Kelompok 9 Metodologi Dakwah
Kelompok 9 Metodologi Dakwah
Kelompok 9 Metodologi Dakwah
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dakwah itu sendiri memilki artian sebagai suatu bentuk usaha atau
aktifitas degan lisan atau tulisan yang bersifat menyeru, mengajak,
memanggil manusia lainya untuk beriman mentaati Allah SWT.Sesuai
dengan aqidah, syariat serta ahlak Islamiyah. Dalam pelaksanaan dakwah
seharusnya seorang da’I terlebih dahulu mengetahui metode metode dakwah
tersebut. Sedangkan pengertian metode itu sendiri berasal adari dua kata
yaitu,”meta “ yang berarti cara dan “hados” memiliki arti jalan atau cara.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode dakwah adalah cara atau
jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.
Adapun seoarang Da’I atau Mubaligh dalam menentukan startegi
dakwahnya sangat memerlukan pengetahuan dibidang metedelogi. Oleh
karena itu, agar dakwah dapat mencapai sasaran yang strategis dalam jangka
panjang, maka diperlukan suatu system yang baik dalam penataan. Ada
berbagai macam metode dakwah akan tetapi dalam penggunaanya seorang
Da’I atau mubaligh harus memilih metode yang tepat yang dilihat dari
keadaan objek yang di dakwahi dengan cara memperhatikan factor usia,
pengetahuan status social dan sebagainya
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Metode Dakwah?
2. Bagaimana Pengaruh Pertimbangan Psikologi (Kejiwaan) Dalam
Pemilihan Metode Dakwah?
3. Bagaimana Pengaruh Pertimbangan Sosiologi (Kultural) Dalam Pemilihan
Metode Dakwah?
4. Apa Saja Faktor-Faktor Pemilihan Metode Dakwah?
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, ( Jakarta,: Raja Gerafindo Persada, 2012) hlm 242
2
Ibid hlm 24
3
Keindahan dan kesesuaian Islam dengan perkembangan zaman, baik dalam
sejarah maupun praktiknya sangat ditentukan oleh kegiatan dakwah yang
dilakukan untuk umatnya.Pada hakikatnya dakwah Islam merupakan suatu
sisitem kegiatan manusia beriman, dalam bidang kemasyarakatan yang
dilaksanakan secara teratur untuk mempengaruhi cara berfikir, besrikap dan
bertindak.
Oleh karena tu, istilah dakwah perlu dipertegas lagi dalam pengertianya.
Adapun Qurays Syihab mendefinisikan dakwah adalah seruan atau ajakan
kepada keinsyafan atau usaha untuk mengubah situasi untuk menjadi yang
lebih baik lagi, baik terhadap pribadi maupun masyarakat. Perwujudan
dakwah bukan sekedar usaha peningkatan pemahaman dalam tingkah laku
dan pandangan hidup saja, tetapi juga menuju sasaran yang lebih luas.Apalagi
pada masa sekarang ini, harus lebih berperan menuju pelaksanaan ajaran
Islam yang lebih menyeluruh dalam berbagai aspek.3
Dari pengertian terpisah menngenai metode dan dakwah yang telah
dijelaskan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa metode dakwah
adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang Da’I kepada Mad’u
untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang.
B. Pertimbangan Psikologi Dalam Pemilihan Metode Dakwah
Pesan dakwah harus disampaikan dengan pendekatan psikologis yakni
sesuai dengan cara berpikir Mad’u. dengan memperhatikan perkembangan
factor-faktor psikologis beserta ciri-cirinya, maka pesan dakwah yang
disampaikan oleh Da’I akan dapat meresap dan diterima dalam pribadi
sasaranya kemudian diamalkan dengan perasaan yang tulus tanpa adanya
ganjalan karena hal tersebut dapat menyentuh dan memuaskan kehidupan
rohaninya. Dakwah tersebut disebut dakwah persuasif.4
Disisnilah letak titik berat strategi-strategi dakwah sebenarnya yaitu
menerima pesan dakwah dengan ikhlas serta mempraktikkanya. Akan tetapi,
realistis psikologis menunjukan bahwa materi pesan yang disampaikan dai
3
Samsul Munir, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009) hlm 5
4
Samsul Munir, Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah, 2009) hlm 210.
4
tidak secara otomatis terserap oleh mad’u. pertimbangan-pertimbangan
sasaran dakwah dalam menerima kehadiran sumber informasi menjadi kunci
terhadap pertimbangan penerimaan dan pengambilan sikap terhadap materi
dakwah.5
Dalam hal ini psikologi memberikan jalan bagaimanamenyampaikan
materi dan menetapkan metode dakwah kepada manusia merupakn mahluk
totalitas (psikofisik) dan memiliki kepribadian baik dari dalam maupun dari
luar. Dengan demikian, psikologi dalam proses dakwah mempunyai titik
perhatian pada pengetahuan tentang tingkah laku manusia. Pengetahuan
tersebut mengajak individu kepada usaha mendalami dan memahami segala
tingkah laku manusia yang merupakan fenomena dari keadaan psikologis
yang terlahirkan dalam rangka usaha memenuhi kebutuhan dan mencapai
tujuan. Dengan berlandaskan unsur-unsur kejiwaan atau psikologi, proses
dakwah akan berjalan sesuai kebutuhan yang diharapkan manusia sebagai
individu dan mahluk social.6
Dalam banyak hal, Nabi Muhammad sebagai juru dakwah juga
memperhatikan kejiwaan umatnya. Sebagaimana Al-quran, dalam
menerapkan hokum dan ajaranya tidak dengan serta merta mengabaikan
unsur-unsur kejiwaan (psikologis) mannusia. Turunys ayat Al-quran secara
bertahap menjadikan bukti bahwa pendekatan kejiwaan merupakan sesuatu
yang tidak boleh diabaikan. Sebagai contoh adalah perintah tentang
pelarangan minuman keras atau khamr bagi para pemeluk agama Islam .
Allah membuat tiga tahapan:
1. Peringatan tentang mudharatnya, dalam QS. ALBaqarah : ayat 219
yang artinya” mereka bertanya kepadamu tentang khamr dan judi.
Katakanlah : “pada keduanya terdapat dosa besar dan beberapa
5
Musthofa,Dimensi-Dimensi Psikologis Kajian Ilmu Dakwah, dalam (Jurnal IlmuDakwah. Vol II,
No. 1 April 2005,) hlm 103
6
Amrullah Achmad,Dakwah Islam dan Perubahan Sosial; Suatu Kerangka pendekatandan
Permasalahan,
(Prima Duta, Yogyakarta; 1983) hal 2.
5
manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari
manfaatnya”.
2. Pelarangan sholat dalam keadaan mabuk QS.An-Nisa :43(“hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu sholat, sedang kamu
dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu
ucapkan.”)
3. Perintah menjauhi khamar dalam QS. Al-Maidah : 90 (“ Hai
orang-orang yang beriman. Sesungguhnya meminum khamar,
berjudi(berkorban untuk berhala), megundi nasib dengan panah
adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-
perbuatan tersebut agar kamu mendapat keberuntungan. “)
Jelas bahwa ajaran Islam dalam penerapanya juga memperhatikan
masalah kejiwaan seseorang. Maka seorang dai yang akan melakukan
aktivitas dakwahnya harus memperhatikan situasi dan kondisi psikologi orang
yang akan menerima pesan-pesan dakwahnya.
C. Pertimbangan Sosiologi (Kultural) Dalam Pemilihan Metode Dakwah
Dalam pandangan historis dakwah dengan kultural mempunyai dua
kemungkinan yaitu yang pertama dakwah mampu memberi pengaruh
terhadap lingkungan dalam arti memberi dasar pemahaman, dorongan dan
pedoman perubahan masyarakat sampai terbentuknya social baru. Yang
kedua dakwah dipengaruhi oleh dinamika masyarakat dalam arti eksistensi,
corak dan arahanya. Dalam konteks ini, pemahaman atas dakwah sejauh
mungkin harus berkembang, seiring dengan perubahan masyarakat yang
terjadi.Dakwah harus diposisikan sebagai aktifitas spiritual dalam social,
karena aktualisasi dakwah setidaknya ditentukan oleh perkembangan dan
sisitem kultural masyarakat.
Metode dakwah yang tepat memerlukan pertimbangan kultural sehingga
nilai-nilai agama yang murni dan menyelur dapat dirasakan sebagai ajaran
yang akrab dengan problematika masyarakat, serta moral agama dapat
terwujud dalam kehidupan sehari-hari.
6
Keterkaitan dalam duniawi, kesanggupan memberi solusi baik dilihat dari
pandangan agama maupun dari segi pertumbuhan bangsa yang sedang
membagun baik saat ini msupun masa yang akan datang. Makin banyak
masyarakat yang membicarakan pembangunan, makin terasa juga bagaimana
ketergantungan mereka pada manusia dan urusan dunia. Sosialisai ajaran
agama islam ditengah-tengah masyrakat tersebut, baiknya menggunakan
strategi dan metode dakwah yang tepat yakni, dilakukan secara lisan
maupun tulisan dan dapat dilakukan oleh setiap muslim. Dengan demikian,
maka tujuan dakwah secara umum dapat dikatakan membangun masyarakat
yang maslahat dunia dan akherat melalui pengetahuan mendalam terhadap
inti dari agama Islam.7
D. Faktor-Faktor Pemilihan Metode Dakwah
Dalam dakwah memerlukan suatu metode, agar mudah diterima oleh mitra
dakwah. Metode yang dipilih harus benar, agar Islam dapat dimengerti
dengan benar dan menghasilkan pencitraan Islam yang benar pula. Agar
metode yang dipilih dan digunakan benar-benar fungsional, maka da’i harus
memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode. Adapun
faktor tersebut antara lain:
1. Tujuan dengan berbagai jenis dan fungsinya
2. Sasaran dakwah, baik masyarakat atau individual dengan segala
kebijakan/politik pemerintah, tingkat usia, pendidikan , peradaban
(kebudayaan) dan lain sebagainya
3. Situasi dan kondisi yang beraneka ragam dengan keadaanya
4. Media dan fasilitas (logistik) yang tersedia, dengan berbagai
macam kuantitas dan kualitasnya
5. Kepribadian dan kemampuan seorang da’i atau mubaligh8
7
M. Munir, Metode Dakwah, ( Jakarta : Prenada Media, Cet Ke II, 2006) hlm 19-20
8
Asmuni Syukir,Dasar-Dasar Strategi Dakwah,(Surabaya:AlIkhlas),1986,hlm. 17
7
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Dari pengertian terpisah menngenai metode dan dakwah yang telah
dijelaskan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa metode dakwah
adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang Da’I kepada Mad’u
untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode dakwah
antara lain:
1. Tujuan dengan berbagai jenis dan fungsinya
2. Sasaran dakwah, baik masyarakat atau individual dengan segala
kebijakan/politik pemerintah, tingkat usia, pendidikan , peradaban
(kebudayaan) dan lain sebagainya
3. Situasi dan kondisi yang beraneka ragam dengan keadaanya
4. Media dan fasilitas (logistik) yang tersedia, dengan berbagai
macam kuantitas dan kualitasnya
5. Kepribadian dan kemampuan seorang da’i atau mubaligh
8
DAFTAR PUSTAKA