Laporan Ffe-1
Laporan Ffe-1
Laporan Ffe-1
Semester V 2016/2017
LAPORAN PRAKTIKUM
FALLING FILM EVAPORATOR
Tujuan dari setiap proses evaporasi adalah menaikan konsentrasi atau kadar kepekatan
suatu larutan yang terdiri dari zat terlarut yang tak mudah menguap dari zat pelarutnya
yang relatif lebih mudah menguap. Penguapan beberapa porsi pelarut tersebut akan
memberikan produk yang berupa larutan peat dan kental, sedangkan hasil kondensasi uap
pelarutnya bisa dibuang langsung sebagai limbah atu didaur ulang dan digunakan lagi
sebagai pelarut. Hal ini yan gmembedakan proses penguapan dengan distilasi.
Falling Film Evaporator adalah metoda penguapan dengan cara menjatuhkan bahan
umpan membentuk lapisan tipis, sementara itu pemanas dikontakkan terhadap umpan
lapis tipis tersebut dalam suatu kolom FFE (kalandria). Pertimbangan dibuat lapisan tipis
adalah :
a. Luas permukaan lebih luas, sehingga memudahkan prose penguapan
b. Penguapan yang terjadi berada di bawah titik didih ait atau pelarut lain sehingga
memerlukan alor lebih sedikit.
Falling film Evaporator adalah salah satu jenis alat untuk proses evaporasi yang
diklasifikasikan dalam kelas long tube vertical evaporator (LTVE) bersama-sama dengan
climbing film evaporator (CFE). Sedangkan berdasarkan tipe pemanasan dapat
diklasifikasikan ke dalam sistem pemanasan dipisahkan oleh dinding pertukaran panas,
yaitu jenis kolom calandria shell and tube. FFE memiliki efektivitas yang baik untuk :
a. Pengentalan larutan-larutan yang jernih
b. Pengentalan larutan berbusa
c. Pengentalan larutan-larutan yang korosif
d. Beban penguapan yang tinggi
e. Temperatur operasi yang rendah
Kinerja suatu evaporator ditentukan oleh beberapa factor lainnya, yaitu
a. Konsumsi uap
b. Steam ekonomi
c. Kadar kepekata
d. Persentasi produk
Untuk tujuan teknik dan karakteristik evaporator yang perlu diperhatikan adalah :
a. Neraca massa dan energy
b. Koefisien perpindahan panas
c. Efisiensi
Proses penguapan berlangsung pada kalandria shell and tube. Di dalam kalandria
tersebut terdapat tabung berjumlah tiga, umpan masuk didistribusi ke masing-masing tube
kemudian membentuk lapisan tipis pada selimut bagian dalam tube. Sementara pemanas
berada diluar tube, bahan umpan yang turun secara gravitasi menyerap panas maka terjadi
penguapan pelarut sehingga keluar dari kalandria terdiri dari dua fasa ( fasa uap pelarut
dan larutan pekat ) kemudian dipisahkan di separator. Metode FFE sudah banyak
digunakan pada industri :
a. Produksi pupuk organic
b. Proses desalinasi
c. Bubur kertas dan industri kertas
d. Bahan alami/larutan biologi
Pemekatan bahan-bahan yang sangat peka terhadap panas,mengharuskan waktu
kontak yang singkat sekali dengan permukaan panas. Hal ini dapat dicapai dengan
menggunakan evaporator film jatuhsekali lintas, dimana zat cair masuk dari atas, lalu
mengalir ke bawah didalam tabung panas itu dalam bentuk film, kemudian keluar dari
bawah. Tabung-tabungnya biasanya agak besar, diameternya antara 2 sampai 10in. Uap
yang keluar dari zat cair itu biasanya terbawa turun bersama zatcair, dan keluar dari
bawah unit itu.
Evaporator ini bentuknya menyerupaisuatu penukar kalor jenis tabung, yang panjang,
vertikal, dan dilengkapidengan separator zat cair-uap di bawah, dan distributor (penyebar)
zat cairdi atas. Masalah utama dengan evaporator film-jatuh ini ialah
dalammendistribusikan zat cair itu secara seragam menjadi film di bagian dalamtabung.
Hal ini dilakukan dengan menggunakan seperangkat plat logamberlubang-lubang yang
ditempatkan lebih tinggi di atas plat tabung yangdipasang dengan teliti agar benar-benar
horisontal. Tabung-tabung itudiberi sisip pada ujungnya yang memungkinkan zat cair
mengalir.
Teratur ke setiap tabung itu. Evaporator film-jatuh, tanpa sirkulasi dan dengan waktu
menetap yang sangat singkat dapat menangani produk-produk yang peka yangtidak dapat
ditangani dengan cara lain. Alat ini juga cocok sekali untukmemekatkan zat cair viskos.
Dengan adanya panas yang dimiliki oleh steam maka kalor yang tersedia di lingkungan
akan diterima oleh komponen zat dalam umpan yang salah satu diantaranya adalah air
dengan kandungan paling besar. Kalor yang diterima oleh air akan berdampak pada
meningkatnya energi kinetik yang dimiliki molekul-molekul air.
Pergerakan molekul air yang kian cepat mengakibatkan molekul air saling menolak
satu sama lain akibatnya fasa air akan berubah menjadi uap dan akhirnya melepasan diri
dari ikatan air lainnya dalam campuran. Pada proses penguapan cairan yang berupa
lapisan tipis maka peningkatan energy kinetik akan jauh lebih cepat lagi karena pada
lapisan tipis, panas yang diterima akan lebih cepat menyebar dan akan mempercepat
proses penguapan.
Dimana :
U = Koefisien seluruh perpindahan panas dalam system
Q = Kalor atau panas yang dibutuhkan
A = Luas permukaan benda
ΔT = Perbedaan suhu
Untuk sistem tumpak tunggal, kalor laten kondensasi uap sebagai medium
pemanas, merambat melalui permukaan pemanasan untuk menguapkan pelarut dan
memisahkannya dari larutan yang mendidih. Sehingga kesetimbangan panas terjadi
disusun untuk proses kondensasi uap di dalam tabung-tabung penukar panas dan
untuk memanaskan lapisan larutan pada dinding luar penukar panas, proses
penguapan pelarut dan menaikkan temperatur uap pelarut.
Sebenarnya di dalam kolom evaporator juga akan terjadi kontak antara uapm
pelarut pada temperaturnya dengan larutan yang diumpankan dan membasahi dinding
sebelah dalam kolom, sehingga terjadi perpindahan panas dan massa serta ada panas
yang dipindahkan dari bagian dalam dinding ke bagian luar dinding luar kolom ke
lingkungan yaitu berupa panas yang hilang. Karena proses perpindahan panas dan
massa yang terjadi di dalam kolom adalah factor minor dan dapat diabaikan maka
tinggal kehilangan panas ke lingkungan dari system yang diamati yang diperhatikan.
Maka secara umum dapat dituliskan neraca panas yang terjadi dalam system sebagai
berikut :
Qsi = Qse + Qe + QL
yang diturunkan dari perkiraan bahwa jumlah panas yang diberikan oleh medium
pemanas dari penular panas digunakan untuk memanaskan seluruh larutan hingga titik
didihnya dan untuk memanaskan sejumlah pelarut dalam bentuk uapnya dan panas
total yang hilang ke lingkungan.
Jumlah panas yang diberikan uap dalam hal ini, Q adalah seluruh panas yang
sudah berada di dalam system, yang berbeda atau lebih rendah dari jumlah total panas
yang dihasilkan oleh ketel uap sehingga panas yang hilang selama dalam aliran
menuju ke system diabaikan. Maka jumlah panas yang diberikan ke system adalah:
dimana jumlah massa uap Mst adalah sejumlah massa kondensatnya M dan λst adalah
kalor laten kondensasi pada tekanan uap dalam sistem.
Pada seksi yang di dalam kolom, panas yang dipancarkan dari dinding bagian luar
penukar panas hasil dari kondensasi uap di atas diambil oleh Sistem dengan 2 cara:
Qse adalah jumlah panas yang diperlukan oleh sejumlah volume larutan yang
berupa selaput tipis (film) yang membasahi dinding-dinding tabung penukar panas
sampai titik didihnya. Pada tahap ini panas yang hilang hanya terjadi pada wal proses
dan selanjutnya dikompensasi oleh uap yang terbentuk sehingga kehilangan panas
sangat kecil dan diabaikan. Sehingga persamaan untuk jumlah panas Qse adalah:
Dalam hal ini Md dan Mp adalah jumlah massa larutan umpan M yang dihasilkan
berupa larutan pekat dan larutan pelarutnya dan adalah jenis larutan di dalam
evaporator. Maka koefisien perpindahan panas keseluruhan proses dapat dihitung
dengan persamaan:
dimana ΔT adalah beda temperatur rata-rata logaritmik. Harga ini bergantung pada
besar beda temperatur pada saat pengumpanan dan beda temperatur pada saat
evaporasi mulai. Juga tergantung pada system pengaliran yaitu aliran searah atau
berlawanan arah.
Qe adalah panas yang dipindahkan oleh system untuk proses penguapan sejumlah
pelarut dimana massa uap pelarut dapat diketahui secara tidak langsung dari distilat
hasil kondensasinya, jadi:
Qe = Me . λe
Mumpan = M p + Md + M L
Q = U. Ae . ΔT
Sehingga untuk koefisien perpindahan panas total dari evaporator itu dapat
diambil harga rata-rata dari Use dan Ua.
VI. PROSEDUR KERJA
1. Menyiapkan umpan dengan melarutkan KOH 50 gram dalam 1 liter air.
2. Memasukkan larutan tersebut ke dalam labu umpan.
3. Katup-katup untuk jalur air pendingin ke kondensor dibuka
4. Katup-katup yang harus ditutup V2, V4, V5, V6, V7, dan V8
5. Katup-katup yang harus terbuka penuh yaitu katup utama V3, V10 dan
pembuangan dibawah steam trap 1
6. Memasukkan air hingga hampir penuh ke dalam tangki umpan, kemudian
menambahkan indikator PP hingga menjadi merah muda lalu diaduk secara
merata
7. Mengambil umpan (sampel) sebanyak 25 ml sebelum memulai pengoperasian
8. Menyalakan panel pengendali dan tekanan di atur 5 bar
9. Katup steam dan katup udara tekan dibuka
10. Setelah umpan menetes pada evaporator, stopwatch dinyalakan hingga 12 menit
lalu masing-masing temperature dicatat
11. Setelah 12 menit operasi dihentikan dan semua katup ditutup
12. Menimbang produk, kondensat dan destilat yang diperoleh
13. Mengambil produk (sampel) sebanyak 25 ml untuk dititrasi
14. Melakukan titrasi pada umpan dan produk dengan menggunakan HCl 0,01 N
15. Mencatat hasil titrasi yang diperoleh.
VII. GAMBAR RANGKAIAN ALAT
T1-7
T1-4
T1-14
COOLING WATER IN
T1-8
T1-6
UAP
T1-10
STEAM
COOLING
WATER
OUT
T1-12
KONDENSAT
DESTILAT DESTILAT
T1-11
CAIRAN
FEED
PRODUK PRODUK
Keterangan gambar :
Tabel 1. Suhu
1. Menentukan konsentrasi
a. Konsentrasi umpan
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐻𝐶𝑙 × 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐻𝐶𝑙
𝑁 (𝑢𝑚𝑝𝑎𝑛) =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑢𝑚𝑝𝑎𝑛
0,01 𝑁 × 5.1 𝑚𝑙
𝑁 (𝑢𝑚𝑝𝑎𝑛) =
25 𝑚𝑙
𝑁 (𝑢𝑚𝑝𝑎𝑛) = 0.00204 𝑁
b. Konsentrasi produk
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐻𝐶𝑙 × 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐻𝐶𝑙
𝑁 (𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘) =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
0,01 𝑁 × 6.2 𝑚𝑙
𝑁 (𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘) =
25 𝑚𝑙
𝑁 (𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘) = 0,00248 𝑁
b. Qsensible
𝑄𝑠𝑒𝑛𝑠𝑖𝑏𝑙𝑒 = 𝑚. 𝐶𝑝. ∆𝑇
(𝑚. 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 + 𝑚. 𝑑𝑒𝑠𝑡𝑖𝑙𝑎𝑡)
= . 𝐶𝑝. (𝑇1.10 − 𝑇1.7)
10 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
(5.88 + 1.76)𝑘𝑔 1 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑘𝑗
= 𝑥 𝑥 4,16 𝑥 (98.8 − 32.4)℃
10 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 60 𝑠 𝑘𝑔 ℃
𝑘𝑗
= 3.5173
𝑠
3. Menentukan ΔT LMTD evaporator dan kondensor
a. Evaporator
𝜃1 = 𝑇1.4 − 𝑇1.7
= (132.2 − 32.4 )℃
= 𝟗𝟗. 𝟖 ℃
𝜃2 = 𝑇1.6 − 𝑇1.10
= ( 134.7 − 98.8 )℃
= 𝟑𝟓. 𝟗 ℃
𝜃1 − 𝜃2
∆𝑇 𝐿𝑀𝑇𝐷 =
𝜃
ln 𝜃1
2
(99.8 − 35.9)℃
=
99.8 ℃
ln
35.9 ℃
= 𝟔𝟐. 𝟒𝟗𝟖𝟏 ℃
b. Kondensor
𝜃1 = 𝑇1.10 − 𝑇1.8
= (98.8 − 46.1 )℃
= 𝟓𝟎. 𝟕 ℃
𝜃2 = 𝑇1.12 − 𝑇1.14
= ( 41.8 − 34,5 )℃
= 𝟕. 𝟑℃
𝜃1 − 𝜃2
∆𝑇𝐿𝑀𝑇𝐷 =
𝜃
ln 𝜃1
2
(50.7 − 7.3)℃
=
50.7℃
ln 7.3℃
= 𝟐𝟐. 𝟑𝟗𝟑𝟔 ℃
4. Menentukan Koefisien Perpindahan panas keseluruhan (U)
Diketahui :
- A condensor = 2,5 m2
- A evaporator = 0,258 m2
- ∆𝑇 𝐿𝑀𝑇𝐷 𝑐𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛𝑠𝑜𝑟 = 7.3 ℃
- ∆𝑇 𝐿𝑀𝑇𝐷 𝑒𝑣𝑎𝑝𝑜𝑟𝑎𝑡𝑜𝑟 = 22.3936 ℃
a. U condensor
Q = U. A. ∆𝑇𝐿𝑀𝑇𝐷𝑐𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛𝑠𝑜𝑟
𝑄𝑠𝑒𝑛𝑠𝑖𝑏𝑙𝑒
𝑈=
𝐴. ∆𝑇 𝐿𝑀𝑇𝐷𝑐𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛𝑠𝑜𝑟
𝑘𝑗
3.5173 𝑠
𝑈=
2.5 𝑚2 𝑥 22.3936 ℃
𝑘𝑗 𝑤
= 0.062827 = 62.827
𝑠 . 𝑚2 . ℃ 𝑚2 . ℃
b. U evaporator
Q = U. A. ∆𝑇𝐿𝑀𝑇𝐷𝑐𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛𝑠𝑜𝑟
𝑄𝑠𝑡𝑒𝑎𝑚
𝑈=
𝐴. ∆𝑇 𝐿𝑀𝑇𝐷𝑒𝑣𝑎𝑝𝑜𝑟𝑎𝑡𝑜𝑟
𝑘𝑗
22.4196 𝑠
𝑈=
0,258 𝑚2 𝑥 22.3936 ℃
𝑘𝑗 𝑤
= 1.390405 2
= 1390.405 2
𝑠 .𝑚 .℃ 𝑚 .℃
= 84.31%
X. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Konsentrasi umpan dan produk
Umpan : 0,00204 N
Produk : 0,00248 N
2. Panas yang hilang (Head Loss) : 18.9023 kJ/s
3. Efisiensi steam (𝜼) : 84.31%
EVAPORATOR
T1-14
T1-7
STEAM
CAIRAN
T1-6
KONDENSAT
T1-10
KONDENSOR
T1-10 T1-14
COOLING WATER
OUT DESTILAT
T1-8 T1-12