BAB VI Standar Pelayanan FT

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 8

STANDAR PRAKTEK KLINIK PELAYANAN

FISIOTERAPI

Pendahuluan
Pelayanan fisioterapi ditata sesuai kebutuhan pasien/klien masyarakat, berdasar
pada ilmu pengetahuan dan teknologi maju, dituntun oleh moral etis, memperhatikan
aspek biopsiko social-kultural-spiritual, mengacu pada perundangan.
Berdasarkan nilai-nilai Pancasila yang menjujung tinggi harkat dan martabat
manusia sebagai makhluk individu dan sebagai titik sentral pembangunan menuju
masyarakat adil makmur, profesi fisioterapi memandang kapasitas gerak dan fungsi tubuh
adalah hak asasi manusia sebagai esensi dasar untuk hidup sehat dan sejahtera.
Setiap orang berhak untuk hidup sejahtera secara mental dan fisik, bertempat
tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat dan berhak untuk
perawatan kesehatan. Negara bertanggung jawab untuk penyediaan fasilitas pelayanan
kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. (Amandemen UUD’45).
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial
yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Pembangunan kesehatan diarahkan dalam rangka tercapainya kesadaran, kemauan dan
kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal.
Penyelenggaraan pembangunan kesehatan diperlukan pengelola berbagai sumber
daya baik pemerintah maupun masyarakat, oleh pemerintah pusat maupun daerah.
(UU.23/2004; UU.32/2004, UU 36/2009, PP.25/2000).
Setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan
terjangkau. Setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab menentukan
sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya. Setiap orang berkewajiban ikut
mewujudkan, mempertahankan, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya. Kewajiban tersebut pelaksanaannya meliputi upaya kesehatan
perseorangan, upaya kesehatan masyarakat, dan pembangunan berwawasan kesehatan.
Pemerintah bertanggung jawab merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina,
dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh
masyarakat. Fasilitas pelayanan kesehatan suatu alat dan/atau tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif
maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau
masyarakat.
Fasilitas pelayanan kesehatan wajib memberikan akses luas bagi kebutuhan
penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan. (UU.36/2009, Ps.1, 5, 9, 14, 24).
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan dan bertugas
memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Pelayanan kesehatan
paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif. Tenaga kesehatan tertentu yang bekerja di rumah sakit wajib memiliki izin
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan. Rumah sakit mempunyai fungsi
pendidikan, pelatihan, pengembangan, penapisan ilmu pengetahuan teknologi bidang
kesehatan. (UU. 44/2009, Ps.4,.5, 13).
Sistem rujukan merupakan penyelenggaraan kesehatan yang mengatur
pelimpahan tugas dan tanggung jawab secara timbal balik vertikal dan horisontal,
maupun struktural dan fungsional terhadap kasus penyakit. dan atau masalah penyakit
atau permasalahan kesehatan (UU. 44/2009, Ps. 42).
Rujukan dibagi 2 (dua) kelompok : rujukan medik : untuk pengobatan dan
pemulihan berupa pengiriman pasien (kasus), spesimen dan pengetahuan tentang
penyakit; dan rujukan kesehatan untuk pencegahan dan peningkatan kesehatan berupa
sarana, teknologi dan operasional (Kepmenkes 374/2009, SKN).
Tenaga kesehatan katagori Keterapian Fisik terdiri dari Fisioterapis, Okupasi
Terapis dan Terapis Wicara. (Peraturan Pemerintah No.32 Tahun 1996). Fisioterapis
terdiri dari jabatan fungsional ahli dan terampil (Peraturan Presiden No. 34/2008).
Fisioterapis kompeten berperan sebagai pemberi pelayanan, pengelola, pendidik dan
peneliti (KEPMENKES No.376/2007). Fisioterapis wajib memiliki Surat Ijin Praktik,
berwenang melakukan assesmen, diagnosis, perencanaan, intervensi dan evaluasi/re-
evaluasi. (Kepmenkes 1363/2001).
Pelayanan fisioterapi di fasilitas pelayanan kesehatan diatur dalam 7 (tujuh)
standar, terdiri dari : 1. Falsafah dan tujuan, 2. Administrasi dan pengelolaan, 3.
Pimpinan dan pelaksana, 4. Fasilitas dan peralatan, 5. Kebijakan dan prosedur, 6.
Pengembangan tenaga dan pendidikan, dan 7. Evaluasi pelayanan dan pengembangan
mutu. (KEPMEN No.517/2008).
Otonomi profesional fisioterapis diperoleh melalui pendidikan profesi yang
menyiapkan tenaga fisioterapis yang mampu praktik secara otonom. Fisioterapis mampu
melakukan keputusan profesional untuk menetapkan diagnosis yang diperlukan sebagai
dasar intervensi, rehabilitasi dan pemulihan dari pasien/klien dan populasi. Prinsip etika
diperlukan untuk mengenali otonomi praktik, guna melindungi pasien/klien dan
pelayanannya.
Pelayanan fisioterapi di fasilitas pelayanan kesehatan ditata dengan pedoman
yang terdiri dari : Falsafah, kompetensi, peran dan fungsi serta tanggung jawab
fisioterapi, penatalaksanaan pelayanan fisioterapi dan pelaporan, (KEPMENKES
No.778/2008). Pemerintah bertanggung jawab merencanakan, mengatur,
menyelenggarakan, membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang
merata dan terjangkau oleh masyarakat. (UU.36/2009, Ps. 14) Pimpinan rumah sakit
termasuk pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan menetapkan kebijakan seperti dan tidak
terbatas pada :
Seorang fisioterapis sebagai pimpinan pelayanan fisioterapi,
Falsafah dan tujuan fisioterapi.
Organisasi dan uraian tugas,
Akses masuk,
Pemeriksaan penunjang,
Sistem dokumentasi
Sistem pelaporan.

Manfaat
Mahasiswa dapat menjelaskan tentang standar fisioterapi dan standar pelayanan
fisioterapi
Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa mampu mengelola pelayanan fisioterapi pada masalah gerak dan fungsi kasus
neuromuscular, musculoskeletal dan reproduksi, kardiovaskuler-pulmunal, integument sepanjang
rentang kehidupan dan mampu menerapkan prinsip-prinsip kewirausahaan dalam bidang
fisioterapi
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang proses fisioterapi sebagai proses
manajemen

Penyajian
Prosedur Pelayanan Fisioterapi
Prosedur adalah tata cara kerja atau cara menjalankan suatu pekerjaan
(Muhammad Ali, 2000). Prosedur adalah sekumpulan bagian yang saling berkaitan
misalnya : orang, jaringan gudang yang harus dilayani dengan cara yang tertentu oleh
sejumlah pabrik dan pada gilirannya akan mengirimkan pelanggan menurut proses
tertentu (Amin Widjaja 1995).
Prosedur pada dasarnya adalah suatu susunan yang teratur dari kegiatan yang
berhubungan satu sama lainnya dan prosedur-prosedur yang berkaitan melaksanakan
dan memudahkan kegiatan utama dari suatu organisasi (Kamaruddin,1992). Prosedur
adalah suatu rangkaian tugas-tugas yang saling berhubungan yang merupakan urutan-
urutan menurut waktu dan tata cara tertentu untuk melaksanakan suatu pekerjaan
yang dilaksanakan berulang-ulang (Ismail Masya 1994).
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas maka dapat disimpulkan yang
dimaksud dengan prosedur adalah suatu tata cara kerja atau kegiatan untuk
menyelesaikan pekerjaan dengan urutan waktu dan memiliki pola kerja yang tetap
yang telah ditentukan. Bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan. kesehatan.
yang. aman, bermutu dan terjangkau.Tenaga kesehatan dalam melakukan pelayanan
harus. memenuhi kode etik, standar profesi, hak pengguna pelayanan .kesehatan,
standar pelayanan, dan standar prosedur operasional. (UU.36/2009, Ps.5, 24).
Fasilitas pelayanan kesehatan khususnya rumah sakit, dalam menyelenggarakan
pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan
rumah sakit. Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit harus bekerja sesuai
dengan standar profesi, standar pelayanan rumah sakit, standar prosedur operasional
yang berlaku, etika profesi, menghormati hak pasien dan mengutamakan keselamatan
pasien, (UU. 44/2009, Ps.5,.13).
Standar pelayanan fisioterapi terdiri dari assesmen, diagnosis, perencanaan,
intervensi, evaluasi/re-evaluasi dan dokumentasi / komunikasi / koordinasi. (Tap.
KONAS IX IFI Tahun 2004, Referensi WCPT, 1996) Pengendalian mutu suatu
pekerjaan dirumuskan siklus kegiatan : kerjakan yang kau tulis, tulis yang kau
kerjakan, tinjau dan tingkatkan; suatu kegiatan jasa dan/atau produk akan terjamin
mutu bila ditulis dulu prosesnya, dijalankan, didokumentasi, dibakukan sebagai
standar prosedur operasional, dievaluasi dan diperbaiki secara terus-menerus
berkesinambungan. Struktur dokumentasi sistem mutu, terdiri dari : 1. Kebijakan, 2.
Prosedur, 3. Petunjuk Teknis, dan 4. Pelaporan. ( ISO 9000:2000 / International
Standard Organization Nomor 9000 Tahun 2000).
Mengacu kebijakan, prosedur, struktur dokumentasi dan pengendalian mutu
pelayanan fisioterapi ditata dalam urutan tingkat manajemen dan pendokumentasian
seperti :
Fasilitas pelayanan kesehatan fisioterapi : ketetapan pimpinan, falsafah-tujuan,
dan organisasi pelayanan fisioterapi.
Pelayanan fisioterapi : ketetapan akses masuk, pemeriksaan penunjang, sistem
dokumentasi dan pelaporan.
Pelayanan fisioterapi pada Pasien/Klien : assesmen, diagnosis, perencanaan,
persetujuan, intevensi, evaluasi, dokumentasi.
Prosedur kasus : dalam kelompok muskulosekeletal, neuromuskuler,
kardiopulmoner, dan integumenter.
Metoda terapi : manual treatment, Bobath, MLDV.
Aplikasi teknis/teknologi : pemeriksaan dan pengukuran (24), terapi latihan,
elektroterapi, traksi, hidroterapi.
Standar prosedur operasional adalah suatu set instruksi yang memiliki kekuatan
sebagai suatu petunjuk atau direktif. Mencakup hal-hal operasional yang memiliki
suatu prosedur pasti atau terstandarisasi , tanpa kehilangan keefektifannya.
Setiap sistem manajemen kualitas yang baik selalu didasari oleh standar
prosedur operasional. Sebuah standar prosedur operasional adalah seperangkat
instruksi tertulis bahwa seseorang harus mengikuti untuk menyelesaikan pekerjaan
dengan aman, tanpa efek buruk pada kesehatan pribadi atau lingkungan, dan dalam
cara yang memaksimalkan efisiensi operasional dan produksi.
Standar prosedur operasional adalah perangkat/instruksi/langkah-langkah yang
dibakukan, yang kisi-kisi : yang benar dan terbaik, konsensus bersama pencegah
kesalahan, penjamin keamanan, dan telah teruji.
Standar operasional prosedur yang perlu dirumuskan :
Ketetapan falsafah dan tujuan,
Ketetapan Fisioterapis sebagai pimpinan,
Ketetapan organisasi,
Ketetapan sistem pelaporan
Ketetapan akses masuk,
Ketetapan pemeriksaan penunjang,
Ketetapan dokumentasi
SPO Proses : assesmen, diagnosis, perencanaan, penyelesaian/penghentian,
resum, dokumentasi.
SPO Kasus : Ekstrimitas Atas, Ekstrimitas Bawah, Ekstremitas Atas, Tulang
Punggung.
SPO Intervensi/Metode terapi : terapi latihan, massage, pengukuran.
SPO /Petunjuk teknis modalitas .
Struktur Organisasi Unit Kerja/ Pelayanan Fisioterapi Rumah Sakit

Standar Pelayanan Fisioterapi


Pengertian : Standar pelayanan fisioterapi ialah tata urutan kegiatan fisioterapi yang diterapkan
pada pasien / klien secara profesional, paripurna, efektif, efisien dan terintegrasi.
Prosedur : Standar Pelayanan Fisioterapi berisikan kegiatan berurutan sebagai berikut :
Assesment
Diagnosa
Perencanaan
Intervensi
Evaluasi
Dokumentasi.
Masing-masing prosedur diuraikan dalam standar prosedur operasional.
Dokumen terkait:
Standar prosedur rujukan masuk.
Standar prosedur rujukan keluar
Standar prosedur (masing-masing) proses.
Petunjuk teknis modalitas fisioterapi.
Acuan :
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1363 Tahun 2001 tentang
Registrasi dan Izin Praktik Fisioterapi.
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 376 Tahun 2007 tentang
Standar Profesi Fisioterapi
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 517 Tahun 2008 tentang
Standar Pelayanan Fisioterapi di Sarana Kesehatan.
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 778 Tahun 2008 tentang
Pedoman Pelayanan Fisioterapi di Sarana Kesehatan.
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan di Rumah Sakit oleh Direktorat
Jendral Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI Tahun 2008,
tertulis adanya Fasilitas Pelayanan Fisioterapi di Rumah Sakit.
4.6 Ketetapan IFI Nomor : TAP/02/KONAS IX/VIII/VIII/2004 tentang
Standar Profesi Fisioterapi Indonesia.
Dokumen World Confederation for Physical Therapy (WCPT), 2007
Guide to Physical Therapist Praktice American Physical Therapy
Association 2001.
Kesimpulan
Standar pelayanan fisioterapi terdiri dari assesmen, diagnosis, perencanaan,
intervensi, evaluasi/re-evaluasi dan dokumentasi/komunikasi/koordinasi. (Tap. KONAS IX
IFI Tahun 2004, Referensi WCPT, 1996) Pengendalian mutu suatu pekerjaan dirumuskan
siklus kegiatan : kerjakan yang kau tulis, tulis yang kau kerjakan, tinjau dan tingkatkan ;
suatu kegiatan jasa dan/atau produk akan terjamin mutu bila ditulis dulu prosesnya,
dijalankan, didokumentasi, dibakukan sebagai standar prosedur operasional, dievaluasi dan
diperbaiki secara terus-menerus berkesinambungan. Struktur dokumentasi sistem mutu,
terdiri dari : 1. Kebijakan, 2. Prosedur, 3. Petunjuk Teknis, dan 4. Pelaporan. ( ISO
9000:2000 / International Standard Organization Nomor 9000 Tahun 2000).

Anda mungkin juga menyukai