LP Herpes Simplek

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 25

BAB I

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1.1 Definisi
 Herpes simplex adalah erupsi vesikula padakulit dan membran mukosa yang
disebabkan oleh virus herpes (Geri Morgan & Carol Hamilton. 2003).
 Herpes simplex adalah infeksi yang di sebabkan Herpes simplex virus (HVS) tipe 1
dan tipe 2, meliputi herpes orolabialis dan herpes genitalis. Penularan virus paling
sering terjadi melalui kontak langsung dengan lesi atau sekret genital/oral dari
individu yang terinfeksi (Wolf, dkk. 2008).
 Herpes kulit / penyakit herpes simplex adalah penyakit kulit karena infeksi yang
disebabkan oleh jenis virus herpes simplex 1 (HVS-1), virus yang sama yang
menyebabkan luka dingin di bibir (www.kesehatan.com).

1.2 Etiologi
Herpes simplex disebabkan oleh Herpes Virus Hominis (HSV). Terdapat 2 jenis virus
herpes simplex yang menginfeksi kulit, yaitu HSV-1 dan HSV-2. HSV-1 merupakan
penyebab dari luka di bibir (herpes labialis) dan luka di kornea mata (keratitis herpes
simpleks), biasanya ditularkan melalui kontak dengan sekresi dari atau di sekitar mulut.
HSV-2 biasanya menyebabkan hespes genetalis dan terutama ditularkan melalui kontak
langsung dengan luka selama melakukan hubungan seksual.

Virus Herpes Simpleks


Virus Herpes Simpleks adalah virus DNA yang dapat menyebabkan infeksi akut pada
kulit yang ditandai dengan adanya vesikel berkelompok di atas kulit yang sembab. Ada 2
tipe virus herpes simpleks yang sering menginfeksi yaitu:
a. HSV-Tipe 1 (Herpes Simplex Virus Type I)
b. HSV-Tipe 2 (Herpes Simplex Virus Type II)

Klasifikasi Ilmiah
Famili : Herpesviridae
Subfamili : Alphaherpesvirinae
Genus : Simpleksvirus
Spesies : Virus Herpes Simpleks Tipe 1 dan Virus Herpes simpleks Tipe 2

Struktur, Komposisi, dan Sifat


Virus herpes berukuran besar di bandingkan dengan virus lain. Struktur virus herpes dari
dalam ke luar terdiri dari genom DNA untai ganda liniar berbentuk toroid, kapsid,
lapisan tegumen, dan selubung. Dari selubung keluar tonjolan-tonjolan (spike), tersusun
atas glikoprotein. Terdapat 10 gliprotein untuk HSV-1 pembungkus berasal dari selaput
inti sel yang terinfeksi yaitu gliprotein (g)B, gD, gE, gH, gI. gK, gL, dan M. Gliprotein D
dan gliprotein B merupakan bagian penting untuk infeksivitas virus. Gliprotein G HSV-1
berbeda denga HSV-2 sehingga antibodi terhadapnya dapat dipakai untuk membedakan
kedua spesies tersebut. Virus herpes humanus relatif tidak stabil pada suhu kamr dan
dapat dirusakkan dengan perebusan alkohol, dan pelarut lipid seperti eter atau kloroform.

Replikasi Virus
Virus masuk ke dalam sel melalui fusi antara glikoprotein selubung virus dengan
reseptornya yang terdapat di membran plasma. Selanjutnya nukleokapsid pindah dari
sitoplasma ke inti sel. Setelah kapsid rusak, genom virus dilepas di dalam sel, berubah
dari liniar menjadi sirkular. Sebagai gen langsung ditranskripsikan dan produk RNA-nya
dipindahkan ke sitoplasma. Pada tahap akhir, dengan bantuan protein beta, terjadi
transkripsi dan translasi late genes menjadi protein gamma.
Transkripsi DNA virus menjadi sepanjang siklus replikasi di dalam sel dengan bantua
enzim RNA polimerase sel pejamu dan protein virus lain. Transkrip dalam bentuk DNA
virus inti sel melalui proses eksositotis. Satu kali siklus replikasi berlangsung sekitar 18
jamuntuk herpes simplek.
Relikasi HSV di dalam sel akan menghambat sintesis DNA dan protein selular sejak fase
dini replikasi.

Infeksi Awal Virus Herpes


Setelah infeksi awal, virus herpes tidak memberi dampak apa-apa di dalam tubuh, tetapi
dapat memberi berbagai rangsangan seperti stres, menstruasi, penggunaan obat-obatan
yang menekan sistem kekebalan tubuh dan kerusakan kulit dari panas matahari atau
bahan kimia. Seberapa sering virus herpes tersebut aktif akan bervariasi dari satu orang
ke orang berikutnya.
Virus melewati respon kekebalantubuh biasanya oleh serat saraf penetrasi. Sebagai
sistem kekebalan tubuh yang bergerak untuk mengendalikan infeksi, virus herpes
menyembunyikan dirinya sendiri didalam sel saraf dan cangkokan jauh dari tempat
kejadian dengan menumpang pada sistem saraf transportasi khusus yang digunakan
untuk memindahkan material dari satu ujung ke ujung.
Dengan cara ini virus herpes dibawa ke tubuh sel saraf di dalam pembengkakan di sebut
ganglion yang terletak di dekat dengan sumsum tulang belakang. Ketika mencapai tubuh
sel, DNA virus akan ditambahkan bersama DNA sel saraf sendiri dalam nukleus. Pada
tahap selanjutnya virus herpes memproduksi dirinya sendiri menggunakan DNA virus
yang tersembunyi dalam sel saraf. Partikel partikel virus baru dirakit kemudian
dikirimkan kembali ke saraf saraf ke daerah kulit kemudian bertambah terus menerus
(misalnya di sekitar bibir).
Dalam kasus yang jarang virus herpes simplek juga bisa menyebabkan infeksi yang lebih
serius, seperti meningitis, ensefalitis (infeksi otak), herpes neonatal, dan ulserasi kornea,
jaringan parut infeksi mata yang mengakibatkan penurunan fungsi visual. Virus herpes
juga dapat menyebabkan infeksi umum yang lebih parah diantara orang-orang dengan
kekebalan lemah.

Jenis Virus Herpes Simplex


1) HSV-Tipe I (Herpes Simplex Virus Type I)
HSV-Tipe 1 biasanya menginfeksi daerah mulut dan wajah (Oral Herpes). HSV-1
menyebabkan munculnya gelembung berisi cairan yang terasa nyeri pada mukosa
mulut, wajah dan mata. HSV-1 ditransmisikan melalui sekresi oral, virus menyebae
melalu droplet pernapasan atau melalui kontak langsung dengan air liur yang
terinfeksi. Ini sering terjadi selama berciuman, atau dengan memakan atau
meminum dari perkakas yang terkontaminasi. HSV-1 dapat menyebabkan herpes
genitalis melalui transmisi selama seks oral-genital. Karena virus ditransmisikan
melalui sekresi dari oral atau mukosa (kulit)nhenital, biasanya tempat infeksi pada
laki-laki termasuk batang dan kepala penis, skrotum, paha bagian dalam, anus.
Labia, vagina serviks, paha bagian dalam, anus tempay yang biasa pada wanita.
Mulut juga dapat menjadi tempat infeksi untuk keduanya.
2) HSV-Tipe II (Herpes Simplex Virus Type II)
HSV-Tipe-2 biasanya menginfeksi daerah genital dan sekitar anus (Genital
Herpes). HSV-2 atau herpes genital ditularkan melalui hubungan seksual dan
menyebabkan gelembung berisi cairan yang terasa nyeri pada membran mukosa
alat kelamin. Infeksi vagina terlihat seperti bercak dengan luka. Pada pasien
mungkin muncul iritasi, penurunan kesadaran yang disertai pusing, dan kekuningan
pada kulit (jaundice) dan kesulitan bernafas atau kejang. Lesi biasnya hilang dalam
2 minggu infeksi. Penyebaran herpes genitalis atau herpes simplek 2 dapat melalui
kontak langsung antara seseorang yang tidak memiliki antigen terhadap HSV-2
dengan seseorang yang terinfeksi HSV-2. Kontak dapat melalui membran mukosa
atau kontak langsung kulit dengan lesi. Transmisi juga dapat terjadi dari seorang
pasangan yang tidak memiliki luka yang tampak. Kontak tidak langsung dapat
melalui alat-alat yang dipakai penderita karena HSV-2 memiliki envelope sehingga
dapat bertahan hidup sekitar 30 menit di luar sel.

Penyakit Yang Ditimbulkan Virus Herpes Simpleks


1) HSV-1
a. Gingivostomatitis herpetik akut
Penyakit ini sering terjadi pada anak-anak kecil (usia 1-3 tahun) dan terdiri atas
lesi-lesi vesikuloulseratifyang luas dari selaput lendir mulut, demam, lekas
marah dan limfadenopati lokal. Masa inkubasi pendek (sekitar 3-5 hari) dan
lesi-lesi menyembuh dalam 2-3 minggu.
b. Keratojungtivitis
Suatu infeksi awal HSV-1 yang menyerang kornea mata dan dapat
mengakibatkan kebutaan.
c. Herpes Labialis
Terjadi pengelompokan vesikel-vesikel lokal, biasanya pada perbatasan
mukokutan bibir, vesikel pecah, meninggalkan tukak yang rasanya sakit dan
menyembuh tanpa jaringan parut. Lesi-lesi kambuh kembai secara berulang
pada berbagai interval waktu.
2) HSV-2
a. Herpes Genitalis
Herpes genetalis di tandai oleh lesi-lesi vesikuloulseratif pada penis atau
serviks, vulva, vagina, dan perineum wanita. Lesi terasa sangat nyeri dan di
ikuti dengan demam, malaise, disuria, dan limfadenofati inguinal. Infeksi herpes
genetalis dapat mengalami kekambuhan dan beberapa kasus kekambuhan
bersifat asimtomatik. Bersifat simtomatik ataupun asimtomatik, virus yang
dikeluarkan dapat menularkan infeksi pada pasangan seksual seseorang yang
telah terinfeksi.
b. Herpes Neonatal
Herpes neonatal merupakan infeksi HSV-2 pada bayi yang baru lahir. Virus
HSV-2 ini ditularkan ke bayi baru lahir pada waktu kelahiran melalui kontak
dengan lesi-lesi herpetik pada jalan lahir. Untuk menghindari infeksi, dilakukan
persalinan melalui bedah caesar terhadap wanit hamil dengan lesi-lesi herpes
genetalis. Infeksi herpes neonatal hampir selalu simtomatik. Dari kasus yang
tidak diobati, angka kematian seluruhnya sebesar 50%.

1.3 Manifestasi Klinik


a. Masa Inkubasi
1) Berkisar 2-24 hari setelah infeksi.
b. Fase Prodromal
1) Berkisar 2-6 minggu.
2) Lesi.
3) Virus bersipat menular.
4) Demam ringan.
c. Fase Vesikel
1) Vesikel pecah, menjadi ulkus dan krusta dalam 48 jam.
2) Lesi dapat sembuh dalam 7-14 hari.
3) Faktor predisposisi diantaranya stress, demam, terpaparnya sinar UV, kelelahan
dan mentruasi.
d. Fase Laten
1) Penyebab infeksi yang luas dan mungkin terjadi pada orang-orang dengan
immunosuppressed.
2) Biasanya menyebabkan herpes tabialis ditandai dengan munculnya vesikula
superfisial yang jelas dasae erythematus, biasanya pada muka atau bibir,
mengelupas dan akan sembuh dalam beberapa hari.

1.4 Patofisiologi
Infeksi primer dimulai 2-20 hari mengalami kontak. Infeksi genetalia HSV-1 dan HSV-2
secara klinis identik. Individu dengan riwayatlesi orang dan antibodi HSV-1 cenderung
untuk menderita infeksi HSV-2 yang tidak begitu berat. Infeksi primer
dapatmenimbulkan lesi atau gejala yang ringan atau tidak sama sekali. Akan tetapi pada
wanita, infeksi herpes genetalis primer secara khas ditunjukan oleh adanya vesikel
nultipel pada labia mayora dan minora, menyebar pada perineum dan paha, yang
kemudian berlanjut menjadi tukak yang sangat nyeri.
HSV mempunyai kemampuan untuk reaktivitasi melalui beberapa rangan (misalnya :
demam, trauma, stress emosional, sinar matahari dan menstruasi). HSV tipe 1 dapat aktif
kembali 8-10 kali lebih sering di daerah genetl daripada genitalia. Sementara itu, HSV-1
dapat aktif kembali dan lebih sering pada bagian oral dari pada genital daripada
orolabial. Reaktivitas lebih umum dan parah terjadi pada individu dengan kondisi
penurunan fungsi imun.

1.5 Komplikasi
HSV-1
1) Gingivostomatitis herpetik akut
Penyakit ini sering terjadi pada anak-anak kecil (usia 1-3 tahun) dan terdiri atas
lesi-lesi vesikuloulseratifyang luas dari selaput lendir mulut, demam, lekas marah
dan limfadenopati lokal. Masa inkubasi pendek (sekitar 3-5 hari) dan lesi-lesi
menyembuh dalam 2-3 minggu.
2) Keratojungtivitis
Suatu infeksi awal HSV-1 yang menyerang kornea mata dan dapat mengakibatkan
kebutaan.
3) Herpes Labialis
Terjadi pengelompokan vesikel-vesikel lokal, biasanya pada perbatasan mukokutan
bibir, vesikel pecah, meninggalkan tukak yang rasanya sakit dan menyembuh tanpa
jaringan parut. Lesi-lesi kambuh kembai secara berulang pada berbagai interval
waktu.
HSV-2
1) Herpes Genitalis
Herpes genetalis di tandai oleh lesi-lesi vesikuloulseratif pada penis atau serviks,
vulva, vagina, dan perineum wanita. Lesi terasa sangat nyeri dan di ikuti dengan
demam, malaise, disuria, dan limfadenofati inguinal. Infeksi herpes genetalis dapat
mengalami kekambuhan dan beberapa kasus kekambuhan bersifat asimtomatik.
Bersifat simtomatik ataupun asimtomatik, virus yang dikeluarkan dapat
menularkan infeksi pada pasangan seksual seseorang yang telah terinfeksi.
2) Herpes Neonatal
Herpes neonatal merupakan infeksi HSV-2 pada bayi yang baru lahir. Virus HSV-2
ini ditularkan ke bayi baru lahir pada waktu kelahiran melalui kontak dengan lesi-
lesi herpetik pada jalan lahir. Untuk menghindari infeksi, dilakukan persalinan
melalui bedah caesar terhadap wanit hamil dengan lesi-lesi herpes genetalis.
Infeksi herpes neonatal hampir selalu simtomatik. Dari kasus yang tidak diobati,
angka kematian seluruhnya sebesar 50% (Sardjito, 2003).

1.6 Pemeriksaan Penunjang


A. Tes Sitologi
1) Tzanck Test.
2) Pap Smear
Tes ini pengujinya dengan mengorek dari lesi herpes kemudian
menggunakan pewarnaan werght dan giemsa. Pada pemeriksaan ditemukan
sel raksasa khusus dengan banyak nucleus atau partikel khusus yang
membawa virus (inklusi). Mengindikasikan infeksi herpes. Tes ini cepat dan
akurat tapi tidak dapat membedakan antara herpes simplek dan herpes zoster.

B. Virologi
1) Mikroskop Cahaya
Sampel berasal dari sel-sel di dasar lesi, apusan pada permukaan mukosa,
atau dari biopsi, mungkin ditemukan intranuklear inklusi (Lipschutz
inclusion bodies). Sel-sel yang terinfeksi dapat menunjukan sel yang
membesar menyerupai balon (ballooning) dan ditemukan fusi. Pada
percobaan Tzanck dengan pewarnaan Giemsa atau Wirght, dapat ditemukan
sel datia berinti banyak dan badan inklusi intranuklear.
2) Pemeriksaan antigen langsung (imunofluoresensi)
Sel sel dari spesimen di masukan dalam aseton yang dibekukan. Kemudian
pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan cahaya elektron (90% sensitif,
90% spesifik) tetapi, pemeriksaan ini tidak dapat dicocokan dengan kultur
virus.
3) PCR
Test reaksi rantai polimer untuk DNA HSV lebih senditif dibandingkan
kultur viral tradisional (sensitivitasnya >95% dibandingkan dengan kultur
yang hanya 75%). Tetapi penggunaanya dalam mendiagnosis infeksi HSV
belum dilakukan secara reguler, kemungkinan besar karena biayanya mahal.
Tes ini biasanya digunakan untuk mendiagnosis ensefalitis HSV karena
hasilnya yang lebih cepat dibandingkan kultur virus.
4) Kultur virus
Kultur virus dari cairan vesikel pada lesi (+) untuk HSV adalah cara yang
paling baik karena paling sensitif dan spesifik dibanding dengan cara-cara
lain. HSV dapat berkembang dalam 2 sampai 3 hari. Jika tes ini (+), hampir
100% akurat, khususnya juka cairan berasal dari vesikel primer daripada
vesikel rekuren. Pertumbuhan virus dalam sel ditunjukan dengan terjadinya
granulasi sitoplasmik, degenerasi balon dan sel raksasa berinti banyak. Sejak
virus sulit berkembang, hasil tesnya sering (-). Namun cara ini memiliki
kekurangan karena waktu pemeriksaan yang lama dan biayanya yang mahal.
Virus Herpes dapat ditemukan pada vesikel dan dapat dibiak. Jika tidak ada
lesi dapat diperiksa antibodi VHS. Pada percobaan Tzanck dengan
pewarnaan Giemsa dari bahan vesikel dapat ditemukan sel datia berinti
banyak dan badan inklusi intranuklear.

C. Tes Serologi
Dapat mengidentifikasi antibodi yang spesifik untuk virus dan jenis, herpes
simplek virus 1 (HSV-1) atau virus simplek 2 (HSV-2). Ketika herpes virus
mengifeksi seseorang, sistem kekebalan tubuh tersebut menghasilkan antibodi
spesifik untuk melawan virus. Adanya antibodi terhadap herpes menunjukan
bahwa seseorang adalah pembawa virus dan mungkin mengirimkan kepada orang
lain.
Tes antibodi terhadap protein yang berbeda yang berkaitan dengan virus herpes
yaitu Glikoprotein GG-1 dikaitkan dengan HSV-1 dan Glikoprotein GG-2
berhubungan dengan HSV-2.
Meskipun Glikoprotein (GG) jenis tes spesifik telah tersedia sejak tahun1999,
banyak tes khusus non tipe tua masih di pasar. CDC merekomendasikan tipe-
spesifik GG tes untuk diagnosa herpes.
Pemeriksaan serologi yang paling akurat bila diberikan 12-16 minggu setelah
terpapar virus. Fitur tes meliputi
1) ELISA
Dasar dari pemeriksaan ELISA adalah adanya ikatan antara antigen dan
antibodi, dimana antigen berasal dari konjugat igC dan antibodi berasal dari
serum spesimen. Setelah spesimen dicuci untuk membersihkan sample dari
material (HRP) kemudian diberi label antibodi igG konjugat. Konjugat ini
dapat mengikat antibodi spesifik HSV-2. Komplek imun dibentuk oleh ikatan
konjugat yang ditambah dengan Tetramethylbenzidine (TMB) yang akan
memberikan reaksi berwarna biru. Asam sulfur ditambahkan untuk
menghentikan reaksi yang akan memberikan reaksi warna kuning.
Pembacaan reaksi dilakukan dengan mikrowell plate reader ELISA dengan
panjang gelombang 450 nm.
Interprestasi hasil :
 Jika terdapat antibodi HSV-2 berarti pernah terinfeksi HSV-2, virus
dorman didalam nervus sakralis dan pasien sedang menderita herpes
genitalis.
 Jika antibodi HSV-2 tidak ada berarti 95-98% tidak menderita herpes
genitalis kecuali klien baru saja terinfeksi HSV-2 karena antibodi baru
akan membentuk 6 minggu kemudian, bahkan ada beberapa individu (1
diantara 5) baru mampu membentuk antibodi tersebut setelah 6 bulan,
oleh karena itu lebih baik mengulang pemeriksaan 6-8 minggu
kemudian.
 Jika terdapat antibodi HSV-1 berarti klien mengalami infeksi HSV-1.
Antibodi ini tidak bisa mendeteksi virus dorman. Pada sebagian besar
orang (>90%) virus berada dalam syaraf mulut dan mata. Beberapa
orang yang mempunyai infeksi HSV-1 pada genital dapat mempunyai
antibodi dari infeksi HSV-1 pada daerah genital.
 Jika tidak terdapat antibodi HSV-1 dan HSV-2, berarti klien tidak
terinfeksi HSV-1 maupun HSV-2 tetapi suatu ketika klien mungkin
dapat terinfeksi. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa klien baru
saja terinfeksi tetapi belum terbentuk antibodi.
 Pada infeksi primer, antibodi HSV-1 dan HSV-2 dapat terdeteksi pada
hari-hari awal setelah onset dari penyakit. Serokonversi terhadap
kandungan antibodi IgM dan IgG diperlukan sebagai deteksi adanya
infeksi primer, sebagai tambahan IgM dan IgG. Ketika infeksi berjalan,
antibodi IgM dan IgA belum terdeteksi beberapa minggu-bulan ketika
individu tersebut telah mempunyai antibodi IgG yang menetap dalam
tubuhnya untuk seumur hidup dan dalam titer yang tinggi. Pola serologis
yang lain membuktikan kandungan IgG, IgM dan IgA pada kasus
reaktivitasi dari infeksi laten atau periode reinfeksi. Sebagai besar serum
sampel diambil dalam waktu 7-10 hari setelah terinfeksi menunjukan
peningkatan antibodi IgG yang signifikan. Peningkatan kadar antibodi
IgA juga sering ditemui, peningkatan serokonversi IgA pada kasus
dimana juga terjadi peningkatan kadar IgG menunjukan bahwa serum
sampel serologik terinfeksi HSV.
2) BIOKIT HSV
Test ini mendeteksi HSV-2 saja. Keunggulan utamanya adalah bahwa hanya
membutuhkan tusukan dan hasil yang disediakan dalam waktu kurang dari 10
menit dan lebih murah.
3) Western Blot Test
Westren Blot Test merupakan test yang sangat akurat untuk mendeteksi
HSV, namun harganya lebih mahal dibangdingkan dengan tes-tes yang lain
dan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menginterprestasikannnya.
Test ini merupakan metoda gold standard dalam pemeriksaan antibodi. Tes
ini hanya digunakan sebagai referensi dan konfirmasi apabila tes dengan
ELISA menunjukan hasil yang meragukan. Test ini memiliki ketelitian untuk
menyimpulkan secara spesifik bahwa sample benar benar mengandung
antibodi terhadap protein tertentu dari virus.

1.7 Penatalaksanaan Medis dan Non Medis


A. Penatalaksanaan Medis
Obat antivirus yang kini telah banyak dipakai adalah acylovir, di samping itu ada 2
macam obat lagi antivirus yaitu valacylovir dan famacyclovir. Efek obat antivirus
tersebut belum dapat mengeradikasi virus, yang ada hanya mengurangi viral
shedding, memperpendek hari sakit dan memperpendek rekurensi.
1) Asiklovir
Asiklovir adalah obat pilihan untuk herpes simplex. Obat inidiberikan dalam
tablet atau cairan intravena dan efektif untuk mengatasi herpes kulit.obat ini
menghambat sintesis DNA virus Herpes Simplex. Salep asiklovir tidak
mencegah kekambuhan atau memendekan waktu erupsi herpes pada pasien yang
sehat.
Biasanya pasien dengan herpes primer diobati secra simtomatik dengan
kompres, antibiotika topikal, obat-obatan penghilang nyeri dan asiklovir oral
200 mg 5 kali sehari selama 5-10 hari. Pemberian asiklovir dapat membuat
pasien mengalami rasa sakit yang kurang dan resolusi yang lebih cepat dari lesi
kulit bila digunakan dalam waktu 48 jam dari onset ruam. Mungkin dapat
mencegah rekurensi.
Infeksi herpes berulang diobati dengan asiklovir 200 mg 5 kali sehari. Asiklovir
400 mg oral 3 kali sehari dapat membantu mengurangi serangan kekambuhan
dari herpes simplek. Jika ada komplikasi berat dapat diberikan asiklovir
intravena 3x5 mg/kgBB/hari selama 7-10 hari.
Pemberian terapi topikal juga mempunyai beberapa keuntungan dalam
penatalaksanaan herpes genetalis yang bersifat rekuren. Di amerika serikat
preparat asiklovir 5% topikal dalam propiletilen glikol menghasilkan efek
antivirus, tetapi hanya sedikit keuntungan klinis yang didapat. Di eropa dengan
sediaan preparat asiklovir 5% dalam krim aqua lebih efektif.
Obat topikal yang dapat diberikan adalah Penciclovir krim 1% (tiap 2 jam
selama 4 hari) atau Acyclovir krim 5% (5 kali sehari dalam 5 hari). Idealnya,
krim ini digunakan 1 jam setelah munculnya gejala, meskipun pemberian yang
terlambat juga dilaporkan masih efektif dalam mengurangi gejala serta
membatasi perluasan daerah lesi. Efek samping yang dapat dirasakan pasien
umumnya nyeri riingan termasuk rasa terbakar sementara dan rasa yang
menyengat. Reaksi otot termasuk pruritus, rash, vulvitis, dan edema.
2) Valasiklovir Oral (Valtrex)
Valasiklovir oral (valtrex) diindikasikan untuk pengobatan herpes primer 1
gram 2 kali sehari dalam 10 hari. Dan untuk herpes berulang diberikan 500 mg
2 kali sehari selama 5 hari. Terapi supresif untuk herpes berulang (500 mg
sehari) kelihatan aman untuk paling tidak 1 tahun terapi.
3) Famvir Oral (Famciclovir)
Famfir oral (famciclovir) juga efektif untuk melawan virus herpes. Obat tersebut
digunakan untuk herpes simplex berulang. Diberikan 125 mg 2 kali sehari
selama 5 hari dan menekan herpea simplex berulang dengan memberikan 250
mg 2 kali sehari selama lebih dari 1 tahun.
B. Penatalaksanaan Non Medis
Memberikan pendidikan kepada pasien dengan menjelaskan hal-hal sebagi berikut:
 Bahaya PMS dan komplikasinya.
 Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan.
 Cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks tetapnya.
 Hindari hubungan seksual sebelum sembuh, dan makakai kondom jika tak dapat
menghindari lagi.
 Cara-cara menghindari infeksi PMS di masa berlangsung lebih singkat dan
rekurens lebih panjang (Rakel, David, 2003).
 Menjaga kebersihan daerah lokal (daerah yang memungkinkan terjadinya
infeksi virus tersebut).
 Menghindari trauma atau faktor predisposisi terjadinya herpes.

2.1 Asuhan Keperawatan Herpes Simplek


2.2 Pengkajian

1. Anamnesis
Pengkajian riwayat kesehatan dilakukan secara anamnesis oleh perawat pada pasien
untuk menemukan permasalahan yang dikeluhkan oleh pasien. Secara ringkas
pengkajian riwayat kesehatan integument, meliputi hal-hal berikut:
a. Tanyakan pada pasien tentang persepsi tentang pola hidup sehat
b. Tanyakan pada pasien akan adanya lesi, kemerahan, atau memar. Bisa jadi
merupakan gangguan dari panas, dingin atau stress, berjalan-jalan ke tempat yang
terbuka, atau hasil perawatan kulit
c. Apakah pasien memperhatikan adanya perubahan warna kulit
d. Tanyakan apakah pasien mempunyai riwayat alergi yang menyebabkan
kemerahan atau bintik-bintik merah dan gatal
e. Tanyakan frekuensi mandi dan jenis sabun yang digunakan
f. Tanyakan apakah pasien mempunyai riwayat keluarga dengan gangguan kulit
yang serius seperti kanker kulit atau psoriasis
g. Tanyakan kondisi psikososial pasien dengan gangguan kulit, mekanisme koping
yang digunakan pada setiap ada permasalahan.
2. Pemeriksaan Fisik
Keterampilan perawat dalam pengkajian fisik dan pemahamannya terhadap anatomi
dan fungsi kulit dapat menjamin bahwa setiap penyimpangan dari keadaan normal
akan dapat dikenali, dilaporkan, dan didokumentasikan.
a. Warna kulit
Warna kulit normal bervariasi antara orang yang satu dengan lainnya, dan
berkisar dari warna gading hingga cokelat gelap. Kulit bagian terbuka khususnya
di kawasan yang beriklim panas dan banyak cahaya matahari cenderung lebih
berpigmen daripada tubuh yang lainnya. Efek vasodilatasi yang ditimbulkan oleh
demam, sengatan matahari, dan inflamasi akan menimbulkan bercak merah muda
atau kemerahan pada kulit
b. Tekstur kulit
Tekstur kulit normalnya lembut dan kencang. Pajanan matahari, proses penuaan,
dan perokok berat akan menimbulkan kulit sedikit lembut. Normalnya kulit
adalah elastis dan dapat cepat kembali apabila dilakukan pencubitan yang sering
disebut dengan turgor kulit baik
c. Suhu
Suhu kulit normalnya hangat, walaupun pada beberapa kondisi pada bagian
perifer seperti tangan dan telapak kaki akan teraba dingin akibat suatu kondisi
vasokontriksi
d. Kelembapan
Secara normal kulit akan teraba kering apabila disentuh. Pada beberapa kondisi
seperti adanya peningkatan aktivitas dan pada peningkatan kecemasan,
kelembapan akan meningkat
e. Bau busuk
Kulit normalnya terhindari dari segala bau yang tidak mengenakkan. Bau yang
tajam secara normal dapat ditemukan pada peningkatan produksi keringat
terutama pada area aksila dan lipatan paha.
2.3 Diagnosis Keperawatan
1) Gangguan integritas jaringan kulit b.d adanya ulkus pada genitalis.
2) Nyeri b.d kerusakan jaringan sekunder dari ulkus mole, pascadrainase.
3) Hipertermi b.d respons sistemik dari ulkus mole.
4) Kurang pengetahuan tentang penyakit dan risiko penyebaran infeksi, serta infeksi
berulang.
5) Gangguan gambaran diri (citra diri) b.d perubahan struktur kulit genitalia sekunder
dari ulkus mole.
6) Kecemasan b.d kondisi sakit pada genitalis, respons prabedah drainase.
2.4 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Perencanaan Tindakan


Keperawatan
Tujuan dan Kriteria hasil Rencana keperawatan

1 1 Tujuan : 1. Kaji tingkat kerusakan kulit


Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam 2. Jauhkan lesi dari manipulasi dan
diharapkan Integritas kulit kontaminasi
tubuh kembali seperti normal
dengan kriteria hasil: 3. Kelola tx topical sesuai program
1. Tidak ada lesi baru
2. Lesi lama mengalami 4. Berikan diet TKTP
involusi

2 2 Tujuan : 1. Kaji kualitas & kuantitas nyeri


Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam 2. Kaji respon klien terhadap nyeri
diharapkan rasa nyaman
terpenuhi dengan kriteria hasil: 3. Jelaskan tentang proses
1. Rasa nyeri penyakitnya
berkurang/hilang
2. Klien bias istirahat 4. Ajarkan teknik distraksi dan
dengan cukup relaksasi
Ekspresi wajah tenang
5. Hindari rangsangan nyeri

6. Libatkan keluarga untuk


menciptakan lingkungan yang
teraupeutik
Kolaborasi pemberian analgetik sesuai
program

3 3

4 4 Tujuan: 1. Beritahu pasien/orang terdekat


Setelah dilakukan tindakan mengenai dosis aturan, dan efek
keperawatan selama 2x15 pengobatan setrta pembatasan
menit terpenuhinya aktivitas seksual yang dapat
pengetahuan pasien tentang dilakukan.
kondisi penyakit. Dengan 2. Jelaskan tentang pentingnya
kriteria hasil : pengobatan antivirus.
3. Meningkatkan cara hidup sehat
1. Mengungkapkan
seperti intake makanan yang
pengertian tentang
baik, keseimbangan antara
proses infeksi, tindakan
aktivitas dan istirahat, monitor
yang di butuhkan
status kesehatan dan adanya
dengan kemungkinan
infeksi.
penularan
4. Beritahu pasien bahwa mereka
2. Mengenal perubahan
dapat menulari orang lain.
gaya hidup/tingkah laku
5. Identifikasi sumber-sumber
untukj mencegah
pendukung yang memungkinkan
terjadinya penularan.
untuk mempertahankan
perawatan di rumah yang
dibutuhkan.
5 5 Tujuan : 1. Ciptakan hubungan saling
Setelah dilakukan tindakan percaya antara klien-perawat.
keperawatan 3x 24 jam 2.  Dorong klien untuk menyatakan
diharapkan gangguan citra perasaannya , terutama tentang
tubuh akan hilang/berkurang cara ia merasakan , berpikir, atau
dengan kriteria hasil: memandang dirinya.
1. Klien mengatakan dan 3. Jernihkan kesalahan konsepsi
menunjukkan individu tentang dirinya,
penerimaan atas penatalaksanaan,atau perawatan
penampilannya dirinya.
2. Menunjukkan 4. Hindari mengkritik .
keinginan dan 5.  Jaga privasi dan lingkungan
kemampuan untuk individu.
melakukan perawatan 6. Berikan informasi yang dapat
diri dipercaya dan penjelasan
informasi yangtelah diberikan.
7. Tingkatkan interaksi social.
3. Melakukan pola-pola 8. Dorong klien untuk melakukan
penanggulangan yang aktivitas.
baru 9.  Hindari sikap terlalu
melindungi, tetapi terbatas pada
permintaan individu.
10. Dorong klien dan keluarga untuk
menerima keadaan.
11. Beri kesempatan klien untuk
berbagi pengalaman dengan
orang lain.
12.  Lakukan diskusi tentang
pentingnya mengkomunikasikan
penilaian kliendan pentingnya
sistem daya dukungan bagi
mereka.
13. Dorong klien untuk berbagi rasa,
masalah, kekuatiran, dan
persepsinya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Morgan Geri & Hamilton Carol. 2003.Obsetri dan Ginekologi: Panduan Praktik: Edisi
2. Jakarta: ECG.
2. Mutaqin, Arif. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen. Jakarta:
Salemba Medika.
3. http://www.kesehatan.com. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2015.
4. Manjur, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aeculapius FK UI. Jakarta.
ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN : HERPES SIMPLEKS

Prognosis Kasus 1

Seorang laki laki , Tn.S berumur 27 tahun datang ke poli kulit dan kelamin rumah
sakit respati dengn keluhan sejak 2 hari yang lalu , muncul benjolan kecil kecil di dahi dan
kelopak mata kiri, mulanya muncul eritema dan bula bula kecil di dahi kiri lalu bertambah
banyak sampai ke kelopak mata kiri kelopak mata terasa nyeri dan berat jika di gerakan ,
Tn.S juga merasakan nyeri di kulit daerah munculnya benjolan , sehari sebelumnya Tn.S
mengeluh tidak enak badan dan demam, Tn.S belum pernah berobat untuk keluhan ini dari
pemeriksaan dermatologi di dapatkan pada daerah region frontalis dan palpebra sinistra
terdapat vasikel dan bula multiple berkelompok, beberapa pecah menjadi erosi dan krusta
kekuningan , dokter menyarankan kepada Tn.S untuk melanjutkan pemeriksaan .

A. PENGKAJIAN

I. Biodata

a. Nama pasien : Tn. S


Umur/tgl lahir : 27 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Diagnosa Medis : Herpes Simpleks
b. Nama Penanggung jawab : Keluarga Klien

II. Riwayat Kesehatan Klien

a. Keluhan Utama
Klien merasakan nyeri dikulit daerah munculnya benjolan
b. Riwayat Penyakit Sekarang
1. Alasan Masuk Rumah Sakit
klien datang ke poli kulit dan kelamin rumah sakit respati dengan keluhan sejak 2
hari lalu, muncul benjolan kecil – kecil di dahi dan kelpoak mata kiri.
2. Keluhan Pada saat dikaji
Klien merasakan nyeri dikulit daerah munculnya benjolan mulanya muncul
eritema dan bula – bula kecil didahi kiri lalu bertambah banyak sampai ke kelopak
kiri . kelopak mata terasa nyeri dan berat jika digerakan.
3. Keluhan Penyerta
klien merasakan tidak enak badan dan demam.

c. Riwayat Kesehatan Dahulu


- Riwayat pengobatan :
klien mengatakan belum pernah berobat.

III. Pemeriksaan Fisik

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan Umum dan Kesadaran


Kesadaran : compos mentis

c. Pemeriksaan Fisik Persystem

1. Sistem integumen
Terdapat eritema dan bula – bula kecil

IV. Tes Diagnostik atau Pemeriksaan Penunjang

- Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan Diagnostik
a. Dermatologi

Hasil : Didapatkan pada region frontalis dan palpebra sinistra terdapat vesikel dan
bula multiple berkelompok, beberapa pecah menjadi erosii dan krusta
kekuningan .

2) Pemeriksaan yang dianjurkan dokter


a. Tzanck smear
b. Pemeriksaan kultur

V. Analisa Data

N0 DATA ETIOLOGI MASALAH


1 Ds : Kontak virus Nyeri b.d kerusakan
- Kelien mengatakan jaringan sekunder
kelopak mata terasa Berkembang menjadi HSV dari ulkus mole,
nyeri dan berat jika pascadrainase.
digerakan HSV tipe 1 dan 2 identik secara
- Klien mengatakan klinis
nyeri dikulit daerah
munculnya benjolan timbul vesikel multipel
(bulae-Bulae)
- Klien mengeluh tidak partikel virus menyerang
enak badan dan ganglion yang berhubungan
demam
Do : timbul vase laten yang
- Pada region frontalis belangsung lama
dan palpebra sinistra
terdapat vesikel dan factor pencetus muncul yaitu
bula multiple demam, trauma, stres
berkelompok, emosional dan menstruasi
beberapa pecah
menjadi erosi dan HSV mengalami resktivitas dan
krusta kekuningan multiplirasi kembali

sehingga HSV 2 aktiv kembali


8 –10 X

Nyeri

2 Ds : Kontak virus Gangguan integritas


- Klien mengatakan jaringan kulit b.d
muncul benjolan- Berkembang menjadi HSV adanya ulkus pada
benjolan kecil pada genitalis..
dahi dan kelopak Infeksi Akut
5mata kiri, Mulanya
muncul eritma dan Infeksi rekuren
bula-bula kecil didahi
kiri lalu bertambah setelah infeksi mukokuntaneus
bnyak sampai ke
kelopak mata kiri timbul fase laten yang
- Klien mengatakan berlangsung
tidak enak badan dan
demam fase laten terputus oleh
Do : reaktivitas virus yang disebut
- Pada region frontalis fase rekuren
dan palpebra sinistra
terdapat vesikel dan timbul infeksi yang asitomatik
bula multiple
berkelompok, menyebar ke bagian kulit lain
beberapa pecah
menjadi erosi dan GG integritas kulit
krusta kekuningan

3 Ds : Kontak virus Kurang pengetahuan


- Klien mengatakan tentang penyakit dan
sehari sebelumnya Berkembang menjadi HSV risiko penyebaran
mengeluh tidak enak infeksi, serta infeksi
badan Infeksi Akut berulang.
- Klien mengatakan
belum pernah berobat Infeksi rekuren
untuk keluhan ini
setelah infeksi mukokuntaneus

timbul fase laten yang


berlangsung

fase laten terputus oleh


reaktivitas virus yang disebut
fase rekuren

timbul infeksi yang asitomatik

menyebar ke bagian kulit lain

kurang terpapar informasi

kurangnya pengetahuan

VI. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri b.d kerusakan jaringan sekunder dari ulkus mole, pascadrainase.


2. Gangguan integritas jaringan kulit b.d adanya ulkus pada genitalis.
3. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan risiko penyebaran infeksi, serta infeksi berulang.

VII. Intervensi Keperawatan

N DX TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


O KEP
1. Nyeri akut Tupan : 1. Selidiki keluhan nyeri, 1. Untuk membantu dalam pengkajian
berhubunga Setelah dilakukan perhatikan lokasi, pasien dan untuk menentukan
n dengan tindakan keperwatan itensitas nyeri, dan intervensi yang dapat dilakukan
perubahan selama 3x24jam skala 2.   Intervensi dini pada kontrol nyeri
agen diharapkan masalah 2. Anjurkan pasien untuk memudahkan pemulihan otot dengan
cedera Nyeri akut teratasi melaporkan menurunkan tegangan otot
biologis Tupen : nyerisegera saat mulai 3.    Respon autonomik meliputi,
(herpes Setelah dilakukan 3. Pantau tanda-tanda perubahan pada TD, nadi, RR, yang
simpleks) tindakan selama 1x24 vital berhubungan dengan penghilangan
jam diharapkan nyeri
masalah Nyeri akut 4.    Dengan sebab dan akibat nyeri
teratasi dengan diharapkan klien berpartisipasi
Kriteria Hasil : 4. Jelaskan sebab dan dalam perawatan untuk mengurangi
 Klien akibat nyeri pada nyeri
mengatakan klien  serta 5.    Mengurangi nyeri yang diperberat
tidak nyeri keluarganya oleh gerakan
lagi 5. Anjurkan istirahat 6.    Menurunkan tegangan otot,
 Klien tampak selama fase akut meningkatkan relaksasi, dan
rileks dan 6. Anjurkan teknik meningkatkan rasa kontrol dan
tenang distruksi dan relaksasi kemampuan koping
 Klien bisa 7.    Memberikan dukungan (fisik,
beraktivitas emosional, meningkatkan rasa
dengan 7. Berikan situasi kontrol, dan kemampuan koping)
nyaman lingkungan yang 8. Menghilangkan ataumengurangi
kondusif keluhan nyeri klien
8. Kolaborasi dengan tim
medis dalam
pemberian medikasi
sesuai indikasi
2. Gangguan Tupan : 1. Anjurkan pasien 1. Tekanan baju / balutan
integritas Setelah dilakukan menggunakan pakaian meminimalkan jaringan parut
kulit tindakan keperawatan yang longgar dengan mempertahankannya datar,
berhubunga selama 3x24jam lembut, dan lunak.
n dengan diharapkan masalah 2. Hindari kerutan pada 2. Menghindari tekanan lama pada
penurunan Gangguan integritas tempat tidur jaringan, menurunkan potensial
imunologis kulit teratasi iskemia jaringan/ nekrosis dan
ditandai Tupen : pembentukan dekubitus
dengan Setelah dilakukan 3. Jaga kebersihan kulit 3. Klien yang mengalami kelainan
adanya tindakan keperawatan agar tetap bersih dan kulit itu harus selalu dibersihkan.
ulkus selama 1x24jam tetap kering Jika tidak, kulit bisa menjadi media
superfisial diharapkan masalah sehingga bakteri bisa masuk
di area Gangguan integritas 4. Mobilisasi pasien 4. Mencegah secara progresif
genital. kulit dapat teratasi mengencangkan jaringan parut dan
dengan Kriteria kontraktur, meningkatkan
hasil : pemeliharaan fungsi otot / sendi dan
-Klien menunjukkan mencegah menurunkan kehilangan
perilaku atau tehnik kalsium dari tulang
untuk mencegah 5. Monitor kulit akan 5. Menunjukkan proses inflamasi
kerusakan atau cidera adanya kemerahan
kulit, tidak terjadi 6. Mandikan pasien 6. Jika tidak dibersihkan, kulit bisa
kerusakan integritas dengan sabun dan air menjadi media sehingga bakteri
kulit dan tidak terjadi hangat bisa masuk. Disarankan
edema. menggunakan sabun antiseptic

3 Kurang Tupan : 1. Beritahu 1. Informasi dibutuhkan untuk


pengetahua Setelah dilakukan pasien/orang meningkatkan perawatan diri, untuk
n tentang tindakan keperawatan terdekat mengenai menambah kejelasan efektivitas
penyakit selama 2x15 menit dosis aturan, dan pengobatan dan mencegah
dan risiko terpenuhinya efek pengobatan penularan
penyebaran pengetahuan pasien setrta pembatasan pasien harus sangat disarankan
infeksi, tentang kondisi aktivitas seksual untuk menghindari kontak seksual
serta penyakit. yang dapat sementara ulkus sudah kering
infeksi dilakukan. karena mereka sangat menular dan
berulang. Tupen : 2. Jelaskan tentang dapat menyebabkan wabah
Setelah dilakukan pentingnya masyarakat.
tindakan keperawatan pengobatan
selama 1 x 15 menit antivirus. 2. Pemberian antivirus di rumah
diharapkan masalah 3. Meningkatkan cara dibutuhkan untuk mengurangi
kurangan hidup sehat seperti invasi virus pada kulit.
pengetahuan dapat intake makanan 3. Meningkatkan sistem imun dan
teratasi dengan yang baik, pertahanan terhadap infeksi.
kriteria hasil : keseimbangan 4. Dengan mengetahui kondisi ini,
1. Mengungkapk antara aktivitas maka perlu diperhatikan tindakan
an pengertian dan istirahat, higienis rutin seperti pemakaian
tentang proses monitor status alat pribadi.
infeksi, kesehatan dan 5. Keterbatasan aktivitas dapat
tindakan yang adanya infeksi. menggangu kemampuan pasien
di butuhkan 4. Beritahu pasien untuk memenuhi kebutuhan sehari-
dengan bahwa mereka hari.
kemungkinan dapat menulari
penularan orang lain.
2. Mengenal 5. Identifikasi
perubahan sumber-sumber
gaya pendukung yang
hidup/tingkah memungkinkan
laku untukj untuk
mencegah mempertahankan
terjadinya perawatan di
penularan. rumah yang
dibutuhkan.

Anda mungkin juga menyukai