Lapres Uji Fitokimia Pada Ekstrak Rimpang Temulawak

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

LABORATORIUM : KIMIA ORGANIK


PRAKTIKUM : KIMIA ORGANIK
JUDUL PERCOBAAN : Uji Fitokimia pada Ekstrak Rimpang Temulawak

Oleh:

Prestylia Ikke Kurnia M. (PKA 2015 / 15030194002)

Muhamad Dwi Ainun Rosyid (PKA 2015 / 15030194011)

Soraya (PKA 2015 / 15030194061)

Faraqanita Dwi Novianti (PKA 2015 / 15030194090)

Program/Jurusan : S1 Pendidikan Kimia / Kimia

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


I. NO. PERCOBAAN : 09
II. JUDUL PERCOBAAN : Uji Fitokimia pada Ekstrak Rimpang Temulawak
III. TUJUAN PERCOBAAN :
1. Memilih peralatan yang dibutuhkan sesuai dengan percobaan yang dikerjakan.
2. Memilih bahan – bahan yang dibutuhkan sesuai dengan percobaan yang
dikerjakan.
3. Mengidentifikasi komponen kimia tumbuhan dari kelompok terpenoid, steroid,
fenolik (antrakuinon, tanin, dan fenol), flavonoid, dan alkaloid yang terkandung
dalam ekstrak rimpang temulawak.
IV. TANGGAL PERCOBAAN : Kamis, 27 April 2017 pukul 09:40 – 15:30 WIB
V. DASAR TEORI :
Menurut Robinson (1991) fitokimia adalah untuk menentukan ciri senyawa aktif
penyebab efek racun atau efek yang bermanfaat, yang ditunjukan oleh ekstrak tumbuhan
kasar bila diuji dengan sistem biologis. Pemanfaatan prosedur fitokimia telah mempunyai
peranan yang mapan dalam semua cabang ilmu tumbuhan. Meskipun cara ini penting
dalam semua telaah kimia dan biokimia juga telah dimanfaatkan dalam kajian biologis.
Sejalan dengan hal tersebut, menurut Moelyono (1996) analisis fitokimia
merupakan bagian dari ilmu farmakognosi yang mempelajari metode atau cara analisis
kandungan kimia yang terdapat dalam tumbuhan atau hewan secara keseluruhan atau
bagian-bagiannya, termasuk cara isolasi atau pemisahannya.

Tinjauan Tentang Tanaman


JAHE MERAH (Zingiber officinale var. Rubrum)
Jahe merah termasuk tanaman jenis rimpangan-rimpangan yang tumbuh di daerah
dataran rendah sampai wilayah pegunungan dengan ketinggian 0 sampai 1.500 meter dari
permukaan air laut. Selain sebagai bahan untuk membuat bumbu masak, jahe secara
empiris juga digunakan sebagai salah satu komponen penyusun berbagai ramuan obat:
seperti ramuan untuk meningkatkan daya tahan tubuh, mengatasi radang, batuk, luka, dan
alergi akibat gigitan serangga (Rahminiwati, 2010).
Rimpang jahe merah mengandung gingerol yang memiliki aktivitas antioksidan,
antibakteri, antiinflamasi, antikarsinogenik, antimutagenik, antitumor (Kim et al., 2005).
Kandungan senyawa metabolit sekunder pada tanaman jahe-jahean terutama dari golongan
flavonoid, fenol, terpenoid, dan minyak atsiri. Senyawa metabolit sekunder yang
dihasilkan tumbuhan Zingiberaceae ini umumnya dapat menghambat pertumbuhan
patogen yang merugikan kehidupan manusia, diantaranya bakteri Escherichia coli dan
Bacillus subtilis, serta beberapa mikroba lainya (Nursal et al., 2006).

TANAMAN SECANG (Caesalpinia sappan)


Kayu secang sangat dikenal terutama di Sulawesi sebagai pemberi warna pada air
minum yang dikenal sebagai teh secang. Kayu secang juga merupakan salah satu ramuan
yang digunakan dalam pembuatan minuman tradisional Betawi bir pletok yaitu sebagai
pemberi warna (Winarti dan Nurdjanah, 2005). Kayu secang memiliki rasa sedikit manis
dan hampir tidak berbau dan sering juga digunakan sebagai obat untuk berbagai macam
penyakit. Kayu secang mengandung komponen yang memiliki aktivitas antioksidan dan
antimikrobia.
Tumbuhan secang merupakan perdu dengan tinggi 5-10 m, batang dan
percabangannya berduri tempel yang bentuknya bengkok dan letaknya tersebar, batang
berbentuk bulat, warnanya hijau kecoklatan. Secang tumbuh liar dan kadang ditanam
sebagai tanaman pagar atau pembatas kebun. Daun tumbuhan ini bertipe majemuk
menyirip ganda, bunganya bertipe majemuk berbentuk malai dengan mahkota bentuk
tabung dan berwarna kuning, buahnya menyerupai buah polong yang berisi 3-4 biji
berbentuk bulat memanjang dan berwarna kuning kecoklatan. Panenan kayu dapat
dilakukan mulai umur 1-2 tahun dan kayunya bila digodok memberi warna merah gading
muda, dapat digunakan untuk pengecatan, memberi warna pada bahan anyaman, kue,
minuman atau sebagai tinta (Dianasari 2009).

Gambar 1. Tanaman Secang (Caesalpinia sappan)


(Sumber : Khaytarova, 2012)

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sanusi (1989), telah dilakukan isolasi zat
warna merah yang terkandung dalam kayu sappang atau lebih dikenal dengan nama secang
sebagai senyawa golongan brazilin. Brazilin merupakan senyawa antioksidan yang
mempunyai katekol dalam struktur kimianya. Menurut Indriani (2003), kayu secang dapat
digunakan sebagai pewarna alami karena mengandung brazilin berwarna merah yang
bersifat mudah larut dalam air panas. Ditambahkan oleh Holinesti (2009), brazilin
(C16H14O5) memiliki warna kuning sulfur jika dalam bentuk murni, dapat dikristalkan,
larut dalam air, jernih mendekati tidak berwarna dan berasa manis. Asam tidak
berpengaruh terhadap larutan brazilin, tetapi alkali dapat membuatnya bertambah merah.
Dikatakan oleh Holinesti (2009), bahwa eter dan alkohol akan menimbulkan warna
kuning pucat terhadap larutan brazilin. Sedangkan apabila terkena sinar matahari maka
brazilin akan dengan cepat membentuk warna merah. Terjadinya warna merah ini
disebabkan oleh terbentuknya brazilein (C16H12O5). Brazilin termasuk ke dalam flavonoid
sebagai isoflvonoid.
Menurut Moon dkk (1992), berdasarkan aktivitas antioksidannya, brazilin
mempunyai efek melindungi tubuh dari keracunan akibat radikal kimia. Selanjutnya Lim
dkk (1997), membuktikan bahwa indeks antioksidatif dari ekstrak kayu secang lebih tinggi
daripada antioksidan komersial (BHT atau BHA). Peneliti lain mengungkapkan bahwa
brazilin diduga mempunyai efek anti-inflamasi (Winarti dan Nurdjanah, 2005).
Menurut Winarti dan Nurdjanah (2005), secara empiris kayu secang dipakai
sebagai obat luka, batuk berdarah, berak darah, darah kotor, penawar racun, sipilis,
menghentikan pendarahan, pengobatan pasca persalinan, desinfektan, antidiare dan
astringent. Berbagai penelitian juga telah dilakukan untuk menguji manfaat kayu secang,
seperti khasiatnya sebagai antibakteri. Dituliskan oleh Indriani (2003), bahwa kayu secang
juga mempunyai aktivitas sebagai antibakteri dan bakteriostatik sehingga sering digunakan
sebagai obat muntah darah, diare dan disentri. Ditambahkan oleh Wicaksono dkk (2008),
kayu secang mengandung senyawa brazilin yang diduga memiliki aktivitas antikanker,
senyawa fenolik dan flavonoid sebagai antioksidan dan senyawa aktif lain seperti
sappanchalcone dan caesalpin P yang terbukti memiliki khasiat untuk terapi antiinflamasi,
antidiabetes, dan terapi gout secara in vitro.

Senyawa Uraian Yang akan diteliti


Menurut Harborne (1996) senyawa metabolit sekunder yang umum terdapat pada
tanaman adalah : alkaloid, flavanoid, steroid, saponin, terpenoid dan tannin.
Alkaloid
Alkaloid adalah suatu golongan senyawa yang tersebar luas hampir pada semua
jenis tumbuhan. Semua alkaloid mengandung paling sedikit satu atom nitrogen yang
biasanya bersifat basa dan membentuk cincin heterosiklik (Harborne, 1984).
Alkaloid dapat ditemukan pada biji, daun, ranting dan kulit kayu dari tumbuh-
tumbuhan. Kadar alkaloid dari tumbuhan dapat mencapai 10-15%. Alkaloid kebanyakan
bersifat racun, tetapi ada pula yang sangat berguna dalam pengobatan. Alkaloid merupakan
senyawa tanpa warna, sering kali bersifat optik aktif, kebanyakan berbentuk kristal tetapi
hanya sedikit yang berupa cairan (misalnya nikotin) pada suhu kamar (Sabirin, et al.,1994).
Suatu cara mengklasifikasi alkaloid adalah didasarkan pada jenis cincin
heterosiklik nitrogen yang terikat. Menurut klasifikasi ini alkaloid dibedakan menjadi ;
pirolidin, piperidin, isoquinolin, quinolin dan indol.

Kebasaan alkaloid menyebabkan senyawa ini mudah terdekomposisi terutama oleh


panas, sinar dan oksigen membentuk N-oksida. Jaringan yang masih mengandung lemak,
maka dilakukan ekstraksi pendahuluan petroleum eter.
Flavonoid
Flavonoid adalah kelompok senyawa fenol terbesar yang ditemukan di alam
terutama pada jaringan tumbuhan tinggi. Senyawa ini merupakan produk metabolik
sekunder yang terjadi dari sel dan terakumulasi dari tubuh tumbuhan sebagai zat racun.
Senyawa flavonoid mempunyai kerangka dasar karbon dalam inti dasarnya yang
tersusun dalam konfigurasi C6 - C3 – C6. Susunan tersebut dapat menghasilkan tiga struktur
yaitu: 1,3-diarilpropana (flavonoid), 1,2-diarilpropana (isoflavonoid), 2,2-diarilpropana
(neoflavonoid).
Gambar 3. Struktur Dasar Flavonoid (Manitto, 1981).
Menurut Markham (1982), flavonoid merupakan senyawa polar karena mempunyai
gugus hidroksil yang tak tersulih, atau suatu gula, sehingga flavonoid cukup larut dalam
pelarut polar seperti etanol, metanol, butanol dan air.
Flavonoid umumnya terikat pada gula sebagai glukosida dan aglikon flavonoid. Uji
warna yang penting dalam larutan alkohol ialah direduksi dengan serbuk Mg dan HCl
pekat. Diantara flavonoid hanya flavalon yang menghasilkan warna merah ceri kuat
(Harborne,1984).
Steroid / triterpenoid
Steroid adalah terpenoid yang kerangka dasarnya terbentuk dari sistem cincin
siklopentana prehidrofenantrena. Steroid merupakan golongan senyawa metabolik
sekunder yang banyak dimanfaatkan sebagai obat. Hormon steroid pada umumnya
diperoleh dari senyawa-senyawa steroid alam terutama dalam tumbuhan (Djamal, 1988).
Senyawa ini memiliki kegunaan bagi tumbuhan, yaitu sebagai pengatur pertumbuhan,
karotenoid sebagai pewarna, dan memiliki peran dalam membantu proses fotosintesis.
Kadang juga digunakan sebagai bahan baku/simplesia pembuatan obat dalam bidang
farmasi.
Saponin
Saponin atau glikosida sapongenin adalah salah satu tipe glikosida yang tersebar
luas dalam tanaman. Tipe saponin terdiri dari sapongenin yang merupakan molekul aglikon
dan sebuah gula. Saponin merupakan senyawa yang menimbulkan busa jika dikocok
dengan air dan pada konsentrasi rendah sering menyebabkan hemolisis sel darah merah,
sering digunakan sebagai detergen. Fungsi saponin dalam tumbuh-tumbuhan tidak
diketahui, mungkin sebagai bentuk penyimpanan karbohidrat, atau merupakan waste
product dari metabolisme tumbuh-tumbuhan.
Terpenoid
Semua terpenoid berasal dari molekul isoprena, CH2=C(CH3)-CH=CH2 dan
kerangka karbonya dibangun oleh penyambungan dua atau lebih satuan C5 ini. Walaupun
demikian, secara biosintesis senyawa yang berperan adalah isopentil pirofosfat,
CH2=C(CH3)-(CH)2OPP, yang terbentuk dari asetat melalui asam mevalonat,
CH2OHCH2C(OH,CH3)-CH2CH2COOH. Isopentil piropospat terdapat dalam sel hidup dan
berkesinambungan dengan isomernya, dimetilalil piropospat, (CH3)2C=CHCH2OPP.
Berdasarkan kenyataan ini, terpenoid dikelompokan dalam 5 bagian:
a. Monoterpen terdiri dari dua unit C5 atau 10 atam karbon.
b. Siskuisterpen terdiri dari tiga unit C5 atau 15 atom karbon
c. Diterpen terdiri dari empat unit C5 atau 20 atom karbon
d. Triterpen terdiri dari enam unit C5 atau 30 atom karbon
e. Tetraterpen terdiri dari delapan unit C5 atau 40 atom karbon
Secara kimia, terpenoid umumnya larut dalam lemak dan terdapat didalam
sitoplasma sel tumbuhan. Biasanya diekstraksi memakai petrolium eter, eter atau
kloroform dan dapat dipisahkan secara kromatografi pada silika gel dengan pelarut ini
(Harborne,1987).
Tanin
Tanin meruapakan senyawa polivenol yang berarti termasuk dalam senyawa
fenolik. Tanin dapat bereaksi dengan protein membentuk kopolimer mantap yang tidak
larut dalam air. Secara kimia terdapat dua jenis tanin, yaitu: (1) tanin terkondensasi atau
flavolan dan (2) tanin yang terhidrolisis.
1. Tanin terkondensasi atau flavolan
Tersebar luas dalam tumbuhan angiospermae, terutama pada tumbuhan-tumbuhan
berkayu. Nama lainnya adalah proantosianidin karena bila direaksikan dengan asam
panas, beberapa ikatan karbon-karbon penghubung satuan terputus dan dibebaskanlah
monomer antosianidin. Kebanyakan proantosianidin adalah prosianidin karena bila
direaksikan dengan asam akan menghasilkan sianidin. Proantosianidin dapat dideteksi
langsung dengan mencelupkan jaringan tumbuhan ke dalam HCl 2M mendidih selama
setengah jam yang akan menghasilkan warna merah yang dapat diekstraksi dengan amil
atau butil alkohol. Bila digunakan jaringan kering, hasil tanin agak berkurang karena
terjadinya pelekatan tanin pada tempatnya didalam sel.
2. Tanin yang terhidrolisis
Terbatas pada tumbuhan berkeping dua. Terutama terdiri atas dua kelas, yang
paling sederhana adalah depsida galoiglukosa. Pada senyawa ini glukosa dikelilingi oleh
lima gugus ester galoil atau lebih. Jenis kedua, inti molekul berupa senyawa dimer asam
galat, yaitu asam heksahidroksidifenat yang berikatan dengan glukosa. Bila dihidrolisis
menghasilkan asam angelat. Cara deteksi tanin terhidrolisis adalah dengan
mengidentifikasi asam galat/asam elagat dalam ekstrak eter atau etil asetat yang
dipekatkan (Harborne,1987).

VI. ALAT DAN BAHAN :


A. Alat
1. Blender 1 buah
2. Pisau 1 buah
3. Neraca anaitik O-Hauss 1 buah
4. Gelas kimia 100 mL 2 buah
5. Gelas kimia 500 mL 1 buah
6. Tabung reaksi 10 buah
7. Pipet 9 buah
8. Kaki tiga 1 buah
9. Kasa 1 buah
10. Spatula/batang pengaduk 1 buah
11. Corong 1 buah
B. Bahan
1. Minyak Rimpang Temulawak 5 gram
2. Asam klorida pekat (HCl) 2 tetes
3. Asam sulfat pekat 5 mL
4. Asam sulfat 2 N (H2SO4) 9 tetes
5. Ferriklorida 1 % (FeCl3) 2-3 tetes
6. Kloroform 3 mL
7. Amoniak 1 mL
8. Logam Mg 0,1 gram
9. Metanol 60-80% 15 mL
10. Etanol 70% 6 mL
11. Aquades secukupnya
12. Reagen Mayer secukupnya
13. Reagen Wagner secukupnya
14. Reagen Dragendorf secukupnya
15. Reagen Lieberman-Burchard 2 mL

VII. ALUR KERJA :


1. Persiapan Ekstrak Methanol Rimpang Jahe dan Secang
a.
Rimpang Jahe

- dibersihkan dan dikuliti


- dikeringkan dan diblender

Serbuk Kering Jahe

Rimpang Secang

- dibersihkan dan dikuliti


- dikeringkan dan diblender

Serbuk Kering Secang

b. 5 gram serbuk sampel


- dimasukkan gelas kimia 100 ml
- direndam serbuk kedalam 15 ml
methanol 60-80%
- dipanaskan secukupnya
- disaring menggunakan kertas saring

Residu Filtrat

- dipekatkan dengan cara diuapkan


dalam penangas air
SAMPEL
2. Identifikasi Alkaloid dengan Metode Culvenor-Fitzgerald (Harbone,1987)

1 mL Sampel

- dicampur dengan 1 mL kloroform


- ditambahkan 1 mL ammonia
- dimasukkan kedalam tabung reaksi
- dipanaskan di atas penangas air
- dikocok dan disaring

Residu Filtrat
- dibagi menjadi 3 dan dimasukkan kedalam tabung reaksi

Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3


- ditambah 3 tetes - ditambah 3 tetes - ditambah 3 tetes
H2SO4 2 N H2SO4 2 N H2SO4 2 N
- dikocok & - dikocok & - dikocok &
didiamkan hingga didiamkan hingga didiamkan hingga
lapisan terpisah lapisan terpisah lapisan terpisah
- bagian atas diambil - bagian atas diambil - bagian atas diambil
beberapa % diuji beberapa % diuji beberapa % diuji
dengan pereaksi dengan pereaksi dengan pereaksi
Meyer Wagner Dragendorf
- Hasil - Hasil - Hasil

3. Identifikasi Flavonoid (Harbone, 1987)


1 mL sampel
- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
- Ditambah 3 mL etanol 70%
- Dikocok
- Dipanaskan
- Dikocok
- Disaring

Residu Filtrat

- Ditambah 0,1 gram Mg


- Ditambah 2 tetes HCl pekat

Perubahan warna
4. Identifikasi Saponin
1 ml sampel

- Ditambahkan 3 mL air
- Dipanaskan 10 menit
- Diangkat
- Dikocok
- Didiamkan selama 1,5 menit

Busa (stabil) positif saponin

5. Identifikasi Steroid (Harbone, 1987)


1 mL sampel

- Dicampurkan dengan 3 mL etanol 70%


- Ditambahkan 2 mL H2SO4 pekat
- Ditambahkan 2 mL CH3COOH
anhidrat (reagen Liberman-Burchard)

Biru (+steroid)

6. Identifikasi Triterpenoid
1 mL sampel

- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi


- Ditambah 2 mL kloroform
- Ditambah 3 mL H2SO4 pekat
- Diamati

Perubahan Warna

7. Identifikasi Tanin

1 mL sampel

- Ditambahkan 3 mL air kedalam tabung reaksi


- Dididihkan diatas penangas
- Disaring

Residu Filtrat

- Ditambahkan 3 tetes FeCl3 1 %

Perubahan warna
VIII. HASIL PENGAMATAN :
No. Prosedur Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
1. Persiapan ekstrak methanol jahe Sebelum : Hasil skrining fitokimia pada rimpang jahe merah Berdasarkan
dan secang. - Rimpang jahe = serbuk mengandung saponin, flavonoid, polifenol, alkaloid, hasil
a. kering berwarna coklat triterpenoid, dan minyak atsiri (Arifin, 2012). pengamatan,
Rimpang Sampel kekuningan dapat
Hasil penapisan fitokimia menunjukkan ekstrak kulit disimpulkan
- Rimpang secang = serbuk kayu secang mengandung terpenoid (++++), fenol bahwa
- dibersihkan dan dikuliti kering berwarna jingga
- dikeringkan dan (++++), flavonoid (+++), triterpenoid (++), alkaloid a. Jahe
- Metanol = larutan tidak (++), dan saponin (+). Kayu secang tidak mengandung mengandun
diblender
berwarna steroid dan tannin (Wahya Widiowati, 2011). g saponin,
alkaloid,
Serbuk sampel Setelah : dan
- Serbuk rimpang jahe triterpenoid.
kering + 15 mL methanol
5 gram serbuk sampel b. Secang
60-80% + dipanaskan +
- dimasukkan gelas kimia disaring = larutan mengan-
berwarna coklat muda dung
100 ml
sebagai SAMPEL Ekstrak flavonoid,
- direndam serbuk saponin,
Jahe
kedalam 15 ml methanol alkaloid dan
60-80% - Serbuk rimpang secang triterpenoid.
- dipanaskan secukupnya kering + 15 mL methanol
60-80% + dipanaskan +
- disaring menggunakan
disaring = larutan
kertas saring berwarna jingga pekat
sebagai SAMPEL Ekstrak
Residu Filtrat Secang
Filtrat
- dipekatkan dengan cara
diuapkan dalam
penangas air
SAMPEL

2. Identifikasi Alkaloid dengan Sebelum : Terbentuknya endapan menunjukkan bahwa Dapat


Metode Culvenor-Fitzgerald - Ekstrak Jahe = larutan mengandung alkaloid. Reaksi dengan pereaksi Mayer disimpulkan
(Harbone, 1987) berwarna coklat muda akan terbentuk endapan putih. Reaksi dengan pereaksi bahwa sampel
- Ekstrak Secang = larutan Dragendorf terbentuk endapan merah jingga dan jahe dan sampel
1 mL Sampel
berwarna jingga pekat dengan pereaksi Wagner terbentuk endapan coklat secang bahwa
- dicampur dengan 1 - Kloroform = larutan tidak (Sangi, dkk. 2008). positif (+)
berwarna mengandung
mL kloroform
- Amoniak = larutan tidak alkaloid.
- ditambahkan 1 mL berwarna Pereaksi Meyer
ammonia - H2SO4 = larutan tidak HgCl2 + 2 KI → HgI2 + 2KCl
- dimasukkan kedalam berwarna
tabung reaksi - Pereaksi Mayer = larutan HgI2 + K2[HgI4]
- dipanaskan di atas berwarna kuning muda
penangas air - Pereaksi Wagner =
larutan berwarna merah
- dikocok dan disaring
pekat
- Pereaksi Dragendorf = N
K+
Filtrat Residu larutan berwarna jingga N + K2HgI4 endapan putih
Setelah :
JAHE
- Ditambah 1 mL
kloroform = larutan
berwarna coklat muda (+)
- Ditambah 1 mL amoniak Pereaksi Wagner
= larutan berwarna coklat I2 + I- → I3-
Filtrat (++), endapan coklat Coklat

gelap (+)
- dibagi menjadi 3 dan - Dipanaskan = larutan ber-
dimasukkan kedalam warna coklat lebih pekat
N
tabung reaksi (++), endapan tercampur K+
- Dikocok = larutan ber- N + KI + I2 endapan coklat

warna coklat lebih pekat


Tabung 1 Tabung 3 (++), endapan tercampur
(keruh)
Tabung 2 Tabung I
- Ditambah H2SO4 = larut- Pereaksi Dragendorf
an berwarna jingga keruh
muncul gelembung gas Bi(NO3)3 + 3KI BiI3 + KNO3
- ditambah 3 tetes - Dikocok lalu didiamkan
H2SO4 2 N larutan terbentuk 2 BiI3 + KI K[BiI4]
- dikocok & didiamkan lapisan. Lapisan atas =
hingga lapisan terpisah larutan berwarna coklat.
- bagian atas diambil Lapisan bawah = endapan
berwarna jingga
beberapa % diuji
kekuningan
dengan pereaksi Meyer - Diuji dengan perekasi N
K+
Mayer = larutan berwarna N + K[BiI4] endapan +
Hasil
kuning (++) terbentuk [BiI4]
endapan
Tabung II
- Ditambah H2SO4 = larut-
an berwarna jingga keruh
muncul gelembung gas
- Dikocok lalu didiamkan
larutan terbentuk 2
lapisan
Tabung 2 Lapisan atas = larutan
- ditambah 3 tetes berwarna coklat
Lapisan bawah = endapan
H2SO4 2 N
berwarna jingga
- dikocok & kekuningan
didiamkan hingga - Diuji dengan perekasi
lapisan terpisah Wagner = larutan
- bagian atas diambil berwarna kuning (+)
beberapa % diuji terbentuk endapan
Tabung III
dengan pereaksi
- Ditambah H2SO4 = larut-
Wagner an berwarna jingga keruh
-Hasil muncul gelembung gas
- Dikocok lalu didiamkan
larutan terbentuk 2
Tabung 3 lapisan. Lapisan atas =
larutan berwarna coklat.
- ditambah 3 tetes Lapisan bawah = endapan
H2SO4 2 N berwarna jingga
- dikocok & kekuningan
- Diuji dengan perekasi
didiamkan hingga
Dragendorf = larutan
lapisan terpisah berwarna jingga atau
- bagian atas diambil kuning (+++) terbentuk
beberapa % diuji endapan
dengan pereaksi SECANG
Dragendorf - Ditambah 1 mL
-Hasil kloroform = larutan
berwarna jingga pekat (+)
- Ditambah 1 mL amoniak
= larutan berwarna merah
pekat (++), endapan
kuning (+++)
- Dipanaskan = larutan
berwarna merah pekat
keunguan (++), endapan
tercampur
- Dikocok = larutan
berwarna merah pekat
sedikit keunguan (+++),
endapan tercampur
(keruh)
Tabung I
- Ditambah H2SO4 =
larutan berwarna merah
keruh
- Dikocok lalu didiamkan
larutan terbentuk 2
lapisan
Lapisan atas = larutan
berwarna merah (+++)
Lapisan bawah = endapan
berwarna merah (+)
- Diuji dengan perekasi
Mayer = larutan berwarna
merah (+) terbentuk
endapan
Tabung II
- Ditambah H2SO4 =
larutan berwarna merah
keruh
- Dikocok lalu didiamkan
larutan terbentuk 2
lapisan
Lapisan atas = larutan
berwarna merah (+++)
Lapisan bawah = endapan
berwarna merah (+)
- Diuji dengan perekasi
Mayer = larutan berwarna
merah (+++) terbentuk
endapan
Tabung III
- Ditambah H2SO4 =
larutan berwarna merah
keruh
- Dikocok lalu didiamkan
larutan terbentuk 2
lapisan Lapisan atas =
larutan berwarna merah
(+++) Lapisan bawah =
endapan berwarna merah
(+)
- Diuji dengan perekasi
Mayer = larutan berwarna
merah (++) terbentuk
endapan
3. Identifikasi Flavonoid (Harbone, Sebelum Hasil positif analisis kandungan flavonoid ditunjukkan Dapat
1987) - Sampel jahe : larutan coklat dengan timbulnya warna merah tua (magenta) (Sangi, disimpulkan
muda dkk., 2008) bahwa jahe
1 mL sampel - Sampel secang: larutan jingga Mg(s) + 2 HCl → MgCl2(aq) + H2(g) negatif (-)
pekat mengandung
- Dimasukkan ke - Etanol 70%: larutan tidak
OH O-

flavonoid
dalam tabung reaksi berwarna HO
O
HO
O sedangkan sam-
- Ditambah 3 mL - Mg: serbuk berwarna putih
pel secang
etanol 70% - HCl pekat: larutan tidak + 2 H2
berwarna positif (+)
- Dikocok mengandung
- Dipanaskan Sesudah OH OH OH OH

a. Jahe flavonoid.
- Dikocok
- Jahe + etanol: berubah O-
- Disaring
menjadi larutan
kuning(+) HO
O

- Dipanaskan: tidak MgCl2 + 2

terjadi perubahan
Residu Filtrat - +Mg: tidak terjadi
OH OH
perubahan
- Ditambah 0,1 - HCl pekat: berubah O-

gram Mg menjadi larutan kuning


- Ditambah 2 kecoklatan dan timbul HO
Mg O
+ 2 Cl-
tetes HCl gelembung gas
pekat b. Secang
- Secang + etanol:berubah
Perubahan warna menjadi larutan OH OH
2 (aq)
kuning(++)
- Dipanaskan: tidak
terjadi perubahan
- +Mg: tidak terjadi
perubahan
- +HCl pekat: berubah
menjadi larutan jingga
dan timbul gelembung
gas

4. Identifikasi Saponin Sebelum Hasil positif analisis senyawa saponin ditunjukkan Dapat
- Sampel jahe : larutan coklat dengan terbentuknya buih yang stabil (Sangi,dkk., disimpulkan
muda 2008) bahwa jahe dan
1 ml - Sampel secang: larutan jingga sampel secang
sampel pekat (+) mengan-
- Air: tidak berwarna dung saponin.
- Ditambahkan 3 Sesudah
a. Jahe O
mL air
- Jahe + air : berubah O
H2 O
- Dipanaskan 10 menjadi larutan kuning CH2OH
OH O
menit muda OH

- Diangkat - Dipanaskan : larutan OH

- Dikocok kuning gelap


- Didiamkan - Dikocok : timbul busa
- Setelah 10 menit : busa
selama 1,5 menit O
menghilang (pelan) CH2OH
OH O
(menit ke-7 tepat hilang) OH
+ OH
b. Secang
- Secang + air : berubah OH
Busa (stabil)
menjadi larutan kuning
positif saponin - Dipanaskan: larutan Aglikon Glukosa
jingga
- Dikocok: timbul busa
- Setelah 10 menit busa
menghilang (pelan)
(menit ke 7 tepat hilang)
5. Identifikasi Steroid (Harbone, Sebelum: Adanya steroid ditunjukkan dengan adanya warna biru Sampel jahe dan
1987) - Ekstrak Secang = larutan (Sangi, dkk, 2008). sampel secang
berwarna jingga pekat yang diuji,
1 mL sampel - Ekstrak jahe = larutan negatif (-)
berwarna coklat muda mengandung
-Dicampurkan - Etanol 70% = larutan tidak steroid.
dengan 3 mL berwarna
H2SO4

etanol 70%
- Larutan H2SO4 pekat = HO HO carbonium ion of 3,5-diena
-Ditambahkan 2 larutan tidak berwarna
mL H2SO4 pekat - Larutan CH3COOH AC2O(SO3) SO2

Anhidrat = larutan tidak


-Ditambahkan 2
berwarna, bau menyengat SO2OH
mL CH3COOH HO holestahexaena sulfonic acid
anhidrat (reagen Sesudah: pentaenlic cation

Liberman- - Ekstrak jahe + etanol =


Burchard) larutan berwarna kuning
muda
Biru (+steroid) - + H2SO4 pekat = larutan
berwarna coklat tua
- + CH3COOH Anhidrat =
larutan berwarna coklat tua

- Ekstrak secang + etanol =


larutan berwarna kuning
(+++)
- + H2SO4 pekat = larutan
berwarna merah bata
- + CH3COOH Anhidrat =
larutan berwarna merah
bata.
6. Identifikasi Triterpenoid Sebelum Adanya triterpenoid ditunjukkan dengan terjadinya Dapat
- Sampel jahe : larutan coklat warna merah jingga atau ungu (Sangi, dkk., 2008). disimpulkan
1 mL sampel muda bahwa jahe dan
- Sampel secang: larutan jingga sampel secang
- Dimasukkan ke pekat positif (+)
dalam tabung - Kloroform: larutan tidak
reaksi
H SO 2 4 mengandung
berwarna
- Ditambah 2 mL triterpenoid.
- H2SO4 pekat: larutan tidak
kloroform berwarna HO
- Ditambah 3 mL Triterpenoid
H2SO4 pekat Sesudah
- Diamati a. Jahe
- Jahe + kloroform: larutan
Perubahan Warna kuning (+)
- + H2SO4 pekat: timbul gas + H 2O
dan terbentuk 3 lapisan
Coklat kehitaman t +
u
Coklat r
u
Kuning n
SO2
b. Secang
- Secang + kloroform:
larutan kuning (++)
- + H2SO4 pekat: timbul gas
dan terbentuk 4 lapisan SO2
Coklat kemerahan t
u
Coklat kehitaman r
u
Kuning n O2SOH

Tidak berwarna
7. Identifikasi Tanin Sebelum: Hasil positif analisis senyawa tanin ditunjukkan dengan Sampel jahe dan
- Ekstrak Secang = larutan terbentuknya warna hitam kebiruan atau hijau (Sangi, sampel secang
1 mL sampel berwarna jingga pekat dkk, 2008). negatif (-)
- Ekstrak jahe = larutan mengandung
- Ditambah 3 mL
berwarna coklat muda tanin.
aquades kedalam
- FeCl3 1% = larutan
tabung reaksi
berwarna kuning muda
- Dididihkan - Aquades = larutan tidak
menggunakan
berwarna
Sesudah:
penangas air
- Ekstrak jahe + aquades =
- Disaring larutan berwarnakuning
(++) keruh
- Dipanaskan = larutan
berwarna kuning (+)
keruh
Residu Filtrat - + FeCl3 1% = larutan
berwarna coklat muda
- Ditambahkan 3
- Ekstrak secang + aquades
tetes FeCl3 1%
= larutan berwarna jingga
- Dipanaskan = larutan
berwarna jingga (+)
Perubahan warna + FeCl3 1% = larutan
berwarna coklat tua
IX. ANALISIS – PEMBAHASAN:
1. Penyiapan Ekstrak Methanol Rimpang
Persiapan sampel dimulai dengan menyiapkan rimpang jahe dan secang yang
sudah kering. Tujuan pengeringan yaitu agar minyak atsiri dan komponen organik
pada jahe dan secang tidak hilang atau menguap. Setelah benar-benar kering jahe dan
secang ini diblender sehingga menjadi serbuk kering halus berwarna coklat
kekuningan untuk jahe dan serbuk kering halus berwarna jingga untuk secang.

Selanjutnya menimbang 5 gram serbuk jahe dengan neraca analitik, lalu serbuk
ini dimasukkan ke dalam gelas kimia 100 ml dan ditambahkan 15 ml larutan metanol
60-80% yang tidak berwarna sehingga menghasilkan larutan coklat muda dan endapan
kuning. Setelah itu dipanaskan dalam penangas air, hal ini bertujuan untuk
mengekstrak rimpang jahe lebih cepat dan menghilangkan kadar air dalam serbuk dan
setelah dipanaskan tetap menghasilkan larutan coklat muda dan endapan coklat.
Langkah selanjutnya disaring dengan corong dan kertas saring sehingga dihasilkan
filtrat berwarna coklat muda dan residu berwarna coklat. Setelah itu, diuapkan kembali
menggunakan penangas air sampai kental untuk menghilangkan kadar air yang
mungkin ada pada serbuk jahe dan dihasilkan sampel yang berwarna coklat muda.

Sampel kedua dengan perlakuan yang sama, menimbang 5 gram serbuk secang
dengan neraca analitik, lalu serbuk ini dimasukkan ke dalam gelas kimia 100 ml dan
ditambahkan 15 ml larutan metanol 60-80% yang tidak berwarna sehingga
menghasilkan larutan jingga pekat dan endapan kuning kecoklatan. Setelah itu
dipanaskan dalam penangas air, hal ini bertujuan untuk mengekstrak rimpang jahe
lebih cepat dan menghilangkan kadar air dalam serbuk dan setelah dipanaskan tetap
menghasilkan larutan jingga pekat dan endapan kuning kecoklatan. Langkah
selanjutnya disaring dengan corong dan kertas saring sehingga dihasilkan filtrat
berwarna jingga pekat dan endapan kuning kecoklatan. Setelah itu, diuapkan kembali
menggunakan penangas air sampai kental untuk menghilangkan kadar air yang
mungkin ada pada serbuk secang dan dihasilkan sampel yang berwarna jingga pekat.

Hasil skrining fitokimia pada rimpang jahe merah mengandung saponin,


flavonoid, polifenol, alkaloid, dan minyak atsiri (Arifin, 2012). Hasil penapisan
fitokimia menunjukkan ekstrak kulit kayu secang mengandung terpenoid (++++),
fenol (++++), flavonoid (+++), triterpenoid (++), alkaloid (++), dan saponin (+). Kayu
secang tidak mengandung steroid dan tannin (Widiowati, 2011).

2. Identifikasi Alkaloid
Pada percobaaan identifikasi alkaloid dengan metode Culvenor-Fitzgerald, disini
kami menggunakan 2 sampel yaitu ekstrak rimpang jahe dan ekstrak rimpang secang.

Sampel pertama, mula-mula menyiapkan 1 ml sampel ekstrak jahe yang berwarna


coklat muda, kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 1 ml
larutan kloroform yang tidak berwarna sehingga larutan berwarna larutan berwarna
coklat muda (+). Ekstraksi dengan penambahan kloroform bertujuan untuk
memutuskan ikatan antara asam tannin dan alkaloid yang terikat secara ionik dimana
atom N dari alkaloid berikatan saling stabil dengan gugus hidroksil genolik dari asam
tannin. Dengan terputusnya ikatan ini alkaloid akan bebas, sedangkan asam tanin akan
terikat oleh kloroform.

Kemudian ditambahkan 1 ml larutan amonia yang tidak berwarna dan berbau


menyengat sehingga larutan berwarna coklat (++), endapan coklat gelap (+). Setelah
itu, campuran dipanaskan dalam penangas air larutan berwarna coklat lebih pekat
(++) dan endapan tercampur. Setelah itu, dikocok didapatkan larutan berwarna coklat
lebih pekat (++) dan endapan tercampur (keruh). Filtrat yang didapatkan ini kemudian
dibagi menjadi 3 bagian yang sama dan dimasukkan kedalam tabung reaksi yang
berbeda, yaitu tabung 1, 2, dan 3.

Selanjutnya ketiga filtrat ini masing-masing ditambahkan 3 tetes larutan H2SO4


2N yang tidak berwarna menghasilkan larutan berwarna berwarna jingga keruh
muncul gelembung gas ketika ditetesi. Penambahan asam sulfat ini berfungsi untuk
mengikat kembali alkaloid menjadi garam alkaloid agar dapat bereaksi dengan
pereaksi-pereaksi logam berat yaitu spesifik untuk alkaloid yang menghasilkan
kompleks garam anorganik yang tidak larut sehingga terpisah dengan metabolik
sekundernya. Penambahan asam sulfat 2N mengakibatkan larutan terbentuk menjadi
dua fase karena adanya perbedaan tingkat kepolaran antara fase aqueous yang polar
dan kloroform yang relatif kurang polar. Garam alkaloid akan larut pada lapisan atas,
sedangkan lapisan kloroform berada pada lapisan paling bawah karena memiliki massa
jenis yang lebih besar. Setelah itu larutan pada masing-masing tabung dikocok untuk
melarutkan senyawa-senyawa pada tiap-tiap lapisan secara tepat dan sempurna lalu
didiamkan agar terpisah. Kemudian masing-masing bagian atas diambil dan diuji
dengan pereaksi berikut :

1. Pereaksi Meyer
Bagian atas tabung 1 ditambahkan dengan pereaksi Meyer yang berwarna
kuning (++) sehingga menghasilkan endapan, dimana hasil tersebut menunjukkan
bahwa sampel positif mengandung Alkaloid. Pereaksi Meyer bertujuan untuk
mendeteksi alkaloid, dimana pereaksi ini berikatan dengan alkaloid melalui ikatan
koordinasi antara atom N alkaloid dan Hg pereaksi Meyer sehingga menghasilkan
senyawa kompleks merkuri yang nonpolar mengendap berwarna putih. Berikut ini
adalah reaksi yang terjadi :
HgCl2 + 2 KI → HgI2 + 2 KCl
HgI2 + 2 KI → K2[HgI4]

Atom N menyumbangkan pasangan elektron bebas dan atom Hg sehingga


membentuk senyawa kompleks yang mengandung atom N sebagai ligannya.

2. Pereaksi Wegner
Bagian atas tabung 2 ditambahkan dengan pereaksi Wegner berwarna merah pekat
menghasilkan larutan berwarna kuning (+) dan terbentuk endapan yang
menunjukkan bahwa sampel positif mengandung Alkaloid. Berikut ini adalah
reaksi yang terjadi:
I2 + I- → I3-

3. Pereaksi Dragendorf
Bagian atas tabung 3 ditambahkan dengan pereaksi Dragendorf yang berwarna
jingga sehingga menghasilkan larutan berwarna jingga atau kuning (+++) dan
terbentuk endapan yang menunjukkan bahwa sampel positif mengandung
Alkaloid. Berikut ini adalah reaksi yang terjadi:
Bi(NO3)3 + 3 KI → BiI3 + 3 KNO3
BiI3 + KI → K[BiI4]

Sampel kedua, mula-mula menyiapkan 1 ml sampel ekstrak secang yang


berwarna jingga pekat, kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan
ditambahkan 1 ml larutan kloroform yang tidak berwarna sehingga larutan berwarna
larutan berwarna jingga pekat (+). Ekstraksi dengan penambahan kloroform bertujuan
untuk memutuskan ikatan antara asam tannin dan alkaloid yang terikat secara ionik
dimana atom N dari alkaloid berikatan saling stabil dengan gugus hidroksil genolik
dari asam tannin. Dengan terputusnya ikatan ini alkaloid akan bebas, sedangkan asam
tanin akan terikat oleh kloroform.

Kemudian ditambahkan 1 ml larutan amonia yang tidak berwarna dan berbau


menyengat sehingga larutan berwarna merah pekat (++), endapan kuning (+++).
Setelah itu, campuran dipanaskan dalam penangas air larutan berwarna merah pekat
keunguan (++) dan endapan tercampur. Setelah itu, dikocok didapatkan larutan
berwarna merah pekat sedikit keunguan (+++) dan endapan tercampur (keruh). Filtrat
yang didapatkan ini kemudian dibagi menjadi 3 bagian yang sama dan dimasukkan
kedalam tabung reaksi yang berbeda, yaitu tabung 1, 2, dan 3.

Selanjutnya ketiga filtrat ini masing-masing ditambahkan 3 tetes larutan H2SO4


2N yang tidak berwarna menghasilkan larutan berwarna berwarna merah keruh
muncul gelembung gas ketika ditetesi. Penambahan asam sulfat ini berfungsi untuk
mengikat kembali alkaloid menjadi garam alkaloid agar dapat bereaksi dengan
pereaksi-pereaksi logam berat yaitu spesifik untuk alkaloid yang menghasilkan
kompleks garam anorganik yang tidak larut sehingga terpisah dengan metabolik
sekundernya. Penambahan asam sulfat 2N mengakibatkan larutan terbentuk menjadi
dua fase karena adanya perbedaan tingkat kepolaran antara fase aqueous yang polar
dan kloroform yang relatif kurang polar. Garam alkaloid akan larut pada lapisan atas,
sedangkan lapisan kloroform berada pada lapisan paling bawah karena memiliki massa
jenis yang lebih besar. Setelah itu larutan pada masing-masing tabung dikocok untuk
melarutkan senyawa-senyawa pada tiap-tiap lapisan secara tepat dan sempurna lalu
didiamkan agar terpisah. Kemudian masing-masing bagian atas diambil dan diuji
dengan pereaksi berikut :

1. Pereaksi Meyer
Bagian atas tabung 1 ditambahkan dengan pereaksi Meyer yang berwarna merah
(+) sehingga menghasilkan endapan, dimana hasil tersebut menunjukkan bahwa
sampel positif mengandung Alkaloid. Pereaksi Meyer bertujuan untuk mendeteksi
alkaloid, dimana pereaksi ini berikatan dengan alkaloid melalui ikatan koordinasi
antara atom N alkaloid dan Hg pereaksi Meyer sehingga menghasilkan senyawa
kompleks merkuri yang nonpolar mengendap berwarna putih. Berikut ini adalah
reaksi yang terjadi :

Atom N menyumbangkan pasangan elektron bebas dan atom Hg sehingga


membentuk senyawa kompleks yang mengandung atom N sebagai ligannya.

2. Pereaksi Wegner
Bagian atas tabung 2 ditambahkan dengan pereaksi Wegner berwarna merah pekat
menghasilkan larutan berwarna merah (+++) dan terbentuk endapan yang
menunjukkan bahwa sampel positif mengandung Alkaloid. Berikut ini adalah
reaksi yang terjadi:

3. Pereaksi Dragendorf
Bagian atas tabung 3 ditambahkan dengan pereaksi Dragendorf yang berwarna
jingga sehingga menghasilkan larutan berwarna merah (++) dan terbentuk
endapan yang menunjukkan bahwa sampel positif mengandung Alkaloid. Berikut
ini adalah reaksi yang terjadi:
3. Identifikasi Flavonoid
Flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbesar yang ditemukan
di alam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu, biru, dan kuning
yang ditemukan banyak dalam tumbuh-tumbuhan. Flavonoid umumnya merupakan
ikatan dengan gugus gula yang menyebabkan flavonoid lebih mudah larut dalam air
atau pelarut polar (Markham, 1988). Langkah pertama dalam uji flavonoid pada
rimpang jahe dan secang yaitu menyiapkan masing- masing 1 mL sampel yang
dimasukkan dalam 2 tabung reaksi yang berbeda. Sampel jahe adalah larutan berwarna
coklat muda, sedangkan sampel secang adalah larutan berwarna jingga pekat.
Kemudian ditambahkan 3mL etanol 70% yang berupa larutan tidak berwarna. Pada
sampel jahe, penambahan ini menghasilkan larutan berwarna kuning (+), sedangkan
pada sampel secang mengahasilkan larutan berwarna kuning (++). Kemudian larutan
dikocok dan dipanaskan. Setelah dipanaskan larutan disaring menggunakan kertas
saring. Hasil penyaringan berupa filtrat dan residu dimana filtrat inilah yang akan
ditambahkan dengan 0,1 gram logam Mg berupa serbuk berwarna putih dan 2 tetes
Pada sampel jahe, penambahan ini menghasilkan larutan berwarna kuning kecoklatan
dan gelembung gas, sedangkan pada sampel secang menghasilkan larutan berwarna
jingga dan gelembung gas.
Pada uji flavonoid penambahan logam Mg dan larutan HCl digunakan untuk
mengetahui adanya senyawa flavonoid. Apabila tes positif, maka warna yang
dihasilkan adalah kemerahan. Terbentuknya warna kemerahan pada ekstrak metanol
menunjukkan bahwa ekstrak tersebut positif mengandung flavonoid (Wardana, dkk.,
2015). Magnesium dan asam klorida pada uji Wilstater bereaksi membentuk
gelembung-gelembung yang merupakan gas H2, sedangkan Logam Mg dan HCl pekat
pada uji ini berfungsi untuk mereduksi inti benzopiron yang terdapat pada struktur
flavonoid sehingga terbentuk perubahan warna menjadi merah atau jingga. Jika dalam
suatu ekstrak tumbuhan terdapat senyawa flavonoid akan terbentuk garam flavilium
saat penambahan Mg dan HCl yang berwarna merah atau jingga. Reaksi yang terjadi
sesuai persamaan:
Mg(s) + 2 HCl → MgCl2(aq) + H2(g)
O-
OH

HO
HO O
O

+ 2 H2

OH OH OH OH

O-
O-

HO
HO
O
Mg O
+ 2 Cl-
MgCl2 + 2

OH OH
OH OH 2 (aq)

4. Identifikasi Saponin
Saponin merupakan senyawa glikosida kompleks yaitu senyawa hasil
kondensasi suatu gula dengan suatu senyawa hidroksil organik yang apabila
dihidrolisis akan menghasilkan gula (glikon) dan non gula (aglikon). Pada identifikasi
saponin, menggunakan metode buih/busa dengan sampel ekstrak jahe merah (larutan
coklat muda) dan secang (larutan jingga pekat). Masing-masing sampel ekstrak
diambil 1 mL dan dimasukkan kedalam tabung reaksi. Kemudian dididihkan diatas
penangas air. Pada sampel jahe merah mengalamio perubahan wqarna menjadi kuning
gelap dan pada sampel secang tidak mengalami perubahan warna yaitu tetap berwarna
jingga. Setelah kedua sampel dipanaskan, selanjutnya kedua sampel tersebut dikocok
kuat-kuat. Kemudian didiamkan selama 10 menit. Adanya busa yang stabil maka
menandakan positif (+) saponin.

Berdasarkan percobaan yang kami lakukan, sampel ekstrak jahe merah dan
secang terdapat buih dan buih tersebut menghilang tepat pada waktu menit ke 7. Hal
ini menandakan positif (+) mengandung saponin. Sesuai dengan literatur yang kami
peroleh bahwa dalam jahe merah terdapat kandungan bahan kimia salah satunya yaitu
saponin (Nursal & Juwita, 2006; Kusumawardani dkk., 2008). Begitu juga pada
tanaman secang mempunyai kandungan kimia salah satunya yaitu saponin (Sudarsono
dkk., 2002). Persamaan reaksinya dapat dinyatakan sebagai berikut :
O

H2 O O
CH2OH
O
CH2OH OH O
OH
O
OH + OH
OH

OH OH

Aglikon Glukosa

5. Identifikasi Steroid
Pada percobaan kelima, yaitu identifikasi steroid yang bertujuan untuk
mengidentifikasi adanya steroid pada sampel ekstrak secang dan sampel ekstrak jahe.

 Sampel ekstrak jahe

Pertama, tabung reaksi A ditambahkan 1 mL sampel ekstrak jahe berwarna coklat


muda. Kemudian dicampur dengan 3 mL etanol 70%. Larutan etanol 70% ini
merupakan larutan tidak berwarna. Penambahan etanol 70% ini menjadikan sampel
berwarna kuning muda. Kemudian ditambahkan 2 mL H2SO4 pekat sehingga larutan
berwarna coklat tua. Adanya penambahan H2SO4 pekat ini berfungsi untuk mengikat
steroid. Setelah itu campuran larutan ditambahkan 2 mL asam asetat anhidrat tidak
berwarna yang merupakan reagen Lieberman-Burchard, sehingga larutan tetap
berwarna coklat tua. Fungsi adanya penambahan asam asetat anhidrat adalah untuk
mengikat air sehingga tidak mengandung air. Dengan adanya larutan berwarna coklat
tua ini menandakan bahwa sampel ekstrak jahe negatif tidak mengandung steroid.
Ekstrak kayu secang tidak mengandung steroid (Widowati, Wahyu). Jika sampel yang
dihasilkan menunjukkan warna atau biru (steroid), maka sampel positif (Sangi dkk.,
2008). Namun, pada percobaan yang kami lakukan sampel negatif dengan reagen
Lieberman-Burchard.

 Sampel ekstrak secang


Setelah itu, pada 1 mL sampel ekstrak secang berwarna jingga pekat dimasukkan
kedalam tabung reaksi. Kemudian dicampur dengan 3 mL etanol 70%. Larutan etanol
70% ini merupakan larutan tidak berwarna. Penambahan etanol 70% ini menjadikan
sampel berwarna kuning (+++). Kemudian ditambahkan 2 mL H2SO4 pekat sehingga
larutan berwarna merah bata. Adanya penambahan H2SO4 pekat ini berfungsi untuk
mengikat steroid. Setelah itu campuran larutan ditambahkan 2 mL asam asetat anhidrat
tidak berwarna yang merupakan reagen Lieberman-Burchard, sehingga larutan tetap
merah bata.. Fungsi adanya penambahan asam asetat anhidrat adalah untuk mengikat
air sehingga tidak mengandung air. Dengan adanya larutan berwarna merah bata ini
menandakan bahwa sampel ekstrak secang negatif tidak mengandung steroid. Ekstrak
kayu secang tidak mengandung steroid (Widowati, Wahyu). Jika sampel yang
dihasilkan berwarna ungu kebiruan atau kehijauan, maka sampel positif. Namun, pada
percobaan yang kami lakukan sampel negatif dengan reagen Lieberman-Burchard.
Reaksi yang terjadi dalam percobaan ini sesuai persamaan:

H2SO4

HO HO carbonium ion of 3,5-diena

AC2O(SO3) SO2

HO SO2OH
holestahexaena sulfonic acid
pentaenlic cation

6. Identifikasi Triterpenoid
Percobaan selanjutnya yaitu identifikasi triterpenoid pada ekstrak rimpang jahe
dan secang. Langkah awal yaitu menyiapkan masing – masing 1 mL larutan sampel ke
dalam dua tabung reaksi yang berbeda, kemudian ditambahkan larutan kloroforrm 2
mL berupa larutan tidak berwarna. Tujuan penambahan larutan kloroform yaitu untuk
melarutkan triterpenoid yang mudah larut dalam pelarut organik. Pada sampel jahe,
penambahan ini menyebabkan sampel yang semula larutan berwarna coklat muda
berubah menjadi larutan berwarna kuning (+). Sedangkan pada sampel secang yang
semula berupa larutan berwarna jingga pekat berubah menjadi larutan berwarna
kuning (++). Kemudian masing – masing sampel ditambahkan 3 mL H2SO4 pekat
tidak berwarna di dalam ruang asam. Tujuan penambahan asam sulfat pekat ini adalah
untuk mereduksi tripenoid. Pada sampel jahe, penambahan asam sulfat ini menghasil-
kan larutan dengan tiga lapisan warna yang berbeda, berturut – turut dari atas yaitu
berwarna coklat kehitaman – coklat – kuning. Sedangkan pada sampel secang,
menghasilkan larutan dengan empat lapisan warna yang berbeda, berturut – turut dari
atas yaitu coklat kemerahan – coklat kehitaman – kuning – tidak berwarna.

Adanya triterpenoid ditunjukkan dengan terjadinya warna merah jingga atau


ungu (Sangi, dkk., 2008). Sehingga, berdasarkan percobaan yang telah dilakukan,
didapatkan hasil bahwa jahe dan secang positif (+) mengandung triterpenoid yang
ditandai dengan terbentuknya warna merah dan jingga. Reaksi yang terjadi sesuai
persamaan:

H2SO4

+ H 2O

+
HO

Triterpenoid

SO2

+
O2SOH

Berwarna merah, jingga, atau ungu

7. Identifikasi Tanin
Pada percobaan ketujuh, yaitu identifikasi tanin yang bertujuan untuk
mengidentifikasi adanya tanin pada sampel ekstrak secang dan sampel ekstrak jahe.
 Sampel ekstrak jahe
Pertama sampel ekstrak jahe yang berwarna coklat muda diambil 1 mL dan
dimasukkan ke dalam tabung reaksi menggunakan pipet tetes. Kemudian
ditambahkan 3 mL aquades hingga larutan menjadi berwarna kuning (++) keruh. Lalu
dididihkan dengan 20 mL air di dalam penangas air. Hasil dari pemanasan yaitu
larutan menjadi berwarna kuning (+) keruh. Setelah itu disaring, dan filtrat yang
dihasilkan diuji dengan 3 tetes pereaksi FeCl3 1%. Dimana FeCl3 1% merupakan
larutan berwarna kuning muda. Dengan penambahan 3 tetes pereaksi FeCl3 1% ini
terbentuk larutan berwarna coklat muda. Timbulnya warna larutan coklat muda
menunjukkan bahwa percobaan sampel ekstrak jahe negatif (-) mengandung tanin.
Hasil positif analisis senyawa tanin ditunjukkan dengan terbentuknya warna hitam
kebiruan atau hijau (Sangi, dkk, 2008). Adapun reaksi nya sebagai berikut:

 Sampel ekstrak secang


Selanjutnya, sampel ekstrak secang yang berwarna jingga pekat diambil 1 mL
dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan 3 mL aquades hingga
larutan menjadi berwarna jingga. Lalu dididihkan dengan 20 mL air di dalam
penangas air. Hasil dari pemanasan yaitu larutan menjadi berwarna jingga (+). Setelah
itu disaring, dan filtrat yang dihasilkan diuji dengan 3 tetes pereaksi FeCl3 1%. Dimana
FeCl3 1% merupakan larutan berwarna kuning muda. Dengan penambahan 3 tetes
pereaksi FeCl3 1% ini terbentuk larutan berwarna coklat tua. Timbulnya warna larutan
coklat tua menunjukkan bahwa percobaan sampel ekstrak secang negatif (-)
mengandung tanin. Hasil positif analisis senyawa tanin ditunjukkan dengan
terbentuknya warna hitam kebiruan atau hijau (Sangi, dkk, 2008). Adapun reaksi nya
sebagai berikut:
X. KESIMPULAN :
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Dalam ekstrak metanol rimpang jahe mengandung saponin, alkaloid, dan
triterpenoid serta ekstrak methanol rimpang secang mengandung flavonoid,
saponin, alkaloid dan triterpenoid. Uji adanya senyawa-senyawa tersebut
terlebih dahulu dilakukan dengan menyiapkan sampel berupa serbuk berwarna
coklat kekuningan untuk jahe dan serbuk berwarna jingga untuk secang yang
kemudian dilarutkan dalam metanol.
2. Dalam mengidentifikasi komponen kimia tumbuhan yaitu alkaloid pada ekstrak
rimpang jahe dan secang dapat digunakan metode Culvenor–Fitzgerald yaitu
menggunakan 3 reagen (Mayer, Wagner, Dregendorf) dengan reagen Mayer
akan menghasilkan endapan untuk kedua sampel, dengan reagen Wagner akan
menghasilkan endapan untuk kedua sampel, dan dengan reagen Dregendorf akan
menghasilkan endapan untuk kedua sampel jika positif mengandung alkaloid.
3. Pada percobaan identifikasi flavonoid, sampel jahe terbukti negatif (-) mengan-
dung flavonoid, sedangkan sampel secang terbukti positif (+) mengandung
flavonoid. Uji positif terhadap kandungan flavonoid ditandai dengan timbulnya
warna merah.
4. Pada percobaan identifikasi saponin, larutan yang dihasilkan terdapat buih. Hal
ini menunjukkan bahwa dalam sampel ekstrak jahe merah dan secang yang kami
uji positif (+) mengandung saponin.
5. Pada percobaan identifikasi steroid, sampel jahe dan sampel secang negatif (-)
mengandung steroid. Adanya steroid ditunjukkan dengan timbulnya warna biru.
6. Pada identifikasi triterpenoid, sampel jahe dan sampel secang terbukti positif (+)
mengandung triterpenoid. Uji positif terhadap kandungan triterpenoid ditandai
dengan timbulnya warna merah atau jingga.
7. Pada identifikasi tanin, sampel jahe dan sampel secang teridentifikasi negatif (-)
mengandung tanin. Hasil positif analisis senyawa tanin ditunjukkan dengan
terbentuknya warna hitam kebiruan atau hijau.
XI. JAWABAN PERTANYAAN :
1. Tulis secara lengkap reaksi setiap uji fitokimia di atas
Jawab :
Alkaloid

a. Reagen Meyer

HgCl2 + 2 KI → HgI2 + 2KCl

HgI2 2 KI → K2[HgI4]

N
K+
N + K2HgI4 endapan putih

b. Reagen Wagner

I2 + I- → I3-
Coklat

+ I3-

N
K+
N + KI + I2 endapan coklat

c. Reagen Dragendorff

Bi(NO3)3 + 3KI BiI3 + KNO3


BiI3 + KI K[BiI4]

N
K+
N + K[BiI4] endapan + [BiI4]
Flavonoid

Mg(s) + 2 HCl(aq) → MgCl2(aq) + H2(g)


O-
OH

HO
HO O
O

+ 2 H2

OH OH OH OH

O-
O-

HO
HO
O
Mg O
+ 2 Cl-
MgCl2 + 2

OH OH
OH OH 2 (aq)

Saponin

H2 O O
CH2OH
O
CH2OH OH O
OH
O
OH + OH
OH

OH OH

Aglikon Glukosa

Steroid

H2SO4 CH3COOH

HO -HOAe
SO2

O2SOH

Triterpenoid

H2SO4
+ H 2O

+
HO

Triterpenoid

SO2

SO2

O2SOH

Tanin

HO

OH

6
+ FeCl3(aq) →
OH

HO

OH
3-
HO

OH
OH

OH
HO

OH

HO
OH
HO

HO O

HO O
+ 6 H+(aq) + 3Cl-(aq)
OH

HO
Fe
O OH

O
HO
OH
HO
O
OH
O

OH

HO

OH

HO
HO

OH
(aq)

2. Tulis struktur dasar dari masing-masing kelompok senyawa steroid, triterpenoid,


tannin, saponin, flavonoid, dan alkaloid!
Jawab:

Struktur dasar Alkaloid Struktur dasar Flavonoid

Struktur Dasar Alkaloid

Struktur dasar Saponin


Struktur Dasar Tanin

3. Sebutkan senyawa-senyawa flavonoid apa saja yang terdapat pada rimpang


temulawak berdasarkan literature yang ada
Jawab :
Flavonoid adalah senyawa yang terdiri dari 15 atom karbon yang umumnya
tersebar di dunia tumbuhan. Lebih dari 2000 flavonoid yang berasal dari tumbuhan
telah diidentifikasi namun, ada tiga kelompok yang umum dipelajari, yaitu
Antosianin, Flavonol, dan Flavon. Antosianin (dari bahasa Yunani “Anthos”, bunga
dan kyanos biru – tua) adalah pigmen berwarna yang umumnya terdapat di bunga
berwarna merah, ungu, dan biru. Pigmen ini juga terdapat di berbagai bagian
tumbuhan lain misalnya, buah tertentu, batang, daun, dan bahkan akar. Flavonoid
sering terdapat di sel epidermis. Sebagian besar Flavonoid terhimpun di vakuola sel
tumbuhan walaupun tempat sintesisnya ada di luar vakuola.

4. Sebutkan fungsi dan manfaat rimpang temulawak bagi kehidupan manusia


Jawab :
Rimpang temulawak dalam kehidupan sehari – hari biasanya digunakan
untuk mengatasi gangguan liver, rematik, dan lelah sebagai penghilang rasa sakit,
anti bakteri/jamur, anti diabetic, anti diare, anti oksidan, anti tumor, diuretic,
depresi. Beberapa khasiat temulawak antara lain: mengobati bau badan yang tidak
sedap, penurunan kolesterol, liver, sakit kuning, hepatitis, perut kembung, tidak
nafsu makan akibat kekurangan cairan empedu, demam, pegal linu, rematik,
memulihkan kesehatan setelah melahirkan, sembelit, darah tinggi, batu empedu,
haid tidak lancar, wasir, produksi ASI sedikit, dan menjaga stamina.
DAFTAR PUSTAKA

Dianasari, N., 2009, Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kayu Secang (Caesalpinia
sappan L.) terhadap Staphylococcus aureus dan Shigella dysentriae serta
Bioautografinya, Makalah, 1, Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah
Surakarta, Surakarta.

Djamal, R., 1988. Tumbuhan Sebagai Sumber Bahan Obat. Pusat Penelitian. Universitas
Negeri Andalas.

Fessenden, R. J. (1986). Kimia Organik Edisi Ketiga jilid 2 . Diterjemahkan oleh:


Pudjaatmaka, Aloysius Hadyana. Jakarta: Erlangga.

Handayani, Fransiska Vita, dkk. 2006. FORMULASI SEDIAAN LIPSTIK


MENGGUNAKAN EKSTRAK BUAH NAGA SUPER MERAH (Hylocereus
costaricensis) SEBAGAI ZAT WARNA ALAMI. Bogor: Farmasi FMIPA Universitas
Pakuan Bogor.

Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia. Penentuan Cara Modern Menganalisis


Tumbuhan. Terjemahan K. Padmawinata & I. Soediro. Penerbit: ITB Bandung.

Hart, H. 2003. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.

Holinesti R, 2009, Studi Pemanfaatan Pigmen Brazelein Kayu Secang (Caesalpinia sappan
L.) sebagai Pewarna Alami serta Stabilitasnya pada Model Pangan, Jurnal
Pendidikan Keluarga UNP, ISSN 2085-4285, Volume I, Nomor 2, 11-21, diakses
tanggal 28 april 2015.

Indriani, H., 2003, Stabilitas Pigmen Alami Kayu Secang (Caesalpinia sappan Linn) dalam
Model Minuman Ringan, Skripsi, Institut Pertanian, Bogor.

Khaytarova, M. 2012. Caesalpinia sappan. http://toptropicals.com/catalog/uid/


Caesalpinia_ sappan.htm. 20 September 2012.

Kim et al., 2005. [6]-Gingerol, a pungent ingredient of Ginger, inhibits angiogenesis in


vitro and in vivo. Biochemical and Biophysical Research Communications, 335:
300–308.

Markham, K.R., 1982. Cara Mengidentifikasi Falvanoid. Alih Bahasa : Kosasih


Padmawinata, (1988). ITB. Bandung

Moelyono, M.W., 1996. Panduan Praktikum Analisis Fitokimia. Laboratorium


Farmakologi Jurusan Farmasi FMIPA. Universitas Padjadjaran. Bandung.

Moon, C.K., Park, K.S., Kim, S.G., dan Won, H.S. 1992. Brazilin Protects Cultured Rat
Hepatocytes From BrCCI3-Induced Toxicity. Jurnal Drug and Chemical Toxicology
15(1), hal : 81-91.
Nursal, W., Sri dan Wilda S. (2006). Bioaktifitas ekstrak jahe (Zingiber officinale Roxb.)
dalam menghambat pertumbuhan koloni bakteri Escherichia coli dan Bacillus
subtilis. Jurnal Biogenesis, 2 (2): 64-66.

Rahminiwati dkk. (2010). Bioprospeksi ekstrak jahe gajah sebagai anti-Crd: Kajian
aktivitas antibakteri terhadap Mycoplasma galliseptikum dan E.Coli in vitro. Jurnal
llmu Pertanian Indonesia, Vol.15.(1) hlm. 7-13.

Robinson, T., 1991. The Organic Constituen of HigherPlants. 6th Edition. Department of
Biochemistry. University of Massachusetts

Sabirin, M., Hardjono S., dan Respati S., 1994. Pengantar Praktikum Kimia Organik II.
UGM-Yogyakarta.

Sangi, Meiske, Max R. J Runtuwene, Henry E. I. Simbala, dan Veronica M. A. Makang.


“Analisis Fitokimia Tumbuhan Obat di Kabupaten Minahasa Utara.” Chem. Prog. 1,
no. 1 (2008): 47-53.

Sanusi, M. 1989. Isolasi dan identifikasi zat warna kayu sappang. Balai Industri Ujung
Pandang. Moon, C.K., K.S. Park, S.G. Kim, and H.S. Won. 1992. Drug and chemical
toxicology. Drug Chem. Toxicol. 15(1): 81−91.

Sudarsono, Gunawan, D., Wahyuono, S., Danatus, LA., Purnomo, 2002. Tumbuhan Obat
II. Yogyakarta: Pusat Studi Obat Tradisional, pp:136-8.

Wardana, Andika Pramudya, Rika Arwanda, Sofi Nabila, dan Tukiran. “Uji Skrining
Fitokimia Ekstrak Metanol Tumbuhan Gowok (Syzygium polycephalum).”
Prosiding Seminar Nasional Kimia. Surabaya: Jurusan Kimia FMIPA UNESA,
2015. C143-C147.

Wicaksono, D., Arung, E., Sandra, F. 2008. Aktivitas Antikanker dari Kayu Secang.
Majalah Cermin Dunia Kedokteran 162 (3), hal : 133 – 137.

Winarti, C., dan Nurdjanah, N., 2005. Peluang Tanaman Rempah dan Obat Sebagai
Sumber Pangan Fungsional. Jurnal Litbang Pertanian. Volume 24 No. 2 tahun 2005.

Widowati, Wahyu. 2011. Phytochemical Assay and Antioxidant Potency of


Sappan Wood Ethanolic Extract (Caesalpinia sappan L.) JKM. Vol.11 No.1 Juli
2011:23-31. Bandung: Pusat Penelitian Ilmu Kedokteran, Universitas Kristen
Maranatha.
LAMPIRAN: DOKUMENTASI PERCOBAAN
No. Gambar Keterangan
Persiapan Alat dan Bahan
1.

Alat-alat yang digunakan dalam


percobaan uji fitokimia pada
ekstrak rimpang Jahe dan
Secang

2.

Mencuci alat-alat yang akan


digunakan

3.

Bahan yang digunakan dalam


percobaan uji fitokimia pada
ekstrak rimpang Jahe dan
Secang

Penyiapan Ekstrak Metanol Rimpang Jahe dan Secang


4.

Rimpang jahe dan secang


masing-masing diblender agar
halus dan menjadi serbuk

(a) Jahe (b) Secang


5.

(a) Merupakan serbuk jahe yang


berwarna coklat kekuningan
(b) Merupakan serbuk secang
yang berwarna jingga

(a) Jahe (b) Secang

6.

Menimbang serbuk kering jahe


dan secang kedalam Neraca
analitik O-hauss sebanyak 5
gram, secara bergiliran.

7.

Memasukkan 5 gram serbuk


jahe dan serbuk secang ke
dalam gelas kimia 100 mL

(a) Serbuk Jahe (b) Serbuk secang

8.
Mengukur 15 mL methanol 60-
80% kedalam gelas ukur. Pada
saat sudah mendekati 15 mL,
dilakukan dengan menggunakan
pipet kemudian dimasukkan
untuk masing-masing gelas
kimia 100 mL yang telah
berisikan serbuk
9.

Memasukkan 15 mL methanol
60-80% ke dalam gelas kimia
yang sudah diisi oleh serbuk
jahe dan secang serta direndam

(a) Serbuk Jahe (b) Serbuk Secang


10.

Dipanaskan secukupnya dalam


penangas air untuk membantu
mempercepat proses ekstraksi

(a) Serbuk Jahe (b) Serbuk Secang


11.

Melipat kertas saring dan


meletakkannya di atas corong
untuk menyaring hasil ekstraksi

12.

Disaring menggunakan kertas


saring yang telah disiapkan

(a) Serbuk Jahe (b) Serbuk Secang


13.
(a) Jahe
(b) Secang
Filtrat hasil penyaringan
kemudian dipekatkan dengan
cara dipanaskan dalam penangas
air
(a) Filtrat Jahe
(b) Filtrat Secang
14.

Filtrat jahe berwarna coklat


muda (kiri) dan filtrat secang
berwarna jingga pekat (kanan).
Kedua filtrat tersebut
merupakan sampel dalam uji
fitokimia.

Identifikasi Alkaloid
15.
Mengambil sampel dan
dimasukkan ke dalam gelas
ukur, masing-masing sebanyak
1 mL. Kemudian sampel
sebanyak 1 mL dimasukkan ke
dalam tabung reaksi.

16.

Kemudian ditambahkan 1 mL
kloroform sampel secang (kiri)
berwarna jingga dan sampel
jahe (kanan) berwarna coklat
muda.

(a) Secang (b) Jahe


17.
Setelah ditambah kloroform,
Kemudian ditambahkan
ammonia sampel secang (kiri)
berwarna jingga pekat dan
sampel jahe (kanan) berwarna
coklat muda serta keduanya
muncul endapan.
(a) Secang (b) Jahe
18.

Dipanaskan dalam penangas air.


Sampel jahe (kiri) dan sampel
secang (kanan).

19.

Filtrat jahe dan filtrat secang


masing- masing dibagi ke dalam
tiga tabung reaksi

20.

Masing- masing tabung


ditambahkan 3 tetes Asam sulfat
2N

21. Setelah ditambah H2SO4 2 N


kemudian dikocok,
(a) Sampel secang terdapat 2
lapisan :
Lapisan atas = berwarna
merah(+++)
Lapisan bawah = berwarna
merah (+)
(b) Sampel jahe terdapat 2
lapisan :
Lapisan atas = berwarna
coklat
Lapisan bawah = berwarna
jingga kekuningan
22.

Dipisahkan filtratnya (diambil


lapisan atas)

23.

Tabung kiri berjumlah 3


(Secang) dan Tabung kanan
berjumlah 3 (Jahe) diuji dengan
pereaksi Meyer untuk masing-
masing tabung bernomor 1

24.
Tabung kiriberjumlah 3
(Secang) dan Tabung kanan
berjumlah 3 (Jahe) diuji dengan
pereaksi Wagner untuk masing-
masing tabung bernomor 2

25.
Tabung kiri berjumlah 3
(Secang) dan Tabung kanan
berjumlah 3 (Jahe) diuji dengan
pereaksi Dragondorf untuk
masing-masing tabung
bernomor 3

26.

Hasil identifikasi alkaloid pada


rimpang secang dan jahe
Identifikasi Flavonoid
27.
1 mL sampel jahe dan secang,
masing – masing ditambah 3
mL etanol 70%. Sampel jahe
(kiri) menghasilkan larutan
berwana kuning (+) sedangkan
sampel secang (kanan)
menghasilkan larutan berwarna
kuning (++).
28.

Sampel jahe dan secang


dipanaskan di atas penangas air
selama 1 menit. Tidak terjadi
perubahan pada kedua sampel.

29.

Sampel jahe (kiri) dan secang


(kanan) masing – masing
ditambah 0,1 gram padatan Mg.
Tidak terjadi perubahan pada
kedua sampel.

30. Sampel jahe (kiri) dan secang


(kanan), masing – masing
ditambah 2 tetes HCl pekat.
Sampel jahe menghasilkan
larutan berwarna kuning
kecoklatan, sedangkan sampel
secang menghasilkan larutan
berwarna jingga. Gelembung
gas juga muncul pada setiap
sampel.
Identifikasi Saponin
31.
1 mL sampel jahe (kanan) dan
secang (kiri), masing – masing
ditambah 3 mL aquades. Sampel
jahe menghasilkan larutan
berwarna kuning muda,
sedangkan sampel secang
menghasilkan larutan berwarna
kuning.

32.

Sampel jahe dan secang


dipanaskan di atas penangas air
selama 10 menit. Tidak terjadi
perubahan pada kedua sampel.

33.
Sampel jahe (kanan) dan secang
(kiri) dikocok kuat – kuat.
Kedua sampel menghasilkan
sedikit buih kemudian sampel
didiamkan. Buih konstan pada
menit pertama, berangsur –
angsur menghilang, dan tepat
hilang saat menit ketujuh.

Identifikasi Steroid
34.

Penambahan 1 mL ekstrak jahe


dan ekstrak secang kedalam
tabung reaksi.
35.

Penambahan 3 mL etanol
kedalam tabung reaksi yang
berisi 1 mL sampel secang dan
jahe.

a. secang b. jahe
36.

Campuran dari etanol dan


sampel secang menghasilkan
larutan berwarna kuning
sedangkan etanol dengan
sampel jahe menghasilkan
larutan berwarna kuning muda.

a. secang b. jahe
37.

Setelah penambahan etanol,


dilanjutkan dengan penambahan
2 mL H2SO4 kedalam masing-
masing tabung reaksi.

38.

Dari penambahan 2 mL H2SO4 ,


Pada sampel secang
menghasilkan larutan berwarna
merah bata sedangkan pada
sampel jahe menghasilkan
larutan berwarna coklat tua.

39.

Setelah penambahan 2 mL
H2SO4 dilanjutkan dengan
penambahan CH3COOH
anhidrat kedalam sampel secang
dan sampel jahe.
40.
Dari penambahan CH3COOH
anhidrat, pada sampel secang
menghasilkan larutan berwarna
merah bata sedangkan pada
sampel jahe menghasilkan
larutan berwarna coklat tua.

Identifikasi Triterpenoid
41.
1 mL sampel jahe (kanan) dan
secang (kiri), masing – masing
ditambah 2 mL kloroform.
Sampel jahe menghasilkan
larutan kuning (+), sedangkan
sampel secang menghasilkan
larutan kuning (++).

42. Sampel jahe dan secang di-


tambah 3 mL H2SO4 pekat.
Sampel jahe menghasilkan
larutan dengan 3 lapisan warna
(coklat kehitaman – coklat –
kuning). Sedang-kan pada
sampel secang menghasilkan 4
lapisan warna (coklat
kemerahan – coklat kehitaman –
Secang Jahe kuning – tidak berwarna).
Gelembung gas timbul pada
kedua sampel.
Identifikasi Tanin
43.

Penambahan 1 mL ekstrak jahe


dan ekstrak secang kedalam
tabung reaksi.

44.

Penambahan 3 mL aquades
kedalam masing-masing tabung
reaksi.
45.

Dari penambahan 3 mL
aquades, pada sampel jahe
menghasilkan larutan berwarna
kuning keruh sedangkan pada
sampel secang menghasilkan
larutan berwarna jingga.

46.

Pemanasan sampel secang dan


sampel jahe.

47.
Dari pemanasan, pada sampel
jahe menghasilkan larutan
berwarna kuning keruh
sedangkan pada sampel secang
menghasilkan larutan berwarna
jingga.
a. jahe b. secang
48.

Setelah pemanasan, kemudian


penambahan 3 tetes FeCl 1%
pada campuran sampel secang
dan pada campuran sampel jahe.

49.
Dari penambahan 3 tetes FeCl
1%, pada sampel jahe
menghasilkan larutan berwarna
coklat muda sedangkan pada
sampel secang menghasilkan
larutan berwarna coklat tua.

Anda mungkin juga menyukai