Makalah Temulawak
Makalah Temulawak
Makalah Temulawak
KOMPLEMENTER
Oleh:
2021
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
Komplementer ”
Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi penyusunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................... 2
BAB 1 ............................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 4
BAB II ........................................................................................................................... 7
BAB III........................................................................................................................ 24
PENUTUP................................................................................................................... 24
3.2. Saran.............................................................................................................. 24
PENDAHULUAN
Obat herbal telah diterima secara luas di hampir seluruh negara di dunia. Menurut
dan Amerika Latin menggunakan obat herbal sebagai pelengkap pengobatan primer
yang mereka terima. Pada negara Afrika sebanyak 80% dari populasi menggunakan
obat herbal untuk pengobatan primer. Obat-obatan tradisional ini umumnya berasal
dari berbagai bagian dari tumbuhan. Tumbuhan yang digunakan sebagai obat
mengandung berbagai senyawa yang dapat mempengaruhi sel-sel hidup dari suatu
Keunggulan yang lain dari obat-obatan tradisional selain murah juga relatif mudah
dimakan langsung. Pengobatan secara herbal mempunyai sedikit efek samping, obat
tradisional tetap memiliki efek samping akan tetapi lebih rendah. Penggunaan obat
herbal yang kurang tepat akan mengakibatkan kurang optimalnya penyembuhan yang
mengenai manfaat dari tanaman yang digunakan sebagai obat tradisional (Jumiarni &
Komalasari, 2017).
Tanaman herbal yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat luas sebagai obat
tradisional untuk mengobati berbagai macam penyakit termasuk penyakit hati adalah
tumbuhan dari golongan curcuma, seperti temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb),
tanaman herbal di sekitar kita, dianggap sebagai cara terbaik dalam menjaga fungsi hati,
selain efektif, efisien dan aman, juga bersifat ekonomis (Sumayyah & Salsabila, 2017).
Indonesia karena temulawak dipercaya mempunyai manfaat yang sangat besar antara
lain meningkatkan nafsu makan, anti kolesterol, anti inflamasi, anemia, pencegah
kanker, serta dapat mencegah terjadinya pelemakan dalam sel-sel hati dan sebagai
umum dikenal di Indonesia, bahkan di dunia. Tahun 2015 temulawak mencatat nilai
ekspor yang tinggi yaitu sebanyak 8.670.791 kg atau senilai USD 10.499.058.1
Temulawak adalah tumbuhan asli di pulau Jawa, Madura dan Maluku dan telah banyak
termasuk ke dalam genus curcuma. Curcuma merupakan salah satu genus dari famili
Zingiberaceae yang terdistribusi luas di daerah tropis maupun sub tropis terutama di
India, Thailand, Indochina, Australia bagian Utara, dan telah banyak dibudidayakan
sebagai bahan pangan maupun sebagai obat. Genus curcuma beranggotakan sekitar 60
spesies hingga 80 spesies. Temulawak memiliki nama daerah yang beragam antara lain:
peningkatan dan penurunan sejak tahun 2008 – 2012, dalam produksi tanaman
temulawak tahun 2008 (23.740.105 kg), tahun 2009 (36.826.340 kg), tahun 2010
(26.671.149 kg), tahun 2011 (24.105.870 kg), dan tahun 2012 (44.085.151 kg) (BPS,
Berdasarkan latar belakang diatas, maka kami ingin membuat makalah terapi
Terapi Komplementer”.
TINJAUAN PUSTAKA
dalam genus curcuma. Curcuma merupakan salah satu tumbuhan obat keluarga
Zingiberaceae yang terdistribusi luas di daerah tropis maupun sub tropis terutama di
India, Thailand, Indochina, Australia bagian Utara, dengan memiliki memiliki nama
daerah yang beragam antara lain: temulawak (Indonesia, Madura), koneng gede
(Sunda), Javanese tumeric (Inggris), dan temu lawas (Malaysia) dan telah banyak
menggunakannya sebagai bahan pangan maupun sebagai obat (Sidik et al. 1992; Prana
2008). Temulawak berkembang biak terutama pada tanah yang gembur agar menjadi
besar. Selain di dataran rendah, Temulawak juga dapat tumbuh pada ketinggian tanah
berwarna putih kemerahan dan memiliki rimpang relatif besar dengan warna irisan
rimpang kuning cerah. Temulawak dapat tumbuh di daerah tanah gembur hutan tropis
dengan ketinggian 5-1500meter dpl, tanah kering, perkarangan, ladang, dan padang
daun 2-9 helai, berwarna hijau, berbentuk bulat memanjang, panjang 31- 84 cm, dan
lebar 10-18 cm. Bunga temulawak termasuk tipe majemuk berbentuk bulir, bulat
panjang, panjang 9-23 cm, lebar 4-6 cm, perbungaan termasuk tipe exantha (bunga
keluar langsung dari rimpang), mahkota bunga berwarna merah, dan bunga mekar
Rimpang temulawak terdiri atas 2 jenis, yaitu rimpang induk (empu) dan rimpang
cabang. Rimpang induk berwarna kuning tua, cokelat kemerahan, dan bagian dalamnya
berwarna jingga cokelat. Rimpang cabang tumbuh keluar dari rimpang induk,
berukuran lebih kecil, dan memiliki warna lebih muda. Akar temulawak memiliki ujung
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
obat tradisional, sebagai bahan obat seperti kurang nafsu makan, sembelit,
mengobati pengobatan penyakit ginjal dan hati, obat pegal linu, reumatik, radang
sendi, dan dalam bentuk segar, rebusan, seduhan maupun serbuk digunakan untuk
sebagai obat atau bahan obat tradisional akan menjadi tumpuan harapan bagi
pengembangan obat tradisional Indonesia sebagai sediaan fitoterapi yang
Temulawak memiliki manfaat yaitu untuk obat tradisional atau jamu karena
rimpangnya mengandung protein, pati, zat warna kuning kurkuminoid dan minyak
ginjal serta anti inflamasi. Komponen yang dapat memberi warna kuning adalah
kurkuminoid, merupakan zat yang digunakan sebagai zat warna dalam industri
pangan dan kosmetik. Fraksi kurkuminoid yang terdapat pada temulawak terdiri
et al., 2015).
cara pemberian temulawak. Salah satu bahan alami yang bersifat imunostimulator
felandren dan turmerol, terdapat juga kurkumin dan pati dengan dosis 0,5gram
sampai 1gram sangat baik untuk antipasmodika dan obat kolagoga (Kartasapoetra,
2001).
dan berbentuk serbuk dengan rasa sedikit pahit. Minyak atsiri pada
a. Simplisia:
Simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang belum
Simplisia dibedakan menjadi tiga, yaitu simplisia nabati, simplisia hewani, dan
simplisia adalah lebih tahan lama daripada dalam bentuk segar. Jika kadar air
bahan tinggi mendorong enzim mengubah kandungan kimia yang ada dalam
bahan menjadi produk lain yang mungkin tidak lagi memiliki efek farmakologi
berat konstan pada kadar air 10−15%. Rimpang yang sudah dikemas harus
disimpan dalam ruang yang tidak lembab, ventilasi baik, suhu tidak lebih dari
b. Jamu temulawak:
radang sendi, menurunkan kolesterol, membuat hati lebih sehat, dan menjaga
menggunakan wadah dengan api yang sedang. Jika sudah, bahan tambahan
seperti asam kawak, jinten dan 200 ml air matang, kencur beserta temulawak
dan dan daun pandang ke dalam panic dengan sedikit air dan rebus hingga
menjadi larut. Kemudian campuran bahan Temulawak dimasukkan ke dalam
rubasan gula dan pandan dan diaduk hingga tercampur secara merata. Jika
c. Jamu (serbuk):
800 mL air. Campuran didiamkan sekitar 30 menit agar proses ekstraksi sari
temu lawak dengan ampas dengan penyaringan menggunakan kain kasa. Sari
memisahkan getah yang terkandung dalam sari temu lawak yang memberikan
rasa pahit pada jamu. Setelah pendiaman 30 menit, sari temu lawak dipanaskan
diantaranya yaitu:
b. Membersihkan darah
Rimpang temulawak diiris tipis, lalu dijemur hngga kering. Rimpang ini
diseduh dengan air hangat, kemudian diminum seperti teh. Agar tidak
terlalu pahit, sewaktu meminumnya dapat dicampur dengan gula
merah.
c. Penyakit ekstrim
sebesar telur merpai. Nasak bahan dengan dua gelas air dan
Lakukan hal ini 2 kali sehari, cukup 1 gelas. Bila perlu dapat
makanan tradisional yang disebut bubur aci koneng berupa jeli yang
pati temulawak. Pati ini dicetak lalu dikeringkan. Rendemen pati yang
e. Manisan
dalam media asam sitrat 0,05%, lalu diiris dengan ketebalan 2 mm.
Selanjutnya irisan rimpang direbus dalam larutan gula 30% selama 10
bertingkat (30%, 40%, dan 50% selama 3 hari. Manisan ini mempunyai
kadar air 23,47%; kurkumin 39,28 ppm (bk); fenol 257,44 ppm (bk);
tubuh, sudah banyak penelitian yang membuktikan hal tersebut. Dewi, et al.,
dapat menjaga kesehatan, menghilangkan kelelahan dan menjaga daya tahan tubuh,
terutama pada orang yang memiliki gangguan metabolism (Irsyad, et al., 2013). Di
peredah nyeri sendi atau otot pada pasien gangguan musculoskeletal dan juga jika
terjadi keracunan, seperti insektisida (Pandapotan, et al., 2018). Selain sebagai
pengobatan suatu penyakit, terdapat juga produk krim berbahan Temulawak yang
dapat melembabkan kulit. Krim ini memberikan efek yang optimum karena
kegunaannya yang beraneka ragam. Di samping sebagai jamu atau obat, melihat
komposisi dan aromanya yang khas, temulawak bisa dimanfaatkan sebagai bahan
minuman dan makanan. Melalui cara tradisional, temulawak telah diolah menjadi
beberapa jenis makanan dan minuman, seperti bubur temulawak, limun temulawak
dan bir temulawak. Olahan tersebut lebih dikenal sebagai makanan dan minuman
yang berkhasiat obat, seperti untuk menyembuhkan masuk angin dan memperbaiki
pencernaan.
Sampai saat ini belum dilakukan uji klinik untuk obat fitofarmaka dari
bahan Temulawak yang telah dibuktikan keamanan secara ilmiah dengan uji
praklinik. Namun sudah ada berbagai produk jamu dari Temulawak. Salah satu dari
produk jamu yaitu; kapsul Temulawak yang merupakan, suplemen herbal yang
terbuat dari ekstrak temulawak yang bermanfaat untuk menjaga kesehatan hati
Selain obat jamu, terdapat juga krim yang terbuat dari Temulawak. banyak
Minyak atsiri ini juga mampu membersihkan darah kotor sehingga kulit terlihat
berikut :
Bagian yang
Hasil Olahan Pengguna
dimanfaatkan
makanan
makanan
kosmetika, tekstil,
farmasi
Minuman berkarbonat Rumah tangga dan
bir
sebentar. Setelah itu, merebus dengan 5-7 gelas air sampai mendidih, lalu
temulawak sebesar telur ayam, asam kawak sebesar telur merpati. Memaska
kedua bahan tersebut dengan 2 gelas air dan menambahkan sedikit gula aren
sampai air tersisa 1 gelas. Menyaring dan meminum air saat masih hangat.
dan 1 genggam daun meniran. Memarut temulawak dan lengkuas, air parutan
temulawak, lengkuas dan meniran direbus dengan 1 liter air sampai mendidih
kering, merebus dengan 5 gelas air dan menambahkan 1 potong gula aren
sampai airnya tersisa 3 gelas, lalu disaring. Air yang telah disaring diminum
secara teratur.
h. Sembelit atau susah buang air besar dengan megambil 1 rimpang temulawak,
3 buah mata asam dan 1 potong gula kelapan. Mengiris tipis-tipis rimpang
diseduh dengan air panas secukupnya dan disaring. Diminum secara teratur
(Sa’adah, 2008).
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
sebagai bahan pangan maupun sebagai obat tradisional, seperti kurang nafsu
Pengolahan jamu Temulawak dapat dijadikan Simplisia, yaitu obat yang belum
mengalami pengolahan, atau bisa berupa bahan yang telah dikeringkan. Selain
3.2. Saran
keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Dwimas Anggoro, Rajian Sobri Rezki, & Siswarni MZ. (2015). Ekstraksi Multi Tahap
Kurkumin Dari Temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.) Menggunakan Pelarut
Etanol. Jurnal Teknik Kimia USU, 4(2), 39–45.
https://doi.org/10.32734/jtk.v4i2.1469
Khamidah, A., Antarlina, S. S., & Sudaryono, T. (2017). Ragam Produk Olahan
Temulawak Untuk Mendukung Keanekaragaman Pangan. Jurnal Penelitian Dan
Pengembangan Pertanian, 36(1), 1. https://doi.org/10.21082/jp3.v36n1.2017.p1-12
Rosidi, A., Khomsan, A., Setiawan, B., Riyadi, H., & Briawan, D. (2014). Potensi
Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) Sebagai Antioksida. Prosiding Hasil-Hasil
Seminar Nasional, 1995.
Syamsudin, R. aldizal mahendra riziko, Perdana, F., Mutiaz, firly suci, Galuh, V., Rina,
apriliani putry ayu, Cahyani, novia dwi, Apriliya, S., Yanti, R., & Khendri, F. (2019).
Review: Tanaman Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) sebagai Obat
Tradisional. Jurnal Ilmiah Farmako Bahari, 10(1), 51–65.