Laporan He Plat KLP 4 PDF
Laporan He Plat KLP 4 PDF
Laporan He Plat KLP 4 PDF
Semester V 2019/2020
LAPORAN PRAKTIKUM
HE PLAT
A. Tujuan Percobaan
Pada percobaan ini diharapkan mahasiswa dapat :
1. Memahami prinsip kerja dari alat penukar panas.
2. Menentukan nilai koefisien perpindahan panas overall (U).
3. Membandingankan massa fluida yang diperoleh secara praktek dan
teoritis.
C. Teori Dasar
1. Definisi Alat Penukar Kalor
Alat penukar kalor atau heat exchanger (HE) adalah suatu alat yang
memungkinkan perpindahan panas dan bisa berfungsi sebagai pemanas
maupun pendingin. Mekanisme perpindahan kalor pada alat penukar kalor yaitu
secara konveksi pada kedua fluida yang mengalir dan secara konduksi pada
dinding pemisah kedua fluida.
Gambar 1.1. Perpindahan Kalor secara Tak Langsung pada Heat Exchanger
(Sumber: Ikhsan, 2012. http://beck-fk.blogspot.com/2012/05/alat-heat-
exchanger.html)
3. Jenis-jenis Alat Penukar Kalor
Alat penukar kalor atau Heat Exchanger (HE) sering dinamakan dengan
lebih spesifik sesuai dengan aplikasinya. Kondenser merupakan HE di mana
fluida didinginkan dan berkondensasi ketika mengalir melalui HE. Boiler
merupakan HE di mana fluidanya mengabsorbsi panas dan menguap.
Sedangkan space radiator merupakan HE yang menukar kalor dari fluida panas
ke lingkungan melalui radiasi. Berikut ini adalah jenis alat penukar kalor
berdasarkan kompleksitas alat:
a. Double pipe HE
Terdiri dari satu buah pipa yang diletakkan di dalam sebuah pipa
lainnya yang berdiameter lebih besar secara konsentris. Fluida yang satu
mengalir di dalam pipa kecil sedangkan fluida yang lain mengalir di bagian
luarnya. Pada alat penukar kalor ini, salah satu fluida mengalir melalui pipa
kecil sedangkan yang satu lagi melalui annulus.
Pada bagian pipa kecil biasanya dipasang fin atau sirip memanjang,
hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan permukaan panas yang lebih luas.
Double pipe ini dapat digunakan untuk memanaskan atau mendinginkan
fluida hasil proses yang membutuhkan area perpindahan panas yang kecil
(biasanya hanya mencapai 50 m2). Double pipe ini juga dapat digunakan
untuk mendidihkan atau mengkondensasikan fluida proses tapi dalam
jumlah yang sedikit.
Ada dua jenis arah aliran yang dapat mungkin terjadi, yaitu aliran
paralel dan aliran counter.
(a) (b)
Gambar 1.2. (a) Parallel flow, (b) Counter flow pada double-pipe HE
(Sumber: Holman, J.P. 2009. Heat Transfer 10th ed.)
Pada alat ini, mekanisme perpindahan kalor terjadi secara tidak langsung
(indirect contact type), karena terdapat dinding pemisah antara kedua fluida
sehingga kedua fluida tidak bercampur. Fluida yang memiliki suhu lebih rendah
(fluida pendingin) mengalir melalui pipa kecil, sedangkan fluida dengan suhu
yang lebih tinggi mengalir pada pipa yang lebih besar (pipa annulus).
Penukar kalor demikian mungkin terdiri dari beberapa lintasan yang
disusun dalam susunan vertikal. Perpindahan kalor yang terjadi pada fluida
adalah proses konveksi, sedang proses konduksi terjadi pada dinding pipa.
Kalor mengalir dari fluida yang bertemperatur tinggi ke fluida yang
bertemperatur rendah.
Kerugian yang ditimbulkan jika memakai heat exchanger ini adalah
kesulitan untuk memindahkan panas dan mahalnya biaya per unit permukaan
transfer. Tetapi, double pipe ini juga memiliki keuntungan yaitu heat exchanger
ini dapat dipasang dengan berbagai macam fitting (ukuran). Selebihnya
kelebihan dan kekurangan dari double pipe HE akan dijabarkan lebih lanjut
pada Tabel 1.1
b. Compact HE
Pada alat penukar kalor jenis ini didesain secara spesifik agar surface
area per unit volume-nya besar. HE jenis ini mampu menerima perpindahan
kalor dari suatu fluida dalam jumlah kecil yang biasanya digunakan pada
situasi di mana berat dan volume HE dibatasi. Area permukaan pada
compact HE yang luas disebabkan dipasangnya plat tipis seperti sirip pada
dinding yang memisahkan dua fluida.
Compact HE biasanya digunakan untuk gas-to-gas dan gas-to-liquid
HE. Fluida-fluida dalam HE ini umumnya bergerak saling tegak lurus
sehingga dinamakan aliran menyilang. Aliran menyilang diklasifikasikan
menjadi:
1) unimixed, karena fluida didorong plat sirip agar mengalir melalui
ruang tertentu dan mencegahnya bergerak dalam arah menyilang
dimana L adalah panjang pipa, D adalah jari-jari pipa, ρ adalah masa jenis
fluida, Uav adalah kecepatan rata-rata dan f adalah faktor friksi.
1) Penurunan tekanan pada sisi shell
Apabila dibicarakan besarnya penurunan tekanan pada sisi shell
alat alat penukar panas, masalahnya proporsional dengan beberapa kali
fluida itu menyebrangi pipa bundle diantara sekat-sekat. Besarnya
penurunan tekanan pada isothermal untuk fluida yang dipanaskan atau
didinginkan, serta kerugian saat masuk dan keluar, adalah :
2) Penurunan tekanan pada sisi pipa
Besarnya penurunan tekanan pada sisi pipa alat penukar panas
telah diformulasikan, persamaan terhadap faktor gesekan dari fluida
yang dipanaskan atau yang didinginkan di dalam pipa.
e. Kecepatan
Kecepatan dari fluida mempengaruhi bilangan reynoldnya. Sementara
itu, angka reynold sangat berpengaruh dalam perhitungan matematis.
f. Distribusi temperatur
Apabila distribusi temperatur di dalam fluida tidak merata, maka
perpindahan kalor yang terjadi tidak merata di beberapa permukaan. Ada
permukaan yang lebih banyak aliran konveksinya apabila distribusi suhu
di tempat tersebut cukup besar, begitu pula sebaliknya.
5. Perpindahan Kalor HE
Jumlah kalor yang dipindahkan dalam alat penukar kalor dapat dihitung
dengan LMTD metode NTU efektivitas.
a. Beda Suhu Rata-rata Logaritmik (LMTD)
Dalam penukar kalor pipa ganda, fluidanya dapat mengalir dalam
aliran sejajar maupun aliran lawan arah. Profil suhu untuk kedua kasus ini
telah ditunjukkan sebelumnya pada gambar 1 yang (a) dan juga (b).
Kita dapat menghitung perpindahan kalor dalam susunan pipa ganda
ini dengan
Beda suhu rata-rata yang dimaksud di atas adalah beda suhu rata-rata
log (LMTD = log mean temperature difference), yaitu :
Subskrib 1 dan 2 menunjukkan masuk dan keluar, subskrib h dan c
menunjukkan panas dan dingin. Penurunan LMTD di atas berkenaan
dengan dua asumsi:
1) kalor spesifik fluida tidak berubah menurut suhu.
2) koefisien perpindahan kalor konveksi tetap, untuk seluruh penukar
kalor.
untuk penukar kalor aliran searah, persamaan ini dapat diturunkan menjadi:
Suku UA/Cmin inilah yang dikenal dengan jumlah satuan perpindahan atau NTU
(Number of Transfer Units) karena memberi petunjuk tentang ukuran alat
penukar kalor. Cmin merupakan nilai C terkecil antara Ch dan Cc, sedangkan
Cmax merupakan nilai yang terbesar.
Dengan menggunakan metode NTU-efektivitas ini akan didapat beberapa
manfaat. Diantaranya adalah memudahkan analisis dalam penyelesaian soal
untuk menentukan suhu masuk ataupun suhu keluar. Metode ini juga
mempermudah dalam menganalisa soal yang membandingkan berbagai jenis
alat penukar kalor untuk memilih yang terbaik dalam melaksanakan suatu tugas
pemindahan kalor tertentu.
dimana Δtm adalah suhu rata-rata log atau Log Mean Temperature Difference
(LMTD). Untuk shellandtubeheat exchanger, nilai LMTD harus dikoreksi
dengan faktor yang dicari dari grafik yang sesuai (Fig 18 s/d Fig 23 Kern).
Caranya adalah dengan menggunakan parameter R dan S.
atau
D. Prosedur Kerja
1. Menyiapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan selama percobaan
berlangsung.
2. Menimbang wadah kosong dari fluida yang akan dihasilkan
3. Menyuplai steam dari boiler ke Heat Exchanger Plate bersamaan dengan
menyuplai fluida dingin ke alat.
4. Mengatur suhu steam yang ingin digunakan yaitu 108oC dengan mengatur
katup manual pada pipa masukan steam.
5. Mengatur skala laju alir fluida dingin yang ingin digunakan yaitu 500.
Proses dimulai bersamaan dengan menyalakan stopwatch.
6. Pada saat proses berjalan, diamati nilai suhu fluida dingin keluar dan suhu
fluida dingin masuk hingga konstan. Jika telah konstan, dicatat suhu fluida
dingin masuk dan keluar serta suhu steam dan kondensat.
7. Hal yang sama dilakukan dengan skala laju alir yang berbeda ( 400, 300,
200, dan 100 ).
8. Setelah dilakukan percobaan dengan 5 titik skala laju alir, proses dihentikan
bersamaan dengan pemberhentian stopwatch. Kondensat yang telah
ditampung lalu ditimbang bobotnya.
9. Pada saat mengistirahatkan alat, skala laju alir diatur full agar proses
pendinginan berjalan lebih cepat.
E. Data Pengamatan
1. Dalam satuan SI
Laju Berat
t1 t2 T1 T2 Waktu
Skala Alir Kondensat
(oC) (oC) (oC) (oC) (detik)
(ml/s) (kg)
Laju Berat
t1 t2 T1 T2 Waktu
Skala Alir Kondensat
(°F) (°F) (°F) (°F) (jam)
(ft^3/hr) (lb)
F. Perhitungan
( Terlampir )
G. Pembahasan
Praktikum ini bertujuan untuk memahami prinsip kerja dari alat penukar
panas, menentukan nilai koefisien perpindahan panas overall, dan
membandingkan massa fluida (M) yang diperoleh secara praktek dan teoritis. Alat
yang digunakan pada praktikum ini adalah heat exchanger plate (PHE). Di dalam
unit PHE ini terjadi 3 konsep perpindahan panas yaitu konduksi, konveksi dan
radiasi. Pada Plate Heat Exchanger (PHE) perpindahan panas secara konduksi
terjadi pada pelat logam dimana panasnya mengalir dari daerah yang
bertemperatur tinggi ke daerah yang bertemperatur rendah. Sedangkan
perpindahan panas secara konveksi terjadi karena adanya gerakan atau aliran dari
bagian panas ke bagian yang dingin, konveksi terjadi pada fluida yang bergerak
dalam Plate Heat Exchanger (PHE) sehingga panas dalam fluida dapat berpindah
dimana fluida panas di alirkan( dikontakan ) dengan fluida dingin melewati plate
dan frame pada susunan peralatan PHE. Sementara sedangkan perpindahan panas
radiasi terjadi saat dinding plate men-transfer panas ke udara.
HE Plate terdiri dari beberapa rangkaian alat seperti, thermometer, valve,
plate, pipe, isolator, dan steam trap. Kegunaan steam trap adalah untuk
menangkap dan menkondensasikan sisa uap yang tidak terkondensasi setelah
proses transfer panas. Steam trap ini diharapkan dapat mengkondensasikan semua
sisa uap sehingga keluaranya semua dalam bentuk cair.
Di dalam perpindahan panas ada kalor (Q) atau energy panas yang di serap
dan di lepaskan oleh fluida, dalam hal ini fluida panas memberikan kalor (Qpanas)
dan fluida dingin menangkap energy atau mengambil kalor fluida panas (Qdingin).
Dalam proses perhitungan diperlukan tambahan data seperti nilai λ dan Cp. Nilai
λ didapatkan dari tabel saturated steam dan nilai Cp didapatkan dari grafik Specific
heat. Dari perhitungan dapat diketahui bahwa, semakin besar laju alir pendingin
(md) maka semakin besar pula kecepatan perpindahan panasnya (Q sensible) atau
semakin besar bukaan valve akan menyebabkan laju alir massa semakin besar
sehingga akan semakin banyak kalor yang berpindah, sehingga semakin besar pula
laju massa fluida yang dihasilkan (M). Selain itu, semakin besar laju alir pendingin
maka semakin besar pula nilai koefisien perpindahan panas overall (U) yang
dihasilkan. Hal ini dipengaruhi oleh nilai LMTD dan kecepatan perpindahan panas
(Q sensible) yang diperoleh. Selain itu, dengan memperbesar laju alir fluida
pendingin menyebabkan beda temperature aliran fluida panas yang masuk dengan
aliran fluida panas yang keluar semakin tinggi.
Berdasarkan data praktikum dilakukan perhitungan nilai massa kondensat
per satuan waktu (M) aktual maupun teoritis kemudian kedua nilai tersebut
dibandingkan. Berdasarkan data hasil perhitungan diperoleh nilai M actual sebesar
306,3789 lb/hr sedangkan nilai M teoritis sebesar 328,66581 lb/hr . Dari
perhitungan tersebut diketahuai bahwa nilai M teoritis lebih besar dibandingkan
nilai M aktual, hal ini terjadi karena pada saat praktikum, kondensat yang keluar
berada dalam fasa cair jenuh dimana saat masih berada dalam pipa setelah melalui
steam trap, kondensat berada pada kondisi bertekanan tinggi dan saat keluar dari
pipa, kondensat berpindah ke kondisi tekanan rendah (tekanan standar) sehingga
ada beberapa kondensat yang berubah fasa kembali menjadi uap. Uap yang berasal
dari kondensat ini disebut flash steam. Berdasarkan hal tersebut, kondensat yang
ditampung dan ditimbang bukanlah massa kondensat keseluruhan, melainkan
hanya massa kondensat yang tidak menjadi flash steam. Kondensat yang menjadi
flash steam tidak terhitung karena telah terakumulasi dengan udara bebas. itulah
mengapa pada saat praktikum berlangsung banyak uap (flash steam) yang keluar
dari kondensat yang ditampung. Hal ini menyebabkan jumlah kondensat aktual
jauh lebih kecil dibandingkan nilai kondensat teoritis yang diperoleh dari
perhitungan sehingga diperoleh nilai persentase error 6,78101 %.
Pada praktikum ini juga dilakukan perhitungan nilai koefisien perpindahan
panas overall (U). Adapun nilai koefisien perpindahan panas yang diperoleh dari
hasil perhitungan dengan skala berturut- turut dari 100, 200, 300, 400, dan 500
adalah 60,15500 Btu/hr ft2 F; 122,97374 Btu/hr ft2 F; 148,67574 Btu/hr ft2 F;
207,86809 Btu/hr ft2 F; dan 253,55959 Btu/hr ft2 F.
Berdasarkan data diatas, dapat diamati bahwa nilai U terus meningkat pada tiap
percobaan. Hal ini terjadi dikarenakan nilai koefisien perpindahan panas overall
(U) berbanding lurus dengan nilai panas yang diberikan (Q). Dimana semakin
tinggi laju alirnya, semakin besar koefisien perpindahan panas keseluruhannya.
H. Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan maka dapat kami simpulkan
bahwa :
1. Prinsip kerja HE Plate adalah melakukan transfer panas antar fluida melalui
plate yang terdapat dalam alat HE Plate. selain itu transfer panas juga terjadi
antara plate dan plate ke udara.
2. Nilai koefisien perpindahan panas overall (U) yang diperoleh semakin besar
dengan meningkatnya laju alir (berbanding lurus)
3. Perbandingan antara massa fluida secara teoritis dan secara actual (praktek)
yaitu nilai M teoritis sebesar 328,66581 lb/hr sedangkan nilai M actual
sebesar 306,3789 lb/hr.
Daftar Pustaka
Anonim. Buku Panduan Praktikum Proses Operasi Teknik I. 1989. Teknik Gas dan
Petrokimia UI.
Kern,D.Q. 1981. Process Heat Transfer. New York: Mc-Graw Hill International
Company.