Bsi Proposal

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 33

USULAN PENELITIAN

KAJIAN TEKNIS TRIM BLAST DALAM MEMBENTUK


BENCH TAMBANG DI PT. BUMI SUKSESINDO COPPER
AND GOLD TUJUH BUKIT PROJECT BANYUWANGI,
PROVINSI JAWA TIMUR

JOHANES CEVIN GINTING


F1D116008

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS JAMBI
2020
USULAN PENELITIAN

KAJIAN TEKNIS TRIM BLAST DALAM MEMBENTUK


BENCH TAMBANG DI PT. BUMI SUKSESINDO COPPER
AND GOLD TUJUH BUKIT PROJECT BANYUWANGI,
PROVINSI JAWA TIMUR

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam melakukan penelitian


dalam rangka penulisan Skripsi pada Program Studi Teknik
Pertambangan

JOHANES CEVIN GINTING


F1D116008

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS JAMBI
2020
USULAN PENELITIAN

KAJIAN TEKNIS TRIM BLAST DALAM MEMBENTUK BENCH TAMBANG DI


PT. BUMI SUKSESINDO COPPER AND GOLD TUJUH BUKIT PROJECT
BANYUWANGI, PROVINSI JAWA TIMUR

Oleh:
JOHANES CEVIN GINTING
F1D116008

Disetujui:

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Wahyudi Zahar, S.T., M.T Juventa, S.T., M.T


NIP. 195809161987031002 NIP. 199003062019031012

Diketahui:

Dekan Ketua Program Studi Teknik


Pertambangan,

Prof. Drs. Damris M, M.Sc, Ph.D Wahyudi Zahar, S.T., M.T


NIP. 196605191991121001 NIP. 199008032018031001

i
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................. iv
I. PENDAHULUAN............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah........................................................2
1.3 Tujuan .................................................................................................... 3
1.4 Manfaat................................................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................4
2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah Penelitian...............................................4
2.2 Keadaan Topografi....................................................................................5
2.3 Keadaan Morfologi....................................................................................6
2.4 Keadaan Cuaca dan Iklim........................................................................6
2.5 Geologi Regional.......................................................................................6
2.6 Metode Open Pit ......................................................................................8
2.7 Sistem Penyanggaan Tambang Bawah Tanah ........................................14
2.8 Sistem Penyanggaan Menggunakan Splitset dan Shotcrete......................14
2.9 Klasifikasi Massa Batuan Sistem Rock Mass Rating (RMR)......................11
2.10 Penentuan Klasifikasi Geomekanika RMR.............................................22
2.11 Klasifikasi Stand-up Time.....................................................................26
2.12 Tinggi Runtuh dan Beban Keseluruhan................................................28
2.13 Rancangan Sistem Penyanggaan Dengan Baut Batuan.........................28
2.14 Pemakaian Splitset dan Shotcrete Pada Lubang Bukaan.......................29
2.15 Faktor Keamanan (Safety Factor)..........................................................29
III. METODE PENELITIAN................................................................................32
3.1 Tempat dan Waktu.................................................................................32
3.2 Bahan dan Peralatan..............................................................................33
3.3 Metode Penelitian...................................................................................33
3.4 Diagram Alir Proses Penelitian................................................................36
Daftar Pustaka................................................................................................ 38

ii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Data Teknik Friction Anchored Rock Bolt - Splitset.................................... 15
2. Hubungan RQD dan Kualitas.................................................................. 19
3. Petunjuk Klasifikasi Kondisi Bidang Diskontinyu.................................... 21
4 . Kondisi Air Tanah................................................................................... 22
5. Parameter Klasifikasi RQD dan Parameter Bobotnya............................... 23
6. Efek Orientasi Jurus dan Kemiringan Diskontinyu.................................. 24
7. Penyesuaian Rating untuk Orientasi Bidang Diskontinyu........................ 24
8. Kelas Massa Batuan yang Ditentukan Dari Rating Total.......................... 24
9. Panduan Rekomendasi Penyanggaan Berdasarkan Sistem RMR.............. 25
10. Arti Dari Kelas Massa Batuan................................................................. 27
11. Rumus Tinggi dan Besar Beban Runtuh.................................................. 28
12. Rumus Rekomendasi Pemasangan Splitset.............................................. 29
13. Rumus Rekomendasi Pemasangan Shotcrete........................................... 29
14. Rumus Perhitungan Faktor Keamanan Menggunakan Splitset................. 31
15. Rencana Pelaksanaan Tugas Akhir.......................................................... 32

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Peta Lokasi PT. Agincourt Resources Martabe Gold Mine Project............. 4
2. Delay interval kontrol peledakan menggunakan Software Shotplus.......... 10
3. Energi Vertical Distribusi......................................................................... 11
4. Rancangan Geometri untuk Kedalaman Lubang Trim yang Efektif.......... 11
5. Proses Pemecahan Batuan Akibat Peledakan........................................... 15
6. Pola Rangkaian Peledakan Echelon ......................................................... 16
7 . Diagram Alir Proses Penelitian................................................................ 22

iv
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki industri
tambang, sehingga banyaknya instansi yang membuka perusahaan dibidang
industri pertambangan. Dalam bidang pertambangan erat kaitannya dengan
suatu kejadian bench yang longsor diakibatkan dengan adanya aktivitas
penambangan seperti peledakan, aktivitas alat hauling dan loading dilokasi
bench. Dikarenakan peledakan memiliki daya ledak yang cukup kuat dan juga
menghasilkan suatu getaran tersendiri melalui material batuan utuh dan
gelombang geser (shear waves), yang dapat merusak atau mengganggu
kestabilan lereng yang ada. Oleh karenanya untuk mendapatkan suatu bench
yang stabil melalui aktivitas peledakan maka dilakukan dengan metode Trim
Blasting.
PT. Bumi Suksesindo Copper Gold merupakan salah satu tambang yang
menggunakan peledakan untuk proses penambangan. Tujuan utama dilakukan
peledakan adalah untuk mempercepat proses produksi ore yang dapat diangkut
oleh excavator dan ADT (Articulated Dump Truck) atau Riggid Dump Truck.
Dalam perkembangannya banyak masalah yang terjadi dalam proses peledakan,
salah satu masalah yang timbul akibat proses peledakan ialah benuk bench.
Trim blast merupakan salah satu metode controlled blasting, dimana fungsinya
adalah untuk menciptakan suatu jenjang akhir. Pada trim blasting ini, lubang
ledak berada pada baris terakhir daripada lubang produksinya dan terletak
dekat dengan dinding yang ingin dibentuk. Dan lubang trim blast itu sendiri
memiliki isian bahan peledak yang lebih sedikit daripada lubang produksi,
tujuannya adalah untuk menciptakan bench yang stabil dari pengukuran
geoteknik dengan mengurangi backbreak yang berasal dari proses peledakan
produksi tersebut.
Aktivitas peledakan dan aktivitas penambangan dapat mempengaruhi
produktivitas perusahaan dan keamanan lokasi kerja tambang. Didalam dunia
pertambangan dilakukan stabilisasi lereng untuk mengurangi terjadinya longsor
dan kecelakaan kerja pada tambang. Untuk membentuk bench yang stabil
dilakukan dengan 3 faktor yang harus diperhatikan, yaitu memahami sudut
yang ingin dibentuk dan didapatkan pada ahli geoteknik, geometri peledakan
dari crest ke row, dan pengisian bahan peledak perlubang antara lubang trim
dan lubang produksi. Antara lubang trim dan lubang produksi memiliki
pengisian bahan peledak yang berbeda, tujuannya adalah untuk mendapatkan

1
2

hasil yang optimal dan juga efisien dari dilakukannya peledakan tersebut, dan
juga mengurangi konsumsi bahan peledak yang berlebihan.
1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah
Dari uraian yang terdapat di latar belakang maka identifikasi masalah
pada penelitian ini yaitu kajian teknis mengenai trim blast sebagai metode
controlled dalam upaya membentuk bench di PT. Bumi Suksesindo Copper Gold
untuk membentuk bench yang stabil dari pengukuran geoteknik yang sesuai
target diinginkan.
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah
dalam penelitian ini yaitu :
1. Bagaimana cara mengatasi masalah pembentukan bench pada proses
peledakan?
2. Mengapa trim blast dipakai dalam membentuk bench?
3. Apakah isian bahan peledak berpengaruh terhadap bench yang akan
dibentuk?
4. Apakah arah lemparan peledakan sangat berpengaruh terhadap hasil
tersebut?
5. Apakah semakin tinggi delay yang dipakai semakin baik untuk
pembentukan bench?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu :
1. Mengetahui teknis kerja trim blast sebagai metode controlled blasting
dalam pembentukan bench pada tambang
2. Dapat mengetahui teknis trim blast sebelum dan setelah dilakukan trim
blast dengan menggunakan parameter-parameter yang diamati
3. Dapat mengetahui bentuk bench yang diinginkan setelah dilakukan trim
blast
1.4 Manfaat
Bagi Mahasiswa dan Penulis
Menambah pengetahuan mengenai trim blast dalam kegiatan peledakan
berdasarkan kejadian real dilapangan serta dapat mengaplikasikan ilmu teori
yang didapat kedalam dunia kerja.

Bagi Tenaga Pengajar


Sebagai bahan referensi dalam matakuliah Teknik Peledakan sehingga
dapat memberikan informasi mengenai trim blast sebagai metode controlled
dalam upaya membentuk bench yang digunakan di PT. Bumi Suksesindo
Copper Gold Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur.
3

Bagi Pihak Perusahaan


Sebagai bahan evaluasi perusahaan di masa yang akan datang terutama
di PT. Bumi Suksesindo Copper Gold Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur untuk
penggunaan trim blast sebagai metode controlled dalam upaya membentuk
bench tambang. Serta dapat menjalin kerjasama antara pihak perusahaan
dengan Universitas Jambi untuk kegiatan penelitian tugas akhir di perusahaan
tersebut.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah Penelitian


Secara geografis lokasi proyek pertambangan Site Tujuh Bukit PT. Bumi
Suksesindo terletak pada 8°36’53.0748” Selatan dan 144°3’17.46” Timur
(Gambar 4.2). Lokasi pertambangan Batu Hijau PT. Bumi Suksesindo dapat
ditempuh melalui jalur udara dan darat.

Gambar 4.2 Peta Lokasi Tambang Site Tujuh Bukit


(Sumber: Arsip PT. Bumi Suksesindo, 2015)
Berikut merupakan beberapa cara dan jalur yang dilalui untuk
menempuh lokasi Tujuh Bukit Operation.
1. Dari Bandara Internasional Sultan Mahmud Badarudin II Palembang
(PLM) dapat di tempuh dengan menggunakan transportasi pesawat
dengan waktu tempuh ± 55 menit menuju ke Bandara Internasional
Soekarno Hatta Jakarta (CGK). Selajutanya transit untuk melajutkan
penerbangan ke Bandara Blimbingsari (BWX) dengan memakan waktu ±
2 jam.
2. Selanjutnya perjalanan di lanjutkan menggunakan jalur darat menuju
Desa Sumberagung yang berdekatan dengan Kawasan Pantai Merah
yang memakan waktu ± 2,5 jam.

4
5

2.2 Keadaan Cuaca dan Iklim


Secara umum wilayah kerja PT. Bumi Suksesindo mempunyai iklim
tropis dengan curah hujan tergolong ringan. Daerah memiliki suhu rata-rata
18° – 32°C. Daerah ini merupakan daerah yang panas dan lembab dengan
curah hujan rata-rata 3379 mm per tahun, kelembaban udara 90%, serta
kecepatan angin 10 Km/jam. (bmkg.go.id, 2019).

2.3 Geologi site tujuh bukit


Berdasarkan keadaan geologinya, endapan bahan galian pada Batu
Hijau merupakan batuan porphiry muda yang mengandung mineral tembaga
serta mineral ikutan emas yang terdapat pada mineral bornit (Cu5FeS4) dan
kalkopirit (CuFeS2).
Adapun mineral pengotor yang terdapat di Site Tujuh Bukit seperti
magnetit (Fe3O4), kuarsa (SiO2), klorit (ClO2-), dan pirit (FeS2). Peta Geologi
Lokasi Pit Batu Hijau dapat dilihat pada Gambar .

Gambar 4.3 Peta Geologi Lokasi Tambang Site Tujuh Bukit


(Sumber: Mine Geology PT. Bumi Suksesindo, 2016)
Pada saat magma berevolusi, intrusi tonalite (dike) akan mengandung
semakin banyak kuarsa primer. Pada cebakan Batu Hijau terdapat 3 jenis
tonalite, yang pertama tonalit tua (old tonalite) merupakan batuan porphiritic
berwarna abu-abu yang banyak mengandung kuarsa dan plagioclase phenocrist
dan batuan yang teraltrasi, lalu tonalit menengah (intermediate tonalite) yang
bertekstur lebih kasar dengan kandungan kuarsa lebih banyak, sedangkan
tonalit muda (young tonalite) adalah batuan yang secara mineralogi sama
dengan tonalite yang sebelumnya tetapi teksturnya berbeda yaitu berupa
tekstur yang lebih kasar, banyak mengandung quarts phenocriyst.
6

Massa dasar (bagian batu yang lebih halus) dari tonalite muda lebih
kasar dari massa dasar tonalite tua dimana tonalite tua lebih teralterasi dan
termineralisasi dibanding tonalite menengah dan tonalite muda. Bagian tengah
dari cebakan didominasi oleh mineral kalkopirit dan bornit sedangkan di arah
luar cebakan lebih dominan kalkopirit dan pirit. Hasil studi mineralogi awal
menunjukkan adanya hubungan kuat antara kuarsa, tembaga, dan emas.
Hasil studi difraksi sinar-X menunjukkan persentase kuarsa berkisar antara
40-50 % pada bagian yang berkadar tinggi, terutama di area dasar bagian
tengah cebakan. Dilihat melalui mikroskop diketahui bahwa kandungan emas
teridentifikasi sebagai bagian kecil di dalam bornite, calcophyrite dan selebihnya
adalah partikel gangue (pengotor).
2.4 Metode Open Pit
Sistem penambangan yang diterapkan di PT. Bumi Suksesindo adalah
tambang terbuka dengan metode Open Cut (Gambar 4.4). Open Cut adalah
metode penambangan terbuka yang di lakukan untuk lereng bukit atau
perbukitan, Medan kerja yang digali dari arah atas ke bawah atau sebaliknya
(Side Hill Type). Tujuan utama dari operasi penambangan itu sendiri adalah
menambang dengan biaya serendah mungkin sehingga dicapai keuntungan
yang maksimal. Pemilihan berbagai parameter desain dan penjadwalan dalam
pengambilan bijih melibatkan pertimbangan teknik dan ekonomi yang rumit.
Dibutuhkan suatu pengambilan keputusan yang optimal antara
memaksimalkan perhitungan ekonomis dengan adanya parameter pembatas
karena faktor geologi dan pertimbangan teknik lain.

Gambar 4.4 Pit B West Site tujuh bukit


Kegiatan utama penambangan yang dilakukan di tujuh bukit meliputi
kegiatan long term, pengeboran lubang untuk peledakan (drilling), pemberaian
7

batuan dengan peledakan (blasting), pemuatan batuan (loading) dan


pengangkutan batuan (hauling), penimbunan (dumping), dan peremukan
(crushing). Aktifitas penambangan dilakukan 2 shift setiap harinya selama 24
jam dengan pergantian shift setiap jam 5 pagi dan jam 5 sore.
2.5 Pengeboran (Drilling) dan Peledakan (Blasting) PT. Bumi Suksesindo
Kondisi batuan di Pit A dikategorikan dalam material yang sulit untuk
dibongkar dengan demikian dibutuhkan pengeboran dan peledakan untuk
proses pemberaian. Pemberaian batuan dilakukan untuk membongkar batuan
dari lokasi asalnya agar dapat dilakukan pemuatan dan pengangkutan oleh alat
mekanis. Sebelum melakukan kegiatan pengeboran dan peledakan pada areal
tertentu, drill and blast engineering bertugas untuk mencari dan
mempersiapkan areal tersebut sehingga siap digunakan. Kegiatan
mempersiapkan area pengeboran dan peledakan ini sering disebut dengan land
clearing.
1. Pengeboran (Drilling)
Kegiatan pengeboran dilakukan untuk beberapa tujuan yaitu pembuatan
lubang ledak untuk peledakan produksi, dan pembuatan drain hole pada
horizont drilling untuk membuat saluran air pada dinding tambang, selain itu
pengeboran juga dilakukan untuk pengambilan sampel untuk perhitungan
kadar endapan.
PT. Bumi Suksesindo menggunakan beberapa jenis mata bor, yaitu
95mm untuk hard ore, 102 mm untuk soft ore dan 127 mm untuk waste.
Sedangakan alat berat yang digunakan adalah Atlas Copco Power ROC T50 yang
berjumlah 5 unit.

Gambar 4.5 Alat Bor Atlas Copco Power ROC T50


8

Pengeboran dilakukan oleh Drill Operator dengan panduan titik kontrol


yang telah ditentukan berdasarkan drill pattern yang telah direncanakan oleh
Drill and Blast Engineering menggunakan software MineSight yang kemudian
diupload ke Dispatch System. Pengeboran akan mengikuti drill hole plan sesuai
dengan navigasi yang diarahkan oleh operator menggunakan HPGPS dan tidak
menggunakan bantuan dari survey lagi. Sebagian dari hasil pengeboran ini
diambil untuk dijadikan sampel dan dikirim ke laboratorium untuk dianalisa
kadar serta kandungan mineral dari batuan tersebut. Kegiatan pengeboran ini
dikontrol oleh operator menggunakan Wireless Dispatch System yang dipasang
pada alat bor dan tercatat pada data MORS.
2. Peledakan (Blasting)
Peledakan bertujuan untuk memberaikan batuan dari batuan induknya
yang nantinya menghasilkan broken material yang memilih fragmentasi yang
sesuai untuk diumpankan ke OPP (Ore Preparation Plan).
Pada metode peledakan di PT.Bumi Suksesindo, terdapat dua metode yang
digunakan yaitu:
a. Pre-split Drilling
Metode ini dilakukan pada area yang memiliki tingkat kerapatan
struktur geologi yang sangat intensif, baik berupa patahan / sesar
(fault), kekar (joint) dan batuannya yang relatif lebih keras. Biasanya
diimplementasikan pada area lereng tambang di sisi barat, barat-daya
dan barat-laut. Desain ini dirancang untuk peledakan wall treatment
dengan mengikuti rencana pembentukan lereng pada setiap domain
geotech yang telah ditetapkan dan jarak spasi antar lubang bor adalah
1,25 meter (Gambar 4.3).

Gambar 4.6 Desain Peledakan Wall Treatment dengan Metode Pre-split Drilling
(Sumber: Arsip PT.Bumi Suksesindo)
b. Line Drilling
Metode line drilling pada prinsipnya hampir sama dengan pre-split
drilling dan bertujuan untuk mengurangi pengaruh vibrasi terhadap
9

lereng. Perbedaannya terletak pada pembuatan lubang bornya yang


dibuat vertikal dan tidak diisi bahan peledak (charging). Metode ini
diterapkan pada dinding bagian timur karena batuan yang relatif lunak
dan adapun jarak spasi adalah 1,5 meter (Gambar 4.6).

Gambar 4.7 Desain Peledakan Wall Treatment dengan Metode Line Drilling
(Sumber: Arsip PT. Bumi Suksesindo)
Peledakan dilakukan dengan menggunakan primer booster (200 gr)
dengan sistem peledakan NONEL (Non-Electronic) dengan in hole delay 500 ms
dan panjang tube 18 m pada sisi timur dan produksi serta I-Kon pada sisi barat
dan di trim. Hasil peledakan selanjutnya digali, dimuat, dan diangkut ke tempat
yang sesuai dengan kategori yang telah ditentukan. Kegiatan penggalian,
pemuatan, dan pengangkutan dipantau dan diatur oleh dispatcher dan datanya
tercatat pada data dispatch.
Setelah selesai dilakukan pengeboran (drilling), tahap selanjutnya yang
akan dilakukan untuk persiapan peledakan adalah charging (pengisian bahan
peledak). Sebelum dilakukan pengisian bahan peledak, lubang ledak terlebih
dahulu diisi dengan bahan peledak peka detonator (booster) yang berfungsi
menginisiasi bahan peledak. Booster yang digunakan adalah DAYAPRIME-200
yang memiliki 2 slot untuk detonator. Slot tersebut disambungkan pada non-
electric detonator sepanjang 6 m dengan in-hole delay 67 ms dan pada
elektronik detonator i-Kon II dengan panjang 65 ft. (Gambar 4.7)
10

Gambar 4.8 Booster dan kabel delay

Untuk kolom isian bahan peledak, pemakaian bahan peledak di PT.


Bumi Suksesindo disesuaikan dengan kondisi lubang tembak, antara lain
Emulsion 100%, Fortain Eclipse 11, Fortain Eclipse 12, Fortain Eclipse 13, Fortain
Eclipese (70:30). Bahan peledak (Gambar 4.9) diisi pada lubang menggunakan
MMU Truck (Gambar 4.10), kemudian ditutup menggunakan stemming yang
dibawa oleh stemming truck.

Gambar 4.9 Bahan Peledak Amonium Nitrate


11

Gambar 4.10 Truck Ammonium Nitrate


Peledakan akan dilakukan sesuai jadwal yang telah ditentukan.
Persiapan yang dilakukan antara lain memasang geophone untuk mendeteksi
seberapa besar getaran yang ditimbulkan pada saat peledakan dan sebuah
palang larangan melewati wilayah batas peledakan. Setelah persiapan
peledakan selesai, seluruh alat dan pekerja yang berada di sekitar wilayah
peledakan akan dievakuasi ke zona aman, dengan radius 250 m untuk alat, dan
450 m untuk pekerja dari wilayah peledakan.
Setelah kegiatan peledakan selesai, selanjutnya dilakukan pemasangan
patok survey pada area broken muck dan diupload ke Jigsaw. Hal ini bertujuan
untuk membatasi daerah yang tergolong sebagai high grade, medium grade, low
grade, acid waste dan neutral waste. Dengan adanya batasan tersebut broken
muck dapat diangkut ke tempat penimbunan (dumping) yang telah ditentukan.

2.6 Trim Blast


Trim Blast merupakan salah satu metode controlled blasting, Dimana
Fungsi dari Trim Blast itu sendiri adalah untuk menciptakan suatu jenjang
akhir. Pada Trim Blasting tersebut, lubang ledak berada pada baris terakhir dari
pada lubang produksinya dan terletak dekat dengan dinding yang ingin
dibentuk. Dan lubang Trim blast itu sendiri memiliki isian bahan peledak yang
lebih sedikit dari pada lubang produksi, Tujuan nya adalah untuk menciptakan
bench yang stabil dengan mengurangi backbreak yang berasal dari proses
peledakan produksi tersebut. (Sarah McAuley, E.I.T) – Geotechnical Engineer
Orica Mining Service, Canada
Pada trim blast tersebut memiliki 2 lubang yakni, lubang trim dan lubang
produksi. Pada lubang trim memiliki kedalaman lubang dan isian bahan peledak
yang khusus dari lubang produksi. Dan proses yang terjadi ketika lubang
12

produksi meledak maka akan menimbulkan gelombang kejut atau Shock waves
kearah lubang trim. Ketika lubang trim meledak maka akan menimbulkan
gelombang kejut pula. Pada saat lubang produksi meledak maka akan
menimbulkan energi yang besar dan membuat rekahan – rekahan pada massa
batuan itu sendiri. Gelombang kejut yang berasal dari lubang produksi akan
menyebarkan energi keseluruh massa batuan tersebut, termasuk ke lubang
trimnya. Namun, dikarenakan isian bahan peledak pada lubang trim itu sedikit,
maka energi yang dihasilkan tidaklah sebesar energi dari lubang produksinya.
Akibat energi yang dihasilkan tidak terlalu besar, maka tidak adanya backbreak
pada dinding/bench yang akan dibentuk. dikarenakan pada lubang trim
tersebut kunci dari terbentuknya bench yang stabil. Untuk mendapatkan hasil
lubang stabil dilakukannya suatu observasi tersendiri untuk mendapatkan
kedalaman dari keterbentukan sudut menggunakan rumus phytagoras dan
software autocad sebagai desainan rangkaian tersebut. (Dyno Nobel, 2018)
Untuk membentuk suatu bench yang stabil perlu diperhatikan atas beberapa
faktor yang harus diperhatikan dalam pendesainan trim blast, yaitu:
1. Geometri peledakan CR ( Crest ke row)
Dalam Geometri peledakan untuk trim blast ini memiliki persamaan yang
harus digunakan dalam trim blast, yaitu:
 Spacing (menurut A.Bauer dan William A Crosby (1989) dirumuskan:
St = (12-16) ×D
Dimana: St = Spacing pada lubang Trim (m)
D = Diameter Lubang Ledak ( mm)
 Burden Trim menurut JC.Konya (1995) Burden dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Bt=St
Dimana: Bt = Burden trim (m)
St = Spacing trim (m)
 Steamming merupakan lapisan penutup untuk menahan laju dari
peledakan yang mengakibatkan fly rock berlebih. Steaming dapat
dirumuskan sebagai berikut:
T = 0,7 ×b
Dimana: T = Steamming (m)
B = Burden (m)
 Kolom Isian (PC) merupakan Panjang Kolom untuk pegisian bahan
peledak atau Charge Length.
PC = H−T
Dimana: H = Kedalaman dari lubang ledak (m)
13

T = Steamming (m)
2. Spasi pada trim row yang besarnya lebih kecil dari burden
Dalam hal pendesainan trim blast sebenarnya berfokus pada
mengendalikan peledakan sebisa mungkin untuk membentuk suatu bench
dengan kepekaan yang tinggi. Terkhusus pada geometri peledakan, yaitu
spasinya haruslah lebih kecil dari pada burden, tujuannya adalah untuk
mengkombinasikan antara bahan peledak yang digunakan dengan takaran yang
sedikit terhadap area cakupan yang diledakkan dengan energi distribusi bahan
peledak atau gelombang kejut yang memanfaatkan rongga-rongga kosongnya.
Dalam Geomterinya spasi pada lubang trim ini harus lebih kecil dari pada
burdennya, dikarenakan untuk memanfaatkan ruang – ruang kosong kecil yang
ada dari energi distribusi yang dihasilkan dari bahan peledaknya. (Dyno Nobel
Explossive)
3. Timing delay
Timing Delay merupakan Waktu tunda yang dipakai dalam hal
rancangan untuk performa peledakan itu sendiri. Tujuan dari Timing Delay itu
sendiri adalah untuk mengkontrol peledakan agar hasilnya tercapai oleh target
yang diinginkan. Waktu tunda tersebut memiliki tujuan untuk meminimalisir
terjadinya getaran tanah (Ground Vibratio), mengurangi suara dari ledakan
(noise), serta untuk mengarahkan lemparan fragmentasinya atau batuan hasi
peledakan sesuai yang ditentukan dan menghindari terjadinya fly rock yang
memiliki dampak terhadap lingkungan dan juga keamanan sekitar. Untuk
mengkontrol/mengendalikan fly rock nya dan fragmentasinya walau konsumsi
bahan peledak dipakai banyak dapat dilakukan dengan timing delay ikon tube
pemakaian delay CD #025 dan CD#065. Tujuan nya adalah semakin lama delay
yang digunakan maka semakin baik pula hasil yang didapat. (Blast Dynamic,inc
– Dyno Nobel)
14

Gambar 2. Delay interval kontrol peledakan menggunakan Software Shotplus


4. Jenis bahan peledak yang digunakan perlubang
Jenis Bahan Peledak yang digunakan tergantung situasi dan kondisi
lapangan yang dihadapi. Ketika Area cakupan tersebut tergenang oleh air atau
lembab, maka Bahan peledak yang cocok digunakan adalah Emulsion. Bahan
peledak Emulsion memiliki Berat Jenis = 1 atau setara dengan berat jenis air.
Area cakupan yang dihadapi jika kering maka bahan peledak yang digunakan
adalah ANFO (Amonium Nitrat Fuel Oil) dengan berat densitasnya adalah 0.85
gr/cc tergantung diameter lubang bor yang digunakan. Semakin Besar Diameter
lubang bor yang digunakan (inch) maka semakin besar pula bahan peledaknya.
(Blast Dynamic,inc – Dyno Nobel)
5. Energi vertical distribusi yang dihasilkan pada bahan peledak yang
digunakan
Dalam Bahan peledak yang digunakan ketika diledakkan maka akan
menimbulkan getaran. Timbulnya suatu getaran tersebut berasal dari energi
distribusi yang melakukan kontak langsung dengan batuan utuh dan
menghasilkan Shear waves atau gelombang geser. Maka energi vertical
distribusi ini merupakan faktor yang harus diperhatikan. Ketika Energi tersebut
diabaikan maka akan berakibat fatal pada bench yang akan dibentuk. Biasanya
energi Vertical distribusi ini berkisar antara 3 s/d 11 (m) tergantung Banyak
sedikit nya bahan peledak yang digunakan. (Blast Dynamic,inc – Dyno Nobel)
15

Gambar 3. Energi Vertical Distribusi


6. Software Autocad yang fungsinya untuk mendapatkan kedalaman yang
efektif dalam rangkaian geometri peledakannya.

Gambar 4. Rancangan Geometri untuk Kedalaman Lubang Trim yang efektif


Perhatikan gambar 4 pada rancangan geometri untuk mendapatkan
penggambaran kedalaman yang efektif. Dalam hal ini, untuk mendapatkan
kedalaman lubang ledak dapat diperoleh dari rumus phytagoras yaitu

tan∝=b/a. Ketika kedalaman lubang ledak telah diketahui, maka bisa di


kombinasikan ke software AutoCad untuk melihat kedalaman efektifnya.
Menurut Hagan dan Mercer (1983), Trim Blasting merupakan teknik
kontrol peledakan yang memotong bagian massa batuan yang terlanjur
16

terkekarkan oleh peledakan. Berikut tabel rekomendasi isian Bahan Ledak dan
Geometri Peledakan yang sesuai untuk dilakukan kontrol peledakan (trim blast)
Tabel 1. Rekomendasi Isian Bahan Ledak dan Geometri Peledakan untuk trim
blasting
Blast Hole Charge Suggested Blasthole Burden
Diameter (mm) Load Catridge Spacing (m) (m)
(Kg/m) diameter (mm)
75 0,50 22* 1,15 1,50
90 0,70 25* 1,35 1,80
100 0,85 29* 1,50 2,00
115 1,05 32* 1,70 2,20
125 1,20 38* 1,80 2,40
150 1,70 55 2,20 2,80
200 2,75 55* 2,80 3,70
230 3,30 55* 3,30 4,20
250 3,75 80 3,60 4,60
270 4,15 80 3,90 5,00
310 4,80 90* 4,40 5,60

2.7 Geometri Peledakan Berdasarkan J.C. Konya (1990)


Untuk memperoleh hasil pembongkaran batuan sesuai dengan yang
diingikan, maka perlu suatu perencanaan peledakan dengan memperhatikan
besaran-besaran geometri peledakan. Geometri peledakan menurut J.C Konya
(1990) adalah sebagai berikut :
Burden
Burden dihitung berdasarkan diameter lubang ledak, jenis batuan dan jenis
bahan peledak yang diekspresikan dengan densitasnya. Rumusnya adalah:
B = 3.15 x De x (SGe/SGr)0.30  ....................................................................  2.10
Keterangan :
B       = burden
De     = diameter lubang ledak (inchi)
SGe   = berat jenis bahan peledak yang dipakai
SGr   = berat jenis batuan yang dibongkar
Spasi
Spasing ditentukan berdasarkan sistem tunda yang direncanakan dan
kemungkinannya adalah:
 Serentak tiap baris lubang ledak ( instantaneous single-row blastholes )
H < 4B, S = (H + 2B) / 3 ; H > 4B, S = 2B  ..................................................  2.11
 Berurutan dalam tiap baris lubang ledak ( sequenced single-rowblasthole )
H < 4B, S = (H + 7B) / 8 ; H > 4B, S = 1,4B  ...............................................  2.12
Steaming
17

Stemming adalah kolom material penutup lubang ledak di atas kolom isian
bahan peledak. Menurut J.C Konya rumusan dalam menentukan stemming
adalah:
Batuan massive, T = B   .............................................................................  2.13
Batuan berlapis, T = 0,7 B   .......................................................................  2.14
Keterangan :
T = stemming (m)
B = burden (m)
Subdrilling
Subdrilling adalah merupakan panjang lubang ledak yang berada di bawah garis
lantai jenjang. Subdrilling berfungsi untuk membuat lantai jenjang relatif rata
setelah peledakan. Adapun persamaan untuk mencari jarak subdrilling adalah
sebagai berikut:
J = 0,30 x B   .............................................................................................  2.15
Keterangan :
B     = burden (m),
J      = subdrilling (m)
Charge Length ( PC )
Charge length merupakan panjang kolom isian bahan peledak. Persamaan
dalam penentuan PC adalah:
PC = H – T   ...............................................................................................  2.16
Keterangan :
PC = panjang kolom isian bahan peledak (m)
H    = kedalaman lubang ledak (m)
T     = stemming (m)
Powder Factor ( PF )
PF = Whandak / B x S x BH   .....................................................................  2.17
Keterangan :
PF = powder factor
Whandak = jumlah pemakaian handak
2.8 Mekanisme Proses Pecahnya Batuan Akibat Proses Peledakan
Suatu batuan yang pecah akibat dari bahan peledak akan mengalami
beberapa tingkatan dalam prosesnya, diantaranya :
Proses Pemecahan Tingkat I
Ketika bahan peledak berada berada dalam ledak meledak, maka akan
menimbulkan tekanan yang tinggi disekitaran lubang ledak tersebut.
Gelombang kejut yang dihasilkan dari peledakan itu sendiri akan merambat
dengan kecepatan 3000 – 5000 m/s sehingga akan mengakibatkan tegangan
18

yang arahnya tegak lurus dengan dinding lubang ledak. Dari tegangan tersebut
maka akan menimbulkan rekahan radial yang merambat di lubang tembak
dalam kurun waktu 1 – 2 ms.
Proses Pemecah Tingkat II
Tekanan yang dihasilkan dari pemecah tingkat I adalah akan menimbulkan
gelombang kejut dan juga akan bernilai positif. Bila gelombang kejut mencapai
bidang bebas maka akan dipantulkan kembali sehingga akan turun dan bernilai
negative, kemudian akan kembali kedalam batuan itu sendiri. Batuan akan
mengalami ketahanan yang lebih tinggi terhadap tekanan dari pada tarikan,
sehingga gelombang tarik tersebut akan menimbulkan suatu rekahan didalam
batuan tersebut.
Proses Pemecah Tingkat III
Akibat dari tekanan yang sangat tinggi dari gas – gas yang dihasilkan peledakan
itu sendiri maka rekahan yang terbentuk dari I dan II akan semakin cepat
melebar. Apabila suatu masa batuan didepan lubang ledak gagal dalam
mempertahankan posisinya dan bergerak ke depan maka tegangan tekan tinggi
yang berada didalam batuan akan dilepas. Dan efek dari tersebut akan
tegangan tarik tinggi sebagai kelanjutan tingkat II itu sendiri. Rekahan yang
terbentuk akan menyebabkan bidang – bidang lemah untuk memulai reaksi –
reaksi fragmen utama dari proses peledakan.
19

sumber: M. Suka Tono


Gambar 5. Proses Pemecah Batuan Akibat Peledakan

2.9 Pola Pemboran


Hasil dari peledakan sebenarnya tergantung dari mutu kinerja pemboran
itu sendiri, antara lain:
 Keteraturan Letak daripada lubang bor tersebut
Tujuan pemboran adalah untuk meletakkan bahan peledak di posisi yang
sudah ditentukan, untuk itu didalam pelaksanaan lubang bor dirancang
dengan suatu pola yang teratur agar bahan peledak terdistribusi secara
merata.
 Penyimpangan arah dan juga sudut dari lubang bornya
Pada Pemboran yang miring posisi lubang bor tersebut sangatlah perlu
dicermati, walaupun letak lubang bor sudah sempurna atau diposisi yang
telah ditentukan, bila posisi tersebut tidak sejajar dengan alat bor
sebelumnya dasar lubang tidak akan sejaja. Penyimpangan arah dan juga
sudut pemboran dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah
sebagai berikut:
a. Struktur batuan
20

b. Keteguahan batang bor ( Striffness)


c. Kesalahan Collaring ( awal pemboran )
d. Kesalahan posisi alat bor
 Kerapihan dan kedalaman lubang bor itu sendiri
Permukaan ataupun lantai bor biasanya tidak rata dan datar sehingga
kedalaman lubang bor tidak akan sama seluruhnya.
2.10 Pola Peledakan
Pola peledakan merupakan suatu rangkaian untuk mendapatkan hasil
kerapian yang baik, yang fungsinya untuk mengatur arah peledakan yang akan
direncanakan. Pola peledakan yang sering dipakai ada 2 (dua), yaitu Echelon
dan Box cut. Pada masing-masing pola peledakan tersebut mempunyai fungsi
pemakaian masing-masing. Tujuannya adalah untuk mendapatkan timing yang
rapi pada saat Fire dilakukan.

Gambar 6. Pola Rangkaian Peledakan Echelon

2.11 Perlengkapan Peledakan


Dalam Perlengkapan peledakan merupakan bahan – bahan yang
dibutuhkan dalam kegiatan. Namun, penggunaannya hanya untuk satu kali
pemakaian saja dalam suatu kegiatan peledakan dikarenakan bahan tersebut
lansung hancur diledakkan. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Detonating Cord ( Sumbu Ledak )
Sumbu ledak merupakan sumbu yang pada bagian intinya terdapat suatu
bahan PETN, yaitu salah satu jenis bahan peledak kuat yang memiliki
kecepatan rambatnya berkisar antara 6000-7000 m/s. Memiliki ketahanan
terhadap air yang baik, serta memiliki kuat tarik yang baik pua. Sumbu
ledak dikenal dengan nama Cordtex
21

2. Booster (Pentolite Cast Booster)


Booster merupakan bahan peledak dengan daya ledak paling tinggi diantara
semua jenis handak yang dipakai. Booster ini merupakan percampuran
proses pelelehan dari TNT (Tri Nitro Toluena) dengan PETN (Penta Erytrithol
Tetra Nitrate).
3. Cramper ( Penjempit sumbu api )
4. Relay Connector ( Surface Delay )
Relay Connector merupakan perlengkapan peledakan yang digunakan
untuk waktu tunda diatas permukaan baik antar baris maupun antar
lubang bor. Waktu tunda tersebut memiliki tujuan untuk meminimalisir
terjadinya getaran tanah (Ground Vibration), mengurangi suara dari ledakan
(noise), serta untuk mengarahkan lemparan fragmentasinya atau batuan
hasi peledakan sesuai yang ditentukan dan menghindari terjadinya fly rock
yang memiliki dampak terhadap lingkungan dan juga keamanan sekitar.
5. Sumbu Api (Safety Fuse)
Sumbu api merupakan alat berupa sumbu yang fungsinya merambatkan
api dengan kecepatan tetap. Perambatan api tersebut dapat menyalakan
ramuan pembakaran (ignition mixture) didalam detonator biasa, sehingga
dapat meledakkan isian primer dan isian dasarnya.
6. Dynamite dayagel dahana magazine ( Daya gel atau slurry)
Merupakan bahan peledak istimewa yang memiliki kekuatan tinggi dan
beremulsi sensitive yang kuat, namun demikian memiliki sensitifitas
rendah terhadap impak mekanik. Dayagel magnum merupakan bahan
peledak kuat tahan air yang dikemas dalam catridge dari bahan nilon,
(Koesnaryo 2004)
2.12 Bahan Peledak
Bahan peledak merupakan suatu bahan/zat berbentuk cair, gas
maupun padat yang apabila dikenakan suatu aksi berupa panas, benturan,
gesekan akan berubah secara kimiawi yang menjadi lebih stabil yang sebagian
besar ataupun seluruhnya berbentuk gas dan perubahan tersebut berlangsung
dalam kurun waktu yang sangat singkat dan juga disertai efek panas dan juga
tekanan yang sangat tinggi.
III. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu


Tempat Penelitian Tugas Akhir ini akan dilaksanakan di PT. Agincourt
Resorces Martabe Gold Mine, Batangtoru, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara,
dengan waktu penelitian tugas akhir ini akan dilakukan selama kurang lebih 3
bulan yang dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2020.
Tabel 2. Rencana Pelaksanaan Tugas Akhir

Maret April Mei

Minggu Minggu Minggu Keterangan


No Kegiatan
Ke Ke Ke

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Mempelajari teori-teori
Studi yang berkaitan dengan
1
Literatur proses pengambilan
data

Pengambilan data jarak


row pertama dari crest,
isian handak
Pengambilan
2 perlubang, dan
Data
fragmentasi batuan
hasil peledakan secara
aktual dilapangan,

Pengolahan data desain


geometri trim blast
menggunakan
AutoCad, merangkai
Pengolahan peledakan
3
Data menggunakan shot
plus, menentukan
ukuran fragmentasi
menggunakan split
desktop
Pembuatan Penyusunan laporan
4
Laporan hasil penelitian

22
23

3.2 Bahan dan Peralatan


Peralatan yang digunakan pada saat melakukan tugas akhir sebagai
berikut :
1. Software AutoCad, digunakan untuk membuat geometri trim blast.
2. Software Microsoft Exel, digunakan untuk pengolahan data.
3. Software Shot Plus, digunakan untuk merancang geometri peledakan dan
penggunaan delay interval.
4. Software Split Desktop, digunakan untuk mendapatkan ukuran
fragmentasi hasil peledakan.
5. Kamera, digunakan untuk mengumpulkan dokumentasi sebagai data
pendukung.
6. Perangkat keras seperti laptop, digunakan untuk membantu pengolahan
data.
7. Meteran, digunakan untuk mengukur data-data yang ada dilapangan
berupa panjang kekar, lebar bukaan rekahan, dan lain-lain.
8. Clipboard, digunakan untuk membantu dalam pengukuran scanline.
9. Kalkulator, digunakan untuk pengolahan perhitungan data dilapangan.
10. Alat tulis, digunakan untuk mencatat semua data yang telah
didapatkan.
11. Helm safety, safety shoes, sarung tangan, safety glasses, dan masker
yang digunakan untuk melindungi dari bahaya.

3.3 Metode Penelitian

Studi literatur
Studi literatur dilakukan untuk memperoleh dan mengumpulkan
informasi umum mengenai metode trim blast dalam membentuk bench, geometri
peledakan, isian bahan peledak, dan fragmentasi batuan dengan maksud
literatur tersebut yang digunakan seperti buku-buku, jurnal (paper) dan juga
data perusahaan yang erat kaitannya dengan penelitian ini.

Pengumpulan Data
Kegiatan pengumpulan data dilakukan sebelum dan saat penelitian.
Data yang dibutuhkan berupa data yang berkaitan dalam kegiatan perencanaan
peledakan trim blast, yang mana terdapat dua data yang diambil oleh penulis,
yaitu:

Data Primer. Data primer merupakan data yang penulis dapat langsung
dari observasi dilapangan dengan bimbingan pembimbing lapangan beserta
karyawan yang terkait. Data primer yang dikumpulkan yaitu :
24

1. Data geometri peledakan dari row to crest untuk lubang trim dan
lubang produksi dengan mengukur dan mengamati langsung jarak
yang ditemukan secara aktual dilapangan.
2. Data isian bahan peledak yang dipakai perusahaan untuk
mengestimasikan keterbentukan bench dan juga energi distribusi
vertical nya terhadap isian bahan peledak perlubang. Data ini
didapatkan dengan cara yaitu :
a. Mengamati jenis dan banyaknya bahan peledak apa yang dipakai
oleh perusahaan.
b. Mengamati Geometri peledakan yang dilakukan perusahaan dan
diameter lubang bor (inchi) dan banyaknya lubang bor yang
dilakukan setiap peledakan.
3. Data aktual ukuran fragmentasi batuan ditentukan untuk
mengetahui ukuran fragmentasi batuan yang diinginkan perusahaan
dalam peledakan trim blast didapatkan dengan pengambilan foto hasil
peledakan terutama pada hasil yang boulder.
Data Sekunder. Data Sekunder merupakan data pendukung dari data
primer ataupun data yang telah tersedia yang dapat digunakan sebagai acuan
untuk menguatkan data primer yang didapatkan. Data sekunder yang
dikumpulkan yaitu sebagai berikut :
1. Data geometri peledakan yang telah ditetapkan perusahaan yang
didapatkan dari dokumen resmi perusahaan.
2. Data sifat fisik batuan didapatkan dari dokumen resmi perusahaan
untuk membantu dalam mengetahui karakteristik batuan yang ada di
perusahaan.
3. Data geoteknik untuk membentuk sudut bench yang diinginkan
perusahaan.

Pengolahan dan analisis data


Setelah data dikumpulkan, selanjutnya adalah data diolah sehingga
informasi yang tersaji lebih mudah diinterpretasikan dan dianalisis lebih lanjut
dengan menggunakan perangkat lunak simulasi tambang yakni sebagai berikut:

Pengolahan data dapat dilakukan untuk mengetahui :


1. Untuk mengetahui geometri peledakan yang dirancang.
2. Isian bahan peledak yang digunakan dan dirancang sedemikian rupa
dalam pembentukan bench tersebut
3. Hasil dari peledakan yang didapat dan yang diinginkan berupa
fragmentasinya
25

Dimana data yang akan diolah merupakan data utama atau data primer itu
sendiri dengan menggunakan perhitungan J.C Konya.
Adapun Analisa data yang dilakukan yaitu menggunakan :
1. Software shotplus untuk mendesain Rangkaian peledakan dan
mengendalikan fly rock juga ground vibration.
2. Software Autocad untuk mendesain geometri trim
3. Software Split desktop untuk mendapatkan penggambaran hasil
fragmentasi yang diingikan dan dilakukan perhitungan menggunakan
metode Kuz-ram
26

3.4 Diagram Alir Proses Penelitian

Start

Studi Literatur

Pengamatan langsung
dilapangan

Pengambilan Data

Data Sekunder :
Data Primer : 1. Gambaran daerah penelitian
1. Isian perlubang 2. Keadaan Umum perusahaan
2. Geometri Peledakan ( jarak 3. Data Geoteknik
row pertama dari crest ) 4. Metode peledakan
3. Fragmentasi

Pengolahan Data

Analisa data:
1. Menggunakan software Shotplus untuk rangkaian peledakan dan penggunaan
delay interval untuk meminimalkan getaran dan fly rock
2. Memakai software autocad untuk mendesain geometri trim blast
3. Menggunakan software split dektstop untuk mendapatkan size/ukuran
fragmentasi sesuai dengan keinginan perusahaan

Pembahasan:
1. Data yang dianalisa dari penelitian ini adalah data primer, yaitu: geometri
peledakan, isian bahan peledak perlubang menggunakan software shotplus
dimana untuk mendapatkan isian perlubang baik dari lubang trim dan lubang
produksinya untuk membentuk bench dan delay interval untuk mengurangi
getaran dan fly rock nya .
2. Dan Software autocad untuk mendesain geometri trim, tujuannya adalah untuk
mendapatkan desainan yang begitu efesien dalam keterbentukan bench yang akan
dibentuk tanpa adanya backbreak yang terjadi.
3. Untuk perhitungan fragmentasi menggunakan software split desktop dalam
penggambaran hasil ukuran fragmentasi rata-rata yang diinginkan, yaitu P80

Kesimpulan

Gambar 7. Diagram Alir Proses Penelitian


27

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2004. Bumi Suksesindo Presentation. Banyuwangi: Self Published


Anonim, 2013. Split Desktop 2.0 Demo, Nov 2013
Anonim. 2019. G-Resources Presentation. Batang Toru: Self Published
Ansosry. 2012. Kuliah Lapangan di PT. Agincourt Resources. Padang: Self
Published
bmkg.go.id diakses pada tanggal 12 Desember 2019 Pukul 10:20
Dyno Nobel – Blast Dynamic Inc “ Kajian Juru Ledak”
Koesnaryo S., 2004. “ Rancangan Peledakan Batuan, Jurusan Teknik
Pertambangan UPN Vetran, Yogyakarta, Hal 8-12
Konya J.C and Walker J.E., 1990 Surface Blast Design, seismological
Observatory John Caroll University, New Jersey
Manurung Sylvia. 2019. Laporan Kerja Praktek. Batang Toru: Self Published
Orica Mining Service., “ Case Stude Increase Both Production and Trim Blast,
Job Site PT. Newmount Nusa Tenggara, Batu Hijau, Indonesia.
prezzi.com/p/-mvedxx9xce4/pt-agincourt-resources-martabe-gold-mine diakses
pada tanggal 5 Januari 2020 pukul 21:15
T. N. Hagan, “The influence of controllable blast parameters on fragmentation
and mining costs,” in Proceedings of the 1st International Symposium on
Rock Fragmentation by Blasting, Lulea, Sweden, 1983.View at: Google
Scholar
Tono. M. Suka. 2019. Tugas Akhir. Sawahlunto: Self Published
Verstappen, H.P., 1973. A Geomorphological Reconnaissance of Sumatera and
Adjacent Islands (Indonesia). Wolters-Nordhoff Gronigen.

Anda mungkin juga menyukai