Makalah Siadh Fix
Makalah Siadh Fix
Makalah Siadh Fix
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
SIADH merupakan kumpulan gejala akibat gangguan hormon antidiuretik atau yang
lebih dikenal dengan Inappropriate ADH syndrome, Schwartz-Bartter syndrome.SIADH
dapat didefiisikan sebagaiGangguan produksi hormon antidiuretik ini menyebabkan retensi
garam atau hiponatremia.
SIADH adalah suatu karakteristik atau ciri dan tanda yang disebabkan oleh ketidakmampuan
ginjal mengabsorpsi atau menyerap air dalam bentuk ADH yang berasal dari hipofisis
posterior. (Barbara K.Timby, 2000)
SIADH adalah gangguan pada hipofisis posterior akibat peningkatan pengeluaran ADH
sebagai respon terhadap peningkatan osmolaritas darah dalam tingkat yang lebih ringan.
(Corwin, 2001)
SIADH adalah syndrome yang diakibatkan karena ekresi ADH yang berlebihan dari lobus
posterior dan dari sumber ektopik yang lain. (Black dan Matassarin Jacob, 1993)
SIADH adalah gangguan pada hipofisis posterior akibat peningkatan pengeluaran ADH
sebagai respon terhadap peningkatan osmolaritas darah dalam tingkat yang lebih ringan.
(Corwin, 2001)
SIADH (syndrome of inapropiate secretion of anti diuretic hormon) adalah gangguan pada
hipofisis posterior yang ditandai dengan peningkatan pelepasan ADH dari hipofisis posterior.
(elizabet j.corwin, 2001)
2.2 Epidemiologi
Hampir dari dua pertiga pasien dengan SIADH mengalami neoplasma. Keganasan
yang paling sering berhubungan dengan sindrom ini adalah kanker paru ( sel gandum ),
kanker duodenum dan pankreas, limfoma, timoma, dan mesotelioma. Beberapa zat
kemoterapi, sisplatin, siklofosfamid, vinblastin, dan vinkristin telah menunjukkan pelepasan
ADH yang tidak mencukupi
1. Meningitis
2. Kelebihan ADH
Faktor Pencetus :
1. Trauma Kepala
2. Meningitis.
3. Ensefalitis.
4. Neoplasma.
5. Cedera Serebrovaskuler.
6. Pembedahan.
7. Penyakit Endokrin.
2.4 Patofisiologi
Hormon Antidiuretik (ADH) bekerja pada sel-sel duktus koligentes ginjal untuk
meningkatkan permeabilitas terhadap air. Ini mengakibatkan peningkatan reabsorbsi air tanpa
disertai reabsorbsi elektrolit. Air yang direabsorbsi ini meningkatkan volume dan
menurunkan osmolaritas cairan ekstraseluler (CES). Pada saat yang sama keadaan ini
menurunkan volume dan meningkatkan konsentrasi urine yang diekskresi. Pengeluaran
berlebih dari ADH menyebabkan retensi air dari tubulus ginjal dan duktus. Volume cairan
ekstra selluler meningkat dengan hiponatremi delusional.Dimana akan terjadi penurunan
konsentrasi air dalam urin sedangkan kandungan natrium dalam urin tetap,akibatnya urin
menjadi pekat.Dalam keadaan normal, ADH mengatur osmolaritas serum. Bila osmolaritas
serum menurun, mekanisme feedback akan menyebabkan inhibisi ADH. Hal ini akan
mengembalikan dan meningkatkan ekskresi cairan oleh ginjal untuk meningkatkan
osmolaritas serum menjadi normal.
Terdapat berapa keadaan yang dapat mengganggu regulasi cairan tubuh dan dapat
menyebabkan sekresi ADH yang abnormal . Tiga mekanisme patofisiologi yang bertanggung
jawab akan SIADH , yaitu
1. Sekresi ADH yang abnormal sari system hipofisis. Mekanisme ini disebabkan oleh
kelainan system saraf pusat, tumor, ensafalitis , sindrom guillain Barre. Pasien yang
mengalami syok, status asmatikus, nyeri hebat atau stress tingkat tinggi, atau tidak adanya
tekanan positif pernafasan juga akan mengalami SIADH.
2. ADH atau substansi ADH dihasilkan oleh sel-sel diluar system supraoptik hipofisis ,
yang disebut sebagai sekresi ektopik ( misalnya pada infeksi).
3. Kerja ADH pada tubulus ginjal bagian distal mengalami pemacuan . bermacam-macam
obat-obat menstimulasi atau mempotensiasi pelepasan ADH . obat-obat tersebut termasuk
nikotin , transquilizer, barbiturate, anestesi umum, suplemen kalium, diuretic tiazid , obatobat hipoglikemia, asetominofen , isoproterenol dan empat anti neoplastic : sisplatin,
siklofosfamid, vinblastine dan vinkristin.
Pathway SIADH
Pada umumnya pengobatan SIADH terdiri dari restriksi cairan (manifestasi klinis
SIADH biasanya menjadi jelas ketika mekanisme haus yang mengarah kepada peningkatan
intake cairan. Larutan hipertonis 3% tepat di gunakan pada pasien dengan gejala neurologis
akibat hiponatremi ( Bodansky & Latner, 1975)
Penatalaksanaan SIADH terbagi menjadi 3 kategori yaitu:
1.Pengobatan penyakit yang mendasari, yaitu pengobatan yang ditunjukkan untuk mengatasi
penyakit yang menyebabkan SIADH, misalnya berasal dari tumor ektopik, maka terapi yang
ditunjukkan adalah untuk mengatasi tumor tersebut.
2. Mengurangi retensi cairan yang berlebihan .
Pada kasus ringan retensi cairan dapat dikurangi dengan membatasi masukan cairan.
Pedoman umum penanganan SIADH adalah bahwa sampai konsenntrasi natrium serum dapat
dinormalkan dan gejala-gejala dapat diatasi. Pada kasus yang berat, pemberian larutan normal
cairan hipertonik dan furosemid adalah terapi pilihan.
3. Semua asuhan yang diperlukan saat pasien mengalami penurunan tingkat kesadaran
(kejang, koma, dan kematian) seperti pemantauan yang cermat masukan dan haluaran urine.
Kebutuhan nutrisi terpenuhi dan dukungan emosional.
Rencana farmakologi
mengatasihiponatremi
dan
peningkatan
osmolaritas
serum
(dengan
peningkatan = overload) cairan dengan cara penyelesaian ini mungkin disebabkan oleh
kegagalan jantung kongestif.
Pengangkatan jaringan yang mensekresikan ADH, apabila ADH bersal dari produksi tumor
ektopik, maka terapi ditujukan untuk menghilangkan tumor tersebut.
Penyuluhan yang dilakukan bagi penderita SIADH antara lain :
1. Pentingnya memenuhi batasan cairan untuk periode yang di programkan untuk membantu
pasien merencanakan masukan cairan yang diizinkan(menghemat cairan untuk situasi social
dan rekreasi).
2. Perkaya diit dengan garam Na dan K dengan aman. Jika perlu, gunakan diuretic secara
kontinyu.
3. Timbang berat badan pasien sebagai indicator dehidrasi.
4. Indikator intoksikasi air dan hiponat : sakit kepala, mual, muntah, anoreksia segera lapor
dokter.
5. Obat-obatan yang meliputi nama obat, tujuan, dosis, jadwal, potensial efek samping.
6. Pentingnya tindak lanjut medis : tanggal dan waktu.
7. Untuk kasus ringan,retreksi cairan cukup dengan mengontrol gejala sampai sindrom secara
spontan lenyap.Apabila penyakit lebih parah,maka diberikan diuretik dan obat yang
menghambat kerja ADH di tubulus pengumpul.Kadang-kadang digunakan larutan natrium
klorida hipertonik untuk meningkatkan konsentrasi natrium plasma.
Apabila ADH berasal dari produksi tumor ektopik,maka terapi untuk menghilangkan tumor
tersebut.
2.8 Komplikasi
Gejala-gejala neurologis dapat berkisar dari nyeri kepala dan konfusi sampai kejang otot,
koma dan intoksikasi air.
2.9 Prognosis
Kecepatan dan durasi respon sangat bergantung pada penyebabnya . SIADH biasanya
berkurang dengan regresi tumor , tetapi dapat menetap walaupun tumor primer telah
terkontrol. Gangguan neurologis akibat intoksikasi air biasanya bersifat reversibel dan tidak
memerlukan rehabilitas jangka panjang.
SIADH yang disertai hiponatremia, apalagi dengan derajat yang makin berat dan
ditambah terlambatnya penanganan akan sangat berkontribusi terhadap berat ringannya angka
mortalitas dan morbiditas pasien.Angka mortalitas pasien disertai hyponatremia 12.5% lebih
tinggi dibandingkan pasien tanpa hiponatremi. Angka mortalitas bertambah 2 x lipat (25%)
bila pasien konsentrasi serum Na < 120 mmol/L dibanding pasien degan hiponatremia
ringanAngka mortalitas pasien dewasa berkisar 5-50% bila terdapat penurunan drastis serum
Na secara akut, tergantung derajatnya. Sementara pasien anak angka mortalitas hanya 8%.
Bayi dalam kandungan akan merespon edema yang terjadi diotak dengan lebih baik, karena
lebih luasnya volum kranium. Hiponatremi paskaoperasi bisa menyebabkan angka mortalitas
dan mormeningkat pada kedua jenis kelamin, karena tidak adekuatnya adaptasi otak dengan
volum luas dan lambatnya berobat.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
3.1 Pengkajian
1. Identitas pasien meliputi: nama, umur, pekerjaan, dan alamat,ras, dan jangan lupa
cantumkan nama penanggung jawab.
2. Keluhan Utama :
Biasanya pasien merasakan Mual, muntah, anorexia.
3. Riwayat penyakit dahulu:
adakah penyakit atau trauma pada kepala yang pernah diderita klien,serta riwayat
radiasi pada kepala.
4. Riwayat penyakit sekarang :
Harus ditanya dengan jelas tetang gejala yang timbul seperti sakit kepala, demam, dan
keluhan kejang. Kapan mulai serangan, sembuh atau bertambah buruk, bagaimana
sifat timbulnya, dan stimulus apa yang sering menimbulkan kejang sampai
penanganan apa yang diberikan sebelum pasien dibawa ke rumah sakit.
5. Riwayat penyakit keluarga:
riwayat penyakit keluarga terutama yang mempunyai penyakit menular, atau dalam
keluarga apakah ada yang mempunyai penyakit yang sama dengan pasien saat ini.
6. Pantau status cairan dan elektrolit.
7. Monitor status neurologis yang berhubungan dengan hiponatremi dan segera lakukan
tindakan untuk mengatasinya.
8. Catat perubahan berat badan (BBI jika ada peningkatan dari 1 kg laporkan pada
dokter).
9. Periksa TTV : Meliputi pemeriksaan suhu, nadi,RR, tekanan darah.
2. Pemeriksaan Persistem
B1 (Breathing) :
inspeksi apakah terdapat sekret pada hidung
apakah terdapat pernafasan cuping hidung atau tidak
apakah menggunakan otot bantu pernafasan
Bagaimana Irama Pernafasanya
B2 (Blood) :
Inspeksi : Apakah terdapat Distensi vena jugularis.
Auskultasi : apakah terdapat takikardia
Bagaimana suara jantung apakah terdapat suara tambahan atau tidak
B3 ( Brain ) :
Bagaimana kondisi mental klien apakah terdapat kekacauan mental
Apakah terdapat kejang
Apakah terdapa Sakit kepala
Bagaimana reflek patologis
Adakah gangguan penciuman,pendengaran,pandangan
B4 ( Bladder )
Bagaimana kondisi kandung kemih apakah terdapat nyeri tekan atau tidak
Apakah terdapat Penurunan volume urine
Penurunan frekuensi berkemih
Apakah klien terpasang kateter atau tidak
B5 ( Bowel )
Mobilitas gastrointestinal menurun (Anorexia).
Mual dan muntah
Apakah terdapat Peningkatan berat badan secara tiba-tiba
Apakah terdapat penurunan berat badan
B6 ( Bone )
Letargi
Perkusi : Penurunan refleks tendon dalam
Berapa kekuatan otot
Bagaimana kekuatan sendi apakah terdapat kelemahan anggota gerak
3. Diagnosa Keperawatan
1. Retensi Urin berhubungan dengan penurunan volume urine.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah
dan anoreksia
3.
Diagnosa 1
NS.
DIAGNOSIS :
RETENSI URIN
(NANDA-I)
DEFINITION:
DEFINING
CHARACTER
ISTICS
Menetes
Disuria
Sering berkemih
Residu urin
Berkemih sedikit.
RELATED
ASSESSMENT
FACTORS:
Sumbatan
Sefingter kuat
Client
Diagnostic
komplit.
DIAGNOSIS
Related to:
Statement:
Intervensi 1
No
NOC
urinary elimination
NIC
Monitor
penggunaan
antikolinergik
Diagnosa 2
obat
NS.
DIAGNOSIS :
(NANDA-I)
DEFINITION:
DEFINING
CHARACTER
ISTICS
Kram abdomen
Nyeri abdomen
Menghindari makan
Kerapuan kapiler
Diare
Kurang makanan
Kurang informasi
Kesalahan konsepsi
Kesalahan informasi
Seteatorea
Faktor biologis
Faktor ekonomi
RELATED
FACTORS:
Faktor psikologis
ASSESSMENT
DIAGNOSIS
Diagnostic
Statement:
Intervensi 2
No
NOC
NIC
nutrient
dengan
ahli
gizi
untuk
- indicator:
Albumin serum
Pre albumin serum
Hematokrit
Hemoglobin
Total iron binding capacity
Jumlah limfosit
Setelah
dilakukan
tindakan
Monitor
pucat,
kemerahan,
dan
anjurkan
normal
Pertahankan terapi IV
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PENYAKIT SIADH
Kasus :Tn.A datang ke RS pada tanggal 28 April 2014 pukul 12.30 WIB dengan keluhan
mual, muntah, anorexia, diare disertai dengan Hiponatremi (penurunan kadar natrium ) yang
mengganggu kenyamanan Tn.A, setelah itu perawat memeriksa keadaan Tn.A dengan hasil
yang didapat TD 130/90, N 110x/menit, RR 26 x/menit, suhu 36,5 o C, satu bulan yang lalu
Tn.A BB 61kg setelah sakit BB Tn.A menjadi 65kg. Dari pengakuan keluarga Tn.A hanya
makan 2 sendok sekali makan dan dalam sehari pasien makan 2x sehari makan, konsumsi
minum pasien kira kira 1 liter/ 4 gelas sehari, .
1.Pengkajian
1. Nama Pasien : Tn A
2. Umur
Nama
: Tn M
Alamat
: 56 th
: Islam
5. Pendidikan
: SD
6. Pekerjaan
: Tani
7. Alamat
: Umun
Riwayat penyakit dahulu : Tn.A pernah mengalami kecelakaan dan pernah dilakukan
Pemeriksaan Fisik
1. Tanda Tanda Vital
Suhu
Nadi
TD
RR
TB
BB
: 36,5C
: 110x/menit
: 130/90 mmHg
: 26x/menit
: 170 cm
: 70 kg
: 36,5C
: 110x/menit
: 130/90 mmHg
: 26x/menit
: 170 cm
: 70 kg
2. Sistem Pernafasan
Inspeksi: hidung simetris,tidak ada sekret,dada simetris,
Palpasi: hidung tidak ada polip,tidak ada nyeri tekan pada daerah hidung dan
dada.
Perkusi:suara nafas vesikuler
Auskultasi:Irama nafas teratur,Suara nafas vesikuler
3. Sistem Kardiovaskuler
Inspeksi : tidak ada pebesaran vena jugularis
Palpasi : N : 110x/menit di daerah arteri dorsalis pedis.
TD : 13/90mmHg
Perkusi :suara jantung (redup)
Auskultasi : bunyi jantung S1 S2 tunggal tidak ada suara jantung tambahan
2. Sistem Persyarafan
Inspeksi : tingkat kesadaran normal, ada reflek membuka mulut, konjungtiva merah
muda.
Nervus cranial
Nervus 1 olfaktorius : klien dapat membedakan bau-bauan
Nervus II optikus : klien tidak dapat melihat jelas dengan jarak 5-6 m
Nervus III okulomatorius : lapang pandang normal
Nervus IV troklearis : miosis
Nervus V trigeminus : ada reflek kornea, otot masseter dan otot temporal teraba keras.
Nervus VI abdusen : ada reflek membuka mata
Nervus VII fasial : saraf perasa normal dapat membedakan jenis-jenis rasa.
: terdapat ikterik
e. Turgor : normal
9. Sistem Endokrin
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan Retensi Urin berhubungan dengan penurunan volume urine.
Diagnosa 1
NS.
DIAGNOSIS :
RETENSI URIN
(NANDA-I)
DEFINITION:
DEFINING
Menetes
Disuria
Sering berkemih
Residu urin
CHARACTER
ISTICS
Berkemih sedikit.
RELATED
ASSESSMENT
FACTORS:
Sumbatan
Sefingter kuat
Suhu
Nadi
TD
RR
diare.
: 36,5C
: 110x/menit
: 130/90 mmHg
: 26x/menit
Client
Diagnostic
Retensi urin
Statement:
Intervensi 1
No
NOC
urinary elimination
NIC
Monitor
penggunaan
antikolinergik
obat
Implementasi
No
1
Tanggal/jam Tindakan
29
April
Mengkaji Peeriksaan Fisik
2014/ 08.00
Paraf
Suhu
Nadi
TD
RR
: 36,5C
: 90x/menit
: 120/80 mmHg
: 24x/menit
Evaluasi
Masalah
Tgl/jam
Catatan perkembangan
Paraf
kep/kolaboratif
Retensi Urin
30-04-2014/
08.00
dari
sebelumnya
dan
: 36,5C
: 68x/menit
: 120/80 mmHg
: 25x/menit
: 170 cm
: 65 kg
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
SIADH merupakan kumpulan gejala akibat gangguan hormon antidiuretik atau
yang lebih dikenal dengan Inappropriate ADH syndrome, Schwartz-Bartter syndrome.SIADH
dapat didefiisikan sebagaiGangguan produksi hormon antidiuretik ini menyebabkan retensi
garam atau hiponatremia.
SIADH ditandai oleh peningkatan pelepasan ADH dari hipofisis posterior.
Peningkatan pengeluaran ADH biasanya terjadi sebagai respon terhadap peningkatan
osmolalitas plasma (penurunan konsentrasi air plasma) atau penurunan tekanandarah.
Penyebabnya adalah cedera,pembedahan,tumor-tumor si luar SSP terutama karsinoma
bronkogenik.Tanda-tanda : Retensi urine,penurunan pengeluaran urine,mual dan muntah
yang semakin parah seiring dengan intoksikasi air.
5.2 Saran
Bagi penderita SIADH yang masih ringan,retriksi cairan cukup dengan pembatasan
cairan dan pembatasan sodium.Dan penderita dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan
nutrisinya dan mengikuti prosedur diit yang dianjurkan.