LP Dan Askep Kep - Kritis Yovan Imanuel Tebaru - 1
LP Dan Askep Kep - Kritis Yovan Imanuel Tebaru - 1
LP Dan Askep Kep - Kritis Yovan Imanuel Tebaru - 1
DI BUAT OLEH :
Yovan Imanuel
(2020.02.14901.045)
Pembimbing Praktik
Mengetahui
KUP Profesi Ners
i
LEMBAR PENGESAHAN
Pembimbing Praktik
Mengetahui
KUP Profesi Ners
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus dengan judul
” Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan pada Ny. H Dengan Diagnosa
Medis Post Operasi EVD (External Ventrikular Drainage) Dengan Indikasi
Intracerebral Hematoma (ICH) Di Ruang ICU RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya”. Laporan Kasus Asuhan Keperawatan ini merupakan salah satu
persyaratan pada Pendidikan Program Profesi Ners Stase Keperawatan Kritis di
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.
Selama menyusun laporan kasus asuhan keperawatan ini, penulis mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagi pihak serta bantuan baik secara langsung
maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini secara khusus
penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1) Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes. selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2) Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep. selaku Ketua Program Studi S1
Keperawatan dan Ners.
3) Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan dorongan, arahan dan pemikiran serta penuh kesabaran
membimbing penyusunan dalam menyelesaikan laporan kasus asuhan
keperawatan ini.
4) Ibu Rosaniah, S.Kep.,Ners. selaku pembimbing klinik yang telah memberikan
dorongan, arahan dan pemikiran serta penuh kesabaran membimbing
penyusunan dalam menyelesaikan laporan kasus asuhan keperawatan ini.
5) Bapak dan Ibu dosen STIKes Eka Harap Palangka Raya yang telah
memberikan materi terkait asuhan keperawatan dasar profesi.
6) Seluruh Staf STIKes Eka Harap yang banyak memberikan semangat dalam
menyelesaikan laporan kasus asuhan keperawatan ini.
7) Semua pihak yang telah membantu hingga laporan kasus asuhan keperawatan
ini dapat terselesaikan, yang mana telah memberikan bimbingan dan bantuan
kepada penyusun.
Semoga laporan kasus asuhan keperawatan ini dapat bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang ilmu keperawatan.
Penyusun menyadari bahwa dalam menyusun laporan kasus asuhan keperawatan
ini masih jauh dari sempurna untuk itu kepada semua pihak, penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga dapat menunjang
kesempurnaan laporan kasus asuhan keperawatan ini.
Penulis
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1.1.2 Etiologi
Menurut Paula (2012) ada beberapa penyebab dari intracerebral hematoma
(ICH) yaitu sebagai berikut :
1.1.2.1 Kecelakaan yang menyebabkan trauma kepala
1.1.2.2 Fraktur depresi tulang tengkorak
1.1.2.3 Hemoragic
1.1.2.4 Gerak akselerasi dan deselerasi tiba-tiba
1.1.2.5 Cedera penetrasi peluru
1.1.2.6 Jatuh
1.1.2.7 Kecelakaan kendaraan bermotor
1.1.2.8 Hipertensi
1.1.2.9 Malformasi arteri venosa
1.1.2.10 Aneurisma
1.1.4 Patofisiologi
Perdarahan intraserebral ini dapat disebabkan oleh karena ruptur arteri
serebri yang dapat dipermudah dengan adanya hipertensi. Keluarnya darah dari
pembuluh darah didalam otak berakibat pada jaringan disekitarnya atau
didekatnya, sehingga jaringan yang ada disekitarnya akan bergeser dan tertekan.
Darah yang keluar dari pembuluh darah sangat mengiritasi otak, sehingga
mengakibatkan vosospasme pada arteri disekitar perdarahan, spasme ini dapat
menyebar keseluruh hemisfer otak dan lingkaran willisi, perdarahan aneorisma-
aneorisma ini merupakan lekukan-lekukan berdinding tipis yang menonjol pada
arteri pada tempat yang lemah. Makin lama aneorisme makin besar dan kadang-
kadang pecah saat melakukan aktivitas. Dalam keadaan fisiologis pada orang
dewasa jumlah darah yang mengalir ke otak 58 ml/menit per 100 gr jaringan otak.
Bila aliran darah ke otak turun menjadi 18 ml/menit per 100 gr jaringan otak akan
menjadi penghentian aktifitas listrik pada neuron tetapi struktur sel masih baik,
sehingga gejala ini masih revesibel. Oksigen sangat dibutuhkan oleh otak
sedangkan O2 diperoleh dari darah, otak sendiri hampir tidak ada cadangan O2
dengan demikian otak sangat tergantung pada keadaan aliran darah setiap saat.
Bila suplai O2 terputus 8-10 detik akan terjadi gangguan fungsi otak, bila lebih
lama dari 6-8 menit akan tejadi jelas/lesi yang tidak putih lagi (ireversibel) dan
kemudian kematian. Perdarahan dapat meninggikan tekanan intrakranial dan
menyebabkan ischemi didaerah lain yang tidak perdarahan, sehingga dapat
berakibat mengurangnya aliran darah ke otak baik secara umum maupun lokal.
Timbulnya penyakit ini sangat cepat dan konstan dapat berlangsung beberapa
menit, jam bahkan beberapa hari (Corwin, 2017).
WOC (Web Of Caustion) Trauma kepala, Fraktur depresi tulang tengkorak, Hipertensi, Malformasi Arteri Venosa,
Aneurisma, Distrasia darah, Obat, Merokok
ICH
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal
menunjukkan adanya hemoragik pada subarakhnoid atau perdarahan pada
intrakranial.
1.1.5.3 CT-Scan (Computerized Tomografi Scan)
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak
dari jaringan yang infrak sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak.
1.1.6 Penatalaksanaan
Pendarahan intracerebral lebih mungkin menjadi fatal dibandingkan stroke
ischemic. Pendarahan tersebut biasanya besar dan catastrophic, khususnya pada
orang yang mengalami tekanan darah tinggi yang kronis. Lebih dari setengah
orang yang mengalami pendarahan besar meninggal dalam beberapa hari. Mereka
yang bertahan hidup biasanya kembali sadar dan beberapa fungsi otak bersamaan
dengan waktu. Meskipun begitu, kebanyakan tidak sembuh seluruhnya fungsi
otak yang hilang.
Pengobatan pada pendarahan intracerebral berbeda dari stroke ischemic.
Anticoagulant (seperti heparin dan warfarin), obat-obatan trombolitik, dan obat-
obatan antiplatelet (seperti aspirin) tidak diberikan karena membuat pendarahan
makin buruk. Jika orang yang menggunakan antikoagulan mengalami stroke yang
mengeluarkan darah, mereka bisa memerlukan pengobatan yang membantu
penggumpalan darah seperti :
1) Vitamin K, biasanya diberikan secara infuse.
2) Transfusi atau platelet. Transfusi darah yang telah mempunyai sel darah dan
pengangkatan platelet (plasma segar yang dibekukan).
3) Pemberian infus pada produk sintetis yang serupa pada protein di dalam
darah yang membantu darah untuk menggumpal (faktor penggumpalan).
Operasi untuk mengangkat penumpukan darah dan menghilangkan
tekanan di dalam tengkorak, bahkan jika hal itu bisa menyelamatkan hidup, jarang
dilakukan karena operasi itu sendiri bisa merusak otak. Juga, pengangkatan
penumpukan darah bisa memicu pendarahan lebih, lebih lanjut kerusakan otak
menimbulkan kecacatan yang parah. Meskipun begitu, operasi ini kemungkinan
efektif untuk pendarahan pada kelenjar pituitary atau pada cerebellum. Pada
beberapa kasus, kesembuhan yang baik adalah mungkin.
Menurut Corwin (2017) menyebutkan penatalaksanaan untuk intra
cerebral hematoma adalah sebagai berikut :
1) Observasi dan tirah baring lama.
2) Mungkin diperlukan ligasi pembuluh yang pecah dan evakuasi hematom
secara bedah.
3) Mungkin diperlukan ventilasi mekanis.
4) Untuk cedera terbuka diperlukan antibiotiok.
5) Metode-metode untuk menurunkan tekanan intra kranium termasuk
pemberian diuretik dan obat anti inflamasi.
6) Pemeriksaan Laboratorium seperti : CT-Scan, Thorax foto, dan laboratorium
lainnya yang menunjang.
1.2.2 Tujuan
Menurut Addison (2012) berikut adalah tujuan pengeringan dan
pemantauan aliran CSF dari system ventrikel :
1.2.2.1 Untuk mengontrol dan mengurangi ICP
1.2.2.2 Untuk mengevaluasi CSF sitology dan kimia dan untuk memantau tren
1.2.2.3 Untuk memberikan jalan keluar sementara CSF dalam keadaan malfungsi
atau terinfeksi CSF shunts
Kondisi klinis umum yang memerlukan penempatan suatu EVD adalah
sebagai berikut :
1) Trauma kepala berat
2) Perdarahan sub arachnoid
3) Perdarahan intraventrikular
4) Akut hidrosefalus etiologi apapun
1.2.3 Indikasi
Menurut Addison (2012) berikut ini adalah indikasi untuk pemantauan ICP
adalah sebagai berikut :
1.2.3.1 Cedera kepala berat
1.2.3.2 Hydrocephalus
1.2.3.3 Perdarahan intrakranial
1.2.3.4 Ensefalopati tertentu, seperti sindrom reye
1.2.3.5 Kelas yang lebih tinggi perdarahan subarachnoid
1.2.3.6 Reseksi dari space-occupying lession, baik sebelum operasi dan pasca
operasi, terutama pada pasien dipertahankan pada sedasi
1.2.4 Kontraindikasi
Menurut March (2010) berikut ini adalah kontraindikasi untuk perangkat
drainase eksternal CSF:
1.2.4.1 Pasien yang menjalani terapi antikoagulan pada pasien dengan gangguan
sirkulasi
1.2.4.2 Infeksi pada atau dekat lokasi proyeksi penempatan, termasuk kulit kepala,
jaringan subkutan, tulang, atau ruang epidural.
1.2.4.3 Ketidakmampuan untuk memberikan pengawasan yang ketat terus
menerus
1.2.4.4 Noncommunicating hidrosefalus
1.2.4.5 Besar lesi massa intrakranial, dan hematoma
1.2.4.6 Oklusi CSF mengalir keruang subarachnoid karena trauma, hematoma,
fraktur, atau tumor.
1.2.6 Komplikasi
Menurut March (2010) komplikasi drainase eksternal cairan cerebrospinal
(CSF) adalah sebagai berikut :
1) Infeksi, terutama meningitis, ventriculitis, dan infeksi luka, membatasi
durasi pemantauan dari situs tunggal untuk kurang dari 5 hari
meminimalkan risiko infeksi
2) Perdarahan intracranial dan defisit neurologis permanen karena CSF
berlebih
3) Perdarahan intra serebral dan edema, mengarah kepeningkatan lebih lanjut
dalam ICH, yang disebabkan oleh tusukan otak sering selama penyisipan
ventrikel kateter, meminimalkan jumlah tusukan membantu mencegah
komplikasi ini
4) Runtuhnya dinding ventrikel, pada pasien mengakibatkan obstruksi kateter
dan predisposisi herniasitentorial, CSF rilis berlebihan sebelum kateter
sistem melekat pada garis pasien harus dihindari untuk mencegah
komplikasi ini
5) Terlalu banyak atau tidak adekuatnya drainase dari CSF disebabkan oleh
ketinggian yang salah buret drainase, pemutusan atau dislogment dari EVD,
bocor disekitar lokasi pembuangan
6) Tidak akurat pengukuran tekanan intrakranial (pembuangan harus ditutup
pada saat pengukuran (ICP)
1.2.8 Peralatan
1) EVD dengan tekanan tabung koneksi untuk monitor dan sistem drainase
2) Pita pengukur ditandai dalam centimeter
3) Carpenter’s spirit level (waterpas tukang kayu)
4) Order dokter untuk drainase CSF dan tingkat dari ICP dimana untuk
memulai drainase
1.2.9 Prosedur
Gambar 2.8 Gambar Prosedur External Ventricular Drainage (EVD)
1) Posisi pasien dengan kepala ditinggikan 30-45 derajat atau sesuai yang
diperintahkan
2) Tingkat transduser ke tragus tersebut (external auditory meatus)
3) Puncak posisi drainase ditetapkan pada tingkat sentimeter sesuai yang
diperintahkan ahli bedah syaraf. Ini biasa 5-20cm diatas tingkat tragus.
Untuk menentukan tingkat yang diperlukan, menempatkan pita pengukur
pada tiang IV. Mengukur keatas dari tingkat transducer pada tiang IV.
Ketingkat sentimeter yang memerintahkan, kemudian menandai titik ini.
4) Mengamankan burette ke tiang IV dengan “pressure line” diatas burette
level yang telah ditandai
5) Mendokumentasikan ICP predrainase
6) Menghidupkan keran pada kateter ventrikular dan drainase sistem
7) Meninggalkan keran diposisi ini untuk waktu lama untuk mengeluarkan
CSF
8) Observasi burette untuk meneteskan CSF, jika tidak menetes periksa posisi
keran. Jika kran dalam posisi benar dan tetesan CSF tidak bisa dilihat,
beritahu MO
9) Selama drainase, bentuk gelombang pada monitor tidak mencerminkan ICP
1.3.6 Evaluasi
Evaluasi adalah tahap kelima dari proses keperawatan, pada tahap ini
perawat membandingkan hasil tindakan yang telah dilakukan dengan kriteria hasil
yang sudah ditetapkan serta menilai apakah masalah yang terjadi telah teratasi
seluruhnya, teratasi sebagian, atau belum teratasi semuanya. Mengevaluasi juga
merupakan menilai atau menghargai, dalam konteks inievaluasi dadalah aktivitas
yang direncanakan, berkelanjutan dan terarah ketika klien dan professional
kesehatan menemukan kemajuan klien menuju pencapaian/tujuan hasil, dan
keefektifan dari rencana asuhan keperawatan. Evaluasi juga menjadi aspek
penting proses keperawatan karena kesimpulan yang ditarik dari evaluasi
menentukan apakah rencana/intervensi keperawatan harus diakhiri, dilanjutkan
atau diubah.
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1.1 Genogram
Masalah keperawatan: -
3.1.2.8 Eliminasi Urine (Bladder)
Pada pemeriksaan eliminasi ditemukan hasil yaitu, tampak terpasang
pekat, bau khas amoniak, tidak ada masalah/lancer.
3.1.2.9 Eliminasi Alvi (bowel)
Pada pemeriksaan bowel didapatkan bibir tampak lembab dan tidak ada
perlukaan, gigi lengkap, tidak terpasang gigi palsu atau kawat gigi, tidak terdapat
karang gigi, dan tidak ada perlukaan serta perdarahan. Gusi tidak ada peradangan,
perdarahan atau perlukaan. Mukosa mulut lembab, tidak ada tonsil dan
haemoroid. BAB 1-2 x/hari, warna kuning kecoklatan, konsistensi lembek, tidak
ada masalah seperti diare (-), konstipasi (-), kembung (-), feces berdarah (-),
melena (-), bising usus (+) 12 x/menit, tidak ada nyeri tekan dan benjolan. Tidak
ada keluhan lainnya dan tidak ditemukan masalah keperawatan.
3.1.2.10 Tulang, Otot dan integumen (Bone)
Kemampuan pergerakan sendi terbatas, parese (+), paralise (+),
hemiparese (+), krepitasi (-), nyeri (-), bengkak (-), kekukan otot (+), flasiditas (-),
spastisitas (-). Uji kekuatan otot ekstremitas atas 5/5, ekstremitas bawah 5/|5,
tidak ada deformitas tulang (-), peradangan (-), perlukaan (-), dan patah tulang (-)
dan Tulang belakang normal.
Masalah Keperawatan :
2. Pemeriksan Laboratorium
No. Parameter Hasil Satuan Nilai Normal
1. Glukosa- 111 mg/dl <200
sewaktu
2. Ureum 30 mg/dl 65-100
3. Creatinin 1.10 mg/dl 0,7-1,5
3. Pemeriksaan Rontgen
Dari hasil X-RAY tersebut pasien menunjukan cor tidak membesar, CTR <50 %,
aorta normal, posisi lebih kekanan sinuses costofernikus dan diagframa normal,
pulmo; hili normal, corakan bronkhovaskuler kanan meningkat, tampak lesi
opasitas homogen di hemitorak kanan bawah, tampak penebalan peribronchial
kanan, tampak bercak infilrat di lapang atas kedua paru, aringan lunak dan tulang
dinding dada tidak tampak kelainan
(Yovan Imanue;,S.Kep)
3.2 Analisa Data
No Data Kemungkinan Masalah
Penyebab
1. Data subjektif Darah membentuk Resiko infeksi
Klien mengatakan nyeri pada bagian masa atau hematoma berhubungan
kepala skala 4 akibat luka insisi post dengan prosedur
operasi. Penatalaksanaan invasif post
Data objektif kraniotomi operasi
- Klien tampak berbaring dengan
posisi kepala 150
- Tampak terdapat luka operasi Luka insisi
EVD pada kepala dengan ukuran pembedahan
8 cm
- Klien terpasang infus nacl 0,9%
1.500 cc/24 jam Post dientri
- Terpasang cateter miikroorganisme
- Tanda-tanda vital
TD : 148/70 mmHg resiko infeksi
Nadi : 91 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 37,40C
SPO2 : 98 %
- Leukosit : 12.600/uL
3.3 Prioritas Masalah
1. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif post operasi yang
ditandai dengan klien tampak berbaring dengan posisi kepala 150, tampak
terdapat luka operasi EVD pada kepala dengan ukuran 8 cm, klien terpasang
infus nacl 0,9% 1.500 cc/24 jam, terpasang cateter, tanda-tanda vital; TD :
148/70 mmHg, Nadi : 91 x/menit, Respirasi : 20 x/menit, Suhu : 37,40C,
SPO2 : 98 %, Leukosit : 12.600/Ul. (SDKI. D.0142. Hal.304)
3.4 Rencana Keperawatan
Nama Pasien : Tn. F
Ruang Rawat : ICU
Carpenito, Lynda Juall, 2017, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC,
Jakarta.
Pembimbing, Mahasiswa,