Asuhan Kefarmasian
Asuhan Kefarmasian
Asuhan Kefarmasian
Kualitas hidup:
Mobilitas fisik
Bebas dari kesakitan
Mampu memelihara diri sendiri
Mampu ikut serta dalam interaksi sosial yang normal (Richard,
2006)
Produk Pasien
Pengendalian Pengadaan
ORIENTASI PRODUK
Dimensi :
Jenis
Jumlah
Harga
Penerimaan
Distribusi
PRODUK
Penyimpanan
Langkah Asuhan Kefarmasian (Rover, JP., et al., 2003)
Kumpulkan
Info
Out
come Review
Pastikan
Monitor
Terlaksana
Modifikasi
Perbedaan Traditional Pharmacy & Pharmaceutical Care
DATA
ASSESSMENT
Pharmaceutical DRP
Care PROCESS
KONSELING
DOKTER
pasien
DATA
Data yang penting mengenai pasien dapat digolongkan dalam tiga
kategori :
a. Karakter klinis dari penyakit atau kondisi pasien, meliputi : umur,
seks, etnis, ras, sejarah sosial, status kehamilan, status
kekebalan, fungsi ginjal, hati dan jantung, status nutrisi, serta
harapan pasien.
b. Obat lain yang dikonsumsi pasien, berkaitan dengan terapi obat
pada saat ini dan masa lalu, alergi obat, profil toksisitas, adverse
drug reaction, rute dan cara pemberian obat, dan persepsi
mengenai pengobatannya.
c. Penyakit, keluhan, gejala pasien meliputi masalah sakitnya
pasien, keseriusan, prognosa, kerusakan, cacat, persepsi pasien
mengenai proses penyakitnya.
Data dapat diperoleh dari beberapa sumber :
pasien sendiri,
orang yang merawat pasien,
keluarga pasien,
medical record,
profil pasien dari farmasis,
data laboratorium,
dokter, perawat & profesi kesehatan lainnya (Cipolle et al., 1998).
d. Reaksi Tipe D
Reaksi tipe D adalah reaksi tertunda, misalnya teratogenesis
dan karsinogenesis.
e. Reaksi Tipe E
Reaksi tipe E, penghentian penggunaan misalnya timbul
kembali karena ketidakcukupan adrenokortikal.
Frekuensi pemberian
Banyak obat harus diberikan pada jangka waktu yang sering
untuk memelihara konsentrasi darah dan jaringan. Namun,
beberapa obat yang dikonsumsi 3 atau 4 kali sehari biasanya
benar-benar manjur apabila dikonsumsi sekali dalam sehari.
Durasi obat
Penggunaan antibiotik harus diminum sampai habis selama
satu kurun pengobatan, meskipun gejala klinik sudah
mereda atau menghilang sama sekali.
Interval waktu minum obat juga harus tepat, bila 4 kali
sehari berarti tiap enam jam, untuk antibiotik hal ini sangat
penting agar kadar obat dalam darah berada di atas kadar
minimal yang dapat membunuh bakteri penyebab penyakit.
g. Pasien mengalami kondisi keadaan yang tidak diinginkan
akibat tidak minum obat secara benar (non compliance) :
Beberapa penyebabnya adalah : obat yang dibutuhkan tidak ada,
pasien tidak mampu membeli, pasien tidak memahami instruksi,
pasien memilih untuk tidak mau minum obat karena alasan
pribadi dan atau pasien lupa minum obat
Kepatuhan minum obat tingkat ketepatan perilaku seorang
individu dengan nasihat medis atau kesehatan untuk minum obat.
h. Interaksi Obat
Interaksi obat adalah peristiwa di mana kerja obat dipengaruhi
oleh obat lain yang diberikan bersamaan atau hampir bersamaan.
Efek obat dapat bertambah kuat atau berkurang karena interaksi
ini akibat yang dikehendaki dari interaksi ini ada dua
kemungkinan yakni meningkatkan efek toksik atau efek samping
atau berkurangnya efek klinik yang diharapkan.
Hubungan kerja antara dokter & apoteker