LP Dan Askep Tumor Otak
LP Dan Askep Tumor Otak
LP Dan Askep Tumor Otak
DISUSUN OLEH :
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tumor disebabkan oleh mutasi DNA di dalam sel. Akumulasi dari
mutasi-mutasi tersebut menyebabkan munculnya tumor. Sebenarnya sel
tubuh memiliki mekanisme perbaikan DNA (DNA repair) dan mekanisme
lainnya yang menyebabkan sel merusak dirinya dengan apoptosis jika
kerusakan DNA sudah terlalu berat. Apoptosis adalah proses aktif
kematian sel yang ditandai dengan pembelahan DNA kromosom,
kondensasi kromatin, serta fragmentasi nukleus dan sel itu sendiri. Mutasi
yang menekan gen untuk mekanisme tersebut biasanya dapat memicu
terjadinya tumor atau kanker.
Tumor otak terjadi karena adanya proliferasi atau pertumbuhan sel
abnormal secara sangat cepat pada daerah central nervous system (CNS).
Sel ini akan terus berkembang mendesak jaringan otak yang sehat di
sekitarnya, mengakibatkan terjadi gangguan neurologis (gangguan fokal
akibat tumor dan peningkatan tekanan intrakranial). Tumor Otak adalah
sebah lesi yang terletak pada intrakranial yang menempati ruang didalam
tengkorak. Tumor-tumor ini tidak hanya akan selalu berkembang sebagi
sebuah massa yang berbentuk bola (jinak) tetapi juga dapat tumbuh
menyebar (ganas). Tumor intracranial meliputi lesi benigna dan maligna.
Tumor intracranial dapat terjadi pada beberapa struktur area otak dan pada
semua kelompok umur.
Penderita Tumor Otak mengalami trias gejala Tumor Otak yaitu
nyeri kepala, muntah dan ditemukannya edema papil pada pemeriksaan
fundus. Tetapi sebenarnya gejala klinis Tumor Otak sering tidak sejelas
itu, apalagi pada fase dini. Tumor Otak bisa memberikan gejala klinis
beragam tergantung kepada lokasi dan ukurannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Tumor Otak?
2. Apa etiologi Tumor Otak ?
3. Bagaimana patofisiologi Tumor Otak?
4. Apa saja tanda dan gejala Tumor Paru?
5. Bagaimana prosedur diagnostik penyakit Tumor Otak
6. Bagaimana penatalaksanaan penyakit Tumor Otak?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan Tumor Otak?
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi Tumor Otak
2. Mengetahui etiologi Tumor Otak
3. Mengetahui patofisiologi Tumor Otak
4. Mengetahui tanda dan gejala penyakit Tumor Otak
5. Mengetahui penatalaksanaan penyakit Tumor Otak
6. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan Tumor Otak
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
‘
E. Manifestasi Klinik
1. Sakit kepala (nyeri)
Nyeri dapat digambarkan bersifat dalam, terus-menerus,
tumpul, dan kadang-kadang hebat sekali. Nyeri ini paling hebat
saat pagi hari dan menjadi lebih hebat saat beraktivitas yang
biasanya meningkatkan TIK, seperti membungkuk, batuk, atau
mengejan sewaktu buang air besar.
Nyeri kepala akibat tumor otak disebabkan oleh traksi dan
pergeseran struktur peka nyeri (arteri, vena, sinus-sinus vena, dan
saraf otak) dalam rongga intrakranial. Nyeri kepala oksipital
merupakan gejala pertama dalam tumor fosa posterior. Bila
keluhan nyeri kapala terjadi menyeluruh maka kurang dapat
ditentukan lokasinya dan biasanya menunjukkan pergeseran
aktensif kandungan intracranial akibat peningkatan ICP.
2. Mual Muntah
Gejala ini terjadi akibat rangsangan pusat muntah di medulla
oblongata. Muntah paling sering terjadi pada anak dan
berhubungan dengan peningkatan ICP disertai pergeseran batang
otak. Muntak dapat terjadi tanpa didahului mual dan dapat bersifat
proyektil.
3. Papiledema
Papilla edema adalah penumpukan cairan yang berlebih
pada pupil. Disebabkan oleh statis vena yang menimbulkan
pembengkakan dan perbesaran diskus optikus. Bila terlihat pada
pemeriksaan funduskopi, tanda ini mengisyaratkan peningkatan
ICP.
Dapat terjadi gangguan penglihatan yang berkaitan dengan
papilledema. Gangguan ini adalah perbesaran bintik dan amaurosis
fugaks (ketika pengihatan berkurang). (Silvia A. Price : 1187-
1188)
4. Lokalisasi gejala
Karena fungsi-fungsi dari bagian-bagian berbeda dari otak yang
tidak diketahui, lokasi tumor dapat ditentukan, pada bagiannya,
dengan mengidentifikasi fungsi yang dipengaruhi oleh adanya
tumor.
a) Tumor korteks motorik : menyebabkan gerakan seperti
kejang yang terletak pada satu sisi tubuh, yang disebut
kejang jacksonian.
b) Tumor lobus oksipital : menyebabkan hemianopsia
homonimus kontralateral (hilangnya penglihatan pada
setengah lapang pandangan, pada sisi yang berlawanan dari
tumor) dan halusinasi penglihatan (pandangan kabur atau
double)
c) Tumor serebelum : menyebabkan pusing, ataksia
(kehilangan keseimbangan) atau gaya berjalan yang
sempoyongan dengan cenderung jatuh ke sisi yang lesi,
otot-otot tidak terkoordinasi (gerakan mata berirama tidak
sengaja) biasanya menunjukkkan gerakan horizontal.
d) Tumor lobus frontal : menyebabkan gangguan kepribadian,
perubahahan status emosional dan tingkah laku, dan
disintegrasi perilaku mental, pasien sering menjadi ekstrim
yang tidak teratur dan kurang merawat diri, dan
menggunakan bahasa yang cabul.
e) Tumor sudut serebelopontin : biasanya diawali pada sarung
asraf akustik dan memberi gejala yang timbul dengan
semua karakteristik pada tumor otak.
(1).Pertama : tinnitus dan kelihatan vertigo, segera
diikuti perkembangan saraf-saraf yang mengarah
terjadinya tuli (saraf ke 8).
(2).Berikutnya kesemutan dan rasa gatal-gatal pada
wajah dan lidah (saraf ke 5).
(3).Terjadi kelemahan (saraf ke 7)
(4).Abnormalitas fungsi motorik.
f) Tumor intracranial : menyebabkan gangguan kepribadian,
konfusi, gangguan fungsi bicara dan gaya berjalan (Brunner
& Suddart : 2170)
F. Pemeriksaan Penunjang
a. Pencitraan CT (CT Scan) untuk memberikan informasi spesifik
yang menyangkut jumlah, ukuran dan kepadatan jejas tumor
dan meluasnya edema serebral sekunder, juga memberi
informasi tentang system ventrikuler.
b. MRI untuk menghasilkan deteksi jejas yang kecil. Umumnya
untuk mendeteksi tumor didalam batang otak didaerah
hipofisis.
c. Biopsi stereotaktik bantuan computer (tiga dimensi) untuk
mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan untuk
memberikan dasar-dasar pengobatan dan imformasi prognosis.
d. Angiografi serebral memberikan gambaran pembuluh darah
serebral dan letak tumor serebral.
e. Elektroensefalogram(EEG)untuk mendeteksi gelombang otak
abnormal pada daerah yang ditempati tumor dan dapat
memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu
kejang
f. Penelitian sitologis pada cairan serebrospinal (CSF) dapat
dilakukan untuk mendeteksi sel-sel ganas, karena tumor-tumor
pada SSP mampu menggusur sel-sel kedalam cairan
serebrospinal.
G. Penatalaksanaan Medis
Tumor yang tidak terobati dapat menyebabkan kematian, salah satu
peningkatan TIK (Tekanan Intra Kranial) atau dari kerusakan otak.
Pasien dengan tumor otak harus diobati segera bila memungkinkan
sebelum kerusakan neurologis tidak dapat diubah.
Tujuannya adalah mengangkat dan memusnakan semua tumor atau
banyak kemungkinan tanpa meningkatnya neurologic (kebutaan) atau
tercapainya gejala–gejala dengan mengangkat sebagian. Salah satu
variasai dapat digunakan pendekatan spesifik bergantung tipe tumor
bergantung pada tipe tumor, lokasinya dan kemampuannya untuk
dicapai dengan mudah.
1. Pembedahan
Tumor jinak seringkali dapat ditangani dengan eksisi
komplet dan pembedahan merupakan tindakan yang kuratif. Untuk
tumor primer maligna atautumor sekunder biasanya sangat sulit
disembuhkan.
Pembedahan tumor primer seringkali diindikasikan untuk
mencapai diagnosis histologis, dan jika mungkin untuk
meringankan gejala dengan mengurangi massa tumor. Pemeriksaan
histologist dari biopsy tumor dapat mengkonfirmasi apakah lesi
merupakan suatu glioma dan bukan neoplasma lainnya, misalnya
limfoma, atau bahkan kondisi non neoplasia, misalnya abses.
Kadang – kadang pembedahan tidak disarankan, misalnya pada
pasien dengan kecurigan gioma derajat rendah dengan gejala
epilepsy. Pembedahan juga tidak tepat dilakukan pada metastasis
otak multiple, dimana diagnosannya jelas, walaupun beberapa
metastasis soliter dapat ditangani dengan reseksi.
2. Radioterapi
Glioma dapat diterapi dengan radioterapi yang diarahkan
pada sebagian tumor sementara metastasis diterapi dengan radiasi
seluruh otak. Radioterapi juga dapat digunakan dalam tatalaksana
beberapa tumor jinak, misalnya tumor hipofisis.
3. Radiografi tengkorak
Memberikan informasi : struktur tulang, penebalan, dan
kalsifikasi; posisi kelenjar pinealis; posisi sela tursika.
4. EEG (echoensefalogram)
Memberikan informasi perubahan kepekaan neuron, pergeseran
kandungan intraserebral.
5. Scan otak radioaktif
Memperlihatkan daerah akumulasi abnormal dari zat radioaktif.
6. Terapi medikamentosa
Antikonvulsan untuk epilepsy
Kortikosteroid (dekstametason), untuk peningkatan TIK.
Steroid juga dapat memperbaiki deficit neurologis fokal sementara
dengan mengobati oedema otak. Kortikosteroid boleh digunakan
sebelum pengobatan sesuai dengan diperkenankannya penggunaan
obat ini yang didasari melalui evaluasi dignostik dan kemudian
menurunkan oedema serebral dan meningkatkan kelancaran serta
pemulihan lebih cepat.
7. Kemoterapi
Diindikasikan pada beberapa kasus glioma, sebagian ajuvan
pembedahan dan radioterapi, dengan penganasan unit spesialitik
neuro onkologi. Terapi radiasi, meupakan dasar pada beberapa
tumor otak, juga menurunkan timbulnya kembali tumor yang tidak
lengkap. (Silvia A. Price : 1189)
H. Pelaksanaan Komplementer
1. Akupuntur
Akupuntur adalah pengobatan tradisional Tiongkok yang
menggunakan penyisipan jarum tipis ke kulit pada titik-titik
tertentu di tubuh Anda. Pengobatan ini paling sering digunakan
untuk mengurangi nyeri karena menstimulasi penghilang rasa sakit
alami yang ada pada tubuh. Contohnya, nyeri akibat kemoterapi,
sakit kepala, nyeri punggung dan leher, serta nyeri saat menstruasi.
Akupunktur yang digunakan pada terapi kanker bukan
ditujukan untuk mengobati penyakit kankernya karena penusukan
pada lesi merupakan kontraindikasi. Hal ini dilakukan untuk
pengobatan paliatif yaitu mengurangi nyeri kronis, mengurangi
efek samping kemoterapi ataupun radioterapi seperti nyeri, mual,
muntah, serta mengurangi dosis obat anti-nyeri sehingga kualitas
hidup penderita dapat ditingkatkan. Penelitian Chen S et.al pada
tahun 2012 mengenai efek terapi elektroakupunktur terhadap sel
T, sel natural killer, hitung leukosit dan imunitas humoral pada
pasien 36 tumor ganas yang mendapat kemoterapi rutin
menunjukkan bahwa elektroakupunktur yang dilakukan sekali
sehari selama 30 menit merupakan terapi tambahan yang efektif
untuk meringankan disfungsi imunitas yang disebabkan kemoterapi
pada pasien tumor ganas. Pemberian akupuntur diterapkan pada
titik-titik yang merefleksikan fungsi tubuh terhadap imunitas
seperti yang dilampirkan dalam gambar, akupuntur digunakan
untuk mengurangi resiko penurunan daya tahan tubuh yang drastis.
2. Bekam
Terapi bekam merupakan salah satu terapi alternatif yang
berasal dari Tiongkok. Terapi ini melibatkan pemanasan dan
cangkir yang ditempel pada permukaan kulit agar terjadi
penyedotan pada kulit. Terapi bekam biasanya dijadikan sebagai
pelengkap perawatan bagi orang-orang yang mengalami sejumlah
penyakit dan kondisi tertentu. Pengobatan bekam merupakan
pengobatan alternatif yang menjadi salah satu sunah Rasul selain
rukiyah. Pengobatan ini akan menggunakan metode menghisab
darah kotor melalui kulit yang diberi sayatan halus. Darah yang
keluar berupa darah kental yang berwarna merah pekat hampir
menghitam. Terapi bekam bisa dilakukan untuk mengeluarkan
racun tersebut serta mengobati berbagai penyakit ringan sampai
penyakit kronis. Tapi bukan sembarang orang bisa melakukan
bekam, hanya mereka yang tahu dimana titik bekam yang
diperbolehkan melakukan pembekaman.Titik bekam, yaitu :
a. Titik Al-Khaahil
Nabi SAW pernah melakukan bekam di titik ini
yang terletak di bagian punuk atau di ujung atas tulang
belakang yang terdapat diantara dua pundak. Titik bekam
ini akan mengobati berbagai penyakit yang ada disekitar
kepala serta gangguan syaraf seperti stres dan depresi.
4. Terapi herbal
Secara medis terdapat empat metode konvensional standar
untuk pengobatan kanker yaitu pembedahan, kemoterapi, terapi
radiasi, dan hormone terapi atau terapi biologis (Oemiati dkk,
2011) Akan tetapi, pada kenyataannya dengan 4 modalitas utama
ini saja seringkali kanker belum bisa diatasi. Beberapa pasien yang
dalam pengobatannya dikombinasikan dengan tanaman obat, sel
darah merah dan putihnya tidak mengalami penurunan seperti yang
terjadi pada pasien yang hanya menjalani terapi konvensional.
Pasien yang menjalani terapi konvensional terutama
kemoterapi, umumnya daya tahan tubuhnya akan menurun drastis.
Ketika daya tahan menurun karena adanya efek samping dari
proses pengobatan kemoterapi, radiasi maupun hormon dalam
beberapa kasus menyebabkan sel-sel kanker lebih mudah menyebar
dan sisa-sisa sel kanker yang tidak terangkat akan menyebar
kembali (Mangan, 2009). Dengan demikian, obat tradisional ini
tidak bisa dijadikan sebagai pengobatan utama dalam mengatasi
kanker otak. Berikut daftar obat herbal yang dapat Anda gunakan
untuk membantu mengatasi penyakit tersebut:
a. Indigofera
Tanaman indigofera atau dengan nama latin Indigofera
tinctoria merupakan tanaman tropis yang telah dikenal di
berbagai penjuru negara. Jenis tanaman ini mengandung
senyawa indirubin, yang sering dijadikan sebagai bahan
aktif dalam pengobatan herbal Cina dan di Indonesia
indigofera juga sudah sering ditemui dan beberapa orang
menyebutnya dengan nama lain, seperti tarum, nila, atau
indigo. Selain sering dijadikan sebagai bahan pakan ternak,
tanaman indigofera juga diketahui memiliki khasiat untuk
membantu mengatasi kanker otak.
Studi yang dilakukan oleh para peneliti dari Ohio
State University Comprehensive Cancer Center
menemukan fakta bahwa senyawa indirubin di dalam
tanaman indigofera dapat memblokir migrasi sel
glioblastoma (salah satu jenis tumor otak ganas), mencegah
penyebarannya ke area lain di otak, dan mencegah migrasi
sel endotel dalam membentuk pembuluh darah baru yang
dibutuhkan tumor untuk tumbuh.
b. Kunyit
Senyawa kurkumin yang ditemukan dalam rimpang kunyit
disebut bisa menjadi salah satu obat herbal untuk
membantu mengatasi kanker otak. Dari studi yang
dipublikasikan oleh Oxidative Medicine and Cellular
Longevity, kurkumin dalam rimpang kunyit memiliki sifat
antioksidan, antiinflamasi, dan antiproliferatif, sehingga
bisa mengobati tumor otak, termasuk glioblastoma.
Senyawa ini pun diyakini dapat meningkatkan kemanjuran
pengobatan kemoterapi yang dilakukan.
B. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia
A. Definisi Gangguan Rasa Nyaman Nyeri
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan
bersifat sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap
orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah
yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya
(Aziz Alimul, 2006).
Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional
yang muncul secara aktual atau potensial kerusakan jaringan atau
menggambarkan adanya kerusakan. Serangan mendadak atau pelan
intensitasnya dari ringan sampai berat yang dapat diantisipasi dengan
akhir yang dapat diprediksi dan dengan durasi kurang dari 6 bulan
(Asosiasi Studi Nyeri Internasional); awitan yang tiba-tiba atau lambat
dari intensitas ringan hingga berat hingga akhir yang dapat diantisipasi
atau di prediksi. (NANDA, 2015). Nyeri kronis serangan yang tiba-tiba
atau lambat dari intesitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat
diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung > 3 bulan (NANDA,
2012).
Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional tidak
menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan actual atau
potensial yang di gambarkan sebagai kerusakan (Internalional
Associatron for the study of poin); awita yang tiba-tiba atau
lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan berakhirnyadapat
diantisipasi atau di prediksi (Nanda International INC, 2015-2017).
Perasaan kurang senang, lega dan sempurna dalam
dimensi fisik psikospiritual, lingkungan dan social. (SDKI, 2016).
Jadi dapat disimpulkan bahwa nyeri adalah suatu rasa yang tidak
nyaman, baik ringan maupun berat
B. Anatomi dan Fisiologi
Reseptor nyeri adalah organ yang berfungsi untuk menerima
rangsangan nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri
adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap
sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang
berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak.
Reseptor nyeri disebut juga nosireceptor, secara anatomi reseptor nyeri
(Nosireceptor) ada yang bermielien da nada juga yang tidak bermielin
dari syaraf perifer.
C. Patofisiologi
Pada saat sel saraf rusak akibat trauma jaringan, maka terbentuklah
zat-zat kimia seperti Bradikinin, serotonin dan enzim proteotik.
Kemudian zat-zat tersebut merangsang dan merusak ujung saraf
reseptor nyeri dan rangsangan tersebut akan dihantarkan ke
hypothalamus melalui saraf asenden. Sedangkan di korteks nyeri akan
dipersiapkan sehingga individu mengalami nyeri. Selain dihantarkan
ke hypothalamus nyeri dapat menurunkan stimulasi terhadap reseptor
mekanin sensitif pada termosensitif sehingga dapat juga menyebabkan
atau mengalami nyeri (Wartonah, 2006).
BAB III
Proses Keperawatan Pada Gangguan Rasa Nyaman Nyeri
A. Pengkajian
Dalam NANDA, 2015, Nyeri di bedakan menjadi 2, yaitu:
1. Nyeri akut
a. Mengkaji perasaan klien
b. Menetapkan respon fisiologis klien terhadap nyeri dan
lokasi nyeri
c. Mengkaji keparahan dan kualitas nyeri
2. Nyeri kronis
Pengkajian difokuskan pada dimensi perilaku afektif dan
kognitif. Selain itu terdapat komponen yang harus di perhatikan
dalam memulai mngkaji respon nyeri yang di alami pasien.
Pengkajian status nyeri dilakukan dengan pendekatan P,Q,R,S,T
yaitu
a. P (Provocate)
Faktor paliatif meliputi faktor pencetus nyeri,terasa setelah
kelelahan,udara dingin dan saat bergerak.
b. Q (Quality)
Kualitas nyeri meliputi nyeri seperti di tusuk-tusuk,dipukul-
pukul dan lain-lain.
c. R (Region)
Lokasi nyeri,meliputi byeri abdomen kuadran bawah,luka
post operasi,dan lain-lain.
d. S (Skala)
Skala nyeri ringan,sedang,berat atau sangat nyeri.
e. T (Time)
Waktu nyeri meliputi : kapan dirasakan,berapa lama, dan
berakhir.
3. Respon Nyeri
a. Respon simpatik
1) peningkatan frekuensi pernafasan
2) dilatasi saluran bronkiolus
3) peningkatan frekuensi denyut jantung
4) dilatasi pupil
5) penurunan mobilitas saluran cerna
b. Respon parasimpatik
1) Pucat
2) ketegangan otot
3) penuru nan denyut jantung
4) mual dan muntah
5) kelemahan dan kelelahan
4. Respon perilaku
Respon perilaku yang sering di tunjukan oleh pasien antara
lain perubahan postur tubuh, mengusap, menopong wajah bagian
nyeri yang sakit mengertakan gigi, ekspresi wajah meringis,
mengerutkan alis.
b. Objektif
1) Menunjukkan gejala distres
2) Tampak merintih/menangis
3) Pola eliminasi berubah
4) Postur tubuh berubah
5) Iritabilitas
5. Kondisi klinis terkait
a. Penyakit kronis
b. Keganasan
c. Distres psikologis
d. kehamilan
6. Nausea
a. Definisi
Perasaan tidak nyaman pada bagian belakang tenggorokan atau
lambung yang dapat mengakibatkan muntah
b. Penyebab
1) Gangguan biokimiawi (mis.uremia, ketoasidosis diabetik)
2) Ganggaun esofagus
3) Distensi lambung
4) Iritasi lambung
5) Gangguan prankeas
6) Peregangan kapsul limpa
7) Tumor terlokalisai (mis. Neuroma akustik, tumor otak
primer atau sekunder, mesastasis tulang di dasar
tengkorak)
8) Peningkatan tekanan intraabdominal (mis. Keganasan
intraabdomen)
9) Peningktan tekanan intrakranial
10) Penignkatan tekanan intraorbital (mis. Glaukoma)
11) Mapuk perjalan
12) Aroma tidak sedap
13) Rasa makanan/minuman yang tidak enak
14) Stimulus penglihatan tidak menyenangkan
15) Faktor psikologia (mis. Kecemasan, ketakutan, stress)
16) Efek agen farmakologi
17) Efek toksin
c. Gejala dan tanda mayor
1) Subjektif
a) Mengeluh mual
b) Merasa ingin muntah
c) Tidak berminat makan
2) Objektif
(tidak tersedia)
d. Gejala dan tanda minor
1) Subjektif
a) Merasa asam dimulut
b) Sensasi panas/dingin
c) Sering menelan
2) Objektif
a) Saliva meningkat
b) Pucat
c) Deaforesis
d) Takikardia
e) Pupil dilatasi
e. Kondisi klinis terkait
1) Meningitis
2) Labirinitas
3) Uremia
4) Ketoasidosis diabetik
5) Ulkus peptikum
6) Penyakit esofagus
7) Tumor intraabdomen
8) Penyakit miniere
9) Neuroma akustik
10) Tumor otak
11) Kanker
12) Glaukoma
7. Nyeri akut
a. Defenisi
Pengelaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
b. Penyebab
neoplasma)
iritan)
fisik berlebihan)
1) Subjektif,
2) Objektif
a) Tampak meringis
nyeri)
c) gelisah
e) Sulit tidur.
(7) diaforesis.
a) Kondisi pembedahan
b) Cedera traumatis
c) Infeksi
e) glaukoma
8. Nyeri Kronis
a. Defenisi
konstan.
b. Penyebab
3) Penekanan saraf
4) Infiltrasi tumor
5) Ketidak seimbangan neurotransmiter, neuromodulator, dan
reseptor
varicella-zoster)
1) Subjektif
a) Mengeluh nyeri
2) Objektif
a) Tampak meringis,
b) gelisah
1) Subjektif
2) Objektif
a) Bersikap protektif (mis. Posisi menghindari nyeri)
b) Waspada
2) Infeksi
5) Tumor
Terapi Komplementer
AKUPUNTUR
Tindakan Rasional
1. Memeriksa riwayat 1. Untuk mengetahui riwayat
kesehatan kesehatan klien
2. Menjelaskan tujuan dan 2. Memberikan pengetahuan
proses bekam manfaat dari terapi
3. Mengidentifikasi akupuntur
kontraindikasi akupuntur 3. Memastikan pasien aman
4. Menentukan titik untuk dilakukan terapi
akupuntur akupuntur
4. Memastikan lokasi
akupuntur
5. Memaksimalkan proses
akupuntur
HERBAL
Tindakan Rasional
1. Menanyakan riwayat 1. Memastikan kondisi aman
alergi bagi pasien
2. Jaga privacy pasien 2. Memastikan obat yang
3. Menyiapkan sesuai dipilih tepat
dengan keluhan 3. Memberikan dan
4. Jika obat berbentuk meningkatkan
tablet/kapsul bantu pengetahuan pasien
menuangkan obat kedalam
tempof of st
DAFTAR PUSTAKA
Baughman, D.C. & Hackley, J.C. (2000). Keperawatan medikal bedah: buku saku
untuk Brunner & Suddarth. EGC: Jakarta.
Doenges M.E., Moorhouse M.F. & Geissler A.C., (2000). Rencana asuhan
keperawatan pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian
perawatan pasien. EGC: Jakarta.
Doenges E Marilynn dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Juall Carpenito, lynda RN. 1999. Diagnosa dan Rencana Keperawatan Edisi 3.
Jakarta : Media Aesculappius.
Smelzer, Suzanne C dkk. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth; alih bahasa: Agung Waluyo. Jakarta: EGC
Guyton & Hall, (2005). Buku ajar fisiologi kedokteran, ed.11. EGC: Jakarta.
Muttaqin, A., (2009). Buku ajar asuhan keperawatan dengan gangguan sistem
kardiovaskuler dan hematologi. Penerbit Salemba Medika: Jakarta.
A. Identitas Klien
1. Nama pasien : Ny. R
2. Nama PJ pasien : Tn.s
3. Agama : Islam
4. Pendidikan : SMA
5. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
6. Alamat : Kamp. D
B. Keluhan Utama
1. Keluhan utama saat mengunjungi klinik :
Nyeri pada bagian kepala, mual
2. Keluhan utama saat pengkajian :
Nyeri pada bagian kepala
C. Diagnosa Medis
Tumor Otak
D. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat penyakit sekarang
Klien mengeluh sakit kepala sejak kurang lebih 6 bulan yang lalu, klien
muntah-muntah ketika mengalami sakit kepala dan trauma. Klien berjalan
tidak seimbang sejak satu bulan terakhir, nafsu makan menurun, penurunan
berat badan satu bulan terakhir.
2. Riwayat kesehatan yang lalu
Klien pernah mengalami pembedahan kepala atau trauma kepala
3. Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada
2. Riwayat psikologi
a. Status emosi: eksprresi hati dan perasaan klien sedih, cemas dan gelisah
b. Pola komunikasi
Apakah klien hati-hati dalam berbicara (ya / tidak)
Apakah berbicara secara (spontan /
lambat)
Apakah klien diajak komunikasi ( ya / tidak )
Apakah klien berkomunikasi dengan jelas ( ya / tidak )
Apakah klien menggunakan bahasa isyarat ( ya / tidak )
Apakah klien memiliki tipe kepribadian terbuka atau tertutup?
3. Pola Pertahanan
Mekanisme kopping klien dalam mengatasi masalahnya : memilih diam
7. Riwayat Spiritual
Kebutuhan untuk beribadah ( terpenuhi / tidak terpenuhi )
F. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Penampilan fisik klien secara umum saat pengkajian :
Tampak lemah, lemas dan tampak cemas
Kualitas kesadaran klien :
composmentis
2. Pemeriksaan tanda-tanda vital
Pengkajian Tanda-tanda vital sebelum pasien sakit (berdasarkan
wawancara pada klien atau catatan kesehatan sebelumnya) dan tanda-tanda
vital saat pengkajian.
Tanda-tanda vital (TTV) yang diperiksa meliputi:
Tekanan Darah (TD) : 140/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36 0C
Respiratory Rate (RR) : 20x/menit
TB : - cm
BB : 50 Kg.
DS :
Klien mengatakan
nyeri di kepala
Klien mengeluh
sakit kepala
DO :
Nyeri Pembesaran massa tumor
Skala Nyeri 5
Hasil TTV
TD : 120/80
mmHg
N : 80x/Menit
RR : 20X/menit
Suhu : 36oC
DO :
Klien tampak
sesak
DS :
Hasil TTV Pola nafas tidak efektif Penekanan medula
oblongata
TD : 140/80
mmHg
N : 100x/Menit
RR : 30X/menit
Suhu : 36oC
3. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan nyeri kronik b.d pembesaran tumor
2. Pola napas tidak efektif b.d penekanan medula oblongata
B. Rencana Keperawatan
Terapeutik :
1. Berikan teknik
non
farmakologis
untuk
mengurangi
rasa nyeri
dengan
akupuntur
Terapi Akupuntur:
1. Jelaskan tujuan,
manfaat,
prosedur dan
lamanya
tindakan pada
pasien dan
keluarga
2. Jaga privasi
klien dengan
menutup tirai
3. Atur posisi
pasien dengan
telentang,
duduk, berbaring
atau tengkurap
dan berikan alas
4. Cari titik-titik
ransangan
akupuntur untuk
nyeri pada tumor
yang ada di
tubuh,
menekannya
hingga masuk ke
sistem saraf.
Observasi :
1. Identifikasi
durasi,
frekuensi,
1) Memastikan
Pola nafas karakteristik,
intensitas sesak kondisi pasien
tidak efektif Setelah aman
b.d dilakukan 2. Indentifikasi
non verbal 2) Memastikan
penekanan asuhan
3. Monitor obat yang
medula keperawatan
oblongata komplementer keberhasilan dipilih tepat
diharapkan rasa terapi 3) Memberikan
sesak pada komplementer dan
pasien yang sudah meningkatkan
berkurang diberikan pengetahuan
Terapeutik: pasien
1. Berikan teknik
non
farmakologis
untuk
mengurangi
rasa sesak
dengan terapi
herbal
Terapi Herbal
1. Menanyakan
riwayat alergi
klien
2. Menyiapkan
obat sesuai
dengan keluhan
klien
3. Jika obat
berbentuk
kapsul/tablet
bantu
menuangkan
obat ke dalam
tempof op St
PENCAPAIAN KOMPETENSI
.1 Mengaplikasikan melakukan
peran perawat sebagai
caregiver (memberi
pelayanan langsung kepada
pasien dalam terapi
komplementer):
a. Masase
b. Terapi musik
c. Diet 2
d. Teknik relaksasi 2
e. Pemberian vitamin 1
2 Mengaplikasikan melakukan
peran perawat sebagai
educator (memberikan
informasi tentang terapi
komplementer kepada
pasien)
Penyuluhan kesehatan
tentang terapi
komplementer.
2
3 Mengaplikasikan melakukan
peran perawat sebagai
konselor (perawat dapat
menjadi tempat bertanya
untuk pasien)
Konsultasi sebelum
mengambil keputusan
tentang terapi
komplementer yang akan
dipilih
Diskusi sebelum 1
mengambil keputusan
tentang terapi
komplementer yang akan
dipilih
4 Mengaplikasikan melakukan
peran perawat sebagai
koordinator
Mendiskusikan terapi
komplementer dengan 2
profesional /dan manajer
terkait yang merawat)
5 Mengaplikasikan melakukan
peran advokat
6 Mengaplikasikan melakukan
peran konsultan
7 Mengaplikasikan melakukan
peran Kolaborator :
Melakukan kolaborasi
dengan
professional/tenaga 3
kesehatan lainnya
memberikan terapi
komplementer
8 Mengaplikasikan melakukan
terapi alternative:
Akupuntur
Yang lain (ditentukan CI)
1
1
9 Mengaplikasikan
melakukan pengobatan
berbasis sentuhan dan teknik
tubuh:
Pijat Refleksi
Bekam
Akupresure 1
10 Mengaplikasikan
melakukan:
11 Mengaplikasikan safe
community melakukan:
Pengobatan berbasis
1
pengendalian
pikiran(Ditentukan CI)
Tanggal