LP Nifas
LP Nifas
LP Nifas
Oleh:
Hari :
Tanggal :
Disusun oleh:
Disetujui oleh:
( ) ( )
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding uterus. (Sarwono , 2005).
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat
sayatan pada dinding uterus melalui depan perut atau vagina. Atau disebut
juga histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim. (Mochtar, 1998).
Sectio Caesaria adalah tindakan untuk melahirkan janin dengan
berat badan diatas 500 gram melalui sayatan pada dinding uterus yang utuh
(Gulardi &Wiknjosastro, 2006).
B. Etiologi
1. Indikasi Ibu
a) Panggul sempit absolute
b) Placenta previa
c) Ruptura uteri mengancam
d) Partus Lama
e) Partus Tak Maju
f) Pre eklampsia, dan Hipertensi
2. Indikasi Kelainan Letak Janin
a) Letak lintang
Bila terjadi kesempitan panggul, maka sectio caesarea adalah
jalan/cara yang terbaik dalam melahirkan janin dengan segala letak
lintang yang janinnya hidup dan besarnya biasa. Semua primigravida
dengan letak lintang harus ditolong dengan sectio caesarea walaupun
tidak ada perkiraan panggul sempit. Multipara dengan letak lintang
dapat lebih dulu ditolong dengan cara lain.
b) Letak belakang
Sectio caesarea disarankan atau dianjurkan pada letak belakang bila
panggul sempit, primigravida, janin besar.
c) Gawat Janin
d) Janin Besar
3. Kontra Indikasi dilakukanya SC
a) Janin Mati
b) Syok, anemia berat.
c) Kelainan congenital Berat
D. Klasifikasi
1. Abdomen (SC Abdominalis)
1) Sectio Caesarea Transperitonealis
Sectio caesarea klasik atau corporal : dengan insisi memanjang pada
corpus uteri yang mempunyai kelebihan mengeluarkan janin lebih
cepat,tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik, dan
sayatan bias diperpanjang proksimal atau distal. Sedangkan
kekurangan dari cara ini adalah infeksi mudah menyebar secara intra
abdominal karena tidak ada reperitonealisasi yang baik danuntuk
persalinan berikutnya lebih sering terjadi ruptura uteri spontan.
2) Sectio caesarea profunda : dengan insisi pada segmen bawah rahim
dengan kelebihan penjahitan luka lebih mudah, penutupan luka dengan
reperitonealisasi yang baik, perdarahan kurang dan kemungkinan
rupture uteri spontan kurang/lebih kecil. Dan memiliki kekurangan luka
dapat melebar kekiri, bawah, dan kanan sehingga mengakibtakan
pendarahan yang banyak serta keluhan pada kandung kemih.
3) Sectio caesarea ekstraperitonealis
Merupakan sectio caesarea tanpa membuka peritoneum parietalis dan
dengan demikian tidak membuka kavum abdominalis.
2. Vagina (sectio caesarea vaginalis)
Menurut arah sayatan pada rahim, sectio caesaria dapat dilakukan apabila
:
1) Sayatan memanjang (longitudinal)
2) Sayatan melintang (tranversal)
3) Sayatan huruf T (T Insisian)
3. Sectio Caesarea Klasik (korporal)
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-
kira 10cm. berikut adalah Kelebihanya :
1) Mengeluarkan janin lebih memanjang
2) Tidak menyebabkan komplikasi kandung kemih tertarik
3) Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal
Kekurangan :
1) Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak ada
reperitonial yang baik.
2) Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan.
3) Ruptura uteri karena luka bekas SC klasik lebih sering terjadi
dibandingkan dengan luka SC profunda. Ruptur uteri karena luka
bekas SC klasik sudah dapat terjadi pada akhir kehamilan, sedangkan
pada luka bekas SC profunda biasanya baru terjadi dalam persalinan.
4) Untuk mengurangi kemungkinan ruptura uteri, dianjurkan supaya ibu
yang telah mengalami SC jangan terlalu lekas hamil lagi. Sekurang -
kurangnya dapat istirahat selama 2 tahun. Rasionalnya adalah
memberikan kesempatan luka sembuh dengan baik. Untuk tujuan ini
maka dipasang akor sebelum menutup luka rahim.
4. Sectio Caesarea (Ismika Profunda)
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen
bawah rahim kira-kira 10cm
Kelebihan :
1) Penjahitan luka lebih mudah
2) Penutupan luka dengan reperitonialisasi yang baik
3) Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan isi
uterus ke rongga perineum
4) Perdarahan kurang
5) Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptur uteri spontan
lebih kecil
Kekurangan :
1) Luka dapat melebar ke kiri, ke kanan dan bawah sehingga dapat
menyebabkan arteri uteri putus yang akan menyebabkan perdarahan
yang banyak.
2) Keluhan utama pada kandung kemih post operatif tinggi.
E. Pemeriksaan Penunjungan
a. Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari kadar
pra operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan.
b. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
c. Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah
d. Urinalisis / kultur urine
e. Pemeriksaan elektrolit
F. Penatalaksanaan
a. Pemberian cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian
cairan perintavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar
tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh
lainnya. Cairan yang biasa diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi
dan RL secara bergantian dan jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila
kadar Hb rendah diberikan transfusi darah sesuai kebutuhan.
b. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus
lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian
minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 - 10
jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.
c. Mobilisasi
1. Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
2. Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah operasi
3. Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang
sedini mungkin setelah sadar
4. Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit
dan diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
5. Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah
duduk (semifowler)
6. Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan
belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan
sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke5 pasca operasi.
d. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada
penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan.
Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis
operasi dan keadaan penderita.
e. Pemberian obat-obatan
1. Antibiotik
Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda sesuai
indikasi
2. Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
1) Supositoria : ketopropen sup 2x/24 jam
2) Oral : tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
3) Injeksi : penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu
3. Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat
diberikan caboransia seperti neurobian I vit. C
f. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan
berdarah harus dibuka dan diganti
g. Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan
darah, nadi,dan pernafasan.
h. Perawatan Payudara
Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu memutuskan
tidak menyusui, pemasangan pembalut payudara yang mengencangkan
payudara tanpa banyak menimbulkan kompesi, biasanya mengurangi
rasa nyeri.(Manuaba, 1999)
G. Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya
plasenta previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo
pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-
eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut
menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio
Caesarea (SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan
menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan
masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan
fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan
diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan
perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien.
Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi
pada dinding abdomen sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas
jaringan, pembuluh darah, dan saraf - saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini
akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan
menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses pembedahan berakhir,
daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post op, yang bila tidak
dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah resiko infeksi.
SECTIO CAESARE
Kesalahan interpretasi Terbuka post dientri Kuman perdarahan Atonia aliran darah Stagnasi penarikan Reflek batuk Penurunan
Pengeluaran mediator Peristaltic
nyeri Kontraksi berlebihan usus
Kurang pengetahuan Perawatan kurang Trombus vena Akumulasi sekret
tentanf proses
pembedahan Merangsang neuro
Perdarahan meningkat Reflek
reseptor Risiko Emboli Jalan Nafas
Infeksi
Tidak efektif
ANSIETAS Nyeri saat Penumpukan
Resiko syok
beraktivitas hipovolemik gas
CO2 Menurun
dilambung
Kembung
Intoleransi aktivitas
Gg. Rasa
Gg. Pemenuhan nyama
ADL
H. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien dan penanggung jawab
Meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agam, alamat, status perkawinan,
ruang rawat, nomor medical record, diagnosa medik, yang mengirim, cara masuk, alasan
masuk, keadaan umum tanda vital.
b. Keluhan utama
c. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya bagi klien multipara
d. Data Riwayat penyakit
a) Riwayat kesehatan sekarang.
Meliputi keluhan atau yang berhubungan dengan gangguan atau penyakit dirasakan saat
ini dan keluhan yang dirasakan setelah pasien operasi.
b) Riwayat Kesehatan Dahulu
Meliputi penyakit yang lain yang dapat mempengaruhi penyakit sekarang, Maksudnya
apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama (Plasenta previa).
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi penyakit yang diderita pasien dan apakah keluarga pasien ada juga mempunyai
riwayat persalinan plasenta previa.
e. Keadaan klien meliputi :
a) Sirkulasi
Hipertensi dan pendarahan vagina yang mungkin terjadi. Kemungkinan kehilangan darah
selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 mL
b) Integritas ego
Dapat menunjukkan prosedur yang diantisipasi sebagai tanda kegagalan dan atau refleksi
negatif pada kemampuan sebagai wanita. Menunjukkan labilitas emosional dari
kegembiraan, ketakutan, menarik diri, atau kecemasan.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator nyeri (histamin, prostaglandin) akibat
trauma jaringan dalam pembedahan (section caesarea)
b. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang prosedur pembedahan,
penyembuhan dan perawatan post operasi.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring ditandai dengan mengeluh lelah
d. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan kurang pengendalian situasional / lingkungan
ditandai dengan kehamilan
c) Intoleransi aktivitas
Terapi Aktivitas
Observasi:
1) Identifikasi defisit tingkat aktivitas
2) Identifikasi strategi meningkat kan partisipasi daam aktivitas
3) Identifikasi sumber daya untuk aktivitas yang diinginkan
Terapeutik:
1) Fasilitasi makna aktivitas yang dipilih
2) Tingkatkan aktivitas fisik untuk memelihara berat badan, jika perlu
3) Libatkan keluarga dalam aktivitas, jika perlu
4) Fasilitasi pengembangan motivasi dan penguatan diri
5) Jadwalkan aktivitas dalam rutinitas sehari-hari
Edukasi:
1) Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari, jika perlu
2) Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih
3) Anjurkan melakukan fisik, sosial, spiritual, dan kognitif dalam menjaga fungsi dan
kesehatan
d) Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan kurang pengendalian situasional / lingkungan
ditandai dengan kehamilan
Perawatan Kenyamanan
Observasi:
1. Identifikasi gejala yang tidak menyenangkan (mis. nyeri)
2. Identifikasi masalah emosional dan spiritual
Terapeutik:
1) Berikan posisi nyaman
2) Berikan kompres dingin atau hangat
3) Ciptakan lingkungan yang nyaman
4) Berikan Pemijatan
5) Dukung keluarga dan pengasuh terlibat dalam terapi/ pengobatan
6) Diskusikan mengenai situasi dan pilihan terapi/ pengobatan yang diinginkan
Edukasi:
1) Jelaskan mengenai kondisi dan pilihan terapi/ pengoatan
2) Ajarkan terapi relaksasi
3) Ajarkan latihan pernafasan
4) Ajarkan teknik distraksi dan imajinasi terbimbing
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
I. IDENTITAS
Nama klien : Ny. L Nama suami : Tn. V
Umur : 26 tahun Umur : 30 tahun
Suku/bangsa : Jawa / WNI Suku/bangsa : Jawa / WNI
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta
Alamat : Klanggri 3/6 sidokerto Alamat : Buduran
Status perkawinan : Kawin
Saat Pengkajian :
Pasien mengatakan nyeri pada jalan lahir akibat bekas jahitan, nyeri seperti ditusuk-tusuk dan tidak
menyebar dengan skala nyeri 6 dari 1 – 10 dan nyeri hilang timbul.
V. RIWAYAT OBSTETRI
1. Riwayat Menstruasi
Menarche : umur 12 th HPHT : 14 April 2020
Banyaknya : ¹/² peembalut Siklus : teratur ( ) tidak ()
Warna : darah merah segar Lamanya : ± 5 hari
Bentuk haid : encer
Bau haid : anyir
Keluhan : Dismenorhoe, PMS
Lainnya.......................
2. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas Yang Lalu
Anak ke Kehamilan Persalinan Komplikasi nifas Anak Keadaan
No. Th UK Penyulit Jenis Penolong Penyulit Laserasi Infeksi Perd JK BB P anak
arah J sekarang
an
1 - 2 abort Dokter - - - - - - - Meninggal
bln us
Bln
5. Riwayat Nifas
Tanggal 06 januari 2021 Jam 10.15
Involutio :
- TFU : 2 jari dibawah pusat
- Kontraksi : baik
Lochea :
- Warna : merah segar
- Jumlah : kurang lebih 1 pembaut besar
- Jenis : lochea rubia
Laktasi :
- Kolostrum : sudah keluar
- ASI : Keluar
Keluhan Lain : tidak ada
7. Riwayat KB
Melaksanakan KB : () ya ( ) tidak
Bila ya jenis kontrasepsi apa yang digunakan : Suntik 3 bulan
Sejak kapan menggunakan kontrasepsi : 4 tahun
Masalah yang terjadi : Tidak ada masalah
VI. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
1. Keturunan kembar : tidak
2. Penyakit menular / keturunan : tidak ada
3. Genogram :
Keterangan:
X
= laki-laki
X
= Perempuan
= Meninggal
= pasien
= Tinggal serumah
a. Tanda-tanda Vital :
- Suhu : 36,6 ° C
- TD : 130/80 mmHg
- RR : 19 x/m
- N : 86x/m
b. Pemeriksaan Kepala dan Leher :
- Kepala-rambut: kepala berbetuk lonjong, tidak ada benjolan, tidak rontok dan
bersih
- Wajah : tidak ada lesi, tidak ada kelainan pada wajah, senyum simetris
- Mata : simetris, reflek mata baik, kongtiva anemis, sclera anikterik
- Telinga: telinga simetris, bentuk telinga normal, lubang telinga terbuka, dan
merespon terhadap suara dengan baik
- Mulut/faring : posisi mulut simetris, gerakan bibir simetris
- Leher : bentuk leher simetris, tidak ada masa dan lesi, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid
c. Pemeriksaan Integumen :
- Warna : sawo matang
- Turgor : baik
- Tekstur/kekenyalan : baik
- Kelembaban : baik
- Kelainan pada kulit : tidak ada
d. Dada/thorax :
- Paru :
Inspeksi
Bentuk dada simetris,
Palpasi
Tidak ada nyeri tekan, kesimetrisan ekspansi paru
Perkusi
Dalam batas normal
Auskultasi
Suara napas vesikuler, tidak ada suara tambahan,
- Jantung :
Inspeksi
Tidak ada pembengkakan vena jugularis
Palpasi
Tidak ada kelaian pada jantung, detak jantung dalam batas normal, tidak
ada pembengkakan
Perkusi
Dalam batas normal
Auskultasi
Dalam batas normal
e. Payudara :
- Inspeksi : tidak ada pembengkakan, bentuk simetris.
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan.
- Produksi ASI (kolostrum) : keluar
- Keluhan : tidak ada
f. Pemeriksaan abdomen :
- Inspeksi : tidak ada distensi, tidak ada benjolan, bentuk perut
buncit, adanya striae, adanya linea nigra
- Palpasi : TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus teraba
keras.
- Auskultasi : bising usus 15x/menit dan dalam batas normal
- Keluhan : nyeri bila bergerak
g. Pemeriksaan genetalia :
- Inspeksi : tidak bengkak, tidak kemerahan, tidak ada hemoroid
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
Malang, .....................
Pemeriksa
(...............................)
ANALISA DATA
DO:
CO2 menurun
- k/u : Lemas
Perubahan fungsi jaringan
- TTV:
TD: 140/90 mmHg muskuloskeletal
RR: 18 x/menit
N: 82x/menit
RR: 18 x/menit
S: 36,8 C
NO REG :
Observasi:
4) Identifikasi defisit
tingkat aktivitas
5) Identifikasi strategi
meningkat kan
partisipasi daam
aktivitas
6) Identifikasi sumber
daya untuk aktivitas
yang diinginkan
Terapeutik:
6) Fasilitasi makna
aktivitas yang dipilih
7) Tingkatkan aktivitas
fisik untuk
memelihara berat
badan, jika perlu
8) Libatkan keluarga
dalam aktivitas, jika
perlu
9) Fasilitasi
pengembangan
motivasi dan
penguatan diri
10) Jadwalkan
aktivitas dalam
rutinitas sehari-hari
Edukasi:
4) Jelaskan metode
aktivitas fisik sehari-
hari, jika perlu
5) Ajarkan cara
melakukan aktivitas
yang dipilih
6) Anjurkan melakukan
fisik, sosial, spiritual,
dan kognitif dalam
menjaga fungsi dan
kesehatan
2 11 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
januari berhubungan keperawatan selama 1x24 jam Observasi
2021
agen pencedera diharapkan nyeri pasien berkurang. 1) Indentifikasi lokasi,
fisik ditandai karakteristik, durasi,
dengan kondisi frekuensi, kualitas,
pembedahan. Kriteria 1 2 3 4 5 intensitas nyeri
hasil 2) Indentifikasi skala
nyeri
Keluhan 3) Indentifikasi faktor
nyeri ynag mempeberat
nyeri dan
Meringis
memperingan nyeri
Sikap 4) Monitor efek
protektif samping
penggunaan
Gelisah
analgetik.
Terapeutik
1) Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2) Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3) Anjurkan memonitor
nyeri secara online
4) Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
nyeri
Kolaborasi
1) Kolaborasi
pemberiananagetik
(jika perlu)
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
O: k/u cukup
N: 82x/m
S: 36,6 °C
RR: 18x/m
N: 82x/m
S: 36,6 °C
RR: 18x/m
No No DX TGL S O A P I E
1 1 13 Pasien k/u cukup Intolera Setelah dilakukan tindakan - Mwngidentifikasi S: Pasien mengatakan
januari mengatakan nsi keperawatan 1x24 jam gangguan fungsi tubuh sakit untuk bergerak
2021 Kes: compos diharapkan pasien mampu yang mengakibatkan
sakit untuk Aktivita sudah berkurang dan
mentis beraktivitas kembali dengan kelelahan
bergerak s kriteria hasil - Memonitor kelelahan fisik sudah bisa miring kiri
sudah TD: 130/80 berhub dan emosional dan kanan
1. Lesu (menurun) - Memonitor pola dan jam
berkurang dan mmHg ungan 2. Sakit tenggorokan
tidur
(menurun)
sudah bisa agen - Memonitor lokasi dan
N: 86x/m 3. Selera makan
miring kiri dan Tirah (membaik) ketidaknyamanan selama O: k/u cukup
4. Pola istirahat (membaik) melakukan aktivitas
kanan. S: 36,6 °C baring
- Mengidentifikasi defisit Kes: compos mentis
ditandai tingkat aktivitas
RR: 18x/m Manajemen Energi
dengan - Mengidentifikasi defisit TD: 130/80 mmHg
ganggu Observasi: tingkat aktivitas
TFU 2 jam
1) Identifikasi gangguan - Mengidentifikasi strategi N: 86x/m
dibawah pusat, an
fungsi tubuh yang meningkat kan partisipasi
nyeri bekas SC
muskul mengakibatkan daam aktivitas S: 36,6 °C
sudah
oskelet kelelahan - Mengdentifikasi sumber
berkurang,
2) Monitor kelelahan fisik daya untuk aktivitas yang RR: 18x/m
mampu berjalan as
dan emosional diinginkan
ke kamar mandi
3) Monitor pola dan jam TFU 2 jam dibawah
tidur pusat, nyeri bekas SC
4) Monitor lokasi dan - Menyediakan lingkungan sudah berkurang,
ketidaknyamanan nyaman dan rendah mampu berjalan ke
selama melakukan stimulus
aktivitas - Melakukan latihan gerak kamar mandi
Terapeutik: rentang pasif atau aktif
2) Sediakan lingkungan - Memfasilitasi duduk di sisi
nyaman dan rendah tempat tidur, jika tidak
A: masalah teratasi
stimulus dapat berpindah atau
3) Lakukan latihan gerak berjalan. intervensi dihentikan
rentang pasif atau aktif - Memfasilitasi makna
4) Fasilitasi duduk di sisi aktivitas yang dipilih
tempat tidur, jika tidak - Meniingkatkan aktivitas
dapat berpindah atau fisik untuk memelihara P: setelah dilakukan
berjalan. berat badan, jika perlu yindakan keperawatan
Edukasi: - Meliibatkan keluarga
1x24 jam nyeri
1) Anjurkan tirah baring dalam aktivitas, jika perlu
2) Anjurkan melakukan - Memfasilitasi berkurang
aktivitas secara pengembangan motivasi
bertahap dan penguatan diri
3) Anjurkan menghubungi - Menjadwalkan aktivitas
perawat jika tanda dan dalam rutinitas sehari-hari
gejala kelelahan tidak - Menganjurkan tirah baring
berkurang - Menganjurkan melakukan
4) Ajarkan strategi koping aktivitas secara bertahap
untuk mengurangi stress - Melakukan kolaborasi
Kolaborasi: dengan ahli gizi tentang
Kolaborasi dengan ahli gizi cara meningkatkan
tentang cara meningkatkan asupan makanan
asupan makanan.
Terapi Aktivitas
Observasi:
1) Identifikasi defisit tingkat
aktivitas
2) Identifikasi strategi
meningkat kan
partisipasi daam
aktivitas
3) Identifikasi sumber daya
untuk aktivitas yang
diinginkan
Terapeutik:
b. Fasilitasi makna aktivitas
yang dipilih
c. Tingkatkan aktivitas fisik
untuk memelihara berat
badan, jika perlu
d. Libatkan keluarga dalam
aktivitas, jika perlu
e. Fasilitasi
pengembangan motivasi
dan penguatan diri
f. Jadwalkan aktivitas
dalam rutinitas sehari-
hari
Edukasi:
1) Jelaskan metode
aktivitas fisik sehari-hari,
jika perlu
2. Ajarkan cara melakukan
aktivitas yang dipilih
3. Anjurkan melakukan
fisik, sosial, spiritual, dan
kognitif dalam menjaga
fungsi dan kesehatan
2 2 13 Klien k/u cukup Nyeri Setelah dilakukan tindakan - Mengindentifikasi lokasi, S: Klien mengatakan
januari mengatakan akut keperawatan 1x3 jam karakteristik, durasi, nyeri pada jalan lahir
Kes: compos
2021 nyeri pada berhub diharapkan nyeri pasien frekuensi, kualitas, akibat bekas SC dan
mentis
jalan lahir ungan berkurang atau hilang intensitas nyeri jahitan, nyeri seperti
akibat bekas TD: 140/90 agen dengan kriteria hasil - Mengindentifikasi skala ditusuk-tusuk dan tidak
SC dan mmHg penced nyeri menyebar dengan skala
1. Keluhan nyeri (menurun)
jahitan, nyeri era fisik - Mengindentifikasi faktor nyeri 3 dari 1 – 10 dan
N: 84x/m 2. meringis (menurun)
seperti ditandai ynag mempeberat ny0eri nyeri hilang timbul
3. sikap protektif (menurun)
ditusuk-tusuk dengan dan memperingan nyeri
4. gelisah (menurun)
dan tidak S: 36,7 °C kondisi - Memonitor efek samping
menyebar pembe penggunaan analgetik.
RR: 18x/m Manajemen Nyeri O: k/u cukup
dengan skala dahan. - Memberikan teknik
Observasi
nyeri 2 dari 1 – TFU 2 jam nonfarmakologis untuk Kes: compos mentis
1. Indentifikasi lokasi,
10 dan nyeri dibawah pusat mengurangi rasa nyeri.
karakteristik, durasi, TD: 140/90 mmHg
hilang timbul. - Mengontrol lingkungan
Tidak ada frekuensi, kualitas,
yang memoerberat rasa N: 84x/m
tanda-tanda intensitas nyeri
nyeri
infeksi 2. Indentifikasi skala nyeri S: 36,7 °C
- Menfasilitas istrahat dan
3. Indentifikasi faktor ynag
tidur RR: 18x/m
mempeberat nyeri dan
- Menjelaskan penyebab,
memperingan nyeri TFU 2 jam dibawah
periode, dan pemicu nyeri
4. Monitor efek samping pusat
- Menjelaskan strategi
penggunaan analgetik.
meredakan nyeri Tidak ada tanda-tanda
Terapeutik
- Menganjurkan memonitor infeksi
1. Berikan teknik nyeri secara online
nonfarmakologis untuk - Mengajarkan teknik
mengurangi rasa nyeri. nonfarmakologis untuk A: masalah teratasi
2. kontrol lingkungan yang mengurangi nyeri intervensi dihentikan
memoerberat rasa nyeri
3. Fasilitas istrahat dan - Melakukan kolaborasi
tidur pemberian anagetik (jika
P: setelah dilakukan
Edukasi perlu)
yindakan keperawatan
1. Jelaskan penyebab, 1x3 jam nyeri bekas SC
periode, dan pemicu berkurang
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor
nyeri secara online
4. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi
pemberiananagetik (jika
perlu)