Kelompok 2SN - Laporan Praktikum UOP 2 Absorpsi
Kelompok 2SN - Laporan Praktikum UOP 2 Absorpsi
Kelompok 2SN - Laporan Praktikum UOP 2 Absorpsi
KELOMPOK 2SN
ANGGOTA KELOMPOK:
ELIZA HABNA LANA (1406531611)
JAYUSANDI MULYA S (1406571470)
NADIFA ISMANINGTYAS (1406574812)
NUR SAFITRAH S (1406607741)
ii
3.2.1 Percobaan I: Analisis Gas pada Absorpsi CO2 dengan NaOH ......... 6
3.2.2 Percobaan II: Analisis Cair pada Absorpsi CO2 dengan NaOH ....... 7
BAB 4 ................................................................................................................... 10
ANALISIS ............................................................................................................ 10
4.1 Analisis Alat dan Bahan ......................................................................... 10
4.1.1 Analisis Alat .................................................................................... 10
4.1.2 Analisis Bahan ................................................................................ 10
4.2 Analisis Percobaan ................................................................................. 10
4.2.1 Percobaan I: Analisis Gas pada Absorpsi CO2 dengan NaOH ....... 10
4.2.2 Percobaan II: Analisis Cair pada Absorpsi CO2 dengan NaOH ..... 10
4.3 Analisis Data dan Hasil Pengamatan ...................................................... 13
4.3.1 Percobaan I: Analisis Gas pada Absorpsi CO2 dengan NaOH ....... 13
4.3.2 Percobaan II: Analisis Cair pada Absorpsi CO2 dengan NaOH ..... 13
4.4 Analisis Kesalahan ................................................................................. 14
BAB 5 ................................................................................................................... 15
PENUTUP ............................................................................................................. 15
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 15
5.2 Saran ....................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 16
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
Tujuan dari percobaan modul absorpsi ini adalah:
Mengetahui dan mempelajari fenomena perpindahan massa absorpsi
sederhana dan mendalami prinsip-prinsip yang berlaku pada peristiwa ini.
Mengetahui dan mempelajari metode analisis proses absorpsi, analisis gas,
dan analisis larutan.
1
Gas CO2
Phenolphthalein (PP)
Methyl orange (MO)
1.4.2 Percobaan II: Analisis Cair pada Absorpsi CO2 dengan NaOH
Prosedur percobaan analisis cair pada absorpsi CO2 dengan NaOH sebagai
berikut:
2
1. Mengisi tangki penampung sirkulasi air / NaOH dengan air bersih dan
mengukur volumenya, kemudian membuat larutan NaOH 0,2 M di dalam
tangki penampung dengan menambahkan padatan NaOH ke dalam tangki.
2. Mengatur bukaan C2 dan C3 agar berada pada posisi tertutup, kemudian
menyalakan pompa dan mengatur laju alir air yang mengalir di sepanjang
kolom absorpsi melalui bukaan control valve C1 agar memiliki laju 3 L/min.
3. Menyalakan kompresor untuk mengalirkan udara, kemudian praktikan
mengatur laju alir udara yang memasuki kolom absorpsi agar bernilai 30
L/min dengan cara mengatur bukaan control valve C2.
4. Membuka pressure regulating valve pada tabung gas CO2 dan mengatur laju
alir gas CO2 kedalam kolom absorpsi agar bernilai 3 L/min dengan cara
mengatur bukaan control valve C3.
5. Menunggu kolom absorpsi untuk beroperasi selama 10 menit agar keadaan
tunak tercapai, barulah setelah itu praktikan mengambil sampel secara
simultan pada titik sampel S4 dan S5 sebanyak 80 mL untuk setiap titik
sampel.
6. Membagi sampel yang sudah diambil ke dalam dua tabung (masing-masing
40 mL).
7. Meneteskan 1 tetes PP pada sampel S4 pada tabung 1 kemudian melakukan
titrasi pada sampel S4 dengan larutan HCl sampai warna sampel S4 menjadi
bening. Mencatat jumlah HCl yang digunakan (T1). Setelah itu meneteskan
1 tetes MO pada sampel S4 yang sama kemudian melakukan titrasi dengan
larutan HCl sampai warna sampel S4 menjadi merah muda. Mencatat
jumlah HCl yang digunakan (T2).
8. Meneteskan larutan BaCl2 pada sampel S4 pada tabung 2 dengan jumlah
BaCl2 sebanyak T2 dikalikan dengan faktor 1,1 dan menambahkan 2 tetes
PP kemudian melakukan titrasi dengan HCl hingga warna larutan menjadi
putih. Mencatat jumlah HCl yang digunakan (T3).
9. Melakukan prosedur 6 dan 7 untuk sampel S5.
3
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 AAA
2.2 BBB
2.3 CCC
2.4 DDD
2.5 EEE
2.6 FFF
2.7 GGG
2.8 HHH
2.9 III
4
BAB 3
HASIL PERCOBAAN
3.1.2 Percobaan II: Analisis Cair pada Absorpsi CO2 dengan NaOH
Konsentrasi NaOH = 0,2 M
Konsentrasi HCl = 0,2 M
Volume sample di tiap tabung = 40 mL
Data Percobaan Analisis Cair pada Absorpsi CO2 dengan NaOH
Variabel Keterangan Nilai
F1 Laju alir larutan NaOH masuk ke kolom absorpsi 3 L/min
F2 Laju alir udara masuk ke kolom absorpsi 30 L/min
F3 Laju alir gas CO2 masuk ke kolom absorpsi 3 L/min
Data Titrasi Sampel Analisis Cair pada Absorpsi CO2 dengan NaOH
Sampel T1 (mL) T2 (mL) T3 (mL) VBaCl2 (mL)
S4 (Outlet) 11,5 26 46 15,95
S5 (Inlet) 24 27 48 3,30
Keterangan:
5
T1 = volume HCl untuk menetralisasi NaOH dan mengubah karbonat menjadi
bikarbonat
T2 = volume HCl untuk menetralisasi NaOH dan Na2CO3
T3 = volume HCl untuk menetralisasi NaOH
S4 = saluran output yang terletak di bawah kolom (outlet)
S5 = saluran output yang terletak di bawah tangka (inlet)
6
5. Menentukan presentase gas CO2 yang terabsorpsi
yi − y0
%CO2 = | | x 100%
yi
0,091 − 0,055
%CO2 = | | x 100% = 39,56 %
0,091
3.2.2 Percobaan II: Analisis Cair pada Absorpsi CO2 dengan NaOH
1. Menghitung Jumlah CO2 Terabsorpsi Berdasarkan Senyawa CO2 Terabsorp
a. Menghitung Fraksi Mol CO2 Inlet dan Outlet
Dengan mengasumsikan bahwa gas CO2 merupakan gas ideal, maka dapat
dianggap bahwa fraksi mol CO2 sama dengan fraksi volumenya sehingga
fraksi mol CO2 yang masuk dapat dihitung menggunakan persamaan sebagai
berikut:
V1
Yi =
V2
F3 0.05 L/detik
Yi = = = 0.091
F2 + F3 0.5 L + 0.05 L
detik detik
Sedangkan fraksi mol CO2 yang keluar dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut
V2
Yo =
V1
V2 2.2 ml
Yo = = = 0.055
V1 40 ml
b. Menghitung Laju Alir Gas CO2 Inlet dan Outlet
Laju alir gas CO2 yang masuk ke dalam kolom absorber dapat dihitung
dengan persamaan sebagai berikut
F2 + F3 Pkolom mmHg 273
Gi = ( )( )( )
22.42 760mmHg Tkolom ℃ + 273
0.5 + 0.05 765mmHg 273
Gi = ( )( )( )
22.42 760mmHg 25℃ + 273
Gi = 2.262x10−2 gmol/detik
Dimana diasumsikan tidak terjadi pressure drop pada kolom absorber.
Sedangkan laju alir gas CO2 yang keluar dari kolom absorber dapat dihitung
menggunakan persamaan sebagai berikut
7
1 − Yi
Go = Gi ( )
1 − Yo
1 − 0.091
Go = 2.262x10−2 gmol/detik ( )
1 − 0.055
Go = 2.176x10−2 gmol/detik
c. Menghitung Laju Alir Gas CO2 yang Terabsorpsi
Laju alir gas CO2 yang terabsorpsi dapat dihitung dengan menentukan selisih
laju alir gas CO2 yang masuk dengan laju alir gas CO2 yang keluar dengan
persamaan sebagai berikut:
Ga = Gi − Go
Ga = (2.262 − 2.176)x10−2 gmol/detik
Ga = 8.6x10−4 gmol/detik
2. Menghitung Jumlah CO2 Terabsorpsi berdasarkan Senyawa NaOH Terurai
Konsentrasi NaOH yang masuk dan keluar dapat dihitung dari persamaan
stoikiometri untuk titrasi sebagai berikut:
mol ekuivalen basa = mol ekuivalen asam
Nbasa x Vbasa = Nasam xVasam
(nbasa xCbasa )xVbasa = (nasam xCasam )xVasam
(nasam xCasam )xVasam (nbasa xCbasa )xVbasa
Cbasa = atau Casam =
nbasa xVbasa nasam xVasam
8
b. Menghitung NaOH yang dibutuhkan untuk mengabsorpsi CO2
Jumlah NaOH yang dibutuhkan untuk mengabsorpsi CO2 dapat dihitung
menggunakan persamaan sebagai berikut:
F1
GNaOH = (C − CNaOH,outlet )
2 NaOH,inlet
L
0.05
GNaOH = detik (0.24 − 0.23)
2
GNaOH = 2.5x10−4 gmol/detik
3. Menghitung jumlah CO2 terabsorpsi berdasarkan senyawa Na2CO3 terbentuk
a. Menghitung konsentrasi Na2CO3 yang masuk dan keluar
Konsentrasi Na2CO3 pada bagian inlet dan outlet dapat dihitung
menggunakan persaman sebelumnya. Dalam titrasi ini, senyawa asam yang
digunakan adalah HCl 0.2 M sedangkan senyawa basa yang digunakan
adalah Na2CO3. VHCl adalah volume HCl yang ditambahkan untuk
menetralkan Na2CO3 yaitu T2 - T3 untuk sampel inlet (S5) dan outlet (S4)
sehingga diperoleh hasil sebagai berikut:
(nHCl xCHCl )xVHCl
CNa2 CO3 ,inlet =
nNa2 CO3 xVNa2 CO3
(1x0.2M)x(0.027 − 0.048)
CNa2 CO3,inlet = = 0.0525 M
2x0.04 L
(nHCl xCHCl )xVHCl
CNa2 CO3,outlet =
nNa2 CO3 xVNa2 CO3
(1x0.2M)x(0.026 − 0.046)
CNa2 CO3,outlet = = 0.05 M
2x0.04 L
b. Menghitung Na2CO3 yang terbentuk dari absorpsi CO2
Jumlah Na2CO3 yang terbentuk dari proses absorpsi CO2 dapat dihitung
menggunakan persamaan sebagai berikut:
GNa2 CO3 = F1 (CNa2CO3,inlet − CNa2 CO3,outlet )
L
GNa2 CO3 = 0.05 x(0.0525M − 0.05M)
detik
gmol
GNa2 CO3 = 1.25x10−4
detik
9
BAB 4
ANALISIS
10
sebanyak 1 tetes ke dalam sampel yang menyebabkan warna larutan pada
sampel menjadi pink keunguan. Hal ini disebabkan karena larutan sampel
bersifat bas, yaitu adanya kandungan NaOH dan Na2CO3, sehingga ketika
ditetesi PP akan berubah warna dari bening menjadi pink keunguan. Hal
ini dapat terjadi karena indikator PP yang memiliki pH, berkisar pH 8.6-
10.
11
ini menunjukkan bahwa H2CO3 telah terbentuk. Kemudian, larutan sampel
dititrasi dengan HCl hingga warna sampel dari orange keemasan menjadi
orange kekuningan. Dari tahap 2 ini, diperoleh volume HCl yang digunakan
pada tahap 1 ditambah dengan yang digunakan untuk mengubah Na2CO3
menjadi NaHCO3 dan menetralkan basa NaOH, yaitu T2, sehingga T2-T1
merupakan volume HCl yang digunakan untuk mengubah NaHCO3 menjadi
H2CO3.
Titrasi Kedua
Pada titrasi 2, digunakan sampel ke-2 yang sebelumnya ditambahkan
BaCl2. Sampel yang digunakan dalam titrasi II ini adalah sampel (S4)2 dan
(S5)2. Pada tahap titrasi ini, setiap sampel ditambahkan larutan BaCl2. Volume
BaCl2 yang ditambahkan ke dalam sampel jumlahnya berbeda-beda,
tergantung dari volume HCl yang digunakan pada titrasi pertama tahap 1 dan
2. Jumlah volume BaCl2 yang ditambahkan dihitung dengan cara seperti
dibawah ini:
𝑉𝐵𝑎𝐶𝑙2 = (𝑇2 − 𝑇1) + ((𝑇2 − 𝑇1) 𝑥 0,1)
Penambahan BaCl2 dimaksudkan untuk mengendapkan seluruh
karbonat dalam larutan menjadi barium karbonat. Volume BaCl2 yang
ditambahkan secara berlebih dilakukan untuk mengantisipasi adanya kesalahan
pengukuran volume bikarbonat pada titrasi di Erlenmeyer pertama sehingga
seluruh bikarbonat dapat diendapkan dan tidak mengganggu proses titrasi
untuk mendapatkan volume NaOH yang ada di larutan ini. Selain itu
penambahan BaCl2 ini bertujuan agar terjadi pengendapan Na2CO3 ketika
bereaksi dengan BaCl2 dengan reaksi sebagai berikut:
Na2CO3 + BaCl2 → BaCO3 + 2NaCl
Pengendapan Na2CO3 bertujuan agar dalam proses titrasi ini volume
HCl yang dibutuhkan hanya untuk menetralkan NaOH sehingga HCl tidak
bereaksi dengan Na2CO3. Kemudian ditambahkan 1 tetes PP sehingga warna
larutan berubah dari bening menjadi pink keunguan. Kemudian larutan NaOH
dititrasi dengan menggunakan HCl hingga warna larutan menjadi bening. Dan
dengan reaksi seperti berikut ini.
12
NaOH + HCl → NaCl + H2O
Volume HCl yang didapatkan pada titrasi ini menunjukkan volume HCl
yang dibutuhkan untuk menetralkan larutan NaOH secara keseluruhan dan
disebut dengan volume T3. Dari volume T3 ini juga dapat diperoleh konsentrasi
NaOH sisa yang tidak bereaksi membentuk Na2CO3 dengan reaksi, sebagai
berikut:
2 NaOH + CO2 Na2CO3 +H2O
13
CO2 berhasil teradsorp oleh larutan NaOH. Selain itu, kosentrasi Na2CO3
mengalami kenaikan setelah melewati kolom absorpsi, dari konsentrasi 0,029 M
menjadi menjadi 0,042 M. Semetara pembentukan Na2CO3 pada proses ini adalah
1.25x10-4 gmol/sekon. Besarnya penambahan jumlah Na2CO3 juga
menggambarkan banyaknya gas CO2 yang teradsorp dalam larutan NaOH.
Berdasarkan pengolahan data, diasumsikan CO2 sebagai gas ideal, sehingga
didapatkan fraksi mol CO2 yang keluar adalah 0.055, dengan laju inlet
Gi=2.262x10-2 gmol/detik dan laju outlet Go=2.17x10-2 gmol/detik, serta
didapatkan laju absorbsi CO2 kedalam NaOH adalah Ga=8.6x10-4 gmol/detik.
Berdasarkan percoban absorpsi CO2 disimpulkan bahwa absorpsi CO2 dengan
NaOH lebih baik dibanding absorpsi CO2 dengan air. Hal ini dikarenakan NaOH
merupakan senyawa ionik kuat yang dapat membentuk natrium karbonat dan
natrium bikarbonat bila berkontakkan dengan karbondioksida, sehingga apabila
CO2 dan NaOH bertemu akan bereaksi dan membentuk ikatan ionic. Sedangkan,
CO2 dan air hanya terjadi ikatan polar-polar, dimana apabila CO2 dan air bertemu
akan membentuk asam karbonat dan asam bikarbonat yang merupakan asam lemah
dan derajat konversinya bergantung terhadap kesetimbangan kimia dan suhu.
4.4 Analisis Kesalahan
14
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
16