Tugas Resensi Novel Bahasa Indonesia

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 4

TUGAS RESENSI NOVEL BAHASA INDONESIA

Nama : Haniya Harum Pekerti R.


Kelas : 11 MIPA 1
No. Absen : 14

Tentang Senja yang Kehilangan Langitnya


Judul Buku :  Kata
Penulis :  Rintik Sedu
Editor :  Sulung S. Hanum
Penyelaras Aksara :  Ry Azzura
Desainer Sampul :  @hellodita
Ilustrasi Isi  :  @hellodita
Penyelaras Sampul :  Agung Nurnugroho
Jenis Novel :  Novel Fiksi
Penerbit :  GagasMedia
Tahun Terbit :  2018 (cetakan pertama)
Kota Terbit :  Jakarta Selatan
Tebal Buku :  13 x 19 cm
Jumlah Halaman :  vi + 389 halaman
Nomor ISBN :  978-979-780-932-4
Harga :  Rp. 99.000,- ( P. Jawa)

Novel ini ditulis oleh Rintik sedu merupakan nama akun Instagram yang
dipilih oleh Nadhifa Allya Tsana untuk memposting tulisan- tulisannya. Tsana
yang lahir di Jakarta, 4 Mei 1998, sudah mulai menulis sejak di bangku SMA.
Bermula gemar menulis sajak dan prosa di Blogspot. Saat ini ia sedang
menempuh Pendidikan di Politeknik Kesehatan Jakarta II jurusan Teknik
Elektromedik. Beberapa karyanya yang sudah diterbit adalah Geez& Ann #1
(2017), Geez & Ann #2 (2017), Rahasia Geez (2018) dan Kata (2018).
Saya mengetahui mengenai novel ini secara tidak sengaja saat saya
berkunjung ke salah satu toko buku ternama. Saat melihat cover dari novel ini saja
sudah sangat menarik. Novel yang dibalut dengan siluet dua orang yang sedang
memandang senja. Cerita di dalamnya sudah pasti mengisahkan Binta, Nugraha
dan Biru seperti yang tertulis di cover belakang buku ini.
Novel ini bercerita tentang tokoh Binta Dineshcara, atau yang biasa disapa
Binta, seorang mahasiswi jurusan ilmu komunikasi yang berparas cantik. Namun
di sisi lain ia sangat tertutup dan cuek, membuat dirinya tak memiliki banyak
teman. Binta lebih senang tenggelam bersama dunianya yang kelam dan hitam itu,
menurutnya.
Masalah hidup selalu datang menghampiri Binta . Ketika usia ia 5 tahun,
ayah nya meninggalkan Binta dan ibunya. Sehingga ibunya mengidap penyakit
Skizofrenia, yaitu penyakit kejiwaan yang membuat si penderita tidak bisa
membedakan mana yang nyata dan mana yang ada di dalam pikirannya. Selama
15 tahun berlalu, ibu Binta hanya diam dan mengamuk ketika perasaannya sedang
tidak baik. Binta adalah seorang yang sangat sulit untuk diajak bergaul,ini
dikarenakan ia berfikir ia lebih baik mengurus ibunya di rumah daripada bergaul
bersama teman-temannya. Ia hanya memiliki satu teman, Cahyo. Bahkan Cahyo
saja membutuhkan waktu yang sangat lama agar ia bisa menjadi sahabat Binta.
Cahyo sudah tau sifat Binta, ia juga sudah akrab dengan Ibunya Binta dan ia
sudah tau masalah hidup apa saja yang sedang dihadapi oleh Binta.
Binta menempuh pendidikan di salah satu universitas negeri ternama di
Jakarta. Binta merupakan mahasiswi semester tiga di jurusan Ilmu Komunikasi.
Kehidupan Binta di kampus pun tak begitu menyenangkan, sehari-hari di kampus
pun, Binta hanya duduk dan mendengarkan musik melalui Walkman kesayangan
nya, ia lebih senang menghabiskan waktunya dengan kesendirian yang ia buat.
Binta sering sekali dikeluarkan dari kelas oleh dosen. Bagi Binta, itu adalah hal
yang biasa, untung saja setiap Binta lagi merasa bosan  dan jenuh Cahyo selalu
ada untuknya, Cahyo sangat sabar menghadapi Binta. Cahyo sudah sering
menasihati Binta tetapi tetap saja Binta keras kepala.
Cahyo berkali-kali memperkenalkan teman laki-laki nya kepada Binta,
tetapi Binta selalu menolak. Tetapi untuk kali ini, ada sosok laki-laki dari Jurusan
Arsitektur ingin berkenalan dengan Binta. Tetap saja Binta selalu menolak ajakan
berkenalan itu.  Laki-laki tersebut bernama Nugraha, atau biasa dipanggil Nug,
laki-laki populer di kalangan anak arsitek, Nugraha merupakan laki-laki tampan
dan pintar. Ia digambarkan seseorang yang memiliki seribu kotak kesabaran
terlebih dalam menghadapi Binta yang begitu cuek. Selama pendekatan dengan
Binta, hanya ada penolakan dan juga usiran untuknya agar menyerah saja, itu
yang  hanya Nug terima, namun karena itulah Nug masih bertahan dan terus saja
memperjuangkan Binta, bahkan hampir saja Binta luluh dengan kegigihan Nug.

Bukan Nugraha jika akhirnya memilih menyerah dan pergi.. Berbagai cara
dilakukan Nugraha agar ia diterima sebagai teman oleh Binta. Binta mengira
dengan menunjukkan dunianya kepada Nugraha, membuat laki-laki itu membenci
Binta dan pergi. Tapi dugaan Binta salah. Nugraha justru semakin ingin mengenal
Binta. Bahkan Nugraha ikut mengasuh mamanya Binta. Nugraha tidak akan
menyerah sebelum Binta mengizinkannya untuk mencintainya.

Masalahnya, Binta hanya mencintai satu laki-laki. Biru namanya. Teman


masa kecil yang berada jauh entah di mana. Laki-laki yang selalu ada di hatinya
Binta, laki-laki yang selalu ada di mimpi Binta. Biru adalah satu-satunya alasan
Binta untuk melanjutkan hidupnya. Berbeda dengan Nug yang gigih, Biru
memiliki sifat pesimis, suka membuat puisi dan berkelana ke berbagai tempat
serta digambarkan menjadi seorang pemuda dengan masa depan yang tidak jelas.

Berpisah selama beberapa tahun, hingga pada suatu ketika semesta


menyetujui mereka untuk bertemu di suatu tempat bernama Banda Neira. Biru
datang kembali menemui Binta setelah menghilang selama 2 tahun. Perasaan
Binta saat itu senang dan sedih. Alih-alih mendapat kepastian akan kisahnya
bersama Biru yang selama ini menggantung, Binta justru dihadapkan pada
kenyataan yang membuat hidupnya semakin pahit. Dan Luka lama Binta kembali
terbuka.

Sementara di Jakarta, makhluk aneh yang tak kenal menyerah masih selalu
ada untuk Binta, dan menjadi penawar sakit yang Binta rasakan. Sampai suatu
Ketika Binta sudah mulai menerima kehadiran Nugraha di kehidupannya.
Ternyata ada sebuah kesalah pahaman yang membuat Binta dan Nugraha saling
berjauhan satu sama lain. Dan mereka pun memilih untuk pergi dari Jakarta.

Lantas apakah kisah mereka akan berakhir di sini ? Kalian bisa membaca
kelanjutan nya di novel Kata.

Novel Kata bertemakan kisah cinta remaja di lingkungan perkuliahan. Di


mana sang tokoh utama belum bisa melupakan cinta pertama di masa lalu hingga
suatu saat muncul orang baru dalam hidupnya. Masalah di novel ini berfokus pada
konflik batin (perasaan) cinta sigitiga antara Binta, Nugraha, dan Biru.

Alur dalam novel Kata ini campuran. Alur maju saat awal bab
menceritakan mengenai Binta dan kehidupannya. Saat ia bertemu dengan sosok
laki-laki aneh bernama Nugraha, yang selalu menggangu nya. Alur mundur saat
pertengahan bab menceritakan kembali kenangan masa lalu Binta dengan Biru
semasa kecil. Kembali lagi ke alur maju menceritakan kehidupan Binta setelah
Biru kembali ke Jakarta.

Novel Kata mengadopsi sudut pandang orang ketiga serba tahu. Di mana
Tsana, sang penulis, sangat mengetahui setiap detail kejadian dan konflik batin
yang dirasakan oleh setiap tokohnya.

Gaya Bahasa yang digunakan penulis selalu sama di setiap novelnya.


Bahasa yang apa adanya, sederhana namun syarat akan makna. Tidak bisa
dipungkiri, hal inilah yang membuat saya jatuh cinta saat pertama kali membaca
sinopsisnya. Penyampaian perasaan yang dialami tokoh digambarkan oleh penulis
dengan sangat apik. Novel ini juga mengandung majas-majas yang memperindah
gaya bahasanya.

Ada suatu kutipan dari novel ini yang sangat saya sukai, yakni
“Perempuan itu harus pintar, bukan untuk siapa-siapa, bukan untuk jadi kaya, tapi
untuk melahirkaan anak yang pintar seperti ibunya. Lagi pula, perempuan harus
punya pendidikan karena dari situ ia dihargai.”
Banyak amanat yang dapat diambil dari novel ini diantaranya berusahalah
jujur dengan perasaan sendiri, belajar untuk berdamain dengan masa lalu, boleh
cinta tapi jangan jadi ‘buta’, berusahalah tegas dalam mengambil keputusan dan
masih banyak lagi.

Keunggulan dari novel ini adalah novel ini sangat menarik untuk dibaca.
Karena dari segi cerita maupun penulisan kata, sangat mudah dipahami oleh para
pembaca. Di setiap bab nya selalu memiliki penuh kejutan baru, sehingga
pembaca dibuat penasaran. Cover buku nya juga cukup sederhana namun cantik,
didominasi oleh warna jingga dan terdapat siluet dari sepasang kekasih yang
menghadap ke senja di depan nya. Di setiap babnya, juga dilengkapi ilustrasi
pendukung yang memanjakan mata pembaca.

Selain memiliki keunggulan, buku ini juga memiliki kekurangan, yakni


ada beberpa kata yang terkadang salah tulis dan kurang konsistennya karakter
Binta di beberapa kejadian, halaman novel ini juga cukup tebal, sehingga
membutuhkan waktu lama untuk membaca nya sampai selesai. Ada beberapa
bagian mengenai kumpulan-kumpulan puisi karya Biru yang sangat panjang,
sehingga membuat bosan dan malas untuk membacanya. Juga mungkin di bagian
halaman akhir buku ditambah biografi singkat penulis agar pembaca pun bukan
sekedar tahu karya namun juga pencipta karyanya.

Meskipun memiliki kekurangan, novel ini sangat cocok untuk pecinta


genre roman teenlit. Saya sangat merekomedasikan novel ini untuk dibaca,
terutama bagi kalangan remaja, baik perempuan maupun laki-laki. Atau mungkin
untuk orang-orang yang belum bisa berpaling dari masa lalunya. Mungkin, novel
Kata ini bisa menjadi solusinya.

Anda mungkin juga menyukai