Laporan Akhir Distilasi 18

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA


II

DISTILASI

“HEIGHT EQUIVALENT OF THEORITICAL PLATE (HETP)”

Oleh:

Kelompok 18

Adimas Anugrah R 118280056

Tulus Jaya P 118280040

Widiyanti Aprilia 118280007

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

JURUSAN TEKNOLOGI PRODUKSI DAN INSUSTRI

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA

2021

1
ABSTRAK

Distilasi  atau  penyulingan  adalah suatu metode  pemisahan bahan


kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas)
bahan. Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap
ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Destilasi memiliki
prinsip kerja utama dimana terjadi pemanasan dan salah satu komponen
campurannya akan menguap setelah mencapai titik didihnya, yang paling dahulu
menguap merupakan yang bersifat volatil atau sering kali disebut dengan istilah
light key component. Secara umum ada dua macam menara distilasi yaitu menara
dengan bahan isian (packed tower) dan menara plate (plate tower). Salah satu cara
perancangan menara bahan isian adalah dengan konsep HETP (Height of packing
Equivalent to a Theoritical Plate). HETP adalah tinggi bahan isian yang akan
memberikan perubahan komposisi yang sama dengan perubahan komposisi yang
diberikan oleh satu plate teoritis. Uap mengalir ke atas dan cairan mengalir ke
bawah. Uap dan cairan kemudian dikontakkan dalam plate atau pada permukaan
bahan isian.

Praktikum ini bertujuan untuk menentukan nilai Height Equivalent of


Theoritical Plate (HETP) atau tinggi bahan isian dalam suatu kolom yang
memberikan perubahan komposisi sama dengan perubahan komposisi yang
dicapai oleh satu plate teoritis atau ekivalen dengan satu plat teoritis. Praktikum
ini menggunakan alat rangkaian alat percobaan, gelas beaker erlenmayer, pipet
gondog, gelas ukur, piknometer, buret, labu takar, thermometer, refraktometer,
dan ABBE untuk bahannya yaitu methanol dan aquades.
Dalam praktikum kali ini larutan yang dipakai adalah metanol dan air,
dengan konsentrasi metanol sebanyak 35% dengan volume larutan 400 ml.
Percobaan pertama yang harus dilakukan adalah membuat larutan sampel yang
akan digunakan untuk menentukan kurva kalibrasi antara konsentrasi air dan
indeks biasnya. Dapat dilihat pada data hasil pengamatan kurva kalibrasi yang
didapatkan menghasilkan persamaan yaitu y = 0,0344x + 0,1409, dengan nilai R 2
adalah 0,9954. Karena nilai R2 yang dihasilkan mendekati 1 maka ketelitian dari
kurva kalibrasi tersebut bisa dikatakan bagus. Percobaan kedua, yaitu membuat

2
larutan sampel 300 ml dengan konsentrasi metanol sebesar 35%. Kemudian
larutan tersebut diletakkan di alat destilasi. Titik didih dari metanol dan air
berbeda dimana titik didih metanol sebesar 64.7oC dan titik didih air sebesar
100oC. Dari nilai XD dan XB yang telah diperoleh, maka nilai refluks total
percobaan sebanyak 3 dan HETP yang didapat sebesar 0.5 m. Hasil refluks total
perhitungan sebesar 5,5 dan HETP nya sebesar 0.27 m. Hasil refluks total dan
HETP antara percobaan dan perhitungan menunjukkan nilai yang berbeda, nilai
metanol yang dihasilkan pada destilat belum mencapai kemurniaan yang
diinginkan, hal ini dikarenakan waktu yang digunakan untuk destilasi terlalu cepat
sehingga belum menghasilkan destilat dengan kadar kemurnian yang tinggi.

3
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................4

1.1. Latar Belakang.....................................................................................................................4

1.2. Tinjauan Pustaka.................................................................................................................5

BAB II TUJUAN DAN SASARAN...................................................................................................13

2.1. Tujuan................................................................................................................................13

2.2. Sasaran..................................................................................................................................13

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN........................................................................................13

3.1. Alat dan Bahan Percobaan....................................................................................................14

3.2. Kondisi Operasi / Parameter Percobaan..................................................................................14

3.3. Ruang Lingkup......................................................................................................................15

3.4. Rangkaian Alat.....................................................................................................................15

3.5. Prosedur Percobaan..............................................................................................................16

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................................18

4.1. Data Hasil Pengamatan.............................................................................................................18

4.1.1. Penentuan indeks bias........................................................................................................18

4.1.1. Penentuan nilai Fraksi mol methanol dan reflux total........................................................18

4.2 Pembahasan...............................................................................................................................19

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................................21

5.1 Kesimpulan..............................................................................................................................21

5.2 Saran........................................................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................22

LAMPIRAN A DATA PERHITUNGAN.........................................................................................23

LAMPIRAN B LEMBAR KENDALI KESELAMATAN KERJA................................................27

4
LAMPIRAN C SAFETY DATA SHEET..........................................................................................29

5
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Rangkaian Alat Destilasi ……………………………………………9


Gambar 2. Kurfa Kesetimbangan Uap Cair …………….………………………12
Gambar 3. Posisi Garis Umpan, Garis Operasi Atas dan Bawah ……………..………...14
Gambar 4. Rangkaian Alat ………………………………………………………………………….…………..18

Gambar 5. Diagram Alir Persiapan Percobaan ………………………………………………………19

Gambar 6. Diagram Alir Percobaan Inti ……………………………………………………………………..20

Gambar 7. Kurva Kalibrasi Konsentrasi Terhadap Indeks Bias …………...……21

Gambar 8. Grafik Penentuan Reflux Total ……………………………………..22

6
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Alat dan bahan percobaan …………………………………………….17


Tabel 2. Hasil Fraksi Mol Methanol …………………………………………….21

7
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Metode pemisahan merupakan suatu cara yang digunakan untuk
memisahkan atau memurnikan suatu senyawa atau sekelompok senyawa yang
mempunyaisusunan kimia yang berkaitan dari suatu bahan, baik dalam skala
labolatoriummaupun skala industri. Metode pemisahan bertujuan untuk
mendapatkan zatmurni atau beberapa zat murni dari suatu campuran. Destilasi
merupakan salah satu metode pemisahan campuran yang menggunakan prinsip
perbedaan titik didih untuk pemisahannya.
Destilasi memiliki prinsip kerja utama dimana terjadi pemanasan dan salah
satu komponen campurannya akan menguap setelah mencapai titik didihnya, yang
paling dahulu menguap merupakan yang bersifat volatil atau sering kali disebut
dengan istilah light key component. Sementara itu, komponen yang kurang volatil
pada campuran akan tetap berada di fase cair dan diperoleh sebagai produk bawah
pada menara distilasi, dikenal dengan istilah heavy key component. Di dalam
menara distilasi terjadi proses penguapan dan pengembunan yang berulang-ulang
melalui pertukaran panas yang terjadi pada kondenser, reboiler, dan kontak uap-
cair sepanjang menara.
Secara umum ada dua macam menara distilasi yaitu menara dengan bahan
isian (packed tower) dan menara plate (plate tower). Salah satu cara perancangan
menara bahan isian adalah dengan konsep HETP (Height of packing Equivalent to
a Theoritical Plate). HETP adalah tinggi bahan isian yang akan memberikan
perubahan komposisi yang sama dengan perubahan komposisi yang diberikan
oleh satu plate teoritis. Nilai HETP dapat digunakan untuk menentukan efisiensi
suatu menara bahan isian dan untuk menentukan tinggi dan jenis bahan isian yang
seharusnya digunakan agar memberikan hasil yang maksimum.

8
1.2. Tinjauan Pustaka
1.2.1. Sejarah Destilasi
Pertama kali destilasi dikenalkan oleh seorang kimiawan Babilonia di
Mesopotamia pada millennium ke-2 sebelum masehi. Namun untuk industri
dibawa oleh kimiwan muslim dalam proses mengisolasi ester untuk membuat
parfum. Pada abad ke-8 kimiawan muslim juga berhasil mendapatkan substan
kimia yang benar-benar murni melalui proses destilasi. Pada tahun 800-an ahli
kimia Persia, Jabir ibnuHayam menjadi insprasi dalam destilasi skala mikro,
karena penemuannya di bidang destilasi yang masih dipakai sampai sekarang.
Petroleum pertama kalidi dsetilasi oleh kimiawan muslim yang bernama Al-
Razi pada abad ke-9, untuk destilasi karosin/ minyak tanah pertama ditemukan
oleh Avicenna pada awal abad ke-11.
Sedangkan distilasi pertama kali ditemukan oleh kimiawan Yunani sekitar
abad pertama masehi yang akhirnya perkembangannya dipicu terutama oleh
tingginya permintaan akan spritus. Hypathia dari Alexandriadipercaya telah
menemukan rangkaian alat untuk distilasi dan Zosimus dari Alexandria yang
telah berhasil menggambarkan secara akurat tentang proses distilasi pada sekitar
abad ke-4.

1.2.2. Distilasi
Distilasi  atau  penyulingan  adalah suatu metode  pemisahan bahan
kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas)
bahan. Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap
ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik
didih lebih rendah akan menguap lebih dulu. Metode ini termasuk sebagai unit
operasi kimia jenis perpindahan massa. Penerapan proses ini didasarkan
pada teori bahwa pada suatu larutan, masing-masing komponen akan menguap
pada titik didihnya. Model ideal distilasi didasarkan pada Hukum
Raoult dan Hukum Dalton (Wernen.1987).

9
Secara umum sebuah kolom distilasi terdiri dari:

Gambar 1.2. Rangkaian alat distilasi


a) Vessel atau kolom itu sendiri, dimana pada kolom ini lah terjadi
pemisahan, aliran yang terjadi di dalamnya secara counter current, uap
yang berasal dari reboiler naik ke bagian atas kolom, sedangkan liquid
yang disupplai dari reflux turun ke bawah. Di dalam kolom terdapat
plate atau piring (disebut juga dengan stage) pada plate ini lah terjadi
proses pemisahan yang efektif.
b) Condenser, berfungsi untuk mengkondensasikan uap (V’) yang berasal
dari kolom, condenser dapat mengkondensasikan seluruh uap yang
berasal dari kolom (disebut juga dengan total kondenser, tidak dihitung
sebagai 1 stage), atau dapat pula mengkondensasikan sebagian uap
(partial kondenser, dihitung sebagai 1 stage)
c) Accumulator, berfungsi sebagai penyedia reflux (R)
d) Reboiler, menguapkan kembali liquid yang berasal dari kolom distilasi
(L”) dan (umumnya dihitung sebagai 1 stage).

1.2.3. Jenis-jenis Distilasi


Ada 4 jenis distilasi, yaitu distilasi sederhana, distilasi fraksionasi, distilasi
uap, dan distilasi vakum.

10
1.      Distilasi Sederhana
Pada distilasi sederhana, dasar pemisahannya adalah perbedaan titik didih
yang jauh atau dengan salah satu komponen bersifat volatil. Jika campuran
dipanaskan maka komponen yang titik didihnya lebih rendah akan menguap lebih
dulu. Selain perbedaan titik didih, juga perbedaan kevolatilan, yaitu
kecenderungan sebuah substansi untuk menjadi gas. Distilasi ini dilakukan
padatekanan atmosfer. Aplikasi distilasi sederhana digunakan untuk memisahkan
campuran air dan alkohol.
2.      Distilasi Fraksionisasi
Fungsi distilasi fraksionasi adalah memisahkan komponen-komponen cair,
dua atau lebih, dari suatu larutan berdasarkan perbedaan titik didihnya. Distilasi
ini juga dapat digunakan untuk campuran dengan perbedaan titik didih kurang
dari 20 °C dan bekerja pada tekanan atmosfer atau dengan tekanan
rendah. Aplikasi dari distilasi jenis ini digunakan pada industri minyak mentah,
untuk memisahkan komponen-komponen dalam minyak mentah 
3.      Distilasi Uap
Distilasi uap digunakan pada campuran senyawa-senyawa yang
memiliki titik didih mencapai 200 °C atau lebih. Distilasi uap dapat menguapkan
senyawa-senyawa ini dengan suhu mendekati 100 °C dalam tekanan
atmosfer dengan menggunakan uap atau air mendidih. Sifat yang fundamental
dari distilasi uap adalah dapat mendistilasi campuran senyawa di bawah titik didih
dari masing-masing senyawa campurannya. Selain itu distilasi uap dapat
digunakan untuk campuran yang tidak larut dalam air di semua temperatur, tapi
dapat didistilasi dengan air. Aplikasi dari distilasi uap adalah untuk mengekstrak
beberapa produk alam seperti minyak eucalyptus dari eucalyptus, minyak
sitrus dari lemon atau jeruk, dan untuk ekstraksi minyak parfum dari tumbuhan.
4.      Distilasi Vakum
Distilasi vakum biasanya digunakan jika senyawa yang ingin didistilasi
tidak stabil, dengan pengertian dapat terdekomposisi sebelum atau mendekati titik
didihnya atau campuran yang memiliki titik didih di atas 150 °C. Metode distilasi
ini tidak dapat digunakan pada pelarut dengan titik didih yang rendah
jika kondensornya menggunakan air dingin, karena komponen yang menguap

11
tidak dapat dikondensasi oleh air. Untuk mengurangi tekanan digunakan pompa
vakum atau aspirator. Aspirator berfungsi sebagai penurun tekanan pada sistem
distilasi ini (Wernen.1987).

1.2.4. Height Equivalent Theoritis Plate (HETP)


HETP adalah tinggi bahan isian yang akan memberikan perubahan
komposisi yang sama dengan perubahan komposisi yang diberikan oleh satu
plate teoritis. Nilai HETP dapat digunakan untuk menentukan efisiensi suatu
menara bahan isian dan untuk menentukan tinggi dan jenis bahan isian yang
seharusnya digunakan agar memberikan hasil yang maksimum. Variable yang
mempengaruhi HETP antara lain tipe dan ukuran bahan isian, kecepatan aliran
masing-masing fluida, konsentrasi fluida, diameter menara, dan sifat fisis
bahan difraksinasi. Dan juga dapat dikatakan HETP adalah tempat kontak
antara fase cair dan fase uap, sekaligus titik dimana terjadi tingkat
akurasi pemisahan yang merupakan fungsi (stage), atau dapat dikatakan
semakin banyak stage maka pemisahan akan semakin berkurang.
Uap mengalir ke atas dan cairan mengalir ke bawah. Uap dan cairan
kemudian dikontakkan dalam plate atau pada permukaan bahan isian. Sebagian
dari kondensat pada kondenser dikembalikan ke atas kolom sehingga mengalir
di atas feed point sedangkan sebagian dari cairan di dasar menara diuapkan
dengan reboiler dan dikembalikan sebagai uap. Bagian di bawah feed point di
mana komponen yang lebih volatil berpindah dari cairan ke uap, disebut sesi
stripping sedangkan di atas feed point, konsentrasi komponen yang lebih
volatil meningkat dan disebut sesi enriching. Sering ditemui, menara distilasi
dioperasikan dengan lebih dari satu aliran umpan masuk. Cairan mengalir ke
bawah pada permukaan bahan isian dalam bentuk lapisan tipis. Hal ini
menyebabkan terbentuknya luas permukaan cairan yang lebih besar untuk
kontak dengan gas yang mengalir dari bawah ke atas. Bila produk atas
diinginkan berupa uap, hanya sebagian dari uap yang diembunkan sebagai
reflux. Oleh karena itu, digunakan kondenser parsial. Dalam kondenser parsial,
terjadi kesetimbangan fase antara cairan dan uap sehingga dapat dianggap
sebagai satu stage seimbang. Karena satu stage setimbang menggambarkan

12
terjadinya transfer massa maksimum yang mungkin diperoleh untuk suatu
kondisi operasi, maka dapat juga disebut sebagai theoretical plate (plate
teoritis) atau plate ideal.

1.2.5. Evaluasi Persamaan pada HETP


a) Bila garis operasi dan kurva setimbang dalam grafik y vs x, mendekati
garis lurus dan sejajar, misal, Nilai sifat α kecil, maka:

Dan, HETP = H.t.o.G ; bila m = y/x = Fraksi komponen “I” dalam fase
uap.
Dimana:
I : Suatu komponen yang mudah menguap
Vm, Lm : Kecepatan aliran uap dan cairan
H.t.o.G : Tinggi transfer unit, dievaluasi secara keseluruhan.
Tinggi bahan isian dalam kolom (z) adalah:

Dari persamaan dasar menunjukkan bahwa HETP merupakan


penghubung antara tingi bahan isian di kolom (z) dengan jumlah
kebutuhan plat teoritis (N). HETP juga ditentukan oleh konstanta
kesetimbangan uap cairan dari system campuran (m=y/x) dan kecepatan
aliran uap (Vm) dan cairn (Lm) di dalam kolom isian.
Dalam perhitungan theoritical stage, ada beberapa tahap yang
harus dilakukan, yaitu :

1. Pembuatan kurva kesetimbangan uap cair (biasanya untuk senyawa atau


komponen yang lebih ringan).
2. Membuat garis operasi baik rectifying (enriching) maupun
stripping.
3. Membuat garis umpan / feed (q-line), q- line ini akan menunjukkan
kualitas dari umpan itu sendiri, apakah dalam keadaan uap jenuh, liquid
jenuh dan lain-lain.

13
4. Membuat atau menarik garis stage yang memotong kurva kesetimbangan
yang memotong kurva kesetimbangan xy, garis operasi rectifying dan
stripping yang diawali dari XD dan berakhir pada XB.

Gambar 1.2. kurva kesetimbangan Uap-Cair


5. Membuat kurva Kesetimbangan
Dalam membuat kurva kesetimbangan xy, umumnya kurva dibuat untuk
komponen yang lebih ringan, misalkan pemisahan komponen benzene-
toluene, maka kurva yang dibuat kesetimbangan xy adalah untuk
komponen benzene. Jika dalam soal telah tersedia data kesetimbangan
xy, maka data tersebut dapat langsung digunakan namun jika tidak
tersedia data tersebut harus dibuat terlebih dahulu.

1.2.6. Evaluasi Jumlah Plat Teoritis (N)


Tinggi bahan isian (Z) ditentukan oleh nilai N atau jumlah plat teoritis
dan nilai HETP. Jumlah plat teoritis N dapat dievaluasi menurut metode:
A) Metode Fenske-Underwood
Persyaratan:
1. Refluks total
2. Nilai sifat penguapan relatif tetap
3. Kecepatan aliran molal dan penguapan tetap.
Jika dipakai refluks total, garis operasi atas dan bawah berimpit dengan
garis
diagonal, dan jumlah plat teoritis minimal (Nm). Menurut Fenske-
Underwood berikut:

14
avg adalah volatilitas relatif rata-rata =
untuk campuran biner ideal AB dapat ditentukan dengan
persamaan:

dengan :
Pao: tekanan uap murni zat A pada suhu tertentu
Pbo:tekanan uap murni zat B pada suhu tertentu
dalam hal ini komponen zat A adalah lebih volatil dari pada komponen
zat B

B. Mc. Cabe Theile & Ponchon Savarit ( campuran biner )


Persyaratan :
1. Dalam diagram entalpi-komposisi, garis uap jenuh dan cairan jenuh
keduanya berupa garis lurus dan sejajar.
2. Kecepatan aliran molal tetap
3. Panas laten penguapan mendekati tetap
4. Campuran biner, ideal
5. Untuk evaluasi jumlah plate teoritas (N) diperlukan data kesetimbangan
termodinamik atau y vs x pada suhu operasi tekanan tertentu. Biasanya
mol fraksi “I” dalam umpan, produk atas dan bawah dan kondisi termal
umpan diketahui.
1. Garis operasi atas

Jika R = 𝐿𝑜 𝐷 = perbandingan reflux, eksternal diketahui, garis operasi


atas dapat digambarkan dalam diagram y vs x.

15
2. Garis q

Keterangan :
q = panas untuk menguapkan 1 mol umpan semula menjadi uap, dibagi
panas laten penguapannya.

Gambar 1.3. Posisi Garis Umpan, Garis Operasi Atas dan Bawah

Beberapa harga q untuk berbagai kondisi umpan dapat diketahui sebagai


berikut:
q> 1, umpan dingin
q = 1, umpan pada titik gelembung (zat cair jenuh)
0 < q < 1, umpan sebagian berwujud uap
q = 0, umpan pada titik embun (uap jenuh)
q< 0, umpan uap panas lanjut

3. Garis Bawah

Jika langsung digunakan persamaan ini kita memerlukan data panas di


sekitar reboiler.Supaya mudah, kita cari saja titik potong antara garis
operasi atas dan garis q, misalnya titik P. kemudian hubungkan titik P
dengan titik XB.

16
Jika ketiga garis tersebut sudah dapat dilukis, maka jumlah plat
teoritis dapat dievaluasi.
Dimana:
Lm = laju alir molar liquid stage ke m
Vm+1 = laju alir molar uap stage ke m+1
Xm = fraksi liquid ke n+1 komponen ringan
XB = fraksi bottom produk komponen ringan
B = laju alir molar bottom produk

17
BAB II
TUJUAN DAN SASARAN

2.1. Tujuan
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan nilai Height Equivalent
of Theoritical Plate (HETP) atau tinggi bahan isian dalam suatu kolom
yang memberikan perubahan komposisi sama dengan perubahan
komposisi yang dicapai oleh satu plate teoritis atau ekivalen dengan satu
plat teoritis.

2.2. Sasaran
Untuk mencapai tujuan praktikum, praktikan diharapkan dapat:
1. Menentukan jumlah plat teoritis minimum dengan menggunakan metoda
grafis dan analitis
2. Menentukan tinggi bahan isian yang setara dengan sebuah plat teoritis.

18
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan Percobaan


Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan disajikan pada
Tabel.
Tabel 3.1. Alat dan bahan percobaan.
Alat Bahan
Rangkaian alat Methanol
percobaan
Beaker glass Aquades
Erlenmeyer
Pipet gondog
Gelas ukur
Piknometer
Buret
Labu takar
Termometer
Refraktometer
ABBE
Rangkaian alat
percobaan
Beaker glass
Erlenmeyer
Pipet gondog
Gelas ukur

3.2. Kondisi Operasi / Parameter Percobaan


Kondisi operasi dan parameter percobaan yang dibuat tetap adalah
sebagai berikut:

a. Tekanan dan suhu ruangan


b. Refluk total
c. Steady state
d. Volum larutan: 300 mL

19
3.3. Ruang Lingkup
Variabel Bebas : Konsentrasi larutan standar , Konsentrasi
umpan .

Variabel Terikat : Densitas larutan standar, Densitas bottom dan top product (komposisi
destilat dan bottom).

3.4. Rangkaian Alat


Rangkaian alat yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 3.4.

Gambar 3.4. Rangkaian Alat

20
3.5. Prosedur Percobaan
3.1.1 Persiapan Percobaan

Mulai

Pembuatan Larutan Standar

Cek indeks bias dengan


Refraktometer

Selesai

Gambar 3.5. Diagram Alir Persiapan Percobaan

21
3.1.2 Percobaan Inti

Mulai

Merangkai Alat dan mengecek sambungan alat


Serta kondisi lingkungan peralatan

Mengukur Densitas Sampel Menggunakan


Piknometer

Mengambil 25 mL Destilat dengan memutar


Keran Refluks (steady)

Mencatat Waktu dan Kondisi Refluks Total

Setelah mengukuir lalu matikan pemanas dengan


Menggeser pemanas dari labu .

Lalu ambil 25 mL Residu dengan Pipet


(Usahakan Kedua Sampel Tidak menguap)

Tentukan Indeks Bias dan Densitas pada keadaan


Suhu Kamar

Selesai

Gambar 3.6. Diagram Alir Percobaan Inti

22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Data Hasil Pengamatan
4.1.1. Penentuan indeks bias
Dari percobaan dan perhitungan yang telah dilakukan didapatkan
hasil kurva kalibrasi konsentrasi air terhadap indeks biasnya.

1.2

1
f(x) = 0.03 x + 0.14
Konsentrasi Propanol

R² = 1
0.8

0.6

0.4

0.2

0
0 5 10 15 20 25 30
Indeks Bias

Gambar 4.1 Kurva kalibrasi konsentrasi terhadap indeks bias.


Dari kurva kalibrasi tersebut didapatkan persamaan y = 0,0344x
+ 0,1409, persamaan ini digunakan untuk mencari nilai konsentrasi
larutan yang ada pada destilat dan juga keluaran dari bottom pada proses
distiilasi. Sedangkan untuk nilai R² = 0,9954 adalah nilai ketelitian dari
kurva dimana semakin mendekati nilai 1 maka ketelitian dari kurva
semakin baik.

4.1.1. Penentuan nilai Fraksi mol methanol dan reflux total


Dari percobaan dan perhitungan yang telah dilakukan didapatkan
hasil fraksi mol methanol sebagai berikut :
Tabel 4.1 Hasil fraksi mol methanol.

Feed Destilat Bottom

0,2322 0,9418 0,0843

23
Pada tabel disajikan nilai dari fraksi mol yang dalam hal ini adalah fraksi
mol dari methanol. Dimana hasil dari destilat memiliki komposisi
methanol dengan konsentrasi 0,94 dan pada bottom konsentrasi
methanol nya yaitu 0,08. Setelah didapatkan hasil Xd dan Xb maka kita
bisa mengetahui reflux total nya dengan menggnakan grafik
kesetimbangan antara air dan methanol seperti dibawah ini:

Gambar 4.2 Grafik penentuan reflux total


Pada grafik dapat dilihat nilai Xd sebesar 0,94 dan Xb sebesar 0,08.
Sedangkan, untuk garis berwarna hijau yaitu garis penentuan refluks
total.
Refluks total percobaan = 3
Refluks total perhitungan = 5,5.
Nilai HETP percobaan = 0,5 m
Nilai HETP perhitungan = 0,2 m

4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini bertujuan untuk menentukan nilai Height
Equivalent of Theoritical Plate (HETP) atau tinggi bahan isian dalam suatu kolom
yang memberikan perubahan komposisi sama dengan perubahan komposisi yang
dicapai oleh satu plate teoritis atau ekivalen dengan satu plat teoritis. Dengan
metode yang dilakukan adalah destilasi. Dimana destilasi sendiri adalah Proses
pemisahan dua komponen atau lebih berdasarkan perbedaan titik didihnya atau
volatilitas. Pemisahan tepat terjadi pasa saat kondisi setimbang atau equilibrium.

24
Dalam praktikum kali ini larutan yang dipakai adalah metanol dan air,
dengan konsentrasi metanol sebanyak 35% dengan volume larutan 400 ml.
Percobaan pertama yang harus dilakukan adalah membuat larutan sampel yang
akan digunakan untuk menentukan kurva kalibrasi antara konsentrasi air dan
indeks biasnya. Dapat dilihat pada data hasil pengamatan kurva kalibrasi yang
didapatkan menghasilkan persamaan yaitu y = 0,0344x + 0,1409, dengan nilai R 2
adalah 0,9954. Karena nilai R2 yang dihasilkan mendekati 1 maka ketelitian dari
kurva kalibrasi tersebut bisa dikatakan bagus.
Percobaan kedua, yaitu membuat larutan sampel 300 ml dengan
konsentrasi metanol sebesar 35%. Kemudian larutan tersebut diletakkan di alat
destilasi. Titik didih dari metanol dan air berbeda dimana titik didih metanol
sebesar 64.7oC dan titik didih air sebesar 100oC. Sampel destilat kemudian
diambil untuk dihitung indeks biasnya dengan menggunakan refractometer.
Indeks bias pada destilat diperoleh nilai 24% brix, sedangkan nilai indeks bias
pada bottom sebesar 0% brix.
Dari nilai XD dan XB yang telah diperoleh, maka nilai refluks total dapat
ditentukan dengan menggunakan grafik kesetimbangan uap-cair metanol dan air
yang diperoleh dari literatur. Sehingga diperoleh refluks total percobaan sebanyak
3 dan HETP yang didapat sebesar 0.5 m. Pada praktikum ini kita perlu
membandingkan nilai HETP hasil percobaan dengan hasil perhitungan. Untuk
hasil perhitungan, sebelum menentukan nilai refluks total dan HETP. Hasil refluks
total perhitungan sebesar 5,5 dan HETP nya sebesar 0.27 m. Hasil refluks total
dan HETP antara percobaan dan perhitungan menunjukkan nilai yang berbeda,
nilai metanol yang dihasilkan pada destilat belum mencapai kemurniaan yang
diinginkan, hal ini dikarenakan waktu yang digunakan untuk destilasi terlalu cepat
sehingga belum menghasilkan destilat dengan kadar kemurnian yang tinggi.

25
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu
sebagai berikut :

1. Indeks bias yang didapatkan pada destilat di percobaan destilasi ini adalah
24 % brix sedangkan pada bottom yaitu 0 %brix
2. Konsentrasi fasa uap pada destilat adalah sebesar 94% metanol, sedangkan
pada bottom sebesar 8% methanol.
3. Refluks total percobaan adalah 3 dan nilai HETP didapatkan sebesar 0,5
m.
4. Refluks total perhitungan 5,5 dan nilai HETP sebesar 0,27 m.

5.2 Saran
1. Sebaiknya praktikum destilasi dilakukan dengan waktu yang lebih lama
agar didapatkan hasil metanol yang lebih murni
2. Sebaiknya lakukan praktikum dengan lebih hati-hati agar didapat hasil
data percobaan yang lebih teliti dan akurat

26
DAFTAR PUSTAKA

Galatia, Rikhi. 2015. Height Equivalent Theoritical Plate (HETP). Yogyakarta :


Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional.

HETP (Height of packing Equivalent to a Theoritical Plate)


tentangteknikkimia(wordpress.com). Diakses pada Senin, 26 April 2021 pukul
10:00 WIB.

ZIstianah, “Pengaruh Ukuran Bahan dan Metode Distilasi,” Teknosains Pangan,


vol. 1, no. 1, pp. 1–38, 2014.

M. Praktikum, L. T. Kimia, P. Studi, T. Kimia, J. Teknologi, and P. Dan,


“HEIGHT EQUIVALENT OF THEORITICAL PLATE (HETP),” 2021.

Modul Operasi Teknik Kimia II. 2016. Jawa Timur : Laboratorium Riset dan
Operasi Teknik Kimia Program Studi Teknik Kimia UPN Veteran

Wisnu, Arysca. 2021. Modul Praktikum Laboratorium Teknik Kimia., Height


Equivalent Of Theoritical Plate (HETP). Lampung Selatan : Institut
Teknologi Sumatera

27
LAMPIRAN A
DATA PERHITUNGAN

1. Larutan
umpan ke destilasi
Methanol 35% dengan
volume 400ml M1V1=
M2V2
0.998. V1 =
0.35 x 400
ml V1

= 140,28 ml

2. Larutan Kalibrasi

 Larutan Methanol murni

M1 =
0.998
V1 =
10 ml
 Larutan 99,8% Methanol

M1V1 = M2V2

0.9. V1
= 0.998 x 10 V1 = 11,08
ml

 Larutan 90%
Methanol M1V1
= M2V2

0.8. V1 = 0.9 x
11,08

28
V1 = 12,465
ml
 Larutan 80% Methanol

M1V1 = M2V2

0.7. V1
= 0.8 x 12,46

V1 = 14,24 ml
 Larutan 70% methanol

M1V1 = M2V2

0.6. V1
= 0.7 x 14,24 V1 = 16,62
ml
 Larutan 60% methanol

M1V1 = M2V2

0.5. V1
= 0.6 x 16,62 V1 = 19,94
ml

 Larutan 50%
Methanol M1V1
= M2V2 0.4
V1 = 0.5 x
19,94

V1 = 24,93 ml

 Larutan 40%
Methanol M1V1
= M2V2 0.3V1 = 0.4
x 24,93
V1 = 33,24 ml

29
 Larutan 30% Methanol

M1V1
= M2V2 0.2V1 = 0.3 x
33,24 V1 = 49,86 ml
 Larutan 20% Methanol

M1V1
= M2V2 0.1V1 = 0.2 x
49,86 V1 = 99,72 ml
 Larutan 10% Methanol dengan volume 10 ml

M1V1
= M2V2

0V1 = 0.1 x 10 ml
V1 = 0 ml

Tabel A.1. Penentuan Indeks Bias

I
Kons n
entra d
si e
meth k
anol s
(%) bi
as
2
0.998 5.
7
2
0.9
2
1
0.8
9
1
0.7
6

30
1
0.6
3
1
0.5
0
0.4 7
0.3 4
0.2 2
0.1 0

31
1. Menentukan fraksi uap dan cair Methanol

Titik didih methanol = 64.7 ℃

Titik didih air = 100 ℃


Mr methanol = 32 g/mol

Mr air = 18 g/mol

Tabel A.2. Data Kesetimbangan Methanol-Water pada 1 atm

T (K) X Y
373.1
0
5 0
369.5
0.02 0.13
5
366.6
0.04 0.23
5
364.3
0.06 0.3
5
362.4
0.08 0.36
5
360.8
0.1 0.42
5
357.5
0.15 0.52
5
354.8
0.2 0.58
5
351.1
0.3 0.66
5
348.4
0.4 0.73
5
346.2
0.5 0.78
5
344.3
0.6 0.83
5
342.4
0.7 0.87
5
340.6
0.8 0.92
5
339.1
0.9 0.96
5
338.1 0.95 0.98

32
5
337.6
1 1
5
Sumber : Perry et al. (1963), p.13-5

33
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
Jalan Terusan Ryacudu, Way Hui, Jati Agung, Lampung Selatan 35365
Telpon (0721) 8030188, Fax. (0721) 8030189, Email: [email protected]
www.itera.ac.id

LAMPIRAN B
LEMBAR KENDALI KESELAMATAN KERJA
N Ba Sifat Bahan Tindakan
o ha Penanggu
n langan
1 Me  Titik  Menyebab
tha didih kan iritasi
nol 64,7 C pada mata
 Viskosit  Menyebab
as: kan iritasi
0,54- pada kulit
0,59
 Hindari
mpa.s
persinggun
gan/kontak
dengan
kulit
 Hindari
jangan
sampai
mengenai
mata
 Hindari
bahan
terhirup
2 Aq  Tida  Massa  Tidak
uad k molar memerluk
es berw 18,0153 an
arna g/mol penanggul
 Tida  Titik angan
k lebur : secara
bera 00C khusus
34
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
Jalan Terusan Ryacudu, Way Hui, Jati Agung, Lampung Selatan 35365
Telpon (0721) 8030188, Fax. (0721) 8030189, Email: [email protected]
www.itera.ac.id

sa (273,15
 Tida K) (32
k F)
berb  Titik
au Didih :
100 C
 Kalor
Jenis :
4184
J/(kg.K)
(cairan
pada
200C)

Kecelakaan yang mungkin terjadi Penanggulangan


Konsleting arus listrik saat Memutuskan arus listrik dan
menggunakan alat ukur menjauhkan alat ke area yang
terbuka
Terkena pecahan gelas ukur yang Hati-hati saat menggunakan gelas
terbuat dari kaca diakibatkan gelas ukur dan pastikan gelas ukur
ukur yang digunakan jatuh dan pecah tersebut tidak retak
Segera ambil alat pemadam dan
Kebakaran jika membesar hubungi petugas
terdekat

Perlengkapan Keselamatan Kerja


 Sarung tangan
 Masker
 Kacamata googles
 Jaslab

35
LAMPIRAN C
SAFETY DATA SHEET
1. Aquades

36
2. Metanol

37
38

Anda mungkin juga menyukai