LP CA Laring

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN CA LARING

I. Konsep penyakit Ca Laring


1.1 Definisi penyakit Ca Colon
Laring adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan
trakea. Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya
vokalisasi. Laring juga melindungi jalan napas bawah dari obstruksi benda
asing dan memudahkan batuk.

Kanker merupakan massa jaringan abnormal tumbuh terus menerus, tidak


pernah mati, tumbuh dan tidak terkoordinasi dengan jaringan lain,
akibatnya merugikan tubuh dimana ia tumbuh. (Brunner and Suddarth,
2001).

Kanker laring adalah keganasan pada pita suara, kotak suara (laring) atau
daerah lainnya di tenggorokan (Erfansah . 2010). Kanker laring
merupakan tumor ganas ketiga menurut jumlah tumor ganas di bidang
THT dan lebih banyak terjadi pada pria berusia 50-70 tahun. Yang
tersering adalah jenis karsinoma sel skuamosa (Kepacitan. 2010).

I.2 Etiologi Ca Laring


Kanker laring (pita suara) biasanya lebih banyak ditemukan pada pria dan
berhubungan dengan rokok serta pemakaian alkohol. Adapun penyebab
lain biasanya tidak dapat diketahui secara pasti karena penyebab kanker
dapat merupakan gabungan dari sekumpulan faktor, genetik dan
lingkungan. Namun ada beberapa faktor yang diduga meningkatkan resiko
terjadinya kanker, sebagai berikut
1. Faktor Lingkungan
Merokok sigaret meningkatkan resiko terjadinya kanker paru paru,
mulut, laring (pita suara), dan kandung kemih darah, seperti Leukemia.
2. Faktor makanan yang mengandung bahan kimia
Makanan juga dapat menjadi faktor risiko penting lain penyebab
kanker, terutama kanker pada saluran pencernaan. Contoh jenis
makanan yang dapat menyebabkan kanker adalah Makanan yang diasap
dan diasamkan (dalam bentuk acar) meningkatkan resiko terjadinya
kanker lambung. Minuman yang mengandung alkohol menyebabkan
berisiko lebih tinggi terhadap kanker kerongkongan. Zat pewarna
makanan. Logam berat seperti merkuri yang sering terdapat pada

1
makanan laut yang tercemar seperti: kerang, ikan. Berbagai makanan
(manis,tepung) yang diproses secara berlebihan.
3. Virus
Virus yang dapat dan dicurigai menyebabkan kanker laring antara lain
Virus Epstein Bar (di Afrika) menyebabkan Limfoma Burkitt,
sedangkan di China virus ini menyebabkan kanker hidung dan
tenggorokan. Ini terjadi karena faktor lingkungan dan genetic.

Belum diketahui secara pasti, adapun faktor predisposisi yang dapat


menyebabkan tumor laring adalah:
Rokok
Alkohol
Terpapar oleh sinar radioaktif
Infeksi kronis (Herves simpleks).

I.3 Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala yang sering muncul antara lain:
a. Suara serak
b. Sesak nafas dan stridor
c. Rasa nyeri di tenggorok
d. Disfagia
e. Batuk dan heamoptisis
f. Pembengkakan pada leher

1.4 Patofisiologi Ca Laring


Karsinoma laring banyak dijumpai pada usia lanjut diatas 40 tahun.
Kebanyakan pada orang laki-laki.Hal ini mungkin berkaitan dengan
kebiasaan merokok, bekerja dengan debu serbuk kayu, kimia toksik atau
serbuk, logam berat. Bagaimana terjadinya belum diketahui secara pasti
oleh para ahli. Kanker kepala dan leher menyebabkan 5,5% dari semua
penyakit keganasan. Terutama neoplasma laringeal 95% adalah
karsinoma sel skuamosa. Bila kanker terbatas pada pita suara (intrinsik)
menyebar dengan lambat. Pita suara miskin akan pembuluh limfe
sehingga tidak terjadi metastase kearah kelenjar limfe. Bila kanker
melibatkan epiglotis (ekstrinsik) metastase lebih umum terjadi.Tumor
supraglotis dan subglotis harus cukup besar, sebelum mengenai pita suara
sehingga mengakibatkan suara serak. Tumor pita suara yang sejati terjadi
lebih dini biasanya pada waktu pita suara masih dapat digerakan

2
Berdasarkan UICC (Union International Centre le Cancer) atau AJCC
(American Joint Committe on Cancer) 1995, dalam Lee (2003) dan
Probst et al (2006) klasifikasi tumor ganas laring adalah sebagai berikut :
Tumor Primer (T)
Supraglottis:
Tis : Karsinoma insitu
T1 : Tumor terbatas pada satu sisi supraglottis dengan gerakan
(mobilitas) pita suara masih normal.
T2 : Tumor menginvasi mukosa lebih dari satu sisi supraglottis tanpa ada
fiksasi dari laring.
T3 : Tumor terbatas pada laring dengan fiksasi pita suara dan/ atau telah
menginvasi area postcricotiroid, jaringan pre-epiglottis dan bagian dasar
lidah.
T4 : Tumor telah menginva si tulang rawan t iroid dan/ atau meluas
kedalam jaringan lunak leher, tiroid dan/ atau esofagus.
Glottis
Tis : Karsinoma insitu
T1 : Tumor terbatas pada pita suara (bisa melibatkan komisura anterior
ataupun posterior), mobilitas pita suara normal.
T1a : Tumor terbatas pada satu pita suara.
T1b : Tumor melibatkan kedua pita suara
T2 : Tumor meluas sampai ke supraglottis dan/ atau subglottis dan/ atau
dengan gangguan mobilitas pita suara.
T3 : Tumor terbatas pada laring dengan fiksasi pita suara.
T4 : Tumor menginvasi tulang rawan tiroid dan/ atau meluas ke jaringan
lain selain laring: trakea, jaringan lunak leher, tiroid, faring.
Subglottis
Tis : Karsinoma insitu
T1 : Tumor terbatas pada subglotis.
T2 : Tumor meluas ke pita suara dengan mobilitas normal atau terdapat
gangguan.
T3 : Tumor terbatas pada laring dengan fiksasi pita suara.
T4 : Tumor menginvasi krikoid atau tulang rawan tiroid dan/ atau meluas
ke jaringan lain selain laring: trakea, jaringan lunak leher, tiroid,
esophagus.

I.4 Pemeriksaan Penunjang


Laringoskop; Untuk menilai lokasi tumor, penyebaran tumor
Foto thoraks; Untuk menilai keadaan paru, ada atau tidaknya proses
spesifik dan metastasis di paru CT-Scan; Memperlihatkan keadaan
tumor/penjalaran tumor pada tulang rawan tiroid dan daerah pre-epiglotis
serta metastasis kelenjar getah bening leher Biopsi laring; Untuk

3
pemeriksaan patologi anatomik dan dari hasil patologi anatomik yang
terbanyak adalah karsinoma sel skuamos

I.5 Komplikasi pada Ca Laring


Komplikasi kanker laring menggambarkan modalitas terapi yang
digunakan. Adapun komplikasi tersebut diantaranya (Concus et al, 2008):
a. Gangguan vokal
b. Gangguan menelan
c. Kehilangan penciuman dan perasa
d. Timbulnya fistula
e. Gangguan saluran nafas
f. Kerusakan saraf cranial
g. Kerusakan vaskular
h. Fibrosis jaringan
i. Hipotiriodisme
j. Komplikasi lain seperti hematom dan infeksi.
I.6 Penatalaksanaan pada Ca Laring
Stadium I dikirim untuk radiasi, stadium 2 dan 3 untuk operasi dan
stadium 4 operasi dengan rekonstruksi atau radiasi

Terapi Radiasi; Pada pasien yang hanya mengalami satu pita suara yang
sakit dan normalnya dapat digerakkan. Terapi radiasi juga dapat
digunakan secara proferatif untuk mengurangi ukuran tumor
Operasi : Laringektomi
Laringektomi Parsial: direkomendasikan pada kanker area glottis tahap
dini ketika hanya satu pita suara yang terkena Leringektomi Supraglotis:
digunakan untuk tumor supraglotis Laringektomi hemivertikal:
dilakukan jika tumor meluas diluar pita suara, tetapi perluasan tersebut
kurang dari 1 cm dan terbatas pada area subglotis.
Laringektomi Total : dilakukan ketika tumor meluas diluar pita suara
Pemakaian Sitostatika belum memuaskan,biasanya jadwal pemberian
sitostatika tidak sampai selesai karena keadaan umum memburuk
Rehabilitasi khusus (voice rehabilitation), agar pasien dapat berbicara/
bersuaran sehingga dapat berkomunikasi secara verbal. Rehabilitasi
suara dapat dilakukan dengan pertolongan alat bantu suara yakni
semacam vibrator yang ditempelkan di daerah sub mandibula, ataupun
dengan suara yang dihasilkan dari esophagus (esophangeal speech)
melalui proses belajar.

4
I.7 Pathway

Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Vol 2.Edisi 8.Jakarta : EGC

5
II. Rencana Asuhan Keperawatan dengan gangguan Ca Laring
2.1 Pengkajian
a. Faktor herediter atau riwayat kanker pada keluarga misal ibu atau
nenek dengan riwayat kanker payudara
b. Lingkungan yang berpengaruh seperti iritasi bahan kimia, asap sejenis
kayu tertentu.
c. Kebiasaan memasak dengan bahan atau bumbu masak tertentu dan
kebiasaan makan makanan yang terlalu panas serta makanan yang
diawetkan ( daging dan ikan).
d. Golongan sosial ekonomi yang rendah juga akan menyangkut keadaan
lingkungan dan kebiasaan hidup.

II.2Pemeriksaan penunjang
Laringoskop
Untuk menilai lokasi tumor, penyebaran tumor.
Foto thorak
Untuk menilai keadaan paru, ada atau tidaknya proses spesifik dan
metastasis di paru.
CT-Scan
Memperlihatkan keadaan tumor/penjalaran tumor pada tulang rawan tiroid
dan daerah pre-epiglotis serta metastasis kelenjar getah bening leher.
Biopsi laring
Untuk pemeriksaan patologi anatomik dan dari hasil patologi anatomik
yang terbanyak adalah karsinoma sel skuamosa

II.3Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa 1 : bersihan jalan nafas tidak efektif
II.3.1 Batasan karakteristik
Subjective
Dispne
Objektif
Penurunan suara nafas
Orthopneu
Cyanosis
Kelainan suara nafas (rales, wheezing)
Kesulitan berbicara
Batuk, tidak efekotif atau tidak ada
Produksi sputum
Gelisah
Perubahan frekuensi dan irama nafas

II.3.2 Faktor yang berhubungan

6
Infeksi, disfungsi neuromuskular, hiperplasia dinding bronkus,
alergi jalan nafas, asma, trauma
Obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas, sekresi tertahan,
banyaknya mukus, adanya jalan nafas buatan, sekresi bronkus,
adanya eksudat di alveolus, adanya benda asing di jalan nafas.

Diagnosa 2: Gangguan Pola Tidur


II.3.3 Batasan Krakteristik
Subjectif
Bangun lebih awal/lebih lambat
Secara verbal menyatakan tidak fresh sesudah tidur
Objektif
Penurunan kemempuan fungsi
Penurunan proporsi tidur REM
Penurunan proporsi pada tahap 3 dan 4 tidur.
Peningkatan proporsi pada tahap 1 tidur
Jumlah tidur kurang dari normal sesuai usia

II.3.4 faktor yang berhubungan


Psikologis : usia tua, kecemasan, agen biokimia, suhu tubuh, pola
aktivitas, depresi, kelelahan, takut, kesendirian.
Lingkungan : kelembaban, kurangnya privacy/kontrol tidur,
pencahayaan, medikasi (depresan, stimulan),kebisingan.
Fisiologis : Demam, mual, posisi, urgensi urin.

II.4 perencanaan
Diagnosa 1 : bersihan jalan nafas tidak efektif
II.4.1 tujuan kriteria hasil
Respiratory status : Ventilation
Respiratory status : Airway patency
Aspiration Control
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ..pasien
menunjukkan keefektifan jalan nafas dibuktikan dengan kriteria
hasil:
Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih,
tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum,
bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik,
irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada
suara nafas abnormal)
Mampu mengidentifikasikan dan mencegah faktor yang penyebab.
Saturasi O2 dalam batas normal
Foto thorak dalam batas normal

7
II.4.2 intervensi keperawatan dan rasional berdasarkan NIC
Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning.
Berikan O2 l/mnt, metode
Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Lakukan fisioterapi dada jika perlu
Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
Berikan bronkodilator
Monitor status hemodinamik
Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
Berikan antibiotik
Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
Monitor respirasi dan status O2
Pertahankan hidrasi yang adekuat untuk mengencerkan secret
Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang penggunaan peralatan :
O2, Suction, Inhalasi.

Dignosa 2 : gangguan pola tidur.


II.4.3 tujuan kriteria hasil
tujuan :
Anxiety Control
Comfort Level
Pain Level
Rest : Extent and Pattern
Sleep : Extent ang Pattern
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama . gangguan
pola tidur pasien teratasi dengan kriteria hasil:
Jumlah jam tidur dalam batas normal
Pola tidur,kualitas dalam batas normal
Perasaan fresh sesudah tidur/istirahat
Mampu mengidentifikasi hal-hal yang meningkatkan tidur.

II.4.4 intervensi keperawatan


Sleep Enhancement
Determinasi efek-efek medikasi terhadap pola tidur
Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
Fasilitasi untuk mempertahankan aktivitas sebelum tidur
(membaca)
Ciptakan lingkungan yang nyaman
Kolaburasi pemberian obat tidur

8
III. Daftar Pustaka
Carpenito Lynda Juall. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan dan
Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2.Jakarta : EGC

Doenges. E. Marilyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta :


EGC

Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Vol 2.Edisi 8.Jakarta


: EGC

Banjarmasin, Januari 2017

Preceptor Akademik Preseptor Klinik

( ) ` ( )
.

Anda mungkin juga menyukai