Modul 2 Parameter Produksi (Putb)
Modul 2 Parameter Produksi (Putb)
Modul 2 Parameter Produksi (Putb)
OLEH:
IR. NI NENGAH SURYANI, MP
NIP. 19590925 198601 1 001
Kode/SKS : PT 46246/2
Prasyarat :-
Telah diperiksa dengan sebenar-benarnya bahwa naskah modul ini asli, dan sesuai standar
penulisan modul bagi dosen Universitas Nusa Cendana.
KATA PENGANTAR
Tim Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
I. Pendahuluan
Ternak babi merupakan salah satu ternak penghasil daging yang berpotensi untuk
dikembangkan. Ternak babi mempunyai beberapa kelebihan untuk diternakkan yakni
efisiensi penggunaan pakannya tinggi setelah ayam potong. Litter size tinggi dengan alam
pertumbuhan cepat. Bahan makanan yang dikonsumsi dapat dirubah menjadi daging dan
lemak secara efisien. Tingkat productivitas babi dapat diukur dari performansnya, oleh
sebab itu perlu dilakukan estimasi/pencatatan produksi untuk melakukan evaluasi dan untuk
menjadi bahan pertimbangan dalam perencanaan serta keputusan-keputusan penting
berkaitan dengan upaya peningkatan produksi pada masa-masa selanjutnya.
Estimasi/pencatatan produksi ternak babi meliputi : bobot lahir, pertambahan bobot badan,
ukuran linear tubuh, konsumsi ransum, konversi ransum, karkas : Bobot potong, bobot
karkas, presentase karkas, kualitas karkas : perlemakan.
e. Komponen Karkas
Bobot dan persentase karkas
2
Luas area basah (mm2)
Mg H O = - 8,0
Berat sampel
2
Mg H O
Nilai Daya Ikat Air (DIA) = Kadar Air Daging (%) –Kadar Air Bebas (%)
Kadar air daging diperoleh dengan menghitung kehilangan berat setelah pemanasan dalam
oven pada temperatur 105 0C selama 24 jam sampai berat konstan.
c. Susut Masak
Susut rusak SM) dengan modifikasi metode Bouton, et al (1971) dalam Soeparno
(1998) Pemasakan sampel (daging yang telah ditimbang terlebih dahulu kemudian
dimasukkan kedalam kantong plastik) dengan menggunakan pemanas air yang bersuhu 80
0
Cselama 1 jam. Setelah pemasakan, sampel didinginkan pada air yang mengalir lalu
dikeluarkan dari kantong plastik dan air dipermukaan sampel dikeringkan dengan kertas
tissuelalu ditimbang. Berat sampel yang hilang selama pemasakan adalah susut masak yang
dinyatakan dengan proses (%).
Berat awal sampel (gr) – Berat setelah dimasak
Sm = X 100 %
(gr)
Berat Awal Sampel (gr)
d. Keempukan Daging
Uji keempukan daging dilakukan dengan cara shear press, modivikasi metode
Warner – Bratzler ((Soeparno 1998) dengan prosedur : sampel daging diiris secara serabut
daging sehingga membentuk empat persegi dengan ukuran luas penampang sampel adalah
1,5 cm x 0,84 cm besarnya tekanan yang dibutuhkan untuk memotong daging diukur dengan
kg/cm2
Beban (kg)
Keempukan (kg/cm2) =
Berat sampel
e. pH Daging
pH Daging tidak dapat diukur segera setelah pemotongan (biasanya dalam waktu
45 menit) untuk mengetahui penurunan pH awal. Pengukuran selanjutnya biasanya
dilakukan setidak – tidaknya 24 jam untuk mengetahui pH akhir dari daging.
Sex
Perbedaan komposisi karkas antara jenis kelamin, terutama disebabkan oleh steroid
kelamin. Bila dibandingkan pada berat tubuh yang sama, maka jumlah lemak sapi, domba
dan babi bervariasi. Pada babi, jumlah lemak babi kastrasi lebih besar dari pada babi dara,
Umur
Kadar laju pertumbuhan, nutrisi, umur dan berat tubuh adalah faktor-faktor yang
mempunyai hubungan erat antara satu dengan yang lain, dan biasanya dapat secara individu
atau kombinasi mempengaruhi komposisi tubuh atau karkas. Variasi komposisi tubuh atau
karkas, sebagian besar didominasi oleh variasi berat tubuh, dan sebagian kecil dipengaruhi
oleh umur (Burton dan Reid, 1969).
Deposisi lemak merupakan fungsi linear dari waktu atau umur, misalnya kadar laju
deposisi lemak bisa konstan, tetapi persentase lemak tubuh meningkat saat dewasa dan
struktur lain berhenti tumbuh ( Koch et al, 1979).
Pakan
Nutrisi kemungkinan besar merupakan faktor lingkungan terpenting yang
mempengaruhi komposisi karkas, terutama terhadap proporsi kadar lemak. Konsentrasi
energi dan rasio energi terhadap protein pakan, bahan additif serta proporsi kandungan gizi
pakan dapat mengubah komposisi karkas. Respons ternak terhadap manipulasi nutrisi yang
diberikan, juga ikut menentukan hasil akhir komposisi karkas.
diuji Pada rumus ini umur dan tebal lemak punggung adalah perbedaan antara babi
individual dengan babi sebaya yang telah diuji 12 bulan yang terdiri dari rataan 20 ekor babi
dengan kelamin dan bangsa yang sama. Umur dinyatakan dalam hari dan tebal lemak
punggung dalam milimeter. Variasi umur dan tebal lemak punggung adalah standar deviasi
yang dibuat. Indeks tersebut akan mendistribusikan kelompok babi menurut kurve.
Babi yang menunjukkan indeks 100 menunjukkan performans yang superior. Oleh sebab itu
babi-babi jantan dan betina yang dipilih untuk bibit pengganti atau yang akan dijual ke lain
produser harus berindeks di atas 100, jika daging otot atau pertumbuhan yang lebih cepat
akan dicapai.
Suatu indeks performans pejantan yang dihitung secara keseluruhan bagi setiap ekor
pejantan yang digabung dengan pengujian pertambahan bobot badan per hari dan tebal
lemak punggung. Indeks tersebut membandingkan secara keseluruhan performans setiap
pejantan dengan rataan performans pejantan-pejantan sebangsanya, yang telah selama 12
bulan, di tiap-tiap stasiun pengujian (dasar indeks). Apabila kurang dari 8 jantan dari
bangsa yang sama diuji selama 12 bulan, pejantan-pejantan dari bangsa babi tersebut di
indeks terhadap rataan performans seluruh prjantan yang diuji selama 12 bulan di stasiun itu.
Rumus berikut digunakan untuk menentukan indeks bagi setiap pejantan:
(PBBH) 17,68 (TLP)
Indeks = 17,68 ---------------------- - -------------------
Variasi PBBH Variasi TLP
Pertambahan bobot badan per hari dan tebal lemak punggung adalah perbedaan antara
individu babi dengan rataan pejantan sekarang yang terdiri dari 8 babi dari bangsa yang
sana.
Rangkuman
Berat badan ternak adalah jumlah dari berat seluruh bagian-bagian tubuh seperti berat
jaringan tubuh, berat bulu, berat saluran pencernaan dengan isinya dan berat organ-
organ yang ada dalam tubuh ternak seperti paru-paru, hati, jantung dan sebagainya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan berat badan didalam menimbang/mengukur
berat badan ternak maka harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :a. Sebaiknya ternak
diberi kesempatan untuk mengadaptasikan dirinya sehingga jadi biasa terhadap perubahan
lingkungan yang mungkin terjadi. Dianjurkan periode untuk mengadaptasikan ternak 1 – 2
minggu dan tergantung pada tingkat perubahan lingkungan sekitarnya, b. Rata-rata berat
badan ternak yang diperoleh dalam penimbangan satu kali dalam sehari dibandingkan
dengan tiga kali atau lebih sehari adalah tidak sama. Penimbangan satu kali dalam sehari
lebih banyak kesalahannya dibandingkan dengan penimbangan tiga kali sehari, c.
Penimbangan/Pengukuran pada jam-jam tertentu dibandingkan dengan jam yang berbeda-
beda, untuk di daerah Tropis tidak berpengaruh atau tidak ada perbedaan pada pengukuran
jam tertentu dengan yang bervariasi/berbeda-beda. Untuk ternak dalam keadaan hidup
sebelum ditimbang dipuasakan terlebih dahulu selama 12 – 16 jam.
Dalam melakukan analisis parameter produksi ternak babi yang umum dilakukan
adalah : Performans yang meliputi: Konsumsi Pakan, Pertambahan bobot badan dan
konversi.pakan/efisiensi penggunaan pakan, a. Konsumsi ransum (g/hari) diperoleh dari
selisih antara jumlah ransum yang diberikan dengan ransum sisa keesokan harinya
(g/ekor/hari), b. Pertambahan bobot badan (g/hari) didapat dari selisih antara bobot
badan hasil penimbangan terakhir dengan bobot badan hasil penimbangan seminggu
sebelumnya, kemudian dibagi jumlah hari (7 hari) dengan berpatokan pada bobot badan
awal saat penelitian mulai berlangsung (Whittemore, 1987), c. Efisiensi penggunaan
makanan (EPM) adalah perbandingan antara total ransum yang dikonsumsi (kg) dengan
jumlah pertambahan bobot badan (kg) dikalikan dengan 100% (Ensminger, 1991).
Didalam pengukuran anatomi atau pengukuran linear tubuh seekor ternak, maka hal-
hal yang dapat diukur adalah sebagai berikut : panjang badan, tinggi badan, lingkar dada.
IV. Kepustakaan
Bourne, G.H. 1976. The Biochesmestry and Physiology of Bone. Second Edition. Vol. IV.
Calcication and Physiology. Academy Press. New York, San Fransisco.
Chen, H.Y; A.J. Lewis; P.S. Miller and J.T.Yen. 1999. The Effects of Excess Protein on
Growth Performance and Protein Metabolism of Finishing Barrow and Gilts. J.
Anim. Sci. 1999. 77 : 3238 – 3247.
Chiba, L.I; H.W.Ivey; K.A.A. Cummins and B.E. Gamble. 1999. Growth Performance and
Carcass Traits of Pig Subjective to Marginal Dietary Restrictions During the grower
Phase. J. Anim. Sci. 1999. 77 : 1769 – 1776.
Crow, S.D.; M.D. Newcomb and G.L. Allee. 1997. Effects of Dietary Chromium Additions
Along With Varying Protein Levels on Growth Performance and Carcass
Characteristics of Growing and Finishing Pigs. American Society of Anim. Sci.
1997. March : 26 -28.
Gardner, J.A.A; A.C. Dunkin and L.C. Lioyd. 1990. Pig Production in Australia.
Butterworth Sydney, London, Singapore, Toronto, and Wellington.
Goodwin, D.H. 1973. Pig Management and Production. A Pratical Guide for Farmer and
students. Lecturer in Animal Husbandry Gloucestershire Cooleg of Agriculture.
Hutchinson Educational.
Lawrie, R.A. 1995. Ilmu Daging. Edisi V. Penterjemah Parakkasi. University Indonesia
Press. Jakarta.
Supnet, M.G. 1976. Pork Production Manual. University of the Philippines at Los Banos
College of Agriculture.
Bacaan Lanjutan
Bundy, C.E. and D.V. Diggins. 1963. Swine Production. Printice Hall Inc. New York.
Devendra, C. and M.F. Fuller. 1979. Pig Production in the Tropics. Oxford University Press.
Oxford London.
Eusebio, J.A. 1980. Pig Production in the Tropics. Intermediate Tropical Agriculture Series.
Hongkong.
Koentjoko. 2002. Nutrisi dan Pengelolaan Babi tujuan Komersial. International Seminar. On
Pig Farming. Ramada Resort, Benoa, Nusa Dua, Bali. 18 July 2002.
Krider, J.l. and W.E. Carroll. 1970. Swine Production. TMH Edition. Tata Mcgraw-Hill
Publishing Company LTD. Bombay-New Delhi
Pond, W.G. and J.H. Maner. 1984. Swine Production and Nutrition. AVI Publishing
Companya, Inc. New Delhi, India