Makalah Temulawak

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

TUGAS MATA KULIAH TERAPI MODALITAS

TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza)

TANAMAN OBAT KELUARGA SEBAGAI TERAPI

KOMPLEMENTER

Oleh:

Ranti Kurnia Sari 201810420311087

Roichanah Anggun Firdausi 201810420311094

Salvinia Salvy Prihanta 201810420311094

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,

kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,

dan inayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Temulawak

(Curcuma Xanthorrhiza ) Tanaman Obat Keluarga Sebagai Terapi

Komplementer ”

Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari

berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis

menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam

pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada

kekurangan baik dari segi penyusunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,

dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar

penyusun dapat memperbaiki makalah jurnal penelitian ini.

Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat

maupun inpirasi terhadap pembaca.

Malang, 31 Maret 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................... 2

BAB 1 ............................................................................................................................ 4

PENDAHULUAN ........................................................................................................ 4

1.1. Latar Belakang ................................................................................................. 4

1.2. Rumusan Masalah............................................................................................ 6

BAB II ........................................................................................................................... 7

TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................ 7

2.1. Asal usul Temulawak ....................................................................................... 7

2.2. Manfaat Temulawak......................................................................................... 9

2.3. Cara pengolahan temulawak........................................................................... 12

2.4. Bukti Ilmiah Penelitian................................................................................... 19

2.5. Produk Olahan Temulawak ........................................................................... 20

2.6. Penyakit Yang Dapat Disembuhkan .............................................................. 22

BAB III........................................................................................................................ 24

PENUTUP................................................................................................................... 24

3.1. Kesimpulan ................................................................................................... 24

3.2. Saran.............................................................................................................. 24

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 25


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Obat herbal telah diterima secara luas di hampir seluruh negara di dunia. Menurut

World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa negara-negara di Afrika, Asia

dan Amerika Latin menggunakan obat herbal sebagai pelengkap pengobatan primer

yang mereka terima. Pada negara Afrika sebanyak 80% dari populasi menggunakan

obat herbal untuk pengobatan primer. Obat-obatan tradisional ini umumnya berasal

dari berbagai bagian dari tumbuhan. Tumbuhan yang digunakan sebagai obat

tradisional memiliki keunggulan, yakni mempunyai aktivitas biologi karena

mengandung berbagai senyawa yang dapat mempengaruhi sel-sel hidup dari suatu

organ (Dwimas Anggoro et al., 2015).

Keunggulan yang lain dari obat-obatan tradisional selain murah juga relatif mudah

dalam penggunaannya, yakni direbus, ditumbuk, diminum air perasannya, serta

dimakan langsung. Pengobatan secara herbal mempunyai sedikit efek samping, obat

tradisional tetap memiliki efek samping akan tetapi lebih rendah. Penggunaan obat

herbal yang kurang tepat akan mengakibatkan kurang optimalnya penyembuhan yang

didapatkan oleh pengguna, maka perlunya diberikan informasi kepada masyarakat

mengenai manfaat dari tanaman yang digunakan sebagai obat tradisional (Jumiarni &

Komalasari, 2017).

Tanaman herbal yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat luas sebagai obat

tradisional untuk mengobati berbagai macam penyakit termasuk penyakit hati adalah
tumbuhan dari golongan curcuma, seperti temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb),

meniran (Phyllanthus niruri), sambiloto (Andrographis paniculata) dan kunyit

(Curcuma domestica Val.) (Hadi, 2000). Pengobatan tradisional dengan menggunakan

tanaman herbal di sekitar kita, dianggap sebagai cara terbaik dalam menjaga fungsi hati,

selain efektif, efisien dan aman, juga bersifat ekonomis (Sumayyah & Salsabila, 2017).

Rimpang temulawak digunakan dalam pembuatan jamu secara tradisional di

Indonesia karena temulawak dipercaya mempunyai manfaat yang sangat besar antara

lain meningkatkan nafsu makan, anti kolesterol, anti inflamasi, anemia, pencegah

kanker, serta dapat mencegah terjadinya pelemakan dalam sel-sel hati dan sebagai

antioksidan penangkal senyawa-senyawa radikal yang berbahaya (Rosidi et al., 2014).

Temulawak atau Curcuma xanthorrhiza Roxb merupakan tumbuhan yang sangat

umum dikenal di Indonesia, bahkan di dunia. Tahun 2015 temulawak mencatat nilai

ekspor yang tinggi yaitu sebanyak 8.670.791 kg atau senilai USD 10.499.058.1

Temulawak adalah tumbuhan asli di pulau Jawa, Madura dan Maluku dan telah banyak

di budidayakan di Indonesia, Malaysia, Thailand, Philipina dan India. Temulawak

termasuk ke dalam genus curcuma. Curcuma merupakan salah satu genus dari famili

Zingiberaceae yang terdistribusi luas di daerah tropis maupun sub tropis terutama di

India, Thailand, Indochina, Australia bagian Utara, dan telah banyak dibudidayakan

sebagai bahan pangan maupun sebagai obat. Genus curcuma beranggotakan sekitar 60

spesies hingga 80 spesies. Temulawak memiliki nama daerah yang beragam antara lain:

temulawak (Indonesia, Madura), koneng gede (Sunda), Javanese tumeric menurut

inggris (Dwimas Anggoro et al., 2015).


Temulawak merupakan salah satu jenis tanaman obat yang mempunyai prospek

cerah untuk dikembangkan di Indonesia. Badan Pengawasan Obat dan Makanan

(BPOM) Republik Indonesia telah menentukan 9 tanaman unggulan salah satunya

adalah tanaman temulawak. Pengembangan temulawak di Indonesia masih mengalami

peningkatan dan penurunan sejak tahun 2008 – 2012, dalam produksi tanaman

temulawak tahun 2008 (23.740.105 kg), tahun 2009 (36.826.340 kg), tahun 2010

(26.671.149 kg), tahun 2011 (24.105.870 kg), dan tahun 2012 (44.085.151 kg) (BPS,

2012)(Rosidi et al., 2014).

Berdasarkan latar belakang diatas, maka kami ingin membuat makalah terapi

modalitas keperawatan dengan tema temulawak. Sehingga, kami tertarik untuk

melakukan pengamatan dan observasi temulawak dengan judul “Temulawak sebagai

Terapi Komplementer”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan masalah penelitian " Temulawak

sebagai Terapi Komplementer?".


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Asal usul Temulawak

Temulawak atau juga dikenal dengan nama ilmiah, Curcuma xanthorrhiza,

merupakan jenis tumbuhan yang sangat umum di Indonesia. Temulawak termasuk ke

dalam genus curcuma. Curcuma merupakan salah satu tumbuhan obat keluarga

Zingiberaceae yang terdistribusi luas di daerah tropis maupun sub tropis terutama di

India, Thailand, Indochina, Australia bagian Utara, dengan memiliki memiliki nama

daerah yang beragam antara lain: temulawak (Indonesia, Madura), koneng gede

(Sunda), Javanese tumeric (Inggris), dan temu lawas (Malaysia) dan telah banyak

menggunakannya sebagai bahan pangan maupun sebagai obat (Sidik et al. 1992; Prana

2008). Temulawak berkembang biak terutama pada tanah yang gembur agar menjadi

besar. Selain di dataran rendah, Temulawak juga dapat tumbuh pada ketinggian tanah

1.500 meter di atas permukaan laut.

Temulawak merupakan tanaman berbatang semu dengan bunga yang eksotis

berwarna putih kemerahan dan memiliki rimpang relatif besar dengan warna irisan

rimpang kuning cerah. Temulawak dapat tumbuh di daerah tanah gembur hutan tropis

dengan ketinggian 5-1500meter dpl, tanah kering, perkarangan, ladang, dan padang

alang-alang. Tinggi tanaman temulawak dapat mencapai 2 meter. Temulawak memiliki

daun 2-9 helai, berwarna hijau, berbentuk bulat memanjang, panjang 31- 84 cm, dan

lebar 10-18 cm. Bunga temulawak termasuk tipe majemuk berbentuk bulir, bulat

panjang, panjang 9-23 cm, lebar 4-6 cm, perbungaan termasuk tipe exantha (bunga
keluar langsung dari rimpang), mahkota bunga berwarna merah, dan bunga mekar

pada pagi hari dan pada sore hari layu.

Rimpang temulawak merupakan rimpang yang terbesar pada rimpang curcuma.

Rimpang temulawak terdiri atas 2 jenis, yaitu rimpang induk (empu) dan rimpang

cabang. Rimpang induk berwarna kuning tua, cokelat kemerahan, dan bagian dalamnya

berwarna jingga cokelat. Rimpang cabang tumbuh keluar dari rimpang induk,

berukuran lebih kecil, dan memiliki warna lebih muda. Akar temulawak memiliki ujung

akar yang melebar (Syamsudin et al., 2019).

Klasifikasi temulawak sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae

Genus : Curcuma

Spesies : Curcuma xanthorrhiza Roxb


2.2. Manfaat Temulawak

Rimpang temulawak merupakan bahan pembuatan obat tradisional yang

paling utama. Kasiat temulawak sebagai upaya pemelihara kesehatan, disamping

sebagai upaya peningkatan kesehatan atau pengobatan penyakit. Temulawak sudah

lama dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sebagai pewarna, bahan pangan,

obat tradisional, sebagai bahan obat seperti kurang nafsu makan, sembelit,

ambeien, jerawat, diare, obat kejang-kejang, menghancurkan batu empedu,

mengobati pengobatan penyakit ginjal dan hati, obat pegal linu, reumatik, radang

sendi, dan dalam bentuk segar, rebusan, seduhan maupun serbuk digunakan untuk

mengobati sariawan dan keputihan. Temulawak bersama dengan brotowali dan

sambiloto digunakan dapat juga digunakan sebagai obat lambung. Temulawak

sebagai obat atau bahan obat tradisional akan menjadi tumpuan harapan bagi
pengembangan obat tradisional Indonesia sebagai sediaan fitoterapi yang

kegunaan dan keamanan dapat dipertanggungjawabkan (Rosidi et al., 2014).

Temulawak memiliki manfaat yaitu untuk obat tradisional atau jamu karena

rimpangnya mengandung protein, pati, zat warna kuning kurkuminoid dan minyak

atsiri. Rimpang memiliki komposisi yaitu 48-59,64% zat tepung, 1,6-2,2%

kurkumin dan 1,48-1,63 % minyak atsiri bermanfaat untuk meningkatkan kerja

ginjal serta anti inflamasi. Komponen yang dapat memberi warna kuning adalah

kurkuminoid, merupakan zat yang digunakan sebagai zat warna dalam industri

pangan dan kosmetik. Fraksi kurkuminoid yang terdapat pada temulawak terdiri

dari dua komponen, yaitu kurkumin dan desmetoksikurkumin (Dwimas Anggoro

et al., 2015).

Zat kurkumin mempunyai khasiat anti bakteri yang dapat merangsang

dinding kantong empedu sehingga dapat memperlancar metabolisme lemak, anti

peradangan, antioksidan, antibakteri, dan juga dapat digunakan untuk

meningkatkan ketahanan tubuh (Darwis, 1991; Sari, 2012). Menurut Wiyono


(2005) menjelaskan dalam upaya meningkatkan sistem ketahanan tubuh dengan

cara pemberian temulawak. Salah satu bahan alami yang bersifat imunostimulator

adalah temulawak. Pada tanaman ini terkandung kurkumin yang dapat

meningkatkan sistem ketahanan tubuh (Bintari, 2014).

Kandungan zat pada Temulawak yaitu minyak atsiri yang bemuatan

felandren dan turmerol, terdapat juga kurkumin dan pati dengan dosis 0,5gram

sampai 1gram sangat baik untuk antipasmodika dan obat kolagoga (Kartasapoetra,

2001).

a. Pati merupakan kandungan kimia terbesar dari temulawak. Pati temulawak

berwarna putih kekuningan karena mengandung kurkuminoid. Kadar

protein pati temulawak lebih tinggi dibandingkan dengan pati tanaman

lainnya sehingga dapat digunakan sebagai bahan makanan.

b. Kurkuminoid pada temulawak terdiri atas kurkumin dan

desmetoksikurkumin (Afifah, 2005). Kurkuminoid merupakan kandungan

kimia yang memberikan warna kuning pada rimpang temulawak (Nur,

2006). Kurkuminoid mempunyai aroma khas, tidak toksik (tidak beracun),

dan berbentuk serbuk dengan rasa sedikit pahit. Minyak atsiri pada

temulawak mengandung seskuiterpen, acurcumene, 1-sikloisoprenmyrcene,

zingiberene, xanthorrhizol, turunan lisabolen, epolisid-bisakuron, bisakuron A, B, C,

ketonseskuiterpen, turmeron, a-turmeron, a-atlanton, germakron, monoterpen, sineol,

dborneol, d-a-phellandrene, dan d-camphene (Afifah, 2005).

c. Di dalam komponen minyak atsiri terdapat xanthorrhizol,

dimana xanthorrhizol hanya terdapat pada minyak atsiri rimpang


temulawak. Xanthorrhizol memiliki aktivitas antibakteri, antiseptik, dan

antibiotik serta antikanker (Nur, 2006).

2.3. Cara pengolahan temulawak

a. Simplisia:

Menurut beberapa studi, temulawak dapat diolah dengan simplisia.

Simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang belum

mengalami pengolahan, atau bisa berupa bahan yang telah dikeringkan.

Simplisia dibedakan menjadi tiga, yaitu simplisia nabati, simplisia hewani, dan

simplisia pelican (mineral). Simplisia merupakan bentuk proses sederhana

herba tanaman yang banyak digunakan dalam industri obat. Keunggulan

simplisia adalah lebih tahan lama daripada dalam bentuk segar. Jika kadar air

bahan tinggi mendorong enzim mengubah kandungan kimia yang ada dalam

bahan menjadi produk lain yang mungkin tidak lagi memiliki efek farmakologi

seperti senyawa aslinya. Simplisia temulawak berwarna kuning kejinggaan

sampai cokelat kejinggaan dengan rasa agak pahit. Tahapan pengolahan

simplisia meliputi pencucian, perajangan dengan pisau atau mesin,

pengeringan, dan pengemasan. Sebagian masyarakat telah menggunakan oven

sebagai alat pengering. Menurut Zahro, simplisia dikeringkan hingga mencapai

berat konstan pada kadar air 10−15%. Rimpang yang sudah dikemas harus

disimpan dalam ruang yang tidak lembab, ventilasi baik, suhu tidak lebih dari

30ºC, terhindar dari kontaminasi bahan lain yang menurunkan kualitas


simplisia, memiliki penerangan yang cukup (terhindar dari sinar matahari

langsung), dan bebas hama. (Khamidah et al., 2017).

b. Jamu temulawak:

Jamu Temulawak ini memiliki manfaat yang baik untuk Kesehatan,

seperti menambah nafsu makan, memperlancar proses pencernaan, mengatasi

radang sendi, menurunkan kolesterol, membuat hati lebih sehat, dan menjaga

daya tahan tubuh. Untuk pengolahan jamu, diawali dengan mengiris

Temulawak tipis-tipis hingga keluar sarinya. Kemudian hasil irisan disangrai

menggunakan wadah dengan api yang sedang. Jika sudah, bahan tambahan

seperti asam kawak, jinten dan 200 ml air matang, kencur beserta temulawak

yang telah disangrai, dicampur/digiling. Selanjutnya, dimasukkan gula aren

dan dan daun pandang ke dalam panic dengan sedikit air dan rebus hingga
menjadi larut. Kemudian campuran bahan Temulawak dimasukkan ke dalam

rubasan gula dan pandan dan diaduk hingga tercampur secara merata. Jika

sudah matang, saringkan campuran jamu Temulawak.

c. Jamu (serbuk):

Proses pembuatan jamu serbuk diawali dari pemarutan sebanyak

1000gram temulawak yang telah dibersihkan kemudian dicampurkan dengan

800 mL air. Campuran didiamkan sekitar 30 menit agar proses ekstraksi sari

temu lawak berlangsung optimal. Tahap selanjutnya dilakukan pemisahan sari

temu lawak dengan ampas dengan penyaringan menggunakan kain kasa. Sari

temu lawak yang diperoleh didiamkan kembali sekitar 30 menit untuk

memisahkan getah yang terkandung dalam sari temu lawak yang memberikan

rasa pahit pada jamu. Setelah pendiaman 30 menit, sari temu lawak dipanaskan

dengan api kecil sambil diaduk secara terus menerus.

Menurut Fauzi (2009) Temulawak berkhasiat untuk pengobatan,

diantaranya yaitu:

a. Mengobati bau badan yang kurang sedap dengan mengambil sebuah

rimpang temulawak. Parut dan rebus dengan air 1 liter. Dinginkan

terlebih dahulu sebelum diminum.

b. Membersihkan darah

Rimpang temulawak diiris tipis, lalu dijemur hngga kering. Rimpang ini

diseduh dengan air hangat, kemudian diminum seperti teh. Agar tidak
terlalu pahit, sewaktu meminumnya dapat dicampur dengan gula

merah.

c. Penyakit ekstrim

Siapkan rimpang temulawak sebesar telur ayam dan asam kawak

sebesar telur merpai. Nasak bahan dengan dua gelas air dan

ditambahakan sedikit gula aren. Biarkan hingga mendididh dan airnya

tinggal 1 gelas saja. Saring airnya dan diminum selagi hangat.

Pengobatan ini dilakukan setiap hari selama sebulan.

d. Mengobati penyakit kuning, demam malaria dan sembelit, serta bisa

untuk memperbayak ASI

Rimpang diparut dan diperas airnya, kemudian diminum. Dapat juga

dengan minum air rebusan rimpang temulawak yang kering.

e. Badan yang terlalu capek

Ambil dan bersihkan rimpang temulawak sebanyak 50 gram. Parut

rimpang sampai halus dan tambahakan air secukupnya, lalau diminum.

Lakukan hal ini 2 kali sehari, cukup 1 gelas. Bila perlu dapat

ditambahakan madu atau air gula aren.

d. Diolah menjadi tepung

Pembuatan tepung temulawak dapat dilakukan dengan mengupas

maupun tanpa mengupas kulit ari rimpang temulawak (Suharno 2012).

Perbedaan tepung temulawak yang dihasilkan dengan perlakuan

pengupasan dan tanpa pengupasan kulit ari rimpang. Sifat kimia

tepung temulawak dengan perlakuan pengupasan kulit ari rimpang dan


tahapan pembuatan tepung temulawak. Penelitian Oktaviana (2010)

terhadap tepung temulawak dengan ayakan 80 mesh, kadar air

11,43 −12% (dari temulawak umur 10 −12 bulan) menunjukkan

perlakuan pengeringan menggunakan solar dryer (sekitar 28 −35oC)

yang menghasilkan kadar kurkuminoid, aktivitas antioksidan, dan total

fenol yang lebih besar daripada pengeringan dengan sinar matahari

langsung (sekitar 28 −45o C). Penggunaan kain penutup mampu

mempertahankan kandungan kurkuminoid, aktivitas antioksidan, dan

total fenol dibandingkan dengan tanpa kain penutup.


e. Pengolahan pati

Pati merupakan kandungan kimia yang paling besar pada

temulawak, berwarna putih kekuningan. Warna kuning berasal dari

kurkumin yang masih bercampur dengan pati. Pati temulawak mudah


dicerna. Kandungan kurkumin yang sifatnya mudah dicerna memberi

peluang bagi pati temulawak untuk digunakan sebagai bahan pangan

olahan, misalnya sebagai campuran makanan bayi dan pengental sirup

(Sembiring et al. 2006). Di Dusun Ganggarok, Desa Pabuaran,

Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, pati temulawak

dimanfaatkan sebagai bahan baku olahan pangan, salah satunya

makanan tradisional yang disebut bubur aci koneng berupa jeli yang

dicampur dengan irisan kelapa (Agustina 2013). Pati temulawak

diperoleh melalui tahapan pengupasan, pemarutan, penambahan air

dan penyaringan (proses ekstraksi) berkali-kali (2 kg temulawak

dibutuhkan air sekitar 15−25 liter), dan pengendapan ekstrak (4 jam),

pembuangan air sehingga diperoleh endapan, pengenceran endapan

(diencerkan dengan air besih), pengendapan lagi sehingga diperoleh

pati temulawak. Pati ini dicetak lalu dikeringkan. Rendemen pati yang

dihasilkan adalah 23% dengan kandungan karbohidrat 65,56%, lemak

0,10%, dan protein 0,27% (Agustina 2013).

e. Manisan

Pembuatan manisan temulawak mengacu pada teknologi

pembuatan manisan basah dari kunir putih hasil penelitian Pujimulyani

dan Wazyka (2009). Dalam penelitian tersebut, rimpang dibersihkan,

dikupas dan dicuci selanjutnya diblanching 100o C selama 5 menit

dalam media asam sitrat 0,05%, lalu diiris dengan ketebalan 2 mm.
Selanjutnya irisan rimpang direbus dalam larutan gula 30% selama 10

menit. Tahap berikutnya adalah perendaman dalam larutan gula secara

bertingkat (30%, 40%, dan 50% selama 3 hari. Manisan ini mempunyai

kadar air 23,47%; kurkumin 39,28 ppm (bk); fenol 257,44 ppm (bk);

warna (absorbansi) 0,551; tekstur 112,56 N dan deforasi 34,66%.

Teknologi pengolahan manisan temulawak sudah dicoba oleh BPTP

Jawa Timur dengan cara merebus irisan temulawak bersama gula

dengan perbandingan 1: 2 (temulawak: gula) sampai kadar air

berkurang. Selanjutnya dilakukan pengemasan.

2.4. Bukti Ilmiah Penelitian

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya terkait pemanfaatan Temulawak

dalam menjaga kesehatan, menghilangkan kelelehan dan menjaga daya tahan

tubuh, sudah banyak penelitian yang membuktikan hal tersebut. Dewi, et al.,

(2012), menjelaskan bahwa Temulawak dapat menjadi penambah darah pada

pasien dengan penyakit sistem kardiovaskuler seperti, aritmia, hipertensi dan

trombotik dan penyakit parasites seperti, anthelmintic. Di daerah Bengkalis dan

Bali, masyarakat menggunakan Temulawak pada pasien dengan gangguan lambung

dan sebagai sumplemen penambah nafsu makan. Masyarakat Madura juga

menggunakan jamu Temulawak sebagai pengobatan keputihan. Temulawak juga

dapat menjaga kesehatan, menghilangkan kelelahan dan menjaga daya tahan tubuh,

terutama pada orang yang memiliki gangguan metabolism (Irsyad, et al., 2013). Di

daerah Karo, Sumatera, masyarakat juga memanfaatkan Temulawak sebagai obat

peredah nyeri sendi atau otot pada pasien gangguan musculoskeletal dan juga jika
terjadi keracunan, seperti insektisida (Pandapotan, et al., 2018). Selain sebagai

pengobatan suatu penyakit, terdapat juga produk krim berbahan Temulawak yang

dapat melembabkan kulit. Krim ini memberikan efek yang optimum karena

mampu menaikkan gradient konsentrasi zat aktif yang menembus kulit

sehingga absorbsi perkutan menjadi meningkat (Kurniasih, 2016).

2.5. Produk Olahan Temulawak

Temulawak telah dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat karena

kegunaannya yang beraneka ragam. Di samping sebagai jamu atau obat, melihat

komposisi dan aromanya yang khas, temulawak bisa dimanfaatkan sebagai bahan

minuman dan makanan. Melalui cara tradisional, temulawak telah diolah menjadi

beberapa jenis makanan dan minuman, seperti bubur temulawak, limun temulawak

dan bir temulawak. Olahan tersebut lebih dikenal sebagai makanan dan minuman

yang berkhasiat obat, seperti untuk menyembuhkan masuk angin dan memperbaiki

pencernaan.

Sampai saat ini belum dilakukan uji klinik untuk obat fitofarmaka dari

bahan Temulawak yang telah dibuktikan keamanan secara ilmiah dengan uji

praklinik. Namun sudah ada berbagai produk jamu dari Temulawak. Salah satu dari

produk jamu yaitu; kapsul Temulawak yang merupakan, suplemen herbal yang

terbuat dari ekstrak temulawak yang bermanfaat untuk menjaga kesehatan hati

(liver), sebagai antioksidan, dan pendamping pengobatan pada penderita hepatitis.

Memelihara fungsi hati dan memperbaiki pencernaan, mengurangi radang sendi,


menurunkan lemak darah, menyembuhkan hepatitis, mengobati maag akut dan

mengobati jerawat dan menurunkan kolester.

Selain obat jamu, terdapat juga krim yang terbuat dari Temulawak. banyak

ahli yang mengemukakan bahwa kandungan minyak atsiri dalam temulawak

mampu menghalang penuaan dini, mengencangkan kulit wajah, menghilangkan

jerawat beserta bekasnya, mengangkat flek-flek hitam dan melembankan kulit.

Minyak atsiri ini juga mampu membersihkan darah kotor sehingga kulit terlihat

cerah dan merona.

Menurut (Said, 2007), jenis-jenis produk olahan temulawak adalah sebagai

berikut :

Bagian yang
Hasil Olahan Pengguna
dimanfaatkan

Kulit Kulit Industri Pupuk

Daging Simplisia rimpang Industri obat tradisional

Pati Industri makanan

Oleresin Industri farmasi,

makanan

Minyak temulawak Industri farmasi,

makanan

Zat warna Industri makanan,

kosmetika, tekstil,

farmasi
Minuman berkarbonat Rumah tangga dan

(limun), minuman industri minuman

nonkarbonat, sirup dan

bir

2.6. Penyakit Yang Dapat Disembuhkan

a. Temulawak juga mampu menghambat pembelahan sel-sel tumor dan

pembentukan jaringan kista di paru-paru dan jaringan perut, serta memiliki

aktivitas antiproliferasi terhadap sel kanker payudara MCF-7.

b. Selain kurkumin, senyawa fenol berfungsi sebagai antioksidan karena

kemampuannya meniadakan radikal bebas dan radikal peroksida sehingga

dapat mencegah penyakit kanker (Kelloff et al. 2000).

c. Temulawak dapat mengobati penyakit lambung atau maag. Dengan cara,

mengambil 1 rimpang temulawak, mengiris tipis-tipis dan diangin-anginkan

sebentar. Setelah itu, merebus dengan 5-7 gelas air sampai mendidih, lalu

disaring. Meminum air saringan 1 kali sehari sebanyak 1 gelas.

d. Eksim dapat diobati dengan temulawak. Caranya, menyediakan rimpang

temulawak sebesar telur ayam, asam kawak sebesar telur merpati. Memaska

kedua bahan tersebut dengan 2 gelas air dan menambahkan sedikit gula aren

sampai air tersisa 1 gelas. Menyaring dan meminum air saat masih hangat.

Melakukan setiap hari selama satu bulan.


e. Penyakit kuning adalah penyakit yang menyerang hati. Caranya, memarut

rimpang temulawak dan memeras air dan meminumnya secara teratur.

f. Limfa dengan cara menyiapkan 2 rimpang temulawak, ½ rimpang lengkuas

dan 1 genggam daun meniran. Memarut temulawak dan lengkuas, air parutan

temulawak, lengkuas dan meniran direbus dengan 1 liter air sampai mendidih

dan menyaring diminum 1 kali sehari sebanyak 1 cangkir.

g. Asma dengan cara mengambil 1 ½ rimpang temulawak, I potong gula aren.

Memotong rimpang temulawak tipis-tipis dan mengeringkannya. Setelah

kering, merebus dengan 5 gelas air dan menambahkan 1 potong gula aren

sampai airnya tersisa 3 gelas, lalu disaring. Air yang telah disaring diminum

secara teratur.

h. Sembelit atau susah buang air besar dengan megambil 1 rimpang temulawak,

3 buah mata asam dan 1 potong gula kelapan. Mengiris tipis-tipis rimpang

temulawak dan mengangin-anginkannya. Dengan bahan lain, temulawak

diseduh dengan air panas secukupnya dan disaring. Diminum secara teratur

(Sa’adah, 2008).
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dari pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa Temulawak (Curcuma

Xanthorrhiza) merupakan salah satu jenis tanaman yang banyak menggunakan

sebagai bahan pangan maupun sebagai obat tradisional, seperti kurang nafsu

makan, sembelit, ambeien, jerawat, diare, obat kejang-kejang, mengobati

penyakit ginjal dan hati, reumatik dan lain-lain.

Pengolahan jamu Temulawak dapat dijadikan Simplisia, yaitu obat yang belum

mengalami pengolahan, atau bisa berupa bahan yang telah dikeringkan. Selain

itu dapat dijadikan jamu (minuman) bertujuan untuk memperlancar proses

pencernaan, mengatasi radang sendi, menurunkan kolesterol, membuat hati

lebih sehat, dan menjaga daya tahan tubuh.

3.2. Saran

Penelitian lebih lanjut diharapkan nantinya ada banyak penelitian lanjutan

terkait khasiat Temulawak sebagai terapi komplenter dalam intervensi

keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Bintari, S. G. (2014). Temulawak ( Curcuma xanthorrhiza Roxb ) Sebagai Pencegah


Kerusakan Mukosa Lambung. Majority, 3(5), 77–84.

Dwimas Anggoro, Rajian Sobri Rezki, & Siswarni MZ. (2015). Ekstraksi Multi Tahap
Kurkumin Dari Temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.) Menggunakan Pelarut
Etanol. Jurnal Teknik Kimia USU, 4(2), 39–45.
https://doi.org/10.32734/jtk.v4i2.1469

Khamidah, A., Antarlina, S. S., & Sudaryono, T. (2017). Ragam Produk Olahan
Temulawak Untuk Mendukung Keanekaragaman Pangan. Jurnal Penelitian Dan
Pengembangan Pertanian, 36(1), 1. https://doi.org/10.21082/jp3.v36n1.2017.p1-12

Rosidi, A., Khomsan, A., Setiawan, B., Riyadi, H., & Briawan, D. (2014). Potensi
Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) Sebagai Antioksida. Prosiding Hasil-Hasil
Seminar Nasional, 1995.

Sa’adah, S. (2008). Mengenal Tanaman yang Berkhasiat Obat. Ganeca Exact.

Said, A. (2007). Khasiat dan Manfaat Temulawak. Ganeca Exact.

Syamsudin, R. aldizal mahendra riziko, Perdana, F., Mutiaz, firly suci, Galuh, V., Rina,
apriliani putry ayu, Cahyani, novia dwi, Apriliya, S., Yanti, R., & Khendri, F. (2019).
Review: Tanaman Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) sebagai Obat
Tradisional. Jurnal Ilmiah Farmako Bahari, 10(1), 51–65.

Anda mungkin juga menyukai