinucitis di awali oleh infeksi karena virus: peradangan mukosa sinus
-> gangguan sinus ostia (pembengkakan) -> sekresi mukosa terhambat, sehingga bakteri
berkembang biak terutama pada bagian sinus maksila dan ethmoid.
Terapi Awal
Alergi β-lactam
Awal terapi
Alergi β-lactam
1.3. Faringitis
1.3.1. Definisi
Faringitis adalah infeksi akut pada faring terutama bagian oropharynx atau nasopharynx.
1.3.2. Etiologi
Virus Bakteri
Adenovirus (5%)
First-line
(I.M)
Alergi Penicillin
2.1. Bronkitis
2.1.1. Definisi
Bronkitis merupakan kondisi inflamasi elemen besar dari percabangan trakeobronkial
yang biasanya ditandai dengan infeksi saluran pernapasan. Bronkitis diklasifikasikan
menjadi bronkitis akut dan kronis.
2.1.2. Etiologi
Bronkitis akut
Bronkitis kronis
2.2. Pneumonia
2.2.1. Definisi
Pneumonia merupakan infeksi saluran pernafasan bawah yang menyerang paru-paru dan
biasanya sering terjadi pada anak-anak.
10
2.2.3. Etiologi
Pneumonia sering disebabkan karena bakteri streptoccus pneumonia, micobacterium
pneumonia, H. influenzae tipe b, streptococus aureus
11
3. Influenza
3.1.1. Definisi
Influenza adalah infeksi saluran pernafasan atas yang disebabkan oleh virus influenza
(famili orthomyxoviridae).
3.1.2. Etiologi
Influenza dapat disebabkan oleh virus influenza tipe A, B, dan C. Tetapi yang dapan
menginfeksi manusia adalah virus influenza tipe A (infeksizoonosis), dan virus influenza
tipe B.
3.1.3. Patofisiologi
Penularan influenza dapat terjadi dari individu yang terinfeksi ke individu lainnya, baik
melalui inhalasi, batuk, bersin, dan benda yang terkontaminasi. Masa inkubasi influenza
berkisar antara 1 dan 7 hari, dengan rata-rata inkubasi 2 hari.
First-line
Oseltamivir Antivirus/ Inhibitor Menghambat virus neuraminidase,
(Usia >1 tahun) Neuraminidase berhenti melepaskan virus dari sel dan
Zanamivir mencegah virus dari lapisan mukosa
(Usia >7 tahun) saluran pernapasan
Amantadin Antivirus, Agen
Antiparkinson, Agonis Aktivitas antivirus tidak diketahui,
Dopamin utamanya mencegah pelepasan asam
nukleus virus ke sel inang dengan
mengganggu domain transmembran
protein M2 (muskarinik) virus.
Amantadine juga diketahui mencegah
pembentukan virus selama replikasi dan
menghambat replikasi virus influenza A .
4. Tuberkulosis (TB)
4.1. Definisi
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular silent infection yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberkulosis, dan menghasilkan infeksi laten, progresif, serta penyakit
aktif. TB yang tidak diobati dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang progresif yang
berujung kematian.
4.2. Patofisiologi
Penularan dapat terjadi dari individu terinfeksi ke individu lainnya melalui batuk atau
aktivitas lain yang menyebabkan organisme aerosolized “droplet nuclei”.
Droplet yang mengandung bacilli M. Tuberkulosis -> sampai dimakrofag paru -> terjadi
perlawanan imun tubuh -> jika makrofag dapat membunuh virus maka infeksi tidak
terjadi, tetapi jika tidak dapat membunuh maka virus akan berkembang biak (makrofag
pecah) dan terjadi infeksi.
14
TB Laten
Monoterapi
TB Aktif
-BTA+
Fase Lanjutan
5H3R3E3
15
*Keterangan:
5.1. Definisi
Infeksi Saluran Kemih (ISK) didefinisikan sebagai adanya mikroorganisme pada saluran
kemih, dan organisme yang ada berpotensi menyerang jaringan urin dan saluran yang
berdekatan. Secara umum ISK banyak terjadi pada wanita subur, tetapi setelah usia 65
tahun faktor resiko pada pria dan wanita sama.
5.3. Etiologi
5.4. Patofisiologi
Organisme masuk melalui tiga rute: ascending, hematogen (descending), dan jalur
limfatik -> sampai di kandung kemih -> bakteri berkembangbiak dan menginfeksi -> dapat
naik ke ureter-ginjal jika terjadi refluks vesicoureteral (refluks urin ke ureter dan ginjal
saat voiding).
6.1. Diare
6.1.1. Definisi
Diare menggambarkan penurunan konsistensi feces dan peningkatan frekuensi buang air
besar (≥ 3 kali/hari). Diare akut berlangsung selama ≤14 hari, sementara diare persisten
berlangsung >14 hari.
6.1.2. Etiologi
Diare disebabkan oleh virus, bakteri, dan protozoa yang dapat di tularkan melalui Fecal-
oral, makanan, minuman, lingkungan,dll. Diare inflamasi disebabkan oleh dua kelompok
organisme: penghasil enterotoksin/bakteri non-invasif yang dapat menyebabkan wattery
diarrhea dan invasif yang menyebabkan dysentery diarrhea.
Virus
Pestivirus 3 hari
Enterovirus -
Bakteri
Enteroaggregative E.coli -
Enteroinvasive E.coli -
Protozoa
6.1.3. Patofisiologi
a. Wattery Diarhea
Toksin yang dihasilkan (enterotoksin)-> mengakaktifkan adenilat siklase -> cyclic
adenosine monophosphate (cAMP) meningkat -> protein kinase A (PKA) -> mediasi
aktivasi cystic fibrosis transmembrane conductance regulator (CFTR) -> peningkatan
sekresi klorida dan penurunan penyerapan natrium -> diare berair.
b. Dysentery Diarrhea
Bakteri invasif -> merusak mukosa usus untuk menginduksi peradangan akut (aktivasi
sitokin dan mediator inflamasi) -> diare berdarah.
21
E. histolytica (Amoeba) --> menyerang sel mukosa epitel kolon, dan menyebabkan
nekrosis ulcers di submukosa -> diare berdarah.
c. Ttaveler’s Diarrhea
Sama seperti jenis diare lainnya, tetapi diare ini terjadi pada saat melakukan perjalanan.
Biasanya pengunjungan dari negara maju ke negara-negara berkembang.
Rehidrasi
Antymotylity Agents
(Tetracyclin)
(E.Histolytica)
*Antibiotik dapat digunakan pada diare berdarah (Dysentery Diarrhea), atau pada saat
setelah terbukti ada bakteri pada feces saat pemeriksaan.
7. Infeksi Parasit
7.1. Giardiasis
Giardia lamblia (juga dikenal sebagai Giardia intestinalis atau Giardia duodenalis),
merupakan protozoa enterik, yaitu parasit intestinal yang paling umum menyebabkan
sindrom diare di dunia. Giardiasis disebabkan oleh adanya kista G. lamblia di dalam air
atau makanan yang terkontaminasi.
7.2. Ameabiasis
Amebiasis adalah salah satu yang penyakit parasit yang disebabkan oleh organisme E.
histolytica, yang mendiami usus besar yang dibedakan dari Entamoeba dispar dan spesies
yang baru diidentifikasi, Entamoeba moshkovskii yang terkait dengan pembawa
asimtomatik.
7.3. Malaria
7.3.1. Definisi
Malaria merupakan penyakit yang paling mematikan dalam hal human suffering dan
ekonomi. Alasan utama kematian adalah kegagalan untuk memakai chemoprophylaxis,
kemoprofilaksis yang tidak tepat, keterlambatan dalam mencari perawatan medis, dan
salah diagnosa.
7.3.2. Etiologi dan Patofisiologi
Malaria ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles yang terinfeksi yang membawa
sporozoit (parasit jaringan) plasmodia (P. falciparum, P. vivax, P. malariae, dan P. ovale)
ke dalam aliran darah. Tahap reproduksi aseksual berkembang pada manusia, sedangkan
tahap seksual terjadi di nyamuk.
23
Keterangan :
Second-line Kina
Therapy
25
Berdasarkan tempat kerja pada siklus hidup Berdasarkan tempat kerja pada
Plasmodium organel subseluler Plasmodium
7.4. Trypanosomiasis
Dua bentuk yang berbeda dari genus Trypanosoma terjadi pada manusia. Salah satunya
berhubungan dengan African trypanosomiasis (penyakit tidur) dan yang lainnya dengan
American trypanosomiasis (penyakit chagas). Trypanosoma brucei gambiense, T. brucei,
dan T. brucei rhodesiense adalah organisme penyebab African trypanosomiasis. T. brucei
rhodesiense menyebabkan penyakit akut dan lebih ganas dari tiga spesie lain. African
trypanosomiasis ditularkan oleh berbagai jenis lalat tsetse milik genus Glossina.
7.5. Cacing
Nama Penyakit Penyebab
8.1.1. Definisi
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh Virus Herpes Simpleks (HSV).
8.1.2. Etiologi
Genital herpes (GH) disebabkan oleh Virus Herpes Simpleks (HSV) tipe 1 dan 2. HSV-2
berhubungan paling erat dengan penyakit kelamin, sedangkan HSV-1 paling sering
dikaitkan dengan penyakit orofaringeal. Infeksi herpes genital mewakili penyebab paling
27
umum ulserasi genital yang terlihat di Amerika Serikat. Karena morbiditasnya, sifatnya
berulang, dan potensi komplikasi, serta kemampuannya untuk ditransmisikan secara
asimtomatik, genital herpes menjadi penting untuk diperhatikan.
8.1.3. Patofisiologi
Keterangan :
9.1. Definisi
HAV (Hepatitis A Virus) adalah Infeksi virus menular yang dapat menyebabkan morbiditas
serius sampai menyebabkan kematian (jarang). HAV merupakan penyakit infeksi akut
yang menyerang liver.
9.2. Etiologi
Virus RNA yaitu hepatovirus dari keluarga picornaviridae, transmisi utama melalui
kotoran rute oral. Masa inkubasi HAV 15-14 hari (rata-rata 4 minggu). Faktor risiko :
kontak pribadi, tempat umum (tempat penitipan anak), perjalanan keluar negeri,
homoseksual laki-laki, penggunaan obat-obatan terlarang. HAV dieksresikan dalam
kotoran selama beberapa minggu dari infeksi, sebelum timbul gejala.
9.3. Patofisiologi
Siklus hidup HAV di host manusia secara klasik dimulai di proses pencernaan. Penyerapan
di perut atau usus halus memungkinkan virus masuk ke sirkulasi dan di-reuptake oleh hati.
Replikasi virus terjadi di dalam hepatosit dan sel epitel gastrointestinal. Partikel virus baru
dilepaskan ke dalam darah dan disekresikan empedu oleh hati. Virus ini kemudian diserap
kembali untuk melanjutkan siklusnya atau diekskresikan ke dalam tinja. Siklus
enterohepatik tersebut akan berlanjut sampai terganggu oleh netralisasi antibodi.
9.4.1. Pengobatan
9.4.2. Pencegahan
Vaksin : Untuk mencegah terjadinya virus Hepatitis A
10.1. Definisi
Mikosis superfisial adalah salah satu infeksi yang paling umum terjadi di dunia dan infeksi
vagina merupakan infeksi kedua yang paling umum terjadi di Amerika Utara. Kandidiasis
mukokutan dapat terjadi dalam tiga bentuk ; penyakit oropharyngeal, esofagus, dan
vulvovaginal, dengan penyakit orofaring dan vulvovaginal menjadi yang paling umum.
30
b. Complicated VVC
- Immunocompromised atau DM → memperpanjang terapi 10-14 hari.
- Kehamilan → Imidazol topikal selama 7 hari.
-
c. Recurrent VVC
Terapi → Terapi induksi dengan azol topikal atau oral (10-14 hari), diikuti 150
mg Flukonazol sekali seminggu selama 6 bulan.
31
d. Antifungal-resistant VV
2. Etiologi
Dermatofit yang diklasifikasikan menurut genera : Trichophyton, Epidermophyton, dan
Microsporum.
3. Jenis dan Terapi
a. Tinea pedis, adalah dermatofitosis yang paling umum yang menyerang kaki,
lebih dikenal dengan istilah "athlete's foot".
Terapi :
Penggunaan Obat Golongan Mekanisme
Topikal Butenafine Antijamur Menghambat
Banzilamin intermediasi dalam
sintesis ergosterol.
Sertaconazole Azol Menghambat sintesis
sitokrom P450
tergantung
ergosterol.
Oral Flukonazol Azol Penghambat selektif
dari enzim sitokrom P-
450 yang tergantung
pada P-450 Lanosterol
14-alfa-demetilase.
b. Tinea mannum, adalah infeksi jamur pada permukaan telapak tangan, bisa
melibatkan kaki.
Terapi :
Penggunaan Obat Golongan Mekanisme
Topikal Ciclopirox Antijamur Menghambat
Banzilamin intermediasi dalam
sintesis ergosterol.
d. Tinea corporis, adalah infeksi jamur yang menyerang pada seluruh tubuh
terutama bagian lengan dan tungkai.
Terapi :
Penggunaan Obat Golongan Mekanisme
Topikal Ketokonazol Azol Menghambat sintesis
tergantung sitokrom
P450 ergosterol,
menghambat
pembentukan sel
membran.
Miconazol Azol Menghambat enzim
sitokrom P450 14-alpha-
dementhylase sehingga
menghasilkan inhibisi
ergosterol sintesis.
Terbinafin Alinamin Menghambat squalene
epoxidas dan
mengurangi sintesis
ergosterol.
34
e. Tinea capitis, adalah infeksi yang menyerang kulit kepala, folikel rambut, dan
kulit yang berdekatan yang terutama menyerang anak-anak.
Terapi :
Penggunaan Obat Golongan Mekanisme
Topikal Sampo Sampo yang
berhubungan dengan
terapi oral.
f. Tinea barbae, adalah infeksi yang mempengaruhi bulu dan folikel janggut dan
kumis.
Terapi :
Penggunaan Obat Golongan Mekanisme
Topikal Ketokonazol Azol Menghambat sintesis
tergantung sitokrom P450
ergosterol, menghambat
pembentukan sel membran.
Selenium
sulfide
Oral Ketokonazol Azol Menghambat sintesis
tergantung sitokrom P450
ergosterol, menghambat
pembentukan sel membran.
Itraconazol Azol Menghambat sintesis
sitokrom P-450 tergantung
ergosterol, menghambat
pembentukan sel membran
Griseofulvin Antijamur Fungistatik ; diendapkan
gol. lain dalam sel prekursor keratin
dan terikat erat dengan
35
Stadium I - Asimptomatik.
- Limfadenopati generalisata.
Stadium II - Berat badan menurun < 10%
- Kelainan kulit dan mukosa yang
ringan seperti, dermatitis seboroik,
prurigo, onikomikosis, ulkus oral
yang rekuren, kheilitis angularis.
Stadium III - Berat badan menurun > 10 %.
- Diare kronis yang berlangsung lebih
dari 1 bulan.
- Demam berkepanjangan lebih dari 1
bulan.
- Kandidiasis orofaringeal.
- Oral hairy leukoplakia.
37
11.2. Etiologi
HIV adalah virus RNA beruntai tunggal yang terselubung dan merupakan anggota Lentivirinae
retrovirus. Ada dua jenis HIV yang terkait namun berbeda : HIV-1 dan HIV-2. HIV-2, terdiri dari
tujuh garis keturunan filogenetik yang ditunjuk sebagai subtipe (klade) A sampai G. HIV-1 juga
dapat dikategorikan berdasarkan filogeni. Tiga kelompok HIV-1 dikenali : M (utama atau mayor),
N (non-M, non-O), dan O (outlier). Virus HIV-1 baru diklasifikasikan sebagai kelompok P (tertunda
diidentifikasi kasus lebih lanjut). Sembilan subtipe kelompok HIV-1 M diidentifikasi sebagai A
melalui D, F melalui H, dan J dan K. Campuran subtipe disebut sebagai bentuk rekombinan yang
bersirkulasi (CRF). Transportasi modern, pergaulan bebas, dan penyalahgunaan narkoba telah
menyebabkan kejadian yang cepat penyebaran virus di Amerika Serikat dan seluruh dunia.
39
Pict. Life cycle of human immunodeficiency virus with potential targets where replication may be
interrupted. Italicized compounds were in development at the time of this writing. (Reprinted with
permission, Courtney V. Fletcher, 2012.)
- Gunakan selalu HAART : Highly Active Antiretroviral Therapy dan selalu gunakan
minimal kombinasi tiga obat antiretroviral.
Mekanisme :
Obat ESO
Zidovudin (AZT) Mual/muntah, sakit kepala, kembung, anemia,
netropeni, mialgia, miopati, artralgia, kenaikan
transaminase.
Stavudin (D4T) Neuropati perifer, kenaikan transaminase,
asidosis laktat, lipoatrofi, gangguan saluran cerna.
Nevirapin (NVP) Ruam, sindroma Steven Johnson, demam,
gangguan saluran cerna, kenaikan transaminase.
6. Interaksi Obat
Obat IO
NVP + EFV Menurunkan kadar Metadon
XTC + Ritonavir FATAL
Alprazolam, Triazolam, Tidak dianjurkan
Clonazepam, Midazolam,
Zolpidem + ARV
NVP + EFV Menurunkan kadar estrogen
Statin + ARV Rhabdomiolisis, hepatotoksisitas
meningkat
12.1. Definisi
Vaksin dan toxoid merupakan produk terpisah dan berbeda. Namun, kedua jenis produk
ini menginduksi imunitas aktif yaitu, kekebalan yang dihasilkan oleh respon imunologis
alami terhadap antigen (Dipiro, 2014).
Toxoid (Dipiro, 2015) merupakan toksin bakteri yang tidak aktif. Mereka
mempertahankan kemampuan untuk merangsang pembentukan antitoksin, yang
merupakan antibodi yang diarahkan melawan toksin bakteri.
2. Bakteri
- Vaksin BCG (Bacille Calmette-Guerin)
- Vaksin Tipoid oral
Sifat Bakteri :
BCG → Bakteri Mycobacterium Tuberculosis (gram positif)
Thypoid → Bakteri Salmonella Thypi (gram negatif).
46
2. Fractional Vaccine
a. Protein
1) Toksoid
- Tetanus Immunoglobulin
Tetanus Immunoglobulin adalah larutan Immunoglobulin yang steril,
terkonsentrasi, yang dibuat dari manusia yang hiperimunisasi,
digunakan untuk memberikan kekebalan pasif terhadap tetanus setelah
terjadinya luka traumatis pada orang yang tidak diimunisasi atau diobati
dengan sub optimal.
- Tetanus and Diphtheria Toxoid Adsorbed
Tetanus and Diphtheria Toxoid Adsorbed adalah suspensi steril dari
racun yang dimodifikasi dari Corynebacterium diphtheriae yang
menginduksi kekebalan terhada eksotoksin organisme ini, sedangkan
Tetanus toxoid adsorbed adalah suspensi steril toksoid yang berasal dari
Clostridium tetani.
47
2) Subunit
- Hepatitis B
Vaksin Hepatitis B diproduksi dengan menggunakan teknologi DNA rekombinan
untuk mengekspresikan antigen hepatitis B (HBsAg) pada ragi.
- Influenza
- Vaksin Pertussis Asellular
Vaksin pertussis asellular mengandung komponen organisme Bordettella
pertussis. Semua asellular mengandung toksin, dan beberapa mengandung satu
atau lebih komponen bakteri tambahan (misal : hemaglutinin filamen, pertaktin
dan tipe fimbriae).
- Human Papillomavius Vaccine (HPV)
Infeksi HPV adalah infeksi menular seksual yang paling umum, dengan prevalensi
tertinggi infeksi pada orang dewasa muda yang aktif secara seksual. Virus ini
menyebar melalui kontak seksual yang dapat menyebabkan penyakit seksual
seperti kanker mulut rahim, kutil kelamin, kanker dubur dll.
- Vaksin Anthrax
b. Basis Polisakarida
1) Murni
- Peuneumococcus
- Meningococcus
- Salmonella typhi
2) Konjugat
- Haemophilus influenzae tipe b (Hib)
- Peuneumococcus
- Meningococcus
- US, 2017
50
2. Usia 6 Tahun
3. Dewasa
- PAPDI, 2014
2. Periode
PERHITUNGAN DOSIS
TETES
• 1 tetes = 0,05
mL
• 20 tetes = 1 mL
Contoh soal
• Jika dosis suatu obat adalah 200 mg, berapa jumlah dosis yang
terkandung dalam 10 g?
• 10 g = 10.000 mg
• Jumlah dosis yang terkandung dalam 10.000 mg :
• 10.000/ 200 = 50 dosis
• Artinya, obat sebanyak 10 g dapat diberikan 50x untuk dosis
tunggal 200 mg.
Contoh soal
• Jika 1 sendok makan diresepkan sebagai dosis, berapa jumlah dosis
yang akan terkandung dalam 500 mL obat?
• 1 sdm = 15 mL
• Jumlah dosis yang terkandung dalam 500 mL:
• 500/15 = 33,3 dosis = 33 dosis
Contoh soal
• Jika dosis suatu obat adalah 50 µg, berapa dosis yang terkandung
dalam 0,020 g?
• 0,020 g = 0,020 x 1.000.000 = 20.000 µg
• Jumlah dosis dalam 20.000 µg :
• 20.000/ 50 = 400 dosis
Contoh soal
• Berapa sendok teh yang akan diresepkan dalam
setiap dosis obat berbentuk sirup jika 180 mL
berisi 18 dosis?
• Dosis tunggal = 180/ 18 = 10 mL
• = 2 sendok teh
CONTOH SOAL
• Berapa mililiter obat sirup diperlukan untuk
memberi pasien 2 sendok makan dua kali sehari
selama 8 hari?
• 2 sendok makan = 30 mL
• Jumlah dosis = 2 x 8 = 16 dosis
• Volume obat yang diperlukan = 30 x 16 = 480 mL
Contoh soal
• Diperlukan sekitar 4 g salep untuk menutupi kaki
pasien dewasa. Jika dokter meresepkan salep untuk
pasien dengan eksim untuk dioleskan dua kali sehari
selama 1 minggu, manakah dari ukuran produk
berikut yang harus diberikan: 15 g, 30 g, atau 60 g?
• Jumlah dosis = 2 x 7 = 14 dosis
• Ukuran dosis = 4 g
• Total obat yang diperlukan = 14 x 4 = 56 g
• Jadi ukuran produk yang diberikan adalah 60 g
Contoh soal
• Berapa gram bahan obat yang dibutuhkan untuk
membuat 120 mL larutan yang tiap sendok tehnya
mengandung 3 mg bahan obat?
• Konsentrasi obat = 3 mg/ 5 mL
• Jumlah obat yang diperlukan untuk 120 mL = 120 x
3/ 5 = 72 mg
KAPITA SELEKTA
Cost Analysis : Dilihat dari sisi biaya saja
BIAYA Rx OUTCOME
Input yang digunakan Produk Obat atau Pelayanan Output atau Luaran dari
untuk mendapatkan produk pilihan terapi
atau pelayanan farmasi
4
JENIS STUDI FARMAKOEKONOMI
Jenis Studi Input (Biaya) Output/Luaran Penerapan dan Keterangan
(Outcome)
Cost Minimization Analysis Satuan Moneter Tidak Diukur Output atau outcome dari pilihan terapi
(CMA) / Analisis Minimalisasi (dianggap sama)
Biaya
Cost Benefit Analysis (CBA) / Satuan Moneter Satuan Moneter Output apapun dari suatu pilihan terapi
Analisis Manfaat Biaya diubah menjadi satuan moneter (uang)
Cost Effectiveness Analysis Satuan Moneter Parameter Klinis Output yang diukur menggunakan parameter
(CEA) / Analisis Efektivitas klinis seperti yang digunakan pada uji klinis,
Biaya misal : Tekanan darah Angka kejadian stroke,
kematian
Cost Utility Analysis (CUA) / Satuan Moneter Humanistik : Output yang digunakan dapat berupa :
Analisis Efektivitas Biaya Quality adjusted life - QALYs yang merupakan satuan dari
years (QALYs), lamanya hidup dengan kualitas hidup yang
Disability adjusted life sempurna, atau
years (DALYs) - DALYs yang merupakan satuan dari waktu
kehilangan kondisi sehat seseorang
LUARAN FARMAKOEKONOMI
Humanistik
Klinis Moneter
Vaksinasi HPV Peningkatan jumlah antibody Penurunan jumlah kasus dan kematian
spesifik HPV yang disebabkan oleh kanker serviks
Antiretroviral Peningkatan CD4 dan CD8 Penurunan jumlah orang yang tertular,
jumlah kematian
Perhitungan CEA
Rata−rata Total Biaya
ACER = Rata−rata Efektivitas
Cost-effectiveness grid
Soal CEA
Kematian yang
Biaya dihindarkan per 100
Obat per 100 pasien pasien
A 6.000.000 3
B 22.000.000 5
C 30.000.000 1
A 6.000.000 3
B 22.000.000 5
C 30.000.000 1
Untuk mendapatkan efektivitas yang lebih baik, perlu mengganti obat A menjadi B dengan biaya tambahan Rp.
8.000.000/kematian yang dapat dicegah
Cost Utility Analysis
Analysis (CUA)
PENGUKURAN UTILITAS
DENGAN EQ-5D-5L
Soal CEA
Untuk mendapatkan QALY yang lebih baik, perlu mengganti kemoterapi B menjadi A dengan biaya tambahan
Rp. 319.148,936/QALY
REFERENSI
Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan. 2013. Pedoman Penerapan
Kajian Farmakoekonomi. Jakarta : Kemenkes RI.
Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan. 2016. Pedoman Teknis Analisis
Farmakoekonomi. Jakarta : Kemenkes RI.
Didik dkk. 2017. Farmakoekonomi Modeling. Purwokerto : UM Purwokerto Press.
Rascati, K, L. 2009. Essential of Pharmacoeconomics. Philadelphia : Walters Kluwer
Health.
Latihan
Rata-rata jumlah kematian
Rata-rata Biaya yang dapat dicegah
Program
A 45.000.000 7
B 12.000.000 3
C 10.000.000 2
Farmakologi
1. Memahami anatomi dan fisiologi normal tubuh serta mengenali patogenesis penyakit yang
berkaitan sistem saraf (nyeri dan inflamasi), kardiovaskular (hipertensi), endokrin (diabetes),
saluran cerna (diare dan tukak lambung), saluran pernapasan (asma), penyakit infeksi.
2. Memahami konsep mekanisme kerja obat dan target obat dalam memanipulasi keadaan
patofisiologi menjadi seperti keadaan fisiologis.
3. Memahami terminologi medis dan konsep dasar farmakologi yang meliputi aspek
farmakokinetika dan farmakodinamika obat
4. Memahami teori dan konsep berbagai metode uji farmakologi terkait aktivitas farmakologi
suatu obat.
2. Mampu memberikan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pasien disertai penjaminan mutu
perbekalan farmasi (perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, penyaluran dan
pelaporan)
3. Mampu mencari, mengevaluasi, dan memberikan informasi tentang obat, pengobatan, dan
penggunaan obat yang rasional.
Penyakit disebabkan
- Masuknya roh jahat dalam tubuh
- Kutukan dari dewa yang disembahnya
Pengobatan
Mengusir pengganggu dengan mantra,
bunyia-bunyian dan pemberian ramuan-
ramuan
Membuat sesajen untuk para dewa
dengan anggapan adanya kutukan karena
tidak dipenuhinya permintaan/kebiasaan
PERAPOTEKAN YANG PERTAMA
1. SAFE (AMAN)
TIDAK MENIMBULKAN EFEK SAMPING YANG TIDAK
DIKEHENDAKI PADA PEMBERIAN DOSIS TERAPEUTIK
2. EFFECTIVE (BERKHASIAT)
MENIMBULKAN EFEK FARMAKOLOGIS PADA HEWAN
ATAU MANUSIA
3. ACCEPTABLE (NYAMAN)
DAPAT DITERIMA OLEH PASIEN (PENGGUNA OBAT)
UNIT PROSES DISPENSING
Preformulation
Formulation
Evaluation
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PEMILIHAN BSO
1. Obat, misal :
rasanya pahit :kapsul atau emulsi
dapat dirusak oleh asam lambung : injeksi atau
suppositoria.
2. Penderita, Misal:
Umur dan berat badan
Kesadaran emergensi
Ekonomi
3. Penyakit
- emergensi
- area
KEBUTUHAN AKAN BENTUK
SEDIAAN OBAT
Bahan obat jarang diberikan sendiri-sendiri,
tetapi lebih sering merupakan suatu formula
yang dikombinasikan dengan satu atau lebih
bahan yang bukan berkhasiat obat
Disamping usaha untuk mendapatkan
obat yang manjur, tidak beracun dan
mudah dipakai, bentuk sediaan
membutuhkan hal-hal lain sebagai
berikut:
Untuk melindungi zat obat dari pengaruh yang merusak
seperti oksigen dan kelembaban (misalnya tablet salut dan
ampul tertutup rapat).
Untuk melindungi zat obat terhadap pengaruh yang merusak
seperti asam lambung sesudah pemberian oral (misalnya
tablet salut enterik).
Menutupi rasa pahit, asin, atau bau tak enak dari zat obat
(misalnya kapsul, tablet bersalut, sirup-sirup yang diberi
pengenak rasa).
Menyediakan sediaan cair dari zat yang tidak larut atau tidak
stabil dalam pembawa yang diinginkan (misalnya suspensi).
Menyediakan sediaan cair yang larut dalam pembawa yang
diinginkan (misalnya larutan).
Menyediakan obat dengan kerja yang luas, dengan cara
mengatur pelepasan obat (misalnya tablet dan kapsul dengan
pelepasan obat diatur).
Mendapatkan kerja yang optimum pada tempat pemberian
secara topikal (misalnya salep, krim, plester, obat mata, obat
telinga dan obat hidung).
Memberikan penempatan obat ke dalam salah satu lubang tubuh
(misalnya suppositoria melalui anus dan ovula melalui vagina).
Memberikan penempatan obat secara langsung ke aliran darah
atau jaringan tubuh (misalnya injeksi).
Memberikan kerja obat yang optimum melalui pengobatan
inhalasi (misalnya aerosol).
PENGGOLONGAN BENTUK SEDIAAN
FARMASI
Bentuk
sediaan obat
Bentuk
sediaan Non Bentuk
Steril sediaan Steril
Mengikuti
Likuida Semi Solida solida bentuk sediaan
non steril
a. BAF tidak larut air, Log P > a. BAF Larut air atau
dari 3 kelarutan rendah Log P
b. Secara fisik Opaque maksimal 3
c. Sediaan dipengaruh Sirup b. Secara fisik transparan
suspending agent Larutan c. Faktor utamanya kelarutan
d. Penstabil dalam suasana Sejati d. Penstabil dalam suasana
Aques
Aques
e. Evaluasi Sedimentasi e. Evaluasi tranparansi
Sediaan
Suspensi Emulsi
Likuida
Sediaan
Salep semi Emulsi
solida
oven drying
blending crystallization
filtration
Direct
compression
lubrication
Wet
granulation Dry granulation
/ milling tableting
coating
Drying
Disintegrant Screening Disintegrant Screening
Glidant Glidant
Lubricant Mixing Lubricant Mixing Lubricant Mixing
Fill die
Tablet Other Routes
Compression
Fluidized bed granulation
Compress Tablet
Extrusion / rotary granulation
Tahapan
Gambaran Garis besar
Unit Proses
Unit Proses
user
Faktor -Faktor yang Berpengaruh
Impian
Budgeting Penelitian
PRODUK
Ketersediaan
Regulasi
sarana
Ketersediaan
bahan baku
Impian / Angan angan
Sangat dipengaruhi zaman / Kekinian
Futuristik
Modern
Kuno/Klasik
Bilingual system
Metode klasikal/ konvensional
Metode Modern
Kuisioner Eksperimental
Research
Pengguna
Pemerintah
Jalur
Produsen
distribusi
Bahan Baku
Bahan Alam
Sintetik
Bangunan
Gambaran Secara
Umum
Kekokohan
Topografi Lingkungan
Budgeting
Modal
Investor
sendiri
Pinjaman
Bank
Ruang Lingkup Sediaan
Alat
Kesehatan Obat
Alat Kesehatan
PERTEMUAN KE 2
Sediaan Farmasi
Science Non
Health Steril
Steril
Likuid
Non
Steril
Solid Semisolid
Likuida
Larutan
Sejati
Setiap sediaan
memiliki unut
proses yang
berbeda Suspensi
Emulsi
Proses yang akan terlibat
Pengadaan
Pengemasan Penimbangan
Pengisian Pencampuran
Timbangan
Neraca
Penggunaan
yang
Proforsional Digital
Klasikal
Tergantung
dari jenis
Modern sediaan
yang
diproduksi
Modern dan
Terukur
Pencampuran
• Pencampuran adalah suatu proses yang
melibatkan penyisipan antar partikel jenis
yang satu di antara partikel jenis yang lain
dengan menggunakan gaya mekanik untuk
menghasilkan pencampuran yang homogen.
• Pengadukan adalah proses yang menciptakan
terjadinya gerakan dari bahan yang diaduk
seperti molekul-molekul yang bergerak atau
komponennya menyebar ( terdispersi).
Tujuan Pencampuran
• Menghasilkan campuran bahan dengan komposisi tertentu
dan homogen
• Mempertahankan kondisi campuran selama proses kimia dan
fisika agar tetap homogen
• Mempunyai luas permukaan kontak antar komponen yang
besar, menghilangkan perbedaan konsentrasi dan perbedaan
suhu, mempertukarkan panas, mengeluarkan secara merata
gas-gas dan uap-uap yang timbul
• Menghasilkan bahan setengah jadi agar mudah diolah pada
proses selanjutnya atau menghasilkan produk akhir yang baik
Faktor2 yang Berpengaruh
Luas permukaan bahan
Konsentrasi
Suhu
Tekanan
Ion Senama
Ion Asing
Jenis – Jenis Pencampuran
Cairan
• Sirup Larutan
vs Sejati
Cairan
Cairan
vs • Susupensi
Padatan
Cairan
Vs • Emulsi
Minyak
Pencampuran pada kasus cair vs cair
Bagaimana dengan High Shear mixer
Campuran Cairan vs Padatan
• Metode yang paling sering digunakan untuk
mencampur cairan dengan padatan adalah
dengan menggerakkan cairan di dalam bejana
secara turbulen.
• Gerakan turbulen dapat dihasilkan oleh
pengaduk ataupun pencampur getar.
• Gerakan turbulen ditandai oleh turun-naiknya
kecepatan cairan secara acak pada setiap titik
dalam sistem.
Alat Pencampur Padatan Pencampuran terjadi pada tiga
vs Cairan tingkatan yang berbeda yaitu :
• Mekanisme konvektif :
pencampuran yang disebabkan
aliran cairan secra keseluruhan
(bluk flow)
• Eddy diffusion : pencampuran
karena adanya gumpalan-gumpalan
fluida yang terbentuk dan
tercampakn dalam medan lain.
• Diffusion : pencampuran karena
gerakan molekuler
Ketiga mekanisme terjadi secara bersama-sama,
tetapi yang paling menentukan adalah eddy
diffusion. Mekanisme ini membedakan
Ingat !!!! pencampuran dalam keadaan turbulen dengan
Fenomena yg terjadi pada pencampuran dalam medan aliran laminer. Sifat
Suspensi fisik fluida yang berpengaruh pada proses
pengadukan adalah densitas dan viskositas.
Alat pengaduk yang paling sering digunakan untuk
masalah pencampuran cairan dengan padatan
Pengaduk ini
memungkinkan
terjadinya pertukaran
panas, mencegah
terjadinya
pengendapan atau
pelekatan padatan
pada dasar bejana.
Pengaduk ini
menghasilkan derajat
pencampuran yang
cukup besar
Alat Pengaduk Bingkai
• Pengaduk ini terdiri dari sebuah bingkai
persegi atau dua buah lengan jangkar yang
dipasang bersusun. Pengaduk ini mempunyai
diameter 2/3 dari diameter bejana tersebut
dan berputaran lambat
Alat Pengaduk Palet
• Pengaduk ini terdiri atas tiga daun yang melengkung.
Biasanya daun tersebut agak bengkok keatas sehingga
sesuai dengan bentu dasar bejana. Pengaduk impeler
mempunyai diameter sebesar 2/3 hingga ½ dari
diameter bejana dan frekuensi putarannya 100-200
rpm. Pengaduk impeler dibuat dari satu atau beberapa
bagian. Bersama dengan perangkat penggerak yang
dapat dikontrol, pengaduk impeler dapat dimanfaatkan
secara serba guna, misalnya untuk melarutkan,
mensuspensikan atau mengemulsikan padatan dalam
cairan serta juga untuk reaksi-reaksi kimia dan proses-
proses pertukaran panas
Alat Pengaduk Propeler
Kec Tinggi
Kec Rendah
Kec Sedang
umumnya digunakan digunakan untuk digunakan untuk fluida
untuk minyak larutan sirup kental dan dengan viskositas
kental,lumpur dimana minyak pernis. rendah misalnya air.
terdapat serat atau Jenis ini paling sering Tingkat pengadukan ini
pada cairan yang dapat digunakan untuk menghasilkan
menimbulkan busa meriakkan permukaan permukaan yang cekung
pada viskositas yang pada viskositas yang
rendah rendah dan dibutuhkan
ketika waktu
pencampuran sangat
lama atau perbedaan
viskositas sangat besar
Jumlah pengaduk
Viskositas dari cairan adalah salah satu dari beberapa faktor yang
mempengaruhi pemilihan jenis pengaduk. Indikasi dari rentang
viskositas pada setiap jenis pengaduk adalah :
• Pengadukan jenis baling-baling digunakan untuk viskositas fluida
dibawah Pa.s (3000 cP)
• Pengadukan jenis turbin bias digunakan untuk viskositas di bawah
100 Pa.s (100.000 cP)
• Pengaduk jenis gaying yang dimodifikasi sperti pengaduk jangkar
bias digunakan untuk viskositas antara 50-500 Pa.s (500.000 cP)
• Pengaduk jenis pita melingkar biasa digunakan untuk viskositas di
atas 1000 Pa.s dan telah digunakan hingga viskositas 25.000 Pa.s.
Untuk viskositas lebih dari 2,5 – 5 Pa.s (5000 cP) dan diatasnya,
sekat tidak diperlukan karena hanya terjadi pusaran kecil
Pencampuran Air vs Minyak
EMULSI
nm)
EMULSI
Apa kata FI IV
tentang emulsi?
Sediaan emulsi :
Tipe emulsi : • lotion
• emulsi minyak/air • krim
• emulsi air/minyak • salep
Karena • cairan oral
mengandung • liniments
air dan minyak
yang tdk bisa
bercampur
Fenomena Emulsi
Titik Kritis dalam Pembentukkan
Emulsi
Kecepatan Pengadukan
Sonikasi Elemen
TEORI PEMBENTUKAN EMULSI
1. Teori Tegangan Permukaan (Surface Tension)
Daya kohesi : daya tarik menarik antara molekul yang sejenis.
Daya adhesi : daya tarik menarik antarmolekul yang tidak sejenis
- - - - - -
- + + - - + + -
- + + - - + + -
- + + - - + + -
--- ---
Mekanisme stabilisasi emulsi
1. Emulgator Surfaktan
Pembentukan lapisan film monolayer pada
antar muka globul , ada beberapa macam
surfaktan 62
Skema tipe surfaktan berdasarkan tipe bagian kepala
yang polar :: anionik, kationik, non ionik dan zwitter
ionik
63
Mekanisme pembentukan film
campuran pada stabilisasi
Globul terdispersi
1. Setil sulfat Na dengan kolesterol
film kompleks dan rapat
stabilita emulsi baik
2. Setil sulfat Na dengan oleyl
alkohol film kompleks
tidakkurang rapat stabilita
emulsi jelek
3. Setil alkohol dengan Natrium
oleat film kompleks
tidakkurang rapat stabilita
emulsi kurang baik
64
65
66
Harga HLB butuh fase minyak dalam emulsi O/W atau W/O
67
2. Emulgator Koloid Hidrofil
Pembentukan lapisan film multilayer pada antar muka globul dan
dapat meningkatkan viskositas
68
3. Emulgator Pertikel halus
Pembentukan lapisan film monolayer pada antar muka globul
karena kemampuan partikel halus teradsorpsi pada permukaan
69
SUMBER EMULGATOR
1. Emulgator alam
Dapat digolongkan menjadi 3 golongan, yaitu :
a. Emulgator dari tumbuh-tumbuhan
Pada umumnya termasuk golongan karbohidrat dan
merupakan emulgator tipe o/w, sangat peka
terhadap
elektrolit dan alkohol kadar tinggi, dan dapat dirusak
oleh
bakteri. Oleh karena itu, pembuatan emulsi dengan
emulgator
ini harus selalu emnambahkan pengawet.
SUMBER EMULGATOR
Contoh emulgator dari tumbuhan
Emulgator Jumlah air utk Ket.
mengembangkan
Gom arab Korpus emulsi = 2 : 1 : 1,5 Untuk obat minum.
(2 = minyak, 1 = emulgator, Kerja : dengan membentuk koloid
1,5 = air) pelindung (teori interfacial film) dan
membentuk cairan kental sehingga
laju pengendapan menjadi kecil.
Tragakan 20x berat tragakan Kerja : membentuk cairan kental
sehingga laju pengendapan menjadi
kecil.
Agar-agar Dilarutkan dengan air -Kurang efektif jika digunakan sendiri.
mendidih. Dinginkan -Ditambahkan untuk menambah
pelan-pelan sampai suhu viskositas emulsi dengan gom arab.
tidak kurang dari 45C. -Biasanya digunakan 1-2%
SUMBER EMULGATOR
Contoh emulgator dari tumbuhan (lanjutan)
Emulgator Jumlah air utk Ket.
mengembangkan
Chondrus Penyiapan seperti pada Sangat baik dipakai untuk emulsi
agar-agar minyak ikan karena dapat
menutupi rasa dan bau minyak
ikan.
Pektin, metil Biasa digunakan 1-2%
selulosa,
karboksimetilsel
ulosa (CMC)
SUMBER EMULGATOR
b. Emulgator hewani
Emulgator Ket.
Kuning telur Mengandung :
-Lesitin : emulgator tipe o/w
-Kolesterol : emulgator tipe w/o
Adeps lanae Untuk pemakaian luar.
Mengandung kolesterol : emulgator tipe w/o.
Dalam keadaan kering, dapat menyerap air 2x
bobotnya.
SUMBER EMULGATOR
c. Emulgator dari mineral
Emulgator Ket.
Magnesium alumunium Untuk pemakaian luar.
silikat (veegum) Emulgator tipe o/w.
Pemakaian yang lazim : 1%.
Bentonit Mengabsorpsi sejumlah besar air
sehingga membentuk massa seperti
gel.
Konsentrasi pemakaian : 5%.
SUMBER EMULGATOR
2. Emulgator Buatan/Sintetis
Emulgator Ket.
Sabun Untuk pemakaian luar.
Sangat peka terhadap elektrolit.
Emulgator tipe o/w dan w/o.
Tween 20; 40; 60; 80
Span 20; 40; 80
API Finished
Product
Primary Secondary
API Packaging Packaging
Excipients
Starting Materials
(Chemicals)
Drug product manufacture
API
Excipients milling
oven drying
blending crystallization
filtration
Direct
compression
lubrication
Wet
granulation Dry granulation
/ milling tableting
coating
Drying
Disintegrant Screening Disintegrant Screening
Glidant Glidant
Lubricant Mixing Lubricant Mixing Lubricant Mixing
Fill die
Tablet Other Routes
Compression
Fluidized bed granulation
Compress Tablet
Extrusion / rotary granulation
^L /L = 1/E .
Tegangan
DIMANA E = MODULUS YOUNG, HARGA E
MENYATAKAN KETEGARAN (STIFFNESS)
Gambar 1. : Grafik hubungan tekanan dan tegangan,
ATAU KELEMBUTAN (SOFTNESS) DARI
suatu zat padat
MATERIAL.
SELANJUTNYA BILA TEKANAN MENINGKAT MAKA HUBUNGAN MENJADI TIDAK LINEAR LAGI, YANG
DIMULAI PADA TITIK LENTUR. BILA TEKANAN TERUS MENINGKAT, MAKA DEFORMASI AKAN MEN
JADI TIDAK DAPAT DIUBAH (IRREVERSIBLE). DAN AKHIRNYA MATERIAL AKAN HANCUR.
MAKA UNTUK MEMILIH PENGGILING UNTUK MENGHALUSKAN MATERIAL SANGAT BERGANTUNG
KEPADA SIFAT-SIFAT FISIKANYA, SEPERTI KEKERASAN, KELENGKETAN, ELASTISITAS, KERAPUH
AN, DAN VISKOSITI, UKURAN PARTIKEL BAHAN AWAL DAN UKURAN PARTIKEL PRODUK AKHIR
YANG DIKEHENDAKI. TEMPERATUR DAN KELEMBABAN JUGA MEMPENGARUHI, SEHINGGA PRO
SES PENGHALUSAN DIKENAL PROSES PENGHALUSAN KERING DAN BASAH.
METODA PENGHALUSAN
• Air Hidrat, Bahan-bahan hasil kristalisasi air dapat terikat berupa air hidrat, dimana
molekul air ikut menggambarkan struktur kisi-kisi kristal. Karena ikatannya sangat
kuat maka pengusiran air jenis ini baru bisa berlangsung pada suhu tinggi dg lebih
dulu merusak kristal. Jika ikatan yang ada saling tumpang tindih, akan memberikan
sebuah diagram prngeringan, yang menunjukkan ketergantungan bahan lembab
terhadap kecepatan pengeringan berupa titik patah kurva sehingga batasan setiap
bagian pengeringan akan tampak jelas, perhatikan gambar berikut.
Pemilihan cara pengeringan bergantung dari jenis bahan yang dikeringkan (cairan
kental, berupa pasta, butiran, serpihan kasar), dari jumlah dan sifat-sifat kimia-
fisikanya. Produk farmasi yang umum dikeringkan adalah cairan kental atau padatan.
Pengeringan umumnya menjamin stabilitas zat menjadi lebih baik, karena dalam
kondisi kering tidak terjadi reaksi penguraian secara kimia maupun mikrobiologis,
tetapi kalau masih terjadi hanya berlangsung lambat. Hala tersebut berlaku pula bagi
bahan-bahan kimia maupun produk yang berasal dari tumbuhan atau hewan.
Hilangnya air menjamin stabilisasi dan pengawetan yang efektif. Jika proses
pengeringan melibatkan penggunaan panas maka proses harus dilakukan sesingkat
mungkin, karena meningkatnya suhu umumnya meningkatkan kecepatan reaksi-reaksi
kimia. Proses pengeringan dalam dunia farmasi memegang peran yang sangat
penting, misalnya pada pembuatan granulat, tablet, pellet, tablet salut, ampul kering
dan eksrak kering.
Pengeringan bahan padat lembab/basah.
Untuk memahami proses ini memerlukan penjelasan pendahuluan bebera
pa pengertian istilah berikut.
Kadar air ( kadar kelembaban).
Suatu bahan padat lembab diekspresikan sebagai kg air yang terikat
dg satu kg bahan padat kering. Kadar air o,4 diartikan dg 0,4 kg air yg hilang
drpd air yg terkandung per kg bahan padat kering yg akan bertahan sampai
bahan kering sempurna, Diekspresikan juga persen (%) kadar air.
Kelembaban relatif.
Udara pd temperatur tertentu dapat mengambil uap air sampai je
nuh (pd kelembaban relatif 100 %). Jika temperatur ditingkatkan udara
Dapat mengambil air yg banyak, kelembaban relatif akan turun.
MIXING
Pencampuran
• Pencampuran diperlukan untuk menghasilkan
distribusi dari dua atau lebih bahan
sehomogen mungkin.
• Pencampuran zat padat dilakukan dengan
kombinasi satu atau lebih bahan padat
• Setiap bahan padatan memiliki karakter yg
unik dan berbeda
Pengertian
• Proses pencampuran adalah suatu proses yang
penting dilakukan dalam formulasi, bahkan mesin
pencampur ditemukan di hampir semua industri
pengolahan farmasi maupun non farmasi mulai
dari pencampuran yang sederhana sampai
pencampuran yang rumit seperti pada industri
farmasi.
• Mesin pencampur dapat digolongkan dalam
kategori mesin pengolah dalam suatu industri
yang menunjang proses pengolahan bahan
menjadi produk
Tujuan
• Bergabungnya bahan menjadi suatu campuran
yang sedapat mungkin memiliki kesamaan
penyebaran yang sempurna. Berhubung
secara fisik bahan-bahan yang ada di alam
tersedia dalam berbagai bentuk fasa, maka
secara teoritis banyak sekali variasi
pencampuran bahan yang mungkin timbul
MUATAN ELEKTROSTATIK SERBUK
• sediaan padat kompak, dibuat scr kempa cetak, dalam bentuk tabung
pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung,
mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat
tambahan
FI III • Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat
pengembang, zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah atau zat lain yang
cocok
Kriteria Tablet
Keseragaman
. Harus stabil . Tablet memenuhi
bobot dan
terhadap udara persayaratan
penampilan harus
dan suhu Farmakope yang
memenuhi
lingkungan berlaku
persyaratan
Kelebihan Tablet
• Bekerja pada rute oral yang paling banyak dipilih.
Cracking
• pemisahan • keadaan
sebagian Laminasi
dimana
atau bagian
keseluruhan bawah • keadaan
bagian • pemisahan tablet dimana tablet
atas/bawah tablet terpotong pecah, lebih
tablet dari menjadi dua sering di
bagian atau bagian atas-
badan tablet lebih tengah
Capping Chipping
Lanjutan
• perpidahan bahan
dari permukaan Sticking • keadaan
tablet dan dimana
menempel pada distribusi zat
permukaan punch • keadaan dimana warna pada
granul menempel
permukaan
pada dinding die
(ada adhesi) tablet tidak
merata
Picking
Molting
Sistem pelepasan tablet
Tablet Kompresi
• tablet kompresi yang dibuat dengan sekali tekanan
menjadi berbagai bentuk tablet dan ukuran, biasanya
kedalam bahan obatnya diberi tambahan sejumlah
bahan pembantu
Tablet Kompresi Ganda
• tablet kompresi berlapis, dalam
pembuatannya memerlukan lebih dari satu
kali tekanan
Tablet Salut Gula
• tablet kempa yang terdiri dari penyalut gula
• Tujuannya untuk melindungi obat dari udara dan
kelembapan serta member rasa atau untuk
menghindarkan gangguan dalam pemakaiannya
akibat rasa atau bau bahan obat
Tablet Salut Selaput
• Tablet kompresi ini disalut dengan selaput tipis dari
polimer yang larut atau yang tidak larut dalam air
maupun membentuk lapisan yang meliputi tablet.
Tablet Salut Enterik
• Tablet yang disalut dengan lapisan yang tidak atau
hancur dilambung tapi diusus
Tablet Hisap
• Tablet hisap merupakan bentuk sediaan padat
berbentuk cakram yang mengandung bahan
pewangi, dimaksudkan untuk secara perlahan
melarut dalam rongga mulut untuk efek
setempat.
Tablet Kunyah
• tablet yang dikunyah lembut, segera hancur ketika
dikunyah adalah dibiarkan larut dalam mulut, terasa
enak dan menarik, biasa digunakan untuk tablet
anak, antisid dan antibiotic.
Tablet Sublingual Dan Bukal
• Yaitu tablet yang disisipkan dipipi dan dibawah lidah.
Biasanya bentuknya datar, tablet oral yang
direncanakan larut dalam kantung pipi adalah
dibawah lidah untuk diabsorpsi melalui mukosa oral.
Tujuannya agar obat dapat diabsorpsi dengan cepat.
Tablet Effervescent
• tablet berbuih dilakukan dengan cara kompresi granulasi yang
mengandung garam-garam effer adalah bahan bahan lain
yang mampu melepaskan gas ketika bercampur dengan air.
Campurannya biasanya adalah asam dan basa. Asamnya
adalah as. Sitrat atau as. Tartrat. Sadangkan basanya adalah
basa karbonat
Tablet Implant
• Tablet implantasi atau depo dimaksudkan untuk
ditanam dibawah kulit manusia.
• Tujuannya untuk mendapatkan efek obat dalam
jangka waktu yang lama sehingga obat yang
terkandung dilepaskan dengan kecepatan konstan.
Tablet Vaginal
• Tablet vaginal disisipkan pada vaginal yang
dimaksudkan agar larut secara perlahan dan
melepaskan obat yang terkandung didalammnya ke
rongga vaginal
KOMPOSISI UTAMA TABLET
Penghancur Lubrikan
Glidan Pengisi
Zat Aktif
• Kebanyakan zat aktif tidak dapat dikempa langsung menjadi tablet
karena tidak punya daya ikat yang cukup yang perlu untuk membuat
suatu tablet, disamping itu tidak semua zat aktif mempunyai sifat alir
Zat Aktif yang baik.
• Unit proses sangat tergantung dari tingkat dosis, sifat fisika dan kimia,
penggunaan sampai ke arah absorbsi dan ketersediaan hayati. Sebagai
Pemrosesa contoh dosis yg sangat kecil tablet kontrasepsi akan berpengaruh
n terhadap stabilitas dan kandungan
• Indeks tegang : ukuran entropi internal berkaitan dengan zat jika dikempa
• Indeks ikatan : ukuran kemampuan zat membentuk ikatan sehingga mengubah bentuk secara
Indeks plastis
Pengempa • Indeks rapuh remuk: ukuran kerapuhan dan pengempaan suatu zat
an
contoh: eritromisin yg memiliki kecenderungan keping dan
laminasi saat dikempa memiliki kekuatan mengikat yg
relatif baik dan memiliki indeks tegang yang tinggi yang
menghalangi ikatan dalam hal ttt
Eksipien
• Tidak toksik dan dapat diterima oleh lembaga
regulator semua negara tempat produk tablet
dipasarkan
• Tersedia secara komersial
• Tersedia dengan biaya yang rendah yang dapat
diterima
• Tidak kontraindikasi oleh bahan itu sendiri
contoh: sukrosa bagi yg diabetes, natrium bagi yg
H.Tensi
• Inert secara fisiologis
• Kompatibel dengan zat warna
PENGISI
Tujuan Contoh
Memecah
tablet menjadi Gom
granul
Memecah
granul menjadi
partikel- Amilum
partikel
Mengurangi Ditambahkan
gesekan antara Talk setelah
tablet & cetakan
terbentuk masa
homogen.
Mencegah tablet
menempel pada Asam stearat
punch
Ditambahkan
dan dicampur
Mencegah
keausan punch Starch sekitar 2 – 5
dan cetakan menit
GLIDAN
Pemanis Pewarna
Pengaroma
Pemanis
• Menutupi atau
menghilangkan rasa
dari zat aktif yang
tidak enak Contoh
• Meningkatkan minat
pasien agar patuh
• Sucralose
dalam
penggkonsumsian • Sukrosa
obat • Manitol
Tujuan
Pewarna
1. Tujuan
• Estetika, sebagai pembantu sensori untuk pemberi rasa yang
digunakan dan untuk tujuan kekhasan dari produk.
2. Contoh
• Caramel
• karbon hitam
• karmin
• Klorofil
• eosin, indigo, riboflavin,
• tartazin, sunset yellow
Pengaroma
Meningkatkan Lemon
kepatuhan
pasien lavender
Metode Pembuatan Tablet
Kempa Langsung
Granulasi Basah
Granulasi Kering
Kempa Langsung
• Kempa langsung adalah pembuatan tablet dengan mengempa
langsung campuran zat aktif dan eksipien kering.tanpa melalui
perlakuan awal terlebih dahulu. Metode ini merupakan
metode yang paling mudah, praktis, dan cepat pengerjaannya,
namun hanya dapat digunakan pada kondisi zat aktif yang
kecil dosisnya, serta zat aktif tersebut tidak tahan terhadap
panas dan lembab.
Keuntungan Kempa Langsung
• Lebih ekonomis karena validasi proses lebih sedikit
Lebih singkat prosesnya.
• Karena proses yang dilakukan lebih sedikit, maka waktu yang diperlukan
untuk menggunakan metode ini lebih singkat, tenaga dan mesin yang
dipergunakan juga lebih sedikit.
• Dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan tidak tahan
lembab.
• Waktu hancur dan disolusinya lebih baik karena tidak melewati proses
granul, tetapi langsung menjadi partikel.
• tablet kempa langsung berisi partikel halus, sehingga tidak melalui proses
dari granul ke partikel halus terlebih dahulu
Kekurangan Kempa Langsung
• Perbedaan ukuran partikel dan kerapatan bulk antara zat aktif
dengan pengisi dapat menimbulkan stratifikasi di antara
granul yang selanjutnya dapat menyebabkan kurang
seragamnya kandungan zat aktif di dalam tablet.
• Zat aktif dengan dosis yang besar tidak mudah untuk dikempa
langsung karena itu biasanya digunakan 30% dari formula agar
memudahkan proses pengempaan sehingga pengisi yang
dibutuhkanpun makin banyak dan mahal.
• Dalam beberapa kondisi pengisi dapat berinteraksi dengan
obat seperti senyawa amin dan laktosa spray dried dan
menghasilkan warna kuning.
Lanjutan
• Pada kempa langsung mungkin terjadi aliran statik
yang terjadi selama pencampuran dan pemeriksaan
rutin sehingga keseragaman zat aktif dalam granul
terganggu.
• Sulit dalam pemilihan eksipien karena eksipien yang
digunakan harus bersifat; mudah mengalir;
kompresibilitas yang baik; kohesifitas dan adhesifitas
yang baik
Komponen Dalam Kempa Langsung
• zat aktif,
• bahan pengisi,
• bahan pengikat,
• desintegran,
• Lubrikan
• bahan pengaroma
• pemanis
Zat Aktif Yang Cocok
Bentuknya
kristal
Mampu
menciptakan
Kompresibilitas
adhesifitasdan
kohesifitas dalam baik
massa tablet
Alirannya Baik
Proses Pembuatan Tablet Kempa Langsung
Mixer Sieving
+disintegrator,
glidan,
Slugger
lubrican, zat
aktif
Evaluasi granul
a. Waktu Alir
Ditimbang 100 g granul, kemudian dimasukan kedalam corong
yang ujung tangkainya ditutup. Penutup corong dibuka dan
granul dibiarkan mengalir sampai habis. Granul memiliki
waktu alir yang baik bila mempunyai waktu alir tidak lebih dari
10 detik. (Fudholi, 1993).
b. Sudut Diam
Granul seberat 100 g, dimasukan secara perlahan melalui
lubang bagian atas silinder sementara bagian bawah ditutup.
Setelah semua serbuk dimasukan, penutup dibuka dan serbuk
dibiarkan keluar. Lakukan pengukuran, sudut diam antara 30-
40° menunjukan sifat alir yang baik. (Banker& Andreson,
1994).
Lanjutan
c. Kemampatan
Granul dimasukan kedalam gelas ukur dengan volume 100 ml secara
perlahan-lahan dan kemudian dicatat volume awalnya, kemudian gelas
ukur dipasang kedalam alat uji kemudian alat dihidupkan. Catat
perubahan volume hingga volume konstan. Granul dinyatakan baik jika
memiliki sifat alir indeks tetapnya tidak lebih dari 20%. (Faishi dan
Kanfer, 1986).
d. Uji Kelembaban
Pada uji ini digunakan moisture balance. Pada alat tersebut dimasukan
1 gram garanul dalam alumunium foil lalu ditara dan diukur kadar
airnya dengan menekan tombol start maka akan diddapat persen kadar
air. Pengukuran dilakukan hingga didapat kadar air yang konstan pada 3
kali pengukuran.
Evaluasi Tablet
Keseragaman bobot
• Setiap tablet yang sudah di cetak di mesin tablet
disiapkan kemudian ditimbang untuk mengetahui
keseragaman bobot dari tablet. (Departemen Kesehatan
RI, 1995).
Keseragaman ukuran
• Setiap tablet disiapkan sekitar 20-30 tablet, kemudian
diukur diameternya menggunakan jangka sorong.
Diameter tablet tidak kurang dari satu pertiga tebal
tablet. (Departemen Kesehatan RI, 1979)
Lanjutan
• Kerapuhan
20 tablet dibebas debukan, kemudian ditimbang dalam neraca
analitik, kemudian tablet dimasukan kedalam alat friabilator.
Alat dijalankan selama 4 menit dengan keceoatan 25 putaran
per menit. Setelah itu dikeluarkan dari alat dan dibebas
debukan. Selanjutnya ditimbang kembali, tablet sebelum diuji
tidak boleh berkurang lebih dari 1% dari berat awal tablet
awal uji.(Ansel,2005)
• Kekerasan tablet
Tablet harus mempunyai kekuatan atau kekerasan tertentu
serta tahan terhadap berbagai guncangan mekanik pada
pembuatan, pengepakan dan pengangkutan.(Lachman,2008)
Lanjutan
• Uji Disolusi <1231>
Uji ini digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan disolusi yang tertera
dalam masing-masing monografi untuk sediaan tablet dan kapsul, kecuali pada etiket
dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah. Persyaratan disolusi tidak berlaku untuk kapsul
gelatin lunak kecuali bila dinyatakan dalam masing-masing monografi. Bila pada etiket
dinyatakan bahwa sediaan bersalut enterik, sedangkan dalam masing-masing monografi, uji
disolusi atau uji waktu hancur tidak secara khusus dinyatakan untuk sediaan bersalut enterik,
maka digunakan cara pengujian untuk sediaan lepas lambat seperti yang tertera pada uji
Pelepasan Obat <961>, kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi. Dari jenis
alat yang diuraikan disini, pergunakan salah satu sesuai dengan yang tertera dalam masing-
masing monografi.
• Alat 1. Alat terdiri dari sebuah wadah bertutup yang terbuat dari kaca atau bahan transparan
lain yang inert, suatu motor, suatu batang logam yang digerakkan oleh motor dan keranjang
berbentuk silinder. Wadah tercelup sebagian di dalam suatu tangas air yang sesuai berukuran
sedemikian sehingga dapat mempertahankan suhu dalam wadah pada 37º ± 0,5 ºC selama
pengujian berlangsung dan.menjaga agar gerakan air dalam tangas air halus dan tetap.
Bagian dari alat, termasuk lingkungan tempat alat diletakkan tidak dapat memberikan
gerakan, goncangan atau getaran signifikan yang melebihi gerakan akibat perputaran alat
pengaduk. Penggunaan alat yang memungkinkan pengamatan contoh dan pengadukan
selama pengujian berlangsung. Lebih dianjurkan wadah disolusi berbentuk silinder dengan
dasar setengah bola, tinggi 160 mm hingga 175 mm, diameter dalam 98 mm hingga 106 mm
dan kapasitas nominal 1000 ml. Pada bagian atas wadah ujungnya melebar, untuk mencegah
penguapan dapat digunakan suatu penutup yang pas. Batang logam berada pada posisi
sedemikian sehingga sumbunya tidak lebih dari 2 mm pada tiap titik dari sumbu vertikal
wadah berputar dengan halus dan tanpa goyangan yang berarti. Suatu alat pengatur
kecepatan digunakan sehingga memungkinkan untuk memilih kecepatan putaran yang
dikehendaki dan mempertahankan kecepatan seperti yang tertera dalam masing-masing
monografi dalam batas lebih kurang 4%.
• Komponen batang logam dan keranjang yang me-rupakan
bagian dari pengaduk terbuat dari baja tahan karat tipe 316
atau yang sejenis sesuai dengan spesifi-kasi pada Gambar 1.
Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi,
gunakan kasa 40 mesh. Dapat juga digunakan keranjang
berlapis emas setebal 0,0001 inci (2,5 µm). Sediaan
dimasukkan ke dalam keranjang yang kering pada tiap awal
pengujian. Jarak antara dasar bagian dalam wadah dan
keranjang adalah 25 mm ± 2 mm selama pengujian
berlangsung.
• Alat 2. Sama seperti Alat 1, bedanya pada alat ini digunakan
dayung yang terdiri dari daun dan batang sebagai
pengaduk. Batang berada pada posisi sedemikian sehingga
sumbunya tidak lebih dan 2 mm pada setiap titik dari
sumbu vertikal wadah dan berputar dengan halus tanpa
goyangan yang berarti. Daun melewati diameter batang
sehingga dasar daun dan batang rata. Dayung memenuhi
spesifikasi pada Gambar 2. Jarak 25 mm ± 2 mm antara
daun dan bagian dalam dasar wadah dipertahankan selama
• Uji kesesuaian alat Lakukan pengujian masing-masing alat
menggunakan 1 tablet Kalibrator Disolusi FI jenis disintegrasi dan 1
tablet Kalibrator Disolusi FI jenis bukan disintegrasi sesuai dengan
kondisi percobaan yang tertera. Alat dianggap sesuai bila hasil yang
diperoleh berada dalam rentang yang diperbolehkan seperti yang
tertera dalam sertifikat dari kalibrator yang bersangkutan.
• Media disolusi Gunakan pelarut seperti yang tertera dalam masing-
masing monografi. Bila Media disolusi adalah suatu larutan dapar,
atur pH larutan sedemikian hingga berada dalam batas 0,05 satuan
pH yang tertera pada masing-masing monografl. [Catatan Gas
terlarut dapat membentuk gelcmbung yang dapat merubah hasil
pengujian. Oleh karena itu, gas terlarut harus dihilangkan terlebih
dahulu sebelum pengujian dimulai.]
• Waktu Bila dalam spesifikasi hanya terdapat satu waktu, pengujian
dapat diakhiri dalam waktu yang lebih singkat bila persyaratan
jumlah minimum yang terlarut telah dipenuhi. Bila dinyatakan dua
waktu atau lebih, cuplikan dapat diambil hanya pada waktu yang
ditentukan dengan toleransi ± 2%.
Alat yang digunakan
TERIMAKASIH
BENTUK PENGERING YANG MUDAH, EFISIEN DENGAN SIRKULASI LANGSUNG, ALIRAN UDARA BER
PUTAR KESETIAP RAK YANG BERISI MATERIAL DIATAS DULANG DATAR, UDARA PANAS MENGA LIR
SECARA PERIODIK BERUPA PANASLATEN SECARA KONVEKSI BAHAN LEMBAB AKAN KERING.
PENGERING TUNNEL
PENGERING ROTARI
OVEN VACUM
PROSES KONTAK PANAS DENGAN SUATU PERMUKAAN PANAS DAN KEMAMPATAN PENGHANTA
RAN PANAS TERJADI OLEH KONDUKSI DI DALAM BAHAN PADAT BASAH.
OVEN VACUM ADALAH SISTENM PENGERING KONDUKSI, TERDIRI DARI BEJANA BERSELUBUNG
CUKUP KUAT UNTUK MENAHAN VACUM ANTARA OVEN DAN TEKANAN UAP AIR DI DALAM SELU
BUNG. PINTU DITUTUP KUAT DENGAN SIL KEDAP UDARA. OVEN DIHUBUNGKAN DENGAN POMPA
DENGAN KONDENSER. TEKANAN 0,03 – 0,06 BAR. PENGERING VACUM BERPUSINGAN UNTUK
SKALA INDUSTRI BENTUK “Y-CONE”
JIKA SUATU BAHAN PENAMBAH SUATU CAMPURAN SERBUK DITAMBAHKAN SUATU FINE , SERING
BENTUK MIKRONISASI, KEMUDIAN DICAMPURKAN PADA PARTIKEL KASAR (PARTIKEL PEMBAWA)
YANG DAPAT MENGABSORBSI PARTIKEL SANGAT HALUS PADA BAHAGIAN PERMUKAANNYA DAN
INI DITARIK DENGAN KUAT. CONTOH BERIKUT ADALAH BAHAN PEMBAWA NATRIUM KLORIDA,
TABLETOSA DAN SORBITOL DENGAN SERBUK HALUS PRIMAQUIN (GAMBAR).
CAMPURAN TERATUR (ORDERED) DAPAT BERCAMPUR DENGAN SEMPURNA ANTARA BAHAN KHA
SIAT DAN PEMBAWA, CAMPURAN YANG KONTRAS DENGAN INI ADALAH CAMPURAN RANDOM, PAR
TIKEL PENAMBAH TIDAK TERGANTUNG SATU SAMA LAIN, PERTIKEL PERUMAH MEMERLUKAN PER
GERAKAN BEBERAPA PARTIKEL YANG TERADSORBSI DENGANNYA.
PENCAMPUR ‘TUMBLING’
MATERIAL YANG MUDAH MENGALIR DAPAT DICAMPUR DI DALAM PENCAMPUR INI, DIMANA BEJA
NA BERPUTAR DG BERBAGAI BENTUK, BAHAN AKAN MENGALIR BILA SUDUT ISTIRAHAT DILAM
PAUI. PENCAMPUR BENTUK Y („Y-CONE‟) SUATU CONTOH TIPE INI (GAMBAR). PERPUTARAN PE
NGALIRAN MATERIAL KE DALAM DUA TANGAN ATAS BENTUK Y DAN KEMUDIAN KEMBALI KE TA
NGAN KE TIGA. PENCAMPURAN TERJADI SECARA GESERAN DAN DIFUSI. PENCAMPURAN SERING
DIGUNAKAN UNTUK MENCAMPUR LUBRIKAN DENGAN GRANUL TABLET SEBELUM PENCETAKAN.
WAKTU DAN KECEPATAN OPTIMUM PERLU DIATUR SEHINGGA TERJADI PENGALIRAN DAN PEN
CAMPURAN BERHASIL DENGAN BAIK.
PENCAMPUR AGITATOR
PENCAMPUR DG GERAKAN MATA PISAU ATAU PADEL(DAYUNG) YAITU PENCAMPURAN SECARA
KONVEKSI, SEPERTI PENCAMPUR ‘RIBBON’(GAMBAR), PISAU BENTUK ‘HELICAL’ BERPUTAR DA
LAM BAK HEMISFERIKAL TETAPI RUANGAN MATI (‘DEAD SPACE’) TIDAK SUKAR MENGELIMINASI
REAKSI GESERAN DARI ‘RIBBON’ TIDAK CUKUP MEMECAH AGREGAT. ‘NAUTAMIXER’ CONTOH
PENCAMPURAN YG LEBIH BAIK KOMBINASI DIFUSI, GESERAN DAN CAMPURAN KONVEKSI.
SUATU PENCAMPURAN YANG HOMOGEN MERUPAKAN PENOPANG DARI TIPE PENCAMPURAN/PERA
LATAN YANG AKAN DIGUNAKAN. PENCAMPURAN BAHAN PADAT DALAM INDUSTRI DILAKUKAN SE
CARA ROTASI (PUTARAN DRUM) SEPERTI PENCAMPURAN BAHAN BANGUNAN. ADA PENCAMPUR
RIBBON, KUBUS, KERUCUT GANDA DAN PENCAMPUR BENTUK V. EFEK PENCAMPURAN YANG BAIK
DAPAT DICAPAI DENGAN CARA CENTRIFUGAL, CARA PUSINGAN DAN CARA PENIUPAN UDARA KEN
CANG.
PENGARUH AGREGAT
SERBUK HALUS SECARA TEORI MEMBENTUK PENCAMPURAN YANG BAIK. TETAPI SERBUK HALUS
ATAU UKURAN PARTIKEL YANG KECIL AKAN TERJADI PENINGKATAN KOHESI SEHINGGA SERBUK
AKAN MENGUMPUL ATAU PENGGUMPALAN. MEMECAH AGREGAT DAPAT DILAKUKAN DENGAN
KONVEKSI YANG KUAT ATAU PENCAMPURAN GUNTINGAN DAN PARTIKEL TERDISPERSI KEDALAM
PADATAN
SEGRAGASI (‘DEMIXING’)
DI DALAM PRAKTEK CAMPURAN SERBUK TIDAK AKAN TERSUSUN PARTIKEL SPERIS DALAM SATU
UKURAN. PERBEDAAN PARTIKEL PENYEBAB UTAMA TERJADINYA SEGREGASI, JUGA BENTUK DAN
BERAT JENISNYA. PARTIKEL HALUS DAPAT MASUK KEDALAM RONGGA ANTAR PARTIKEL BESAR.
Lebih nyaman
Untuk beberapa obat memberikan aksi lebih cepat
Terhindar dari 1st pass metabolism
Absorpsi lebih baik dengan ketersediaan hayati yang
meningkat
Memungkinkan lokalisasi sediaan obat dengan dosis
tepat
Memungkinkan melakukan modifikasi permeabilitas
jaringan secara langsung
Terhindar dari aktivitas protease atau menekan respon
imun dari obat
Barier metabolik
Difusi Pasif
Mekanisme absorpsi utama untuk senyawa obat
nonionik
Transeluler
Paraseluler
Bobot molekul
Polaritas
Permeabilitas
Potensial ikatan hidrogen
Muatan
Konformasi
JALUR TRANSELULER
1. Kimia
Menggunakan penetration enhancer
Aman
Non toksik
Inert
Non iritan
Non alergenik
x
1st pass hepatic metabolism
KLASIFIKASI BENTUK SEDIAAN INTRA ORAL
KLASIFIKASI QD:
1. Lphilized wafer:
Proses melibatkan liofilisasi yang
menghasilkan tablet menyerupai wafer dan
porous
2. Orally Disintegrating Tablet
Dibuat dengan in situ molding atau operasi
tableting konvensional dengan kecepatan tinggi
Lozenge
Tablet sublingual
Tablet mukoadesif
Tablet hisap
KAPITA
SELEKTA OBAT
BAHAN ALAM
Apt, Wempi Budiana, M.Si
SIMPLISIA
Simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apapun juga, kecuali
dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan.
Contoh : Zingiberis Rhizoma, Abri Folium, dll)
Herbal adalah bahan alam yang diolah ataupun tidak diolah
digunakan untuk tujuan pengobatan dapat berasal dari
tumbuhan, hewan atau mineral.
JENIS-JENIS SIMPLISIA
1. Simplisia nabati adalah simplisia berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat
tanaman.
Contoh : Rhizoma, herba, folium dll)
2. Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat yang
berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni.
Contoh : Adeps lanae, mel depuratum dll.
3. Simplisia mineral adalah simplisia yang berupa mineral (pelikan) yang belum diolah atau
diolah dengan cara sederhana dan belum zat kimia murni.
Contoh : vaselin album, paraffinum, belerang dll.
EKSTRAKSI
Ekstraksi adalah penarikan kandungan kimia yang dapat larut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair.
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan
menyari simplisia nabati menurut cara yang cocok, diluar pengaruh
cahaya matahari langsung.
Kadar sisa pelarut ekstrak kental??
Kadar sisa pelarut ekstrak kering??
FRAKSINASI
Adalah Pemisahan komponen senyawa dalam ekstrak, berdasarkan
kepolaran.
Contoh pelarut : Non polar (n-Heksana), Semi polar (Etilasetat) dan
Polar (etanol)
Metode fraksinasi: • Ekstraksi cair-cair • Kromatografi (KK, KCV…)
• Metode lain …
*Pemisahan komponen dari cairan dengan cairan lain yang tidak
saling bercampur, dengan pengocokan berulang
ISOLASI
Isolasi adalah proses pengambilan atau pemisahan senyawa bahan
alam dengan menggunakan pelarut yang sesuai.
Isolat adalah senyawa kimia murni tunggal hasil dari proses isolasi.
Contoh : kurkumin, apigenin, antosianin dll
TUMBUHAN
Metabolisme adalah
kumpulan proses kimia
yang terjadi pada
organisme hidup untuk
mempertahankan
kehidupan. Ribuan
senyawa kimia terlibat
dalam metabolisme
organisme hidup.
METABOLIT PRIMER
Metabolit primer zat atau senyawa esensial,
berperan pada proses kehidupan organisme
tsb, (kebutuhan dasar bagi kelangsungan
hidup organisme).
Metabolit primer biasanya terbentuk selama fase
pertumbuhan karena metabolisme energi
Contoh : karbohidrat, protein, lemak dan asam
amino.
JENIS METABOLIT PRIMER
Metabolit Primer Contoh
Asam amino Asam glutamat, asam aspartat
Nukleotida 5 ‘asam guanylic
Asam organik Asam asetat, asam laktat
karbohidrat Monosakarida, disakarida, dll
Vitamin Vitamin B2
METABOLIT SEKUNDER
Metabolit sekunder adalah senyawa organik kecil yang
dihasilkan melalui modifikasi metabolit primer.
Mereka terbentuk di dekat fase diam pertumbuhan.
Metabolisme sekunder tidak berperan dalam
pertumbuhan, perkembangan, atau reproduksi.
Namun, mereka memainkan peran dalam fungsi
ekologi seperti mekanisme pertahanan,
berfungsi sebagai antibiotik, dan menghasilkan
pigmen.
Diproduksi karena ada gangguan dari luar.
Contoh : alkaloid, flavonoid, saponin, tanin,
steroid/terpenoid, kumarin, kuinon, lignan
dan lignin, minyak atsiri.
Metabolit sekunder yang dihasilkan berbeda pd tiap
tumbuhan dan terdapat organisme spesifik.
Kelompok organisme tertentu untuk mengasilkan st
metabolit (senyawa marker). Senyawa ini juga tidak selalu
dihasilkan, hanya pada saat dibutuhkan saja atau fasa2
tertentu.
JENIS METABOLIT SEKUNDER
Metabolit Sekunder Contoh
Pigmen Karotenoid, Anthocyanin
Alkaloid Morfin, Codeine
Terpenoid Monoterpena, Diterpen
Flavonoid Apigenin, Kuersetin
Tanin Galat, Katekat
Saponin
Kuinon
DIAGRAM ALIR ISOLASI SENYAWA KIMIA
Sampel
Metode Ekstraksi
Ekstrak
Pemantauan KLT
Ekstrak Terpilih
Fraksinasi metode I
Fraksinas
i
Pemantauan KLT
Fraksinasi terpilih
Fraksinasi metode II
Sub fraksi
Pemantauan KLT
Subfraksi Terpilih
Pemurnian & Uji kemurnian
Isolat Karakterisasi & identifikasi
PARAMETER MUTU STANDAR
OBAT BAHAN ALAM
Standardiasasi menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah
proses merumuskan, menetapkan, menerapkan dan merevisi standar
(dilakukan oleh pihak terkait).
Bahan alam seringkali diperoleh dari berbagai sumber dan lokasi
tempat tumbuh, varietas berbeda, umur tanaman berbeda, dan masa
panen yang berbeda, sehingga akan terdapat variasi kandungan kimia
dan efek yang dihasilkan.
Tumbuham sebagai sumber bahan baku obat bahan alam dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu tumbuhan liar dan tumbuhan
budidaya.
PARAMETER NON SPESIFIK
1. Kadar air dan Susut Pengeringan
2. Kadar abu
3. Sisa Pelarut
4. Residu Pestisida
5. Cemaran logam berat
6. Cemaran mikroba
7. Cemaran kapang khamir & aflatoksin
8. Kadar Sari Larut Air dan Larut Etanol
PARAMETER SPESIFIK
Identitas:
1. Meliputi deskripsi tata nama, bagian tumbuhan
yang digunakan dan senyawa identitas.
2. Organoleptik
Meliputi penggunaan panca indera untuk
mendeskripsikan bentuk (padat, serbuk, kental,
cair), warna, bau dan rasa
3. Kandungan kimia
Untuk memberikan gambaran awal jumlah
senyawa terkandung
PENGELOMPOKKAN OBAT BAHAN ALAM
SEDIAAN OBAT HERBAL
1. JAMU
Jamu merupakan salah satu obat herbal yang merupakan
bahan atau ramuan bahan yang secara tradisional telah
digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.
CONTOH JAMU
SEDIAAN OBAT HERBAL
Go to menti.com
pengertian pengertian
Code:
…..
contoh contoh
Identifikasi senyawa obat
Ada
Spesifik Selektif Sensitif perubahan
yang teramati
OH + FeCl3 Fe(O- )3
Alkohol
Fenol
Analisis
Karbohidrat
Golongan Senyawa
Asam karboksilat
Sulfonamida
ANALISIS GOLONGAN ALKOHOL & FENOL
Analisis Gugus Fungsi
Analisa untuk menentukan gugus apa saja yang terdapat dalam
suatu senyawa organik
Endapan
Alkohol 3O
putih
Reaksi spesifik
• Marquis
Rx. Khusus • Formaldehid : H2SO4 p (1:9)
1. Organoleptik
• Bentuk •Bau
Cairan, contohnya kresol dan karvakol. Beraroma khas.
Padatan, contohnya timol dan naftol.
• Rasa
• Warna Asam, contohnya asam galat.
Putih, contohnya nipagin dan nipasol. Manis, contohnya floroglusin.
Tidak berwarna, contohnya kresol. Pahit, contohnya nipasol.
• Kelarutan
Fenol monovalent umumnya larut dalam
pelarut organic.
Fenol polivalen umumnya larut dalam air.
Nipagin kresol
ANALISIS GUGUS FUNGSI KARBONIL (ALDEHID & KETON)
DAN GOLONGAN KARBOHIDRAT
Contoh senyawa
Aldehid Keton
1. Formaldehid 1. Aseton
2. Asetaldehid 2. Kamfer
3. Sinamil aldehid 3. Fruktosa
4. Benzaldehid
5. Vanilin
6. Glukosa
7. Galaktosa
Identifikasi Aldehid
BENEDICT
TOLLENS
OH
HO OH
O
HO OH
+ NH4OH Identifikasi
KETON
(+) violet
1. Legal Rohtera
2. Taufell Tauler
• Untuk gugus keton alifatis
• - CH2 – CO – CH2 -
50 mg zat
+ 0,5 ml salisaldehid
+ aquades
+ H2SO4 p
(+) merah
Identifikasi KETON
GOLONGAN KARBOHIDRAT
Monosakarida Disakarida Polisakarida
Glukosa (G) Maltosa (G+G) Amilum
Galaktosa (Ga) Laktosa (G+Ga) Glikogen
Fruktosa (F) Sukrosa (G+F) Selulosa
Disakarida Polisakarida
Sampel
Uji Molisch
Uji Iodium
Next…
Mono/Di
Uji Barfoed
Uji Uji
Seliwanoff Benedict
Uji
Osazon
(Tugas: Carilah 2 contoh senyawa yang mempunyai gugus di atas, lingkarilah bagian
gugus karboksilnya)
Identifikasi as. karboksilat
• Dapat memerahkan kertas lakmus biru
• Dengan logam dapat menghasilkan hidrogen.
• Dengan alkohol dapat menghasilkan ester yang berbau harum.
• Dapat melepaskan iodium dari campuran KI dan KIO3, dan iodium yang terbentuk
dapat membirukan amilum.
(Fessenden, 1986)
Zat + basa kuat, dipanaskan → bau amoniak (gas NH3) + HCl → kabut putih (NH4Cl) →
lakmus merah jadi biru
Golongan Sulfonamida
gugus
gugus
gugus
KLT
KCKT
KG
3 (2 – 1)
Penilaian : UTS, UAS, Praktikum, Kuis, Kehadiran,
Tugas
Mata kuliah yang menjadi dasar adalah Farmasi
Fisik
BIOPHARMACEUTIC
Biology Pharmaceutic
DENGAN
Efektif
Cepat bekerja
Dosis efisien
PUSTAKA UTAMA
1. SHARGEL, L. AND YU, A., APPLIED
BIOPHARMACEUTICS & PHARMACOKINETICS, 5TH
ED., APPLETON & LANGE, NEW YORK, 2004.
2. KRISHNA R., BIOPHARMACEUTICS APPLICATIONS IN
DRUG DEVELOPMENT, SPRINGER, 2008.
Sifat fisiko-kimia zat aktif:
•Kelarutan
•Ukuran partikel
•Bentuk kristal
•Sifat Asam basa
•dll
Faktor formulasi:
Jenis
• Eksipien
Jumlah
• Eksipien
Dan lain-lain
PROSES BIOFARMASETIK YANG DIALAMI
OBAT DALAM TUBUH :
Pelepasan (liberation)
Pelarutan (dissolution)
Transfer (partition)
Difusi (diffusion)
Absorpsi (absorption)
Contoh untuk sediaan TABLET
TABLET
DISINTEGRATION I
GRANUL
DISINTEGRATION II (LIBERATION)
ABSORPTION
DISINTEGRATION I
DISINTEGRATION II (LIBERATION)
SUSPENSION
DISSOLUTION
ABSORPTION
▪ REKTAL
▪ PERCUTAN
▪ INTRA-NASAL
▪ INTRA-OKULAR (OPTALMIK)
▪ INTRA-PULMONAR
▪ INTRA-MUSKULAR
BIOFARMASI
Ilmu yang mempelajari hubungan antara
(1) sifat fisiko-kimia zat aktif,
(2) faktor formulasi sediaan obat (dosage form)
(3) faktor teknologi pembuatan sediaan obat,
dengan
berbagai proses yang dialami obat dalam
Tubuh sampai zat aktif masuk ke dalam
sistem peredaran darah:
TABLET SALUT
PELARUTAN PENYALUT
DISINTEGRATION I
GRANUL
DISINTEGRATION II (LIBERATION)
POWDER (DRUG AND EXIPIENT)
Mekanisme penghancuran Tablet
Hancurnya pembawa
Difusi dalam pembawa (jika
terlarut dalam pembawa) dan
partisi dari pembawa ke cairan
rektal
Mekanisme hancurnya supositoria
Hukum Fick:
dm
k.S (Cs C )
dt
Hukum Noyes & Whitney:
dC D. A
(Cs C )
dt h
Proses difusi suatu molekul dalam
suatu medium
Mengikuti hukum Stoke-Einstein :
k '.T
D
6 .r.
k’= tetapan Boltzman
T= suhu mutlak medium
r= jari-jari molekul
= kekentalan/viskositas medium
Proses perpindahan/partisi
► Meleleh
► Difusi (zat aktif dalam pembawa berdifusi
menuju cairan rectum yang konsentrasinya
lebih kecil)
► Partisi (keluar dari lelehan menuju cairan
rectum) liberasi
► Difusi (menuju dinding rectum)
► Absorpsi
Proses biofarmasetik sediaan suppo. Basis
lemak, zat aktif terdispersi dalam pembawa
► Meleleh
► Disolusi (zat aktif melarut dalam pembawa)
► Difusi (zat aktif dalam pembawa berdifusi
menuju cairan rectum yang konsentrasinya
lebih kecil)
► Partisi (keluar dari lelehan menuju cairan
rectum) liberasi
► Difusi (menuju dinding rectum)
► Absorpsi
Proses biofarmasetik sediaan suppo.
Basis larut air, zat aktif terdispersi dalam
pembawa
► Melarut (Basis larut) liberasi
► Disolusi (zat aktif larut di cairan rectum)
► Difusi (menuju dinding rektum)
► Absorpsi
Proses biofarmasetik sediaan suppo. Basis
larut air, zat aktif terlarut dalam pembawa
1
•WAKTU HANCUR
2
• DISOLUSI
WAKTU HANCUR
► Sediaan padat untuk oral harus hancur
secepatnya menjadi partikel halus dan
melepaskan obat
► Uji waktu hancur terdapat di farmakope
(secara in vitro)
► Namun demikian proses hancur tidak selalu
langsung berhubungan dengan disolusi
WAKTU HANCUR
► Persyaratan waktu hancur tergantung
monografi
► Jika tidak ada persyaratan waktu hancur di
monografi Farmakope batas waktu waktu
hancur 15 menit
DISOLUSI
UJI DISOLUSI MENURUT FI VI
Yang harus diperhatikan
► Jenis dan Volume medium disolusi
► Tipe alat
► Kecepatan putaran pengadukan
► Waktu disolusi
► Penetapan kadar
► Nilai Q
► Suhu medium disolusi
► Uji Kesesuaian alat
► Interpretasi Hasil
Jenis dan Volume medium disolusi
Jumlah
Tahap Kriteria penerimaan
yang diuji
S1 6 Tiap unit sediaan tidak kurang dari Q + 5%
S2 6 Rata-rata dari 12 unit (S1 + S2) adalah sama
dengan atau lebih besar dari Q dan tidak satu
unit sediaan yang lebih kecil dari
Q – 15%
S3 12 Rata-rata dari 24 unit (S1 + S2 + S3) adalah
sama dengan atau lebih besar dari Q, tidak
lebih dari 2 unit sediaan yang lebih kecil dari Q
– 15% dan tidak satu unitpun yang lebih kecil
dari Q – 25%
STUDI KASUS
Hasil uji tablet parasetamol menunjukkan obat
larut sebanyak 400 mg dalam waktu yang telah
ditetapkan dalam Farmakope. Kekuatan sediaan
parasetamol diketahui sebesar 500 mg
► Berapa nilai Q (%) tablet tersebut
STUDI KASUS
Bagian pengawasan mutu di industri farmasi sedang
melakukan evaluasi disolusi tablet parasetamol. Nilai
Q tablet azatioprin di monografi diketahui sebesar
80%. Hasil uji tahap pertama menunjukkan nilai Q
tablet ke-1 s/d ke-6 berturut-turut sebesar
82,25 ; 81,75 ; 87,35 ; 83,75 ; 88;25 ; 82,75.
► Bagaimana kesimpulan beserta alasan dari hasil uji
dosilusi tersebut?
Faktor pato-fisiologi organ
► Kapasitas cairan tubuh
► Karakteristik cairan tubuh (pH, viskositas/
konsistensi, kandungan senyawa endogen, dll.)
► Luas permukaan absorpsi
► Kondisi penyakit tertentu
► Waktu kontak antara obat dengan tempat absorpsi
► Gerakan yang ada
► Aliran darah
PERTEMUAN 3 DAN 4
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PROSES
BIOFARMASETIK
Proses biofarmasetik
kapsul/tablet
FAKTOR
PROSES
1. SIFAT BIOFARMASETIK
FISIKOKIMIA 1. LIBERASI
2.FORMULASI 2. DISOLUSI
3. DIFUSI
3. TEKNOLOGI 4. ABSORPSI
PEMBUATAN
Faktor Fisikokimia Obat
Stability (Stabilitas)
Solubility (Kelarutan)
pH dan pKa
•Stabilitas saat
1 penyimpanan
•Stabilitas saat di
2 dalam tubuh
Stabilitas dalam tubuh
Pertimbangan
1. Perubahan pH fisiologis
2. Adanya sejumlah enzim yang sangat
reaktif
dC/dt Disolusi
Cs Kelarutan
Solubility
Persamaan Handerson-Hasselbach
Bentuk terion
𝑝𝐻 = 𝑝𝐾𝑎 + 𝐿𝑜𝑔
Bentuk tak terion
pH dan pKa
Penelitian Higuchi
DOSIS DAPAT
DIKURANGI
USP
Contoh kasus mempersyaratkan
ukuran harus
microsize
Griseofulvin
O,5 g
griseofulfin
mikrokristal
Ester kloramfenikol
stearat dan palmitat
hanya aktif dalam
bentuk amorf
Polimorfisme
Struktur internal yang berbeda-beda
Polimorfisme
Kloramfenikol
palmitat yang
banyak
mengandung
polimorf B
yang aktif
Sifat permukaan
Hidrofobik
Hidrofilik
Berpengaruh dalam
keterbasahan zat oleh medium
cairan tubuh
Bentuk garam
Garam
Asam lemah
natrium
Natrium diklofenak
FAKTOR TEKNOLOGI
Channels (saluran)
Carrier (Facilitated Diffusion/
Difusi terfasilitasi)
Pumps (Transport aktif)
CHANNELS (SALURAN)
Gerakan segmentasi
Gerakan peristaltik
Gerakan penduler (pada
lengkungan usus)
Gerakan segmentasi
Usus Besar (kolon)
Penggetahan: kurang
Konsistensi: sangat kental sampai pasta
pH: 7,5 – 8
Mengandung flora yang mengasilkan
penisilinase dan zat-zat yang dapat
meningkatkan absorpsi vitamin tertentu.
Berbagai bentuk sediaan obat yang
diberikan secara oral
Sediaan tablet
Sediaan serbuk
Sediaan cair (larutan, suspensi, emulsi)
Bagaimana memodifikasi disposisi?