0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
54 tayangan35 halaman

Kapita Selekta

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 35

MAKALAH KAPITA SELEKTA

“PROSES PEMBUATAN OBAT BAHAN ALAM DENGAN

MENGGUNAKAN BAHAN DASAR EKSTRAK DAUN MIANA (Coleus

benth) DALAM BENTUK SEDIAAN TABLET”

Oleh :

DHEA YUDITH ANUGRAH (1601020)

STIFA A016

DOSEN PEMGAMPU : Drs.BURHANUDDIN TAEBE, M.Si.,Apt.

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI

MAKASSAR

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA

sehingga makalah ini dapat selesai dengan baik. Tidak lupa kami juga

mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah

berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun

pikirannya.

Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan

dan pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat

memperbaiki makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,

untuk itu dibutuhkan kritik dan saran dari semua pihak demi

kesempurnaan dari makalah ini. Akhir kata penulis berharap, semoga

makalah Formulasi Orally Disintegrating Tablets Ekstrak Kayu Secang

(Caesalpinia sappan L.) Sebagai Antioksidan dapat bermanfaat bagi

pembaca sekaligus menambah wawasan.

Makassar,November 2018

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………….................................................…........

DAFTAR ISI……………………………...................................................….....

BABA I PENDAHULUAN.........................................................................…..

I.1 Latar Belakang………...............................................................….

I.2 Rumusan Masalah.........................................................................

I.3 Manfaat……............................................................................…...

BAB II URAIAN……………………..................................……………………..

II.1 Uraian tanaman….........................................................................

II.2 Cara pembuatan obat tradisional yang baik……………...…….....

BAB III PROSES PRODUKSI........................................................................

III.1 Penyiapan bahan baku................................................................

III.2 Proses produksi….......................................................................

III.3 Pewadahan dan labelisasi...........................................................

BAB IV PENUTUP.........................................................................................

Kesimpulan.........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA…………........................................................................
BAB 1

PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang

Saat ini para peneliti banyak melakukan penelitian pada tanaman-

tanaman obat sebagai alternatif bahan kimia yang sudah ada. Salah satu

tumbuhan yang dapat digunakan sebagai obat dan memiliki aktivitas

antibakteri adalah daun miana (Coleus Benth.) dari suku Lamiaceae.

Tumbuhan ini mempunyai khasiat untuk meredakan rasa nyeri, sebagai

antiinflamasi, antioksidan, anti-mikroba, antibakteri, dan dapat mempercepat

penyembuhan luka (Rahmawati, 2008).

Berdasarkan peneliatian Auliawan dan Bambang (2014) mengenai uji

fitokimia terhadap ekstrak daun miana menunjukkan test positif terhadap

keberadaan alkaloid, flavonoid, saponin dan tannin serta negatif untuk uji

steroid/triterponoid. Mekanisme antibakteri dari flavonoid ada tiga macam,

yaitu dengan cara menghambat sintesis asam nukleat, menghambat fungsi

membran sitoplasma, dan menghambat metabolisme energi. Saponin

memiliki kemampuan antibakteri dengan memberikan perlindungan terhadap

patogen potensial selain itu saponin akan mengganggu tegangan permukaan

dinding sel.
Tanin memiliki aktivitas antibakteri dengan cara dinding bakteri yang

telah lisis akibat senyawa saponin dan flavonoid, sehingga menyebabkan

senyawa tanin dapat dengan mudah masuk ke dalam sel bakteri dan

mengkoagulasi protoplasma sel bakteri (Majidah, 2014)..

Melihat banyaknya khasiat tanaman dari daun miana tersebut

diperkirakan tanaman tersebut mengandung bermacam-macam senyawa

kimia yang berguna bagi kesehatan.

I.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara pembuatan obat tradisional yang baik?
2. Bagaimana proses produksi ekstrak daun miana formulasi sediaan salep
ekstrak daun miana (Coleus benth)?

I.3 Manfaat Makalah

Adapun manfaat dalam makalah ini yaitu untuk mengetahui bahwa


tanaman daun miana (coleus benth) yang biasa dijadikan tanaman hias
ternyata dapat dijadikan obat tradisional dan memberikan khasiat
penyembuhan
BAB II

URAIAN

II.1 Uraian Tanaman

Daun miana (Coleus benth) biasa disebut tumbuhan iler tumbuh subur

di daerah dataran rendah sampai ketinggian 1500 meter diatas permukaan

laut dan merupakan tanaman semusim. Umumnya tumbuhan ini ditemukan di

tempat lembab dan terbuka seperti pematang sawah, tepi jalan pedesaan di

kebun-kebun sebagai tanaman liar atau tanaman obat.

Tumbuhan iler memiliki batang herba, tegak atau berbaring pada

pangkalnya dan merayap tinggi berkisar 30-150 cm, dan termasuk kategori

tumbuhan basah yang batangnya mudah patah. Daun tunggal, helaian daun

berbentuk hati, pangkal membulat atau melekuk menyerupai benuk jantung

dan setiap tepiannya dihiasi oleh lekuk-lekuk tipis yang bersambungan dan

didukung tangkai daun dengan panjang tangkai 3-4 cm yang memiliki warna

beraneka ragam dan ujung meruncing dan tulang daun menyirip berupa alur.

Batang bersegi empat dengan alur yang agak dalam pada masing-masing

sisinya, berambut, percabangan banyak, berwarna ungu kemerahan.

Permukaan daun agak mengkilap dan berambut halus panjang dengan

panjang 7-11 cm, lebar 3-6 cm berwarna ungu kecoklatan sampai ungu
kehitaman. Bunga berbentuk untaian bunga bersusun, muncul pada pucuk

tangkai batang berwarna putih, merah dan ungu.

Tumbuhan iler memiliki aroma bau yang khas dan rasa yang agak

pahit, sifatnya dingin. Buah keras berbentuk seperti telur dan licin. Jika

seluruh bagian diremas akan mengeluarkan bau yang harum. Untuk

memperbanyak tanaman ini dilakukan dengan cara setek batang dan biji

(Yuniarti, 2008). Daun miana bermanfaat untuk menurunkan demam, batuk

dan influenza. Selain itu daun tumbuhan iler ini juga berkhasiat untuk

penetralisir racun (antitoksik), menghambat pertumbuhan bakteri (antiseptik),

mempercepat pematangan bisul, pembunuh cacing (vermisida), wasir,

peluruh haid (emenagog), membuyarkan gumpalan darah, gangguan

pencernaan makanan (despepsi), radang paru, gigitan ular berbisa dan

serangga (Dalimartha, 2008).

Sedangkan akar tumbuhan ini berkhasiat untuk mengatasi perut mulas

dan diare.. Dalimartha juga menyebutkan bahwa tumbuhan iler dapat

menyembuhkan radang telinga, mengeluarkan cacing gelang dari perut,

Tetapi dengan catatan ibu hamil dilarang meminum rebusan daun iler ini

karena dapat menyebabkan keguguran (Yuniarti, 2008).

Klasifikasi daun miana digolongkan sebagai berikut ((Dalimartha,

2008) :
A. Klasifikasi Daun Miana (Coleus benth)

Kingdom : Plantae

Devisi : Spermatophyta

Class : Dicotylendonae

Ordo : Solanales

Family : Lamiaceae

Gens : Coleus

Speies : Coleus atropurpureus Benth.

Gambar Daun Miana (Coleus benth)

Nama Lain Daun Miana (Coleus benth)

Nama umum tumbuhan ini adalah iler. Tumbuhan ini dikenal

masyarakat Indonesia dengan nama lain (daerah) yaitu: si gresing (batak),


adang-adang (Palembang), miana, plado (sumbar), jawer kotok (sunda), iler,

kentangan (jawa), ati-ati, saru-saru (bugis), majana (Madura) (Dalimartha,

2008).

Kandungan Kimia Daun Miana (Coleus benth)

Herba daun miana yang memiliki sifat kimiawi harum, berasa agak

pahit, dingin, memiliki kandungan kimia sebagai berikut: daun dan batang

mengandung minyak atsiri, fenol, tannin, lemak, phytosterol, kalsium oksalat,

dan peptik substances. Komposisi kandungan kimia yang bermanfaat antara

lain juga alkaloid, etil salisilat, metal eugenol, timol karvakrol, mineral

(Dalimartha, 2008).

B. Cara pembuatan obat tradisional yang baik (CPOTB)

Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) meliputi

seluruh aspek yang menyangkut pembuatan obat tradisional, yang bertujuan

untuk menjamin agar produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi

persyaratan mutu yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan

penggunaannya. Mutu produk tergantung dari bahan awal, proses produksi

dan pengawasan mutu, bangunan, peralatan dan personalia yang

menangani. Penerapan CPOTB merupakan persyaratan kelayakan dasar

untuk menerapkan sistem jaminan mutu yang diakui dunia internasional.

Untuk itu sistem mutu hendaklah dibangun, dimantapkan dan diterapkan

sehingga kebijakan yang ditetapkan dan tujuan yang diinginkan dapat


dicapai. Dengan demikian penerapan CPOTB merupakan nilai tambah bagi

produk obat tradisional Indonesia agar dapat bersaing dengan produk sejenis

dari negara lain baik di pasar dalam negeri maupun internasional.

Mengingat pentingnya penerapan CPOTB maka pemerintah secara

terus menerus memfasilitasi industri obat tradisional baik skala besar maupun

kecil untuk dapat menerapkan CPOTB melalui langkah-langkah dan

pentahapan yang terprogram. Dengan adanya perkembangan jenis produk

obat bahan alam tidak hanya dalam bentuk Obat Tradisional (Jamu), tetapi

juga dalam bentuk Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka, maka Pedoman

Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik ini dapat pula diberlakukan bagi

industri yang memproduksi Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka.

1. Ketentuan Umum

a. Obat Tradisional adalah Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan

yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan

sarian atau galenik, atau campuran dari bahan tersebut, yang secara turun

menurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.

b. Pengawasan mutu (quality control) adalah semua upaya pemeriksaan dan

pengujian selama pembuatan untuk menjamin agar obat tradisional yang

dihasilkan memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

c. Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin kebersihan

sarana pembuatan, personil, peralatan dan bahan yang ditangani.


d. Dokumentasi adalah catatan tertulis tentang formula, prosedur, perintah

dan catatan tertulis lainnya yang berhubungan dengan pembuatan obat

tradisional.

e. Inspeksi diri adalah kegiatan yang dilakukan untuk menilai semua aspek,

mulai dari pengadaan bahan sampai dengan pengemasan dan penetapan

tindakan perbaikan yang dilakukan oleh semua personal industri obat

tradisional sehingga seluruh aspek pembuatan obat tradisional dalam

industri obat tradisional tersebut selalu memenuhi CPOTB.

2. Personalia

Personalia seharusnya mempunyai pengetahuan, pengalaman,

keterampilan dan kemampuan yang sesuain dengan tugas dan fungsinya

dan tersedia dalam jumlah yang cukup. Dalam struktur organisasi

perusahaan, bagian produksi dan pengawasan mutu hendaklah dipimpin oleh

orang yang berbeda dan tidak ada keterkaitan tanggungjawab satu sama

lain.

3. Bangunan

Bangunan industri obat tradisional sebaiknya dapat menjamin aktivitas

industri berjalan dengan lancar, berada di lokasi yang terhindar dari

pencemaran dan tidak mencemari lingkungan.

Bangunan industri obat tradisional hendaklah memiliki ruangan-

ruangan pembuatan yang rancang bangun dan luasnya sesuai dengan


bentuk, sifat dan jumlah produk yang dibuat, jenis dan jumlah peralatan yang

digunakan, jumlah karyawan yang bekerja serta fungsi ruangan, seperti:

a. Ruangan atau tempat administrasi;

b. Ruangan atau tempat penyimpanan simplisia yang baru diterima dari

pemasok

c. Tempat sortasi;

d. Tempat pencucian;

e. Ruangan, tempat atau alat pengeringan;

f. Ruangan atau tempat penyimpanan simplisia termasuk bahan baku

lainnya yang telah diluluskan

g. Tempat penimbangan;

h. Ruangan pengolahan;

i. Ruangan atau tempat penyimpanan produk antara dan produk ruahan

j. Ruangan atau tempat penyimpanan bahan pengemas;

k. Ruangan atau tempat pengemasan;

l. Ruangan atau tempat penyimpanan produk jadi termasuk karantina produk

jadi

m.Laboratorium atau tempat pengujian mutu;

n. Jamban / toilet;

o. Ruangan atau tempat lain yang dianggap perlu.


4. Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam pembuatan produk hendaklah

memiliki rancang bangun konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta

ditempatkan dengan tepat, sehingga mutu yang dirancang bagi tiap produk

terjamin secara seragam dari bets ke bets, serta untuk memudahkan

pembersihan dan perawatannya.

Jenis-jenis peralatan yaitu :

a. Alat atau mesin yang memadai yang diperlukan untuk pencucian dan

penyortiran.

b. Alat atau mesin pengering yang dapat mengeringkan simplisia, produk

antara atau produk ruahan sehingga kadar airnya sesuai yang

dipersyaratkan.

c. Alat atau mesin pembuat serbuk yang dapat merubah simplisia menjadi

serbuk dengan derajat kehalusan yang dikehendaki.

d. Alat atau mesin pengaduk yang dapat mencampur simplisia atau produk

antara menjadi campuran yang homogeny.

e. Alat atau mesin pengayak yang dapat mengayak serbuk dengan derajat

kehalusan yang dikehendaki.

f. Alat penimbang atau pengukur

g. Peralatan pengolahan bentuk rajangan, seperti alat atau mesin perajang

yang dapat merubah simplisia menjadi rajangan dengan ukuran yang

dikehendaki.
h. Dan peralatan untuk untuk berbagai bentuk sediaan.

i. Peralatan Laboratorium yan terdiri dari :

1. Timbangan gram dan milligram

2. Mikroskop dan perlengkapan nya

3. Alat-alat gelas sesuai dengan keperluan

4. Lampu spiritus

5. Zat-zat dan kimia

5. Sanitasi dan Higiene

Dalam pembuatan produk hendaklah diterapkan tindakan sanitasi dan

hygiene yang meliputi bangunan, peralatan dan perlengkapan, personalia,

bahan dan wadah serta faktor lain sebagai sumber pencemaran produk.

Sanitasi dan Higiene diberlakukan bagi :

a. Personalia

Karyawan hendaklah menerapkan higiene perorangan dengan baik

Mereka hendaklah dilatih mengenai penerapan higiene perorangan.

Karyawan yang mengidap penyakit atau menderita luka terbuka yang dapat

menurunkan kualitas produk, dilarang menangani bahan baku, bahan yang

sedang dalam proses, bahan pengemas dan produk jadi, sampai dia sembuh

kembali. Karyawan hendaklah mengenakan pakaian kerja, penutup rambut,

masker, sarung tangan dan lain sebagainya yang bersih sesuai dengan tugas

yang dilaksanakan. Untuk tujuan itu disediakan tempat khusus untuk ganti

pakaian.
b. Bangunan

Sanitasi pada bangunan di terapkan dengan cara menyediakan

jamban dan tempat untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah beraktivitas.

Dan peralatan yang sudah digunakan sebaiknya dibersihkan pada bagian

dalam maupun luarnya sesuai dengan prosedur.

c. Peralatan

Sanitasi peralatan dilakukan dengan cara pemeriksaan kebersihan

peralatan sebelum digunakan.

6. Penyiapan Bahan Baku

Setiap bahan baku yang digunakan untuk pembuatan hendaklah

memenuhi persyaratan yang berlaku. Setiap bahan baku yang diterima

hendaknya dibera tanda / label yang dapat memberi informasi mengenai

nama daerah, nama latin, tanggal penerimaan dan pemasok. Semua

pemasukan, pengeluaran dan sisa bahan baku sebaiknya dicatat dalam buku

persediaan yang meliputi nama,tanggal penerimaan atau pengeluaran, serta

nama dan alamat pemasok. Semua bahan baku yang tidak memenuhi syarat

hendaklah ditandai dengan jelas, disimpan secara terpisah menunggu tindak

lanjut.

7. Pengolahan dan Pengawasan

Pengolahan dan pengemasan sebaiknya dilaksanakan dengan

mengikuti cara yang telah ditetapkan oleh industri sehingga dapat menjamin

produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan yang berlaku.


Sebelum suatu prosedur pengolahan induk diterapkan hendaklah dilakukan

langkah-langkah untuk membuktikan bahwa prosedur bersangkutan cocok

untuk pelaksanaan kegiatan secara rutin, dan bahwa proses yang telah

ditetapkan dengan menggunakan bahan dan peralatan yang telah ditentukan,

akan senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi spesifikasi yang telah

ditentukan.

Pencemaran fisik, kimiawi atau jasad renik terhadap produk yang

dapat merugikan kesehatan atau mempengaruhi mutu suatu produk tidak

boleh terjadi. Pemberian nomor kode produksi harus segera dicatat dalam

suatu buku catatan harian. Catatan hendaklah mencakup tanggal pemberian

nomor, identitas produk dan besarnya bets yang bersangkutan.

Penimbangan , perhitungan dan penyerahan bahan baku juga perlu

untuk dicatat, agar mempermudah dalam proses pembutan bahan baku.

Dalam tahap pengolahan, air yang digunakan sekurang-kurangnya harus

memenuhi persyaratan air minum. Wadah dan penutup yang dipakai untuk

bahan yang akan diolah, harus bersih, dengan sifat dan jenis yang tepat

untuk melindungi produk dan bahan terhadap pencemaran atau kerusakan.

Pada proses pengemasan sebaiknya dilakukan sesuai dengan

instruksi yang tercantum pada prosedur pengemasan. Untuk memperkecil

terjadinya kesalahan dalam pengemasan, label dan barang cetak lain

hendaklah dirancang sedemikian rupa sehingga memiliki perbedaan yang

jelas antara satu produk dengan produk yang lainnya Produk yang telah
selesai dikemas dikarantina, sambil menunggu persetujuan dari bagian

pengawasan mutu untuk tindakan lebih lanjut.

Pada proses ini, tahap terakhir adalah penyimpanan, bahan yang akan

disimpan diberi label yang menunjukan informasi identitas, kondisi, jumlah,

mutu dan cara penyimpanannya.

8. Pengawasan Mutu

Pengawasan mutu merupakan bagian yang essensial dari cara

pembuatan obat tradisional yang baik. Rasa keterikatan dan tanggung jawab

semua unsur dalam semua rangkaian pembuatan adalah mutlak untuk

menghasilkan produk yang bermutu mulai dari bahan awal sampai pada

produk jadi. Untuk keperluan tersebut bagian pengawasan mutu hendaklah

merupakan bagian yang tersendiri.

Pengawasan mutu harus dilakukan terhadap bahan baku, bahan

pengemas, proses pembuatan, produk antara, produk ruahan dan produk

jadi. Pemeriksaan dan pengujian secara berkala hendaklah dilakukan

terhadap bahan baku dalam persediaan, untuk memberikan keyakinan

bahwa penyimpanan, wadah dan bahannya dalam kondisi yang baik.

Tugas pokok bagian pengawasan mutu yaitu :

a. Menyusun dan merevisi prosedur pengawasan mutu dan spesifikasi

b. Menyiapkan instruksi tertulis yang rinci untuk tiap pengujian yang akan

dilaksanakan.
c. Menyusun rencana dan prosedur tertulis mengenai pengambilan contoh

untuk pengujian.

d. Menyimpan contoh pertinggal untuk rujukan di masa mendatang sekurang-

kurangnya 3 (tiga) bulan setelah batas kadaluwarsa.

e. Meneliti catatan yang berhubungan dengan pengolahan, pengemasan dan

pengujian produk jadi dari bets yang bersangkutan sebelum meluluskan

untuk didistribusikan.

f. Mengevaluasi stabilitas semua produk jadi secara berlanjut, bahan baku

jika diperlukan dan menyiapkan instruksi mengenai penyimpanan bahan

baku dan produk jadi di industri berdasarkan data stabilitas yang ada,

sekurang-kurangnya stabilitas fisik

g. Ikut serta dalam program inspeksi diri bersama bagian lain dalam industry.

9. Inspeksi Diri

Tujuan inspeksi diri adalah untuk melakukan penilaian apakah seluruh

aspek pengolahan, pengemasan dan pengendalian mutu selalu memenuhi

CPOTB. Program inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mengevaluasi

pelaksanaan CPOTB dan untuk menetapkan tindak lanjut

Hal-Hal yang Diinspeksi:

a. Personalia

b. Bangunan termasuk fasilitas untuk personalia.

c. Penyimpanan bahan baku dan produk jadi.

d. Peralatan
e. Pengolahan dan pengemasan.

f. Pengawasan mutu.

g. Dokumentasi

h. Pemeliharaan gedung dan peralatan.

10. Dokumentasi

Dokumentasi pembuatan produk merupakan bagian dari sistem

informasi manajemen yang meliputi spesifikasi, label/etiket, prosedur, metoda

dan instruksi, catatan dan laporan serta jenis dokumentasi lain yang

diperlukan dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian serta evaluasi

seluruh rangkaian kegiatan pembuatan produk. Dokumentasi sangat penting

untuk memastikan bahwa setiap petugas mendapat instruksi secara rinci dan

jelas mengenai bidang tugas yang harus dilaksanakannya, sehingga

memperkecil risiko terjadinya salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul

karena hanya mengandalkan komunikasi lisan.

11. Pengamatan Terhadap Hasil produk Jadi di Peredaran

Keluhan dan laporan menyangkut kualitas, efek yang merugikan atau

masalah medis lainnya hendaklah diselidiki dan dievaluasi serta diambil

tindak lanjut yang sesuai. Penanganan terhadap keluhan dan laporan:

a. Hendaklah dibuat catatan tertulis mengenai semua keluhan dan laporan

yang diterima.

b. Keluhan dan laporan hendaklah ditangani oleh bagian yang bersangkutan

sesuai dengan jenis keluhan atau laporan yang diterima.


c. Terhadap tiap keluhan dan laporan hendaklah dilakukan penelitian dan

evaluasi secara seksama.

Hasil pelaksanaan penanganan keluhan dan laporan termasuk hasil

evaluasi penelitian dan tindak lanjut yang diambil hendaklah dicatat dan

dilaporkan kepada bagian yang bersangkutan dan kepada pejabat

pemerintah yang berwenang.


BAB III

PROSES PRODUKSI

III.1 Penyiapan Bahan Baku

1. Cara Panen

Pemanenan dilakukan dengan cara membongkar rimpang dengan

cangkul/garpu. Sebelum dibongkar, batang dan daun dibuang terlebih

dahulu. Selanjutnya rimpang yang telah dibongkar dipisahkan dari tanah

yang melekat lalu dimasukkan dalam karung agar tidak rusak.

2. Periode Panen

Panen kunyit dilakukan dimusim kemarau karena pada saat itu sari/zat yang

terkandung didalamnya mengumpul. Selain itu kandungan air dalam rimpang

sudah sedikit sehingga memudahkan proses pengeringannya.

3. Perkiraan Hasil Panen

Berat basah rimpang bersih/rumpun yang diperoleh dari hasil panen

mencapai 0,71 kg. Produksi rimpang segar/ha biasanya antara 20-30 ton.

4. Pascapanen

a. Penyortiran Basah dan Pencucian

Sortasi pada bahan segar dilakukan untuk memisahkan rimpang dari

kotoran berupa tanah, sisa tanaman, dan gulma. Setelah selesai,

timbang jumlah bahan hasil penyortiran dan tempatkan dalam wadah

plastik untuk pencucian. Pencucian dilakukan dengan air bersih, jika

perlu disemprot dengan air bertekanan tinggi. Amati air bilasannya dan
jika masih terlihat kotor lakukan pembilasan sekali atau dua kali lagi.

Hindari pencucian yang terlalu lama agar kualitas dan senyawa aktif yang

terkandung didalam tidak larut dalam air. Pemakaian air sungai harus

dihindari karena dikhawatirkan telah tercemar kotoran dan banyak

mengandung bakteri/penyakit. Setelah pencucian selesai, tiriskan dalam

tray/wadah yang belubang-lubang agar sisa air cucian yang tertinggal

dapat dipisahkan, setelah itu tempatkan dalam wadah plastik/ember.

b. Perajangan

Jika perlu proses perajangan, lakukan dengan pisau stainless steel

dan alasi bahan yang akan dirajang dengan talenan. Perajangan rimpang

dilakukan melintang dengan ketebalan kira-kira 5 mm – 7 mm. Setelah

perajangan, timbang hasilnya dan taruh dalam wadah plastik/ember.

Perajangan dapat dilakukan secara manual atau dengan mesin

pemotong.

c. Pengeringan

Pengeringan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan sinar

matahari atau alat pemanas/oven. pengeringan rimpang dilakukan selama

3 – 5 hari, atau setelah kadar airnya dibawah 8%. pengeringan dengan

sinar matahari dilakukan diatas tikar atau rangka pengering, pastikan

rimpang tidak saling menumpuk. Selama pengeringan harus dibolak-balik

kira-kira setiap 4 jam sekali agar pengeringan merata. Lindungi rimpang

tersebut dari air, udara yang lembab dan dari bahan-bahan disekitarnya
yang bisa mengkontaminasi. Pengeringan di dalam oven dilakukan pada

suhu 50oC – 60oC. Rimpang yang akan dikeringkan ditaruh di atas tray

oven dan pastikan bahwa rimpang tidak saling menumpuk. Setelah

pengeringan, timbang jumlah rimpang yang dihasilkan.

d. Penyortiran Kering

Selanjutnya lakukan sortasi kering pada bahan yang telah dikeringkan

dengan cara memisahkan bahan-bahan dari benda-benda asing seperti

kerikil, tanah atau kotoran-kotoran lain. Timbang jumlah rimpang hasil

penyortiran ini (untuk menghitung rendemennya).

e. Pengemasan

Setelah bersih, rimpang yang kering dikumpulkan dalam wadah

kantong plastik atau karung yang bersih dan kedap udara (belum pernah

dipakai sebelumnya). Berikan label yang jelas pada wadah tersebut, yang

menjelaskan nama bahan, bagian dari tanaman bahan itu, nomor/kode

produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih dan metode

penyimpanannya.

f. Penyimpanan

Kondisi gudang harus dijaga agar tidak lembab dan suhu tidak

melebihi 30oC dan gudang harus memiliki ventilasi baik dan lancar, tidak

bocor, terhindar dari kontaminasi bahan lain yang menurunkan kualitas

bahan yang bersangkutan, memiliki penerangan yang cukup (hindari dari

sinar matahari langsung), serta bersih dan terbebas dari hama gudang.
III.2 Proses Produksi

Bahan baku
siap pakai

penimbangan

penggilingan

serbuk Produk Jadi

Isi wadah

Pemeriksaan mutu

labelisasi

Ekstraksi

uapkan

cetak

Isi wadah

Pemeriksaan mutu

labelisasi
Pengujian granul dan tablet meliputi (Fatmawaty, 2012)

1.) Uji keseragaman bobot. Cara kerja uji keseragaman bobot adalah

Timbang 20 tablet dengan mengunakan timbangan analitik, hitung

rata-rata tiap tablet. Kemudian tablet ditimbang satu persatu.

2.) Uji keseragaman ukuran. diambil tablet sebanyak 10 tablet. diukur

tebal dan diameter masing-masing tablet satu per satu dengan

micrometer. Catat hasil pengukurannya.

3.) Uji kekerasan tablet. Cara kerja uji kekerasan tablet adalah Ambil

secara acak 10 tablet setelah 24 jam waktu produksi (guna

memastikan keseimbangan tekanan dan gaya di dalam tablet).

Masukkan pada alat pengukuran tablet (hardness tester). Tablet

diletakan pada ujung alat dengan posisi vertical. Putar sekrup pada

ujung yang lain, sehingga tablet tertekan. Pemutaran dihentikan

sampai tablet pecah. Tekanan tablet dibaca pada skala, lakukan

percobaan sebanyak 5 kali dan hitung harga putarannya.

4.) Uji kerapuhan tablet. Cara kerja Uji kerapuhan tablet (Anonim, 1995)

adalah Ambil 20 tablet lalu dibebas debukan dan di timbang

menggunakan timbangan analitik. Masukkan tablet kedalam fribilator

lalu diputar selama 4 menit dengan kecepatan 25 putaran per menit.

Tablet dibersihkan dari fines yang menempel dan ditimbang kembali

menggunakan timbangan analitik.


III.3 Pewadahan dan labelisasi

1. OT, harus diwadahi, dibungkus sesuai aturan

2. WADAH, barang yang dipergunakan untuk mewadahi, berhubungan

langsung, termasuk penutupnya Karena berhubungan langsung, maka

syarat Harus tidak memperngaruhi, mengotori, melindungi selama

penyimpanan, dan pengangkutan / peredaran.

3. PEMBUNGKUS, barang yang dipergunakan untuk membungkus OT

atau wadah OT

4. Tahan, melindungi wadah selama penyimpanan pengakutan dan

peredaran

5. Jika berfungsi WADAH, syarat sama wadah

6. PENANDAAN, tulisan, gambar atau bentuk pernyataan lain yang

dicantumkan pada pembungkus, wadah, etiket, brosur.

Penandan khusus :

Kata JAMU dalam lingkaran, letak sebelah kiri atas, mudah terbaca,

tinggi ≥ 5 mm, tebal ≥ 0,5 mm, warna hitam, dasar putih, pembungkus,

wadah, etiket dan brosur.


Lingkaran, proses, aman, garis tengah 7,5 mm, Hijau dan kuning, kekayaan

alam (keanekaragaman hayati), sekarang warna kontras, Stilisasi jari daun,

proses sederhana merupakan visualisasi pembuatan jamu, Word mark,

melengkapi nama produk

Bentuk lingkaran, lambang proses dan aman, Warna hijau dan kuining

(kontras), wujud kekayaan Indonesia (keanekaragaman hayati), Stilisasi jari-

jari daun (3 pasang), lambang serangkaian proses pembuatan ekstrak

tumbuhan obat (uji lab., uji toksisitas dan uji praklinis).

Penandaan lain :
1. Nama Obat Tradisional

a. Nama umum (generic name) parem, beras kencur

b. Nama dagang (trade name), tidak boleh sama nama obat paten atau

nama OT lain, Pil Kita, patenkan Sri Angin,

c. Nama OT tidak boleh:

1. menyesatkan

2. Kurang sopan (kurang etis), mengarah birahi

3. Tidak berkeperibadian Indonesia

4. Gunakan kata “anti” (sejenis) dihub. Penyakit Anti Jerawat, Anti

Batuk/

5. Terlalu Panjang

6. Gunakan dua nama

7. Gunakan nama generik

8. Gunakan kata peluntur

9. Gunakan istilah Tea

2. Komposisi

a) Mendahulukan 3-4 simplisia lengkap kadar

b) Simplisia lain boleh tanpa kadar (yang disetujui)

c) Atau diganti “ dan bahan-bahan lain “

d) Komposisi kurang 3, tulis secara lengkap ditambah kadar

e) Ditulis tatanama lain sesuai FI, MMI dan cara lain.


3. Bobot, Volume, Jumlah Perwadah

a) BOBOT, merupakan bobot bersih dalam gram

b) ISI, isi bersih dalam ml

c) JUMLAH, dalam angka untuk bentuk padat, pil, kapsul, tablet, parem,

pilis dls

4. Dosis Pemakaian

a) Diuraikan jelas dan terinci

1. Untuk satu kali pemakaian

2. Untuk pemakaian sehari

b) Akumulatif, jangka waktu pemakaian dibawah cara pemakaian

5. Cara Pemakaian

a) Jelas Untuk Pemakaian

1. Dalam

2. Luar

6. Khasiat dan Kegunaana

a. Yang dicantum sesuai yang disetujui

1. Terlalu banyak dan pengulangan

- menyehatkan

- menguatkan

- manambah tenaga

- melancarkan air seni

- menghilangkan pegal
- sakit pinggang

- menghilangkan impoten

- kebahagian suami isteri

b. Untuk penyakit berat seperti hipertensi, DM, penyakit infeksi, dapat

mencantumkan tapi sudah ada uji keamanan (LD 50), khasiat, dan

secara bertahap uji klinik.

c. Khasiat, kegunaan tidak sesuai komposisi

Melancarkan air seni, komposisi tidak mengandung simplisia yang

bersifat diuretika.

7. Kontra Indikasi

Tulis dengan jelas, kalau ada

8. Tanda Peringatan

a. Isi, bentuk, ukuran ditetapkan pem.

- dasar hitam

- tulisan putih

9. Nomor Pendaftaran

• Terdiri dari 9 digit, diawali dengan


TR : Produk dalam negeri

TL : Produk Lisensi

- digit 1,2 : tahun produk mulai terdaftar

- digit 3 : bentuk usaha

1. Pabrik Farmasi

2. Pabrik Jamu

3. Perusahaan Jamu

-digit 4 : bentuk sediaan

Rajangan, serbuk, kapsul, pil, granul, boli, pastiles, jenang, dodol,

majun, tablet / kaplet, cairan, salep, krim, plaster / koyok, dupa,

mangir,permen.

- digit 5,6,7,8 : nomor urut jenis produk yang terdaftar

- digit 9 : jenis / macam kemasan

1.15 ml, 2. 30 ml, 3. 45 ml, 4. 60 ml, dan seterusnya.

10. Nomor Kode Produksi

1. Enam Digit

- Digit 1 : bulan berakhir pdaftaran, huruf kecil

a. menunjukkan bulan Januari


b. menunjukkan bulan Feberuari

- Digit 2 : tahun berakhir nomor pendaftaran, huruf kapital

A. menunjukkan tahun 2000

B. menunjukkan tahun 2001, dst

- Digit 3 : produk ke- , dalam bulan tsb, angka

- Digit 4 : bulan produksi, huruf kecil

- Digit 5,6 : tahun produksi Perusahaan Jamu OT, memproduksi jamu

singset, masa berlaku No. Pendaftaran November 2004, di[produksi

April 2002, ke-4 kalinya.

b. Sembilan Digit

- digit 1,2 : bulan berakhir pendaftaran, angka, 01 Januari, 02

Feberuari

- digit 3,4 : tahun berakhir nomor pendaftaran, ditulis dua angka

- digit 5 : produksi ke- bulan pada digit 6,7

- digit 8,9 : tahun produksi, dua angka.

11. Merek Dagang


Kalau Ada, Dicantumkan

12. Nama Dan Alamat


1. Nama perusahan harus dicantumkan pada etiket, wadah, pembungkus

dan brosur.

2. Alamat, seyogianya dicantum secara lengkap, minimal kota tempat

perusahaan.

3. Penandaan lain tidak dibenarkan

4. Gambar sebagai identitas harus sopan dan sesuai komposisi dan

kegunaannya.
BAB V
KESIMPULAN
1. Cara pembuatan obat tradisional yang baik meliputi, Ketentuan umum,

Personalia, Bangunan, Peralatan, Sanitasi dan hygiene, Penyiapan bahan

baku, Pengolahan dan pengawasan, Pengawasan mutu, Inspeksi diri,

Dokumentasi dan Pengamatan terhadap hasil produk jadi di Peredaran.

2. Proses produksi obat tradisional, menyangkut semua kegiatan pembuatan

dimulai dari pengadaan bahan awal termasuk penyiapan bahan baku,

pengolahan, sampai dengan pengemasan untuk menghasilkan produk

jadi, haruslah mengikuti Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik

(CPOTB) yang bertujuan untuk menjamin agar produk yang dihasilkan

senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan sesuai

dengan tujuan penggunaannya.


DAFTAR PUSTAKA

Agoes , G. 2006. “Pengembangan Sediaaan Farmasi”. ITB-Press : Bandung.

Anief,1997. “Ilmu Meracik Obat”. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.

Afifah. 2003. “Khasiat dan Manfaat Temulawak Rimpang Penyembuh Aneka

Penyakit”. Agromedia Pustaka : Jakarta.

Dalimartha, Setiawan. 2008. “Atlas Tumbuhan Obat Jilid 5”. PT Pustaka

Bunda : Jakarta.

Dirjen POM. 1995. “ Farmakope Indonesia Edisi IV “. Jakarta : Depkes RI

Fatmawatiy. Aisyah. dkk. 2012. “Teknologi Sediaan Farmasi”. Yogyakarta :


Deepublish.
Hapsoh, Rahmawati. 2008. “ Modul agronomi Budidaya Tanaman Obat-

Obatan”. Fakultas Pertanian : Sumatera utara

Klokke. 1980. “Pedomana Untuk pengobatan Luar Penyakit Kulit”.

PT.Gramedia : Jakarta.

Yuniarti, T. 2008. “Eksiklopedia Tanaman Obat Tradisional Cetakan

Pertama”. Medpress : Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai