Makalah Keimanan Dan Ketaqwaan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KEIMANAN DAN KETAQWAAN

Di susun oleh :
Kelompok 2
1. Citra Amelia Putri (200105512003)
2. Muthia Saritilawah D (200105510002)
3. Mutiara Nur Arifah (200105511002)

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmatNya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam
makalah ini kami membahas “Keimanan dan Ketakwaan”.

Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman mahasiswa mengenai


keimanan dan ketakwaan serta mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-
hari.
Materi yang kami paparkan dalam makalah ini tentunya jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, kritik yang bersifat membangun sangat kami butuhkan untuk
kesempurnaan makalah ini. Demikian makalah ini kami buat semoga bermanfaat.

Makassar, 21 februari 2021


Penyusun

Kelompok 2

2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................. 2
Daftar Isi .......................................................................................................... 3
BAB I
A. Latar Belakang ........................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 4
C. Tujuan ...................................................................................................... 5
BAB II
A. Pengertian Iman ....................................................................................... 6
B. Pengerrtian taqwa .................................................................................... 7
C. Wujud Iman dan Taqwa .......................................................................... 8
D. Tanda – tanda Orang Beriman ................................................................. 8
E. Korelasi Iman dan Taqwa ........................................................................ 9
F. Problematika Tantangan dan Resiko Iman dan Taqwa dalam Kehidupan
Modern .................................................................................................... 11
BAB III
Kesimpulan .................................................................................................... 17
Daftar Pustaka .................................................................................................. 18

3
BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Manusia dalam menjalani kehidupan selalu berinteraksi dengan manusia
lain atau dengan kata lain melakukan interaksi sosial. Dalam melakukan interaksi
sosial manusia harus memiliki akhlak yang baik agar dalam proses interaksi 
tersebut tidak mengalami hambatan atau masalah dengan manusia yang lain.
Proses pembentukan akhlak sangat berperan dalam masalah keimanan dan
ketaqwaan seseorang. Keimanan dan ketaqwaan manusia berbanding lurus dengan
akhlak seseorang, oleh karena itu keimanan dan ketaqwaan adalah modal utama
untuk membentuk pribadi seseorang. Keimanan dan ketaqwaan  sebenarnya
potensi yang ada pada diri manusia sejak ia lahir dan melekat pada dirinya hanya
saja sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan seseorang yang telah
terjamah oleh lingkungan sekitarnya maka potensi tersebut akan semakin
munculatau sebaliknya potensi itu akan hilang secara perlahan.
Saat ini keimanan dan ketaqwaan telah dianggap sebagai hal yang biasa
oleh masyarakat umum bahkan ada yang tidak mengetahui sama sekali arti dari
keimanan dan ketaqwaan itu sendiri, hal itu dikarenakan manusia selalu
menganggap remeh tentang hal itu dan mengartikan keimanan dan ketaqwaan itu
hanya sebagai arti bahasa dan tidak mempraktekkan dalam kehidupan nyata. Oleh
karena itu dari persoalan diatas yang melatar belakangi saya untuk membahas
tentang keimanan dan ketaqwaan yang telah saya bukukan menjadi sebuah
makalah.   
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud iman dan taqwa?
2. Bagaimana tanda – tanda orang beriman?
3. Bagaimana korelasi antara imann dan taqwa?
4. Bagaimana problema dan tantangan iman dan taqwa di zaman modern?

4
D. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian iman dan taqwa.
2. Untuk mengetahui tanda – tanda orang beriman.
3. Untuk mengetahui korelasi antara iman dan taqwa.
4. Untuk mengetahui problema dan tantangan iman dan taqwa di zaman
modern.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Iman
Perkataan iman berasal dari bahasa arab, asal kata dari “Amanu” yang artinya
yakin atau percaya. Secara harfiah iman dapat diartikan dengan rasa aman,
keyakinan atau kepercayaan. Menurut istilah iman berarti “meyakini dalam hati,
diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan”.

Orang yang percaya kepada Allah SWT dan lainnya yang tersebut didalam rukun
iman, walaupun dalam sikap kesehariannya tidak mencerminkan ketaatan atau
kepatuhan (taqwa) kepada yang telah dipercayainya, masih bisa di sebut orang
yang beriman. Hal ini di sebabkan karena keyakinan setiap manusia yang
mengetahui urusan hatinya hanya Allah SWT. Yang penting bagi mereka, mereka
sudah mengucapakan dua kalimat syahadat dan telah menjadi islam.

Didalam surat Al-Baqoroh ayat 165 dikatakan “bahwa orang yang beriman adalah
orang yang amat sangat cinta kepada Allah SWT beserta ajaran-Nya”. Oleh
karena itu, orang yang beriman kepada Allah SWT berarti orang yang amat sangat
rindu terhadap ajaran Allah SWT, yaitu yang terdapat dalam Al-Qur’an dan
sunnah Rasul.
Sedangkan dalam hadits yang diriwayatkan menurut Ibnu Majah Atthabrani, iman
merupakan tambatan hati yang diikrarkan dengan lisan dan dilanjutkan dengan
amal perbuatan (Al-iimaanu ‘aqdun bil qalbi waiqraarun billisaani wa’amalun bil
arkaan). Dengan demikian, iman merupakan kesatuan antara hati, ucapan dan
tingkah lakuatau perbuatan seseorang.

Iman dapat dibedakan menjadi 2, yaitu iman Haq dan iman Bathil. Iman haq
merupakan iman yang tidak dikaitkan dengan kata Allah atau dengan ajarannya.

6
Sedangkan iman bathil adalah iman yang berpandangan dan bersikap selain ajaran
Allah.
B.  Pengertian Taqwa
Taqwa secara umum memiliki pengertian melaksanakan perintah Allah dan
menjauhi larangan Allah. Orang yang bertaqwa adalah orang yang beriman, yaitu
orang yang berpandangan dan bersikap hidup dengan ajaran Allah menurut
sunnah rasul, yakni orang yang melaksanakan sholat, sebagai upaya pembinaan
iman dan menafkahkan rizkinya untuk kepentingan ajaran Allah.
Ketaqwaan adalah kekuatan dari dalam yang cemerlang dan unik.
Pertumbuhannya dapat mengukir sejarah baru di dunia.
Bersihkanlah iman kita dari syirik dengan menjauhi mantra-mantra, ajaran sesat,
takhayul dan perdukunan yang sesat. Pastikan kita melakukan ibadah-ibadah
wajib setiap hari dan menjauhi maksiat dalam bentuk apapun. Bertemanlah
dengan orang-orang yang sholeh agar kita tidak menyimpang. Allah berfirman
dalam QS. At-Taghabun (64) : 16
ِ ُ‫س َم ُعوا َوأَ ِطي ُعوا َوأَ ْنفِقُوا َخ ْي ًرا أل ْنف‬
‫س ُك ْم‬ ْ ‫فَاتَّقُوا هَّللا َ َما ا‬
ْ ‫ستَطَ ْعتُ ْم َوا‬
 “Maka bertaqwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah
serta      taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu”.
Taqwa memiliki 3 (tiga) tingkatan yaitu :
 Pertama : Ketika seseorang melepaskan diri dari kefakiran dan mengadakan
sekutu-sekutu bagiAllah, dia disebut orang yang taqwa.
 Kedua : Menjauhi segala hal yang tidak disukai Allah SWT dan Rasul-nya, ia
memiliki tingkattaqwa yang tinggi.
Ketiga : orang yang setiap saat selalu berupaya menggapai cinta Allah
SWT, inilah tingkattaqwa yang tertinggi.
Allah berfirman lewat surat Ali Imran ayat 102;Artinya :
“ Wa ha i or an g- or an g ya ng be ri ma n, b er ta qw al ah ke pa da A l la h
d en ga n s e be na r- benarnya taqwa dan janganlah kamu mati kecuali dalam
keadaan muslim (beragama Islam).

7
C.  Wujud Iman dan Taqwa
Wujud iman termuat dalam 3 unsur yaitu isi hati, ucapan dan perbuatan. Dalam
artian diyakini dalam hati yaitu dengan percaya kepada Allah SWT, diucapkan
dengan lisan  yaitu dengan mengucapkan dua kalimat syahadat dan dilakukan
dengan perbuatan maksudnya dengan menjalankan semua perintah-Nya dan
menjauhi semua larangan-Nya.

D.  Tanda-tanda Orang Beriman


Dalam Al-Qur’an, orang-orang yang beriman dapat dinyatakan sebagai berikut:
a.    Jika disebut nama Allah SWT, maka hatinya bergetar dan apabila dibacakan Al-
Qur’an maka hatinya bergejolak untuk melaksanakannya.
b.    Senantiasa tawakal, yaitu bekerja keras berdasarkan kerangka ilmu Allah SWT
dan diiringi dengan do’a.
c.    Tertib melaksanakan sholat dan selalu menjaga pelaksanaannya.
d.   Menafkahkan rizeki yang diterima (Al-Anfal : 3 dan Al-Mu’minun : 4). Hal ini
dilakukan sebagai suatu kesadaran bahwa harta yang dinafkahkan di jalan Allah
merupakan upaya pemerataan ekonomi.
e.    Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan.
f.     Memelihara amanah dan menepati janji (Al-Mu’minun : 6).
g.    Berjihad di jalan Allah dan suka menolong (Al-anfal : 74).
h.    Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin.
E.   Tanda-tanda Orang Bertaqwa
a.    Beriman kepada Allah dan yang ghaib (QS. 2:2 - 3)
b.    Sholat, zakat, puasa (QS. 2:3, 177 dan 183)
c.    Infaq disaat lapang maupun sempit (QS. 3:133 - 134)
d.   Menahan amarah dan memaafkan orang lain (QS. 3:134)
e.    Takut kepada Allah SWT (QS. 5:28)
f.     Menepati janji (QS. 9:4)
g.    Berlaku lurus kepada musuh ketika mereka pun melakukan hal yang sama (QS.
9:7)
h.    Bersabar dan menjadi pendukung kebenaran (QS. 3:146)

8
i.      Tidak meminta izin untuk tidak ikut berjihad (QS. 9:44)
j.      Berdakwah agar terbebas dari dosa ahli maksiat (QS. 6:69)

F.   Hubungan antara keimanan dan ketaqwaan


Hubungan antara keimanan dan ketaqwaan ini tidak dapat dipisahkan satu dengan
lainnya,
karena pada hakikatnya keimanan dan ketaqwaan itu saling berkaitan dan
memerlukan,
artinya keimanan diperlukan oleh manusia supaya Allah SWT dapat menerima
ketaqwaannya. Setiap amalan dan perbuatan yang baik tidak akan diterima oleh
Allah SWT. tanpa didasari dengan keimanan.

E. Korelasi Iman dan Taqwa


Keimanan dan ketakwaan merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Orang
yang bertakwa adalah orang yang beriman yaitu yang berpandangan dan bersikap
hidup dengan ajaran Allah menurut Sunnah Rasul yakni orang yang melaksanakan
shalat, sebagai upaya pembinaan iman dan menafkahkan rizkinya untuk
mendukung tegaknya ajaran Allah . Takwa adalah melaksanakan perintah Allah
dan menjauhkan larangannya. Iman adalah percaya pada pandangan dan sikap
hidup dengan ajaran Allah, yaitu al-Qur’an menurut Sunnah Rasul, atau dengan
selain ajaran Allah, yang terwujud ke dalam ucapan dan perbuatan.
Wujud iman menurut tiga unsur, yaitu isi hati, ucapan, dan laku perbuatan. Isi
hati dan perbuatan disebut pandangan hidup, sedangkan laku perbuatan yang
mewujudkan gerak berbuat dalam keseluruhan hidup manusia disebut sikap hidup.
Sikap hidup seseorang bisa bernilai haq bisa juga bernilai bathil, tergantung pada
pandangannya. Jika pandangannya adalah pandangan haq, maka sikap hidup atau
perilakunya bernilai haq. Demikian juga sebaliknya, jika pandangan yang dimiiki
pandangan bathil, maka sikap hidup atau perilakunya bernilai bathil. Dengan
demikian ada dua wujud iman yaitu wujud iman haq dan wujud iman bathil

9
Menurut pendapat jumhur ulama dan imam Syafi’i meriwayatkan ijma para
shohabat,tabi’in dan orang-orang sesudah mereka yang sezaman dengan beliau
bahwa iman adalah :
‫تصديق بالقلب وإقرار باللسان و عمل باألركان‬
” Membenarkan dengan hati, mengikrarkan dengan lisan dan mengamalkan
dengan anggota badan ”
” Membenarkan dengan hati maksudnya menerima segala apa yang dibawa oleh
Rasulullah Saw. Mengikrarkan dengan lisan ” maksudnya mengucapkan dua
kalimat syahadat ” Asyhadu alla Ilaha illah wa asyhadu anna
Muhammadarrasulullah “. Sedangkan mengamalkan dengan anggota badan
maksudnya, hati mengamalkan dalam bentuk keyakinan sedang anggota badan
mengamalkannya dalam bentuk ibadah-ibadah sesuai dengan fungsinya.

Allah telah begitu banyak menyebutkan dan menjelaskan ayat-ayatnya  yang


tercantum di berbagai surat dalam Al-qur’an diantara salah satu firmannya dalam
surat al-‘Ashr :
‫إن اإلنسان لفي خسر إال الذين آمنوا وعملوا الصالحات‬
” Sesungguhnya manusia senantiasa berada dalam kerugian kecuali orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal sholih ”
Senada dengan ayat diatas Allah berfirman dalam surat  at-Tin :
‫إن الذين آمنوا وعملوا الصالحات فلهم اجر غير ممنون‬
” Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih bagi
mereka pahala yang tak terhingga ”

Orang yang benar-benar beriman kepada Allah dan rasulnya akan lahir dari
dirinya sifat-sifat luhur dan akhlak mulia sebagaimana disinyalir dalam hadis-
hadis Nabi saw yang mengatakan :
‫من كان يؤمن باهلل واليوم اآلخر فليقل خيرا او ليصمت‬
Dalam riwayat lain dikatakan :
‫من كان يؤمن باهلل واليوم اآلخرفليكرم ضيفه اوفليكرم جاره‬
Iman yang benar kepada Allah dan Rasulnya akan memberikan daya rangsang

10
atau stimulus yang kuat untuk melakukan kebaikan kepada sesama sehingga 
sifat-sifat luhur dan akhlak mulia itu pada akhirnya akan menghantarkan
seseorang kepada derajat takwa. Orang yang bertakwa adalah orang yang benar
imannya dan orang yang benar-benar beriman adalah orang yang memiliki sifat
dan akhlak yang mulia. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa orang yang
berakhlak mulia merupakan ciri-ciri dari orang yang bertakwa.
 
Iman dan taqwa juga menjadi penentu baik buruknya akhlak seseorang,
‫ يرفع هللا الذين امنومنكم واللذي" اوتواالعلم درجات‬,
“Allah akan mengangkat derajat orang yang beriman dan berilmu beberapa
derajat",Allah tidak memandang suku, ras, warna kulit dan lain lain, namun Allah
membedakan manusia berdasarkan tingkat keimanannya, Allah terlebih dahulu
menyebutkan orang yang beriman kemudian orang yang berilmu, yang
menandakan bahwa tingkatan Iman lebih tinggi daripada ilmu, kemudian ada dalil
yang mengatakan "Dan berbekallah kalian, Sesungguhnya sebaik baik bekal
adalah Taqwa" iman dan Taqwa adalah dua hal yang saling berkaitan dan tidak
dapat dipisahkan, orang yang beriman sudah pasti bertaqwa, bgitu pula
sebaliknya, karena beriman bukan hanya sekedar percaya, tetapi juga meyakini
dan mengakui sepenuh hati akan sesuatu.

F. Problematika tantangan dan resiko iman dan taqwa dalam kehidupan


modern

Problem-problem manusia dalam kehidupan modern adalah munculnya dampak


negatif (residu), mulai dari berbagai penemuan teknologi yang berdampak
terjadinya pencemaran lingkungan, rusaknya habitat hewan maupun tumbuhan,
munculnya beberapa penyakit, sehingga belum lagi dalam peningkatan yang
makro yaitu berlobangnya lapisan ozon dan penasan global akibat akibat rumah
kaca.
Tidakkah kita belajar dari pohon, daun yang gugur karena sudah tua apakah
tidak menjadikan residu yang merugikan tetapi justru bermanfaat bagi kesuburan
pohon itu sendiri, ini menyiratkan perlunya teknologi yang ramah lingkungan dan

11
meminimalisasi dampak lingkungan yang di timbulkannya. manusia juga tidak
melihat di dalam kegelapan seperti kelelawar, namun akal manusia yang dapat
menciptakan lampu, untuk mengatasi kelemahan itu.
Manusia tidak mampu lari seperti kuda dan mengangkat benda-benda berat
seperti sekuat gajah, namun akal manusia telah menciptakan alat yang melebihi
kecepatan kuda dan sekuat gajah. Kelebihi manusia dengan mahkluk lain adalah
dari Akalnya. Sedangkan dalam bidang ekonomi kapitalisme-kapitalisme yang
telah melahirkan manusia yang konsumtif, meterialistik dan ekspoloitatif.
Aktualisasi taqwa adalah bagian dari sikap bertaqwa seseorang. Karena begitu
pentingnya taqwa yang harus dimiliki oleh setiap mukmin dalam kehidupan dunia
ini sehingga beberapa syariat islam yang diantaranya puasa adalah sebagai wujud
pembentukan diri seorang muslim supaya menjadi orang yang bertaqwa, dan lebih
sering lagi setiap khatib pada hari jum’at atau shalat hari raya selalu
menganjurkan jamaah untuk selalu bertaqwa. Begitu seringnya sosialisasi taqwa
dalam kehidupan beragama membuktikan bahwa taqwa adalah hasil utama yang
diharapkan dari tujuan hidup manusia (ibadah).

Taqwa adalah satu hal yang sangat penting dan harus dimiliki setiap muslim.
Signifikansi taqwa bagi umat islam diantaranya adalah sebagai spesifikasi
pembeda dengan umat lain bahkan dengan jin dan hewan, karena taqwa adalah
refleksi iman seorang muslim. Seorang muslim yang beriman tidak ubahnya
seperti binatang, jin dan iblis jika tidak mangimplementasikan keimanannya
dengan sikap taqwa, karena binatang, jin dan iblis mereka semuanya dalam arti
sederhana beriman kepada Allah yang menciptakannya, karena arti iman itu
sendiri secara sederhana adalah “percaya”, maka taqwa adalah satu-satunya sikap
pembeda antara manusia dengan makhluk lainnya. Seorang muslim yang beriman
dan sudah mengucapkan dua kalimat syahadat akan tetapi tidak merealisasikan
keimanannya dengan  bertaqwa dalam arti menjalankan segala perintah Allah dan
menjauhi segala laranganNya, dan dia juga tidak mau terikat dengan segala aturan
agamanya dikarenakan kesibukannya atau asumsi pribadinya yang mengaggap
eksistensi syariat agama sebagai pembatasan berkehendak yang itu adalah hak

12
asasi manusia, kendatipun dia beragama akan tetapi agamanya itu hanya sebagai
identitas pelengkap dalam kehidupan sosialnya, maka orang semacam ini tidak
sama dengan binatang akan tetapi kedudukannya lebih rendah dari binatang,
karena manusia dibekali akal yang dengan akal tersebut manusia dapat melakukan
analisis hidup, sehingga pada akhirnya menjadikan taqwa sebagai wujud
implementasi dari keimanannya.

Taqwa adalah sikap abstrak yang tertanam dalam hati setiap muslim, yang
aplikasinya berhubungan dengan syariat agama dan kehidupan sosial. Seorang
muslim yang bertaqwa pasti selalu berusaha melaksanakan perintah Tuhannya dan
menjauhi segala laranganNya dalam kehidupan ini. Yang menjadi permasalahan
sekarang adalah bahwa umat islam berada dalam kehidupan modern yang serba
mudah, serba bisa bahkan cenderung serba boleh. Setiap detik dalam kehidupan
umat islam selalu berhadapan dengan hal-hal yang dilarang agamanya akan tetapi
sangat menarik naluri kemanusiaanya, ditambah lagi kondisi religius yang kurang
mendukung. Keadaan seperti ini sangat berbeda dengan kondisi umat islam
terdahulu yang kental dalam kehidupan beragama dan situasi zaman pada waktu
itu yang cukup mendukung kualitas iman seseorang. Olah karenanya dirasa perlu
mewujudkan satu konsep khusus mengenai pelatihan individu muslim menuju
sikap taqwa sebagai tongkat penuntun yang dapat digunakan (dipahami) muslim
siapapun. Karena realitas membuktikan bahwa sosialisasi taqwa sekarang, baik
yang berbentuk syariat seperti puasa dan lain-lain atau bentuk normatif seperti
himbauan khatib dan lain-lain terlihat kurang mengena, ini dikarenakan beberapa
faktor, diantaranya yang pertama  muslim yang bersangkutan belum paham betul
makna dari taqwa itu sendiri, sehingga membuatnya enggan untuk memulai, dan
yang kedua ketidaktahuannya tentang bagaimana, darimana dan kapan dia harus
mulai merilis sikap taqwa, kemudian yang ketiga kondisi sosial dimana dia hidup
tidak mendukung dirinya dalam membangun sikap taqwa, seperti saat sekarang
kehidupan yang serba bisa dan cenderung serba boleh. Oleh karenanya setiap
individu muslim harus paham pos – pos alternatif yang harus dilaluinya,
diantaranya yang paling awal dan utama adalah gadhul bashar (memalingkan

13
pandangan), karena pandangan (dalam arti mata dan telinga) adalah awal dari
segala tindakan, penglihatan atau pendengaran yang ditangkap oleh panca indera
kemudian diteruskan ke otak lalu direfleksikan oleh anggota tubuh dan akhirnya
berimbas ke hati sebagai tempat bersemayam taqwa, jika penglihatan atau
pendengaran tersebut bersifat negatif dalam arti sesuatu yang dilarang agama
maka akan membuat hati menjadi kotor, jika hati sudah kotor maka pikiran (akal)
juga ikut kotor, dan ini berakibat pada aktualisasi kehidupan nyata, dan jika
prilaku, pikiran dan hati sudah kotor tentu akan sulit mencapai sikap taqwa. Oleh
karenanya dalam situasi yang serba bisa dan sangat plural ini dirasa perlu menjaga
pandangan (dalam arti mata dan telinga) dari hal – hal yang dilarang agama
sebagai cara awal dan utama dalam mendidik diri menjadi muslim yang bertaqwa.
Menjaga mata, telinga, pikiran, hati dan perbuatan dari hal-hal yang dilarang
agama, menjadikan seorang muslim memiliki kesempatan besar dalam
memperoleh taqwa. Karena taqwa adalah sebaik–baik bekal yang harus kita
peroleh dalam mengarungi kehidupan dunia yang fana dan pasti hancur ini, untuk
dibawa kepada kehidupan akhirat yang kekal dan pasti adanya. Adanya kematian
sebagai sesuatu yang pasti dan tidak dapat dikira-kirakan serta adanya kehidupan
setelah kematian menjadikan taqwa sebagai obyek vital yang harus digapai dalam
kehidupan manusia yang sangat singkat ini. Memulai untuk bertaqwa adalah
dengan mulai melakukan hal-hal yang terkecil seperti menjaga pandangan, serta
melatih diri untuk terbiasa menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala
laranganNya, karena arti taqwa itu sendiri  sebagaimana dikatakan oleh Imam
Jalaluddin Al-Mahally dalam tafsirnya bahwa arti taqwa adalah “imtitsalu
awamrillahi wajtinabinnawahih”, menjalankan segala perintah Allah dan
menjauhi segala laranganya.

Problem dalam Hal Ekonomi

Semakin lama manusia semakin menganggap bahwa dirinya merupakan homo


economicus, yaitu merupakan makhluk yang memenuhi kebutuhan hidupnya dan
melupakan dirinya sebagai homo religious yang erat dengan kaidah – kaidah
moral, Setuju?

14
Ekonomi kapitalisme materialisme yang menyatakan bahwa berkorban sekecil –
kecilnya dengan menghasilkan keuntungan yang sebesar – besarnya telah
membuat manusia menjadi makhluk konsumtif yang egois dan serakah (saya
sendiri mengakuinya).

Problem dalam Bidang Moral

Dalam hal ini bersamaan dengan maraknya globalisasi masuklah sedikit demi
sedikit yang lama – lama menjadi bukit, yaitu faham liberalisme dalam bentuk
kebebasan berekspresi melalui teknologi informasi hasil rekaan manusia sendiri.

Pada hakikatnya Globalisasi adalah sama halnya dengan Westernisasi, setuju? Ini


tidak lain hanyalah kata lain dari penanaman nilai – nilai Barat yang
menginginkan lepasnya ikatan – ikatan nilai moralitas agama yang menyebabkan
manusia Indonesia pada khususnya selalu “berkiblat” kepada dunia Barat dan
menjadikannya sebagai suatu symbol dan tolok ukur suatu kemajuan.

Problem dalam Bidang Agama

Tantangan agama dalam kehidupan modern ini lebih dihadapkan kepada


faham Sekulerisme yang menyatakan bahwa urusan dunia hendaknya dipisahkan
dari urusan agama. Hal yang demikian akan menimbulkan apa yang disebut
dengan split personality di mana seseorang bisa berkepribadian ganda. Misal pada
saat yang sama seorang yang rajin beribadah juga bisa menjadi seorang koruptor.

Problem dalam Bidang Keilmuan

Masalah yang paling kritis dalam bidang keilmuan adalah pada corak
kepemikirannya yang pada kehidupan modern ini adalah menganut
faham positivisme dimana tolok ukur kebenaran yang rasional, empiris,
eksperimental, dan terukur lebih ditekankan. Dengan kata lain sesuatu dikatakan
benar apabila telah memenuhi criteria ini. Tentu apabila direnungkan kembali hal
ini tidak seluruhnya dapat digunakan untuk menguji kebenaran agama yang
kadang kala kita harus menerima kebenarannya dengan menggunakan keimanan

15
yang tidak begitu poluler di kalangan ilmuwan – ilmuwan karena keterbatasan
rasio manusia dalam memahaminya. Anda merasakan itu?

Perbedaan metodologi yang lain bahwa dalam keilmuan dikenal


istilah falsifikasi. Apa itu? Artinya setiap saat kebenaran yang sudah diterima
dapat gugur ketika ada penemuan baru yang lebih akurat. Sangat jauh dan bertolak
belakang dengan bidang keagamaan.

Jika anda tidak salah lihat, maka akan banyak anda temukan banyak ilmuwan
yang telah menganut faham atheis (tidak percaya adanya tuhan) akibat dari
masalah – masalah dalam bidang keilmuan yang telah tersebut di atas.

16
BAB III
KESIMPULAN

Iman adalah percaya sepenuh hati, diucapkan dengan lisan dan ditunjukkan
dengan perbuatan. Iman kepada Allah artinya meyakini dan membenarkan adanya
Allah yang menciptakan dan memelihara alam semesta dengan segala isinya.
Taqwa yang berarti takut, menjaga, memelihara dan melindungi. Maka taqwa
dapat diarikan sikap memelihara keimanan yang diwujudkan dalam pengamalan
ajaran agama islam secara utuh dan konsisten. Kita sebagai umat islam harus
meningkatkan mutu keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT agar
mendapat ketentraman lahir dan bathin. Iman dan Taqwa adalah dua hal yang
saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan, orang yang beriman sudah pasti
bertaqwa, bgitu pula sebaliknya, karena beriman bukan hanya sekedar percaya,
tetapi juga meyakini dan mengakui sepenuh hati akan sesuatu.
Problem-problem manusia dalam kehidupan modern adalah munculnya dampak
negatif (residu), mulai dari berbagai penemuan teknologi yang berdampak
terjadinya pencemaran lingkungan, rusaknya habitat hewan maupun tumbuhan,
munculnya beberapa penyakit, sehingga belum lagi dalam peningkatan yang
makro yaitu berlobangnya lapisan ozon dan penasan global akibat akibat rumah
kaca.Oleh karena itu pentingnya taqwa yang harus dimiliki oleh setiap mukmin
dalam kehidupan dunia ini sehingga beberapa syariat islam yang diantaranya
puasa adalah sebagai wujud pembentukan diri seorang muslim supaya menjadi
orang yang bertaqwa, dan lebih sering lagi setiap khatib pada hari jum’at atau
shalat hari raya selalu menganjurkan jamaah untuk selalu bertaqwa. Memulai
untuk bertaqwa adalah dengan mulai melakukan hal-hal yang terkecil seperti
menjaga pandangan, serta melatih diri untuk terbiasa menjalankan perintah Allah
dan menjauhi segala laranganNya, karena arti taqwa itu sendiri  sebagaimana
dikatakan oleh Imam Jalaluddin Al-Mahally dalam tafsirnya bahwa arti taqwa
adalah “imtitsalu awamrillahi wajtinabinnawahih”, menjalankan segala perintah
Allah dan menjauhi segala laranganya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Hariyanto,A.1994.Pendidikan Agama Islam untuk
SLTP.Surabaya:Bintang Pustaka.
Mansoer, Hamdan, dkk.2004. Pendidikan Agama Islam di Perguruan
Tinggi Umum. Jakarta:Departemen Agama RI.
Ahmadi,Abu,dkk.1991.Dasar - dasar Pendidikan Agama
Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Darajat,Zakiah,dkk.1986. Dasar - dasar Agama
Islam.Jakarta:Departemen Agama RI.
http://bolaangs.blogspot.com/2001/10/problematika-tantangan-dan-
resiko-dalam.html?m=1#:~:text=Problem%2Dproblem%20manusia
%20dalam%20kehidupan,peningkatan%20yang%20makro%20yaitu
%20berlobangnya
https://henygarlic.wordpress.com/2011/01/24/hubungan-antara-
keimanan-dan-ketakwaan/

18

Anda mungkin juga menyukai