Penyebab, Penularan Dan Pengobatan Penyakit Tuberkulosis (TBC Atau TB)
Penyebab, Penularan Dan Pengobatan Penyakit Tuberkulosis (TBC Atau TB)
Penyebab, Penularan Dan Pengobatan Penyakit Tuberkulosis (TBC Atau TB)
ATAU TB)
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...........................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................................
1.3 Tujuan.....................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................
3.2 Saran........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LatarBelakang
Tuberkulosis (TBC) adalah salah satu jenis penyakit menular yang disebabkan oleh
kuman "Mycobacterium Tuberculosis". Indonesia adalah negara ketiga di dunia yang
mempunyai penderita TBC terbanyak setelah Cina dan India. Di seluruh dunia terdapat sekitar 2-
3 juta orang meninggal akibat TBC setiap tahunnya. Sesungguhnya kematian akibat TBC dapat
dihindari. Setiap tahun sebesar 1% dari seluruh penduduk dunia sudah tertular oleh kuman TBC
(walaupun belum terjangkit oleh penyakitnya).
Salah satu indikator keberhasilan MDGs yang harus dicapai oleh Indonesia dan negara
lainnya adalah pengendalian tuberkulosis (TB), yaitu menurunnya angka kesakitan dan angka
kematian TB menjadi setengahnya pada tahun 2015 dibandingkan angka tahun 1990. Di
Indonesia, TB Paru merupakan pembunuh nomor satu diantara penyakit menular yang
menyebabkan sekitar 100.000 kematian setiap tahunnya dan merupakan penyebab kematian
nomor tiga setelah penyakit jantung dan penyakit pernapasan akut pada seluruh kalangan usia.
Laporan WHO pada tahun 2009, mencatat peringkat Indonesia menurun ke posisi lima dengan
jumlah penderita TB sebesar 429 ribu orang. Lima negara dengan jumlah terbesar kasus insiden
pada tahun 2009 adalah India, Cina, Afrika Selatan, Nigeria dan Indonesia (WHO Global
Tuberculosis Control).
Pada Global Report WHO 2010, didapat data TB Indonesia, total seluruh kasus TB
tahun 2009 sebanyak 294731 kasus, dimana 169213 adalah kasus TB baru BTA positif, 108616
adalah kasus TB BTA negatif, 11215 adalah kasus TB extra paru, 3709 adalah kasus TB
kambuh, dan 1978 adalah kasus pengobatan ulang diluar kasus kambuh (retreatment, excl
relaps).
1.3. Manfaat
1. Mengetahui antologi Tuberkulosis (TB).
2. Mengetahui epistemologi Tuberkulosis (TB).
3. Mengetahui aksiologi Tuberkulosis (TB).
BAB II
PEMBAHASAN
Secara ontologi Tuberkulosis (TB) Paru adalah penyakit infeksi pada jaringan paru yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Seseorang yang terinfeksi kuman TB tidak
selalu menjadi sakit. Beberapa minggu (2 – 12 minggu) setelah terinfeksi kuman akan
menimbulkan respons imunitas selular yang dapat ditunjukkan dengan uji tuberkulin. Menurut
Brunner dan Sudart (2002), TB juga dapat ditularkan kebagian tubuh lainnya, termasuk
meninges, ginjal, tulang dan nodus limfe. TB Paru anak adalah penyakit TB Paru yang mengenai
anak berusia 0 – 14 tahun yang digolongkan dalam kelompok umur 0 – 4 tahun dan 5 – 14 tahun.
Menurut WHO, terdapat lebih dari 8 juta kasus TB baru dengan jumlah kematian sebesar 3 juta
setiap tahun. Dari jumlah kematian tersebut terdapat sekitar 1,4 juta kasus dengan 450.000
kematian yang terdiri dari anak-anak.
Tuberculosis (TBC) adalah penyakit menular yang paling banyak menyebabkan
kematian dan menjadi ancaman berbahaya bagi kesehatan masyarakat. Pada tahun 2016, terdapat
274 kasus kematian per hari yang disebabkan oleh TB. Harus ada upaya serius untuk menekan
tingginya kasus TB baru yang mencapai 1.020.000 penderita pada tahun 2016 dan menjadikan
Indonesia sebagai negara dengan kasus TB terbesar ke-dua di dunia. Berdasarkan laporan Global
Tuberculosis Report WHO pada tahun 2017, Indonesia tercatat sebagai negara kedua dengan
penderita TBC terbanyak di dunia, yaitu 1.020.000 jiwa. TBC adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis. Ditemukan pertama kali pada tahun 1882,
atau 130 tahun lalu oleh Robert Koch.
Namun sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan dunia termasuk Indonesia.
TBC merupakan salah satu dari 10 penyebab kematian terbesar di dunia. Pada tahun 2016,
jumlah penderita TBC di seluruh dunia sebesar 10,4 juta dan menyebabkan kematian pada 1,7
juta orang diantaranya. Lebih dari 95% kematian pada penderita TB terjadi di negara dengan
penghasilan rendah dan menengah. Sebesar 64% penderita TBC di dunia terdapat di 7 negara,
yang dipimpin oleh India, kemudian diikuti oleh Indonesia, Tiongkok, Filipina, Pakistan, Nigeria
dan Afrika Selatan. Meskipun bakteri TBC memiliki kecenderungan menyerang paru-paru,
namun bakteri ini memiliki kemampuan menyerang berbagai organ tubuh lainnya, seperti selaput
otak, usus, tulang, kelenjar getah bening di leher dan ketiak. Proses penyebaran TBC terjadi
melalui udara, saat pasien batuk atau bersin (dan mengeluarkan percikan dahak) kemudian
terhirup oleh orang lain. Proses penularan terhadap orang lain sangat ditentukan dari banyaknya
kuman yang keluar dari pasien. Karenanya sangat penting bagi kita mengetahui etika batuk,
sehingga dapat mencegah penularan kepada orang lain, seperti; menggunakan masker, menutup
mulut dengan lengan saat batuk dan bersin. Lebih dari itu, sangat penting memiliki ventilasi yang
baik untuk mengurangi kuman yang terbang terbawa oleh udara. Perlu pula diketahui, kuman
TBC dapat terbunuh bila terkena sinar matahari langsung. TBC adalah suatu penyakit yang
memiliki kekhususan, proses pengobatannya terdiri dari kombinasi beberapa jenis obat dalam
jumlah dan dosis dan waktu tertentu, selama 6-9 bulan. Melalui proses pengobatan yang benar
sesuai dengan anjuran dokter, pasien TBC dapat disembuhkan. Menyikapi hal tersebut, U.S.
Agency for International Development (USAID), Forum Stop TB Partnership Indonesia (FSTPI)
dan para pemerhati TB di Indonesia menggelar kampanye #PeduliKitaPeduliTBC, untuk
mengimbau masyarakat Indonesia lebih peduli terhadap pencegahan penyebaran TBC di
Indonesia. Dalam siaran persnya mereka menjelaskan kampanye #PeduliKitaPeduliTBC
mengajak masyarakat untuk menyebarkan pesan kepedulian kepada sesama. Pesan kepedulian
ini ditujukan untuk mengedukasi masyarakat, bahwa TBC dapat disembuhkan dan mengajak
masyarakat untuk periksa ke instansi kesehatan terdekat. Hal ini ditujukan untuk menekan
penyebaran TBC di Indonesia, sehingga masyarakat Indonesia dapat terus menyebarkan
kebaikan yang ada pada diri mereka. Memberikan edukasi kepada masyarakat akan TBC
merupakan hal yang sangat penting. Saat menderita batuk berdahak lebih dari dua minggu,
sebaiknya segera periksa ke dokter untuk mendapatkan diagnosa yang tepat. Jika terbukti TBC,
ikuti petunjuk dokter dalam mengkonsumsi obat hingga sembuh, karena TBC bisa
disembuhkan.Kelalaian banyak terjadi saat proses pengobatan, dimana pasien tidak melanjutkan
mengkonsumsi obat saat merasa sudah sembuh.
Tuberkulosis atau yang biasa disebut dengan penyakit TB atau TBC disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini paling sering menyerang paru-paru. Namun,
ada organ tubuh lain yang juga dapat terserang penyakit TBC, yaitu tulang belakang, kelenjar
getah bening, kulit, ginjal, dan selaput otak.
Penyakit TBC tidak menular melalui kontak fisik (seperti berjabat tangan) atau
menyentuh peralatan yang telah terkontaminasi bakteri TB. Selain itu, berbagi makanan atau
minuman dengan penderita tuberkulosis juga tidak menyebabkan seseorang tertular penyakit ini.
Cara penularan yang sering terjadi yaitu, Saat batuk atau bersin, penderita TBC dapat
menyebarkan kuman yang terdapat dalam dahak ke udara. Dalam sekali batuk, penderita TBC
dapat mengeluarkan sekitar 3000 percikan dahak, Bakteri TB yang berada di udara bisa bertahan
berjam-jam, terutama jika ruangan gelap dan lembab, sebelum akhirnya terhirup oleh orang lain.
Umumnya penularan terjadi dalam ruangan di mana percikan dahak berada dalam waktu yang
lama. Orang-orang yang berisiko tinggi terkena penularan TBC adalah mereka yang sering
bertemu atau berdiam di tempat yang sama dengan penderita TBC, seperti keluarga, teman
sekantor, atau teman sekelas.
Meski demikian, pada dasarnya penularan TBC tidak semudah yang dibayangkan.
Tidak semua orang yang menghirup udara yang mengandung bakteri TB akan langsung
menderita TBC. Pada kebanyakan kasus, bakteri yang terhirup ini akan berdiam di paru-paru
tanpa menimbulkan penyakit atau menginfeksi orang lain. Bakteri tetap ada di dalam tubuh
sambil menunggu saat yang tepat untuk menginfeksi, yaitu ketika daya tahan tubuh sedang
lemah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB
(Mycobacterium Tuberculosis). Penyakit ini paling sering menyerang paru-paru walaupun pada
sepertiga kasus menyerang organ tubuh lain dan ditularkan orang ke orang. Secara ontologi
Tuberkulosis (TB) Paru adalah penyakit infeksi pada jaringan paru yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Seseorang yang terinfeksi kuman TB tidak selalu menjadi sakit.
Beberapa minggu (2 – 12 minggu) setelah terinfeksi kuman akan menimbulkan respons imunitas
selular yang dapat ditunjukkan dengan uji tuberkulin. Menurut Brunner dan Sudart (2002), TB
juga dapat ditularkan kebagian tubuh lainnya, termasuk meninges, ginjal, tulang dan nodus limfe.
TB Paru anak adalah penyakit TB Paru yang mengenai anak berusia 0 – 14 tahun yang
digolongkan dalam kelompok umur 0 – 4 tahun dan 5 – 14 tahun. Menurut WHO, terdapat lebih
dari 8 juta kasus TB baru dengan jumlah kematian sebesar 3 juta setiap tahun. Dari jumlah
kematian tersebut terdapat sekitar 1,4 juta kasus dengan 450.000 kematian yang terdiri dari anak-
anak.
Secara aksiologi, penyakit TBC saat ini dapat disembuhkan dengan pengobatan teratur.
Pengobatan yang teratur dapat pula mencegah penularan penyakit. Strategi DOTS (Directly
Observed Treatment Short-course) yang oleh WHO ditawarkan sebagai stategi dalam
penanggulan TBC, praktiknya di Indonesia disebut PMO atau Pengawas Menelan Obat untuk
memantau dan mengingatkan penderita TBC minum obat secara teratur.
3.2 Saran
Semoga dengan terbentuknya makalah ini, kami dapat memberikan pengetahuan yang
luas kepada semua orang yang membacanya dan terutama bagi mahasiswa dan mahasiswi.
Makalah ini kami persembahkan bagi perkembangan struktur pendidikan, semoga apa yang
tertulis dalam makalah ini selalu abadi dan memberikan berkah yang tiada hentinya dalam
kehidupan kita bersama.
DAFTAR PUSTAKA
Djannah, S. N., Suryani, D., & Purwati, D. A. (2009). Hubungan tingkat pengetahuan dan sikap
dengan perilaku pencegahan penularan TBC pada mahasiswa di asrama manokwari
Sleman Yogyakarta. Universitas Ahmad Dahlan.
Gero, S., & Sayuna, M. (2017). Pencegahan Penyakit Tbc Paru Yang Utama Dimulai Dari
Dalam Rumah Penderita. Jurnal Info Kesehatan, 15(1), 120-128.
Komariah, K., Perbawasari, S., Nugraha, A. R., & Budiana, H. R. (2013). Pola komunikasi
kesehatan dalam pelayanan dan pemberian informasi mengenai penyakit tbc pada
puskesmas di kabupaten bogor. Jurnal Kajian Komunikasi, 1(2), 173-185.
Karuniawati, H., Wahyuni, A. S., & Mirawati, H. (2015). Pengetahuan dan perilaku pasien
tuberkulosis terhadap penyakit dan pengobatannya. In Prosiding Seminar Nasional &
Internasional.
Yuda, H. T., Rosa, E. M., & Khoiriyati, A. (2015). GAMBARAN HASIL PENGOBATAN TBC
PADA LANSIADI PUSKESMAS GOMBONG I. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Keperawatan, 11(1).