Perang Salib I
Perang Salib I
Perang Salib I
A. Pendahuluan
Peristiwa Perang Salib ini telah dibayar oleh umat Islam melalui
pengorbanan yang besar dan pada sisi lain Perang Salib telah memberikan
keuntungan bagi pihak Eropa. Ini diakui sendiri oleh para orientalis; mereka
mengatakan bahwa Perang Salib merupakan jembatan emas bagi tumbuhnya
peradaban dan kebudayaan Barat di Eropa.
B. Pembahasan
Posisi-posisi kunci di sekitar Asia kecil telah di kuasai Bani Saljuk dan
bahkan dijadikan sebagai basis kekuatan dan pertahanan. Kondisi ini
memposisikan kota Konstantinopel terancam akan jatuh ke tangan umat Islam
(Bani Saljuk). Untuk menghindari jatuhnya kota Konstantinopel ke tangan
umat Islam, Kaisar Alexius penguasa Byzantium (Konstantinopel) tidak
memiliki pilihan lain kecuali meminta dukungan dan bantuan politik
Keuskupan Agung di Roma.6 Pihak Keuskupan Agung sendiri menyambut baik
kerja sama ini, karena mereka juga berkewajiban membela kepentingan religi,
di samping itu sesungguhnya kepentingan politik bagi Keuskupan juga sangat
menggiurkan. Karena itu mulailah pihak Keuskupan mengatur rencana kerja
perebutan kembali Baitul Maqdis. Tetapi anehnya agenda mereka di awali
dengan propaganda perang suci ke dunia Islam oleh Paus Urbanus II. Bila di
analisis, Perang suci (Perang demi membela agama) yang didengung-
dengungkan Paus Urbanus II ini, tidak lebih dari merealisasikan ambisi
politiknya untuk menguasai sebagian daerah yang dikuasai Islam. Karena
sesungguhnya kunci dari persoalan ini adalah Bani Saljuk menguasai Baitul
Maqdis dengan menerapkan kebijakan yang menyulitkan umat Kristiani untuk
beribadah ke sana. Dengan demikian, sejatinya tema propaganda atau kamanye
perang suci Paus adalah “pembebesan Baitul Maqdis” bukan perang suci ke
dunia Islam.
c) Faktor Ekonomi
Adanya keinginana bangsa Barat menguasai tata niaga di kawasan
Laut Tengah sekaligus menjadikan kawasan tersebut sebagai sentral
perdagangan Barat di Timur. Kawasan ini memang sangat strategis, sebagai
pintu pengembangan perdagangan ke arah timur melalui Laut Merah.
Faktor ekonomi pula yang memotivasi masyarakat Eropa kelas
rendahan, karena mereka seringkali mendapat tekanan, dibebani berbagai
pajak serta sejumlah kewajiban lainnya dari kerajaan dan gereja. Sehingga
ketika mereka dimobilisasi oleh pihak gereja untuk turut mengambil bagian
dalam Perang Salib dengan janji akan mendapat kebebasan dan
kesejahteraan yang lebih baik bila dapat memenangkan peperangan, Di
samping itu mereka berharap akan mendapat keuntungan ekonomi di daerah-
daerah yang ditaklukan dari tangan Islam. Motifasi-motifasi tersebut di atas,
menyebabkan masyarakat kelas rendahan di Eropa menyambut seruan Perang
Salib secara spontan dengan berduyung-duyung melibatkan diri dalam
perang.
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, tampak bahwa ada beberapa
faktor yang menyebabkan terjadinya Perang Salib dan faktor-faktor tersebut
terealisasi dengan baik karena didukung oleh beberapa hal sebagai berikut:
d) Lemahnya persatuan umat Islam
Sebelum genderang Perang Salib berbunyi, dunia Islam tamak dalam
kondisi lemah. Bani Saljuk (Daulah Salajikah kehilangan kekuatan sepeninggal
Malik Syah (1092 M). Perebutan daerah Syiria antara Bani Saljuk dan Bani
Fatimiyah tidak dapat dielakkan yang menyebabkan terjadinya permusushan
berkepanjangan antara dua kerajaan Islam ini. Akibatnya dinasti-dinasti Islam
khususnya dua dinasti tersebut dalam keadaan lemah karena sudah terkuras
kekuatan militer maupun financialnya dalam perang saudara. Kondisi lemah
umat Islam ini merupakan peluang emas bagi dunia Eropa untuk melancarkan
serangannya.
e) Berdirinya kerajaan-kerajaan Eropa yang baru.
Bermunculannya kerajaan-kerajaan Eropa yang baru seperti Kerajaan
Venesia, Genua dan berkuasanya bangsa Normandia di selatan Italia dan di
Kepulauan Sicilia yang semuanya itu merupakan peluang emas bagi dunia
Eropa melancarkan serangannya.
2. Perang Salib I-III dan Perebutan Palestina Antara Pasukan Salib ( 1099
M ) dan Muslim ( 1187 M ).
Seruan Perang Salib yang menggoncang dunia ini, meruakan hasil keraj
keras Paus Urbanus II dalam kampanyenya di kalangan Keuskupan Agung. Di
samping itu didukung oleh kampanye yang sama dikalangan masyarakat luas yang
dilakukan oleh seorang penginjil bernama Peters Amin. Peters Amin sangat
gencar dan aktif melakukan kamanye dan boleh di katakan kampanyenya sukses
menggugah emosi keagamaan masyarakat Eropa.
Hasil kerja keras dari dua juru kampanye (jurkam) Perang Salib yaitu Paus
Urbanus II dan Peters Amin, maka dimulai pada 1096 tepatnya musim semi ,
berkumpullah sebanyak 150.000 tentara Eroa yang sebagian besar berasal dari
Perancis dan Normandia. Pasukan Perang Salib ini berkumpul di Konstantinopel.
Dalam perjalanan mereka menuju Paletina melalui Asia Kecil, banyak pasukan
bergabung, sehingga jumlah pasukan mencapai 300.000 orang. Namun sangat
disayangkan, pasukan sebanyak ini tidak dapat menjalankan tugasnya dengan
baik, mereka banyak melakukan perbuatan brutal, perampokan, mabuk-mabukan
dan perzinahan pada tempat-tempat yang mereka laui. Tindakan pasukan Salib ini
menyebabkan kemarahan bangsa Bulgaria dan Hongaria, yang segera memberikan
serangan hingga pasukan Salib berantakan dan sisanya dihadapi langsung oleh
pasukan Bani Saljuk. Pada perang pertama ini, rombongan tentara Salib
seluruhnya binasa sebelum mereka dapat membebaskan Baitul Maqdis.11 Reputasi
pasukan Salib pertama ini menandakan mereka tidak dibekali pengetahuan
strategi perang dan etika perang, dalam hal ini nampaknya Paus Urbanus II dan
Peters Amin hanya membekali pasukan Salib tersebut dengan kebencian dan
dendam terhadap umat Islam.
Hancurnya pasukan Salib pertama, segera disusul oleh bangkitnya
pasukan Salib berikutnya setahun kemudian yaitu pada tahun 1097. Kali ini
tentara Salib menyebrang selat Bosor, memasuki Asia Kecil dan memblokade
kota Nicea. Selama sebulan kota ini dikepung sampai akhirnya dapat ditaklukan
pada tanggal 18 Juni 1097 M Setahun kemudian pasukan Salib dapat
melumpuhkan Raha (Edessa), Syiria Utara hingga Antokia. Pada bulan juni 1099,
bergerak lagi tentara Salib melanjutkan penyerbuannya. Kali ini sasaran mereka
adalah Baitul Maqdis, selama kurang lebih satu bulan mereka mengepung kota
suci ini, akhirnya mereka berhasil menguasainya, tepatnya pada tanggal 15 Juli
1099 M. Di kota ini mereka bertindak kejam, melakukan pembantaian bukan
saja terhadap umat Islam tetapi juga terhadap orang- orang Yahudi dan Nasrani
setempat yang tidak mau bekerjasama dengan mereka.
Dengan berhasilnya pasukan Salib menguasai Maitul Maqdis dan kota-
kota di sekitarnya, maka mereka dapat mendirikan empat kerajaan Latin, yaitu:
a) Kerajaan Latin I di Edesssa ( 1096 M) yang dipimpin oleh raja Boldwin.
b) Kerajaan Latin II di Antokia (1098 M)yang dipimpin oleh raja Bahemond.
c) Kerajaan Latin III di Baitul Maqdis (1099 M) dipimpin oleh raja Godfrey.
d) Kerajaan Latin IV di Tripolo (1099 M) dipimpin oleh Raymond.
Berdasarkan informasi di atas, maka dalam periode pertama Perang Salib,
umat Islam mengalami kekalahan, sementara pasukan Salib dapat merealisasikan
tujuan utamanya yaitu menguasai Baitul Maqdis dari kekuasaan Islam.
Menurut analisa penulis, penyebab kekalahan pasukan Islam atas
pasukan Salib, antara lain; ketidak siapan pasukan Islam dalam menghadai
pasukan Salib dan berkobarnya semangat perang Pasukan Salib untuk merebut
Baitul Maqdis dan memperoleh keuntungan ekonomi dalam peperangan.
5. Kesimpulan
Abdul Fattah, Said, 1976, Asyur al-Harakat al-Salibiyah, Juz II, Kairo: Maktabat
al-Andalus.
Departemen Agama, 1993, Ensiklopedi Islam III, Jakarta: Anda Utama, 1993.
Dewan Redaksi, Ensiklopedia Islam, Jakarta: Ikhtiar Baru Van
Hoeve.
Harun, Yahya, 1987 Perang Salib dan Pengaruhnya di Eropa, Yogyakarta: Bina
Usaha,.
Hitti, Philip, K, 1993, The Arabs a Short History, diterjemahkan oleh Ushuluddin
Hutagalung dan O.D.P Sihombing, Dunia Arab: Sejarah Ribgkas,
Cet. VII; Bandung: Sumur Bandung.
Ibrahim Hasan, 1967, Tarikh al-Islam, Juz IV, Kairo: Maktabah al-Nahdhah al-
Misriyyah.
Nasution, Harun, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspek, Jilid I, Jakarta:UI Press,
1985. Said Abdul Fattah, Asyur, Al-Harakah Ash Shalibiyah,
diterjemahkan oleh Muhammad
Marhrus Muslim, 1993, Kronologi Perang Salib, Cet I; Jakarta: Fikahati Aneska.