Makalah Psikologi Dakwah

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 9

BAB 1 PENDAHULUAN

Manusia merupakan makhluk yang sangat menarik. Oleh karena itu, manusia dan berbagai hal dalam dirinya sering menjadi perbincangan diberbagai kalangan. Hampir semua lemabaga pendidikan tinggi mengkaji manusia, karya dan dampak karyanya terhadap dirinya sendiri, masyarakat dan lingkungan tempat tinggalnya. Para ahli telah mencetuskan pengertian manusia sejak dahulu kala, namun sampai saat ini belum ada kata sepakat tentang pengertian manusia yang sebenarnya. Hal ini terbukti dari banyaknya sebutan untuk manusia, misalnya homo sapien (manusia berakal), homo economices (manusia ekonomi) yang kadangkala disebut Economical Animal (Binatang ekonomi), dan sebagainya. Agama islam sebagai agama yang paling baik tidak pernah menggolongkan manusia kedalam kelompok binatang. Hal ini berlaku selama manusia itu mempergunakan akal pikiran dan semua karunia Allah SWT dalam hal-hal yang diridhoi-Nya. Namun, jika manusia tidak mempergunakan semua karunia itu dengan benar, maka derajad manusia akan turun, bahkan jauh lebih rendah dari seekor binatang. Hal ini telah dijelaskan dalam Al-Quran surat Al-Araf ayat 179. Sangat menariknya pembahasan tentang manusia inilah yang membuat penulis tertarik untuk mengulas sedikit tentang Manusia Menurut Pandangan Islam.

BAB II PEMBAHASAN A. Hakikat Manusia Pembahasan tentang hakikat manusia dan kedudukannya di ala mini mendapatkan perhatian yang begitu luas, baik dari kalangan filsuf, mistikus (sufi), ataupun dari kalangan sarjana muslim. Untuk memahami hakikat manusia beberapa sarjana merumuskan beberapa pendekatan. 1 1. Mempelajari dan menyelidiki manusia dalam hakikatnya yang murni dan esensial. Pendekatan ini lebih banyak dilakukan oleh para psikolog, filsuf, dan teolog 2. Melalui pendekatan ideologis dan spiritual yang mengatur tindakan manusia yang mempengaruhi ddan membentuk personalitasnya, ini adalah pendekatan yang dilakukan oleh ahli moral, tasawuf dan sosiologi. 3. Mengambil konsep tentang manusia dari penyelidikan tentang lembaga lembaga etika dan yuridis yang telah terbentuk dari pengalaman

pengalaman sejarah yang dihormati, oleh karena lembaga- lembaga tersebut telah dapat melindungi manusia, pendekatan ini dilakukan oleh ahli hukum dan sejarah.

Menurut Achmad Mubarak desain kejiwaan manusia diciptakan tuhan dengan sangat sempurna, berisi kapasitas kapasitas kejiwaan, seperti berfikir, merasa, dan bertindak. Jiwa merupakan sistem Aql, Qalb, Bashirat, syahwat, dan hawa. Aql (akal) merupakan problem solving capacity, yang bisa berfikir dan membedakan yang buruk dan baik. Akal bisa menemukan kebenaran tetapi tidak bisa menentukannya, oleh karena itu Aqly sifatnya relatif. Qalb (hati), merupakan perdana menteri dari sistem nafsani. Dialah yang memimpin kerja jiwa manusia. Ia bisa memahami realita, ketika akal mengalami kesulitan.

Ahmad Mubarok, Psikologi Dakwah, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012.

Hlm.52

Sedangkan Bashirat adalah pandangan mata batin sebagai lawan dari pandangan mata kepala. Bashirat selalu konsisten kepada kebenaran dan kejujuran. Bashirat di sebut juga sebagai nurani, dari kata nur, dalam bahasa Indonesia menjadi hati nurani. Syahwat adalah motif kepada tingkah laku. Semua manusia memiliki syahwat terhadap lawan jenis, banggan terhadap anak anak, menyukai benda berharga, kendaraan bagus, ternak, dan kebun. Hawa adalah dorongan kepada objek yang rendah dan tercela. Perilaku kejahatan, marah, frustasi, sombong, perbuatan tidak bertanggung jawab, korupsi, sewenang wenang dan sebagainya bersumber dari hawa. Karasteristik hawa adalah ingin segera menikmati apa yang di inginkan tanpa memerdulikan nilai nilai moralitas.2 Manusia menurut islam mempunya kapasitas yang paling tinggi, mempunyai kecenderungan untuk dekat kepada tuhan melalui kesadarannya tentang kehadiran tuhan yang terdapat jauh dibawah alam sadarnya. Manusia juga diberikan kebebasan dan kemerdekaan serta kepercayaan penuh untuk memilih jalannya masing- masing. Dan manusia juga makhluk yang di muliakan tuhan dan diberi kesempurnaan dibandingkan dengan makhluk lainnya, serta ia pula yang telah diciptakan tuhan dalam bentuk yang sebaik- baiknya. Islam memandang manusia sebagai makhluk Tuhan yang memiliki keunikan dan keistimewaan tertentu. Sebagai salah satu makhlukNya karakteristik eksistensi manusia harus dicari dalam relasi dengan pencipta dan makhluk Tuhan lainnya. Sekurang- kurangnya ada empat relasi manusia, yaitu: a. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri (bablun minannas) yang ditandai dengan kesadaran untuk melakukan amal maruf nahi munkar atau sebaliknya mengumbar nafsu- nafsu rendah. b. Hubungan antar manusia (bablun minannas) dengan usaha membina silaturahmi atau memutusnya. c. Hubungan manusia dengan alam sekitar (bablun minal alam) dengan upaya pelestarian dan pemanfaatan alam dengan sebaik-baiknya atau sebaliknya menimbulkan kerusakan.

Ibid, hlm. 55- 56.

d.

Hubungan manusia dengan sang pencipta (bablun minallah) dengan kewajiban ibadah kepadaNYA atau justru menjadi ingkar dan syirik.3

Hanna Djumhana Bastaman (1993) memberi contoh bahwa wawasan islami mengenai manusia antara lain: a. b. c. Manusia mempunyai derajat sangat tinggi sebagai khalifak Allah. Manusia tidak menaggung dosa asal atau dosa turunan. Manusia merupakan kesatuan dari empat dimensi: fisik-biologi, mentalpsikis, sosio-kultural, dan spiritual d. Dimensi spiritual memungkinkan mausia mengadakan hubungan dan mengenal tuhan melalui cara-cara yang diajarkanNYA. e. f. Manusia memiliki kebebasaan berkehendak (freedeom of will). Manusia memiliki akal sebagai kemampuan khusus dan dengan akalnya itu mengembangkan ilmu serta peradaban.

2. Kedudukan Nafs dalam struktur Kepribadian Manusia. Menurut Utsman Najati, dalam al- Quran terdapat uraian tentang kepribadian manusia dan berbagai karakteristik umum yang membedakan manusia dari makhluk makhluk allah yang lain. Selain itu, terdapat pula uraian tentang model- model atau pola- pola umum kepribadian manusia yang diwarnai dengan sifat- sifat utama, yaitu pola- pola umum yang kita temui di masyarakat. Dalam Al- Quran juga terdapat uraian tntang kepribadian yang lurus dan tidak lurus, juga terdapat uraian tentang berbagai faktor yang membentuk kepribadian, baik yang lurus maupun yang tidak. Dengan demikian faktor- faktor yang membentuk kepribadian menurut ilmu psikologi modern bisa diklarifikasikan menjadi dua bagian a. Faktor keturunan, yaitu faktor- faktor yang timbul dari diri individu sendiri

Hanna Djumhana Bastaman, Integrasi Psikologi Dengan Islam, Yogyakarta : Yayasan Insan Kamil dan Pustaka Pelajar,1995, hal 54

b. Faktor lingkungan, yaitu faktor- faktor yang timbul dari lingkungan sosial budaya. Sedangkan menurut Mubarak, kata nafs dalam al- Quran mempunyai beberapa makna ; 1. Nafs sebagai diri atau seseorang, seperti dalam surat ali Imran ayat 61. 2. Nafs sebagai diri tuhan, seperti dalam surat al- Anam 6: ayat 54. 3. Nafs sebagai person sesuatu, seperti dalam surat al- furqon ayat 3. 4. Nafs sebagai ruh, seperti dalam surat al- Anam ayat 93 5. Nafs sebagai jiwa, seperti dalam surat asy- syams 91: 7 dan al- fajr: ayat 27 6. Nafs sebagai totalitas manusia, seperti dalam surat al- maidah ayat 32 7. Nafs sebagai sisi dalam manusia yang melahirkan tingkah laku, seperti dalam surat ar- Rad ayat 11.

Dalam kaitannya dengan manusia, aneka makna kata nafs (jiwa) diatas, dapat di persempit dalam tiga kategori, nafs sebagai totalitas manusia, nafs sebagai sesuatu dalam diri manusia yang mempengaruhi perbuatan, dan nafs sebagai sisi dalam manusia sebagai lawan dari sisi luarnya. Nafs sebagai totalitas manusia mengisyaratkan bahwa manusia memiliki dua dimensi, dimensi jiwa dan dimensi raga. Kedua dimensi ini harus ada dalam diri setiap manusia, jasad tanpa jiwa dengan fungsi- fungsinya dipandang tidak sempurna, begitu jiwa tanpa jasad maka jiwa tidak akan dapat menjalankan fungsi- fungsinya. Nafs sebagai sisi dalam manusia tersirat dalam firman allah surat ar- rad ayat 10, dimana kesanggupan manusia untuk merahasiakan (al-sir) dan berterus terang dengan ucapannya (al- jahr) mengidentifikasi adanya sisi dalam dan sisi luar manusia. Sedangkan nafs sebagai penggerak tingkah laku, berfungsi sebagai penampung hal- hal yang baik dan hal- hal yang buruk. Jika nafs dijaga dari dorongan- dorongan syahwat atau hawa nafsu, maka kualitasnya akan meningkat sekaligus meningkatkan kualitas prbuatan jasmani tetapi jika ia dikotori oleh

perbuatan maksiat, maka nafs akan menurun kualitasnya juga menurunkan kualitas jasmani.4

4. Segi positif dan Negatif Manusia Dalam memuji manusia, Al- Quran menggambarkan manusia sebagai makhluk yang sempurna dalam penciptaan, memiliki kelebihan dibandingkan dengan makhluk- makhluk lain, seperti kapasitas inteligensia yang tinggi, memiliki kesadaran moral. Manusia adalah makhluk pilihan tuhan sebagai khalifah dibumi serta sebagai makhluk semi samawi dan semi duniawi yang memiliki sifat- sifat ketuhanan (lahutiyah) dan sifat- sifat kemanusiaan (nasutiyah), terpercaya, memiliki rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri dan lingkungannya. Tampaknya gambaran yang diberikan Al- Quran tentang manusia tidak terlepas dari unsur- unsure kejadian manusia. Kadang antara dua aspek kepribadian itu terjadi konflik sehingga manusia tertarik oleh kebutuhan dan hawa nafsu fisiknya, atau tertarik oleh kebutuhan dan kerinduan spiritualnya sehingga menjadi makhluk mulia 5 Al- Quran membagi tingkatan nafs pada dua kelompok besar, yaitu nafs martabat tinggi dan martabat rendah. Nafs yang martabat tinggi dimiliki oleh orang- orang yang menentang perintah allah dan mengabaikan ketentuanketentuannya, serta orang orang yang sesat yang cenderung berprilaku menyimpang dan melakukan kekejian yang mungkar.

4 5

M. Ustman Najati, Al- Quran dan ilmu jiwa (bandung :pustaka, 1985), hlm. 240. Quraish Shihab, wawasan Al- Quran, hlm. 287

Secara ekplisit, Al- Quran menyebut adanya tiga jenis nafs, yaitu : 1. Nafs Muthmainat, yaitu nafsu yang tenang, jauh dari segala keguncangan, selalu mendorong berbuat kebajikan. 2. Nafs Ammarat, yaitu nafsu yang selalu mendorong berbuat kejahatan, tunduk kepada nafsu syahwat dan panggilan setan 3. Nafs lawwamat, yaitu nafsu yang belum sempurna, selalu melawan kejahatan tapi suatu saat melakukan kejahatan yang disesalinya. Jadi sifat orang yang telah mencapai tingkat muthmainnat adalah hatinya selalu tentram karena ingat kepada allah, yakin seyakin- yakinnya terhadap apa yang diyakininya sebagai kebenaran, dan oleh karena itu tidak mengalami konflik batin, tidak merasa cemas, dan tidak pula takut.

KESIMPULAN Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa konsep manusia ini

menurut pandangan islam mempunyai kapasitas yang paling tinggi, mempunyai kecenderungan untuk dekat kepada tuhan melalui kesadarannya tentang kehadiran tuhan yang terdapat jauh dibawah alam sadarnya. Dan manusia juga diberikan kepercayaan dan jalan masing- masing dan diberikan kesabaran moral untuk memilih mana yang baik dan yang buruk, Seperti kejiwaan manusia aql, Qalb, bashirat, syahwat dan hawa diciptakan tuhan dengan sangat sempurna dan manusia juga adalah makhluk yang dimuliakan tuhan dan diberi kesempurnaan dibandingkan dengan makhluk lainnya serta ia pula yang telah diciptakan tuhan dalam bentuk yang sebaik- baiknya.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Mubarok, Psikologi Dakwah, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012. Najati, M Ustman, Al- Quran dan ilmu jiwa, bandung : pustaka, 1985 Shihab, M. Quraish, Wawasan Al- Quran, bandung : Mizan, 1996

Hanna Djumhana Bastaman, Integrasi Psikologi Dengan Islam, Yogyakarta : Yayasan Insan Kamil dan Pustaka Pelajar,1995

Anda mungkin juga menyukai