Laporan Praktikum Ifc (Laila Fitri Kumara)

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PRAKTIKUM

INTERFERENTIAL CURRENT
“AKUT BACK PAIN”

Oleh:

LAILA FITRI KUMARA


PO713241181050
DIII FISIOTERAPI TK.2

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR


2019/2020
LAPORAN PRAKTIKUM INTERFERENTIAL CURRENT (IFC)

A. Patologi Kasus
1. Definisi
Back Pain atau nyeri punggung adalah nyeri yang dirasakan di bagian punggung yang berasal
dari otot, persarafan, tulang, sendi atau struktur lain di daerah tulang belakang. Tulang belakang
adalah suatu kompleks yang menghubungkan jaringan saraf, sendi, otot, tendon, dan ligamen, dan
semua struktur tersebut dapat menimbulkan rasa nyeri.
Nyeri punggung biasanya dirasakan sebagai rasa sakit, tegangan, atau rasa kaku di bagian
punggung. Nyeri ini dapat bertambah buruk dengan postur tubuh yang tidak sesuai pada saat duduk
atau berdiri, cara menunduk yang salah, atau mengangkat barang yang terlalu berat, nyeri di bagian
lumbar, lumbosacral, atau di daerah leher. Nyeri ini sangat beragam ketajaman dan intensitasnya.
Nyeri punggung diakibatkan oleh regangan otot atau tekanan pada akar saraf.

2. Etiologi
Etiologi nyeri punggung bermacam – macam, yang paling banyak adalah penyebab sistem
neuromuskuloskeletal. Disamping itu LBP dapat merupakan nyeri rujukan dari gangguan sistem
gastrointestinal, sistem genitorinaria atau sistem kardiovaskuler. Proses infeksi, neoplasma dan
inflasi daerah panggul dapat juga menimbulkan LBP. Penyebab sistem neuromuskuloskeletal dapat
diakibatkan beberapa faktor, ialah (a) otot, (b) discus intervertebralis, (c) sendi apofiseal, anterior,
sakroiliaka, (d) kompresi saraf / radiks, (e) metabolik, (f) psikogenik, (g) umur (Dachlan, 2009).
Nyeri punggung dapat disebabkan oleh berbagai kelaianan yang terjadi pada tulang belakang,
otot, discus intervertebralis, sendi, maupun struktur lain yang menyokong tulang belakang. Kelainan
tersebut antara lain:
1. kelainan kongenital / kelainan perkembangan, seperti spondylosis dan spondilolistesis,
kiposcoliosis, spina bifida, ganggguan korda spinalis.
2. Trauma minor, seperti regangan, cedera whiplash.
3. fraktur, seperti traumatik misalnya jatuh, atraumatik misalnya osteoporosis, infiltrasi neoplastik,
steroid eksogen.
4. hernia discus intervertebralis.
5. degeneratif kompleks diskus misalnya osteofit, gangguan discus internal, stenosis spinalis
dengan klaudikasio neurogenik, gangguan sendi vertebra, gangguan sendi atlantoaksial misalnya
arthritis reumatoid.
6. arthritis spondylosis, sepertI artropati facet atau sacroiliaka, autoimun misalnya ankylosing
spondilitis, sindrom reiter.
7. neoplasma, seperti metastasisi, hematologic, tumor tulang primer.
8. infeksi / inflamasi, seperti osteomyelitis vertebral, abses epidural, sepsis discus, meningitis,
arachnoiditis lumbal.
9. metabolik osteoporosis – hiperparatiroid.
10. vaskuler aneurisma aorta abdominalis, diseksi arteri vertebral.
11. lainnya, seperti nyeri alih dari gangguan visceral, sikap tubuh, psikiatrik, sindrom nyeri kronik.

3. Patogenesis
Bangunan peka nyeri mengandung reseptor nosiseptif (nyeri) yang terangsang oleh berbagai
stimulus lokal (mekanis, termal, kimiawi). Stimulus ini akan direspon dengan pengeluaran berbagai
mediator inflamasi yang akan menimbulkan persepsi nyeri. Mekanisme nyeri merupakan proteksi
yang bertujuan untuk mencegah pergerakan sehingga proses penyembuhan dimungkinkan
Dari berbagai klasifikasi dan penyebab LBP yang sudah dipaparkan sebelumnya maka rata-rata
diawali dengan mechanical back. Nyeri akibat mechanical back merupakan bentuk dari nyeri
punggung akut, yang penyebabnya akibat strain/sprain, cidera diskus dan ligamen longitudinal
posterior, akibat injury atau trauma dan sekitar 80% tanpa diketahui penyebabnya biasanya karena
adanya proses degenerasi (Murtagh, 2008).
Pada umumnya injury pada diskus intervetebralis berawal dari adanya beban stress atau kompresi
yang besar pada diskus intervetebralis saat mengangkat barang dan terjadi berulang kali terutama
serabut annulus fibrous bagian dorsal dan ligament longitudinal posterior karena diskus
intervetebralis L5-S1 menerima regangan paling besar pada saat membungkuk (Alemo &
Sayadipour, 2008).Sebagian besar timbulnya nyeri punggung bawah dapat disembuhkan, dan bisa
kembali ke aktivitas normal. Pasien yang mengalami ketakutan untuk bergerak sebagai respons
terhadap adanya nyeri akut yang cenderung akan berkembang menjadi LBP kronis. Dalam
patofisiologis, perkembangan menjadi LBP kronis terlebih dahulu melibatkan perubahan dalam
jumlah dan pola gerakan yang mengarah ke remodeling jaringan ikat dan kekakuan jaringan lokal
meningkat. Sensitisasi sistem saraf perifer dan pusat kemudian akan berkontribusi pada peradangan
jaringan, tekanan emosional, rasa sakit yang berhubungan dengan rasa takut dan penurunan gerakan.
Faktor psikososial tambahan seperti disfungsi keluarga, penghasilan menengah, ketidakpuasan kerja
dan seterusnya, itu dapat menyebabkan penurunan aktivitas fisik dan lingkaran setan yang
diilustrasikan pada gambar 2.6 (Langevin, 2007).
Di kedua jaringan ikat dan sistem saraf, respons plastisitas ditandai oleh perubahan dari waktu ke
waktu dan potensi reversibilitas. Mekanisme nyeri punggung bawah yang kompleks termasuk
variabilitas temporal (yaitu ) memudarnya gejala dan kecacatan pada nyeri punggung bawah yang
berulang dan potensi gejala eksaserbasi akut yaitu meningkatnya kondisi akut). Rasa sakit pada nyeri
akut dapat dipicu oleh situasi yang menyebabkan peningkatan inflamasi lokal sitokin, penurunan pH
jaringan atau kandungan oksigen. Pada jaringan ikat fibrosa dan otot, darah dan aliran limfatik dapat
membahayakan secara kronis oleh struktur jaringan yang tidak teratur dan rentan terhadap aktivitas
otot yang tidak biasa (misalnya memulai aktivitas kerja atau baru memulai olahraga), atau pada
kondisi yang menyebabkan penurunan perfusi lebih lanjut seperti duduk lama. Setelah aktivasi
nociceptors lokal dimulai, mekanisme sensitisasi sistem perifer dan sentral memperkuat radang
jaringan (melalui pelepasan neurotransmiter inflamasi seperti substansi P) dan rasa sakit yang
dirasakan, yang menyebabkan tertekan, rasa takut untuk bergerakan. Setiap eksaserbasi rasa sakit
berpotensi menyebabkan peningkatan keterbatasan gerak dan fibrosis, membuat pasien mengalami
rasa nyeri yang lebih besar (Langevin, 2007).

4. Tanda dan Gejala


Menurut Ratini (2015), tanda dan gejala dari LBP antara lain yakni:

1. Nyeri sepanjang tulang belakang, dari pangkal leher sampai tulang ekor.
2. Nyeri tajam terlokalisasi di leher, punggung atas atau punggung bawah terutama setelah
mengangkat benda berat atau terlibat dalam aktivitas berat lainnya.
3. Sakit kronis dibagian punggung tengah atau punggung bawah, terutama setelah duduk atau
berdiri dalam waktu yang lama.
4. Nyeri punggung menjalar sampai ke pantat, dibagian belakang paha, ke betis dan kaki.
5. Ketidakmampuan untuk berdiri tegak tanpa rasa sakit atau kejang otot di punggung bawah.

Tanda dan gejala nyeri punggung bawah adalah onset/waktu timbulnya bertahap, nyeri difus
(setempat) sepanjang punggung bawah, tenderness pada otot-otot punggung bawah, LGS
terbatas, tanda-tanda gangguan neurologis tidak ada.

B. Prosedur Pelaksanaan
1. Persiapan Alat : (mencakup persiapan operasional alat)
a. Hubungkan power cord (steker) unit ke adaptor lalu hubungkan power ke adaptor unit
b. Tekan tombol ON yang ada di belakang unit
c. Menjalankan unit dengan menekan tombol ON/OFF yang ada di panel depan unit (tekan
tombol selama 3 detik sampai unit aktif)
d. Selanjutnya,tekan tombol manual yang ada di panel depan unit IFC
e. Selanjutnya,pad dibasahi terlebih dahulu, dan diletakan pada permukaan pad yang akan
di kontakan dengan kulit pasien.

2. Persiapan Pasien :
a. Posisikan pasien pada posisi prone lying dan usahakan dalam keadaan senyaman dan
serileks mungkin.
b. Periksa area yang akan di terapi dalam hal ini: kulit harus bersih dan bebas dari lemak,
lotion.Letakkan pad pada area sekitar Lumbal
c. Periksa sensasi kulit.
d. Lepaskan semua metal diarea terapi.
e. Sebelum memulai intervensi, terapist memberi penjelasan mengenai cara kerja dan efek
yang dapat ditimbulkan dari IFC.

3. Teknik Pelaksanaan :

Kasus : Akut Back Pain


Nilai VAS : (7,8) 1. Posisi pad elektrode : Bipolar Series.

Foto 2. Metode pemasangan pad elektrode : Pad diletakkan


pada posisis bipolar series dan diletakkan diarea
Lumbal.

3. Pemilihan dosis :
a. Bentuk IFC : 2-pole interference

b. Frekuensi arus : 6000 Hz

c. AMF : 100 Hz

d. Frekuensi Spektrum : 50 Hz

e. Program Spektrum : 6/0/6/0

f. Intensitas arus :13.0 mA

g. Waktu : 10 menit

C. Evaluasi
Setelah aktivasi nociceptors lokal dimulai, mekanisme sensitisasi sistem perifer dan sentral
memperkuat radang jaringan (melalui pelepasan neurotransmiter inflamasi seperti substansi P) dan rasa
sakit yang dirasakan, yang menyebabkan tertekan, rasa takut untuk bergerakan. Setiap eksaserbasi rasa
sakit berpotensi menyebabkan peningkatan keterbatasan gerak dan fibrosis, membuat pasien mengalami
rasa nyeri yang lebih besar . Dan setelah penggunaan alat interferential curret akan mengurangi rasa
nyeri dan penurunan nila Vas.
KASUS-KASUS FISIOTERAPI :

1. Akut Sprain Ankle (VAS 8,6)


2. Kronik Sprain Ankle (VAS 5,2)
3. Akut Sprain Ligamen Collateral Medial Knee (VAS 9,3)
4. Kronik Lower Thoracal Pain (VAS 6,6)
5. Akut Strain Gastrocnemius (VAS 7,2)
6. Akut Strain Hamstring (VAS 7,4)
7. Akut Contusio Quadriceps Femoris (VAS 7,8)
8. Akut Sprain Ligamen Cruciatum Knee (VAS 8,6)
9. Kronik Osteoarthritis Knee Joint (VAS 6,7)
10. Kronik Piriformis Syndrome (VAS 6,3)
11. Kronik Muscle soreness gastrocnemius (VAS 5,6)
12. Kronik Syndrome Tractus Iliotibial band (VAS 5,4)
13. Kronik Syndrome Pes Anserine Knee (VAS 6,2)
14. Kronik Myofascial pain rhomboid (VAS 6,3)
15. Kronik Shoulder Pain (VAS 6,4)
16. Akut Shoulder Pain (VAS 8,2)
17. Kronik Back Pain (VAS 5,7)
18. Akut Back Pain (VAS 7,8)
19. Kronik Cervical Syndrome (VAS 6,7)
20. Kronik Spondylosis Lumbal (VAS 6,4)
21. Kronik Spondylosis Cervical (VAS 6,2)
22. Akut Non-spesific Low Back Pain (VAS 8,2)
23. Kronik Non-spesific Neck Pain (VAS 6,5)
24. Kronik lesi meniskus knee (VAS 5,4)
25. Akut lesi meniskus knee (VAS 7,8)
26. Kronik Frozen Shoulder (VAS 5,8)
27. Kronik Ischialgia akibat HNP L4-L5 (VAS 7,8)
28. Kronik Brachialgia akibat Spondylosis/HNP C5-C6 (VAS 6,6)
29. Kronik myofascial pain upper trapezius (VAS 5,3)
30. Kronik myofascial pain quadratus lumborum (VAS 5,7)
31. Kronik muscle tightness iliopsoas (VAS 5,3)
32. Kronik muscle tightness pectoralis major et minor (VAS 5,7)
33. Akut sprain elbow (VAS 8,2)

Catatan :
Pilih kasus di atas, kemudian kasus yang dipilih dikerjakan sesuai format laporan di atas.

Anda mungkin juga menyukai