Bismillah Bab 1-3 Novianti

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 39

1

SKRIPSI

DAMPAK PSIKOLOGIS PADA REMAJA DI INDONESIA


SELAMA PANDEMI COVID -19

LITERATURE REVIEW

Oleh :
NOVIANTI EKA SAPUTRI
P17221174065

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN LAWANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
2021
2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dunia saat ini sedang dilanda pandemi yang cukup mengkhawatirkan,

yaitu COVID-19. Hampir semua negara yang ada di dunia ini mengalami

pandemi COVID-19 ini, tidak terkecuali Indonesia (Fitria & Ifdil, 2020).

Penyakit ini juga menyebabkan krisis kesehatan di dunia karena tingkat

penyebarannya yang sangat cepat dan tak terkendali. Virus baru ini telah

mempengaruhi kesehatan fisik dan kesehatan psikologis banyak individu dan

seiring perkembangan virus ini, kehidupan sehari-hari telah diubah sampai

batas tertentu yang menghasilkan kerugian terhadap kondisi kesehatan

psikologis individu tersebut, seperti depresi, kecemasan, ketakutan, dan

insomnia (Ran et al., 2020). Bahkan Virus COVID-19 ini mengancam

kesehatan fisik dan kesehatan psikologis di antara siswa dan para remaja (Ran

et al., 2020). Dampak psikologis pada remaja ini masih sangat membutuhkan

untuk dilakukan identifikasi.

Pandemi COVID-19 yang merupakan darurat kesehatan internasional

menunjukkan angka kasus yang terus bertambah setiap harinya. Sampai saat

ini banyak orang yang terinfeksi virus ini sebanyak 21.617.987 juta jiwa di

seruluh dunia dengan angka kematian mencapai 769.006 ribu jiwa dan angka

kesembuhan mencapai 14.334.222 juta jiwa (Worldometer, 2020). Di


3

Indonesia sendiri orang yang terinfeksi mencapai 137.468 ribu jiwa dengan

angka kematian 6.071 ribu jiwa serta angka kesembuhan mencapi 91.321 jiwa

(Satgas Covid-19, 2020). Akan tetapi banyaknya informasi yang tersebar di

media yang belum terkonfirmasi kebenarannya mengakibatkan para remaja

semakin merasa cemas dan mengalami ketakutan. Berdasarkan hasil penelitian

dari 8079 remaja yang ada di cina sekitar 43,7% mengalami gejala depresi,

37,4%, mengalami gejala kecemasan, dan 31,3%, mengalami kombinasi

gejala depresi dan kecemasan (Zhou et al., 2020). Dala Penelitian lain yang

dilakukan di Bangladesh india pada 505 remaja, menghasilakan 28,5%

responden mengalami stres, 33,3% kecemasan, 46,92% depresi (Khan et al.,

2020). Beberapa penelitian juga menyebutkan jika dampak psikologis ini tidak

dihentikan akan mengakibatkan drepesi dan strees berkelanjutan di kalangan

remaja dengan jumlah yang sangat tinggi.

Salah satu cara menghentikan rantai penularan ini adalah dengan cara

memberlakukan lockdown atau karantina disuatu negara untuk membatasi

pergerakan. Karantina telah digunakan sebagai tindakan pencegahan selama

berabad-abad untuk menangani penyakit menular utama wabah dan terbukti

efektif dalam mengendalikan penyebaran penyakit menular seperti kolera dan

wabah di masa lalu (Khan et al., 2020). Tidak hanya itu Lockdown di

sejumlah negara ini juga mengakibatkan beberapa sekolah tutup untuk jangka

panjang yang berakibat semua remaja dan siswa harus belajar dari rumah.

Dengan dilakukannya karantina di rumah selama Pandemi ini, banyak kaum

muda mengalami masalah kesehatan psikologis.


4

Remaja adalah kelompok rentan dan mereka sedang mengalami masa

transisi kultus (Guessoum et al., 2020), dengan masa pandemi ini juga

lamanya masa karantina, takut tertular, kebosanan, kurang informasi,

keberadaan, jauh dari teman sekelas dan guru, kurangnya ruang pribadi di

rumah, dan kerugian finansial dalam keluarga menyebabkan stres pada anak-

anak dan remaja (Kılınçel et al., 2020). Tak hanya itu kematian yang tidak

terduga, istirahat sekolah yang tiba-tiba, dan keributan di rumah juga

menjadikan tingkat kecemasan dan stress semakin meningkat di kalangan

remaja (Guessoum et al., 2020).

Sebagian besar penelitian hingga saat ini masih berfokus pada

epidemilogi dan karateristik pasien yang terinfeksi, juga pada karateristik gen

viru COVID-19 itu sendiri. Penelitian yang membahasa mengenai dampak

psikologis pada remaja belum banyak dilakukan. Oleh karena itu perlu untuk

dilakukan rangkuman literatur yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan

menjelaskan dampak psikologis pada remaja karena pandemi COVID-19.


5

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah dampak psikologis pada remaja selama pandemi COVID

-19?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Menjelaskan dampak psikologis pada remaja yang diakibatkan

oleh pandemic COVID -19.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Menjelaskan dampak depresi yang diakibatkan oleh

pandemic COVID -19.

2. Menjelaskan dampak kecemasan yang diakibatkan oleh

pandemic COVID -19.

3. Menjelaskan dampak stres yang diakibatkan oleh pandemic

COVID -19.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Praktis

1) Bagi Masyarakat

Sebagai bahan pengetahuan untuk masyarakat tentang dampak

psikologis remaja yang diakibatkan oleh pandemic COVID -19.


6

Sehingga masyarakat dapat mengetahui kondisi psikologis yang

dialami oleh remaja.

2) Bagi penulis

Diharapkan penulis dapat memperoleh pengalaman dalam

melaksanakan aplikasi riset keperawatan di tatanan pelayanan

keperawatan, khususnya penelitian tentang dampak psikologis

pada remaja selama pandemi COVID -19.

1.4.2 Manfaat Teoritis

1) Bagi ilmu pengetahuan dan teknologi

a. Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan

dalam praktik keperawatan tentang dampak psikologis pada

remaja selama pandemi COVID -19.

b. Diharapkan dapat bermanfaat untuk informasi atau

penjelasan tentang dampak psikologis pada remaja selama

pandemi COVID -19.

c. Diharapkan dapat memperkaya jumlah penelitian tentang

dampak psikologis pada remaja selama pandemi COVID

-19
7

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Remaja

2.1.1 Definisi Remaja

Remaja adalah kelompok yang rentan dan mereka sedang mengalami masa

transisi yang sulit (Guessoum et al., 2020). Menurut DeBrun dalam (Saputro,

2018) mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak-

kanak dan dewasa. World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa

remaja memiliki rentang usia 10-19 tahun, dari data Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia (Permenkes) Nomer 25 tahun 2014, remaja mempunyai

rentang usia 10-18 tahun, dan dari data Badan Kependudukan dan Keluarga

Berencana Nasional (BKKBN) remaja mempunyai rentang usia 10-24 tahun dan

belum melakukan pernikahan. Karateristik – karateristik pada Masa remaja, masa

anak-anak, dewasa memiliki perbedaaan dan sifat khas masing-masing. Setiap

tahapan memiliki kondisi dan tuntutan yang berbeda (Diananda, 2019).

2.1.2 Ciri-ciri remaja

Menurut Sidik Jatmiko dalam (Saputro, 2018), kesulitan tersebut bermula

dari fakta tentang remaja yang memiliki beberapa perilaku khusus, yaitu:

1. Masa remaja semenjak mengekspresikan kebebasan mereka dan hak untuk

mengungkapkan pendapat mereka. Tidak terhidarkan, hal ini bisa jadi


8

2. menimbulkan perbedaan pendapat dan perdebatan, serta dapat memisahkan

mereka dari keluarganya.

3. Masa remaja makin rentan terhadap pengaruh pertemanan dibandingkan masa

kanak-kanak. Maknanya bahwa pengaruh orang tua semakin diremehkan.

Perilaku dan kebahagiaan remaja adalah kebalikan dari perilaku dan

kebahagiaan keluarga. Contoh umum termasuk gaya pakaian, gaya rambut,

kesukaan musik yang semuanya harus terbaru.

4. Masa remaja mendapati perubahan fisik yang menakjubkan, termasuk

pertumbuhan dan perilaku seksual. Timbulnya perasaan dalam seksual dapat

menakutkan, menggelisahkan dan sebagai asal mula rasa bersalah dan

kekecewaan.

5. Masa remaja terkadang memerankan kepercayaan diri berlebihan

(Overconfidence), dan emosi yang timbul serta emosinya biasa meningkat,

sehingga menyebabkan susah menyerap nasehat dan bimbingan dari orang tua.

2.1.4 Pertubuhan dan Perkembangan Remaja

Tugas pertumbuhan dan perkembangan menurut (Wulandari, 2014) yaitu :

1. Pertumbuhan Fisik Pertumbuhan berkembang pesat dan menggapai kemajuan

tertinggi. Masa remaja awal (11-14 tahun), ciri seksual sekunder muncul,

misalnya remaja perempuan memiliki payudara yang menonjol, remaja laki-

laki memiliki testis yang membesar, rambut ketiak, atau rambut pubis mulai

tumbuh. Pada pertengahan masa remaja (14-17 tahun) dan akhir masa remaja

(17-20 tahun) terwujud ciri-ciri sekunder yang baik, struktur reproduksi dan
9

pertumbuhan reproduksi mendekati sempurna, serta tubuh remaja yang

matang.

2. Kemampuan berpikir Pada periode awal, kaum remaja mengejar nilai dan

semangat baru serta membandingkan pada teman-temannya sesama kelompok

remaja. Pada saat yang serupa di akhir masa remaja, mereka bisa memahami

sepenuhnya kesulitan sebagai seorang yang telah terbentuk intelektualnya.

3. Identitas Pada periode awal, daya tarik teman-temannya memperlihatkan

melalui penerimaan maupun penolakan. Remaja berusaha berbagai macam

peran, memperbaiki citra diri, dan meningkatkan rasa cinta, memiliki banyak

fantasi hidup, dan idealis. Konsisten dalam harga diri, deskripsi terhadap citra

tubuh dan karakter gender hampir tidak berubah ditahap selanjutnya.

4. Hubungan dengan orang tua Kecenderungan besar untuk terus bergantung

kepada orangtua merupakan ciri khas tahap awal pada remaja. Pada periode

ini, tidak terdapat konflik besar dalam pengawasan orang tua. Masa remaja di

tahap pertengahan menghadapi pertentangan besar dalam kebebasan dan

pengaturan yang dibuat. Pada periode ini, terjadi desakkan besar dalam

menuntut pembebasan dan pelepasan diri. Pemisahan emosional dan fisik pada

orang tua mampu menjaga konflik yang minimal pada remaja akhir.

5. Hubungan dengan sebaya Remaja pada tahap awal dan pertengahan berusaha

menjalin kontak melalui teman seumurannya demi mengatasi

ketidaakseimbangan yang disebabkan melalui perubahan yang cepat, mereka

lebih akrab dengan persahabatan sesama gender, tapi mereka mulai menjelajah

keahlian dalam menarik lawan jenis. Remaja berusaha keras untuk menempati
10

posisi pada kelompok, kriteria perilaku ditentukan oleh kelompok

seumurannya, jadi pengakuan teman seumuran paling berharga. Pada tahap

akhir, kelompok seumurannya mengalami penurunan dalam bentuk

persahabatan pribadi. Remaja mulai mengakui apakah ada kaitan antara laki-

laki dan perempuan.

2.2. Macam-Macam Ganguan Psikologis

1. Depresi

Depresi adalah gangguan yang dapat terjadi akibat banyaknya peristiwa

kehidupan yang menimbulkan stres bagi seseorang (Qonitatin et al., 2011).

Sedangkan menurut WHO dalam (Dianovinina, 2018), Depresi adalah gangguan

mental yang umumnya ditandai dengan perasaan depresi, kehilangan minat atau

kesenangan, penurunan energi, perasaan bersalah atau rendah diri, sulit tidur atau

nafsu makan berkurang, perasaan kelelahan dan kurang konsentrasi. Kondisi

tersebut dapat menjadi kronis dan berulang, dan secara substansial dapat

mengganggu kemampuan individu dalam menjalankan tanggung jawab seharihari.

Di tingkat yang paling parah, depresi dapat menyebabkan bunuh diri.

Menurut Borgan dalam (Dianovinina, 2018), Depresi disebabkan oleh

beberapa faktor, baik faktor genetik, biologi, lingkungan, dan faktor psikologis.

Para peneliti terdahulu menemukan bahwa depresi melankolis, gangguan bipolar,

dan depresi postpartum, berkaitan dengan peningkatan kadar sitoksin yang

berkombinasi dengan penurunan sensitivitas kortisol.


11

2. Ketakutan atau Kecemasan

Istilah kecemasan dalam Bahasa Inggris yaitu anxiety yang berasal dari

Bahasa Latin angustus yang memiliki arti kaku, dan ango, anci yang berarti

mencekik (Annisa & Ifdil, 2016). Kecemasan adalah emosi yang tidak

menyenangkan, seperti perasaan tidak enak, perasaan kacau, was-was dan ditandai

dengan istilah kekhawatiran, keprihatinan, dan rasa takut yang kadang dialami

dalam tingkat dan situasi yang berbeda-beda (KUMBARA et al., 2019).

Gangguan kecemasan ini biasanya memiliki karakteristik ketakutan yang

berlebihan dan kecemasan juga perubahan perilaku. adapun Ciri khas gangguan

kecemasan adalah antisipasi yang berlebihan, atau meningkatnya tingkat perhatian

dan ketegangan saat mendekati situasi yang ditakuti, dan menghindari rangsangan

atau situasi yang memicu kecemasan, dengan keterbatasan fungsi lebih lanjut

(Maina et al., 2016).

2.3. Corona Virus 2019 (Covid-19)

2.3.1. Epidemiologi

Virus Korona adalah virus yang termasuk dalam keluarga SARS-CoV-2.

Virus ini berbentuk bulat dengan protein spike (S) yang menonjol dari permukaan

partikel virus (virion) dan memiliki materi genetik berupa RNA rantai tunggal.

Kata corona dalam bahasa Latin mengandung arti crown atau mahkota (Bárcena

et al., 2009; Neuman et al., 2006). . Jika dilihat dari mikroskop elektron, bentuk

partikel virus SARS-CoV-2 ini menyerupai mahkota sehingga disebut


12

coronavirus. Virus Korona adalah jenis virus berselubung dengan selubung lipid

bilayer yang berasal dari membran sel inang). Virus ini memiliki diameter sekitar

50-200nm (Prastyowati, 2020).

2.3.2. Gejala Infeksi Covid

Penting untuk memahami gejala klinis COVID-19, meskipun gejala klinis

yang ditunjukkan tidak spesifik. Gejala umum termasuk demam, batuk, mialgia,

dan kelelahan. Pasien awalnya mungkin datang dengan diare dan mual beberapa

hari sebelum demam demam yang dominan tetapi bukan gejala utama infeksi.

Sejumlah kecil pasien dapat mengalami sakit kepala atau hemoptisis dan relatif

asimtomatik. Laki-laki tua yang terkena dengan penyakit penyerta lebih mungkin

terkena mengalami gagal napas karena kerusakan alveolus yang parah.

Onset penyakit dapat menunjukkan perkembangan yang cepat menjadi

disfungsi organ (misalnya syok, sindrom gangguan pernapasan akut, akut cedera

jantung, dan cedera ginjal akut) dan bahkan kematian pada kasus yang parah.

Sedangkan penderita mungkin sudah normal atau menurunkan jumlah sel darah

putih, limfopenia, atau trombositopenia, dengan waktu tromboplastin aktif yang

diperpanjang dan peningkatan kadar protein C-reaktif. Di Singkatnya, COVID-19

harus dicurigai pada pasien dengan demam dan gejala saluran pernapasan atas

dengan limfopenia atau leukopenia, terutama pada mereka yang terpapar Wuhan

atau a riwayat kontak dekat dengan orang-orang dari Wuhan atau pasien

dipastikan mengidap COVID-19 (Shrestha & Shrestha, 2020).


13

2.3.3. Penularan Covid

SARS-CoV-2 dapat menular dari manusia ke manusia dengan masa

inkubasi virus setelah masuk tubuh sekitar 3-7 hari, bahkan hingga 14 hari (Zhu et

al., 2020). Selama itu, pasien dapat mudah menularkan virus secara langsung

melalui droplet pernapasan yang mengandung virus atau penularan secara tidak

langsung melalui kontak dengan benda-benda yang terkena droplet tersebut (Jin et

al., 2020). Adapun dugaan para ahli mengenai penularan virus melalui fekal oral-

penularan melalui mulut akibat benda, makanan, atau minuman yang telah

terkontaminasi kotoran pasien dan menurut WHO dalam (Prastyowati, 2020)

aerosol masih perlu dilakukan pengujian lebih lanjut.


14

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini akan diberikan uraian mengenai bagaimana penyusunan metode

penelitian yang akan dirangkai oleh peneliti. Dicantumkan diagram alir, desain

penelitian, strategi pencarian literatur dan cara analisis.

3.1 Protokol dan Registrasi

Rangkuman menyeluruh dalam literatur review mengenai dampak

psikologis pada remaja selama pandemic Covid-19 . Protokol dan evaluasi dari

literatur reveiw akan menggunakan PRISMA checklist untuk menentukan

penyeleksian studi yang telah ditemukan dan disesuaikan dengan tujuan dari

literatur review.

3.2 Desain Studi Literatur

Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif. Dimana penelitian kualitatif

penelitian kualitatif merupakan pendekatan penelitian yang mewakili paham

naturalistik (fenomenologis) (Mulyadi, 2013). Sedangkan jenis penelitian yang

digunakan adalah studi literatur. Menurut Creswell dalam (Habsy, 2017), studi

literatur adalah adalah ringkasan tertulis mengenai artikel dari jurnal, buku, dan

dokumen lain yang mendeskripsikan teori serta informasi baik masa lalu maupun

saat ini mengorganisasikan pustaka ke dalam topik dan dokumen yang

dibutuhkan.
15

Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian Traditional Review.

Traditional Review adalah metode tinjauan pustaka yang selama ini umum

dilakukan oleh para peneliti, dan hasilnya banyak kita temukan pada survey paper

yang ada. Paper-paper ilmiah yang direview dipilih sendiri oleh para peneliti pada

satu topik penelitian, dan dipilih berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang

dimiliki oleh seorang peneliti. Kelemahan dari traditional review adalah

tergantung kepada pengetahuan dan pengalaman peneliti, sehingga

memungkinkan terjadinya bias pada saat memilih paper-paper yang direview,

yang akhirnya berpengaruh pada kualitas survey paper yang dihasilkan.

3.3 Langkah-Langkah Penelusuran Literatur

Adapun langkah-Langkah Penelusuran Literatur yang dilakukan

adalah sebagai berikut :

1. Menentukan Topik

Tahun ini seluruh dunia sedang mengalami kepanikan yang luar biasa

karena ditemukan sebuah virus yaitu Covid-19, yang menyerang system

pernapasan pada manusia. Dan tahun 2020 ini virus ini resmi menjadi

pandemic secara global. Banyak bidang yang terdampak akibat virus ini, tidak

terkecuali psikologis remaja pada saat ini. Karena alas an itu maka diambillah

judul atau topik “Dampak Psikologis Pada Remaja Di Indonesia Selama

Pandemi Covid-19.”

2. Merumuskan PEOS
16

Dalam penelitian Literature ini yang menggunakan pencarian artikel

menggunakan PEOS framework, yang terdiri dari :

a. Population/problem, suatu masalah yang akan dianalisis. Dalam penelitian

ini adalah remaja

b. Exposure, hal yang akan diteliti. Dalam penelitian ini adalah Psikologis

remaja

c. Outcome, hasil yang diperoleh dari observasi penelitian. Dalam penelitian

ini adalah dampak psikologis pada remaja selama pandemic Covid-19

d. Study design, mereview desain penelitian yang digunakan pada artikel.

Dalam penelitian ini adalah Cross sectional study.

Berdasarkan data diatas maka dapat dibuat tabel seperti dibawah

ini,

Tabel 3.1
Rumusan PEOS

Remaja Psikologi Covid-19


(Teenager) (Psychological)

coronavirus disease
Teenager Anxiety
2019
OR OR OR
Youth Stress COVID-19 pandemic
OR OR
17

Adolescent
Psychological Stress
s
Dari tabel diatas dapat ditentukan Keyword Penelitian ini sebagai

berikut :

Keyword : (Teenager OR Youth OR Adolescents) AND (anxiety OR

Stress OR Psychological Stress) AND (Coronavirus disease

2019 OR COVID-19 pandemic).

4. Database Pencarian artikel

Data yang digunakan pada penelitan ini yaitu data sekunder yang

diperoleh bukan melalui observasi langsung, melainkan diperoleh dari

hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Sumber data

sekunder yang diperoleh berupa artikel atau jurnal yang berkaitan dengan

topik melalui database Scient Direct dan PuBMed.

5. Flowchart pencarian Artikel


18

Identification

Records identified through Records identified through


database searching on Pubmed database searching on ScientDirect
(n = 62) (n = 192)

Records excluded
(n = 209)
Records after duplicates removed 1. Don't focus on teenagers,
(n = 244) Youth, or Adolescents (n =
50)
Screening

2. Irrelevant with
pshycologica factor (n =
35)
Records screened 3. Outcome n = 139
(n = 35)

Full-text articles assessed Full-text articles with low


for eligibility quality
Eligibility

(n = 21) (n = 10)

Studies included in
qualitative synthesis
(n = 11)
Included

Studies included in
quantitative synthesis
(meta-analysis)
(n = 11)

Bagan 3.1
Flowchart Pencarian
19

6. Kriteria Inklusi dan Ekslusi

Adapun kriteria Inklusi dan Ekslusi dalam penelitian ini berdasarkan

PEOS Framework adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2
Kriteria Insklusi dan Ekslusi

Kriteria Inklusi Ekslusi


P (Population/problem) Artikel internasional dan Artikel internasional dan

nasional yang berkaitan nasional yang tidak

dengan topik penelitian berkaitan dengan topik

yaitu dampak psikologis penelitian yaitu dampak

remaja selama pandemic psikologis remaja selama

Covid-19 pandemic Covid-19


E (Exposure) Artikel internasional dan Artikel internasional dan

nasional yang berkaitan nasional yang tidak

dengan topik penelitian berkaitan dengan topik

yaitu dampak psikologis penelitian yaitu dampak

remaja psikologis remaja


O (Outcome) Dampak psikologis pada Tidak ada dampak

remaja selama pandemic psikologis terhadap

Covid 19 remaja
S (Study design) Mix methods study, Systematic review,

experimental study, literature review dan

survey study,cross Book chapters

sectional, analisis
20

korelasi, komparasi,

studi kualitatif
Tahun Terbit Jurnal maupun artikel Jurnal maupun artikel

yang diterbitkan setelah yang diterbitkan sebelum

tahun 2010 tahun 2010


Bahasa Bahasa inggris dan Selain bahasa inggris

bahasa Indonesia dan bahasa indonesia

7. Seleksi Artikel dan penilaian Kualitas

Seleksi jurnal dilakukan berdasarkan kriteria Inklusi dan Eksklusi

melalui bantuan aplikasi Mendeley sehingga dari 244 artikel yang ditemukan

dari dua database menjadi 11 jurnal yang nantinya akan dipilih 10 jural untuk

dianalisis lebih lanjut.

Pada poin penilaian Kualitas artikel penelitian ini menggunakan JBI

Critical Appraisal yang nantinya akan dilampiran.

3.4 Penyajian Jurnal

Pada Literature review ini dipadukan menggunakan pendekatan naratif

untuk mencapai tujuan dengan mengklarifikasikan data hasil ekstraksi yang

serupa berdasarkan hasil pengukuran. Jurnal penelitian yang memenuhi

kriteria inklusi, dan membuat abstrak jurnal meliputi nama peneliti, tahun

terbit, judul, metode dan hasil penelitian serta database. Adapun artikel yang

telah ditemukan sebagai berikut :


21
22

Tabel 3.3

Hasil pencarian Jurnal Literatur

No Author Judul Metode Hasil penelitian Database


1 Abid Hasan Khan Mst, The impact of COVID-19 A cross- 28,5 % responden Pubmed
Sadia Sultana, Sahadat pandemic on mental health & sectional study mengalami stres,
Hossain, M. Tasdik Hasan, wellbeing among 33,3% kecemasan,
Helal Uddin Ahmed Md, homequarantined Bangladeshi 46,92% depresi dari
Tajuddin Sikder (tahun students : A cross-sectional ringan ke
2020, volume 277) pilot study sangat parah, menurut
DASS 21 dan 69,31%
memiliki tekanan
khusus peristiwa dari
parah dalam hal
keparahan menurut
IES. Merasakan gejala
fisik sebagai COVID-
19
23

secara signifikan
terkait dengan
subscale stres DASS
(B = 3.71, 95% CI:
1.01 hingga 6.40),
DASS
subscale kecemasan
(B= 3,95, 95% CI:
1,95 hingga 5,96),
subscale depresi
DASS (B =3,82, 95%
CI:
0,97 hingga 6,67) dan
skala IES (B=7,52,
95% CI: 3,58 hingga
11,45).
2 Liuyi Ran, Wo Wang, Ming Psychological resilience, Cross-sectional Prevalensi depresi, Pubmed
Ai, Yiting Kong, Jianmei depression, anxiety, and kecemasan, gejala
analysis
Chen, Li Kuang. (Tahun somatization symptoms in somatisasi ditemukan
24

2020, volume 262) response to COVID-19: A 47,1%, 31,9%, 45,9%,


study of the general masing-masing, di
population in China at the antara semua peserta.
peak of its epidemic Dari mereka, 18,2%
menunjukkan gejala
depresi sedang hingga
berat,
8,8% menunjukkan
gejala kecemasan
sedang hingga berat,
dan 16,6%
menunjukkan gejala
somatisasi.
3 Leilei Liang, Hui Ren, The Effect of COVID-19 on cross-sectional Dalam penelitian ini, Pubmed
Ruilin Cao, Yueyang Hu, Youth Mental Health kami menyelidiki
study
Zeying Qin, Chuanen Li, faktor-faktor yang
Songli Mei (tahun 2020, mempengaruhi
Volume 67) masalah kesehatan
mental di kalangan
25

remaja
sekitar dua minggu
setelah terjadinya
COVID-19. Sekitar
40,4% dari
peserta dilaporkan
mengalami masalah
psikologis dan 14,4%
kelompok pemuda
dengan gejala PTSD.
Memiliki pendidikan
SMP atau di
bawahnya, menjadi
karyawan perusahaan,
Gejala PTSD dan
menggunakan
tindakan mengatasi
negatif adalah faktor-
faktor yang terkait
26

dengan gangguan
psikologis.
4 Eric A. Waselewski, M.D., Needs and Coping Behaviors Two open- Usia rata-rata 950 Pubmed
Marika E. Waselewski, of Youth in the U.S. During ended responden (RR 1/4
M.P.H., and Tammy Chang, COVID-19 80,9%) adalah 18,9
M.D., M.P.H., M.S. (tahun 2,8 tahun dengan
2020, volume 67) 52,1%
perempuan dan 63,8%
putih. Sementara
32,6% peserta merasa
sumber daya tersedia,
35,2% merasa
sumber daya sulit
diakses atau tidak
tersedia. Peserta juga
menggambarkan
kedua respons
emosional (27,4%)
dan strategi mengatasi
27

(69,8%). Sebagian
besar tanggapan
emosional negatif,
termasuk
gejala kecemasan atau
depresi. Strategi
mengatasi yang umum
dilaporkan termasuk
tetap terhubung dan
mempertahankan
kepositifan.
5 Senay Kilincel M.D. , Factors affecting the anxiety online cross- Kami memeriksa data Pubmed
Oguzhan Kilincel M.D. , levels of adolescents in home- sectional 745 remaja. Usia rata-
Gurkan Muratdag M.D. , quarantine during COVID-19 rata penelitian
Abdulkadir Aydin M.D. , pandemic in Turkey kelompok ini adalah
Mirac Baris Usta M.D. , 16,83 ± 1,66 tahun,
(tahun 2020, volume 27) dan 69,5% adalah
perempuan. Telah
ditentukan bahwa
28

88,2% remaja
mengikuti
perkembangan proses
COVID-19 dan
memperoleh sebagian
besar informasi dari
televisi. Kecemasan
negara terkait dengan
"Mantan
rujukan kejiwaan"
sebesar 4,39 kali lipat,
"Memiliki pasien
positif COVID dalam
keluarga atau
lingkungan Anda"
sebesar 3,81 kali lipat,
dan "Media yang
paling umum untuk
Informasi terkait
29

COVID" sebesar 2,41


kali lipat.
Shuang-Jiang Zhou, Li- Prevalence cross-sectional Prevalensi gejala Pubmed
Gang Zhang, Lei-Lei Wang, and socio-demographic study depresi, gejala
Zhao Chang Guo, Jing-Qi correlates of psychological kecemasan, dan
Wang, Jin-Cheng Chen, Mei health problems in Chinese kombinasi gejala
Liu, Xi Chen, Jing-Xu adolescents depresi dan
Chen. (tahun 2020) during the outbreak kecemasan
6
of COVID-19 masing-masing
43,7%, 37,4%, dan
31,3%, di antara siswa
SMA Tiongkok
selama wabah
COVID-19.
7 Carlo Buzzi, Maurizio The psycho-social effects of cross-sectional Remaja berpartisipasi Scientdirect
Tucci, Riccardo Ciprandi, COVID-19 on Italian study aktif dalam survei.
Ilaria Brambilla, Silvia adolescents’ attitudes and COVID-19
Caimmi, Giorgio Ciprandi, behaviors mempengaruhi emosi
Gian Luigi Marseglia (tahun dan gaya hidup.
2020) Covid-19
30

hubungan yang
dipengaruhi dengan
teman sebaya dan
orang tua. Ada
perbedaan regional.
8 Bella Savitsky, Yifat Anxiety and coping strategies A cross- Dilakukan di antara Scientdirect
Findling, Anat Ereli, Tova among nursing students sectional study semua 244 siswa di
Hendel (tahun 2020, volume during the covid-19 pandemic departemen
46) keperawatan selama
minggu penguncian
nasional. Tingkat
kecemasan dinilai
menggunakan
Generalized Anxiety
Disorder 7-Item Scale
dengan titik cut-off 10
untuk sedang dan 15
untuk kecemasan
parah. Analisis faktor
31

digunakan untuk
mengidentifikasi
Komponen.
Prevalensi kecemasan
sedang dan berat
masing-masing
sebesar 42,8% dan
13,1%. Jenis kelamin,
kurangnya
APD, dan ketakutan
akan infeksi secara
signifikan dikaitkan
dengan skor
kecemasan yang lebih
tinggi. Ketahanan dan
penggunaan yang
lebih kuat
humor dikaitkan
dengan tingkat
32

kecemasan yang jauh


lebih rendah,
sementara pelepasan
mental dengan
tingkat kecemasan.
9 Michael L. Tee , Cherica A. Psychological impact of A cross- Skor rata-rata IES-R Scientdirect
Tee , Joseph P. Anlacan , COVID-19 pandemic in the adalah 19,57 (SD =
sectional study
Katrina Joy G. Aligam , Philippines 13,12) sementara skor
Patrick Wincy C. Reyes , rata-rata DASS-21
Vipat Kuruchittham , Roger adalah 25,94
C. Ho (Tahun 2020, volume (SD=20,59). Secara
20) total, 16,3%
responden menilai
dampak psikologis
wabah ini cukup
parah; 16,9%
melaporkan gejala
depresi sedang hingga
berat; 28.8% memiliki
33

moderat-ke-parah
tingkat kecemasan;
dan 13,4% memiliki
tingkat stres sedang
hingga berat.
10 Mireia Orgilés, Alexandra Immediate psychological A cross- 85,7% orang tua Scientdirect
Morales, Elisa Delveccio, effects of the COVID-19 merasakan perubahan
sectional study
Claudia Mazzeschi, José P. quarantine in youth from Italy dalam keadaan
Espada, (tahun 2020, and Spain emosional anak-anak
volume 21) mereka dan
perilaku selama
karantina. Gejala yang
paling sering adalah
kesulitan
berkonsentrasi
(76,6%), kebosanan
(52%), lekas marah
(39%), kegelisahan
(38,8%), gugup
34

(38%),
perasaan kesepian
(31,3%), kegelisahan
(30,4%), dan
kekhawatiran
(30,1%), dan orang
tua Spanyol
melaporkan lebih
banyak gejala
daripada orang Italia.
Seperti yang
diharapkan, anak-anak
dari kedua negara
menggunakan monitor
lebih sering,
menghabiskan lebih
sedikit waktu untuk
melakukan aktivitas
fisik, dan tidur lebih
35

banyak jam selama


Karantina.
36

REFRENSI

Annisa, D. F., & Ifdil, I. (2016). Konsep Kecemasan (Anxiety) pada Lanjut Usia

(Lansia). Konselor, 5(2), 93. https://doi.org/10.24036/02016526480-0-00

Bárcena, M., Oostergetel, G. T., Bartelink, W., Faas, F. G. A., Verkleij, A.,

Rottier, P. J. M., Koster, A. J., & Bosch, B. J. (2009). Cryo-electron

tomography of mouse hepatitis virus: Insights into the structure of the

coronavirion. Proceedings of the National Academy of Sciences of the

United States of America, 106(2), 582–587.

https://doi.org/10.1073/pnas.0805270106

Diananda, A. (2019). Psikologi Remaja Dan Permasalahannya. Journal

ISTIGHNA, 1(1), 116–133. https://doi.org/10.33853/istighna.v1i1.20

Dianovinina, K. (2018). Depresi pada Remaja: Gejala dan Permasalahannya.

Journal Psikogenesis, 6(1), 69–78. https://doi.org/10.24854/jps.v6i1.634

Fitria, L., & Ifdil, I. (2020). Kecemasan remaja pada masa pandemi Covid -19.

Jurnal EDUCATIO: Jurnal Pendidikan Indonesia, 6(1), 1.

https://doi.org/10.29210/120202592

Guessoum, S. B., Lachal, J., Radjack, R., Carretier, E., Minassian, S., Benoit, L.,

& Moro, M. R. (2020). Adolescent psychiatric disorders during the COVID-

19 pandemic and lockdown. Psychiatry Research, 291, 113264.

https://doi.org/10.1016/j.psychres.2020.113264

Habsy, B. A. (2017). Seni Memehami Penelitian Kuliatatif Dalam Bimbingan Dan

Konseling : Studi Literatur. JURKAM: Jurnal Konseling Andi Matappa, 1(2),

90. https://doi.org/10.31100/jurkam.v1i2.56
37

Jin, Y. H., Cai, L., Cheng, Z. S., Cheng, H., Deng, T., Fan, Y. P., Fang, C.,

Huang, D., Huang, L. Q., Huang, Q., Han, Y., Hu, B., Hu, F., Li, B. H., Li,

Y. R., Liang, K., Lin, L. K., Luo, L. S., Ma, J., … Wang, X. H. (2020). A

rapid advice guideline for the diagnosis and treatment of 2019 novel

coronavirus (2019-nCoV) infected pneumonia (standard version). Medical

Journal of Chinese People’s Liberation Army, 45(1), 1–20.

https://doi.org/10.11855/j.issn.0577-7402.2020.01.01

Khan, A. H., Sultana, S., Hossain, S., Hasan, M. T., Ahmed, H. U., & Sikder, T.

(2020). The impact of COVID-19 pandemic on mental health & wellbeing

among home-quarantined Bangladeshi students: A cross-sectional pilot

study. Journal of Affective Disorders.

https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.jad.2020.07.135

Kılınçel, Ş., Kılınçel, O., Muratdağı, G., Aydın, A., & Usta, M. B. (2020). Factors

affecting the anxiety levels of adolescents in home-quarantine during

COVID-19 pandemic in Turkey. Asia-Pacific Psychiatry : Official Journal

of the Pacific Rim College of Psychiatrists, e12406.

https://doi.org/10.1111/appy.12406

KUMBARA, H., METRA, Y., & ILHAM, Z. (2019). Analisis Tingkat

Kecemasan (Anxiety) Dalam Menghadapi Pertandingan Atlet Sepak Bola

Kabupaten Banyuasin Pada Porprov 2017. Jurnal Ilmu Keolahragaan, 17(2),

28. https://doi.org/10.24114/jik.v17i2.12299

Maina, G., Mauri, M., & Rossi, A. (2016). Anxiety and depression. Journal of

Psychopathology, 22(4), 236–250.


38

https://doi.org/10.5005/jp/books/18030_26

Mulyadi, M. (2013). Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif Serta Pemikiran Dasar

Menggabungkannya. Jurnal Studi Komunikasi Dan Media, 15(1), 128.

https://doi.org/10.31445/jskm.2011.150106

Neuman, B. W., Adair, B. D., Yoshioka, C., Quispe, J. D., Orca, G., Kuhn, P.,

Milligan, R. A., Yeager, M., & Buchmeier, M. J. (2006). Supramolecular

Architecture of Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus Revealed

by Electron Cryomicroscopy. Journal of Virology, 80(16), 7918–7928.

https://doi.org/10.1128/jvi.00645-06

Prastyowati, A. (2020). Mengenal Karakteristik Virus SARS-CoV-2 Penyebab

Penyakit COVID-19 Sebagai Dasar Upaya Untuk Pengembangan Obat

Antivirus Dan Vaksin. BioTrends, 11(1), 1–10.

Qonitatin, N., Widyawati, S., & Asih, G. Y. (2011). Pengaruh Katarsis Dalam

Menulis Ekspresif Sebagai Intervensi Depresi Ringan Pada Mahasiswa.

Jurnal Psikologi Undip, 9(1). https://doi.org/10.14710/jpu.9.1

Ran, L., Wang, W., Ai, M., Kong, Y., Chen, J., & Kuang, L. (2020).

Psychological resilience, depression, anxiety, and somatization symptoms in

response to COVID-19: A study of the general population in China at the

peak of its epidemic. Social Science & Medicine, 262, 113261.

https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.socscimed.2020.113261

Saputro, K. Z. (2018). Memahami Ciri dan Tugas Perkembangan Masa Remaja.

Aplikasia: Jurnal Aplikasi Ilmu-Ilmu Agama, 17(1), 25.

https://doi.org/10.14421/aplikasia.v17i1.1362
39

Satgas Covid-19. (2020). Sebaran Covid-19 Di Indonesia.

Https://Covid19.Go.Id/. https://covid19.go.id/

Shrestha, R., & Shrestha, L. (2020). Coronavirus disease 2019 (Covid-19): A

pediatric perspective. Journal of the Nepal Medical Association, 58(227),

525–532. https://doi.org/10.31729/jnma.4977

Worldometer. (2020). Coronavirus Worldometer. Www.Worldometer.Info.

https://www.worldometers.info/coronavirus/

Wulandari, A. (2014). Karakteristik Pertumbuhan Perkembangan Remaja dan

Implikasinya Terhadap Masalah Kesehatan dan Keperawatannya. Jurnal

Keperawatan Anak, 2, 39–43.

https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JKA/article/view/3954

Zhou, S.-J., Li, ·, Zhang, -Gang, Wang, L.-L., Guo, Z.-C., Wang, J.-Q., Chen, J.-

C., Liu, · Mei, Chen, · Xi, & Chen, J.-X. (2020). Prevalence and socio-

demographic correlates of psychological health problems in Chinese

adolescents during the outbreak of COVID-19. European Child &

Adolescent Psychiatry, 29, 749–758. https://doi.org/10.1007/s00787-020-

01541-4

Zhu, N., Zhang, D., Wang, W., Li, X., Yang, B., Song, J., Zhao, X., Huang, B.,

Shi, W., Lu, R., Niu, P., Zhan, F., Ma, X., Wang, D., Xu, W., Wu, G., Gao,

G. F., & Tan, W. (2020). A Novel Coronavirus from Patients with

Pneumonia in China, 2019. New England Journal of Medicine, 382(8), 727–

733. https://doi.org/10.1056/nejmoa2001017

Anda mungkin juga menyukai