MAKALAH DAN ASUHAN KEPERAWATAN TUMOR MEDULA SPINALIS - Kel 4
MAKALAH DAN ASUHAN KEPERAWATAN TUMOR MEDULA SPINALIS - Kel 4
MAKALAH DAN ASUHAN KEPERAWATAN TUMOR MEDULA SPINALIS - Kel 4
MEDULA SPINALIS”
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 4 :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunianya
kami dapat menyelesaikan tugas Makalah dan Asuhan Keperawatan “ Tumor Medula Spinalis”.
Kami kelompok sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah
yang telah kami buat , tidak ada sesuatu yang sempurrna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah
sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini
dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan di masa depan.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tumor medula spinalis memang merupakan salah satu penyakit yang jarang terjadi dan
karena itulah anak, masyarakat yang belum mengetahui gejala-gejala serta apa saja dari
penyakit ini. pada umumnya penderita yang datang berobat ke dokter atau ke rumah sakit
sudah dalam keadaan parah dan stadium lanjut sehingga cara penanggulangannya hanya
bersifat life-saving
Jumlah kasus tumor medula spinalis di Amerika Serikat mencapai 15% dari total jumlah
tumor yang terjadi pada susunan saraf pusat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana defisini dari tumor medula spinalis?
2. Bagaimana etiologi tumor medula spinalis?
3. Bagaimana patofisiologi tumor medula spinalis?
4. Bagaimana pathway tumor medula spinalis?
5. Bagaimana manifestasi klinis medula spinalis?
6. Bagaimana penatalaksanaan medulas pinalis?
7. Bagaimana pemeriksaan diagnostik tumor medula spinalis?
8. Bagaimana komplikasi tumor medula spinalis?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada tumor medula spinalis?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui dan memahami definisi tumor medula spinalis
2. Untuk mengetahui dan memahami etiologi tumor medula spinalis
3. Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi tumor medula spinalis
4. Untuk mengetahui dan memahami pathway tumor medula spinalis
5. Untuk mengetahui dan memahami manifestasi klinis medula spinalis
6. Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan medula spinalis
7. Untuk mengetahui dan memahami pemeriksaan diagnostik medula spinalis
8. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana komplikasi tumor medula spinalis
9. Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada tumor medula
spinalis.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Tumor medula spinalis adalah tumor di daerah spinal dimulai dari daerah servikal
pertama hingga sakral, dan dibedakan atas;
1. Tumor primer:
a. jinak berasal dari tulang; Osteoma dan Kondroma, serabut saraf;
Schwannoma, selaput otak; Meningioma, jaringan otak; Glioma,
Ependimoma.
b. ganas berasal dari jaringan saraf; Astrocytoma, Neuroblastoma, sel muda;
Kordoma.
2. Tumor sekunder: merupakan anak sebar (metastase) dari tumor ganas di
daerah rongga dada, perut, pelvis dan tumor payudara.
a. Jumlah penderita tumor medula spinalis di Indonesia belum diketahui
secara pasti. Jumah kasus tumor medula spinalis di Amerika Serikat
mencapai 15% dari total jumlah tumor yang terjadi pada susunan saraf
pusat dengan perkiraan insidensi sekitar 0,52,5 kasus per 100.000
penduduk per tahun. Jumlah penderita pria hampir sama dengan wanita
dengan sebaran usia antara 30 hingga 50 tahun. Penyebaran 25% tumor
terletak di segmen servikal, 55% di segmen thorakal dan 20% terletak di
segmen lumbosakral.
Tumor medula spinalis merupakan suatu diagnosis banding yang penting pada pasien
dengan gejala mielopati, radikulopati serta nyeri leher dan punggung. Tumor intradural
intramedular yang tersering adalah ependymoma, astrositoma dan hemangioblastoma.1,2
Diperkirakan 3% dari frekuensi astrositoma pada susunan saraf pusat tumbuh pada medula
spinalis. Tumor ini dapat muncul pada semua umur, tetapi yang tersering pada tiga dekade
pertama. Astrositoma juga merupakan tumor spinal intramedular yang tersering pada usia
anak-anak, tercatat sekitar 90% dari tumor intramedular pada anak-anak dibawah umur 10
tahun, dan sekitar 60% pada remaja. Diperkirakan 60% dari astrositoma spinalis berlokasi di
segmen servikal dan servikotorakal. Tumor ini jarang ditemukan pada segmen torakal,
lumbosakral atau pada conus medularis.
B. Etiologi
Tumor medula spinalis adalah pertumbuhan abnormal yang terjadi pada saraf yang
terdapat pada tulang belakang. Tumor pada medula spinalis dapat terjadi secara
primer atau berasal dari medula spinalis itu sendiri, atau sekunder dan berasal dari
tumor didaerah lain seperti payudara, tulang, otak atau ovarium. Tumor medula
spinalis memiliki lebih banyak tipe bila dilihat secara spesifik. Ada yang disebut
astrocytoma, chordoma, ependymoma, glioma, meningioma, neurofibroma dan
schwannoma. Biasanya dibutuhkan pemeriksaan khusus untuk mengetahui hal ini.
Orang dengan tumor medula spinalis biasanya merasakan berbagai macam gejala
seiring dengan semakin bertumbuhnya tumor tersebut. Diantara gejalanya adalah:
- Nyeri pada letak tumor tersebut
- Nyeri pada punggung yang bisa saja menjalar ke
bagian lain dan semakin parah disaat malam hari
- Sulit merasa nyeri, panas dan dingin
- Kehilangan fungsi pencernaan, sulit BAB atau
diare
- Sulit berjalan, terkadang jatuh
- Kelemahan otot
C. Patofisiologi
Tumor spinal dapat tumbuh di luar dura (ekstradural) atau di dalam lapisan dura
(intradural). Tumor intradural-intramedula hanya 5%. Schwanoma merupakan jenis
yang tersering (53,7%) dengan insidensi laki-laki lebih sering dari pada
perempuan, pada usia 40-60 tahun dan tersering pada daerah lumbal. Meningioma
merupakan tumor kedua tersering pada kelompok intradural-ekstramedullar tumor.
Meningioma menempati kira-kira 25% dari semua tumor spinal. Tanda dan gejala
kompresi korda spinalis terdiri dari sensorik (nyeri, mati rasa dan paresthesia),
motorik dan gangguan otonom.
D. Pathway
E. Manifestasi klinis
Perjalanan penyakit tumor medula spinalis terbagi dalam tiga tahapan, yaitu:
1. Ditemukannya sindrom radikuler unilateral dalam jangka waktu yang lama
2. Sindroma Brown Sequard
3. Kompresi total medula spinalis atau paralisis bilateral
Keluhan pertama dari tumor medula spinalis dapat berupa nyeri radikuler, nyeri
vertebrae, atau nyeri funikuler. Secara statistik adanya nyeri radikuler merupakan
indikasi pertama adanya space occupying lesion pada kanalis spinalis dan disebut
pseudo neuralgia pre phase. Dilaporkan 68% kasus tumor spinal sifat nyerinya
radikuler, laporan lain menyebutkan 60% berupa nyeri radikuler, 24% nyeri funikuler
dan 16% nyerinya tidak jelas. Nyeri radikuler dicurigai disebabkan olch tumor medula
spinalis bila :
1. Nyeri radikuler hebat dan berkepanjangan, disertai gejala traktus piramidalis
2. Lokasi nyeri radikuler diluar daerah predileksi HNP seperti C5.7,L3-4, L5 dan
SI
Tumor medula spinalis yang sering menyebabkan nyeri radikuler adalah tumor
yang terletak intradural-ekstramodular, sedang tumor intramedular jarang
menyebabkan nyeri radikuler. Padi tumor ckstradural sifat nyeri radikcdemya
biasanya hebat dan mengenai beberapa radiks.
Tumor-tumor intrammeduler dan intradural-ekstrameduler dapat juga diawali
dengan gejala TTIK seperti: hidrosefalus, nyeri kepala, mual dan muntah, papiledema,
gangguan penglihatan, dan gangguan gaya berjalan. Tumor-tumor neurinoma dan
ependimoma mensckresi sejumlah besar protein ke dalam likuor, yang dapat
menghambat aliran likuor di dalam kompartemen subarakhnaid spinal, dan kejadian
ini dikemukakan sebagai suatu hipotesa yang menerangkan kejadian hidrosefalus
sebagai gejala klinis dani neplasma intraspinal primer.
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan berdasar evaluasi radiografik V tergantung pada
penemuan masa epidural. Berikut pembagiannya tidak ditemukan masa epidural.
Penatalaksanaan adalah rawat tumor primer misalnya dengan sistemik kemoterapi;
terapi radiasi lokal pada lesi bertulang; analgesik untuk nyeri. Ditemukan lesi
epidural, lakukan bedah atau radiasi, biasanya 3000-4000 cGy pada 10x
perawatan dengan perluasan dua level di atas dan di bawah lesi; radiasi biasanya
seefektif seperti laminektomi dengan komplikasi yang lebih sedikit.
Penatalaksanaan darurat berupa pembedahan/radiasi berdasarkan derajat blok dan
kecepatan deteriorasi 2,6,12,19,22:1) Apabila >80% blok komplit atau perburukan
yang cepat: penatalaksanaan dilakukan segera mungkin (bila merawat dengan
radiasi, teruskan deksamethason keesokan harinya dengan 24 mg IV setiap6 jam
selama 2 hari, lalu diturunkan atau tapperingselama radiasi, selama 2 minggu.2)
Apabila <80% blok: perawatan rutin (untuk radiasi, lanjutkan deksamethason 4
mg selama 6 jam, diturunkan (tappering) selama perawatan sesuai
toleransi.Terapi radiasi direkomendasikan umtuk tumor intramedular yang tidak dapat
diangkat dengan sempurna. Dosisnya antara 45 dan 54 Gy.
G. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik secara umum dapat dilakukan:
2. Pemeriksaan sinar X
3. CT. Scan
4. MRI
5. Analisa Gas Darah
6. Elektrolit
7. Tumor Ekstradural
a. Radiogram tulung belakang
Akan memperhatikan osteoporosis atau kerusakan nyata pada korpus vertebrata
dan pedikel
b. Myelogram
Memastikan lokalisasi tumor
c. Pemeriksaan LCS
Akan memperlihatkan peningkatan kadar protein dan kadar glukosa yang normal
8. Tumor Intradural
a. Radiogram tulang punggung memperhatikan pembesaran foramen dan
penipisan pedikel yang berdekatan
b. Myelogram
Menetukan lokalisasi yang cepat
H. Komplikasi
1. Neurogenik shock
Syok Neurogenik adalah kondisi medis yang ditandai dengan ketidakcukupan
aliran darah ke tubuh yang disebabkan karena gangguan sistem saraf yang
mengendalikan konstriksi dari pembuluh-pembuluh darah. Gangguan ini
menyebabkan kehilangan sinyal saraf tiba-tiba, yang menyebabkan terjadinya
relaksasi dan pelebaran pembuluh-pembuluh darah
2. Hipoksia.
Hipoksia merupakan kondisi di mana berkurangnya suplai oksigen ke jaringan di
bawah level normal yang tentunya tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh.
3. Hipoventilasi
Hipoventilasi adalah kurangnya ventilasi dibandingkan dengan kebutuhan
metabolik, sehingga terjadi peningkatan PCO2 dan asidosis respiratorik
4. Instabilitas spinal
Instabilitas spinal adalah hilangnya kemampuan jaringan lunak pada spinal (contoh
: ligamen, otot dan diskus) untuk mempertahankan kontrolintersegmental saat
terjadinya beban atau stress fisiologis.
5. Orthostatic Hipotensi
Hipotensi ortostatik adalah penurunan tekanan darah yang terjadi tibatiba saat
berubah posisi dari telentang ke posisi duduk atau tegak. Hal ini lebih sering pada
pasien yang mengambil obat antihipertensi. Gejala seperti lemah tiba-tiba, pusing,
terasa pingsan dan pingsan dapat terjadi.
6. Ileus Paralitik
Ileus paralitik adalah keadaan abdomen akut berupa kembung distensi usus karena
usus tidak dapat bergerak (mengalami dismolititas).
7. Infeksi saluran
kemih Infeksi Saluran Kemih adalah infeksi bakteri yang mengenai bagian dari
saluran kemih. Ketika mengenai saluran kemih bawah dinamai sistitis (infeksi
kandung kemih) sederhana, dan ketika mengenai saluran kemih atas dinamai
pielonefritis (infeksi ginjal).
8. Kontraktur
Kontraktur adalah hilangnya atau kurang penuhnya lingkup gerak sendi secara
pasif maupun aktif karena keterbatasan sendi, fibrosis jaringan penyokong, otot
dan kulit.
9. Dekubitus
Dekubitus adalah kerusakan/kematian kulit sampai jaringan dibawah kulit, bahkan
menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan pada suatu area
secara terus menerus sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat.
Dekubitus atau luka tekan adalah kerusakan jaringan yang terlokalisir yang
disebabkan karena adanya kompresi jaringan yang lunak diatas tulang yang
menonjol (bony prominence) dan adanya tekanan dari luar dalam jangka waktu
yang lama.
10. Inkontinensia blader
Inkontinensia urine merupakan eliminasi urine dari kandung kemih yang tidak
terkendali atau terjadi di luar keinginan. (Brunner&Suddarth, 2002).
11. Konstipasi (Fransisca B. Batticaca 2008)
Konstipasi adalah kondisi tidak bisa buang air besar secara teratur atau tidak bisa
sama sekali. Jika mengalaminya, Anda biasanya akan mengalami gejala-gejala
tertentu. Misalnya tinja Anda menjadi keras dan padat dengan ukuran sangat besar
atau sangat kecil.
I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, alamat dan
identitas penanggung jawab misalnya suami.
b. Riwayat Kesehatan, meliputi keluhan saat masuk rumah sakit dan keluhan
utama saat ini.
c. Aktivitas/istirahat : kelemahan/ keletihan, kaku, hilang keseimbangan.
Tanda : perubahan kesadaran, letargi, hemiparese,ataksia, masalah dalam
keseimbangan, perubahan pola istirahat, adanya factor-faktor yang
mempengaruhi tidur seperti nyeri, cemas, keterbatasan dalam hobi dan
Latihan.
d. Sirkulasi, Gejala : nyeri punggung pada saat beraktivitas, kebiasaan :
perubahan pada tekanan darah atau normal perubahan frekuensi jantung.
e. Integritas ego, Gejala : factor stress, perubahan tingkah langku atau
kepribadian, Tanda : cemas, mudah tersinggung, delirium, agitasi, bingung,
depresi dan implusif.
f. Eliminasi, inkontinesia kandung kemih/ usus mengalami gangguan fungsi.
g. Makanan/cairan, Gejala : mual, muntah proyektif dan mengalami perubahan
sklera. Tanda : muntah (mungkin proyektif), gangguan menelan (batuk, air
liur keluar, disfagia).
h. Neurosensory, Gejala : amnesia, vertigo, synkop, tinnitus, kehilangan
pendengaran, tingling dan baal pada ekstremitas, gangguan pengecapan.
Tanda : perubahan kesadaran sampai koma, perubahan status mental,
perubahan pupil, deviasi pada mata ketidakmampuan mengikuti, kehilangan
penginderaan, wajah tidak simetris, genggaman lemah tidak seimbang, reflek
tendon dalam lemah, apraxia, hemiparese, quadriplegi, kejang, sensitive
terhadap Gerakan.
i. Nyeri/ kenyamanan, Gejala : nyeri kepala dengan intensitas yang berbeda dan
biasanya lama. Tanda : wajah menyeringai, respon menarik diri rangsangan
nyeri yang hebat, gelisah, tidak bisa istirahat/tidur.
j. Pernafasan, Tanda: perubahan pola napas, irrama napas meningkat, dispnea,
potensial obstruksi.
k. Hormonal : Amenorhea, rambut rontok, diabetes insipidus.
l. System motoric: scaning speech, hiperekstensi sendi, kelemahan.
m. Keamanan, Gejala : pemajanan bahan kimia toksisk, karsinogen, pemajanan
sinar matahari berlebihan. Tanda : demam, ruam kulit, ulserasi.
n. Seksualitas, Gejala : masalah pada seksual (dampak pada hubungan,
perubahan tingkat kepuasan).
o. Interaksi social : ketidakadekuatan system pendukung, Riwayat perkawinan
(kepuasan rumah tangga, dukungan), fungsi peran.
2. Diagnose Keperawatan
a. Nyeri kronis, berhubungan dengan kerusakan system saraf dan infiltrasi
tumor, ditandai dengan menyatakan : mengeluh nyeri, merasa depresi
(tertekan), oleh karena tidak mampu menuntaskan aktivitas,tampak meringis,
gelisah, pola tidur berubah, bersikap protektif (mis, posisi menghindari
nyeri), waspada, anoreksia, focus menyempit, berfokus pada diri sendiri.
b. Deficit perawatan diri : hygiene, toileting, berpakaian, makan berhias yang
berhubungan dengan penurunan motivasi/minat. karena menolak melakukan
perawatan diri, tidak mampu mandi/ mengenakan pakaian/makan/ke
toilet/berhias secara mandiri, minat melakukan perawatan diri berkurang.
c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuscular,
nyeri ditandai dengan mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas, nyeri saat
bergerak, enggan melakukan pergerakan, merasa cemas saat bergerak.
3. Intervensi
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/doc/250242698/Tumor-Medula-Spinalis
https://www.scribd.com/document/360107576/Makalah-medulla-spinalis
https://www.scribd.com/doc/250242698/Tumor-Medula-Spinalis
https://www.scribd.com/document/360107576/Makalah-medulla-spinalis
http://repository.unair.ac.id/97679/4/4.%20BAB%201%20PENDAHULUAN%20.pdf