Level Kontrol

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM
PENGENDALIAN PROSES

LEVEL CONTROL

DISUSUN OLEH
NAMA / NIM : 1. KARINA NUR EKA PUTRI 17 644 027
2. LINTANG NORFITRIA 17 644 029
3. MUHAMMAD AMJAD FADLIAN 17 644 038
4. INZIRAH 17 644 054
5. EGY TRYSIA YULANDA 17 644 059
KELAS : IV B
KELOMPOK : 6 (ENAM)
PROGRAM STUDI : S1 TERAPAN TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI

Telah diperiksa dan disahkan pada tanggal…………………… Maret 2019


Mengesahkan dan Menyetujui
Dosen Pembimbing

Ibnu Eka Rahayu, S. S. T., M. T


NIP. 19811103 200604 1 004

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan


1. Mempelajari mekanisme control level pada PCT 40
2. Mempelajari perbedaan mode direct dan reverse pada control level
3. Memepelajari karakter kerja proportional level sensor

1.2 Dasar Teori


1.2.1 Mekanisme Kerja PCT 40 Level Control
Jenis variabel yang mendapatkan perhatian penting dalam bidang
pengendalian proses adalah variabel proses (process variable, PV) atau
disebut juga variabel terkendali (controlled variable). Variabel proses adalah
besaran fisika atau kimia yang menunjukkan keadaan proses. Variabel ini
bersifat dinamik artinya nilai variabel dapat berubah spontan atau oleh sebab
lain baik yang diketahui maupun tidak. Diantara banyak macam variabel
proses, terdapat empat macam variabel dasar, yaitu : suhu (T), tekanan (P),
laju alir (F) dan tinggi permukaan cairan (L).
Dalam teknik pengendalian proses, titik berat permasalahan adalah
menjaga agar nilai variabel proses tetap atau berubah mengikuti alur
(trayektori) tertentu. Variabel yang digunakan untuk melakukan koreksi atau
mengendalikan variabel proses disebut variabel termanipulasi (manipulated
variable, MV) atau variabel pengendali. Sedang nilai yang diinginkan dan
dijadikan acuan atau referensi variabel proses disebut nilai acuan (setpoint
value, SV). Selain ketiga jenis variabel tersebut masih terdapat variabel lain
yaitu gangguan (disturbance) baik yang terukur (measured disturbance)
maupun tidak terukur (unmeasured disturbance) dan variabel keluaran tak
terkendali (uncontrolled output variable). Variabel gangguan adalah variabel
masukan yang mampu mempengaruhi nilai variabel proses, tetapi tidak
digunakan untuk mengendalikan. Variabel keluaran tak terkendali adalah
variabel keluaran yang tidak dikendalikan secara langsung.
Diagram blok lengkap sistem untuk pengendalian level :
W-
r+ e U M+ C
GC GV GP

y-

Gambar 1.1 Diagram Blok Lengkap Sistem untuk Pengendalian Level

Keterangan gambar :
r+ = Nilai acuan atau setpoint value (SV)
e = Sinyal galat (error) dengan e = r –y
y = Sinyal pengukuran
u = Sinyal kendali
M+ = Variabel termanipulasi (Laju Alir Keluar Tangki)
W- = Variabel gangguan (Laju Alir Masuk Tangki)
C = Variabel proses (Level Air)
GC = Unit pengendali (Komputer)
GV = Katup pengendali (Solenoid Valve)
GP = Sistem Proses (Tangki)
H = Transmiter

Dalam diagram blok sistem kontrol dapat digambarkan seperti di atas.


Di dalam suatu sistem proses dalam hal ini tangki proses di dalamnya
terdapat sensor yang terkoneksi dengan transmitter. Sensor yang digunakan
pada pengendalian level adalah floating switch sensor dan differential level
sensor. Kemudian floating switch sensor dan differential level sensor
melakukan pengukuran terhadap proses variabel dalam hal ini level air di
dalam tangki yang dikonversi menjadi sinyal elektrik yang selanjutnya
ditransmisikan oleh transmitter dan menghasilkan sinyal pengukuran.
Kemudian Controller dalam hal ini komputer menerima sinyal hasil
pengukuran tersebut dan membandingkannya dengan nilai Set-point.
Berdasarkan hasil perbandingan ini, nilai error yang terjadi sebagai dasar bagi
komputer untuk melakukan perhitungan ulang. Pada basis keputusan ini,
komputer kemudian mengirimkan sinyal kendali ke Final Control Element
dalam hal ini solenoid valve, solenoid valve menanggapi sinyal kendali
tersebut dengan mengoreksi menggunakan variable termanipulasi dalam hal
ini laju alir masuk tangki dan begitu seterusnya. Namun selain variable
termanipulasi nilai level air di dalam tangki proses juga dipengaruhi oleh
variable gangguan dalam hal ini laju alir keluar tangki.

1.2.2 Prinsip Kerja Alat


1. Proportional Level Sensor
Sensor ini bekerja dengan sistem On-Off (100-0) maupun sistem PSV
(0-100) serta nilai set point dapat ditentukan sesuai keinginan. Cara kerja
sensor ini adalah mengukur ketinggian cairan pada tangki berdasarkan
tekanan yang diberikan cairan dalam tangki, namun sensor ini memiliki offset
yang besar dan respon lambat.
Hal pertama yang dilakukan untuk memperoleh data dari tiap-tiap jenis
sensor tersebut adalah dengan cara mengkalibrasi alat sensor flow untuk
mengetahui seberapa besar kesalahan dan error yang dipunya. Alat tersebut
harus disetting hingga laju alir 1400 mL/menit sesuai spesifikasi alat dengan
range laju alir 1400-1500 mL/menit.
Kalibrasi sensor flow dilakukan secara manual dengan memutar
regulator dengan cara menarik regulator keluar terlebih dahulu lalu
memutarnya hingga diperoleh laju alir yang diinginkan. Setelah itu menekan
regulator tersebut ke dalam dengan tujuan untuk mengunci agar tidak
melebihi laju alir yang ditentukan. Jika kalibrasi telah selesai dilakukan,
maka proses untuk sensor level sudah bisa dilakukan.
2. Solenoid Valve
Solenoid Valve merupakan kran otomatis dengan gerakan membuka
atau menutup kran (valve) yang diatur oleh sistem control. Solenoid valve
membuka dan menutup kran tergantung dari sensor yang menghubungkan
sumber penggeraknya. Sebenarnya solenoid valve merupakan bagian dari
suatu sistem kontrol. Secara umum sistem kontrol dibagi menjadi 3 bagian :
1. Sensor yang merupakan alat untuk menerima sinyal dari sistem kontrol
biasanya merupakan parameter yang akan diukur seperti temperatur,
tekanan (pressure) dari media yang mau dikontrol.
2. Controller merupakan alat/bagian yang akan memberikan perintah
solenoid valve atau control valve untuk melakukan tindakan membuka
dan menutup valve (kran)
3. Control Valve atau Solenoid Valve yang merupakan bagian terakhir dari
sistem kontrol untuk melakukan tindakan membuka atau menutup
Sumber penggerak solenoid valve bermacam-macam bisa dengan udara
yang biasa disebut pneumatic, listrik (electric) atau gabungan udara dan listrik
(pneumatic electric). Di Indonesia istilah solenoid valve lebih mengacu
kepada penggerak listrik makanya banyak yang menyebut dengan istilah Kran
Elektrik maupun Kran Otomatis. Oleh karena itu untuk istilah solenoid valve
disini mengacu kepada penggerak elektrik.
Sumber penggerak elektrik untuk solenoid valve sendiri ada yang listrik
AC (220 V, 110 V, 24V) dan listrik DC (12 V, 24 V). Sehubungan dengan
prosentase buka an valve Solenoid Valve hanya bisa membuka valve 100%
atau menutup valve 100%. Juga ada pilihan untuk tipe Normally Open (NO)
dan Normally Closed.
Solenoid Valve dengan tipe NO artinya pada saat tidak ada penggerak
elektrik posisi valve adalah membuka 100%. Sedangkan solenoid Valve tipe
NC artinya pada saat tidak ada penggerak elektrik maka posisi Valvenya
adalah menutup 100%.
Gambar Selenoid Valve

Solenoid valve akan bekerja bila kumparan/coil mendapatkan tegangan


arus listrik yang sesuai dengan tegangan kerja(kebanyakan tegangan kerja
solenoid valve adalah 100/200VAC dan kebanyakan tegangan kerja pada
tegangan DC adalah 12/24VDC). Dan sebuah pin akan tertarik karena gaya
magnet yang dihasilkan dari kumparan selenoida tersebut. Dan saat pin
tersebut ditarik naik maka fluida akan mengalir dari ruang C menuju ke
bagian D dengan cepat. Sehingga tekanan di ruang C turun dan tekanan fluida
yang masuk mengangkat diafragma. Sehingga katup utama terbuka dan fluida
mengalir langsung dari A ke F. Untuk melihat penggunaan solenoid valve
pada sistem pneumatik.

1.2.3 Metode Pengendalian


Metode pengendalian yang sering digunakan ada 2 yaitu direct action
dan reverse action, yaitu :
a. Direct Action
Direct action adalah kondisi dimana proses manipulated variabel
(MV) naik maka proses variabel (PV) akan naik. Dalam hal ini yang
menjadi MV adalah SOL 1 yang merupakan flow air masuk.
Dikarenakan saat flow air masuk semakin besar maka level dalam tangki
bertambah juga.
b. Reversed Action
Reverse action adalah kondisi dimana proses manipulated variabel
(MV) naik maka proses variabel (PV) akan turun. Dalam hal ini yang
menjadi MV adalah SOL 2 dan SOL 3 yang merupakan flow air keluar.
Dikarenakan saat flow air keluar semakin besar maka level dalam tangki
berkurang

1.2.4 Proportional Gain atau Sensitivitas.


Gain Proporsional yaitu penalaan pengendali yang dibuat untuk
mengatur agar control valve (final control element) merespon error.
Pengaturan gain pengendali dilakukan agar perubahan pada sinyal
pengukuran (variabel proses) akan menghasilkan perubahan sinyal kendali
yang akan mengubah posisi valve secukupnya sehingga mampu
menghilangkan error. Gain proporsional adalah perbandingan antara
perubahan sinyal kendali dan error atau sinyal pengukuran. Pada proses cepat
(volume kecil), perlu lebih gain kecil agar diperoleh kestabilan. Sebaliknya
pada proses lambat (volume besar), perlu gain lebih besar agar diperoleh
respon yang baik. Proportional gain atau sensitivitas proporsional adalah
perbandingan antara perubahan sinyal kendali (u) dan perubahan error (e). Di
kalangan praktisi industri, besaran gain (Kc) kurang populer. Sebagai
gantinya dipakai besaran proportional band (PB), yaitu persentase perubahan
error atau pengukuran yang menghasilkan perubahan sinyal kendali atau
manipulated variable sebesar 100%.

1.2.5 Karakteristik Sistem Pengukuran


Karena sensor/transduser sangat berpengaruh pada karakteristik
keseluruhan sistem pengukuran, maka penting sekali untuk mendeskripsikan
perilaku sensor tesebut. Dalam banyak sistem pengukuran jika kuantitas yang
diukur mengalami perubahan secara perlahan, maka hanya perlu mengetahui
karakteristik statik dari sensor. Selain itu, karakteristik statik juga
berpengaruh terhadap perilaku dinamik dari sensor, yakni perilakunya ketika
kuantitas yang diukur berubah terhadap waktu. Karakteristik statis sensor
meliputi :
1. Stabilitas
Stabilitas dari sebuah sensor adalah kemampuannya untuk bertahan
pada respon dan tingkat gangguan (noise) yang sama, termasuk akibat
waktu dan penggunaan.
2. Akurasi/Ketepatan
Akurasi adalah nilai/harga terdekat dengan mana suatu pembacaan
instrumen mendekati harga yang sebenarnya dari variabel yang diukur.
Jadi akurasi menyatakan tingkat kedekatan hasil pengukuran terhadap
nilai yang sesungguhnya. Nilai sesungguhnya pada umumnya ditetapkan
berdasarkan standar pengukuran yang diterima.
1. Sensitivitas/Kepekaan
Kepekaan adalah perbandingan antara perubahan amplitudo sinyal
keluaran atau respons instrumen terhadap perubahan amplitudo sinyal
masukan (sinyal masukan/keluaran dapat berarti variabel yang diukur).
Jika nilai sensitivitas tersebut konstan untuk setiap titik pengukuran,
maka sensor/transduser tersebut bersifat linier.
BAB II
METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan


2.1.1 Alat yang digunakan :
- PCT-40 Level Control
2.1.2 Bahan yang digunakan :
- Air PDAM

2.2 Prosedur Kerja


1. Menyalakan alat PCT 40 dan Komputer
2. Menjalankan program PCT 40 dan memilih “Section 3 : Level Control
(outflow)”
3. Memeriksa terlebih dahulu didalam tanki terdapat nya air atau tidak, jika
ia maka memutar valve pembuangan tersebut.
4. Klik tombol control dan setting:
Sampling : automatic
Setpoin : 50
Proportional band : 10
Integral time : 0s
Derivative time : 0s
5. Klik apply lalu Ok
6. Mengatur SOL 1 dengan laju alir 35 m3/s
7. Klik ikon GO untuk dimulai pengambilan data
8. Menunggu hingga 10 menit lalu mengklik ikon STOP untuk
menghentikan proses pengambilan data.
9. Simpan data dengan mengklik save as , ganti nama dan ubah dengan xls
10. Lakukan prosedur yang sama dengan mengganti Proportional band
sebesar 10%,20%, dan 30%.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Pengamatan

Grafik Respon
52
51
50
49
Level (mm)

PB 10
48 PB 20
47 PB 30
46
45
44
0 100 200 300 400 500 600 700
Elapsed Time (s)

3.2 Pembahasan
Pada praktikum control dengan menggunakan alat PCT 40 level control ini
bertujuan untuk mempelajari mekanisme control level pada PCT 40, mempelajari
perbedaan mode direct dan reverse pada control level dan memepelajari karakter
kerja proportional level sensor.
Pada praktikum level control ini, proses variabelnya adalah level air
(ketinggian permukaan air) dalam tangki proses dan flow out (laju alir keluar)
sebagai manipulated variable. Terdapat pula disturb (Gangguan) yaitu besaran
fisika atau kimia yang mempengaruhi proses kadang diukur dan kadang tidak, dan
dapat menyebabkan penyimpangan pada proses dalam hal ini adalah flow in (laju
alir masuk). Metode pengendalian yang digunakan adalah reverse action, yaitu
kondisi dimana manipulated variable naik maka proses variable akan turun.
Prinsip utama praktikum control level ini adalah berusaha mengatur flow out
agar level air pada tangki operasi tetap berada pada nilai set point. Terdapat tiga
hal yang menjadi tolak ukur dalam praktikum ini yaitu sensivitas, stabilitas dan
akurasi dengan proportional band yang divariasikan yaitu PB (10%, 20%, dan
30%).
Proportional band (PB), yaitu presentase perubahan error atau pengukuran
yang menghasilkan perubahan sinyal kendali atau manipulated variable sebesar
100%. Proportional gain atau sensitivitas proportional adalah perbandingan antara
perubahan sinyal kendali dan error atau sinyal penukuran. Pada proses cepat
(volume kecil), perlu lebih gain kecil agar diperoleh kestabilan. Sebaliknya pada
proses lambat (volume besar), perlu gain lebih besar agar diperoleh respon yang
baik.
Data pada grafik menunjukkan bahwa tingkat sensitivitas, stabilitas dan
akurasi pada metode reverse action cukup baik bila digunakan dalam
pengendalian. Namun dengan PB yang divariasikan yaitu PB (10%, 20%, dan
30%) diketahui bahwa metode pengendalian reverse action dengan PB 10% lebih
baik jika di bandingkan dengan PB 20% dan PB 30%. Berdasarkan tingkat
sensitivitasnya, PB 30% memiliki nilai sensitivitas yang lebih baik dikarenakan
pada PB 30% memiliki kecepatan respon yang paling baik dalam mencapai nilai
set point dimana pada PB ini mampu mencapai nilai set point dengan waktu 0,49
detik. Kemudian berdasarkan stabilitasnya PB 30% dapat dikatakan stabil karena
apabila dilihat dari osilasi yang terjadi pada setting PB 30% terlihat lebih stabil di
antara ketiga variasi PB walaupun ketiganya mampu mencapai nilai set point dan
mempertahankan nilai set point tersebut hingga menit ke 10. Berdasarkan tingkat
akurasinya, PB 10% memiliki akurasi yang lebih baik karena selisih nilai antara
proses variabelnya dengan set point merupakan yang terkecil (terjadi error
terkecil) data tersebut dapat dilihat pada grafik yang terlampir pada lampiran.
Berdasarkan pembahasan sebelumnya, hasil rekomendasi pengendalian level
dengan metode reverse action adalah dengan PB 10% dimana pada setting PB
10% memiliki hasil yang lebih baik dilihat dari tingkat akurasi dibandingkan
dengan PB 20% dan 30%. Hal ini dikarenakan akurasi merupakan hal yang
menjadi prioritas dalam pengendalian karena jumlah error nya lebih kecil.
BAB IV
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
Dari percobaan di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Semakin besar PB maka sensitivitas dan stabilitas akan semakin baik.
2. Semakin kecil PB maka akurasinya akan semakin baik.
3. Pengendalian reverse action yang direkomendasikan adalah pengendalian
reverse action dengan PB yang lebih kecil dikarenakan nilai sesitivitas,
stabilitas hampir sama dengan pengendalian dengan nilai PB lebih besar
akan tetapi pengendalian dengan nilai PB lebih kecil memiliki akurasi
yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

CV. Sinar Utama. 2013. Pengertian Selenoid Valve. http://www.valvejual.com/pe


ngertian-solenoid-valve/. Diakses pada 26 Maret 2019.

Heriyanto. 2010. Pengendalian Proses. https://www.academia.edu/6306719/Peng


endalian_Proses_1_PENGENDALIAN_PROSES. Diakses pada 28
Maret 2019.

Sumarna. 2011. Alat Ukur Besaran Fisis Laboratorium Fisika. http://staff.uny.ac.i


d/sites/default/files/pengabdian/drs-sumarna-msi-meng/alat-ukur-besa
ran-fisis-laboratorium-fisika.pdf. Diakses pada 28 Maret 2019.

Suprianto. 2015. Prinsip Kerja Selenoid Valve. http://blog.unnes.ac.id/antosupri/p


engertian-dan-prinsip-kerja-solenoid-valve/. Diakses pada 26 Maret
2019.
LAMPIRAN
Reverse PB 10
REVERSE PB 20
REVERSE PB 30

Anda mungkin juga menyukai