INTEGUMEN Fix

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Herpes simpleks adalah infeksi akut suatu lesi akut berupa versikel
berkelompok diatas yang eriterna, dapat satu atau beberapa kelompok
terutama pada atau dekat sambungan mukokutan. Herpes simpleks disebabkan
oleh herpes simplek svirus (HSV) tipe I atau tipe II yang dapat berlangsung
primer maupun rekurens. Herpes simpleks disebut juga fever blister, cold
sore, herpes febrilis, herpes labialis, herpes genitalis (Handoko,2010).
Penyakit herpes simpleks tersebar kosmopolit dan menyerang baik pria
maupun wanita dengan frekuensi yang tidak berbeda. Sekitar 50 juta
penduduk di Amerika serikat menderita infeksi HSV tipe I biasanya dimulai
pada usia 12 tahun atau lebih. Infeksi primer oleh HSV tipe I biasanya dimulai
pada usia anak-anak, sedangkan infeksi HSV tipe II biasanya terjadi sebanyak
25-50% dari populasi pada dekade II atau III dan berhubungan dengan
peningkatan aktivitas seksual. Infeksi HSV berlangsung dalam tiga tingkat:
infeksi primer,fase laten dan infeksi rekurens (Handoko,2010).
Pada infeksi primer tempat predileksi HSV tipe I di daerah pinggang ke atas
terutama daerah mulut dan hidung yang biasanya dimulai pada usia anak-anak.
Inokulasi dapat terjadi secara kebetulan, misalnya kontak kulit pada perawat,
dokter gigi dan tenaga kesehatan lainnya yang tidak menggunkan sarung
tangan dan mengalami herpetic whitlow pada jari tangannya. Dilaporkan juga
bahwa herpetic whitlow sering didapati pada wanita dengan herpes genital.
Virus ini juga sebagai penyebab herpes esefalitis. Gejala yang ditimbulkan
berupa perasaan gatal, rasa terbakar, eritema, malaise, demam dan nyeri otot
( Helens Tabery 2009 ).

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari herpes simpleks?
2. Bagaimana etiologi dari herpes simpleks?
3. Apa manifestasi klinik dari herpes simpleks?
4. Bagaimana patofiologi dari herpes simpleks?
5. Bagaimana Pemeriksaan diagnostik herpes simpleks?
6. Bagaimana Pencegahan herpes simpleks?
7. Apa saja Pengobatan dari herpes simpleks?
8. Apa saja komplikasi dari herpes simpleks?
9. Bagaimana konsep asuhan keperawatan herpes simpleks?
10. Bagaimana aplikasi dari herpes simpleks?
1.3 Tujuan Masalah
1. Mengetahui definisi dari herpes simpleks
2. Mengetahui etiologi dari herpes simpleks
3. Mengetahui manifestasi klinik dari herpes simpleks
4. Mengetahui patofisiologi dari herpes simpleks
5. Mengetahui pemerikasaan diagnostik herpes simpleks
6. Mengetahui pencegahan herpes simpleks
7. Mengetahui pengobatan dari herpes simpleks
8. Mengetahui komplikasi dari herpes simpleks
9. Mengetahui konsep asuhan keperawatan herpes simpleks.
10. Mengetahui aplikasi asuhan keperawatan herpes simpleks.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Herpes genital adalah infeksi pada alat kelamin yang bisa menulari pria
dan wanita. Penyakit ini salah satu dari Infeksi Menular Seksual atau IMS
karena umumnya ditularkan melalui hubungan seksual (vagina, anal, dan
oral). Infeksi yang terjadi disebabkan oleh virus herpes simpleks atau sering
disebut sebagai HSV. Ketika aktif, virus ini akan berkembang dan bergerak di
antara sel-sel saraf. HSV dapat menular dan masuk ke dalam tubuh melalui
berbagai membran mukosa. Membran mukosa adalah jaringan lunak basah
yang melapisi bagian terbuka tubuh. Membran mukosa berada di beberapa
bagian tubuh dan bersinggungan langsung dengan kulit, yaitu pada dinding
mulut, bagian dalam kelopak mata, di dalam telinga, dalam saluran urin, di
dinding vagina dan anus (Helens Tabery 2009)

Dalam buku Berry T. Rous 2008 dijelaskan Virus Herpes Simpleks adalah
virus DNA yang dapat menyebabkan infeksi akut pada kulit yang ditandai
dengan adanya vesikel yang berkelompok di atas kulit yang sembab. Ada 2
tipe virus herpes simpleks yang sering menginfeksi yaitu :
1. HSV-Tipe I (Herpes Simplex Virus Type I)
2. HSV-Tipe II (Herpes Simplex Virus Type II)

3
HSV-Tipe I biasanya menginfeksi daerah mulut dan wajah (Oral Herpes),
sedangkan HSV-Tipe II biasanya menginfeksi daerah genital dan sekitar anus
(Genital Herpes). HSV-1 menyebabkan munculnya gelembung berisi cairan
yang terasa nyeri pada mukosa mulut, wajah, dan sekitar mata.HSV-2 atau
herpes genital ditularkan melalui hubungan seksual dan menyebakan
gelembung berisi cairan yang terasa nyeri pada mukosa mulut, wajah, dan
sekitar mata. HSV-2 atau herpes genital ditularkan melalui hubungan seksual
dan menyebakan gelembung berisi cairan yang terasa nyeri pada membran
mukosa alat kelamin.Infeksi pada vagina terlihat seperti bercak dengan luka.
Pada pasien mungkin muncul iritasi, penurunan kesadaran yang disertai
pusing, dan kekuningan pada kulit (jaundice) dan kesulitan bernapas atau
kejang. Lesi biasanya hilang dalam 2 minggu. Episode pertama (infeksi
pertama) dari infeksi HSV adalah yang paling berat dan dimulai setelah masa
inkubasi 4-6 hari. Gejala yang timbul, meliputi nyeri, inflamasi dan
kemerahan pada kulit (eritema) dan diikuti dengan pembentukan gelembung-
gelembung yang berisi cairan. Cairan bening tersebut selanjutnya dapat
berkembang menjadi nanah, diikuti dengan pembentukan keropeng atau kerak
(scab) (Bary T Rous 2008 ).
Ketika infeksi sedang terjadi, diagnosis herpes genital bisa dilakukan
dengan mudah dan tepat. Untuk mendiagnosis herpes genital, diperlukan
sampel cairan dari luka melepuh yang muncul. Untuk mengetahui apakah kita
menderita herpes simpleks, sampel ini akan dibawa dan diteliti di
laboratorium. Selain tes dengan menggunakan sampel cairan luka herpes,
keberadaan antibodi terhadap virus herpes juga bisa diperiksa melalui tes
darah.
PCR atau tes reaksi berantai polimerase juga bisa dilakukan untuk
mendiagnosis keberadaan virus herpes simpleks. Tes ini dapat memeriksa
keberadaan dan tipe HSV yang telah menjangkiti tubuh melalui sampel darah
atau cairan tubuh. Jika Anda mengalami kondisi kesehatan tertentu selain
herpes genital ini, Anda mungkin perlu menemui dokter spesialis untuk
menerima perawatan khusus. Infeksi yang terjadi bisa berdampak kepada
bagian tubuh yang lain.

4
Bagi wanita hamil yang terinfeksi herpes, sebaiknya segera menemui dokter
spesialis kandungan.Infeksi yang terjadi pada wanita hamil bisa menulari bayi
yang sedang dikandungnya. Pasien herpes genital yang memiliki masalah
dengan sistem kekebalan tubuh juga perlu menemui dokter spesialis. Sama
halnya dengan para penyandang HIV/AIDS dan penderita kanker. Kondisi
kesehatan penderita herpes genital sangat berpengaruh terhadap lama
tidaknya infeksi berlangsung dan juga tingkat keparahannya.
Helens Tabery 2009 menjelaskan penyakit yang ditimbulkan Virus Herpes
Simpleks
A. HSV-1
1. Gingivostomatitis herpetik akut : Penyakit ini sering terjadi pada
anak-anak kecil (usia 1-3 tahun) dan terdiri atas lesi-lesi
vesikuloulseratif yang luas dari selaput lendir mulut, demam, lekas
marah dan limfadenopati lokal. Masa inkubasi pendek(sekitar 3-5
hari) dan lesi-lesi menyembuh dalam 2-3 minggu.

2. Keratojungtivitis : Suatu infeksi awal HSV-1 yang menyerang kornea


mata dan dapat mengakibatkan kebutaan.

5
3. Herpes Labialis : Terjadi pengelompokan vesikel-vesikel lokal,
biasanya pada perbatasan mukokutan bibir. Vesikel pecah,
meninggalkan tukak yang rasanya sakit dan menyembuh tanpa
jaringan parut. Lesi-lesi dapat kambuh kembali secara berulang pada
berbagai interval waktu.

B. HSV-2
1. Herpes Genetalis : Herpes genetalis ditandai oleh lesi-lesi vesikulo
ulseratif pada penis pria atau serviks, vulva, vagina, dan perineum
wanita. Lesi terasa sangat nyeri dan diikuti dengan demam, malaise,
disuria, dan limfadenopati inguinal. Infeksi herpes genetalis dapat
mengalami kekambuhan dan beberapa kasus kekambuhan bersifat
asimtomatik. Bersifat simtomatik ataupun asimtomatik, virus yang
dikeluarkan dapat menularkan infeksi pada pasangan seksual
seseorang yang telah terinfeksi.

2. Herpes neonatal : Herpes neonatal merupakan infeksi HSV-2 pada


bayi yang baru lahir. Virus HSV-2 ini ditularkan ke bayi baru lahir
pada waktu kelahiran melalui kontak dengan lesi-lesi herpetik pada

6
jalan lahir. Untuk menghindari infeksi, dilakukan persalinan melalui
bedah caesar terhadap wanita hamil dengan lesi-lesi herpes genetalis.
Infeksi herpesneonatal hampir selalu simtomatik. Dari kasus yang
tidak diobati, angka kematian seluruhnya sebesar 50%.

2.2 Etiologi
Herpes genital disebabkan oleh virus herpes simpleks atau HSV yang
umumnya disebarkan melalui hubungan seks vagina, oral, dan anal. Dua jenis
virus yang menyebabkan herpes genital adalah HSV-1 dan HSV-2.
Penyebaran virus ini melalui kontak langsung dengan pasangan yang
terinfeksi oleh HSV. Hal ini bisa terjadi meski orang yang terinfeksi tidak
mengalami gejala apapun. Virus ini menyebar melalui bagian yang lembap
dari dinding kulit genital, mulut, dan anus. Selain itu, virus ini juga bisa
menyebar melalui luka herpes dan bisa terjadi di sekitar mulut, mata, dan
bagian tubuh lain (Helens Tabery 2009).
Herpes genital tidak bisa menyebar melalui benda perantara. Virus tidak
akan sanggup bertahan lama jika terlepas dari kulit. Peralatan seperti handuk,
alat makan, dansikat gigi biasanya tidak bisa menjadi perantara penyebaran
virus ini. Herpes genital sangat mudah menular. Setelah terinfeksi, tubuh
penderitanya akan selamanya memiliki virus ini. HSV bisa bersifat laten
untuk beberapa waktu sebelum menjadi aktif lagi. Inilah yang menyebabkan
herpes genital bisa kambuh.
Virus HSV akan kembali aktif ketika sistem pertahanan tubuh menurun.
Hal ini bisa terjadi ketika penderita sedang mengalami infeksi, sedang
mengalami masa-masa stres, sedang menjalani kemoterapi sebagai langkah

7
pengobatan kanker, atau akibat terkena virus HIV.Selain itu, konsumsi
alkohol yang berlebihan juga dapat memicu virus HSV untuk kembali aktif.

2.3 Manifestasi Klinik


Dalam buku yang ditulis Wolters 2008 dijelaskan terkadang virus herpes
simpleks (HSV) tidak menyebabkan gejala karena virus ini mampu
‘bersembunyi’ di dalam tubuh atau bersifat laten. Virus bersembunyi dari
sistem kekebalan tubuh di dalam sel-sel saraf. Ketika kambuh, virus akan
aktif kembali dan bergerak menuju kulit melalui saraf hingga menyebabkan
luka baru. Bagi yang baru pertama kali terinfeksi herpes, mungkin tidak akan
memperlihatkan adanya gejala-gejala dan sebagai akibatnya mereka tidak
tahu bahwa dirinya telah terinfeksi virus ini. Gejala-gejala herpes genital bisa
berupa:
a. Luka yang terbuka dan terlihat merah tanpa sensasi rasa sakit, gatal, atau
geli.
b. Sensasi rasa sakit, gatal, atau geli di sekitar daerah genital atau daerah
anal.
c. Luka melepuh yang kemudian pecah dan terbuka di sekitar genital,
rektum, paha, dan bokong.
d. Merasakan sakit saat membuang air kecil.
e. Sakit punggung bawah.
f. Mengalami gejala-gejala flu seperti demam, kehilangan nafsu makan, dan
kelelahan.
g. Luka terbuka atau melepuh pada leher rahim.
h. Adanya cairan yang keluar dari vagina.
Virus ini bisa menjadi laten atau tidak aktif di dalam tubuh untuk beberapa
waktu. Tapi virus dapat aktif lagi dan menyebabkan gejala herpes kembali.
Dengan kata lain, setelah gejala dari infeksi pertama menghilang, bukan
berarti virus juga menghilang dari tubuh kita ( Woltwrs 2008 ).
Sebenarnya ketika infeksi pertama kali terjadi, tubuh kita akan menghasilkan
antibodi untuk melawan infeksi. Tubuh menjadi bisa mengenali virus dan
kekuatan yang dibutuhkan untuk melawan HSV dengan lebih efektif. Maka

8
sebagai efeknya, infeksi-infeksi yang terjadi tidak akan separah infeksi yang
pertama. Frekuensi juga akan berkurang dan gejalanya akan lebih cepat
hilang.
2.4 Patofisiologi
Infeksi primer dimulai 2 sampai 20 hari setelah mengalami kontak. Infeksi
genetalia HVS tipe 1 dan 2 secara klinis identik. Individu dengan riwayat lesi
oral dan antibodi HVS tipe 1 cenderung untuk menderita infeksi HSV tipe 2
yang tidak begitu berat. Infeksi primer dapat menimbulkan lesi atau gejala
yang ringan atau tidak ada sama sekali. Akan tetapi, pada wanita, infeksi
herpes genetalis primer secara khas ditunjukkan oleh adanya vesikel multiple
pada labia mayora dan minora, menyebar pada perineum dan paha, yang
kemudian berlanjut menjadi tukak yang sangat nyeri ( Arif Muttakin dan
Kumala Sari 2013 ).
HSV mempunyai kemampuan untuk reaktivitasi melalui beberapa
rangsangan ( misalnya : demam, trauma, stres emosional, sinar matahari, dan
menstruasi ) HSV -1 dapat aktif kembali dan lebih sering pada bagian oral
daripada genetalia. Sementara itu, HSV -2 dapat aktif kembali 8-10 kali lebih
sering di daerah genetal daripada didaerah orolabial. Reaktivasi lebih umum
dan parah terjadi pada individu dengan kondisi penurunan fungsi imun ( Arif
Muttakin dan Kumala Sari 2013 ).

9
WOC (Nurarif huda amin, hardhi kusuma 2015 )

Herpes Simplek Virus (HSV ) Kontak langsung kedalam membran mukosa

HSV-1 ( Kontak dengan air HSV -2 ( Penuluran secara seksual )


liur

Infeksi Primer ( 2-20 hari )

Lesi berbentuk macula/patula

Hipertemi Pustula Rasa gatal & terbakar

Demam Pecah menjadi ulkus Kerusakan integritas


kulit

Respon sistemik tubuh Genital Mata terinfeksi


( kongjutivitis )

Nyeri Opatitis kecil pada


kornea membentuk
gambaran dendrit

Pria : glans penis, batang


Wanita ( vulva,
penis, dll
klitoris, serviks dan
anus ) Ulserasi
Gangguan pada pola seks

Jaringan parut dan


Ansietas
kebutaan yang nyata

Wanita hamil Struktur kulit


Resiko mata kering
berubah ulkus mole

Jalan lahir bayi


Gangguan citra tubuh
Resiko infeksi
10
2.5 Epidemiologi
Penyakit herpes simpleks tersebar kosmopolit dan menyerang baik
priamaupun wanita dengan frekuensi yang tidak berbeda. Infeksi primer oleh
herpessimpleks virus (HSV) tipe I biasa pada usia anak-anak, sedangkan
infeksi HSV tipe II biasa terjadi pada dekade II atau III dan berhubungan
dengan peningkatan aktivitas seksual (Handoko, 2010). Infeksi genital yang
berulang 6 kali lebih sering daripada infeksi berulang pada oral-labial infeksi
HSV tipe II pada daerah genital lebih sering kambuh dari pada infeksi HSV
tipe I di daerah genital dan infeksi HSV tipe I pada oral-labial lebih sering
kambuh daripada infeksi HSV tipe II di daerah oral. Walaupun begitu infeksi
dapat terjadi di mana saja pada kulit daninfeksi pada satu area tidak menutup
kemungkinan bahwa infeksi dapat menyebarke bagian lain ( Wolters 2008 ).
2.4 Pemeriksaan Diagnostik
Herpes simpleks virus (HSV) dapat ditemukan pada vesikel dan dapat
dibiakkan. Pada keadaan tidak ada lesi dapat diperiksa antibodi HSV. Dengan
tes Tzanck dengan pewarnaan Giemsa dapat ditemukan sel datia berinti
banyak dan badan inklusi intranuklear (Handoko, 2010).
Tes Tzanck dapat diselesaikan dalam waktu 30 menit atau kurang. Caranya
dengan membuka vesikel dan korek dengan lembut pada dasar vesikel
tersebut lalu letakkan pada gelas obyek kemudian biarkan mongering sambil
difiksasi dengan alkohol atau dipanaskan. Selanjutnya beri pewarnaan (5%
methylene blue, Wright, Giemsa) selama beberapa detik, cuci dan keringkan,
beri minyak emersi dan tutupi dengan gelas penutup. Jika positif terinfeksi
hasilnya berupa keratinosit yang multinuklear dan berukuran besar berwarna
biru.
Identifikasi virus dengan PCR, mikroskop elektron, atau kultur. Tes serologi
menggunakan enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) spesifik HSV
tipe II dapat membedakan siapa yang telah terinfeksi dan siapa yang
berpotensi besar menularkan infeksi.
Herpes simpleks pada daerah sekitar mulut dan hidung harus dibedakan
dengan impetigo vesikobulosa. Pada daerah genital harus dibedakan dengan
ulkus durum, ulkus mole dan ulkus mikstum (Handoko, 2010).

11
Pada (Wolters 2008) diagnosa banding HSV tipe I yaitu stomatitis aftosa,
penyakit tangan-kaki-mulut, dan impetigo. Sedangkan diagnosa banding HSV
tipe II yaitu chancroid, sifilis, dan erupsi oleh obat-obatan.
2.4.1 Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum klien bergantung pada luas, lokasi timbulnya lesi,
dandaya tahan tubuh klien. Pada kondisi awal/saat proses peradangan,
dapat terjadi peningkatan suhu tubuh atau demam dan perubahan
tanda-tanda vital yang lain. Pada pengkajian kulit, ditemukan adanya
vesikel-vesikel berkelompok yang nyeri, edema di sekitar lesi, dan
dapat pula timbul ulkus pada infeksi sekunder. Perhatikan mukosa
mulut, hidung, dan penglihatan klien. Pada pemeriksaan genitalia pria,
daerah yang perlu diperhatikan adalah bagian glans penis, batang
penis, uretra, dan daerah anus. Sedangkan pada wanita, daerah yang
perlu diperhatikan adalah labia mayora dan minora, klitoris, introitus
vagina, dan serviks. Jika timbul lesi, catat jenis, bentuk, ukuran / luas,
warna, dan keadaan lesi. Palpasi kelenjar limfe regional, periksa
adanya pembesaran pada beberapa kasus dapat terjadi pembesaran
kelenjar limferegional ( Handoko 2010 )
Untuk mengetahui adanya nyeri, kita dapat mengkaji respon
individu terhadap nyeri akut secara fisiologis atau melalui respon
perilaku.
Secara fisiologis, terjadi diaphoresis, peningkatan denyut jantung,
peningkatan pernapasan, dan peningkatan tekanan darah; pada
perilaku, dapat juga dijumpai menangis, merintih, atau marah.
Lakukan pengukuran nyeri dengan menggunakan skala nyeri 0-10
untuk orang dewasa. Untuk anak-anak, pilih skala yang sesuai dengan
usia perkembangannya, bisa menggunakan skala wajah untuk
mengkaji nyeri sesuai usia libatkan anak dalam pemilihan.

12
2.7 Pencegahan
Virus herpes simpleks dapat menular dari penderita tanpa gejala apa pun.
Tapi tingkat penularan virus ini akan lebih tinggi jika infeksi sedang kambuh.
Penderita herpes simpleks disarankan untuk tidak berhubungan seksual ketika
sedang memiliki luka terbuka. Jika terdapat luka terbuka atau melepuh pada
mulut, jangan mencium pasangan Anda. Berbagi mainan seksual juga bisa
menularkan virus ini.Jika ingin berbagi, pastikan untuk mencucinya terlebih
dahulu ( Helens Tabery 2009).
Walau tidak sepenuhnya menghilangkan risiko terkena herpes genital,
kondom dapat membantu menghambat penularannya. Penggunaan kondom
dapat melindungi diri dan pasangan Anda. Tapi perlu diingat bahwa kondom
hanya menutupi penis saja. HSV dapat menular melalui kontak dengan bagian
tubuh lain seperti mulut saat seks oral atau anus saat seks anal. Jika Anda atau
pasangan merasa berisiko terinfeksi HSV, segeralah lakukan tes untuk
memastikan diagnosis. Perlu diingat bahwa gejalanya sangat ringan, sehingga
banyak orang yang tidak menyadari sedang terinfeksi virus ini (Helens
Tabery 2009 ).
Virus herpes simpleks tidak bisa bertahan lama pada benda di luar tubuh
manusia. Virus ini membutuhkan tubuh manusia untuk bertahan hidup. Tapi
tidak ada salahnya untuk menghindari risiko penularan dengan tidak berbagi
handuk atau pun pakaian.
2.7.1 Pencegahan pada Wanita Hamil

13
Bagi wanita yang merencanakan kehamilan atau sedang hamil dan
dicurigai mengidap herpes, disarankan untuk melakukan tes infeksi
TORCH. TORCH adalah sekelompok virus yang terdiri dari virus
toksoplasmosis, rubela, sitomegalovirus, virus herpes simpleks, dan
virus lain (misalnya sifilis, cacar air, gondongan, parvovirus dan HIV).
Tes infeksi TORCH dilakukan untuk memastikan status herpes pada ibu
sehingga jika terdiagnosis positif, penanganan bisa dilakukan agar janin
tidak terinfeksi virus ( Barry T Rous 2008 ).
2.8 Pengobatan
Pada ( Handoko 2010 ) untuk mengurangi gejala infeksi herpes genital, obat-
obatan antivirus seperti asiklovir, famsiklovir dan valasiklovir akan diberikan.
Obat-obatan ini hanya berfungsi mencegah virus herpes simpleks untuk
menggandakan diri, tapi tidak bisa menghilangkan virus dari tubuh secara
sepenuhnya.
Jika gejala infeksi tidak terlalu parah, konsumsi obat anti virus mungkin tidak
diperlukan.  Berikut ini adalah beberapa hal yang bisa dilakukan di rumah
untuk membantu meredakan gejala yang muncul:
a. Untuk mempercepat proses penyembuhan dan meringankan rasa sakit,
tutup luka dengan es batu yang dibalut dengan kain. Jangan
menempelkan es secara langsung pada permukaan yang terluka.
b. Bersihkan daerah yang terinfeksi secara teratur.
c. Gunakan krim penghilang rasa sakit pada luka melepuh atau tukak.
Selain itu perbanyaklah minum air mineral. Kedua hal ini bertujuan
untuk memudahkan dan meringankan rasa sakit saat buang air kecil.
d. Gunakan pakaian yang longgar untuk mengurangi rasa sakit pada luka
melepuh di kulit yang terinfeksi.
2.8.1 Penanganan Herpes Genital pada Pengidap HIV
Kemunculan ulang herpes genital yang terlalu sering bisa disebabkan
karena sistem kekebalan tubuh melemah. Ini berarti jumlah antibodi
yang dihasilkan tubuh untuk melawan infeksi akan berkurang. Alhasil,
gejala herpes lebih sering terjadi dan tingkat keparahannya menjadi
lebih serius. Bagi yang mengalami infeksi herpes cukup sering,

14
disarankan untuk melakukan tes HIV. Penderita HIV memiliki
kekebalan tubuh yang jauh lebih lemah dari pada orang yang sehat.
Dokter spesialis akan menangani herpes genital yang terjadi pada
penderita HIV.
2.9 Komplikasi
Pada ( Halens Tabery 2009 ) komplikasi yang mungkin bisa terjadi
bersamaan dengan herpes genital akan dijelaskan di bawah ini:
a. Infeksi Menular Seksual Lainnya
Dengan luka terbuka yang disebabkan oleh herpes genital, anda memiliki
risiko lebih tinggi untuk menyebarkan atau tertular penyakit menular
seksual lainnya, terutama jika berhubungan seksual tanpa pengaman.Yang
paling parah adalah terjadinya komplikasi dengan HIV/AIDS. Penyakit ini
menurunkan sistem kekebalan tubuh manusia. Jika hal ini terjadi,
kecenderungan terhadap kambuhnya herpes akan lebih sering dan dengan
gejala yang lebih parah.
b. Inflamasi atau Peradangan
Pada beberapa kasus, herpes genital bisa menyebabkan inflamasi atau
peradangan di saluran kemih. Pembengkakan yang terjadi bisa menutup
jalur uretra selama beberapa hari. Dalam kasus ini, kateter harus
dimasukkan untuk menyedot isi kandung kemih. Selain pada uretra,
peradangan juga bisa terjadi pada bagian rektal.Inflamasi pada dinding
rektum ini lebih sering terjadi pada pria yang berhubungan seksual
dengan pria lainnya. Pada kasus yang sangat langka, virus herpes
simpleks juga bisa mengakibatkan meningitis atau radang pada selaput
otak.
c. Pada Masa Kehamilan
Virus herpes simpleks atau HSV bisa menyebabkan masalah pada
kehamilan dan bisa ditularkan pada bayi saat melahirkan. Jika infeksi
HSV terjadi sebelum kehamilan, kemungkinan penularan pada sang bayi
sangatlah kecil. Beberapa bulan terakhir masa kehamilan, sang ibu akan
melepaskan banyak antibodi pelindung kepada bayinya. Antibodi inilah
yang akan melindungi sang bayi dari berbagai mikroorganisme termasuk

15
HSV. Antibodi ini dapat bertahan pada saat melahirkan hingga beberapa
bulan setelahnya. Jika terjadi kemunculan ulang gejala herpes, obat
asiklovir mungkin perlu dikonsumsi. Tanyakan kepada dokter kandungan
tentang penanganan yang Anda bisa dapatkan, termasuk di dalamnya
dosis dan aturan pakai obat tersebut. Jika Anda mengalami infeksi
pertama pada awal 3-6 bulan masa kehamilan, maka risiko infeksi
menular pada bayi dan bahkan keguguranakan meningkat. Oleh karena
itu, asiklovir mungkin perlu dikonsumsi. Virus bisa menular pada saat
proses persalinan. Infeksi pertama HSV di atas 6 bulan usia kehamilan
menjadikan risiko menulari infeksi pada bayi sangat tinggi. Hal ini karena
tubuh sang ibu memerlukan waktu untuk menghasilkan antibodi sebelum
sang bayi dilahirkan. Untuk menghindarinya, perlu dilakukan operasi
caesar. Kelahiran normal akan meningkatkan risiko penularan infeksi
pada bayi yang dilahirkan sebanyak 40 persen lebih tinggi.
d. Infeksi pada Bayi dalam Proses Persalinan
Bagi bayi yang terinfeksi HSV pada saat proses persalinan, infeksi yang
terjadi bisa sangat berbahaya dan terkadang mematikan. Ini dikenal
sebagai neonatal herpes. Herpes yang terjadi pada saat melahirkan ini
dapat berdampak buruk kepada organ tubuh seperti pada mata, mulut, dan
kulit. Selain itu, otak dan sistem saraf lainnya juga bisa terkena dampak
dari infeksi ini.Pada kasus neonatal herpes yang parah, berbagai organ
tubuh lainnya seperti paru-paru dan hati juga bisa terserang hingga dapat
menyebabkan kematian.
2.10 Konsep Asuhan Keperawatan ( Arif Muttakin dan Kumala Sari 2013)
1. Pengkajian
Masa inkubasi 1-5 hari. Lesi mula mula berbentuk makula atau papula
yang segera berubah menjadi pustula yang kemudian pecah membentuk
ulkus yang khas, meliputi bersifat multipel, lunak, nyeri tekan, dasarnya
kotor dan mudah berdarah, serta kulit sekitar ulkus berwarna merah.
Lokasi ulkus pada pria terletak di daerah preputium, glans penis, batang
penis, frenulum dan anus sedangkan pada wanita terletak di vulva,
klitoris, serviks, dan anus. Pembesaran kelenjar limfe inguinal tidak

16
multiple, terjadi pada 30 % kasus yang disertai radang alut. Kelenjar
kemudian melunak dan pecah dengan membentuk sinus yang sangat
nyeri disertai badan panas.
Vagina dan serviks sering kali terserang sehingga menimbulkan sekret
vagina yang banyak dan nyeri sewaktu berkemih karena daerah
permukaan vulva yang sensitif. Pada pria, vesikel terdapat pada glans,
prepusum, dan batang penis. Kelenjar limfe inguinal biasanya
membesar. Gejala gejala umum dapat berupa malaise, demam, dan sakit
kepala. Pada wanita mungkin mengalami retensi kemih karena disuria
eksternal. Gejala gejala dan lesi infeksius ini, umumnya berlangsung 3
minggu atau lebih dan akan menghilang sepenuhnya.
Herpes genetalia rekuren diduga berhubungan dengan menstruasi,
aktivitas seksual, dan stres. Pada set reaktivitasi, virus yang infeksus
ditransportasi dari ganglia radiks dorsalis kepermukaan tubuh yaitu
sepanjang syaraf sensorik menuju bagian bagian kulit dimana terdapat
lesi yang khas. Kekambuhan lesi genetalia terjadi pada 80 % kasus
dengan riwayat infeksi primer.
A. Biodata
a. Dapat terjadi disemua umur, sering terjadi pada remaja dan
dewasa muda, pria dan wanita.
b. Beresiko tinggi pada penjajak seks komersial
c. Kontak seksual per oral, vaginal atau anal dengan orang yang
terinfeksi atau kontak langsung lainnya dengan lesi
d. Pada infeksi berulang, berbagai faktor presipitasi
terindentifikasi.
B. Keluhan Utama
Gejala yang sering menyebabkan penderita datang ke RS adalah
nyeri pada lesi yang timbul
C. Riwayat penyakit sekarang
a. Kembangkan pola PQRST pada setiap keluhan klien.
b. Pada beberapa kasus, timbul lesi/vesikel perkelompokan pada
penderita yang mengalami demam atau penyakit yang disertai

17
peningkatan suhu tubuh atau pada penderita yang mengalami
trauma fisik dan psikis.
c. Penderita merasakan nyeri yang hebat, terutama pada daerah
kulit yang mengalami peradangan berat dan vesikulasi hebat.
D. Riwayat penyakit dahulu
Sering diderita kembali oleh klien yang pernah mengalami penyakit
herpes simplek atau memiliki riwayat penyakit seperti itu.
E. Riwayat penyakit keluarga
Ada anggota keluarga atau teman dekat yang terinfeksi virus ini.
F. Kebutuhan psikososial
Klien dengan penyakit kulit, terutama yang lesinya berada pada
bagian muka atau yang dapat dilihat oleh orang, biasanya megalami
gangguan konsep diri. Hal itu meliputi perubahan citra tubuh, ideal
diri tubuh, ideal diri, penampilan peran, atau identitas diri.
Reaksi yang timbul adalah :
1. Menolak untuk menyentuh atau melihat salah satu bagian tubuh
2. Menarik diri dari kontak sosial
3. Kemampuan untuk mengurus diri berkurang.
G. Kebiasaan sehari hari
Dengan adanya nyeri, kebiasaan sehari hari klien juga dapat
mengalami gangguan, terutama untuk istirahat/tidur dan aktivitas.
Terjadi gangguan BAB dan BAK pada herpes simplek genitalis.
Penyakit ini sering di derita oleh klien yang mempunyai kebiasaan
menggunakan alat alat pribadi secara bersama sama atau klien yang
mempunyai kebiasaan melakukan hubungan seksual.
H. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum klien bergantung pada luas, lokasi timbulnya lesi,
dan daya tahan tubuh klien. Pada kondisi awal/saat proses
peradangan, dapat terjadi peningkatan suhu tubuh atau demam dan
perubahan tanda tanda vital yang lain.

18
Pada pengkajian kulit, ditemukan adanya vesikel vesikel
berkelompok yang nyeri, edema di sekitar lesi dan dapat pula
timbul ulkus pada infeksi sekunder.
Perhatikan mukosa mulut, hidung, dan penglihatan klien. Pada
pemeriksaan genetalia pria, daerah yang perlu diperhatikan adalah
bagian glans penis, batang penis, uretra dan daerah anus.
Sedangkan pada wanita, daerah yang perlu diperhatikan adalah
labia mayora dan minora, klitoris, introitus vagina, dan serviks.
Jika timbul lesi, catat jenis, bentuk, ukuran / luas,warna, dan
keadaan lesi. Palpasi kelenjar limfe regional, periksa adanya
pembesaran pada beberapa kasus dapat terjadi pembesaran kelenjar
limferegional.
Untuk mengetahui adanya nyeri, kita dapat mengkaji respon
individu terhadap nyeri akut secara fisiologis atau melalui respon
perilaku.
Secara fisiologis, terjadi diaphoresis, peningkatan denyut jantung,
peningkatan pernapasan, dan peningkatan tekanan darah pada
perilaku, dapat juga dijumpai menangis, merintih, atau marah.
Lakukan pengukuran nyeri dengan menggunakan skala nyeri 0-10
untuk orang dewasa.
Untuk anak anak, pilih skala yang sesuai dengan usia
perkembangannya kita bisa menggunakan skala wajah untuk
mengkaji nyeri sesuai usia, libatkan anak dalam pemilihan.

2. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan
masalah herpes simplek antara lain :
a. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi jaringan
b. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan,
sekunder akibat penyakit herpes simplek

19
c. Resiko penularan infeksi berhubungan dengan pemanjanan melalui
kontak ( kontak langsung, tidak langsung )
d. Hipertemi berhubungan dengan respons sistemik
e. Kecemasan berhubungan dengan kondisi sakit pada genetalia,
respon prabedah drainase
3. Intervensi
a. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi jaringan
Hasil yang diharapkan :
a) Klien mengungkapkan nyeri hilang / berkurang.
b) Menunjukkan mekanisme koping spesifik untuk nyeri dan
metode untuk mengontrol nyeri secara benar.
c) Klien menyampaikan bahwa orang lain memvalidasi adanya
nyeri
Rencana Keperawatan
Kaji kembali faktor yang menurunkan toleransi nyeri
a) Kurangi atau hilangkan faktor yang meningkatkan pengalaman
nyeri.
b) Sampaikan pada klien penerimaan perawat tentang responsnya
terhadap nyeri, akui adanya nyeri, dengarkan dan perhatikan
klien saat mengungkapkan nyerinya bertujuan untuk lebih
memahaminya.
c) Kaji adanya kesalahan konsep pada keluarga tentang nyeri atau
tindakannya.
d) Beri informasi atau penjelasan pada klien dan keluarga tentang
penyebab rasa nyeri.
e) Diskusikan dengan klien tentang pengguanaan terapi distraksi,
relaksaki, imajinasi dan ajarkan teknik / metode yang dipilih.
f) Jaga kebersihan dan kenyamanan lingkungan sekitar klien
g) Kolaborasikan dengan tim medis untuk memberikan analgesik
h) Pantau TTV
i) Kaji kembali respon klien terhadap tindakan penurunan rasa
nyeri.

20
b. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan,
sekunder akibat penyakit herpes simplek
Hasil yang diharapkan
a) Klien mengatakan dan menunjukkan penerimaan atas
penampilannya
b) Menunjukkan keinginan dan kemampuan untuk melakukan
perawatan diri
c) Melakukan pola pola penanggulangan yang baru.
Rencana keperawatan
a) Ciptakan hubungan saling percaya antara klien-perawat.
b) Dorong klien untuk menyatakan perasaannya , terutama
tentang cara merasakan , berpikir, atau memandang dirinya.
c) Jernihkan kesalahan konsepsi individu tentang dirinya,
penatalaksanaan, atau perawatan dirinya.
d) Hindari mengkritik.
e) Jaga privasi dan lingkungan individu.
f) Berikan informasi yang dapat dipercaya dan penjelasan
informasi yang telah diberikan.
g) Tingkatkan interaksi sosial.
h) Dorong klien untuk melakukan aktivitas.
i) Hindari sikap terlalu melindungi, tetapi terbatas pada
permintaan individu.
j) Dorong klien dan keluarga untuk menerima keadaan.
k) Beri kesempatan klien untuk berbagi pengalaman dengan
orang lain. 
l) Lakukan diskusi tentang pentingnya mengkomunikasikan
penilaian kliendan pentingnya sistem daya dukungan bagi
mereka.
m) Dorong klien untuk berbagi rasa, masalah, kekuatiran, dan
persepsinya.
c. Resiko penularan infeksi berhubungan dengan pemajanan melalui
kontak ( kontak langsung, tidak langsung )

21
Hasil yang diharapkan
a) Klien menyebutkan perlunya isolasi sampai ia tidak lagi
menularkan infeksi
b) Klien dapat menjelaskan penularan penyakit
Rencana keperawatan
a) Jelaskan tenang penyakit herpes simplek, penyebab, cara
penularan, dan akibat yang ditimbulkan
b) Anjurkan klien untuk menghentikan kegiatan hubungan
seksual selama sakit dan jika perlu menggunakan kondom
c) Beri penjelasan tentang pentingnya melakukan kegiatan
seksual dengan satu orang ( satu sama lain setia ) dan pasangan
yang tidak terinfeksi ( hubungan seks yang sehat )
4. Evaluasi
1) Nyeri berkurang / hilang
2) Mekanisme koping pasien dan keluarga baik
3) Tidak terjadi infeksi
4) Tidak terjadi komplikasi

BAB III
APLIKASI TEORI

A. Kasus
Tn B 20 tahun seorang mahasiswa teknik datang ke rumah sakit dengan
keluhan adanya rasa nyeri dan tidak nyaman dan adanya lepuhan yang
dikelilingi oleh darah kemerahan membentuk sebuah gelombung cair pada

22
daerah kemaluan . Klien menyampaikan keluhannya dengan wajah
tertunduk tidak berani menatap tim medis. Sebelumnya Tn B mengalami
gatal gatal selama 5 hari. Tn B mengeluh nyeri. Raut wajah Tn B tampak
menahan nyeri. Tn Z teman kos yang menemani Tn B mengatakan bahwa
temannya itu hanya menghabiskan 5 sendok makan nasi setiap makan. Tn
B mengatakan sempat menggunakan obat warung untuk menghilangkan
rasa gatal pada kemaluan, rasa gatal hilang timbul setelah menggunakan
obat tersebut. Dari hasil pemeriksaan fisik di daerah kemaluan Tn B
terdapat bintik kemerahan, kesadaran composmentis, suhu 38oC, tekanan
darah 130/90 mmHg, Nadi 112x/m, BB turun dari 70 menjadi 65 kg.
Leukosit > 4000/mmk.
B. Pengkajian
a) Identitas diri
Nama pasien : Tn B
Umur : 20 Tahun
Jenis kelamin : Laki Laki
Suku/bangsa : Jawa / Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : Mahasiswa
Alamat : Desa X
Tanggal MRS : 1 Oktober 2015
Tanggal pengkajian : 1 Oktober 2015
b) Penanggung jawab
Nama : Tn Z
Umur : 20 Tahun
Hubungan dg pasien : Teman kos
Suku/Bangsa : Jawa / indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : Mahasiswa
Anamnesis
1. Status kesehatan
1) Keluhan utama ( Saat MRS dan saat ini )

23
Adanya rasa nyeri dan tidak nyaman dan adanya lepuhan yang
dikelilingi oleh darah kemerahan membentuk sebuah gelombung cair
pada daerah kemaluan
2) Riwayat penyakit sekarang.
P : Klien mengalami gatal gatal disertai nyeri, nyeri terasa saat duduk
Q : Klien mengatakan nyerinya seperti terbakar
R : Klien mengatakan nyeri pada sekeliling kemaluan
S : Klien mengatakan skala nyeri 6
T : Klien mengatakan nyeri berlangsung hilang timbul sekitar 5 menit.
3) Riwayat penyakit dahulu
Klien mengatakan bahwa tidak memiliki penyakit dahulu
4) Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatakan bahwa keluarganya memiliki riwayat Deabetus
Milletus
5) Riwayat geografis
Klien mengatakan tinggal di kos dekat kampus nya.
6) Riwayat alergi
Klien tidak memiliki alergi
7) Kebiasaan sosial
Klien mengatakan suka main ke tempat PSK

2. Pemeriksaan fisik
Terdapat bintik kemerahan di daerah kemaluan
Leukosit > 4000/mmk.
a) Kulit
Kulit lembab, bersih, turgor baik, tidak terdapat pitting edema, warna
kulit sawo matang, tidak ada hiperpigmentasi.
b) Kepala

24
Bentuk kepala mesosephal, bersih, tidak berbau, tidak ada lesi, rambut
hitam lurus
c) Mata
Isokor, reflek pupil simetris, diameter pupil ± 4 mm, konjungtiva tidak
anemis, sclera tidak ikteric, tidak ada ptosis, koordinasi gerak mata
simetris dan mampu mengikuti pergerakan benda secara terbatas
dalam 6 titik sudut pandang yang berbeda
d) Hidung
Simetris, bersih, tidak ada polip hidung, cuping hidung tidak ada
e) Telinga
Simetris, bersih, tidak ada tanda peradangan ditelinga/ mastoid.
Cerumen tidak ada, reflek suara baik dan telinga sedikit berdenging
f) Mulut
Bibir tidak cyanosis, mukosa bibir lembab, lidah bersih, tidak ada
pembesaran tonsil, tidak ada stomatitis dan gigi masih genap.
g) Leher
Simetris, tidak terdapat pembesaran kelenjar thyroid
h) Dada
Jantung
Inspeksi : Simetris, statis, dinamis
Palpasi : Teraba normal
Perkusi : Konfigurasi jantung dalam batas normal
Auskultasi : Normal
Paru – paru
Inspeksi : Simetris, statis, dinamis
Palpasi : Sterm fremitus kanan = kiri
Perkus : Sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler, suara tambahan ( - )
Abdomen
Inspeksi : Datar
Palpasi : Supel, tidak ada massa
Perkusi : timpani

25
Auskultasi : bising usus ( + )
Ekstrimitas :
Tidak ditemukan lesi maupun udem pada ektrimitas atas maupun
bawah.
3. Kesadaran
Composimentris
4. Tanda Tanda Vital
Suhu 38oC, tekanan darah 130/90 mmHg, Nadi 112x/m, BB turun dari
70 menjadi 65 kg
5. Pengkajian Pola Fungsi Gordon
a) Pola manajemen kesehatan
Pasien mengatakan jika klien ataupun ada keluarga yang sakit
maka segera dibawa tempat pelayanan kesehatan terdekat baik itu
poliklinik maupun dokter.
b) Pola nutrisi
Sebelum sakit pasien makan dengan porsi sedang 3 x sehari
ditambah makanan ringan serta minum 4 gelas/ hari. Namun saat
sakit nafsu makan pasien berkurang, tetapi tidak sampai kehilangan
nafsu makan. Di rumah sakit pasien masih dapat menghabiskan
porsi makannya.
c) Pola eliminasi
Untuk BAB dan BAK pasien tidak mengalami gangguan selama
sakitnya yaitu 1x BAB dan 3x BAK.

d) Pola persepsi dan kognitif


Pasien tidak mengalami disorientasi tempat dan waktu. Semua alat
indera pasien masih berfungsi dalam batas normal.
e) Pola aktivitas
Pasien beraktivitas seperti biasa yaitu pergi ke kantor untuk
bekerja, dan melakukan kegiatan yang lain sesuai dengan
rutinitasnya.

26
f) Pola tidur dan istirahat
Sebelum sakit pasien tidak ada keluhan dengan kebiasaan tidurnya
yaitu 6- 8 jam/ hari. Ketika sakit pasien kadang mengeluh kesulitan
untuk tidur karena merasakan nyeri.
g) Pola persepsi diri dan konsep diri
Pasien tahu kondisi penyakitnya saat ini dan akan berusaha
menerima segala kondisinya saat ini. Pasien merasa malu dan
rendah diri dengan kondisinya saat ini.
h) Pola peran dan hubungan
Pasien tidak mengalami masalah dalam hubungan sosialnya.
i) Pola seksualitas dan reproduksi
Pasien berjenis kelamin laki – laki, seorang mahasiwa tekhnik dan
mengaku pernah berhubungan seks dengan salah satu teman
perempuannya karena pengaruh LSD yang digunakan.
j) Pola koping dan toleransi stress
Pasien merasa yakin bahwa suatu saat penyakitnya akan sembuh,
tetapi harus memerlukan suatu usaha dan tak lupa untuk terus
berdoa.
k) Pola nilai dan kepercayaan/ agama
Pasien masih menjalankan ibadah rutin.

Analisa Data
No Analisa Data Etiologi Problem
Dx
1 Ds : Infeksi Primer Nyeri
a. Tn B mengatakan dia pada genital
mengalami gatal gatal
selama 5 hari

27
b. Tn B mengeluh nyeri
Do :
a. Raut wajah Tn B tampak
menahan nyeri
b. Kesadaran composmentris
c. Suhu 38oC
d. Tekanan darah : 130/90
mmHg
Nadi 112x/mnt
Leukosit > 4000 mmK
2 Ds : Intake dan Nutrisi Kurang
Tn B mengatakan tidak nafsu output makanan Dari Kebutuhan
makan dan hanya yang tidak Tubuh
menghabiskan 5 sendok adekuat
setiap makannya.
Do :
BB turun dari 70 menjadi 65
kg
3 Ds : Respon Hipertemi
Klien mengatakan sulit tidur Sistemuik tubuh
semejak merasakan nyeri dan
suhu badannya semakin
tinggi.
Do :
Kesadaran composmentis
Suhu 38oC
Tekanan darah 130/90 mmHg
Nadi 112x/mm
BB turun dari 70 menjadi 65
kg.
4 Ds : Perubahan Gangguan citra
Klien mengatakan malu sekunder tubuh

28
dengan keadaannya dan tidak struktur kulit
ingin bertemu dengan akibat penyakit
keluarga akibat penyakit yang herpes simplek.
diderita
Do :
Klien tertunduk saat
menyampaikan keluhannya

d) Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan infeksi primer pada genital.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake dan
output makanan yang tidak adekuat
3. Hipertemi berhubungan dengan respon sistemik tubuh.
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan sekunder
struktur kulit akibat penyakit herpes simplek.

e) Intervensi keperawatan
No Tujuan / Kriteria Intervensi Rasional
Dx Hasil
1 Setelah dilakukan 1. Kaji nyeri secara 1. Perawat dapat
tindakan keperawatan komprehensif memberikan
selama 3 x 4 jam klien termasuk lokasi, tindakan yang
akan menunjukkan karakteristik nyeri. diperlukan sesuai
tingkat nyeri yang dengan keluhan.
ditandai dengan
Kriteria hasil : 2. Observasi reaksi 2. Nyeri dapat hilang
1. Mampu nonverbal dari sementara dengan
mengontrol nyeri. ketidaknyamanan memberikan
2. Nyeri berkurang, posisi nyaman
skala nyeri <5 3. Pantau bintik 3. Bintik kemerahan
3. Pasien rileks, bintik kemerahan adalah prioritas
tenang pada kemaluan tahap

29
pasien penyembuhan
4. Kaji kultur yang 4. Keadaan umum
mempengaruhi perlu diperhatikan
respon pasien sedari dini
5. Berikan posisi 5. Posisi nyaman
senyaman mungkin membantu
meminimalisir
Kolaborasi rasa nyeri.
6. Pemberian 6. Analgetik obat
analgetik menghilangkan
rasa nyeri
4 Setelah dilakukan 1. Kaji secara verbal 1. Respon klien
tindakan keperawatan dan non verbal merupakan hal
selama 3 x 4 jam klien respon klien yang perlu
akan menunjukkan terhadap diidntifikasi
penerimaan citra tubuh tubuhnya.
yang ditandai dengan 2. Monitoring 2. Biarkan klien
Kriteria hasil : frekuensi mengungkapkan
7. Body image positive mengkritik dirinya ketakutan dan
8. Mampu mengkritik dirinya
mengidentifikasi untuk
kekuatan personal menghilangkan
9. Mendiskripsikan stress
secara factual
perubahan fungsi 3. Jelaskan tentang 3. Dengan

tubuh perawatan, mengetahui proses

10. Mempertahankan pengobatan, pengobatan,

interaksi sosial kemajuan dan menimbulkan

prognosis motivasi diri pada

penyakit klien

4. Dorong klien
4. Mengungkapkan
mengungkapkan
perasaan dapat

30
perasaannya membantu klien
untuk lebih tenang

5. Dorong klien 5. Dengan

untuk melakukan melakukan

aktivitas. aktivitas
menghandari klien
dari kekauan otot

6. Tim medis
6. Hindari sikap
memberikan
terlalu
empati bukan
melindungi, tetapi
simpati
terbatas pada
permintaan
individu.

c) Implementasi
No Tanggal Tindakan keperawatan Respon Paraf
1 1 Oktober 1. Mengkaji nyeri 1. Klien Aismay
2015 secara komprehensif menunjukkan
termasuk lokasi, lokasi nyeri
karakteristik nyeri.

2. Mengobservasi reaksi 2. Klien terihat


nonverbal dari meringis
ketidaknyamanan kesakitan
menahan nyeri
3. Memantau bintik 3. Bintik bintik
bintik kemerahan merah masih
pada kemaluan pasien terlihat pada

31
kemaluan
pasien
4. Mengkaji kultur yang
mempengaruhi 4. Pasien
respon pasien merasakan
kulit nya
terbakar akibat
kemerahan
dan benjilan
berisi air pada
sekitar
kemaluan
5. Menciptakan 5. Pasien nyaman
lingkungan yang dengan posisi
tenang dan nyaman yang diberikan
Kolaborasi
6. Memberian analgetik 6. Klien merasa
gatal gatal
berkurang,
nyaman dan
tenang
2 1 Oktober 1. Mengkaji secara 1. Klien mulai Aismay
2015 verbal dan non verbal menerima
respon klien terhadap keadaan diri
tubuhnya. akibat penyakit
yang di derita
2. Memonitoring 2. Klien masih
frekuensi mengkritik nampak histeris
dirinya belum dapat
menerima
kekurangan
3. Menjelaskan tentang 3. Klien yakin

32
perawatan, bahwa dirinya
pengobatan, akan sembuh
kemajuan dan
prognosis penyakit
4. Mendorong klien 4. Klien nampak
mengungkapkan tenang
perasaannya
5. Mendorong klien 5. Klien melatih
untuk melakukan gerakan
aktivitas. tubuhnya secara
mandiri
6. Menghindari sikap 6. Klien nampak
terlalu melindungi, percaya dengan
tetapi terbatas pada ti medis dan
permintaan individu. tumbuh
hubungan saling
percaya antara
klien dan tim
medis.

d) Evaluasi
No Tanggal Evaluasi Paraf
1 3 Oktober S : Klien mengatakan nyeri Aismay
2015 berkurang
O : Raut wajak nampak ceria
A : Tujuan teratasi
P : Intervensi dipertahankan

33
2 3 Oktober S : Klien mengatakan dapat Aismay
2015 menerima keadaannya saat ini.
O : wajah lebih ceria
A : Tujuan sebagian teratasi
P : Intervensi 5,6 dipertahankan.

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Herpes Simplek
Pada ( Nur Huda 2015 ) virus herpes simpleks adalah merupakan virus DNA,
dan seperti virus DNA yang lain mempunyai karakteristik melakukan
replikasi didalam inti sel dan membentuk intranuclear inclusion body.
Intranuclear inclusion body yang matang perlu dibedakan dari

34
sitomegalovirus. Karakteristik dari lesi adalah adanya central intranuclear
inclusion body eosinofilik yang ireguler yang dibatasi oleh fragmen perifer
dari kromatin pada tepi membran inti.
Berdasarkan perbedaan imunologi dan klinis, virus herpes simpleks dapat
dibedakan menjadi dua tipe yaitu :
1. Virus herpes simpleks tipe 1 yang menyebabkan infeksi herpes non
genital, biasanya pada daerah mulut, meskipun kadang-kadang dapat
menyerang daerah genital. Infeksi virus ini biasanya terjadi saat anak-anak
dan sebagian besar seropositif telah didapat pada waktu umur 7 tahun..
2. Virus herpes simpleks tipe 2 hampir secara eksklusif hanya ditemukan
pada traktus genitalis dan sebagian besar ditularkan lewat kontak seksual.
4.2 Cara Penularannya
Pada ( Nur Huda 2015 ) seperti penyakit lain yang disebabkan oleh virus,
maka herpes dapat menular dengan cepat. Cara penularannya bermacam-
macam. Herpes Simplex tipe dua yang menyerang kelamin biasanya menular
lewat hubungan seks, baik melalui oral maupun vaginal. Jamur yang sering
timbul pada area yang terkena biasanya memperparah kondisi penyakitnya.
Sedangkan Herpes Simplex tipe pertama biasanya menyerang pada anak-anak
yang tertular dari orang dewasa.
Pada anak-anak cara penularan yang paling mudah melalui kontak fisik,
seperti dicium oleh orang yang terinfeksi. Bisa juga melalui benda perantara,
misalnya alat-alat kedokteran gigi yang tidak steril, sedotan, atau sendok yang
bekas dipakai penderita herpes. Selain itu, virus herpes juga dapat menyebar
melalui angin, debu atau udara. Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa
wanita karir seperti Diana tadi, mudah sekali tertular. Ruang perkantoran
yang ber ac seringkali menjadi media yang baik untuk penyebaran virus.
Apabila sudah telanjur kontak langsung dengan penderita, gejala herpes tidak
akan langsung muncul. Biasanya virus herpes akan 'bekerja' hingga 20 hari
didalam tubuh, tergantung daya tahan seseorang. Kemudian, bintik-bintik
merah yang muncul,biasanya akan bertahan selama kurang lebih 2 minggu.
Namun, semua ini juga tergantung dari jenis virus apa yang tertular.
4.3 Penyakit kambuhan

35
Pada ( Nur Huda 2015 ) seseorang yang sudah terinfeksi virus herpes simplex
biasanya akan mudah terinfeksi lagi. Herpes kambuhan biasanya terjadi di
area yang sama. Sampai saat ini faktor yang mneyebabkan kambuhnya masih
belum jelas. Kelelahan yang berkepanjangan, stress emosional, kurang
istirahat, menstruasi, pembedahan dan tertular lagi, merupakan faktor yang
menjadi pencetus kambuhnya penyakit ini.
Menurut penelitian, di Amerika, herpes kambuhan ini bisa terjadi seminggu,
dua minggu atau bahkan bertahun-tahun setelah herpes pertama. Oleh karena
itu, diet yang baik, cukup istirahat, dan waspada media penularan, merupakan
cara ampuh untuk mencegahnya, minimal memperpendek waktu kambuhnya.
Hal ini penting dilakukan karena penyakit ini sampai sekarang belum dapat
disembuhkan secara total.
4.4 Gejala herpes
1. Area yang terinfeksi biasanya berwarna kemerahan, dan menjadi sensitif,
setelah itu timbul bintik-bintik merah. Jumlahnya bervariasi. Kadang-
kadang hanya 1 bintik saja.
2. Rasa gatal dan perih di area yang terkena. Bahkan kadang-kadang disertai
rasa seperti terbakar.
3. Tubuh terasa meriang, pening, pegal-pegal, dan kurang nafsu makan.
4. Pada herpes kelamin, kadang-kadang penderita menjadi susah buang air
kecil.
4.5 Ciri Ciri Herpes Simplex
Ciri-ciri Herpes simplex adalah adanya bintil-bintil kecil, bisa satu atau
sekumpulan, yang berisi cairan, dan jika pecah bisa menyebabkan
peradangan. Bintil-bintil ini biasanya muncul di daerah muco-cutaneous, atau
daerah dimana kulit bertemu dengan lapisan membrane mukosa. Di wajah,
daerah ini berlokasi di pertemuan bibir dengan kulit wajah. Para penderita
herpes simplex biasanya merasakan adanya perasaan geli di daerah tersebut
sebelum munculnya bintil-bintil tadi.
Penyakit ini bisa menular selama bintik-bintik tersebut berisi cairan karena di
cairan itulah virus herpes berada. Jika anda bagian tubuh anda berkontak
dengan daerah berbintil-bintil, maka virus herpes dapat menulari anda pada

36
daerah kontak tersebut. Infeksi virus biasanya muncul seminggu setelah
terjadinya kontak. Tetapi jika kontak dilakukan pada saat bintik-bintik
tersebut telah mengering atau bahkan sembuh, maka bisa dibilang resiko
tertular pun hilang.
Jika anda terinfeksi virus Herpes, virus tersebut bisa menyebar ke seluruh
tubuh anda, seperti di jari-jari (herpetic whitlow), di mata (herpetic
ophthalmitis), di daerah kemaluan (genital herpes), bahkan bisa juga
menyerang otak (herpetic encephalitis), walaupun yang terakhir ini bisa
dibilang kejadiannya amat sangat jarang. Dan jika penderita melakukan
kontak dengan orang sehat, misalnya melalui oral sex, maka orang sehat
tersebut dapat terserang genital herpes.
Fase pertama genital herpes ditandai dengan demam seperti flu, nyeri otot dan
sendi, pembengkakan kelenjar limfe, rasa letih dan tidak enak badan. Rasa
geli pada daerah kontak juga bisa muncul sebelum timbulnya bintik-bintik.
Jika bintik-bintik sudah timbul, daerah sekitar bintik tersebut akan terasa
sangat lunak. Dan tergantung dimana bintik-bintik itu berada, si penderita
bisa merasa kesulitan berjalan atau nyeri saat buang air kecil
Pengobatan herpes umumnya sama, di manapun herpes tersebut timbul. Yang
penting si penderita harus menjaga daerah tersebut tetap bersih dan kering.
Anda dapat membersihkan daerah sekitar dengan saline (larutan garam) dan
sesudahnya harus segera dikeringkan. Jika daerah terinfeksi terlalu lembab,
dapat mengundang infeksi sekunder (infeksi lanjutan). Pengobatan dengan
obat antivirus oral biasanya dibutuhkan hanya untuk kasus genital herpes
spesifik, dan harus melalui resep dokter
4.6 Pengkajian
Yang paling penting peran perawat selama pasien herpes adalah observasi
terhadap herpes simplex. Serta lokasi dari herpes tersebut.
Seseorang yang sudah terinfeksi virus herpes simplex biasanya akan mudah
terinfeksi lagi. Herpes kambuhan biasanya terjadi di area yang sama. Sampai
saat ini faktor yang mneyebabkan kambuhnya masih belum jelas. Kelelahan
yang berkepanjangan, stress emosional, kurang istirahat, menstruasi,

37
pembedahan dan tertular lagi, merupakan faktor yang menjadi pencetus
kambuhnya penyakit ini.
Menurut penelitian, di Amerika, herpes kambuhan ini bisa terjadi seminggu,
dua minggu atau bahkan bertahun-tahun setelah herpes pertama. Oleh karena
itu, diet yang baik, cukup istirahat, dan waspada media penularan, merupakan
cara ampuh untuk mencegahnya, minimal memperpendek waktu kambuhnya.
Hal ini penting dilakukan karena penyakit ini sampai sekarang belum dapat
disembuhkan secara total.
4.7 Analisa Data
Merupakan kemampuan mengkaitkan data dan menghubungkan data tersebut
dengan konsep,teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan
dalam menentukan masalah kesehatan dan keperawatan klien.
Langkah analisi data
1. Validasi data: meneliti kembali data yang terkumpul.
2. Pengelompokan data : data fisiologis,data psikologis, data social, data
spiritual.
3. Membandingkan data dengan standar
4. Membuat kesimpulan tentang masalah keperawatan yang ditemukan.
4.8 Diagnosa Prioritas Keperawatan
Diagnosa prioritas keperawatan adalah diagnosa keperawatan atau masalah
kolaboratif yang apabila tidak ditangani sekarang akan menghambat
kemajuan untuk mencapai hasil dan akan berdampak negative bagi status
fungsional.

Prinsip dasar dalam menyusun prioritas yaitu :


1. Pilih metode untuk menyusun prioritas dan gunakan secara konsisten.
2. Masalah yang member kontribusi bagi masalah lain ditetapkan sebagai
prioritas utama.
Pada herpes simplex, secara klinis bila didapatkan lesi yang khas maka dapat
dicurigai infeksi virus herpes simpleks, tetapi diagnosis yang paling baik
adalah ditemukannya virus dalam kultur jaringan. Sensitivitas pada

38
pemeriksaan kultur hampir 95 % sebelum lesi tersebut membentuk krusta saat
spesimen diperoleh dan ditangani dengan benar. Pada hakekatnya hasil positif
palsu tidak ditemukan. Sayangnya pemeriksaan ini cukup mahal dan
membutuhkan waktu lebih dari 48 jam, dan bahkan pada yang eksaserbasi
asimtomatik diperlukan waktu yang lebih lama lagi mengingat titer virus
yang lebih rendah.
4.9 Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah suatu tindakan keperawatan langsung yang
dapat dilakukan perawat atas nama klien.
Ada dua tipe dalam menentukan intervensi keperawatan :
1. Ketentuan perawat: disusun dan diimplementasikan oleh perawat.
2. Ketentuan dokter : disusun oleh dokter untuk diimplementasikan oleh staf
keperawatan.
Keuntungan NIC :
1) Membantu menunjukkan aksi perawat dalam system pelayanan
kesehatan.
2) Menstandarisasi dan mendefinisikan dasar pengetahuan untuk kurikulum
dan praktek keperawatan.
3) Memudahkan memilih intervensi keperawatan yang tepat.
4) Memudahkan komunikasi tentang perawat kepada perawat lain dan
penyedia layanan kesehatan lain.
5) Memudahkan perkembangan dan penggunaan system informasi perawat.

Kelebihan NIC :
1) Komprehensif
2) Berdasarkan riset
3) Dikembangkan lebih didasarkan pada praktek yang ada
4) Bahasa yang jelas dan penuh arti klinis
5) Dikembangkan oleh tim riset yang benar dan bermacam – macam tim
4.10 Implementasi Keperawatan

39
Implementasi keperawatan merupakan langkah ke empat dalam tahap proses
keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan yang telah
direncanakan dalam perencanaan.
Tahap tindakan keperawatan :
1. Persiapan
2. Pelaksanaan
3. Dokumentasi
4.11 Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan.
Jenis evaluasi :
1. Evaluasi formatif
Merupakan evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan intervensi
2. Evaluasi sumatif
Merupakan rekapitulasi dan hasil observasi dan analisis status pasien pada
waktu tertentu berdasarkan tujuan yang direncanakan pada tahap
perencanaan

BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan

40
Herpes genital adalah infeksi pada alat kelamin yang bisa menulari pria dan
wanita. Penyakit ini salah satu dari Infeksi Menular Seksual atau IMS karena
umumnya ditularkan melalui hubungan seksual (vagina, anal, dan oral).
Infeksi yang terjadi disebabkan oleh virus herpes simpleks atau sering disebut
sebagai HSV.
Penyakit herpes simpleks tersebar kosmopolit dan menyerang baik pria
maupun wanita dengan frekuensi yang tidak berbeda (siregar,2005).
Virus ini bisa menjadi laten atau tidak aktif di dalam tubuh untuk beberapa
waktu. Tapi virus dapat aktif lagi dan menyebabkan gejala herpes kembali.
Dengan kata lain, setelah gejala dari infeksi pertama menghilang, bukan
berarti virus juga menghilang dari tubuh kita.

5.2 Saran
1. Agar mahasiswa lebih mengetahui tentang herpes simpleks dari definisi,
manifestasi klinik, etilogi, epidemiologi dan patofisiologi.
2. Agar mahasiswa lebih dapat mengetahui dan ingin terus belajar tentang
penyakit-penyakit infeksi pada kulit.

LEMBAR KONSUL

NO TANGGAL KONSUL TTD

41
1

DAFTAR PUSTAKA

42
Tabery, Helens. 2009. Herpes Simplex Virus Epithelial Keratitits. Springer
Jakarta

Wolters, William, Wilkins. 2008. Kapita Selekta Penyakit Dan


Implementasi Keperawatan edisi 2.Jakarta : EGC

T Rouse, Barry. 2008. Herpes Simplek Virus : Control. Jakarta : EGC

Arif Muttakin dan Kumala Sari. 2013. Asuhan Keperawatan Gangguan


Sistem Integumen. Jakarta : Salemba Medika

Handoko 2010. Penyakit kulit dan kelamin. Jakarta : EGC

Nurarif huda amin, hardhi kusuma. Aplikai asuhan keperawatan


berdasarkan diagnosis medis & NANDA NIC-NOC. Jilid 2

43

Anda mungkin juga menyukai