Tugas Formulasi Sediaan Tetes Mata

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

TUGAS FORMULASI SEDIAAN TETES MATA

Disusun Oleh :

Jihan Nuril Baiti (17613010)

Venny Avioli Putri S (17613028)

Sita Arfadila (17613042)

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

2019
A.) Preparasi / Formula Sediaan Tetes Mata

Bahan Konsentrasi

Sulfasetamida 10
natrium (%)

Natrium 0,1
tiosulfat (%)

Dinatrium 0,05
edetat (%)

Timerosal (%) 0,01

Dapar fosfat 7
(pH)

Air injeksi (mL) ad 100

Semua bahan baku ditimbang, kemudian dicampurkan ke dalam gelas piala


150 mL yang telah dikalibrasi, air untuk injeksi ditambahkan hingga tanda batas
dan disaring dengan kertas saring, lalu pH awal sediaan diukur. Larutan diambil
menggunakan syringe dan dimasukkan ke dalam vial coklat masing-masing
sebanyak 10 mL, untuk selanjutnya disterilisasi.

B.) Sterilisasi Sediaan Tetes Mata

Tetes mata natrium sulfasetamid dapat disterilkan dengan beberapa cara,


misalnya dengan autoklaf, pemanasan, bakterisida, dan penyaringan
menggunakan penyaring bakteri.
Sediaan tetes mata diuji sterilitasnya melalui tahapan:
1. Pelarutan media uji,
2. Evaluasi media uji, dan
3. Uji sterilitas sediaan.
Media yang digunakan untuk uji sterilitas adalah media Tioglikolat dan
Soybean-Casein Digest. Media Tioglikolat dibuat dengan menimbang 29,8 g, lalu
dilarutkan di dalam 1 L akuades, didihkan sampai larut sempurna. Media
diisikan ke dalam tabung reaksi, ditutup dengan kapas yang dibalut kasa, lalu
disterilkan dengan autoklaf selama 30 menit pada suhu 121 oC. Untuk media
Soybean-Casein Digest dibuat dengan menimbang 30 g kemudian dilarutkan ke
dalam 1 L akuades, didihkan sampai larut sempurna. Media diisikan ke dalam
tabung reaksi dan ditutup dengan kapas yang dibalut kasa, disterilkan dengan
autoklaf selama 30 menit pada suhu 121 oC.

Uji sterilitas media dilakukan dengan mengambil media Tioglikolat dan


Soybean Casein Digest steril masing-masing dua tabung dan diinkubasikan pada
suhu 3035oC (untuk Tioglikolat) dan suhu 2025 oC (untuk Soybean-Casein
Digest) dalam waktu tidak kurang dari 7 hari. Sisa media disimpan di dalam
lemari pendingin pada suhu 10 oC hingga waktu penggunaan. Pertumbuhan
bakteri atau jamur dapat diketahui dengan timbulnya kekeruhan pada media.

Pada saat sebelum melakukan uji sterilitas dari sediaan, pada meja lemari
aseptis terlebih dahulu dilap dengan alkohol 70%, lalu dinyalakan lampu
ultraviolet (UV) dan LAF selama 1jam. Kemasan obat tetes mata bagian
luarnya dibersihkan dengan alkohol 70%. Tiga tabung reaksi yang berisi media
Tioglikolat, ke dalam masing-masing tabung diteteskan 2 mL sediaan uji
dan diinkubasikan pada suhu 3035 oC. Hal yang sama dilakukan terhadap tiga
tabung reaksi yang berisi media Soybean-Casein Digest,dan diinkubasikan pada
suhu 2025 oC. Inkubasi dilakukan selama tidak kurang dari 14 hari dan setiap
hari diamati apakah terjadi kekeruhan dan juga perlu adanya kontrol sterilitas
media uji berupa kontrol positif, dan kontrol negatif.

C.) Evaluasi Sediaan Tetes Mata


Evaluasi sediaan merupakan tahap akhir dalam serangkaian proses pembuatan

sediaan farmasi tetes mata dengan cara melihat bentuk sediaan. Pada sediaan

tetes mata, harus dilakukan uji evaluasi terlebih dahulu untuk mengetahui apakah

sediaan tetes mata tersebut layak untuk di gunakan dalam pengobatan atau tidak.
1.      Uji Organoleptis

Uji organoleptik atau uji indera atau uji sensori merupakan cara pengujian

dengan menggunakan indera manusia sebagai alat utama untuk pengukuran daya

penerimaan terhadap suatu produk. Pengujian organoleptik mempunyai peranan

penting dalam penerapan mutu suatu sediaan. Pengujian organoleptik dapat

memberikan indikasi kebusukan, kemunduran mutu dan kerusakan lainnya dari

produk.

Uji organoleptik biasanya dilakukan untuk menilai mutu bahan mentah

yang digunakan untuk pengolahan dan formula yang digunakan untuk

menghasilkan produk. Selain itu, dengan adanya uji organoleptik, produsen dapat

mengendalikan proses produksi dengan menjaga konsistensi mutu dan

menetapkan standar tingkat atau kelas-kelas mutu. Produsen juga dapat

meningkatkan keuntungannya dengan cara mengembangkan produk baru,

meluaskan pasaran, atau dengan mengarah ke segmen pasar tertentu. Melalui uji

organoleptik, produsen juga dapat membandingkan mutu produknya dengan

produk pesaing sehingga dapat memperbaiki kekurangan produknya dengan cara

menyeleksi bahan mentah atau formulasi dari berbagai pilihan atau tawaran.

Pengujian dilakukan dengan mengamati bau, rasa, warna serta kelarutan

bahan dalam sediaan larutan tetes mata. Setelah itu hasil pengamatan dicatat dan

dilaporkan dalam bentuk tabel.

2.      Kejernihan

Kejernihan adalah suatu batasan yang relatif, artinya sangat dipengaruhi oleh

penilaian subjektif dari pengamat. Uji kejernihan larutan sangat penting untuk

memastikan tidak ada partikel padat yang belum terdispersi kecuali sediaan yang
dibuat dalam bentuk suspensi, serta untuk mengidentifikasi partikel-partikel yang

tidak diinginkan dalam sediaan larutan tetes mata tersebut. Tidak dapat diragukan,

suatu larutan bersih yang sangat mengkilap, membawa pengaruh bagi pengamat

untuk menyimpulkan bahwa produk tersebut istimewa baik dalam mutu maupun

kemurniannya.

Uji kerjernihan ditujukan untuk memastikan bahwa tidak ada partikel

padat kecuali berbentuk suspensi. Pengamatan dilakukan di bawah cahaya yang

terdifusi, tegak lurus ke arah bawah tabung. Penetapan dilakukan dengan

menggunakan tabung reaksi alas datar diameter 15 mm hingga 25 mm, tidak

berwarna, transparan, dan terbuat dari kaca netral. Masukkan ke dalam dua

tabung reaksi masing-masing larutan zat uji dan Suspensi padanan yang sesuai

secukupnya, dibuat segar sehingga volume larutan dalam tabung reaksi terisi

setinggi tepat 40 mm. Bandingkan kedua isi tabung setelah 5 menit pembuatan

suspensi padanan dengan latar belakang yang hitam.

Larutan mata adalah dengan definisi bebas dari partikel asing dan jernih

secara normal diperoleh dengan filtrasi. Tentunya, pentingnya peralatan filtrasi

agar jernihdan tercuci baik sehingga bahan-bahan partikulat tidak dikontribusikan

untuk larutan dengan desain peralatan untuk menghilangkannya. Pengerjaan

penampilan untuk larutan dalam lingkungan yang bersih, penggunaan LAF dan

harus tidak tertumpah memberikan kebersihan untuk penyiapan larutan jernih

bebas dari partikel asing. Dalam beberapa permasalahan, kejernihan dan sterilisasi

dilakukan dalam langkah filtrasi yang sama. Ini penting untuk menyadari bahwa

larutan jernih sama fungsinya untuk pembersihan wadah dan tutup. Keduanya,

wadah dan tutup harus bersih, steril dan tak tertumpahkan.Wadah atau tutup
tidak membawa partikel dalam larutanselama kontak lama dalam penyimpanan.

Normalnya dilakukan tes sterilisasi.

Prosedur Pengujian (FI IV, 881) :

Lakukan penetapan menggunakan tabung reaksi alas datar diameter 15 mm

hingga 25 mm, tidak berwarna, transparan, dan terbuat dari kaca netral.

a.       Masukkan ke dalam 2 tabung reaksi, masing-masing larutan zat uji

dan suspense padanan yang sesuai secukupnya, yang dibuat segar

sehingga volume larutan dalam tabung reaksi terisi setinggi tepat 40

mm.

b.      Bandingkan kedua isi tabung setelah 5 menit pembuatan Suspensi

padanan, dengan latar belakang hitam.

c.       Pengamatan dilakukan di bawah cahaya yang terdifusi, tegak lurus

ke arah bawah tabung. Difusi cahaya harus sedemikian rupa sehingga

Suspensi padanan I dapat langsung dibedakan dari air dan dari suspensi

padanan II.

3.      Buffer dan pH

Buffer dan pH dalam sediaan tetes mata sangat penting untuk

memperbaiki daya tahan sediaan, mengoptimasi kerja zat aktif, dan juga

untuk mencapai kelarutann yang memuaskan. Mirip seperti darah,

cairan mata menunjukan kapasitas dapar tertentu, yang sedikit lebih

rendah oleh karena sistem yang terdapat pada darah seperti asam

karbonat, plasma, protein amfoter dan fosfat primer – sekunder, juga

dimilikinya kecuali sistem hemoglobin – oksi hemoglobin. Harga pHnya

juga seperti darah 7,4 akan tetapi hilangnya karbondioksida dapat


meningkatkan harga pH sampai 8 – 9. Pada pemakain tetes biasa yang

nyari tanpa rasa nyeri adalah larutan dengan harga pH 7,3 – 9,7. daerah

pH dari 5,5 – 11,4 masih dapat diterima.

Tetes mata didapar atas dasar beberapa alasan yang sangat berbeda.

Misalnya untuk memperbaiki daya tahan (penisilina), untuk

mengoptimasikan kerja (misalnya oksitetrasiklin) atau untuk mencapai

kelarutan yang memuaskan (misalnya kloromfenikol). Pengaturan

larutan pada kondisi isohidri (pH = 7,4) adalah sangat berguna untuk

mencapai rasa bebas nyeri yang sempurna, meskipun hal ini sangat sulit

direalisasikan. Oleh karena kelarutan dan stabilitas bahan obat dan

sebagian bahan pembantu juga kerja optimum disamping aspek

fisiologis (tersatukan) turut berpengaruh.

Aspek-aspek tersebut sangat jarang dalam kondisi optimal pada

harga pH fisiologis. Harga pH yang tepat yang dimiliki larutan,

merupakan harga kompromis antara faktor-faktor yang telah

disebutkan tadi. Harga itu disebut sebagai harga euhidris misalnya

garam alkaloida yang umumnya dipakai sebagai tetes mata memiliki

stabilitas maksimal dalam daerah pH 2 – 4, yang jelas sangat tidak

fisiologis. Hal yang sama terjadi pada anestetikal lokal untuk terapi mata

(stabilitas maksimumnya pada harga pH 2,3 -5,4). Terakhir yaitu dengan

menaiknya harga ph juga menunjukan peningkatan efektifitas atas dasar

membaiknya penetrasi pada kornea. Dengan mempertimbangkan

keseimbangan fisiologisnya, larutan ini dieuhidritkan sampai pada

harga pH 5, 5 – 6,5.
Penyeimbangan pH pada umumnya dilakukan dengan larutan dapar

isotonis. Larutan dapar berikut digunakan secara internasional:

a.       Dapar natrium asetat – asam borat, kapasitas daparnya tinggi dalam

daerah asam.

b.      Dapar fospat, kapasitas daparnya tinggi dalam daerah alkalis.

c.       Jika harga pH yang ditetapkan atas dasar stabilitas berada diluar

daerah yang dapat diterima secara fisiologis, diwajibkan untuk

menambahkan dapar dan melakukan pengaturan pH melalui

penambahan asam atau basa.Larutan yang dibuat seperti itu praktis

tidak menunjukan kapasitas dapar sehingga oleh cairan air mata lebih

mudah diseimbangkan pada harga fisiologis dari pada larutan yang

didapar.Antara isotonis dan euhidri terdapat kaitan yang terbatas dalam

hal tersatukannya secara fisiologis.Yakni jika satu larutan mendekati

kondisi isotonis, meskipun tidak berada pada harga pH yang cocok

masih dapat tersatukan tanpa rasa nyeri.

d.      Idealnya, sediaan tetes mata sebaiknya diformulasi pada pH yang

ekivalen dengan cairanair mata yaitu 7,4 dan prakteknya jarang dicapai.

Mayoritas bahan aktif dalam optalmology adalah garam basa lemah dan

paling stabil pada pH asam.Ini umumnya dapat dibuat dalam suspensi

kortikosteroid tidak larut.Suspensi biasanya paling stabilpada pH asam,

pH optimum umumnya menginginkan kompromi pada formulator.pH

diseleksi jadi optimum untuk stabil. Sistem dapar diseleksi agar

mempunyai kapasitas adekuat untuk memperoleh pH dengan range


stabilitas untuk durasi umur produk. Kapasitas buffer adalah kunci

utama situasi ini

Prosedur Pengujian :

a.       Kertas indikator pH. Kertas dicelupkan ke dalam larutan dan hasil

warna yang terbentuk dibandingkan terhadap warna standar. pH meter

(FI IV, <1071>)

b.      Harga pH adalah harga yan gdiberikan oleh alat potensiometrik (pH

meter) yang sesuai, yang telah dibakukan terhadap Baku larutan dapar,

yang mampu mengukur harga pH sampai 0,02 unit pH. Pelarut untuk

Larutan dapar harus sama dengan pelarut sediaan.

4.      Tonisitas

Tonisitas berarti tekanan osmotik yang diberikan oleh garam-garam

dalam larutan berair. Larutan mata adalah isotonik dengan larutan lain

ketika magnitude sifat koligatif larutan adalah sama. Larutan

tetesmata dipertimbangkan isotonik ketika tonisitasnya sama dengan

0,9 % larutan NaCl. Sebenarnya mata lebih toleran terhadap variasi

tonisitas dari suatu waktu yang diusulkan.Sediaan tetes mata sebaiknya

dibuat mendekati isotonis agar dapat diterima tanpa rasa nyeri dan

tidak dapat menyebabkan keluarnya air mata, yang dapat mencuci

keluar bahan obatnya. Untuk membuat larutan mendekati isotonis,

dapat digunakan medium isotonis atau sedikit hipotonis, umumnya

digunakan natrium-klorida (0,7-0,9%) atau asam borat (1,5-1,9%)

steril. Mata biasanya dapat mentoleransi larutan sama untuk range 0,5
% – 1,8 %NaCl intraokuler. Namun demikian ini tidak dibutuhkan ketika

stabilitas produk dipertimbangkan.

5.      Viskositas

Tetes mata dalam air mempunyai kerugian, oleh karena mereka dapat

ditekan keluar dari saluran konjunktival oleh gerakan pelupuk mata.

Oleh karena itu waktu kontaknya pada mata menurun. Melalui

peningkatan viskositas larutan tetes mata dapat dicapai distribusi bahan

aktif yang lebih baik didalam cairan dan waktu kontak yang lebih

panjang dengan mata. Lagi pula sediaan tersebut memiliki sifat lunak

dan licin sehingga dapat mengurangi rasa nyeri. Oleh Karena itu sediaan

ini sering dipakai pada pengobatan kerato konjunktifitis. USP

mengizinkan penggunaan peningkat viskositas untuk memperpanjang

waktu kontak dalam mata dan untuk absorpsi obat dan aktivitasnya.

Bahan-bahan seperti metil selulose, polivinil alkohol dan hidroksil metil

selulose ditambahkan secara berkala untuk meningkatkan viskositas.

Para peneliti telah mempelajari efek peningkatan viskositas dalam

waktu kontak dalam mata. Umumnya viskositas meningkat 25-50 cps

range yang signifikan meningkat lama kontak dalam mata.

Prosedur Uji :

a.       Masukkan larutan tetes mata dalam viskosimeter ostwald melalui

pipa yang berdiameter lebih besar/yang mempunyai labu.

b.      Larutan tetes mata dihentikan dimasukan apabila ½ ruang yang

berbentuk tabung terisi.

c.       Tutup labu yang berdiameter kecil dengan bola hisap


d.      Hisap larutan tetes mata dengan bola hisap hingga naik diatasnya

garis yang paling atas

e.       Lepaskan bola hisap,bila larutan tetes mata turun tampak pada garis

pertama,hidupkan stopwatch.

f.       Matikan stopwatch ketika larutan tetes mata tepat pada garis ke 2

g.      Hitung kekentalanya,lakukan percoban diatas 3 kali

h.      Hitung waktu alir larutan tetes mata.hitung kekentalannya:

6.      Uji Sterilitas

Semua produk tetes mata yang diberi label steril harus melewati uji

sterilitas setelah mengalami suatu proses sterilisasi efektif. Uji sterilisasi

sangat penting untuk membersihkan larutan tetes mata dari

pencemaran (kontaminasi) mikroorganisme yang merugikan (patogen)

dan juga untuk mengetahui tingkat sterilitas dari larutan tetes mata

tersebut. Sediaan tetes mata dinyatakan steril apabila bebas dari

mikroorganisme hidup yang patogen maupun yang tidak, baik dalam

bentuk vegetatif maupun dalam bentuk tidak vegetatif.

Prosedur Uji:

a.       Inokulasi langsung ke dalam media perbenihan lalu diinkubasi pada

suhu 2 sampai 25°C. Volume tertentu spesimen ditambahkan volume

tertentu media uji, diinkubasi selama tidak kurang dari 14 hari,

kemudian amati pertumbuhan secara visual sesering mungkin

sekurang-kurangnya pada hari ke-3atau ke-4 atau ke-5, pada hari ke-7

atau hari ke-8 dan pada hari terakhir dari masa uji.
b.      Pada interval waktu tertentu dan pada akhir periode inkubasi,

semua isi wadah akan diamat untuk menunjukkan ada atau tidaknya

pertumbuhan mikroba seperti kekeruhan dan atau pertumbuhan pada

permukaan. Jika tidak terjadi pertumbuhan, maka sediaan tetes mata

yang telah diuji memenuhi syarat

Anda mungkin juga menyukai