Bab I Farfis

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ahli farmasi dituntut untuk pengetahuannya dalam bidang farmakologi, kimia
organic, biokimia dan pengetahuan ilmiah mengenai sifat-sifat fisika dan kimia dari
produk obat baru yang dibuat dan diencerkan. Pengetahuan kelarutan untuk ahli
farmasi sangat penting sebab dapat membantu dalam memilih medium pelarut yang
paling baik untuk obat atau kombinasi obat, dapat bertindak sebagai standar atau uji
kemurnian.
Salah satu sifat fisika obat yang mempengaruhi bioavaibilitas dari sediaan farmasi
adalah bobot jenis dan rapat jenis, dimana bobot jenis suatu zat berbeda dengan bobot
jenis zat yang lainnya. Kelarutan suatu senyawa tergantung pada sieat fisika dan
kimia zat terlarut dan pelarut, juga tergantung pada faktor temperatur, tekanan, ph
larutan dan untuk jumlah yang lebih kecil, tergantung pada hal terbaginya zat-zat
terlarut.
Bobot jenis merupakan besaran yang menyatakan perbandingan antara massa (g)
dengan volume (ml), jadi satuan bobot jenis adalah g/ml. Sedangkan rapat jenis
adalah perbandingan antara bobot jenis sampel dengan bobot jenis air suling, jadi
rapat jenis tidak memiliki satuan. Dengan mengetahui bobot jenis suatu zat, maka kita
dapat melakukan pemeriksaan identitas, konsentrasi dan kemurnian senyawa aktif.
Berat jenis didefinisikan sebagai perbandingan kerapatan dari suatu zat terhadap
kerapatan air, harga kedua zat itu ditentukan pada temperatur yang sama, jika tidak
dengan cara lain yang khusus. Istilah berat jenis, dilihat dari definisinya, sangat
lemah; akan lebih cocok apabila dikatakan sebagai kerapatan relatif.
Kerapatan dan berat jenis. Ahli farmasi sering kali mempergunakan besaran
pengukuran ini apabila mengadakan perubahan antara massa dan volume. Kerapatan
adalah turunan besaran karena menyangkut satuan massa dan volume. Batasannya
adalah massa per satuan volume pada temperatur dan tekanan tertentu, dan
dinyatakan dalam sistem cgs dalam gram per sentimeter kubik (gram/cm3) (Martin,
1993).

1
Cara penentuan bobot jenis ini sangat penting diketahui oleh seorang calon
farmasis, karena dengan mengetahui bobot jenis kita dapat mengetahui kemurnian
dari suatu sediaan khususnya yang berbentuk larutan. Air digunakan untuk standar
untuk zat cair dan padat, hidrogen atau udara untuk gas.
Dalam farmasi, perhitungan berat jenis terutama menyangkut cairan, zat padat dan
air merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan sebagai standar karena mudah
didapat dan mudah dimurnikan. Disamping itu dengan mengetahui bobot jenis suatu
zat, maka akan mempermudah dalam memformulasi obat. Karena dengan mengetahui
bobot jenisnya maka kita dapat menentukan apakah suatu zat dapat bercampur atau
tidak dengan zat lainnya. Dengan mengetahui banyaknya manfaat dari penentuan
bobot jenis dan kerapatan maka percobaan ini dilakukan. 
1.2 Maksud Percobaan
Maksud percobaan ini yaitu untuk mengetahui dan mempelajari cara penentuan
kerapatan dan bobot jenis zat dengan menggunakan metode piknometer.
1.3 Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui bobot jenis dan kerapatan jenis minyak zaitun dengan
menggunakan alat piknometer.
1.4 Prinsip Percobaan
Menetapkan massa dan bobot jenis dengan cara memasukkan minyak zaitun ke
dalam alat yang akan digunakan yaitu piknometer, kemudian dihitung bobot 
jenisnya.
.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA\

2.1 Teori
2.2.1 Pengertian Bobot Jenis dan Rapat Jenis
Bobot jenis merupakan perbandingan massa dari suatu zat terhadap Kerapatan
air, harga kedua zat itu harus ditentukan pada temperatur yang sama, Jika tidak
dengan cara lain yang khusus. Bobot jenis dapat ditentukan dengan Menggunakan
berbagai jenis piknometer, hidrometer dan alat-alat lain (Sinko, 2006).
Bobot jenis adalah rasio bobot suatu zat terhadap bobot zat baku yang
volumenya sama pada suhu yang sama dan dinyatakan dalam desimal. Penting untuk
membedakan antara kerapatan dan bobot jenis. Kerapatan adalah massa per satuan
volume, yaitu bobot zat per satuan volume. Misalnya, satu mililiter raksa berbobot
13,6 g, dengan demikian kerapatannya adalah13,6 g/mL. Jika kerapatan dinyatakan
sebagai satuan bobot dan volume, maka bobot jenis merupakan bilangan abstrak.
Bobot jenis menggambarkan hubungan antara bobot suatu zat terhadap sebagian
besar perhitungan dalam farmasi dan dinyatakan memiliki bobot jenis 1,00. Sebagai
perbandingan, bobot jenis gliserin adalah 1,25 , artinya bobot gliserin 1,25 kali bobot
volume air yang setara, dan bobot jenis alkohol adalah 0,81 , artinya bobot jenis
alkohol 0,81 kali bobot volume air yang setara (Ansel, 2006).
Kerapatan adalah massa per unit volume suatu zat pada temperatur tertentu.
Sifat ini merupakan salah satu sifat fisika yang paling sederhana dan sekaligus
merupakan salah satu sifat fisika yang paling definitive, dengan demikian dapat
digunakan untuk menentukan kemurnian suatu zat (Martin, 1993).
Hubungan antara massa dan volume tidak hanya menunjukan ukuran dan bobot
molekul suatu komponen, tetapi juga gaya-gaya yang mempengaruhi sifat
karakteristik “pemadatan” (“Packing Characteristic”). Dalam sistem matriks
kerapatan diukur dengan gram/milimeter (untuk cairan) atau gram/cm2 (Martin,
1993).

3
Kerapatan dan berat jenis. Ahli farmasi sering kali mempergunakan besaran
pengukuran ini apabila mengadakan perubahan antara massa dan volume. Kerapatan
adalah turunan besaran karena menyangkut satuan massa dan volume. Batasannya
adalah massa per satuan volume pada temperatur dan tekanan tertentu, dan
dinyatakan dalam sistem cgs dalam gram per sentimeter kubik (gram/cm3) (Martin,
1993).
Berbeda dengan kerapatan, berat jenis adalah bilangan murni tanpa dimensi,
yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang cocok. Berat
jenis didefinisikan sebagai perbandingan kerapatan dari suatu zat terhadap kerapatan
air, harga kedua zat itu ditentukan pada temperatur yang sama, jika tidak dengan cara
lain yang khusus. Istilah berat jenis, dilihat dari definisinya, sangat lemah, akan lebih
cocok apabila dikatakan sebagai kerapatan relatif (Martin, 1993).
Berat jenis untuk penggunaan praktis lebih sering didefinisikan sebagai
perbandingan massa dari suatu zat terhadap massa sejumlah volume air yang sama
pada suhu 4oC atau temperatur lain yang tertentu. Notasi berikut sering ditemukan
dalam pembacaan berat jenis: 25oC/25oC, 25oC/4oC, dan 4oC/4oC. Angka yang
pertama menunjukkan temperatur udara di mana zat ditimbang; angka di bawah garis
miring menunjukkan temperatur air yang dipakai. Buku-buku farmasi resmi
menggunakan patokan 25oC /25oC untuk menyatakan berat jenis (Martin, 1993).
Suatu sifat yang besarnya tergantung pada jumlah bahan yang sedang diselidiki
disebut sifat ekstensif. Baik massa maupun volume adalah sifat-sifat ekstensif. Suatu
sifat tergantung pada jumlah bahan adalah sifat intensif. Rapatan yang merupakan
perbandingan antara massa dan volume, adalah sifat intensif. Sifat-sifat intensif
umumnya dipilih oleh para ilmuwan untuk pekerjaan ilmiah karena tidak tergantung
pada jumlah bahan yang sedang diteliti. (Petrucci, 1985)
2.2.2 Penentuan Bobot Jenis dan Rapat jenis
Berat jenis dapat ditentukan dengan menggunakan berbagai tipe piknometer,
neraca Mohr-Westphal, hidrometer dan alat-alat lain. Pengukuran dan perhitungan
didiskusikan di buku kimia dasar, fisika dan farmasi (Martin, 1993).

4
Rumus bobot jenis sebagai berikut :
ρ = m/v atau ρ = (b2-b1)/v

dimana ;
ρ = Berat jenis zat (gr/ml)
m = Bobot Piknometer kosong – piknometer berisi zat (gr)
b2 = Bobot Piknometer berisi zat (gr)
b1 = Bobot Piknometer kosong (gr)
v = Volume Piknometer (ml)
Rumus rapat jenis sebagai berikut :
d = ( ρ zat)/( ρ air)
dimana :
d = rapat jenis
ρ zat = berat jenis suatu zat (g/ml)
ρ air = berat jenis air (g/ml)
Penentuan bobot jenis berlangsung dengan piknometer, Areometer, timbangan
hidrostatik (timbangan Mohr-Westphal) dan cara manometris.
Ada beberapa alat untuk mengukur bobot jenis dan rapat jenis, yaitu
menggunakan piknometer, neraca hidrostatis (neraca air), neraca Reimann, neraca
Mohr-Westphal (Sutoyo, 1993).
a. Bobot jenis zat cair :
1. Metode Piknometer
Pinsip metode ini didasarkan atas penentuan massa cairan dan penentuan
rungan yang ditempati cairan ini. Ruang piknometer dilakukan dengan
menimbang air. Menurut peraturan apotek, harus digunakan piknometer yang
sudah ditera, dengan isi ruang dalam ml dan suhu tetentu (20oC). Ketelitian
metode piknometer akan bertambah sampai suatu optimum tertentu dengan
bertambahnya volume piknometer. Optimun ini terletak sekitar isi ruang 30 ml.
Ada dua tipe piknometer, yaitu tipe botol dengan tipe pipet (Roth, 1996).
2. Neraca Mohr-Westphal

5
Dipakai untuk mengukur bobot jenis zat cair. Terdiri atas tua dengan 10 buah
lekuk untuk menggantungkan anting, pada ujung lekuk yang ke 10 tergantung
sebuah benda celup C terbuat dari gelas (kaca) pejal (tidak berongga), ada yang
dalam benda celup dilengkapi dengan sebuah thermometer kecil untuk
mengetahui susu cairan yang diukur massa jenisnya, neraca seimbang jika ujum
jarum D tepat pada jarum T (Sutoyo, 1993).
3. Densimeter
Alat untuk mengukur massa jenis (densitas) zat cair secara langsung. Angka-
angka yang tertera pada tangkai berskala secara langsung menyatakan massa
jenis zat cair yang permukaannya tepat pada angka yang tertera (Sutoyo, 1993).
b. Bobot jenis zat padat
Menurut defenisi kerapatan :
Dapat ditentukan pada volume V suatu bentuk pada dengan menimbangan
massa m. Volume V dengan permukaan bentuk teratur dapat dihitung dari bentuk
geometrisnya. Untuk penentuan kerapatan bentuk pdata yang volumenya tidak
teratur, V dapat ditentukan melalui pendesakan volume cairan. (Roth, 1996)
Pengujian bobot jenis dilakukan untuk menentukan 3 macam bobot jenis yaitu
(Lachman, 1994) :
1. Bobot jenis sejati
Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk rongga yang terbuka
dan tertutup.
2. Bobot jenis nyata
Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk pori/lubang terbuka,
tetapi termasuk pori yang tertutup.
3. Bobot jenis efektif
Massa parikel dibagi volume partikel termausk pori yang tebuka dan tertutup.
Seperti titik lebur, titik didih atau indeks bias (bilangan bias). Kerapatan relatif
merupakan besaran spesifik zat. Besaran ini dapat digunakan untuk pemeriksan
konsentrasi dan kemurniaan senyawa aktif, senyawa bantu dan sediaan farmasi
(Lachman, 1994).

6
2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Bobot jenis dan Rapat Jenis
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi bobot jenis suatu zat adalah:
1. Temperatur, dimana pada suhu yang tinggi senyawa yang diukur berat
jenisnya dapat menguap sehingga dapat mempengaruhi bobot jenisnya,
demikian pula halnya pada suhu yang sangat rendah dapat menyebabkan
senyawa membeku sehingga sulit untuk menghitung bobot jenisnya. Oleh
karena itu, digunakan suhu dimana biasanya senyawa stabil, yaitu pada suhu
25oC (suhu kamar).
2. Massa zat, jika zat mempunyai massa yang besar maka kemungkinan bobot
jenisnya juga menjadi lebih besar.
3. Volume za, jika volume zat besar maka bobot jenisnya akan berpengaruh
tergantung pula dari massa zat itu sendiri, dimana ukuran partikel dari zat,
bobot molekulnya serta kekentalan dari suatu zat dapat mempengaruhi bobot
jenisnya.
4. Kekentalan/viskositas sutau zat dapat juga mempengaruhi berat jenisnya.
2.2 Uraian Bahan
2.2.1 Alkohol (Dirjen POM RI, 1979: 65)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Etanol
Berat molekul : 46,07 g/mol
Rumus molekul : C2H6O
Rumus struktur :
H-H
H-C- C-O-H
H-H

Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap, mudah


bergerak, bau khas, rasa panas, mudah terbakar dengan
memberikan warna biru yang tidak berasap
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, kloroform P, dan eter

7
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya, di
tempat sejuk, jauh dari api.
Kegunaan : Sebagai zat tambahan, juga dapat membunuh kuman.
2.2.2 Aquadest (Ditjen POM edisi III, 1979)
Nama Resmi : Aqua destilata
Nama Lain : Aquadest
Rumus Molekul : H2O
Berat Molekul : 18,02 gr/mol
Rumus Struktur : O

H H

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.


Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai pelarut
2.2.3 Olive Oil (Rowe, 2009 : 470)
Nama Resmi : OLEUM OLIVAE
Nama Lain : Minyak zaitun, oleum olivae, olivoil, repiedoliveoil
Rumus Molekul : CH3(CH2)7CHCH(CH2)7)COOH
Berat Molekul : 0,910 gr/mol
Rumus Struktur :

Pemerian : Minyak zaitun berupa cairan jernih, tidak berwarna atau


berwarna kuning transparan.
Kelarutan : Sedikit larut dalam etanol (95%), larut dalam eter,
kloroform, lightpetroletum (50-70°C) dan karbon disulfida.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Ph : 7,4
Stabilitas : Ketika didinginkan minyak zaitun menjadi keruh sekitar
10°C dan menjadi massa seperti butter pada 0°C

8
Kegunaan : Sebagai alkalizingagent
Inkompabilitas : Minyak zaitun dapat disaponifikasi oleh hidroksida alkali
karena mengandung asam lemak tak jenuh dengan kadar
tinggi. Minyak zaitun rentan terhadap oksidasi, dan tidak
kompatibel dengan agen oksidasi

9
BAB 3
METODE KERJA

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Farmasi Fisika ‘’Bobot Jenis’’ dilaksanakan pada Kamis, 22 Oktober
2020, pukul 13.00 WITA sampai selesai. Bertempat di Laboratorium Teknologi
Farmasi, Jurusan Farmasi, Fakultas Olahraga dan Kesehatan (FOK), Universitas
Negeri Gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu loyang stainless, neraca analitik,
oven, piknometer, dan termometer. Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum
ini yaitu alkohol 70%, es batu, minyak zaitun, dan tisu.
3.3 Cara Kerja
1. Dibersihkan piknometer dengan air suling kemudian dibilas dengan alkohol
70%.
2. Dipanaskan piknometer pada suhu 100°C selama 12 menit.
3. Dikeluarkan piknometer dari oven lalu ditimbang massa piknometer kosong
50 mL pada neraca analitik sebanyak 3 kali.
4. Dimasukan minyak zaitun ke dalam piknometer 50 mL.
5. Dimasukan piknometer yang sudah berisi minyak zaitun ke dalam wadah
stainless yang berisi es batu.
6. Diukur suhunya dengan termometer sampai mencapai suhu 25°C.
7. Setelah mencapai suhu 25°C, diangkat piknometer dan dibersihkan bagian
luar piknometer menggunakan tisu.
8. Ditimbang kembali piknometer pada neraca analitik sebanyak tiga kali.
9. Dihitung bobot jenis dan rapat jenis minyak zaitun.

10
BAB 4
HASIL PENGAMATAN

4.1 Tabel Pengamatan


Pengukuran Piknometer Kosong Piknometer Kosong Berisi Minyak
ke- (b1) Zaitun (b2)
1 31,2351 gram 74,4001 gram
2 31,2385 gram 74,3977 gram
3 31,2303 gram 74,3986 gram
Jumlah 93,7039 gram 223,1964 gram
∑ 31,2346 gram 74,3988 gram

4.2 Perhitungan
1. Bobot Jenis
ρ = m atau ρ = b2 - b1
v v

dimana ;
ρ = Berat jenis zat
m = Bobot Piknometer kosong – piknometer berisi zat
b2 = Bobot Piknometer berisi zat
b1 = Bobot Piknometer kosong
v = Volume Piknometer
dimasukkan ke dalam rumus :
ρ= b2 – b1
v
ρ = 74,3988 gram – 31,2346 gram
50 ml

ρ= 43,1642 gram
50 ml
ρ = 0,86 g/ml

11
2. Rapat Jenis
d = ρzat
ρ air
dimana :
d = rapat jenis
ρ zat = berat jenis suatu zat (g/ml)
ρ air = berat jenis air (g/ml)
dimasukkan dalam rumus :
d = 0,86 g/ml
1 g/ml
d = 0,86

12
BAB 5
PEMBAHASAN
5.1 Pembahasan
Praktikum kali ini membahas mengenai kerapatan dan bobot jenis suatu zat.
Bobot jenis suatu zat adalah perbandingan bobot zat terhadap air volume sama yang
ditimbang di udara pada suhu yang sama (biasanya pada suhu 25°C). Kerapatan
adalah massa per unit volume suatu zat pada temperatur tertentu. Berdasarkan
pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa bobot jenis membandingkan massa
jenis zat dengan massa jenis air, sedangkan kerapatan membandingkan massa zat
dengan volume zat tersebut. Hal ini merupakan perbedaan dari bobot jenis dan
kerapatan zat. Air digunakan sebagai standar untuk penentuan kerapatan dan bobot
jenis zat cair dan zat padat. Berdasarkan rumus yang ada, bobot jenis dan kerapatan
mempunyai nilai yang hampir sama, hanya berbeda pada adanya satuan atau tidak.
Kerapatan dan bobot jenis suatu zat atau cairan dalam bidang farmasi digunakan
sebagai salah satu metode analisis yang berperan dalam menentukan senyawa cair,
digunakan pula untuk uji identitas dan kemurnian dari senyawa obat terutama dalam
bentuk cairan, serta dapat pula untuk mengetahui tingkat kelarutan/daya larut suatu
zat, dan juga dapat mempermudah dalam pembuatan formulasi obat karena dengan
mengetahui bobot jenis suatu zat dapat digunakan untuk mengetahui apakah suatu zat
dapat bercampur atau tidak dengan zat lain.
Bahan yang digunakan dalam praktikum yaitu air, etanol 70%, minyak zaitun dan
es batu. Sedangkan alat yang digunakan dalam pengujian ini adalah piknometer.
Piknometer digunakan untuk mencari bobot jenis. Piknometer yang digunakan yaitu
piknometer ukuran 50 ml. Untuk melakukan percobaan penetapan bobot jenis,
piknometer dibersihkan dengan menggunakan aquadest, kemudian dibilas dengan
alkohol 70% untuk mempercepat pengeringan piknometer kosong tadi. Pembilasan
dilakukan untuk menghilangkan sisa dari pembersihan, karena biasanya pencucian
meninggalkan tetesan pada dinding alat yang dibersihkan, sehinggga dapat
mempengaruhi hasil penimbangan piknometer kosong, yang akhirnya juga
mempengaruhi nilai bobot jenis sampel (Dede Ahmad,dkk, 2014)

13
Pemakaian alkohol 70% sebagai pembilas memiliki sifat-sifat yang baik seperti
mudah mengalir, mudah menguap dan bersifat antiseptikum. Jadi sisa-sisa yang tidak
diinginkan dapat hilang dengan baik, baik yang ada di luar, maupun yang ada di
dalam piknometer itu sendiri.
Piknometer kemudian dikeringkan di dalam oven dengan suhu 100ºC selama 12
menit. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengembalikan piknometer pada bobot
sesungguhnya. Setelah di oven piknometer ditimbang pada timbangan analitik dalam
keadaan kosong, penimbangan dilakukan sebanyak 3 kali untuk meminimalisir
kesalahan hasil penimbangan. Setelah itu, minyak zaitun sebagai sampel zat yang
ingin dicari bobot jenisnya dimasukan ke dalam piknometer sampai penuh kemudian
ditutup. Selanjutnya piknometer yang telah berisi minyak zaitun dimasukan ke dalam
wadah loyang stainless yang berisi es batu. Hal ini bertujuan untuk menurunkan suhu
zat minyak zaitun yang ada dalam piknometer hingga mencapai 25 ºC. Menurut
(Dirjen POM, 1979) bahwa suhu yang baik yang biasa digunakan pada penentuan
bobot jenis adalah 25ºC, salah satu faktor yang mempengaruhi bobot jenis adalah
temperatur dimana pada suhu tinggi senyawa yang diukur berat jenisnya dapat
menguap sehingga dapat mempengaruhi bobot jenisnya.
Piknometer yang berisi minyak zaitun diukur suhunya menggunakan termometer
hingga mencapai suhu 25ºC, setelah itu piknometer berisi minyak zaitun dibersihkan
bagian luarnya menggunakan tisu. Kemudian piknometer ditimbang kembali dengan
menggunakan neraca analitik sebanyak 3 kali.
Dari hasil pengamatan, didapatkan hasil penimbangan piknometer kosong
sebanyak 3 kali berturut–turut yaitu 31,2351 gr; 31,2385 gr; 31,2303 gr dan
didapatkan rata-rata nya sebesar 31,2346 gr. Hasil penimbangan piknometer berisi
minyak zaitun sebanyak 3 kali berturut-turut yaitu 74,4001 gr; 74,3977 gr; 74,3986 gr
dan didapatkan rata-rata nya sebesar 74,3988. Setelah didapatkan data tersebut,
dimasukan ke dalam rumus bobot jenis dan rapat jenis. Didapatkan hasil bobot jenis
minyak zaitun sebesar 0,86 g/ml dan rapat jenis sebesar 0,86. Hasil ini memiliki
sedikit selisih berdasarkan literatur Farmakope Indonesia Edisi III, bobot jenis
minyak zaitun sebesar 0,91 g/ml.

14
Adapun perbedaan hasil ini kemungkinan disebabkan oleh :
1. Kesalahan pembacaan skala pada alat
2. Cairan yang digunakan sudah tidak murni lagi sehingga mempengaruhi bobot
jenisnya
3. Pengaruh suhu dari pemegang alat, juga berpengaruh pada alat
4. Kesalahan-kesalahan praktikan seperti tidak sengaja memegang piknometer
5. Pemanasan pada piknometer tidak sempurna, terdapat gelembung atau titik air
dalam piknomter setelah dipanaskan.
1.

15
BAB 6
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan, dapat disimpulkan bahwa bobot jenis merupakan
perbandingan massa suatu zat dengan massa sejumlah volume air pada suhu yang
telah ditentukan. Bobot jenis dari minyak zaitun sebesar 0,89 g/ml mendekati dengan
literatur berdasarkan Farmakope Indonesia Edisi III 1979 yaitu sebesar 0,91 g/ml,
terbukti bahwa bobot jenis dari minyak zaitun hampir mendekati bobot jenis air yaitu
1 g/ml.
6.2 Saran
6.2.1 Untuk Laboratoriun
Alat dan bahan sebaiknya dilengkapi dan jumlahnya diperbanyak agar
praktikum dapat berjalan dengan baik.
6.2.2 Untuk Asisten
Pertahankan keakraban dan keramahan terhadap praktikan.
6.2.3 Untuk Praktikan
Memahami tahapan kerja yang akan dilakukan sehingga praktikum dapat
berjalan lancar dan mendapatkan hasil maksimal.

16

Anda mungkin juga menyukai