LP & Askep Kritis Selmi A
LP & Askep Kritis Selmi A
LP & Askep Kritis Selmi A
Oleh :
SELMI APRINATI
( NIM : 2020.01.14901.039 )
PEMBIMBING PRAKTIK
PEMBIMBING PRAKTIK
Mengetahui,
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas segala berkat dan anugrah-Nya sehingga saya dapat mennyelesaikan
“Asuhan keperawatan pada Tn.S Dengan Diagnosa HT Emergency di Ruang
ICU RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya” asuhan keperawatan ini
merupakan salah satu syarat untuk lulus Stase Keperawatan Kritis di STIKes Eka
Harap Palangka Raya. Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan dan arahan dari
berbagai pihak kiranya asuhan keperawatan ini tidak akan dapat terselesaikan
dengan baik.
Dalam kesempatan ini, perkenankanlah penulis mengucapkan rasa terima
kasih dan penghargaan setulusnya kepada:
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.pd.,M.Kes. selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Eka Harap Palangka Raya yang telah memberikan kesempatan dan
fasilitas kepada penulis untuk mengikuti Stase KDP
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners.,M.Kep. selaku Ketua Prodi S1 Keperawatan Ners
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya yang memberikan
dukungan dalam penyelesaian asuhan keperawatan ini.
3. Ibu Putria Carolina, Ns, M.Kep.selaku pembimbing akademik yang membimbing,
memberikan saran dan semangat kepada saya dalam menyelesaikan asuhan
keperawatan ini.
4. Ibu Rosaniah, S.Kep., Ners. selaku pembimbing lahan yang telah banyak
membantu dalam penyusunan asuhan keperawatan ini.
5. Bapak dan Ibu dosen STIKes Eka Harap Palangka Raya yang telah memberikan
materi terkait asuhan keperawatan dasar profesi.
6. Seluruh Staf STIKes Eka Harap yang banyak memberikan semangat dalam
menyelesaikan laporan kasus asuhan keperawatan ini.
7. Semua pihak yang telah membantu hingga laporan kasus asuhan keperawatan ini
dapat terselesaikan, yang mana telah memberikan bimbingan dan bantuan kepada
penyusun.
Semoga laporan kasus asuhan keperawatan ini dapat bermanfaat
bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang ilmu keperawatan.
Penyusun menyadari bahwa dalam menyusun laporan kasus asuhan keperawatan
ini masih jauh dari sempurna untuk itu kepada semua pihak, penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga dapat menunjang
kesempurnaan laporan kasus asuhan keperawatan ini.
Penulis
DAFTAR ISI
COVER…................................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN...............................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................iii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iv
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah...............................................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................................2
1.4 Manfaat .............................................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................4
2.1 Konsep Dasar Penyakit...................................................................................4
2.1.1 Definisi...........................................................................................................4
2.1.2 Etiologi...........................................................................................................6
2.1.3 Patofisiologi ..................................................................................................6
2.1.4 Manifestasi Klinis.........................................................................................10
2.1.5 Pemeriksaan Penunjang ...............................................................................11
2.1.6 Penatalaksanaan ...........................................................................................11
2.1.7 Komplikasi ...................................................................................................12
2.1.8 Manajemen Asuhan Keperawatan ................................................................13
2.1.9 Diagnosa keperawatan..................................................................................15
2.10 Intervensi .......................................................................................................16
2.11 Implementasi dan Evaluasi ................................................................24
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN.................................................................25
3.1 Pengkajian.....................................................................................................25
3.2 Diagnosa Keperawatan.................................................................................34
3.3 Intervensi Keperawatan................................................................................37
3.4 Implementasi Keperawatan..........................................................................40
3.5 Evaluasi Keperawatan..................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
makanan berserat. Selain itu adalah penggunaan tembakau dan alkohol (Sri &
Herlina, 2016).
Pola hidup yang tidak sehat pada penderita hipertensi pada pasien dengan
hipertensi perencanaan dan tindakan asuhan keperawatan yang dapat di lakukan
diantaranya yaitu memantau tanda-tanda vital pasien, pembatasan aktivitas tubuh,
istirahat cukup, dan pola hidup yang sehat seperti diet rendah garam, gula dan
lemak, dan berhenti mengkonsumsi rokok, alkohol serta mengurangi stress
(Aspiani, 2016).
Peran Perawat sebagai (educator) atau pendidik, peran ini meningkatkan
kesehatan melalui pemberian pengetahuan terkait dengan keperawatan dan
tindakan medis, serta dapat menurunkan risiko kematian, penyakit kardiovaskular
dan stroke (Gobel et al, 2016)
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dirumuskan bagaimana penerapan
Asuhan Keperawatan Dengan Diagnosa Medis HT Emergency
1.3 Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana Asuhan Keperawatan Dengan Diagnosa Medis
HT Emergency
1.3.1 Tujuan Khusus
1.3.1.1 Mampu Melakukan Pengkajian Keperawatan Dengan Diagnosa Medis
HT Emergency
1.3.1.2 Mampu Menegakan Diagnosa Keperawatan Dengan Diagnosa Medis HT
Emergency
1.3.1.3 Mampu Membuat Rencana Tindakan Keperawatan Dengan Diagnosa
Medis HT Emergency
1.3.1.4 Mampu Melaksanakan Tindakan Keperawatan Dengan Diagnosa Medis
HT Emergency
1.3.1.5 Mampu Melaksanakan Evaluasi Keperawatan Dengan Diagnosa Medis
Medis HT Emergency
4.1 Manfaat Penulisan
4.1.1 Teoritis
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Dikenal juga keadaan yang disebut krisis hipertensi. Keadaan ini terbagi 2
jenis:
1) Hipertensi emergensi, merupakan hipertensi gawat darurat, takanan darah
melebihi 180/120 mmHg disertai salah satu ancaman gangguan fungsi organ,
seperti otak, jantung, paru, dan eklamsia atau lebih rendah dari 180/120mmHg,
tetapi dengan salah satu gejala gangguan organ atas yang sudah nyata timbul.
2) Hipertensi urgensi : tekanan darah sangat tinggi (> 180/120mmHg) tetapi
belum ada gejala seperti diatas. TD tidak harus diturunkan dalam hitungan
menit, tetapi dalam hitungan jam bahkan hitungan hari dengan obat oral.
Sementara itu, hipertensi dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan penyebabnya :
a) Hipertensi Primer adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya
(hipertensi essensial). Hal ini ditandai dengan peningkatan kerja jantung akibat
penyempitan pembuluh darah tepi. Sebagian besar (90 – 95%) penderita
termasuk hipertensi primer. Hipertensi primer juga didapat terjadi karena
adanya faktor keturunan, usia dan jenis kelamin.
b) Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang disebabkan oleh penyakit
sistemik lainnya, misalnya seperti kelainan hormon, penyempitan pembuluh
darah utama ginjal, dan penyakit sistemik lainnya (Dewi dan Familia, 2010 :
22). Sekitar 5 – 10% penderita hipertensi sekunder disebabkan oleh penyakit
ginjal dan sekitar 1 – 2% disebabkan oleh kelainan hormonal atau pemakaian
obat tertentu misalnya pil KB (Elsanti, 2009 : 114 ).
2. Klasifikasi Hipertensi
6
WOC HIPERTENSI
Faktor Predisposisi
( Usia, Gaya Hidup, Merokok, minum Alkohol, Obesitas, Pola makan dll )
Hipertensi
Vasokontriksi Vasokontriksi
Vasokontriksi Korteks Adrenal Vasokontriksi
Vasokontriksi pembuluh darah pembuluh darah
pembuluh darah pembuluh darah
Pembuluh darah
2.1.7 Komplikasi
Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit
jantung, gagal jantung kongesif, stroke, gangguan penglihatan dan penyakit ginjal.
Tekanan darah yang tinggi umumnya meningkatkan resiko terjadinya komplikasi
tersebut. Hipertensi yang tidak diobati akan mempengaruhi semua sistem organ
dan akhirnya memperpendek harapan hidup sebesar 10-20 tahun.
Mortalitas pada pasien hipertensi lebih cepat apabila penyakitnya tidak
terkontrol dan telah menimbulkan komplikasi ke beberapa organ vital. Sebab
kematian yang sering terjadi adalah penyakit jantung dengan atau tanpa disertai
stroke dan gagal ginjal.
Dengan pendekatan sistem organ dapat diketahui komplikasi yang
mungkin terjadi akibat hipertensi. Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan
dan sedang mengenai mata, ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa perdarahan
retina, gangguan penglihatan sampai dengan kebutaan. Gagal jantung merupakan
kelainan yang sering ditemukan pada hipertensi berat selain kelainan koroner dan
miokard. Pada otak sering terjadi perdarahan yang disebabkan oleh pecahnya
mikroaneurisma yang dapat mengakibakan kematian. Kelainan lain yang dapat
terjadi adalah proses tromboemboli dan serangan iskemia otak sementara
(Transient Ischemic Attack/TIA). Gagal ginjal sering dijumpai sebagai komplikasi
hipertensi yang lama dan pada proses akut seperti pada hipertensi maligna. Risiko
penyakit kardiovaskuler pada pasien hipertensi ditentukan tidak hanya tingginya
tekanan darah tetapi juga telah atau belum adanya kerusakan organ target serta
faktor risiko lain seperti merokok, dislipidemia dan diabetes melitus. (Tekanan
13
darah sistolik melebihi 140 mmHg pada individu berusia lebih dari 50 tahun,
merupakan faktor resiko kardiovaskular yang penting. Selain itu dimulai dari
tekanan darah 115/75 mmHg, kenaikan setiap 20/10 mmHg meningkatkan risiko
penyakit kardiovaskuler sebanyak dua kali (Anggraini, Waren, et. al, 2019).
2.1.8 Manajemen Asuahan Keperawatan
2.1.8.1 Pengkajian
2.1.8.1 Identitas Klien
Nama, umur, suku/bangsa, status perkawinan, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, tanggal masuk rs, tanggal pengkajian
2.1.8.2 Riwayat keluhan utama meliputi
Klien mengatakan kepala terasa pusing seperti berputar-putar
2.1.8.3 Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat penyakit keluarga hipertensi, diabetes mellitus, dislipidemia,
penyakit jantung koroner, stroke atau penyakit ginjal
2.1.8.4 Riwayat kesehatan dahulu
Tidak ada riwayat penyakit keluarga seperti penyakit menular TBC,asma,
dll.
2.1.8.2 Pemeriksaan Fisik
1) Kepala: normal, kepala tegak lurus, tulang kepala umumnya bulat
dengan tonjolan frontal di bagian anterior dan oksipital dibagian posterior.
2) Rambut: biasanya tersebar merata, tidak terlalu kering, tidak terlalu
berminyak.
3) Mata: biasanya tidak ada gangguan bentuk dan fungsi mata. Mata
anemis, tidak ikterik, tidak ada nyeri tekan.
4) Telinga: normalnya bentuk dan posisi simetris. Tidak ada tanda-tanda
infeksi dan tidak ada gangguan fungsi pendengaran.
5) Hidung: bentuk dan fungsi normal, tidak ada infeksi dan nyeri tekan.
6) Mulut: mukosa bibir kering, tidak ada gangguan perasa.
7) Leher: tidak ada benjolan
8) Dada: tidak ada kelainan kulit, atau tanda-tanda radang.
9) Hepar: biasanya tidak ada pembesaran hepar.
10) Ekstremitas: biasanya tidak ada gangguan pada ektremitas.
14
kering. Kolaborasi
5. Mekonium di jalan nafas pada 1. Kolaborasi pemberian
Neonatus. mukolitik atau ekspektoran, jika perlu
Gejala dan Tanda Minor.
Subjektif :
1. Dispnea.
2. Sulit bicara.
3. Ortopnea.
Objektif :
1. Gelisah.
2. Sianosis.
3. Bunyi napas menurun.
4. Frekuensi napas berubah.
5. Pola napas berubah.
Kondisi Klinis Terkait
1. Gullian barre syndrome.
2. Sklerosis multipel.
3. Myasthenia gravis.
4. Prosedur diagnostik (mis.
bronkoskopi, transesophageal
echocardiography [TEE] ).
5. Depresi sistem saraf pusat.
6. Cedera Kepala
7. Stroke
8. Kuadriplegia
9. Sindron aspirasi mekonium
10. Infeksi saluran Napas.
perfusi serebral tidak efektif (SLKI. I. 06198.Hal.249) (SLKI. I. 06198.Hal.249)
18
2.1.11 Implementasi
Lakukan, informasikan, dan tuliskan, adalah frase tindakan
implementasi. Melakukan asuhan keperawatan dengan dan untuk klien.
Menginformasikan hasil dengan cara berkomunikasi dengan klien dan anggota
tim layanan kesehatan lain, secara individual atau dalam konferensi perencanaan.
Menuliskan informasi dengan cara mendokumentasikannya sehingga penyedia
layanan kesehatan selanjutnya dapat melakukan tindakan dengan tujuan dan
pemahaman. Selalu ingat bahwa komunikasi dan dokumentasi yang adekuat akan
memfasilitasi kontinuitas asuhan (Rosdahl dan Kowalski, 2017)
2.1.12 Evaluasi
Evaluasi adalah pengukuran keefektifan pengkajian, diagnosis,
perencanaan, dan implementasi. Klien adalah fokus evaluasi. Langkah-langkah
dalam mengevaluasi asuhan keperawatan adalah, menganalisis respon klien,
mengidentifikasi faktor yang berkontribusi terhadap keberhasilan atau kegagalan,
dan perencanaan untuk asuhan di masa depan.
Menurut Dinarti dkk, (2019). Evaluasi asuhan keperawatan
didokumentasikan dalam bentuk SOAP (subyektif, obyektif, assesment, planning).
Komponen SOAP yaitu S (subyektif) dimana perawat menemukan keluhan klien
yang masih dirasakan setelah dilakukan tindakan. O (obyektif) adalah data yang
berdasarkan hasil pengukuran atau observasi klien secara langsung dan dirasakan
setelah selesai tindakan keperawatan. A (assesment) adalah kesimpulan dari data
subyektyif dan obyektif (biasanya ditulis dalam bentuk masalah keperawatan), P
(planning) adalah perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan,
dimodifikasi atau ditambah dengan rencana kegiatan yang sudah ditentukan
sebelumnya.
25
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
25
26
mg,terpasang Ngt,infus pct 1 gr,ada riwayat cito evd point kiri,kie keluarga (+)
acc untuk operasi dan konsul anastesi, Setelah tindakan operasi dilakukan klien
masuk di ruang ICU untuk mendapatkan perawatan selanjutnya.
3.1.2.3 Riwayat Penyakit Sebelumnya
Keluarga klien mengatakan klien ada riwayat hipertensi
3.1.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga klien mengatakan bahwa dalam keluarga mempunyai riwayat
penyakit keturunan seperti hipertensi.
3.1.1 Genogram
jumlah GCS = 8,Kesadaran somnolen, pupil Anisokor, reflex cahaya kanan dan
kiri positif. Tidak terdapat kejang, pelo maupun tremor. Uji Syaraf Kranial
diperoleh Nervus Kranial I (olfaktorius) pasien belum dapat membedakan bau,
Nervus Kranial II (optikus) pasien belum dapat melihat dengan baik, Nervus
Kranial III (okulomotorius) pasien dapat menggerakan bola mata ke arah kiri dan
kanan, Nervus Kranial IV (troklearis) pupil isokor, Nervus Kranial V (trigeminus)
pasien dapat merasakan sentuhan panas dan dingin pada kulitnya, Nervus Kranial
VI (abdusen) pasien dapat menggerakan bola mata ke arah kanan, kiri, atas dan
bawah, Nervus Kranial VII (fasialis) pasien belum dapat membedakan rasa manis
dan asin, Nervus Kranial VIII (Vestibulokoklearis) pasien belum dapat mendengar
dengan baik, Nervus Kranial IX (gasofaringeal) pasien belum dapat menelan
dengan baik, Nervus Kranial X (vagus) pasien belum dapat mengucap “ah”,
Nervus Kranial XI (aksesorius) pasien belum dapat mengangkat bahu dan
menoleh, Nervus Kranial XII (hipogosus) pasien tidak dapat menjulurkan lidah,
dan menggerakkan lidah ke kanan dan kiri.
Hasil uji koordinasi ekstrimitas atas jari ke jari negatif, jari ke hidung negatif
ekstrimitas bawah tumit ke jempul kaki negatif uji kestabilan tubuh negatif uji
sensasi tidak ada respon
Masalah keperawatan:
1. Perfusi Serebral tidak Efektif
2.Penurunan Kapasitas adaptif intrakarnial
3.1.2.7 Eliminasi Urine (Bladder)
Pada pemeriksaan eliminasi ditemukan hasil yaitu, tampak terpasang
cateter, produksi urine dengan output urine ± 1.400cc/24 jam, warna urine kuning
pekat, bau khas amoniak, tidak ada masalah/lancer.
3.1.2.8 Eliminasi Alvi (bowel)
Pada pemeriksaan bowel didapatkan bibir tampak lembab dan tidak ada
perlukaan, gigi lengkap, tidak terpasang gigi palsu atau kawat gigi, tidak terdapat
karang gigi, dan tidak ada perlukaan serta perdarahan. Gusi tidak ada peradangan,
perdarahan atau perlukaan. Mukosa mulut lembab, tidak ada tonsil dan
haemoroid. BAB 1-2 x/hari, warna kuning kecoklatan, konsistensi lembek, tidak
ada masalah seperti diare (-), konstipasi (-), kembung (-), feces berdarah (-),
29
melena (-), bising usus (+) 12 x/menit, tidak ada nyeri tekan dan benjolan. Tidak
ada keluhan lainnya dan tidak ditemukan masalah keperawatan.
3.1.2.9 Tulang, Otot dan integumen (Bone)
Kemampuan pergerakan sendi terbatas, parese (+), paralise (+),
hemiparese (+), krepitasi (-), nyeri (-), bengkak (-), kekukan otot (+), flasiditas (-),
spastisitas (-). Uji kekuatan otot ekstremitas atas 4|4, ekstremitas bawah 4|4, tidak
ada deformitas tulang (-), peradangan (-), perlukaan (-), dan patah tulang (-) dan
Tulang belakang normal. Keluhan lain : tidak ada.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
3.1.2.10 Kulit-kulit Rambut
Tidak terdapat alergi obat dan makanan pada klien. Suhu kulit terasa
hangat, warna kulit normal, turgor kulit cukup, tekstur terasa halus, tidak terdapat
ulcus pada klien, tidak ada jaringan parut, tekstur rambut kasar, distribusi rambut
tidak merata (rontok), bentuk kuku simetris dan dipayudara sebelah kanan
terdapat balutan luka setelah operasi mastektomi, terlihat luka insisi panjang dan
lebar, area pada luka tampak bersih, kering, tidak ada pus, dan tidak berbau.
Keluahan lain : tidak ada keluhan lain
Masalah Keperawatan: tidak ada
3.1.2.11 Sistem Penginderaan
Fungsi penglihatan tidak baik, gerakan bola mata klien tidak fokus,
sklera normal/putih, konjungtiva berwarna merah muda, kornea bening, tidak
menggunakan alat bantu (kacamata/lensa kontak), tidak ada nyeri dan tidak ada
keluhan lainnya. Pada pemeriksaan telinga/pendengaran didapatkan hasil fungsi
pendengaran baik. Pada pemeriksaan hidung/penciuman didapatkan hasil bentuk
simetris, tidak ada lesi (-), patensi (-), obstruksi (-), nyeri tekan sinus (-),
transluminasi (-), polip (-). Tidak ada masalah keperawatan.
3.1.3 Pola Fungsi Kesehatan
3.1.3.1 Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit
Keluarga klien mengatakan bahwa hanya sedikit tahu dengan penyakit
yang dialami oleh klien, keluarga klien juga berharap agar klien cepat sembuh
agar dapat beraktivitas seperti biasanya.
3.1.3.2 Nutrisi dan Metabolisme
30
ditempat tidur dan semua aktivitas dibantu oleh keluarga dan perawat, skala
aktivitas 2 (memerlukan bantuan dan pengawasan). Keluhan lain : tidak ada.
3.1.3.7 Koping-Toleransi Terhadap Stress
Keluarga klien mengatakan jika terjadi masalah maka mereka akan saling
menceritakannya.
3.1.3.8 Nilai-Pola Keyakinan
Klien beragama Islam tidak ada tindakan keperawatan maupun medis yang
bertentangan dengan keyakinan yang dianutnya.
3.1.4 Sosial Spiritual
3.1.4.1 Kemampuan Berkomunikasi
Selama sakit klien dapat berkomunikasi dengan baik dengan keluarga, dan
petugas kesehatan.
3.1.4.2 Bahasa sehari-hari
Bahasa yang digunakan sehari-hari menggunakan bahasa dayak dan
Bahasa Indonesia.
3.1.4.3 Hubungan dengan keluarga
Hubungan klien dengan keluarga cukup baik. istri dan anak klien setiap
saat selalu memperhatikan keadaan klien dan perkembangan kesehatan klien.
3.1.4.4 Hubungan dengan Teman/Petugas kesehatan/orang lain
Sebelum sakit hubungan Tn.S dengan orang lain cukup baik, dengan
teman,petugas kesehatan dan orang lain.
3.1.4.5 Orang berarti/terdekat
Orang yang paling berarti bagi klien adalah keluarganya
3.1.4.6 Kebiasaan menggunakan waktu luang
Saat ada waktu luang biasanya digunakan klien untuk berkumpul bersama
keluarga atau pun beristirahat.
3.1.4.7 Kegiatan Beribadah
Klien mengatakan sebelum sakit klien aktif mengikuti ibadah dan aktif
dalam kegiatan keagaman lainnya, Sedangkan saat sakit, klien mengalami
hambatan dalam menjalankan ibadah.
3.1.5 Data Penunjang (Radiologi, Laboratorium,Penunjang Lainnya)
Senin, 20 Maret 2021
32
1. Pemeriksan Laboratorium
No. Parameter Hasil Satuan Nilai Normal
1. Glukosa- 143 mg/dl <200
sewaktu
2. Ureum 35 mg/dl 65-100
3. Creatinin 1.20 mg/dl 0,7-1,5
2. Pemeriksaan Rontgen
isotonik ekstraseluler
3 Wida Kn 2 1000 10 tpm IV Wida KN yang diindikasi sebagai sumber
cc asupan air & elektrolit.
4 Inj. antrain 3x1 mg IV adalah obat bermerek yang mengandung
natrium metamizole. Metamizole sendiri
merupakan obat analgetik, antispasmodik,
dan antipiretik untuk meringankan rasa
sakit
5 Inj. Perimperan 3x1 amp IV merupakan obat yang mengandung
Metoclopramide 10 mg. Metoclopramide
digunakan untuk meredakan mual dan
muntah yang disebabkan oleh induksi
kemoterapi, radiasi, paska operasi
6 Pct 4x1 gr IV Meredakan nyeri ringan hingga sedang
seperti sakit kepala, sakit gigi, nyeri otot,
serta menurunkan demam.
7 Amlodipin 30 mg 6x11 PO Obat ini digunakan untuk mengatasi
hipertensi atau tekanan darah tinggi dan
membantu mencegah nyeri dada pada
pasien angina pectoris.
8 OBH syr 3x10 cc PO Meredakan segala jenis batuk karena pilek,
influenza, bronchitis, asma, dan
kebanyakan merokok.
9 moxifloxcacin 1x400 IV Obat ini umumnya diberikan pada keadaan
mg pneumonia, sinusitis bakterial akut,
bronkitis kronik eksaserbasi akut, infeksi
kulit, dan infeksi intraabdomen
10 Sp fentanyl 500 mg IV adalah obat yang digunakan untuk
meringankan rasa nyeri.
11 Sp herbesser 50 mg IV adalah obat yang digunakan untuk
pengobatan darah tinggi dan nyeri dada.
(Selmi Aprinati)
Perfusi serebral tidak efektif (SLKI. I. 06198.Hal.249) (SLKI. I. 06198.Hal.249) 1. Peningkatan tekanan darah
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor peningkatan tekanan
sistemik yang diikuti oleh
penurunan sirkulasi darah ke
selama 3x24 jam, diharapkan darah
otak penuruan tekanan arah
(SDKI.D 0017 Hal,51) perfusi jaringan dapat optimal 2. Observasi tingkat kesadaran klien
diastolic merupakan tanda
dengan kriteria hasil: 3. Evaluasi kemampuan membuka
terjadinya peningkatan TIK.
1. Meningkatkan kesadaran mata
2. Untuk mengetahui tingkat
klien 4. Posisikan pasien dengan posis
kesadaran klien
2. GCS : 15 (compos menthis) semi fowler
3. Untuk menentukan tingkat
3. TTV 5. Masukkan alat nasopharyngeal
kesadaran klien
TD : 120/80 mmHg. airway (NPA) atau oropharingeal
4. untuk memaksimalkan
N : 60-100x/menit airway (OPA) mayo
ventilasi
RR:20x/menit 6. Kolaborasi dengan dokter
S : 36o C pemberian terapi obat
39
DAFTAR PUSTAKA