Makalah Gadar Kel 16

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 22

FUNGSI ADVOKASI DAN KOMUNIKASI PADA KASUS

KEGAWATAN, KEDARURATAN AN KEGAWATDARURATAN


TERKAIT BERBAGAI SYSTEM

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Keperawatan Gawat Darurat
yang dibina oleh Bapak Marwansyah,S.Kep,Ns,M.Kep

Disusun Oleh :
Sabrina Kumala Dewi P17212215040
Basilio Roberto Dos P17212215041
Novianti Eka Saputri P17212215076
Hudarista Agustin P17212215082
Fenny Mellike P17212215083
Irfani Dewi Maulidiyah P17212215084
David Nur Cahya P17212215085
Selvia P17212215123

KEMENTERIAN KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan kasih dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Fungsi Avokasi Dan Komunikasi Pada Kasus
Kegawatan, Kedaruratan Dan Kegawatdaruratan Terkait Berbagai System”.
Dimana makalah ini merupakan salah satu tugas dari matakuliah
Keperawatan Gawat Darurat
Dengan penyelesain tugas ini, banyak bantuan yang kami terima dari
berbagia pihak yang telah berkontribusi dalam memberikan sumbangan
materi, kami ucapkan terimakasih khususnya kepada Ibu
Marwansyah,S.Kep,Ns,M.Kep selaku dosen pembimbing matakuliah
Keperawatan Gawat Darurat yang telah memberikan dukungan dalam
menyelesaikan makalah ini.

Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa dapat


mengetahui tentang informasi bagaimana Fungsi Avokasi Dan Komunikasi
Pada Kasus Kegawatan, Kedaruratan Dan Kegawatdaruratan Terkait
Berbagai System.

Kritik dan saran dari berbagai pihak sangat saya butuhkan untuk
menambah wawasan dan memperluas ilmu pengetahuan dari makalah saya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca untuk
menambah akan wawasan tentang Fungsi Avokasi Dan Komunikasi Pada
Kasus Kegawatan, Kedaruratan Dan Kegawatdaruratan Terkait Berbagai
System. Mohon maaf apabila terdapat kekurangan dalam penyusunan
makalah ini. Sekian dan terimakasih.

Malang, September 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Contents
FUNGSI ADVOKASI DAN KOMUNIKASI PADA KASUS KEGAWATAN,
KEDARURATAN AN KEGAWATDARURATAN TERKAIT BERBAGAI SYSTEM....................i

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................................... 3

BAB I..................................................................................................................................... 5

PENDAHULUAN.................................................................................................................................5
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................6
1.3 Tujuan................................................................................................................................6
1.3.1 Tujuan Umum................................................................................................................6
1.3.2 Tujuan Khusus...............................................................................................................6
BAB 2..................................................................................................................................... 8

TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................................ 8

2.1 Efek Kondisi Kegawat Daruratan Terhadap Klien dan Keluarga..........................................8

2.2 Peran dan Fungsi Perawat...............................................................................................9

2.3 Definisi Advokasi........................................................................................................ 12

2.4 Peran Perawat sebagai Advokator..................................................................................12

2.5 Tugas Perawat Dalam Advokasi Klien............................................................................13

2.6 Pentingnya Peran Perawat Sebagai Advokator.................................................................14

2.7 Komunikasi Terapeutik Dalam Kegawatan, Kedaruratan, dan Kegawatdaruratan................15

2.8 Prinsip Komunikasi Terapeutik Dalam Kegawatan, Kedaruratan, dan Kegawatdaruratan


16

2.9 Teknik Komunikasi Terapeutik Dalam Kegawatan, Kedaruratan, dan Kegawatdaruratan


16

2.10 Peran dan Fungsi Advokasi Perawat Dalam Kegawatan, Kedaruratan, dan
Kegawatdaruratan................................................................................................................... 18

BAB 3..................................................................................................................................................19
KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................................................................19
3.1 Kesimpulan................................................................................................................. 19

3.2 Saran.......................................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................20
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kegawatan adalah suatu kondisi atau situasi keadaan ancaman bahaya
ataupun sudah terjadi dampak buruk dari bahaya tersebut yang mengakibatkan
kerusakan lebih lanjut. Kondisi khusus yang memerlukan suatu tindakan tertentu
di luar prosedur dan aturan sehari-hari disebut gawat darurat (gadar) atau
emergency [ CITATION Pra20 \l 1033 ]. Keadaan Gawat darurat terjadi secara
mendadak sehingga mengakibatkan seseorang atau banyak orang memerlukan
penanganan dan pertolongan segera secara cermat, tepat dan cepat. Tujuan utama
pada pertolongan gawat darurat adalah untuk menyelamatkan nyawa pasien dan
mengurangi kecatatan fisik.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hefferman, 2016 dalam Oxyandi,


2019 Amerika serikat,di Queens, Nassau dan Suffolk Newyork pada pengalaman
Klien di rumah sakit perawat yang selalu berprilaku dengan sopan dan
berkomunikasi dengan baik dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Pada tahun
2005 ke tahun 2006 perawat yang berperilaku sopan dan berkomunikasi baik
menunjukan 81% menjadi 77%, mendengarkan keluhan klien sebanyak 71%
menjadi 66% dan selalu menjelaskan sesuatu dengan cara mereka sendiri
sebanyak 72% menjadi 65%, Hal ini menunjukan penerapan komunikasi yang
tidak efektif dapat mengganggu hubungan yang terapeutik antara klien dan
perawat dan akan berdampak pada ketidakpuasan pasien.

Dalam pelaksanaanya, selain skill perawat perlu melakukan komunikasi


terapeutik kepada klien. Perawat harus jujur dan gamblang dalam memberikan
informasi dan tindakan-tindakan kegawat darurat. Perawat harus mampu
memberikan gambaran situasi yang sesunguhnya serta memberikan support
verbal maupun non verbal tanpa menambahkan kecemasan pada pasien. Pasien
dapat merasakan puas ataupun tidak puas apabila pasien sudah mendapatkan
pelayanan Kesehatan yang diberikan petugas di IGD, baik yang bersifat fisik,
kenyamanan dan keamanan serta komunikasi terpeutik yang baik. Hasil
penelitian [ CITATION Dar16 \l 1033 ] menunjukkan bahwa komunikasi yang baik
memberikan kepuasan pelayanan pada pasien.

Selain komuninasi terapeutik, perawat juga memiliki peran advokasi dalam


memberikan asuhan keperawatan. Dewasa ini kebutuhan bagi perawat untuk
bertindak sebagai advokat pasien meningkat. Pasien membutuhkan perlindungan
dari perawat ketika seseorang sakit, kekuatan fisik dan mentalnya menurun.
Pasien yang dalam kondisi lemah, kritis dan mengalami gangguan membutuhkan
seorang advokat yang dapat melindungi kesejahteraannya[ CITATION Ett13 \l 1033 ].

Fungsi advokasi merupakan peran profesional perawat untuk melakukan


pembelaan dan perlindungan kepada pasien. fungsi advokasi dilakukan untuk
menghindari terjadinya kesalahan pemberian asuhan keperawatan. Hal ini juga
mencegah terjadinya malpraktik yang akibatnya merugikan pasien bahkan
kematian pasien. Selama berada dalam masa perawatan dirumah sakit sangat
mungkin terjadinya human error oleh tenaga kesehatan yang dapat merugikan
pasien. Sebagai satu-satunya yang berhubungan langsung dengan pasien, seorang
perawat dituntut untuk lebih hati-hati dan teliti dalam setiap tindakan, baik itu
dalam kolaborasi dengan dokter maupun tindakan mandiri.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana fungsi advokasi dan komunikasi perawat pada kasus kegawatan,
kedaruratan dan kegawatdaruratan terkait berbagai sistem ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Menjelaskan fungsi advokasi dan komunikasi pada kasus kegawatan,
kedaruratan dan kegawatdaruratan terkait berbagai sistem

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mengidentifikasi fungsi advokasi dan komunikasi pada kasus kegawatan
terkait berbagai sistem
2. Mengidentifikasi fungsi advokasi dan komunikasi pada kasus
kedaruratan terkait berbagai sistem
3. Mengidentifikasi fungsi advokasi dan komunikasi pada kasus
kegawatdaruratan terkait berbagai system
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Efek Kondisi Kegawat Daruratan Terhadap Klien dan Keluarga


Kegawatdaruratan adalah kejadian tiba- tiba yang tidak diharapkan dan dapat
membahayakan hidup klien yang mengancam ekuilibrium internal, yang biasanya
terpelihara dalam unit keluarga. Kejadian tersebut dapat berupa sakit akut atau
trauma (kecelakaan, bencana, dsb) dan perburukan akut penyakit kronis. Keadaan
ini dapat mengancam kesejahteraan keluarga dan dapat memicu respon stres pada
klien maupun keluarga (Morton et al, 2011).

a. Efek kondisi kegawatan, kedaruratan, dan kegawatdaruratan terhadap klien


(Morton et al, 2011):
- Efek Psikologis
Efek psikologis yang mungkin muncul pada klien meliputi:

1. Stres akibat kondisinya saat ini


2. Rasa cemas dan takut bahwa hidup terancam (kematian)
3. Perasaan isolasi
4. Depresi
5. Perasaan rapuh karena ketergantungan fisik dan emosional
- Efek Non Psikologis
Efek non- psikologis yang mungkin muncul pada klien meliputi:

1. Ketidakberdayaan
2. Pukulan atas perubahan konsep diri dan citra diri
3. Perubahan pola hidup
4. Perubahan pada aspek sosial-ekonomi (pekerjaan, financial klien,
kesejahteraan klien dan keluarga)
5. Keterbatasan komunikasi (tidak mampu berkomunikasi)
b. Efek kondisi kegawatan, kedaruratan, dan kegawatdaruratan terhadap
keluarga klien (Morton et al, 2011):
- Efek Psikologis
Efek psikologis yang mungkin muncul pada keluarga klien meliputi:
1. Stres akibat kondisi penyakit klien (anggota keluarga)
2. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian pada klien
(anggota keluarga)
3. Pengingkaran terhadap kondisi kondisi kegawatan, kedaruratan, dan
kegawatdaruratan klien (anggota keluarga)
- Efek Non Psikologis
Efek non- psikologis yang mungkin muncul pada keluarga klien
meliputi:

1. Perubahan struktur peran dalam keluarga


2. Perubahan pelaksanaan fungsi peran dalam keluarga
3. Terbatasnya komunikasi dan waktu bersama
4. Masalah financial keluarga
5. Perubahan pola hidup keluarga

2.2 Peran dan Fungsi Perawat


Kepmenkes RI No. 1239 tahun 2001 tentang Registrasi dan Praktik Perawat
menjelaskan bahwa perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan
perawat, baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Praktik keperawatan harus senantiasa
meningkatkan mutu pelayanan profesinya, dengan mengikuti perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pendidikan dan pelatihan sesuai dengan
bidang tugasnya. Dalam melaksanakan praktik keperawatan, perawat juga
dituntut melakukan peran dan fungsi sebagaimana yang diharapkan oleh profesi
dan masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan keperawatan.
Peran merupakan seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap seseorang, sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Dalam
menjalankan peran, diharapkan seseorang memiliki pemahaman dasar mengenai
prinsip dalam menjalankan tanggungjawab secara efisien dan efektif (Kusnanto,
2004). Peran perawat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun
dari luar profesi keperawatan dan bersifat konstan. Peran perawat dalam
menjalankan tugasnya sebagai tenaga kesehatan meliputi (Potter dan Perry,
2005):

1. Care Giver
Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan yang memberikan
pelayanan baik secara langsung dan tidak langsung kepada klien, yang
dilakukan dengan pendekatan proses keperawatan yang meliputi:

- melakukan pengkajian dalam upaya mengumpulkan data dan informasi


yang benar,
- menegakkan diagnosa keperawatan berdasarkan hasil analisa data,
- merencanakan intervensi keperawatan sebagai upaya mengatasi
masalah yang muncul dan membuat langkah/ cara pemecahan masalah,
- melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang ada,
- melakukan evaluasi berdasarkan respon klien terhadap tindakan
keperawatan yang telah dilakukan.
2. Client Advocate
Perawat sebagai pembela untuk melindungi klien, memiliki peran
sebagai penghubung antara klien dengan tim kesehatan lain dalam upaya
pemenuhan kebutuhan klien, membela kepentingan klien dan membantu
klien memahami semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan
oleh tim kesehatan dengan pendekatan tradisional maupun professional.
3. Counsellor
Perawat sebagai pemberi bimbingan/ konseling, berperan untuk
memberikan konseling kepada klien, keluarga dan masyarakat tentang
masalah kesehatan sesuai prioritas, proses perawatan dan pengobatan
klien.
4. Educator
Perawat sebagai pendidik, memiliki peran untuk membantu klien
meningkatkan kesehatannya melalui pemberian pengetahuan terkait
dengan keperawatan dan tindakan medis yang diterima, sehingga klien
dan keluarga dapat menerima tanggung jawab terhadap hal- hal yang
diketahuinya.
5. Collaborator
Perawat sebagai anggota tim kesehatan harus memiliki keterampilan
dalam berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya. Hal tersebut
dilakukan dalam rangka menentukan rencana maupun pelaksanaan
perawatan dan pengobatan guna memenuhi kebutuhan kesehatan klien,.
6. Coordinator
Perawat sebagai coordinator, harus dapat memanfaatkan sumber-
sumber dan potensi klien untuk mengkoordinasi, mengatur,
mengembangkan, dan memberikan informasi untuk perkembangan
pelayanan kesehatan klien selama menjalani proses perawatan dan
pengobatan.

7. Change agen
Perawat sebagai agen pembaharuan, akan selalu dituntut untuk
mengadakan perubahan- perubahan atau inovasi dalam cara berfikir,
bersikap, bertingkah laku dan meningkatkan keterampilan dalam
perawatan klien berdasarkan evidence supaya klien dan keluarga menjadi
sehat.
8. Consultat
Perawat berperan sebagai sumber informasi yang dapat membantu
klien dan keluarga memecahkan masalah terkait kondisi kesehatnnya, baik
dalam hal pengetahuan penyakit, cara- cara perawatan dan pengobatan,
maupun alternative pengobatan.

Selama menjalani tugas keperawatan, perawat memiliki fungsi yang


dapat mendukung perawat untuk menjalankan tugas dan tanggungjawabnya
sebagai tenaga kesehatan. Fungsi perawat dalam menjalankan tugasnya
sebagai tenaga kesehatan meliputi (Potter dan Perry, 2005):

1. Fungsi Independen
Tindakan keperawatan independen artinya fungsi perawat dalam
menjalankan tugasnya bersifat mandiri, berdasarkan pada ilmu
keperawatan. Oleh karena itu, perawat bertanggung jawab terhadap akibat
yang timbul dari tindakan yang diambil.
2. Fungsi Dependen
Fungsi dependen perawat artinya perawat membantu dokter dalam
pendelegasian dalam memberikan pelayanan pengobatan dan tindakan
khusus yang menjadi wewenang dokter dan seharusnya dilakukan oleh
dokter, seperti pemasangan infus, pemberian obat, dan melakukan
suntikan
3. Fungsi Interdependen
Fungsi interdependen, artinya tindakan perawat berdasar pada kerja
sama dengan tim perawatan atau tim kesehatan. Perawat berkolaborasi
mengupayakan kesembuhan klien bersama tenaga kesehatan lainnya.
Perawat bertanggung jawab terhadap kegagalan pelayanan kesehatan
terutama untuk bidang keperawatannya.

2.3 Definisi Advokasi


Istilah advokasi sangat lekat dengan profesi hukum, menurut Bahasa Belanda,
advocaat atau advocateur berarti pengacara atau pembela. Oleh karena itu tidak
heran jika advokasi sering diartikan sebagai ‘kegiatan pembelaan kasus atau
perkara di pengadilan.’ Dalam Bahasa Inggris, to advocate tidak hanya berarti to
defend (membela), melainkan juga to promote (mengemukakan atau memajukan),
to create (menciptakan) dan to change (melakukan perubahan) (Edi Suharto,
2009). Advokasi (pembelaan) secara sederhana dapat didefinisikan sebagai proses
bertindak untuk, atau atas nama orang lain yang tidak mampu bertindak untuk diri
mereka sendiri (Basford & Slevin, 2006).

2.4 Peran Perawat sebagai Advokator


Peran advokat telah dipinjam dari profesi hukum. Advokat adalah peran
aktif dan direktif dimana pekerja sosial mewakili klien atau kelompok warga
ketika membutuhkan bantuan dan lembaga yang ada tidak tertarik (atau secara
terbuka negatif dan bermusuhan), peran advokat mungkin tepat. Advokat
memberikan kepemimpinan dan mengumpulkan informasi, memperdebatkan
validitas kebutuhan dan permintaan klien, serta menantang keputusan institusi
untuk tidak memberikan layanan. Tujuannya bukan untuk mengejek atau
mencela institusi tertentu, tetapi untuk memodifikasi atau mengubah satu atau
lebih kebijakan layanannya. Dalam peran ini, advokat adalah partisian yang
secara eksklusif melayani kepentingan klien atau kelompok warga (Zastrow,
2006).
Murphy dan Hunter (dalam Basford &Slevin, 2006) mengatakan bahwa
peran perawat dalam mengeksplorasi konsep pembelaan terangkum dalam
pernyataan, “Tujuan perawat bukan untuk mendapatkan kepuasaan dari
professional kesehatan lain, tetapi lebih untuk membantu klien mendapatkan
asuhan yang terbaik, bahkan jika itu berarti klien masuk ke rumah sakit dan
mencari professional asuhan kesehatan lain karena itu, fokus utama dari peran
advokasi perawat bagi klien adalah menghargai keputusan klien dan
meningkatkan otonomi klien.

2.5 Tugas Perawat Dalam Advokasi Klien


Tujuan utama dari advokat klien adalah melindungi hak-hak klien. Peran
advokat klien memiliki tiga komponen utama, yaitu sebagai pendukung, mediator,
dan pelaku tindakan atas nama klien (Potter dan Perry, 2005).

1. Sebagai pendukung
Peran yang dilakukan perawat memiliki tujuan utama yaitu untuk
membantu klien dalam membuat keputusan. Peran perawat dalam hal ini
ditekankan untuk menyerahkan segala keputusan tentang perawatan yang
akan dijalankan oleh klien kepada klien itu sendiri, sesuai dengan nilai-
nilai yang dianut klien. Tindakan perawat yang termasuk di dalamnya
yaitu perawat memberikan alternatif pilihan kepada klien saat akan
mengambil keputusan tentang terapi yang akan diambil, menyediakan
format persetujuan tindakan penjelasan atas pemulangan dini klien dari
perawatan, serta memutuskan dokter yang akan merawatnya.
2. Sebagai mediator
Peran yang dilakukan perawat memiliki tujuan untuk menjembatani
komunikasi antara klien dengan tim kesehatan lain di rumah sakit.
Tindakan perawat yang termasuk di dalamnya yaitu perawat menemani
klien saat kunjungan dokter, menentukan menu diet bersama ahli gizi,
dan juga memberikan penjelasan kepada klien mengenai pengobatan
yang diterimanya.
3. Sebagai pelaksana tindakan atas nama klien
Peran yang dilakukan perawat memiliki tujuan utama untuk
melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan yang dibutuhkan klien.
Tindakan perawat yang termasuk didalamnya yaitu dengan memberikan
lingkungan yang sesuai dengan kondisi klien, melindungi klien dari
tindakan yang dapat merugikan klien, dan memenuhi semua kebutuhan
klien selama dalam perawatan.

2.6 Pentingnya Peran Perawat Sebagai Advokator


Peran perawat sebagai advokat diharapkan mampu untuk bertanggung jawab
dalam membantu klien dan keluarga menginterpretasikan informasi dari berbagai
pemberi layanan yang diperlukan untuk mengambil persetujuan atas tindakan
keperawatan yang diberikan kepadanya serta mempertahankan dan melindungi
hak- hak klien. Hal ini harus dilakukan, karena klien yang sakit dan dirawat di
rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan. Faktor- aktor
yang dapat mempengaruhi pelaksanaan advokasi, terdiri dari faktor penghambat
dan faktor pendukung. Faktor penghambat terjadi karena adanya kepemimpinan
dokter sebagai penanggungjawab pengobatan klien, dan kerbatas jumlah tenaga
perawat sebagai advokat klien. Sedangkan faktor pendukung pelaksanaan
advokasi adalah terkait kondisi klien dan adanya dukungan dari instansi rumah
sakit. Hal-hal yang dapat diadvokasi oleh perawat meliputi (Afidah & Sulisno,
2013):
1. Anticipatory guidance (panduan antisipatif), yang meliputi:
- Primary prevention (pencegahan primer)
- Membantu klien yang mungkin mengalami kesulitan
- Mengantisipasi keluarga dalam menangani masalah – masalah
keterbatasan dan penyakit kronik.
2. Role Modeling
Perawat menjadi role mode dengan berperilaku baik seperti berbicara
dengan ramah dan komunikatif, menunjukkan senyum, dan melakukan
penanganan klien secara professional.

3. Educational information, meliputi:


- Pembelajaran dan pemberian informasi
- Membantu memilih dan menentukan pilihan terhadap informasi yang
diberikan

- Membantu klien mengumpulkan informasi dan belajar terhadap


perilaku promosi kesehatan
4. Ongoing support (dukungan berkelanjutan), meliputi:
- Memberikan bantuan pada klien dalam membuat keputusan yang
beralasan
- Perawat sebagai patner dalam menyelesaikan masalah kebutuhan
kesehatan
5. Collaboration and Referral (kolaborasi dan referal), meliputi:
- Masalah kesehatan bersifat multidimensi melibatkan multidisiplin
- Perawat memberikan penjelasan terhadap masalah yang melibatkan
tenaga kesehatan lain
- Pendekatan interdisiplin pada semua anggota tim kesehatan

2.7 Komunikasi Terapeutik Dalam Kegawatan, Kedaruratan, dan


Kegawatdaruratan
Komunikasi terapeutik merupakan cara yang efektif untuk mempengaruhi
tingkah laku manusia dan bermanfaat dalam melaksanakan pelayanan kesehatan
di Rumah Sakit, sehingga komunikasi harus dikembangkan secara terus- menerus.
Gawat Darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis
segera guna penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut (UU no
44 tahun 2009). Gawat darurat adalah suatu keadaan yang terjadi mendadak yang
mengakibatkan seseorang atau banyak orang memerlukan penanganan atau
pertolongan segera dalam arti pertolongan secara cermat, tepat dan cepat. Apabila
tidak mendapatkan pertolongan tersebut, maka korban akan mati atau cacat atau
kehilangan anggota tubuhnya seumur hidup.
Tujuan dari komunikasi terapeutik dalam keadaan kegawatan, kedaruratan,
dan kegawatdaruratan adalah untuk mendorong dan menganjurkan kerjasama
antara perawat dan klien. Perawat akan berusaha mengungkap perasaan,
mengidentifikasi dan mengkaji masalah serta mengevaluasi tindakan yang
dilakukan dalam perawatan. Selain itu melalui komunikasi akan menciptakan
kepercayaan antara perawat dengan klien yang mengalami kondisi kegawatan,
kedaruratan, dan kegawatdaruratan dalam melakakan tindakan, sehingga klien
cepat tertolong dan tidak terjadi hal yang fatal.

2.8 Prinsip Komunikasi Terapeutik Dalam Kegawatan, Kedaruratan, dan


Kegawatdaruratan
Prinsip komunikasi dalam kegawatan, kedaruratan, dan kegawatdaruratan
adalah ciptakan lingkungan terapeutik dengan menunjukan prilaku dan sikap yang
meliputi:
1. Caring (sikap pengasuhan yang ditunjukkan peduli dan selalu ingin
memberikan bantuan)
2. Acceptance (menerima pasien apa adanya)
3. Respect (hormati keyakinan pasien apa adanya)
4. Empaty (merasakan perasaan pasien)
5. Trust (memberi kepercayaan)
6. Integrity (berpegang pada prinsip profesional yang kokoh)
7. Identifikasikan bantuan yang diperlukan
8. Terapkan teknik komunikasi terfokus, bertanya, dan validasi
9. Gunakan bahasa yang mudah dimengerti klien
10. Pastikan hubungan profesional dimengerti oleh klien dan keluarga
11. Motivasi dan hargai pendapat dan respon klien/ keluarga
12. Hindari menyalahkan, memojokkan, dan memberikan sebutan yang
negatif.
2.9 Teknik Komunikasi Terapeutik Dalam Kegawatan, Kedaruratan, dan
Kegawatdaruratan
Teknik komunikasi dalam kegawatan, kedaruratan, dan kegawatdaruratan
meliputi:
1. Mendengarkan
Perawat harus berusaha untuk mendengarkan informasi yang
disampaikan oleh klien/ keluarga dengan penuh empati dan perhatian. Ini
dapat ditunjukkan dengan memandang kearah klien selama berbicara,
menjaga kontak pandang yang menunjukkan keingintahuan, dan
menganggukkan kepala pada saat berbicara tentang hal yang dirasakan
penting atau memerlukan umpan balik. Teknik dimaksudkan untuk
memberikan rasa aman kepada klien dalam mengungkapkan perasaan dan
menjaga kestabilan emosi klien.

2. Menunjukkan penerimaan
Menerima bukan berarti menyetujui, melainkan bersedia untuk
mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan sikap ragu atau penolakan.
Dalam hal ini sebaiknya perawat tidak menunjukkan ekspresi wajah yang
menunjukkan ketidaksetujuan atau penolakan. Selama klien berbicara
sebaiknya perawat tidak menyela atau membantah. Untuk menunjukkan
sikap penerimaan sebaiknya perawat menganggukkan kepala dalam
merespon pembicaraan klien.

3. Mengulang pernyataan klien


Melalui pengulangan pernyataan klien, perawat berarti memberikan
umpan balik sehingga klien mengetahui bahwa pesannya mendapat
respond dan diharapkan komunikasi dapat berlanjut. Mengulang pokok
pikiran klien menunjukkan indikasi bahwa perawat mengikuti pembicaraan
klien.

4. Klarifikasi
Apabila terjadi kesalahpahaman, perawat perlu mengehentikan
pembicaraan untuk meminta penjelasan dengan menyamakan pengertian.
Ini berkaitan dengan pentingnya informasi dalam memberikan pelayanan
keperawatan. Klarifikasi diperlukan untuk memperoleh kejelasan dan
kesamaan ide, perasaan, dan persepsi.

5. Menyampaikan hasil pengamatan


Perawat perlu menyampaikan hasil pengamatan terhadap klien untuk
mengetahui bahwa pesan dapat tersampaikan dengan baik. Perawat
menjelaskan kesan yang didapat dari isyarat nonverbal yang dilakukan
oleh klien. Dengan demikian akan menjadikan klien berkomunikasi
dengan lebih baik dan terfokus pada permasalahan yang sedang
dibicarakan.

2.10 Peran dan Fungsi Advokasi Perawat Dalam Kegawatan, Kedaruratan,


dan Kegawatdaruratan
Perawat kontemporer menjalankan fungsinya dalam kaitannya dengan
berbagai peran pemberi perawatan, pembuat keputusan klinik dan etika, advokat
bagi klien, manajer kasus, rehabilitator, komunikator dan pendidik (Potter &
Perry, 2005). Pelayanan gawat darurat merupakan salah satu komponen pelayanan
di rumah sakit yang dilaksanakan di instalasi gawat darurat. Adapun tugas
instalasi gawat darurat adalah menyelenggarakan pelayanan asuhan medis dan
asuhan keperawatan serta pelayanan pembedahan darurat bagi pasien yang datang
dengan gawat darurat medis (Depkes RI, 2005).
Perawat sebagai advokat berperan melindungi, mempertahankan hak- hak
yang dimiliki klien, dan membantu menyatakan hak-haknya. Dalam memberikan
perawatan gawat darurat, perawat dituntut untuk berpikir kritis dan bertindak
cepat dengan mempertimbangkan perannya sebagai advokat atau pelindung.
Sebagai pelindung, perawat harus membantu mempertahankan lingkungan yang
aman bagi pasien dalam pengambilan tindakan untuk mencegah dari
kemungkianan efek yang tidak diinginkan. Misalnya memastikan pasien tidak
memiliki alergi terhadap obat yang diberikan (Potter & Perry, 2005). Contoh lain
misalnya perawat memberikan informasi tambahan untuk membantu klien dalam
mengambil keputusan atas tindakan keperawatan yang diberikan. Selain itu
perawat juga melindungi hak-hak klien dengan menolak tindakan yang dapat
membahayakan klien. (Kusnanto, 2004)
BAB 3

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Kegawatdaruratan adalah kejadian tiba- tiba yang tidak diharapkan dan dapat
membahayakan hidup klien yang mengancam ekuilibrium internal, yang biasanya
terpelihara dalam unit keluarga. Dalam menjalankan peran, diharapkan seseorang
memiliki pemahaman dasar mengenai prinsip dalam menjalankan tanggungjawab
secara efisien dan efektif. Peran perawat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari
dalam maupun dari luar profesi keperawatan dan bersifat konstan. Selain itu
memiliki fungsi yang dapat mendukung perawat untuk menjalankan tugas dan
tanggungjawabnya sebagai tenaga kesehatan. Perawat sebagai advokat berperan
melindungi, mempertahankan hak- hak yang dimiliki klien, dan membantu
menyatakan hak-haknya. Dalam memberikan perawatan gawat darurat, perawat
dituntut untuk berpikir kritis dan bertindak cepat dengan mempertimbangkan
perannya sebagai advokat atau pelindung.

3.2 Saran
1. bagi perawat

Mengaplikasikan teori ini dalam tatanan dalam pemberian pelayanan Kesehatan


kepada masyarakat, dan melaksanakan perawat sebagai advokat utama klien dan
penghubung antar profesi kesehatan demi kepentingan pasien

2. bagi mahasiswa

Melakukan penelitian terkait tentang advokasi, karena masih banyak hal yang bisa
dieksplor dan dikembangkan.
DAFTAR PUSTAKA

Suharto, Edi. 2009. Pekerjaan Sosial di Dunia Industri. Cetakan kedua.

Zastrow, Charles. 2006. Social work with groups. United States of America:
Thomson Brooks/Cole.

Kusnanto. 2004. Pengantar Profesi dan Praktik keperawatan Profesional.


Jakarta: EGC.

Potter, P. A., & Perry, A. G. 2005. Konsep dan Praktik Keperawatan Profesional
Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep Proses dan Klinik.
Volume I. Jakarta: EGC.

Morton, et al. 2011. Keperawatan Kritis: Pendekatan Asuhan Holistik. Edisi 8.


Volume 1. Jakarta: EGC

Depkes RI, 2005. Indikator Kinerja Rumah Sakit. Direktorat Jendral Pelayanan
Medik. Jakarata.

Basford, Lynn & Slevin. 2006. Teori & Praktek Keparawatan: Pendekatan
Integral pada Asuhan Pasien. Alih bahasa Agung Maluyo. Jakarta: EGC.

Afidah, Etty N & Sulisno, Madya. 2013. Gambaran Pelaksanaan Peran Advokat
Perawat Di Rumah Sakit Negeri Di Kabupaten Semarang. Jurnal
Managemen Keperawatan. Volume 1; Nomor 2; 124- 130

Darsini. (2016). HUBUNGAN KOMUNIKASI PERAWAT DENGAN


TINGKAT KEPUASAN PASIEN YANG. NurseLine Journal Vol. 1 No.
1 Mei 2016 ISSN 2540-7937, 55.

Etty Nurul Afidah, M. S. (2013). GAMBARAN PELAKSANAAN PERAN


ADVOKAT PERAWAT DI. Jurnal Managemen Keperawatan . Volume
1, No. 2, November 2013; 124-130, 124-130.

Pradita Nurmalia, I. B. (2020). Program Public Safety Center (PSC) 119 Mataram
Emergency Medical Service (MEMS). HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC
HEALTH, 301.

Oxyandi, M. (2019). HUBUNGAN PENERAPAN KOMUNIKASI


TERAPEUTIK OLEH PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN DI
INSTALASI GAWAT DARURAT. Jurnal Kesehatan : Jurnal Ilmiah Multi
Sciences, 9(01), 33–43. https://doi.org/10.52395/JKJIMS.V9I01.147

Anda mungkin juga menyukai