LP Trauma Abdomen

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN KASUS / RESUME

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN


KEGAWATDARURATN DI RUANG IGD
RSUD KEPAHIANG

DISUSUN OLEH:

WELDA ANJELINA
P05120218086

Diketahui oleh,
Pembimbing Pendidikan Pembimbing Lahan

(Ns. Sahran, S.Kep., M.Kep) (Ns. Ernawati, S.Kep)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN BENGKULU
PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGAJURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN
“TRAUMA ABDOMEN”

DISUSUN OLEH:

WELDA ANJELINA
P05120218086

Diketahui oleh,
Pembimbing Pendidikan Pembimbing Lahan

(Ns. Sahran, S.Kep., M.Kep) (Ns. Ernawati, S.Kep)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN BENGKULU
PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGAJURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan karunia-Nya sehingga makalah laporan dengan judul “Trauma Abdomen” ini
dalam memenuhi tugas laporan kegawatdaruratan dapat diselesaikan.

Pada kesempatan ini penulis dengan rendah hati mengucapkan terima kasih
kepada bapak Ns.Sahran,M.Kep selaku pembimbing pendidikan dalam praktik
klinik kegawatdaruratan dan ibu Ns.Ernawati,S.Kep selaku pembimbing dilahan
praktek Rumah Sakit Kepahiang yang telah memberikan arahan dan bimbingan
serta ilmu yang bermanfaat kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan


ketidaksempurnaan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini.

Kepahiang, 18 Februari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..................................................................................................2

C. Tujuan....................................................................................................................2

D. Manfaat..................................................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORITIS..............................................................................3

1. Konsep Dasar Teori Trauma Abdomen..................................................................3

A. Definisi...............................................................................................................3

B. Etiologi...............................................................................................................3

C. Klasifikasi............................................................................................................4

D. Manifestasi Klinis..............................................................................................4

E. Patofisiologi.......................................................................................................6

F. Pemeriksaan Diagnostik.....................................................................................8

G. Penatalaksanaan.................................................................................................9

H. Komplikasi.......................................................................................................11

2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan....................................................................12

A. Pengkajian........................................................................................................12

B. Diagnosa Keperawatan.....................................................................................15

C. Intervensi Keperawatan....................................................................................16

ii
BAB III PENUTUP...............................................................................................22

A. Kesimpulan..........................................................................................................22

B. Saran....................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................23

iii
iv
DAFTAR LAMPIRAN

NO Daftar Lampiran

1 Mind mapping konsep teoritis trauma dada

2 Mind mapping konsep dasar asuhan keperawatan trauma dada

3 Resume harian atau Laporan kasus

4 ADL

5 Absensi mahasiswa

7 Lembar konsultasi

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Trauma merupakan keadaan yang disebabkan oleh luka atau cidera.
Trauma juga mempunyai dampak psikologis dan sosial. Pada
kenyataannya, trauma adalah kejadian yang bersifat holistik dan dapat
menyebabkan hilangnya produktivitas seseorang.

Pada pasien trauma, bagaimana menilai abdomen merupakan salah


satu hal penting dan menarik. Penilaian sirkulasi sewaktu primary survey
harus mencakup deteksi dini dari kemungkinan adanya perdarahan yang
tersembunyi pada abdomen dan pelvis pada pasien trauma tumpul.
Trauma tajam pada dada diantara nipple dan perineum harus dianggap
berpotensi mengakibatkan cedera intraabdominal. Pada penilaian
abdomen, prioritas maupun metode apa yang terbaik sangat ditentukan
oleh mekanisme trauma, berat dan lokasi trauma, maupun status
hemodinamik penderita.

Cedera abdomen menduduki urutan ketiga penyebab kematian.


Cedera ini dilaporkan menyebabkan 13%-15% kematian akibat trauma,
terutama disebabkan oleh perdarahan. Kematian yang terjadi lebih dari 48
jam setelah cedera abdomen disebabkan oleh sepsis dan komplikasinya.
Pada trauma intra abdomen, jarang sekali terjadi hanya cedera pada satu
organ saja.

Adanya trauma abdomen yang tidak terdeteksi tetap menjadi salah


satu penyebab kematian yang sebenarnya dapat dicegah. Sebaiknya
jangan menganggap bahwa rupture organ berongga maupun perdarahan
dari organ padat merupakan hal yang mudah untuk dikenali. Hasil
pemeriksaan terhadap abdomen mungkin saja dikacaukan oleh adanya
intoksikasi alkohol, penggunaan obat-obat tertentu, adanya trauma otak

1
2

atau medulla spinalis yang menyertai, ataupun adanya trauma yang


mengenai organ yang berdekatan seperti kosta, tulang belakang, maupun
pelvis. Setiap pasien yang mengalami trauma tumpul pada dada baik
karena pukulan langsung maupun deselerasi, ataupun trauma tajam, harus
dianggap mungkin mengalami trauma visera atau trauma vaskuler
abdomen.

Trauma tumpul cenderung menyebabkan kerusakan serius di organ


padat dan trauma tembus paling sering mencederai organ berongga.
Kompresi dan deselerasi pada trauma tumpul menyebabkan fraktur pada
kapsul organ padat dan parenkim, sementara organ berongga dapat kolaps
dan menyerap gaya tersebut. Namun usus yang menempati sebagian besar
rongga abdomen terpajan cedera yang disebabkan oleh trauma tembus.
Umumnya organ padat merespon trauma dengan perdarahan. Organ
berongga rupture dan mengeluarkan isinya kedalam ruang peritoneum
yang menyebabkan peradangan dan infeksi

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka penulis merumuskan beberapa
rumusan masalah yang akan dibahas pada bab selanjutnya yaitu :

a. Bagaimana konsep dasar teori trauma abdomen ?

b. Bagaimana konsep asuhan keperawatan trauma abdomen ?

C. Tujuan
Penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas laporan
kegawatdaruratan dan meningkatkan pemahaman penulis maupun
pembaca mengenai trauma abdomen/

D. Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan
pemahaman mengenai truma abdomen sehingga dapat diterapkan dalam
menangani kasus-kasus trauma abdomen diklinik sesuai kompetensi
tenaga medis terutama perawat
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

1. Konsep Dasar Teori Trauma Abdomen

A. Definisi
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa
trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak
disengaja.
Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi
dengan atau tanpa tembusnya dinding perut dimana pada
penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat kedaruratan dapat pula
dilakukan tindakan laparatomi.
Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ
abdomen yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi
gangguan metabolisme, kelainan imonologi dan gangguan faal berbagai
organ.

B. Etiologi
Penyebab trauma abdomen adalah, sebagai berikut :
a. Penyebab trauma penetrasi
1. Luka akibat terkena tembakan
2. Luka akibat tikaman benda tajam
3. Luka akibat tusukan
b. Penyebab trauma non-penetrasi
1. Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh
2. Hancur (tertabrak mobil)
3. Terjepit sabuk pengaman karna terlalu menekan perut
4. Cidera akselerasi / deserasi karena kecelakaan olah raga

3
4

C. Klasifikasi
Trauma pada dinding abdomen terdiri dari :
a. Kontusio dinding abdomen
Disebabkan trauma non-penetrasi. Kontusio dinding abdomen tidak
terdapat cedera intra abdomen, kemungkinan terjadi eksimosis atau
penimbunan darah dalam jaringan lunak dan masa darah dapat
menyerupai tumor.
b. Laserasi
Jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga
abdomen harus di eksplorasi. Atau terjadi karena trauma penetrasi.
Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ
abdomen yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga
terjadi gangguan metabolisme, kelainan imonologi dan gangguan
faal berbagai organ.
Trauma abdomen pada isi abdomen, menurut  Suddarth & Brunner
(2010) terdiri dari:
a) Perforasi organ viseral intraperitoneum
Cedera pada isi abdomen mungkin di sertai oleh bukti adanya
cedera pada dinding abdomen.
b) Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomen
Luka tusuk pada abdomen dapat menguji kemampuan diagnostik
ahli bedah.
c) Cedera thorak abdomen
Setiap luka pada thoraks yang mungkin menembus sayap kiri
diafragma, atau sayap kanan dan hati harus dieksplorasi

D. Manifestasi Klinis
a. Pada trauma non-penetrasi (tumpul) biasanya terdapat adanya:
1. Jejas atau ruftur dibagian dalam abdomen
2. Terjadi perdarahan intra abdominal.
5

3. Apabila trauma terkena usus, mortilisasi usus terganggu sehingga


fungsi usus tidak normal dan biasanya akan mengakibatkan
peritonitis dengan gejala mual, muntah, dan BAB hitam (melena).
4. Kemungkinan bukti klinis tidak tampak sampai beberapa jam
setelah trauma.
5. Cedera serius dapat terjadi walaupun tak terlihat tanda kontusio
pada dinding abdomen.
b. Pada trauma penetrasi biasanya terdapat:
1. Terdapat luka robekan pada abdomen.
2. Luka tusuk sampai menembus abdomen.
3. Penanganan yang kurang tepat biasanya memperbanyak
perdarahan/memperparah keadaan.
4. Biasanya organ yang terkena penetrasi bisa keluar dari dalam
andomen.

c. Menurut Suddarth & Brunner (2010) tanda dan gejala trauma


abdomen, yaitu :
1. Nyeri
Nyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat. Nyeri
dapat timbul di bagian yang luka atau tersebar. Terdapat nyeri saat
ditekan dan nyeri lepas.
2. Darah dan cairan
Adanya penumpukan darah atau cairan dirongga peritonium yang
disebabkan oleh iritasi.
3. Cairan atau udara dibawah diafragma
Nyeri disebelah kiri yang disebabkan oleh perdarahan limpa. Tanda ini
ada saat pasien dalam posisi rekumben.
4. Mual dan muntah
5. Penurunan kesadaran (malaise, letargi, gelisah)
Yang disebabkan oleh kehilangan darah dan tanda-tanda awal shock
hemoragi.
6

E. Patofisiologi
Bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan pada tubuh manusia (akibat
kecelakaan lalulintas, penganiayaan, kecelakaan olah raga dan terjatuh dari
ketinggian), maka beratnya trauma merupakan hasil dari interaksi antara
faktor – faktor fisik  dari kekuatan tersebut dengan jaringan tubuh. Berat
trauma yang terjadi berhubungan  dengan kemampuan obyek statis (yang
ditubruk) untuk menahan tubuh. Pada tempat benturan karena terjadinya
perbedaan pergerakan  dari jaringan tubuh yang akan menimbulkan
disrupsi jaringan. Hal ini juga karakteristik dari permukaan  yang
menghentikan tubuh juga penting. Trauma juga tergantung pada
elastitisitas dan viskositas dari jaringan tubuh. Elastisitas adalah
kemampuan jaringan untuk kembali pada keadaan yang sebelumnya.
Viskositas adalah kemampuan jaringan untuk menjaga bentuk aslinya
walaupun ada benturan. Toleransi tubuh menahan benturan tergantung
pada kedua keadaan tersebut.. Beratnya trauma yang terjadi tergantung
kepada seberapa jauh gaya yang ada akan dapat melewati ketahanan
jaringan. Komponen lain yang harus dipertimbangkan  dalam beratnya
trauma adalah posisi tubuh relatif terhadap permukaan benturan. Hal
tersebut dapat terjadi cidera organ intra abdominal yang disebabkan
beberapa mekanisme :
1. Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat oleh
gaya tekan dari luar seperti benturan setir atau sabuk pengaman yang
letaknya tidak benar dapat mengakibatkan terjadinya ruptur dari organ
padat maupun organ berongga.
2. Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior
dan vertebrae atau struktur tulang dinding thoraks.
3. Terjadi gaya akselerasi – deselerasi secara mendadak dapat
menyebabkan gaya robek pada organ dan pedikel vaskuler.
7

Pohon masalah:
Trauma
(kecelakaan)

Penetrasi & Non-Penetrasi

Terjadi perforasi lapisan abdomen
(kontusio, laserasi, jejas, hematom)

Menekan saraf peritonitis

Nyeri akut
Terjadi perdarahan jar.lunak dan rongga abdomen  →   ↓
Motilitas usus

Disfungsi usus  →   Resiko infeksi

Refluks usus output cairan berlebih

Gangguan cairan       
Hipovolemia       
dan eloktrolit          

Nutrisi kurang
Nutrisi dari dari
kurang
kebutuhan tubuhtubuh
kebutuhan

Kelemahan
Kelemahan fisik fisik

Gangguan
Mobilitas
Fisik
8

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Foto thoraks
Untuk melihat adanya trauma pada thorak.
2. Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-line data bila terjadi perdarahan
terus menerus. Demikian pula dengan pemeriksaan hematokrit.
Pemeriksaan leukosit yang melebihi 20.000/mm tanpa terdapatnya infeksi
menunjukkan adanya perdarahan cukup banyak kemungkinan ruptura
lienalis. Serum amilase yang meninggi menunjukkan kemungkinan adanya
trauma pankreas atau perforasi usus halus. Kenaikan transaminase
menunjukkan kemungkinan trauma pada hepar.
3. Plain abdomen foto tegak
Memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara bebas
retroperineal dekat duodenum, corpus alineum dan perubahan gambaran
usus.
4. Pemeriksaan urine rutin
Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai hematuri.
Urine yang jernih belum dapat menyingkirkan adanya trauma pada saluran
urogenital.
5. VP (Intravenous Pyelogram)
Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada persangkaan
trauma pada ginjal.
6. Diagnostik Peritoneal Lavage (DPL)
Dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan usus dalam rongga
perut. Hasilnya dapat amat membantu. Tetapi DPL ini hanya alat
diagnostik. Bila ada keraguan, kerjakan laparatomi (gold standard).
Indikasi untuk melakukan DPL adalah sebagai berikut :
a) Nyeri abdomen yang tidak bisa diterangkan sebabnya
b) Trauma pada bagian bawah dari dada
9

c) Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas


d) Pasien cedera abdominal dengan gangguan kesadaran (obat, alkohol,
cedera otak)
e) Pasien cedera abdominal dan cedera medula spinalis (sumsum tulang
belakang)
f) Patah tulang pelvis
Kontra indikasi relatif melakukan DPL adalah sebagai berikut :
a) Hamil
b) Pernah operasi abdominal
c) Operator tidak berpengalaman
d) Bila hasilnya tidak akan merubah penatalaksanaan
7. Ultrasonografi dan CT Scan
Sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang belum dioperasi dan
disangsikan adanya trauma pada hepar dan retroperitoneum.

G. Penatalaksanaan
a. Penanganan Awal
Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang
mengancam nyawa, harus mengkaji dengan cepat apa yang terjadi di
lokasi kejadian. Paramedik mungkin harus melihat Apabila sudah
ditemukan luka tikaman, luka trauma benda lainnya, maka harus segera
ditangani, penilaian awal dilakuakan prosedur ABC jika ada indikasi. Jika
korban tidak berespon, maka segera buka dan bersihkan jalan napas.
1. Airway, dengan Kontrol Tulang Belakang
Membuka jalan napas menggunakan teknik ‘head tilt chin lift’ atau
menengadahkan kepala dan mengangkat dagu, periksa adakah benda
asing yang dapat mengakibatkan tertutupnya jalan napas. Muntahan,
makanan, darah atau benda asing lainnya.
2. Breathing, dengan Ventilasi Yang Adekuat
10

Memeriksa pernapasan dengan menggunakan cara ‘lihat-dengar-


rasakan’ tidak lebih dari 10 detik untuk memastikan apakah ada napas
atau tidak, Selanjutnya lakukan pemeriksaan status respirasi korban
(kecepatan, ritme dan adekuat tidaknya pernapasan).
3. Circulation,dengan Kontrol Perdarahan Hebat
Jika pernapasan korban tersengal-sengal dan tidak adekuat, maka
bantuan napas dapat dilakukan. Jika tidak ada tanda-tanda sirkulasi,
lakukan resusitasi jantung paru segera. Rasio kompresi dada dan
bantuan napas dalam RJP adalah 15 : 2 (15 kali kompresi dada dan 2
kali bantuan napas).
b. Penanganan awal trauma non- penetrasi (trauma tumpul)
1. Stop makanan dan minuman
2. Imobilisasi
3. Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL)
Dilakukan pada trauma abdomen perdarahan intra abdomen, tujuan
dari DPL adalah untuk mengetahui lokasi perdarahan intra abdomen.
Indikasi untuk melakukan DPL, antara lain:
a) Nyeri abdomen yang tidak bisa diterangkan sebabnya
b) Trauma pada bagian bawah dari dada
c) Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas
d) Pasien cidera abdominal dengan gangguan kesadaran (obat,
alkohol, cedera otak)
e) Pasien cedera abdominalis dan cidera bmedula spinalis (sumsum
tulang belakang)
f) Patah tulang pelvis
Pemeriksaan DPL dilakukan melalui anus, jika terdapt
darah segar dalm BAB atau sekitar anus berarti trauma non-
penetrasi (trauma tumpul) mengenai kolon atau usus besar, dan
apabila darah hitam terdapat pada BAB atau sekitar anus berarti
trauma non-penetrasi (trauma tumpul) usus halus atau lambung.
11

Apabila telah diketahui hasil Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL),


seperti adanya darah pada rektum atau pada saat BAB.
Perdarahan dinyatakan positif bila sel darah merah lebih
dari 100.000 sel/mm³ dari 500 sel/mm³, empedu atau amilase
dalam jumlah yang cukup juga merupakan indikasi untuk cedera
abdomen. Tindakan selanjutnya akan dilakukan prosedur
laparotomi. Kontra indikasi dilakukan Diagnostic Peritoneal
Lavage (DPL), antara lain:
a) Hamil
b) Pernah operasi abdominal
c) Operator tidak berpengalaman
d) Bila hasilnya tidak akan merubah penata-laksanaan

c. Penanganan awal trauma penetrasi (trauma tajam)


a. Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan (pisau atau benda tajam lainnya)
tidak boleh dicabut kecuali dengan adanya tim medis.
b. Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukup dengan melilitkan dengan
kain kassa pada daerah antara pisau untuk memfiksasi pisau sehingga
tidak memperparah luka.
c. Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ tersebut tidak
dianjurkan dimasukkan kembali kedalam tubuh, kemudian organ yang
keluar dari dalam tersebut dibalut kain bersih atau bila ada verban
steril.
d. Imobilisasi pasien
e. Tidak dianjurkan memberi makan dan minum
f. Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka dengan menekan

H. Komplikasi
a. Trombosis Vena
b. Emboli Pulmonar
c. Stress Ulserasi dan perdarahan
12

d. Pneumonia
e. Tekanan ulserasi
f. Atelektasis
g. Sepsis
h. Pankreas : Pankreatitis, Pseudocyta formasi, fistula pancreas-duodenal,
dan perdarahan.
i. Limfa : perubahan status mental, takikardia, hipotensi, akral dingin,
diaphoresis, dan syok.
j. Usus : obstruksi usus, peritonitis, sepsis, nekrotik usus, dan syok.
k. Ginjal : Gagal ginjal akut (GGA)

2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
a. Data subyektif
1. Riwayat penyakit sekarang :
a. Nyeri di RUQ ,hipokondria atau region epigastrik ( cedera  pada
hati)
b. Nyeri pada kuadran kiri atas (LUQ ), tanda Kehr (nyeri pada
kuadran kiri  atas yang menjalar ke bahu kiri) pada cedera limfa
c. Nyeri pada area epigastrik atau bagian belakang, mungkin
asimptomatik kecuali terdapat peritonitis, tanda mungkin tidak
ditemukan sampai 12 jam setelah cedera pada cedera pancreas
d. Nyeri pada abdomen ,mual dan muntah pada cedera usus
e. Mekanisme cedera trauma  tumpul atau tajam
2. Riwayat medis :
a. Kecenderungan terjadi pendarahan
b. Alergi
c. Penyakit liver / hepatomegali pada cedera hati
13

b. Data objektif
a) Data Primer
1. A : Airway
Tidak ada obstruksi jalan nafas
2. B : Breathing (pernapasan)
Ada dispneu, penggunaan otot bantu napas dan napas cuping
hidung.
3. C : Circulation (sirkulasi)
Hipotensi, perdarahan , adanya tanda “Bruit” (bunyi abnormal pd
auskultasi pembuluh darah, biasanya pd arteri karotis), tanda
Cullen, tanda Grey-Turner, tanda Coopernail, tanda
balance.,takikardi,diaforesis
4. D : Disability (ketidakmampuan )
Nyeri, penurunan kesadaran, tanda Kehr
b) Data sekunder
1) E : Exposure
Terdapat jejas ( trauma tumpul atu trauma tajam) pada daerah
abdomen tergantung dari tempat  trauma
2) F : Five intervension / vital sign
Tanda vital : hipotensi, takikardi, pasang monitor jantung, pulse
oksimetri, catat hasil lab abnormal
Hasil lab :
1) Pemeriksaan darah lengkap untuk mencari
kelainan pada darah itu sendiri
2) Penurunan hematokrit/hemoglobin
3) Peningkatan Enzim hati: Alkaline
fosfat,SGPT,SGOT,
4) Koagulasi : PT,PTT
5) MRI
6) Angiografi untuk kemungkinan kerusakan vena
hepatik
14

7) CT Scan
8) Radiograf dada  mengindikasikan peningkatan
diafragma,kemungkinan pneumothorax atau
fraktur  tulang rusuk VIII-X.
9) Scan limfa
10) Ultrasonogram
11) Peningkatan serum atau amylase urine
12) Peningkatan glucose serum
13) Peningkatan lipase serum
14) DPL (+) untuk amylase
15) Penigkatan WBC
16) Peningkatan amylase serum
17) Elektrolit serum
18) AGD
3) G : Give comfort (PQRST) :
1) Nyeri di RUQ ,hipokondria atau region epigastrik( cedera 
pada hati),
2) Nyeri pada kuadran kiri atas (LUQ ) ,Tanda Kehr (nyeri pada
kuadran kiri  atas yang menjalar ke bahu kiri) pada cedera
limfa
3) Nyeri pada area epigastrik atau bagian belakang, mungkin
asimptomatik kecuali terdapat peritonitis,tanda mungkin tidak
ditemukan sampai 12 jam setelah cedera pada cedera pancreas
4) Nyeri pada abdomen
5) Nyeri yang dirasakan sifatnya akut dan terjadi secara
mendadak bisa diakibatkan oleh trauma tumpul atau trauma
tajam.
4) H : Head to toe
1) Inspeksi :
 Adanya ekimosis
 Adanya hematom
15

2) Auskultasi :
 Menurun/tidak adanya suara bising usus
3) Palpasi :
 Pembengkakan  pada abdomen
 Adanya spasme pada abdomen
 Adanya masa pada abdomen
 Nyeri tekan
4) Perkusi :
 Suara dullness
5) I : Inspeksi posterior surface
 Dikaji jika ada yang mengalami cedera pada bagian
punggung (spinal)

B. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit Volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan perdarahan.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera mekanik (trauma
abdomen atau luka penetrasi abdomen)
3. Kerusakan integritas Kulit berhubungan dengan factor mekanik
C. Intervensi Keperawatan
Dx. Keperawatan SLKI SIKI
1 Hipovolemia Setelah dilakukan tindakan keperawatan SIKI : Manajemen Hipovolemia
Berhubungan Dengan ...x.. jam, Tindakan :
Kehilangan Cairan Aktif Ekspektasi : Membaik 1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia
SLKI : Status cairan (misalnya frekuensi nadi meningkat, nadi
Gejala dan Tanda Mayor : Deskripsi Level : teraba lemah, tekanan darah menurun,
Subjektif : tidak tersedia 1. Menurun tekanan nadi menyempit, turgor kulit
Objektif : 2. Cukup menurun menurun, membran mukosa kering,
b. Frekuensi nadi 3. Sedang volume urine menurun, hematokrit
meningkat 4. Cukup meningkat meningkat, haus, dan lemah)
c. Nadi teraba lemah 5. Meningkat 2. Monitor intake dan output cairan
d. Tekanan darah
menurun Kriteria Hasil : Teraupetik:
e. Tekanan nadi 1. Kekuatan nadi 1. Hitung kebutuhan cairan
menyempit 2. Turgor kulit 2. Berikan posisi modified trendelenburg
f. Turgor kulit menurun 3. Output urine 3. Berikan asupan cairan oral

16
g. Membrane mukosa 4. Pengisian vena
kering Edukasi :
h. Volume urine Deskripsi Level 1. Anjurkan memperbanyak asupan cairan
meningkat 1. Memburuk oral
i. Hematocrit meningkat 2. Cukup memburuk 2. Anjurkan menghindari perubahan posisi
3. Sedang mendadak
Gejala dan Tanda Minor 4. Cukup membaik
Subjektif : 5. Membaik Kolaborasi:
a. Merasa lemah 1. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis,
b. Mengeluh haus Kriteria Hasil : misalnya NaCl, RL
Objektif : 1. Frekuensi nadi 2. Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis,
a. Pengisian vena 2. Tekanan darah misalnya glukosa 2,5%, NaCl 0,4%
menurun 3. Tekanan nadi 3. Kolaborasi pemberian cairan koloid,
b. Status mental berubah 4. Membrane mukosa misalnya albumin, plasmanate
c. Suhu tubuh meningkat 5. JVP 4. Kolaborasi pemberian produk darah
d. Konsentrasi urine 6. Kadar Hb
meningkat 7. Kadar Ht
e. Berat badan turun tiba- 8. Intake cairan
tiba 9. Status mental

17
10. Suhu tubuh
Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan intervensi keperawatan SIKI : Manajemen Nyeri
dengan agen cedera fisik selama ... x .. jam diharapkan :
Observasi
SLKI :Tingkat Nyeri
Gejala dan Tanda Mayor 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
Subjektif : mengeluh Dipertahankan ke level frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
nyeri 2. Identifikasi skala nyeri
Ditingkatkan ke level
Objektif : 3. Identifikasi respon nyeri non verrbal
a. Tampak meringis Deskripsi Level : 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
b. Bersikap protektif memperingani nyeri (mis. Suhu ruangan,
1. Meningkat
c. Gelisah pencahayaan, Kebisingan)
2. Cukup Meningkat
d. Frekuensi nadi 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
3. Sedang
meningkat tentang nyeri
4. Cukup Menurun
e. Sulit tidur 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap
5. Menurun
respon nyeri
Dengan Kriteria Hasil :
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
1. Keluhan nyeri hidup
Gejala dan Tanda Minor 2. Meringis 8. Monitor efek samping penggunaan
Subjektif : tidak tersedia 3. Sikap protektif analgetik

18
Objektif : 4. Gelisah 9. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
a. Tekanan darah 5. Kesulitan tidur mengurangi rasa nyeri seperti tehnik
meningkat relaksasi nafas dalam dan relaksasi otot
b. Pola napas SLKI : Kontrol nyeri progresif
berubah
Dipertahankan ke level
c. Nafsu makan
Terapeutik :
berubah Ditingkatkan ke level 4
d. Proses berpikir 1. Kontrol lingkungan yang memperberat
Deskripsi Level :
terganggu rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
e. Menarik diri 1. Menurun pencahayaan, kebisingan)
f. Berfokus pada diri 2. Cukup menurun 2. Fasilitas istirahat dan tidur
sendiri 3. Sedang 3. Pertimbangan jenis dan sumber nyeri
g. diaforesisi 4. Cukup meningkat dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
5. Meningkat
Kriteria Hasil :
Edukasi :
1. Melaporkan nyeri terkontrol
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
2. Kemampuan mengenali onset nyeri
nyeri
3. Kemampuan mengenali penyebab nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
4. Kemampuan menggunakan teknik

19
nonfarmakologi 3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
5. Dukungan orang terdekat 4. Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :

1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

3 Gangguan integritas kulit Setelah dilakukan intervensi keperawatan SIKI :


selama ... x .. jam diharapkan :
berhubungan dengan factor Perawatan Luka
mekani SLKI :Integritas kulit dan jaringan
Ekspektasi : meningkat
Gejala dan Tanda Mayor : Observasi :
Subjektif : tidak tersedia Dipertahankan ke level 1. Monitor karakteristik luka
Objektif : Ditingkatkan ke level 2. Monitor tanda-tanda infeksi
1. kerusakan jaringan Deskripsi Level : Terapeutik
atau lapisan kulit 1. Meningkat 1. Lepaskan balutan dan plester secara
Gejala dan Tanda Minor : 2. Cukup Meningkat perlahan
3. Sedang
Subjektif : tidak tersedia 4. Cukup Menurun 2. Bersihkan dengan cairan NaCl

20
Objektif : 5. Menurun 3. Bersihkan jaringan nekrotik
1. Nyeri 4. Pasang balutan sesuai jenis luka
Dengan Kriteria Hasil :
2. Perdarahan 5. Pertahankan teknik steril saat
1. Kerusakan jaringan
3. Kemerahan melakukan perawatan luka
2. Kerusakan lapisan kulit
4. Hematoma 6. Ganti balutan sesuai eksudat dan
3. Nyeri drainase
4. Perdarahan Edukasi :
5. Kemerahan 1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi

6. Hematoma 2. Anjurkan makanan tinggi kalori dan


protein
7. Pigmentasi abnormal
3. Ajarkan prosedur perawatan luka
8. Jaringan parut
secara mandiri
9. Nekrosis
Kolaborasi :
10. Abrasi kornea Kolaborasi pemberian antibiotik

21
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Trauma abdomen adalah truma yang terjadi pada daerah abdomen
yang meliputi daerah retroperitoneal, pelvis dan organ peritroneal.trauma
abdomen adalah cedera vicera abdominal yang disebabkan karena luka
penetratife atau trauma tumpul. Akibat dari trauma abdomen dapat
berubah perforasi ataupun perdarahan. Kematian pada trauma abdomen
biasanya terjadi akibat sepsis atau perdarahan.
Kecelakaam yang terjadi pada abdomen, umumnya banyak diakibatkan
oleh trauma tumpul. Pada kecelakaan kendaraan bermotor, kecepatan,
deselerasi yang tidak terkontrol merupakan kekuatan yang menyebabkan
trauma ketika tubuh klien terpukul setir mobil atau benda tumpul lainnya.
Trauma akibat benda tajam umumnya disebabkan oleh luka tembak
yang menyebabkan kerusakan yang besar didalam abdomen. Selain luka
tembak, trauma abdomen dapat juga diakibatkan oleh luka tusuk. Akan
tetapi luka tusuk sedikit menyebabkan trauma pada organ internal
diabdomen.
Menurut Musliha 2010, penilaian awal yang dilakukan adalah ABC,
yang meliputi :
a. Airway, dengan cara membuka jalan napas menggunakan metode head
tilt chin lift atau menengadakan kepala dan mengangkat dagu, periksa
apakah ada benda asing yang mengakibatkan tertutupnya jalan nafas,
seperti muntahan, makanan, darah, atau benda asing lainnya.
b. Breathing, dengan cara memeriksa pernapasan dengan cara look,
listen, and feel, selanjutnya periksa status respirasi klien
c. Circulation, jika pernapasan pasien cepat dan tidak adekuat, maka
berikan bantuan pernapasan.

22
B. Saran
Dengan makalah ini diharapkan pembaca dapat mengerti dan
memahami serta menambah wawasan tentang asuhan keperawatan pada
klien dengan trauma abdomen.

22
DAFTAR PUSTAKA

Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan Ed.31. Jakarta: EGC


Carpenito, 1998 Buku saku: Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis,
Edisi 6. Jakarta: EGC
FKUI. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu bedah. Jakarta: Binarupa Aksara
 Hudak & Gallo. 2001. Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik. Jakarta
: EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and Suddarth  
Ed.8 Vol.3. : Jakarta: EGC.
 Suddarth & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta :       
EGC

Tim Pojok SDKI DPP PPNI, 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia

Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pojok SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Tim Pojok SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

23
LEMBAR KONSULTASI

NO. HARI/TANGGAL MASUKKAN PEMBIMBING PARAF

24

Anda mungkin juga menyukai