Penyebab, Penularan Dan Pengobatan Penyakit Tuberkulosis (TBC Atau TB)

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

PENYEBAB, PENULARAN DAN PENGOBATAN PENYAKIT TUBERKULOSIS (TBC

ATAU TB)
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...........................................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................................

1.1 Latar Belakang........................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................

1.3 Tujuan.....................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................

2.1 Ontologi Tuberkulosis (TB).....................................................................................

2.2 Epistemologi Tuberkulosis (TB)..............................................................................

2.3 Aksiologi Tuberkulosis (TB)...................................................................................

BAB III PENUTUP................................................................................................................

3.1 Kesimpulan..............................................................................................................

3.2 Saran........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LatarBelakang

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB


(Mycobacterium Tuberculosis). Penyakit ini paling sering menyerang paru-paru walaupun pada
sepertiga kasus menyerang organ tubuh lain dan ditularkan orang ke orang. Ini juga salah satu
penyakit tertua yang diketahui menyerang manusia. TB merupakan penyebab paling umum dari
infeksi kematian terkait penyakit di seluruh dunia. Meskipun tingkat TB menurun, penyakit ini
menjadi lebih umum di banyak bagian dunia. Selain itu, prevalensi TB yang resistan terhadap
obat meningkat di seluruh dunia. Mycobacterium tuberculosis, suatu basil tuberkel, adalah agen
penyebab TB. Bakteri ini termasuk dalam kelompok organisme yang berkaitan erat dengan M
africanum, M bovis, dan M-microti di kompleks TB M.

Tuberkulosis (TBC) adalah salah satu jenis penyakit menular yang disebabkan oleh
kuman "Mycobacterium Tuberculosis". Indonesia adalah negara ketiga di dunia yang
mempunyai penderita TBC terbanyak setelah Cina dan India. Di seluruh dunia terdapat sekitar 2-
3 juta orang meninggal akibat TBC setiap tahunnya. Sesungguhnya kematian akibat TBC dapat
dihindari. Setiap tahun sebesar 1% dari seluruh penduduk dunia sudah tertular oleh kuman TBC
(walaupun belum terjangkit oleh penyakitnya).

Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang bahaya penyakit TBC merupakan faktor


penghambat untuk pencegahan penyakit ini secara dini. Banyak buku dan dokter yang bisa
menjelaskan tentang diagnosa dan terapi penyakit TBC tetapi untuk memperoleh pengetahuan
itu, orang harus membeli buku atau berulang kali melakukan konsultasi dengan dokter.

Salah satu indikator keberhasilan MDGs yang harus dicapai oleh Indonesia dan negara
lainnya adalah pengendalian tuberkulosis (TB), yaitu menurunnya angka kesakitan dan angka
kematian TB menjadi setengahnya pada tahun 2015 dibandingkan angka tahun 1990. Di
Indonesia, TB Paru merupakan pembunuh nomor satu diantara penyakit menular yang
menyebabkan sekitar 100.000 kematian setiap tahunnya dan merupakan penyebab kematian
nomor tiga setelah penyakit jantung dan penyakit pernapasan akut pada seluruh kalangan usia.
Laporan WHO pada tahun 2009, mencatat peringkat Indonesia menurun ke posisi lima dengan
jumlah penderita TB sebesar 429 ribu orang. Lima negara dengan jumlah terbesar kasus insiden
pada tahun 2009 adalah India, Cina, Afrika Selatan, Nigeria dan Indonesia (WHO Global
Tuberculosis Control).

Pada Global Report WHO 2010, didapat data TB Indonesia, total seluruh kasus TB
tahun 2009 sebanyak 294731 kasus, dimana 169213 adalah kasus TB baru BTA positif, 108616
adalah kasus TB BTA negatif, 11215 adalah kasus TB extra paru, 3709 adalah kasus TB
kambuh, dan 1978 adalah kasus pengobatan ulang diluar kasus kambuh (retreatment, excl
relaps).

Beberapa program untuk mensosialisasikan bahaya TB telah dilakukan oleh Dinas


Kesehatan, yakni melatih dan menyiapkan seluruh Puskesmas, tiga balai pengobatan dan
pemberantasan penyakit paru/BP4, empat RS khusus paru/kusta, dan 170 RS pemerintah/swasta,
dan balai pengobatan swasta untuk memberikan pelayanan pengobatan TB dengan standar
WHO, yaitu Directly Observed Treatment Shortcause (DOTS). Selain itu, Pemerintah Provinsi
juga mengembangkan program TB dirumah sakit dengan membuat jejaring antara Rumah Sakit,
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Puskesmas yang dikemas dalam program Hospital DOTS
Linkage (HDL). Melakukan upaya pengendalian TB- HIV secara terpadu, melaksanakan
pengobatan TB yang kebal obat.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, dapat diambil rumusan masalah yaitu kajian tentang
Tuberkulosis (TB) yang ditinjau dari antologi, epistemologi, dan aksiologi.

1.3. Manfaat
1. Mengetahui antologi Tuberkulosis (TB).
2. Mengetahui epistemologi Tuberkulosis (TB).
3. Mengetahui aksiologi Tuberkulosis (TB).
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Ontologi Tuberkulosis (TB)

Secara ontologi Tuberkulosis (TB) Paru adalah penyakit infeksi pada jaringan paru yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Seseorang yang terinfeksi kuman TB tidak
selalu menjadi sakit. Beberapa minggu (2 – 12 minggu) setelah terinfeksi kuman akan
menimbulkan respons imunitas selular yang dapat ditunjukkan dengan uji tuberkulin. Menurut
Brunner dan Sudart (2002), TB juga dapat ditularkan kebagian tubuh lainnya, termasuk
meninges, ginjal, tulang dan nodus limfe. TB Paru anak adalah penyakit TB Paru yang mengenai
anak berusia 0 – 14 tahun yang digolongkan dalam kelompok umur 0 – 4 tahun dan 5 – 14 tahun.
Menurut WHO, terdapat lebih dari 8 juta kasus TB baru dengan jumlah kematian sebesar 3 juta
setiap tahun. Dari jumlah kematian tersebut terdapat sekitar 1,4 juta kasus dengan 450.000
kematian yang terdiri dari anak-anak.
Tuberculosis (TBC) adalah penyakit menular yang paling banyak menyebabkan
kematian dan menjadi ancaman berbahaya bagi kesehatan masyarakat. Pada tahun 2016, terdapat
274 kasus kematian per hari yang disebabkan oleh TB. Harus ada upaya serius untuk menekan
tingginya kasus TB baru yang mencapai 1.020.000 penderita pada tahun 2016 dan menjadikan
Indonesia sebagai negara dengan kasus TB terbesar ke-dua di dunia. Berdasarkan laporan Global
Tuberculosis Report WHO pada tahun 2017, Indonesia tercatat sebagai negara kedua dengan
penderita TBC terbanyak di dunia, yaitu 1.020.000 jiwa. TBC adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis. Ditemukan pertama kali pada tahun 1882,
atau 130 tahun lalu oleh Robert Koch.

Namun sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan dunia termasuk Indonesia.
TBC merupakan salah satu dari 10 penyebab kematian terbesar di dunia. Pada tahun 2016,
jumlah penderita TBC di seluruh dunia sebesar 10,4 juta dan menyebabkan kematian pada 1,7
juta orang diantaranya. Lebih dari 95% kematian pada penderita TB terjadi di negara dengan
penghasilan rendah dan menengah. Sebesar 64% penderita TBC di dunia terdapat di 7 negara,
yang dipimpin oleh India, kemudian diikuti oleh Indonesia, Tiongkok, Filipina, Pakistan, Nigeria
dan Afrika Selatan. Meskipun bakteri TBC memiliki kecenderungan menyerang paru-paru,
namun bakteri ini memiliki kemampuan menyerang berbagai organ tubuh lainnya, seperti selaput
otak, usus, tulang, kelenjar getah bening di leher dan ketiak. Proses penyebaran TBC terjadi
melalui udara, saat pasien batuk atau bersin (dan mengeluarkan percikan dahak) kemudian
terhirup oleh orang lain. Proses penularan terhadap orang lain sangat ditentukan dari banyaknya
kuman yang keluar dari pasien. Karenanya sangat penting bagi kita mengetahui etika batuk,
sehingga dapat mencegah penularan kepada orang lain, seperti; menggunakan masker, menutup
mulut dengan lengan saat batuk dan bersin. Lebih dari itu, sangat penting memiliki ventilasi yang
baik untuk mengurangi kuman yang terbang terbawa oleh udara. Perlu pula diketahui, kuman
TBC dapat terbunuh bila terkena sinar matahari langsung. TBC adalah suatu penyakit yang
memiliki kekhususan, proses pengobatannya terdiri dari kombinasi beberapa jenis obat dalam
jumlah dan dosis dan waktu tertentu, selama 6-9 bulan. Melalui proses pengobatan yang benar
sesuai dengan anjuran dokter, pasien TBC dapat disembuhkan. Menyikapi hal tersebut, U.S.
Agency for International Development (USAID), Forum Stop TB Partnership Indonesia (FSTPI)
dan para pemerhati TB di Indonesia menggelar kampanye #PeduliKitaPeduliTBC, untuk
mengimbau masyarakat Indonesia lebih peduli terhadap pencegahan penyebaran TBC di
Indonesia. Dalam siaran persnya mereka menjelaskan kampanye #PeduliKitaPeduliTBC
mengajak masyarakat untuk menyebarkan pesan kepedulian kepada sesama. Pesan kepedulian
ini ditujukan untuk mengedukasi masyarakat, bahwa TBC dapat disembuhkan dan mengajak
masyarakat untuk periksa ke instansi kesehatan terdekat. Hal ini ditujukan untuk menekan
penyebaran TBC di Indonesia, sehingga masyarakat Indonesia dapat terus menyebarkan
kebaikan yang ada pada diri mereka. Memberikan edukasi kepada masyarakat akan TBC
merupakan hal yang sangat penting. Saat menderita batuk berdahak lebih dari dua minggu,
sebaiknya segera periksa ke dokter untuk mendapatkan diagnosa yang tepat. Jika terbukti TBC,
ikuti petunjuk dokter dalam mengkonsumsi obat hingga sembuh, karena TBC bisa
disembuhkan.Kelalaian banyak terjadi saat proses pengobatan, dimana pasien tidak melanjutkan
mengkonsumsi obat saat merasa sudah sembuh.

2.2 Epistemologi Tuberkulosis (TB)


Secara epistemology, penularan TBC umumnya terjadi melalui udara. Ketika penderita
TBC aktif memercikkan lendir atau dahak saat batuk atau bersin, bakteri TB akan ikut keluar
melalui lendir tersebut dan terbawa ke udara. Selanjutnya, bakteri TB akan masuk ke tubuh
orang lain melalui udara yang dihirupnya.

Tuberkulosis atau yang biasa disebut dengan penyakit TB atau TBC disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini paling sering menyerang paru-paru. Namun,
ada organ tubuh lain yang juga dapat terserang penyakit TBC, yaitu tulang belakang, kelenjar
getah bening, kulit, ginjal, dan selaput otak.

Penyakit TBC tidak menular melalui kontak fisik (seperti berjabat tangan) atau
menyentuh peralatan yang telah terkontaminasi bakteri TB. Selain itu, berbagi makanan atau
minuman dengan penderita tuberkulosis juga tidak menyebabkan seseorang tertular penyakit ini.
Cara penularan yang sering terjadi yaitu, Saat batuk atau bersin, penderita TBC dapat
menyebarkan kuman yang terdapat dalam dahak ke udara. Dalam sekali batuk, penderita TBC
dapat mengeluarkan sekitar 3000 percikan dahak, Bakteri TB yang berada di udara bisa bertahan
berjam-jam, terutama jika ruangan gelap dan lembab, sebelum akhirnya terhirup oleh orang lain.
Umumnya penularan terjadi dalam ruangan di mana percikan dahak berada dalam waktu yang
lama. Orang-orang yang berisiko tinggi terkena penularan TBC adalah mereka yang sering
bertemu atau berdiam di tempat yang sama dengan penderita TBC, seperti keluarga, teman
sekantor, atau teman sekelas.

Meski demikian, pada dasarnya penularan TBC tidak semudah yang dibayangkan.
Tidak semua orang yang menghirup udara yang mengandung bakteri TB akan langsung
menderita TBC. Pada kebanyakan kasus, bakteri yang terhirup ini akan berdiam di paru-paru
tanpa menimbulkan penyakit atau menginfeksi orang lain. Bakteri tetap ada di dalam tubuh
sambil menunggu saat yang tepat untuk menginfeksi, yaitu ketika daya tahan tubuh sedang
lemah.

2.3 Aksiologi Tuberkulosis (TB)


Secara aksiologi, penyakit TBC saat ini dapat disembuhkan dengan pengobatan teratur.
Pengobatan yang teratur dapat pula mencegah penularan penyakit. Strategi DOTS (Directly
Observed Treatment Short-course) yang oleh WHO ditawarkan sebagai stategi dalam
penanggulan TBC, praktiknya di Indonesia disebut PMO atau Pengawas Menelan Obat untuk
memantau dan mengingatkan penderita TBC minum obat secara teratur. Oleh karena pengobatan
TBC butuh waktu yang lama maka peran PMO sangat penting. Puskesmas turut menentukan
PMO yang akan mendapingi pasien di puskesmas tersebut, agar hasil pengobatan optimal.
Seorang PMO biasanya dipilih dari keluarga penderita TBC. Berdasarkan penelitian Hayati Dewi
dan Musa Elly, 2016, PMO yang berkinerja baik adalah seorang perempuan karena seorang
perempuan lebih telaten dalam mengawasi dan merawat seorang yang sakit (insting keibuan).
Seorang PMO dapat membantu memberikan pendidikan kesehatan kepada penderita TBC agar
dia mau mengkontrol perilaku pencegahan terhadap TBC. Dengan demikian penularan TBC
dalam rumah dapat dihindari. Risiko penularanpun didalam rumah penderita akan berkurang.
Pemberdayaan PMO secara optimal dan mempertahankan kinerjanya oleh petugas kesehatan di
Puskesmas Betun penting. Obat anti Tuberkulosis (OAT) jika diminum secara tidak teratur dapat
menimbulkan drop out (DO). Penderita harus patuh berobat dan keyakinan diri bahwa
penyakitnya bisa sembuh dan tidak terjadi resistensi OAT. Dalam penelitian ini lebih banyak
penderita lakilaki, dan usia yang 60 tahun keatas cukup banyak ( 33,3%), sangat berisiko lupa
minum obatnya. Dukungan keluarga bagi seorang PMO penting. Keluarga sebagai pemberi
dukungan social penting berperan aktif dalam melindungi seluruh anggota keluarga dari penyakit
TBC ini. Keluarga perlu berperan aktif meningkatkan pengetahuan tentang perilaku pencegahan
dan promosi kesehatan agar dapat mempengaruhi penderita TBC untuk berperilaku hidup sehat.
Peran tenaga kesehatan dalam konseling, pendidikan kesehatan dan pengobatan TBC perlu
disampaikan kepada keluarga, karena pengobatan TBC memakan waktu 6 – 9 bulan. Keluarga
dapat membantu POM dan/atau tenaga kesehatan untuk keberhasilan penderita TBC dalam
pengobatan.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB
(Mycobacterium Tuberculosis). Penyakit ini paling sering menyerang paru-paru walaupun pada
sepertiga kasus menyerang organ tubuh lain dan ditularkan orang ke orang. Secara ontologi
Tuberkulosis (TB) Paru adalah penyakit infeksi pada jaringan paru yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Seseorang yang terinfeksi kuman TB tidak selalu menjadi sakit.
Beberapa minggu (2 – 12 minggu) setelah terinfeksi kuman akan menimbulkan respons imunitas
selular yang dapat ditunjukkan dengan uji tuberkulin. Menurut Brunner dan Sudart (2002), TB
juga dapat ditularkan kebagian tubuh lainnya, termasuk meninges, ginjal, tulang dan nodus limfe.
TB Paru anak adalah penyakit TB Paru yang mengenai anak berusia 0 – 14 tahun yang
digolongkan dalam kelompok umur 0 – 4 tahun dan 5 – 14 tahun. Menurut WHO, terdapat lebih
dari 8 juta kasus TB baru dengan jumlah kematian sebesar 3 juta setiap tahun. Dari jumlah
kematian tersebut terdapat sekitar 1,4 juta kasus dengan 450.000 kematian yang terdiri dari anak-
anak.

Secara epistemology, penularan TBC umumnya terjadi melalui udara. Ketika penderita


TBC aktif memercikkan lendir atau dahak saat batuk atau bersin, bakteri TB akan ikut keluar
melalui lendir tersebut dan terbawa ke udara. Selanjutnya, bakteri TB akan masuk ke tubuh
orang lain melalui udara yang dihirupnya.

Secara aksiologi, penyakit TBC saat ini dapat disembuhkan dengan pengobatan teratur.
Pengobatan yang teratur dapat pula mencegah penularan penyakit. Strategi DOTS (Directly
Observed Treatment Short-course) yang oleh WHO ditawarkan sebagai stategi dalam
penanggulan TBC, praktiknya di Indonesia disebut PMO atau Pengawas Menelan Obat untuk
memantau dan mengingatkan penderita TBC minum obat secara teratur.

3.2 Saran
Semoga dengan terbentuknya makalah ini, kami dapat memberikan pengetahuan yang
luas kepada semua orang yang membacanya dan terutama bagi mahasiswa dan mahasiswi.
Makalah ini kami persembahkan bagi perkembangan struktur pendidikan, semoga apa yang
tertulis dalam makalah ini selalu abadi dan memberikan berkah yang tiada hentinya dalam
kehidupan kita bersama.
DAFTAR PUSTAKA

Djannah, S. N., Suryani, D., & Purwati, D. A. (2009). Hubungan tingkat pengetahuan dan sikap
dengan perilaku pencegahan penularan TBC pada mahasiswa di asrama manokwari
Sleman Yogyakarta. Universitas Ahmad Dahlan.

Gero, S., & Sayuna, M. (2017). Pencegahan Penyakit Tbc Paru Yang Utama Dimulai Dari
Dalam Rumah Penderita. Jurnal Info Kesehatan, 15(1), 120-128.

Komariah, K., Perbawasari, S., Nugraha, A. R., & Budiana, H. R. (2013). Pola komunikasi
kesehatan dalam pelayanan dan pemberian informasi mengenai penyakit tbc pada
puskesmas di kabupaten bogor. Jurnal Kajian Komunikasi, 1(2), 173-185.

Karuniawati, H., Wahyuni, A. S., & Mirawati, H. (2015). Pengetahuan dan perilaku pasien
tuberkulosis terhadap penyakit dan pengobatannya. In Prosiding Seminar Nasional &
Internasional.

Yuda, H. T., Rosa, E. M., & Khoiriyati, A. (2015). GAMBARAN HASIL PENGOBATAN TBC
PADA LANSIADI PUSKESMAS GOMBONG I. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Keperawatan, 11(1).

Anda mungkin juga menyukai