Modul Makalah Komplementer
Modul Makalah Komplementer
Modul Makalah Komplementer
Fasilitator:
Disusun Oleh :
Kelompok V (AJ 2)
Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat limpahan
nikmat, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini
dengan baik dan selesai tepat pada waktunya. Dalam makalah ini penulis akan
membahas tentang “Modul Makalah Komplementer Nugget Herbal Daun Kelor”
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas pada Mata Kuliah Keperawatan
Komplementer. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar
pada makalah ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan pembaca untuk memberikan
saran serta kritik yang dapat membangun. Kritik serta saran dari pembaca diharapkan
dapat menjadikan penyempurnaan untuk makalah ini kedepannya serta dapat
membangun dan menjadi bekal dalam penulisan makalah selanjutnya.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami dan memberikan manfaat bagi
siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna
bagi penulis maupun pembaca
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................ 2
1.4 Manfaat Penulisan...................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN TEORI
BAB III PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
3
konsumsi masyarakat telah mengalami perubahan. Hal ini terlihat dari kecenderungan
mereka dalam memilih makanan yang praktis, ekonomis dan cepat tersedia untuk
dikonsumsi. Di daerah perkotaan, makanan siap saji lebih 2 diterima oleh masyarakat
daripada kebiasaan pola makan sehat (Suryana et al, 2008). Nugget merupakan
makanan siap saji yang banyak dikonsumsi masyarakat. Rasa enak dan kandungan
protein tinggi pada nugget menjadi kegemaran bagi semua kalangan. Penelitian
mengenai nugget telah dilakukan dengan berbagai variasi bahan baku. Masing-
masing variasi bahan baku, bahan tambahan dan metode formulasi telah
menghasilkan kualitas yang berbeda-beda.
Bahan nugget dengan campuran daun kelor (Moringa oleifera Lamk.) merupakan
inovasi terbaru dalam pembuatan bahan makanan yang mampu menambah kualitas
nugget yang dihasilkan, baik tekstur, rasa, aroma, dan gizi pada nugget tersebut. Daun
kelor mengandung enzim yang menyebabkan baunya langu (tidak sedap, seperti bau
tembakau yang tidak kering) dan rasanya agak pahit. Dengan diolah menjadi nugget,
bau langu dan rasa pahit tersebut dapat dihilangkan karena dalam proses pembuatan
nugget terdapat perlakuan seperti pencucian, pengukusan, penambahan bumbu dan
penggorengan.
Dengan penambahan daun kelor (Moringa oleifera Lamk.) dalam pembuatan
nugget, diharapkan mampu menumbuhkan minat konsumen terutama anak-anak dan
para konsumen vegetarian. Oleh karenanya, peneliti tertarik untuk mengambil topik
makalah dengan judul “Modul Makalah Komplementer Nugget Herbal Daun Kelor”
1.2 Tujuan Penulisan
Mengetahui manfaat dan khasiat pengolahan daun kelor untuk dapat dijadikan
alternatif obat herbal bagi masyarakat sekitar dan sebagai bentuk inovasi dalam
makanan
1.3 Manfaat Penulisan
1. Bagi peneliti
a. Dapat memperoleh pengalaman langsung cara membuat nugget
dengan penambahan daun kelor
b. Dapat menambah wawasan dalam bidang biologi khususnya pemanfaatan
daun kelor
4
2. Bagi masyarakat
a. Dapat meningkatkan nilai guna dan nilai ekonomi dari daun kelor
b. Dapat menjadi referensi untuk masyarakat bahwa daun kelor juga dapat dibuat
menjadi bahan campuran nugget ikan tongkol
c. Menambah pengetahuan kepada masyarakat mengenai pangan dan gizi.
3. IPTEK
a. Memberikan kontribusi dalam bidang biologi, khususnya untuk memberikan
gambaran terhadap penerapan bioteknologi di bidang olahan makanan
b. Dapat memberikan informasi mengenai produk olahan daun kelor, khususnya
nugget serta kandungan yang terdapat di dalamnya.
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi Kelor
Kelor merupakan tanaman yang dapat mentolerir berbagai kondisi lingkungan
seperti temperatur yang sangat tinggi, berada di bawah naungan dan daerah bersalju
ringan. Tanaman ini tetap mudah tumbuh walaupun dalam kondisi ekstrim . Kelor dapat
bertahan dalam musim kering yang panjang dan tumbuh dengan baik di daerah dengan
curah hujan tahunan berkisar antara 250 sampai 1500 mm (Krisnandi, 2015).
Di Indonesia pohon kelor banyak ditanam sebagai pagar hidup atau ditanam
disepanjang ladang dan sawah sebagai tanaman penghijau (Nugraha, 2013). Kelor
termasuk dalam genus Moringa, spesies Moringa oleifera, familia Moringaceae, ordo
Rhoeadales (Brassicales) dengan regnum Plantae. Tanaman kelor dikenal sebagai
tanaman obat maupun makanan dengan memanfaatkan seluruh bagian dari tanaman kelor
mulai dari daun, kulit, batang, biji hingga akarnya (Simbolan dkk., 2007). Tanaman kelor
memiliki banyak kandungan senyawa aktif berupa antioksidan terutama pada bagian
daunnya (Rofiah, 2015). Daun kelor mengandung flavonid, sterol, triterpenoid, alkaloid,
saponin dan fenol (Ikalinus dkk.,2015). Kelor tinggi akan kandungan nutrisi berupa
protein, β-karoten, vitamin C, mineral terutama zat besi dan kalsium (Palupi dkk., 2015).
6
Famil : Moringaceae
Spesies : Moringa oleifera
Tanaman kelor merupakan tanaman perdu dengan ketinggian 7-11 meter dan
tumbuh subur mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 700 m di atas permukaan laut.
Kelor dapat tumbuh pada daerah tropis dan subtropis pada semua jenis tanah dan tahan
terhadap musim kering dengan toleransi terhadap kekeringan sampai 6 bulan (Mendieta-
Araica, 2013 dalam Aminah, 2015). Tanaman kelor memiliki batang berkayu (lignosus),
tegak, berwarna putih kotor, kulit tipis, permukaan kasar. Percabangan simpodial, arah
cabang tegak atau miring, cenderung tumbuh lurus dan memanjang. Perbanyakan bisa
secara generatif (biji) maupun vegetatif (stek batang). Kelor merupakan tanaman yang
dapat mentolerir berbagai kondisi lingkungan, sehingga mudah tumbuh meski dalam
kondisi ekstrim seperti temperatur yang sangat tinggi, di bawah naungan dan dapat
bertahan hidup di daerah bersalju ringan (Krisnadi, 2015).
C. Daun Kelor
Daun kelor berbentuk bulat telur dengan tepi daun rata dan ukurannya kecil-kecil
bersusun majemuk dalam satu tangkai (Tilong, 2012, dalam Aminah, 2015). Daun kelor
muda berwarna hijau muda dan berubah menjadi hijau tua pada daun yang sudah tua.
Daun muda teksturnya lembut dan lemas sedangkan daun tua agak kaku dan keras.
Daun berwarna hijau tua biasanya digunakan untuk membuat tepung atau powder
daun kelor. Apabila jarang dikonsumsi maka daun kelor memiliki rasa agak pahit tetapi
tidak beracun (Hariana, 2008 dalam Aminah, 8 2015). Rasa pahit akan hilang jika daun
kelor sering dipanen secara berkala untuk dikonsumsi. Untuk kebutuhan konsumsi
umunya digunakan daun yang masih muda demikian pula buahnya (Aminah, 2015).
7
antioksidan dalam pengobatan tradisional Afrika dan India serta telah digunakan dalam
pengobatan tradisional untuk mencegah lebih dari 300 penyakit (Krisnadi, 2010).
Daun kelor sangat terkenal dikonsumsi sebagai sayuran dan dapat berfungsi
meningkatkan jumlah ASI (air susu ibu) pada ibu menyusui sehingga mendapat julukan
Mother’s Best Friend (Jongrungruangchok et al., 2010; Tilong, 2012). Hal ini disebabkan
karena daun kelor mengandung unsur zat gizi mikro yang sangat dibutuhkan oleh ibu
hamil, seperti betacarotene , tiamin (B1), riboflavin (B2), niacin (B3), kalsium, zat besi,
fosfor, magnesium, seng, vitamin C, sebagai alternatif untuk meningkatkan status gizi ibu
hamil.
Selain itu, daun kelor juga mengandung berbagai macam asam amino.
Kandungan asam amino daun kelor disajikan pada tabel dibawah ini.
Komponen
Daun segar Daun kering
asam
8
Argine 406,6 mg 1325 mg
Histidine 149,8 mg 613 mg
Isoleusine I 299,6 mg 825 mg
Leusine 492,2 mg 1950 mg
Lysine 342,4 mg 1325 mg
Methionine 117,7 mg 350 mg
Phenylalanine 310,3 mg 1388 mg
Threonine 117,7 mg 1188 mg
Tryptophan 107 mg 425 mg
Valine 374,5 mg 1063 mg
Sumber: Aminah, S., Ramdhan, T., Yanis, M (2015) dalam Aminah,
2015
Langkah – langkah:
1. Masukkan kedalam choppwe (penggiling daging): daging ayam fillet beserta 1 butir
telur, terigu, maizena, garam, bawang putih dan daun kelor. Giling hingga daging
ayam hancur dan adonan menjadi kalis (kira-kira 3 menit). Jika tidak memiliki
chopper, bisa dicincang atau digiling menggunakan blender.
2. Siapkan pinggan tahan panas, olesi dengan minyak goreng atau alasi dengan plastik.
Siapkan juga panci kukusan.
3. Masukkan adonan dalam pinggan. Kukus hingga matang. Kira-kira 30 menit
4. Keluarkan adonan dan biarkan hingga dingin
5. Jika sudah dingin, potong2 sesuai selera
6. Gulingkan potongan nugget kedalam 1 butir telur yang sudah dikocok. Lalu
gulingkan dalam tepung panir
9
7. Simpan sesaat dalam freezer. Hal ini bermanfaat supaya tepung panir lebih
menempel kuat pada adonan.
8. Jika ingin menghidangkan, goreng adonan dalam minyak panas dan banyak dengan
api kecil.
10
di berbagai daerah di Indonesia, masyarakat biasa memanfaatkan tanaman kelor ini
sebagai tanaman di pekarangan rumah sebagai pagar sederhana dan mengonsumsi daun
atau buah tanaman kelor sebagai sayuran. Daun kelor yang dikeringkan dan dijadikan
tepung dapat meningkatkan nilai kandungan zat gizi di dalamnya (Zakaria et al, 2012:42).
Tepung daun kelor dapat dijadikan pengganti dalam pembuatan makanan olahan.
Permasalahan sulitnya mengolah daun kelor menjadi produk makanan ialah karena bau
langu yang ditimbulkan. Walau demikian menurut Moviana (2015:98) proses pembuatan
nugget mulai dari pemberian bumbu, pengukusan, dan penggorengan akan
menghilangkan bau langu dan rasa pahit. Daun kelor memiliki kandungan vitamin C
lebih banyak dibanding tujuh buah jeruk, vitamin A setara vitamin A pada empat buah
wortel, kalsium setara dengan kalsium yang terdapat dalam 4 gelas susu, memiliki
kandungan kalium setara dengan yang terkandung dalam 3 buah pisang, kandungan
protein setara dengan protein dalam 2 yogurt, dan kandungan zat besi setara dengan ¾
bayam (Nurcahyati, 2014:25). Menurut (Zakaria et al, 2012:42), tepung daun kelor
memiliki kandungan gizi yang yang lebih banyak dibanding daun kelor segar kecuali
vitamin C yang menurun. Dijelaskan lebih lanjut, tepung daun kelor mengandung
kalsium 17 kali lebih banyak dibanding susu, kalium 15 kali lebih banyak dibanding
pisang, protein 9 kali lebih banyak dibanding yogurt, dan zat besi 25 kali lebih banyak
dibanding sayur bayam (Zakaria et al., 2012:74).
11
pertumbuhan tanaman. Daun yang lebih muda mempunyai kandungan fitokimia paling
tinggi (Nugraha, 2013)
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tanaman kelor ini dapat digunakan sebagai obat karena memiliki nilai gizi yang
tinggi. Selain itu, tanaman kelor mengandung sumber mineral dan protein yang baik serta
vitamin A, asam amino, β-karoten, golongan senyawa kimia seperti quercetin, kaempferol
dan senyawa kimia lainnya. Berbagai bagian tanaman daun kelor seperti daun, akar, biji,
kulit kayu, buah dan bunga dapat digunakan sebagai obat jantung, antitumor, antipiretik,
antiepilepsi, antiradang, antiulkus, diuretik, antihipertensi, antikolesterol, antioksidan,
antidiabetes, hepatoprotektif, antijamur dan antibakteri. Bunga, buah dan daun kelor dapat
digunakan sebagai antiinflamasi, analgetik dan antibakteri. Adapun manfaat dan khasiat
lainnya dari daun kelor adalah antispasmodik, diuretik, anti hipertensi, antioksidan,
antikolesterol, antidiabetes, hepatoprotektif, antijamur dan antibakteri. Daun kelor tanaman
yang tumbuh disekitar kita merupakan tanaman yang sangat memiliki nilai positif terutama
pada kesehatan, dengan pengelolaan yang baik dan benar akan memberikan manfaat yang
signifikan, apalagi pemanfaatan di bidang makanan, minumam dll. kandungan di dalam
daun kelor sangat bermamfaat. Dapat diolah menjadi beberapa jenis makanan atau minuman
yang lebih efektif dalam mengkonsumsinya
3.2 Saran
Dalam pengelolaan tanaman kelor sendiri harus ada inovasi dan kreatifitas yang
dapat dikembangkan sebagaimana mustinya, dikarenakan terkadang tanaman kelor
dipandang sebelah mata sebagai tanaman yang biasa saja tanpa mengetahui khasiat
didalamnya , dalam pembudidayaan tanaman kelor ini juga belum maksimal atau hanya
dapat mendapatkan dari perkarangan rumah ataupun di tempat belukar, diharapkan akan ada
kemajuan dalam pengelolaan tanaman kelor ini sendiri bisa dari makanan , minumam , obat ,
kosmetik dll.
13
LAMPIRAN
14
DAFTAR PUSTAKA
Agung, D., Rohman, M., Budiarti, R., Palupi, H.T. 2015. Pengaruh Penambahan Ekstrak Daun
Kelor (Moringa Oleifera L.) Terhadap Kualitas Yoghurt. Jurnal Teknologi Pangan
2(6): 59-66.
Aminah, S., Ramdhan, T., & Yanis, M. (2015). Kandungan Nutrisi dan Sifat Fungsional
Tanaman Kelor (Moringa oleifera). Buletin Pertanian Perkotaan, 5(2).
Krisnadi, A Dudi. 2015. Kelor Super Nutrisi. Blora: Pusat Informasi Dan Pengembangan
Tanaman Kelor Indonesia.
Krisnadi. 2010. Kelor Super Nutrisi. Pusat Informasi dan Pengembangan Tanaman Kelor
Indonesia, Blora.
Nugraha, Aditya. 2013. “Bioaktivitas Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera) terhadap Eschericia
coli penyebab Kolibasilosis pada Babi”. Thesis. Denpasar: Fakultas Kedokteran
Hewan, Universitas Udayana.
Nurcahyati, Ema. 2014. Khasiat Dahsyat Daun Kelor. Jakarta (ID) : Jendela Sehat.
Rofiah, D. 2015. Aktivitas Antioksidan Dan Sifat Organoleptik Teh Daun Kelor Dengan Variasi
Lama Pengeringan Dan Penambahan Jahe Serta Lengkuas Sebagai Perasa Alami.
Skripsi. Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Widyawati, P. S., C. H. Wijaya, P.S. Hardjosworo, dan D. Sajuthi. 2011. Evaluasi Aktivitas
Antioksidatif Ekstrak Daun Beluntas (Pluchea indica) Berdasarkan Perbedaan Ruas
Daun. Rekapangan Jurnal Teknologi Pangan 5(1):1-14.
http://download.portalgaruda.org/artic le.php? article=180904&val=6221&titl
e=Antioksidan%20Beluntas (2 Maret 2021).
Kementerian Kesehatan RI. 2018. Tabel Komposisi Pangan Indonesia 2017. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
15
Zakaria, A. Thamrin, Sijaruddin, dan R. Hartono. 2012. Penambahan Tepung Daun Kelor pada
Menu Makanan Sehari-Hari dalam Upaya Penanggulangan Gizi Kurang pada Anak
Balita. Media Gizi Pangan 1 (13): 41-47.
16