Stakis Oa

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI OSTEOARTHRITIS GENU SINISTRA


DI RUMAH SAKIT TK. II UDAYANA DENPASAR

Oleh :
KETUT AYU WAHYU PRADNYANDARI
23421701009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI FISIOTERAPI


FAKULTAS KESEHATAN DAN SAINS
UNIVERSITAS DHYANA PURA
BADUNG
2023
LEMBAR PENGESAHAN
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI OSTEOARTHRITIS GENU SINISTRA
DI RUMAH SAKIT TK. II UDAYANA DENPASAR

Disusun Oleh:
KETUT AYU WAHYU PRADNYANDARI
23421701009

Mengetahui, Denpasar, 2 Desember 2023


Ketua Program Studi Profesi Fisioterapi Clinical Educator

Dr. Agung Wahyu Permadi, S.ST., M.Fis I Komang Suciptha Gago, S.Ft., Ftr.
NIDN : 0830068902 NIP : 19890722014021002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI FISIOTERAPI


FAKULTAS KESEHATAN DAN SAINS
UNIVERSITAS DHYANA PURA
BADUNG
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas izin,
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan studi kasus ini dengan
baik. Penulis dapat menyelesaikan laporan Praktik Kerja Lapangan dengan judul
ʽʽPenatalaksanaan Fisioterapi Osteoarthritis Genu Sinistra Di Rumah Sakit TK. II
Udayana Denpasar”. Laporan ini disusun dengan tujuan untuk melengkapi tugas stase
musculoskeletal. Melalui laporan ini penulis berharap agar pembaca mampu mengenal
lebih jauh mengenai kasus osteoarthritis genu. Tulisan ini disusun dengan
mengerahkan segala pemikiran dan upaya yang ada, termasuk bantuan dan bimbingan
serta saran dari berbagai pihak, baik langsung maupun tidak langsung. Untuk itu,
terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya disampaikan kepada :
1. Bapak Dr. Agung Wahyu Permadi, S.ST., M.Fis Ketua Program Studi
Pendidikan Profesi Fisioterapi Universitas Dhyana Pura.
2. Bapak Daryono, SFt., M.Erg., Ftr selaku Dosen Pendamping Lapangan yang
telah mengarahkan saya dalam penyusunan laporan ini.
3. Bapak I Komang Suciptha Gago, S.Ft., Ftr selaku Clinical Educator (CE) yang
telah membimbing saya dalam penyusunan laporan stase muskuloskeletal di
Rumah Sakit TK. II Udayana Denpasar.
4. Rekan-rekan seangkatan pada Pendidikan Profesi Fisioterapis, Universitas
Dhyana Pura yang banyak berkontribusi serta memberikan semangat dalam
pembuatan laporan ini.
Semoga laporan ini bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca. Saya
menyadari dalam pembuatan laporan ini terdapat kekurangan. Oleh karena itu, saya
meminta bantuan kepada semua pihak agar memberikan kritik dan saran serta pendapat
agar laporan ini menjadi lebih baik dimasa depan.
Denpasar, ... November 2023

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit degeneratif biasanya yang sering terjadi pada proses penuaan salah
satunya yaitu osteoarthritis. Osteoarthritis adalahgangguan pada sendi yang bergerak.
Penyakit ini bersifat kronik, berjalan progresif, tidak meradang, dan ditandai oleh
adanya pengikisan tulang rawan sendi dan pembentukan tulang baru pada permukaan
sendi. Gangguan ini lebih banyak pada perempuan daripada laki-lakik terutama
ditemukan pada orang-orang berusia lebih dari 45 tahun.
Penyebab primer dari Osteoarthritis masih belum dapat diketahui secara pasti
namun terdapat beberapa faktor risiko yang berperan yaitu: usia, jenis kelamin, genetik,
kegemukan, dan penyakit metabolik serta faktor lainnya. Berat badan biasanya
dikaitkan dengan pemicu timbulnya Osteoarthritis Genu. Obesitas meningkat beban
sendi bertambah sehingga resultan gaya akan bergeser ke medial. Gejala dan tanda
Osteoarthritis adalah nyeri sendi, keterbatasan lingkup gerak sendi, kaku pagi,
krepitasi, deformitas, pembengkakan sendi yang asimetris, tanda-tanda peradangan,
perubahan gaya berjalan. Latihan genu jika dilakukan secara teratur akan
meningkatkan peredaran darah sehingga metabolisme meningkat dan terjadi
peningkatan difusi cairan sendi melalui matriks tulang.
Pada kasus musculoskeletal osteoarthritis genu akan terjadi nyeri pada sendi, kaku
pagi hari, krepitasi dan keterbatasan lingkup gerak sendi. Untuk mengurangi dampak
muncul maka perlu penanganan fisioterapi dengan intervensi TENS, MWD, dan terapi
latihan.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana penatalaksanaan fisioterapi pada kasus Osteoarthritis genu sinistra ?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui penatalaksanaan fisioterapi pada kasus Osteoarthritis genu sinistra.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Knee
2.1.1. Knee Joint
Sendi adalah tempat bertemunya dua atau lebih tulang. Sendi lutut adalah bagian
dari ekstremitas inferior yang menghubungkan tungkai atas dengan tungkai bawah. Sendi
lutut adalah sendi terbesar di tubuh dan sangat kompleks, dengan otot fleksor dan
ekstensor yang kuat serta ligamen yang kuat. Fungsi dari sendi lutut ini adalah untuk
mengkoordinasikan gerakan kaki. Tulang terhubung satu sama lain dalam banyak cara,
seperti kapsul sendi, pita fibrosa, ligamen, tendon, fasia, atau otot. Ada tiga jenis sendi
yaitu, sendi fibrosa (sinartrodial) adalah sendi yang tidak bergerak, sendi kartilaginosa
(amfiartrodial) adalah sendi yang hanya dapat digerakkan sedikit, dan sendi sinovial
(diartrodial) adalah sendi yang dapat digerakkan dengan bebas. Persendian ini adalah
lokasi paling sering mengalami patologi, dengan Osteoarthritis menjadi salah satu
kondisi yang paling sering terjadi di lutut.
2.1.2. Tulang Knee Joint
Tulang penyusun sendi lutut terdiri dari :
a. Tulang femur adalah tulang pipa terpanjang dan terbesar di dalam tulang
kerangka pada bagian pangkal yang terhubung ke acetabulum untuk
membentuk kepala sendi yang disebut caput femoris. di sebelah atas dan
bawah dari columna femoris terdapat laju yang disebut throcanter mayor dan
throcanter minor, di bagian ujung membentuk persendian genu. ini memiliki
dua buah tonjolan yang disebut condylus medialis dan condylus lateralis.
diantara kedua condylus ini terdapat lekukan tempat letaknya tulang
tempurung genu (patella) yang disebut fosa condylus.
b. Tulang tibia merupakan tuang pipa terbesar sesudah tulang paha yang
membentuk persendian genu dengan os femur pada bagian ujungnya. Pada
bagian ujung berbentuk persendian dengan tulang pangkal kaki dan terdapat
taju yang disebut os malleolus medialis.

c. Tulang fibula terbentuk lebih kecil pada bagian pangkal dan melekat pada os
tibia. Pada ujungnya terdapat tonjolan yang disebut os melleolus lateralis atau
mata kaki luar.
d. Tulang patella pada gerakan fleksi dan ekstensi patella akan bergerak pada
tulang femur. Jarak patella dengan tibia saat terjadi gerakan adalah tetap dan
yang berubah hanya jarak patella dengan femur. Fungsi patella di samping
sebagai perekat otot-otot atau tendon adalah sebagai pengungkit sendi genu.
Pada posisi fleksi genu 90 derajat kedudukan patella diantara kedua condylus
femur dan saat ekstensi maka patella terletak pada permukaan anterior femur.
2.1.3. Ligamen dan Meniskus Knee Joint
a. Ligamentum crusiatum anterior merupakan ligamen yang melekat pada
daerah intercondylaris anterior tibia dan menuju ke arah atas, ke belakang dan
lateral untuk melekat pada bagian posterior permukaan medial condylus
lateralis femoris. Berfungsi menahan hiperekstensi dan menahan bergesernya
tibia ke depan.
b. Ligamentum crusiatum posterior merupakan ligamen yang melekat pada
daerah intercondylaris posterior tibia dan menuju ke arah atas, ke depan dan
medial untuk dilekatkan pada bagian anterior permukaan lateral condylus
medialis femoris. Berfungsi menahan bergesernya tibia ke arah belakang .
c. Ligamentum collateral lateralle menempel pada condilus lateral femur sampai
ke caput fibula, sendi ini sangat kuat dari benturan dari tekanan sisi medial
genu. Berfungsi menahan gerakan varus atau samping luar.
d. Ligamentum collateral mediale merupakan ligamen yang melekat pada
condylusmedial femur dan tibia. Serat dari meniscus medial melekat pada
ligamen ini yang ikut serta untuk sering robeknya meniscus medial selama
benturan yang berlebihan. Berfungsi menahan bergesernya ke depan pada
posisi lutut fleksi 90̊.
e. Meniskus adalah lempeng berbentuk sabit fibrocartilago pada permukaan
artikular tibia. Batas perifernya tebal dan cembung. Melekat pada bursa.
Batas dalamnya cekung dan membentuk tepian bebas. Permukaan atasnya
cekung dan berhubungan langsung dengan condylus femoris. Fungsi
meniscus sebagai peredam kejut, penstabil statis, dan peredam gesekan pada
saat artikulasi.
- Meniscus medialis berbentuk huruf C lebih lebar di posterior daripada
anterior, kurang mobile daripada meniscus medialis.
- Meniscus lateralis hampir berbentuk sirkuler, lebih kecil, lebih dapat
digerakkan secara bebas
2.1.4. Bursa pada Knee Joint
Bursa merupakan suatu kantung tertutup dari jaringan areolar. Dindingnya
lembek saling terpisah oleh suatu lapisan cairan licin yang menyerupai putih telur.
Sebagian suatu pelumas dan untuk mengurangi gesekan antara tulang, otot,
tendon serta memungkinkan gerakan bebas.
a. Bursa anterior
1. Bursa suprapatellaris terletak di bawah m. quadriceps femoris dan
berhubungan erat dengan rongga sendi.
2. Bursa prepatellaris terletak pada jaringan subcutan diantara kulit dan
bagian depan belahan bawah patella dan bagian atas ligamenum patella.
3. Bursa infrapatellaris superficialis terletak pada jaringan subcutan diantara
kulit dan bagian depan belahan bawah ligamenum patella.
4. Bursa infapatellaris profunda terletak diantara permukaan posterior dari
ligamenum patella dan permukaan anterior tibia. Bursa ini terpisah dari
cavum sendi melalui jaringan lemak dan hubungan antara keduanya ini
jarang terjadi.
b. Bursa superior
1. Reccessus subpopliteus ditemukann sehubungan dengan tendon m.
popliteus dan berhubungan dengan rongga sendi.
2. Bursa M. Semimembranosus ditemukan sehubungan dengan insersio m.
semimembranosus dan sering berhubungan dengan rongga sendi.
2.1.5. Membran Sinovialis pada Knee Joint
Membrane synovial adalah membrane yang melapisi sendi synovial. Membrane
ini terdiri dari jaringan lunak yang merupakan garis permukaan non-tulang rawan
pada sendi yang memiliki rongga (sendi sinovial). Fung yang penting dari
membran ini adalah memproduksi cairan sinovial. Jika pada sendi terdapat
bantalan sendi maka cairan sinovial ini biasanya pengisi bursa atau bantalan
sendi. Membran sinovialis dilapisi oleh kapsul dan melekat pada bagian pinggir
facies artikularis. Membran ini membentuk kantung yang meluas hingga tiga jari
di atas patella dan di bawah m. Quadriceps femoris pada bagian anterosuperior
sendi membentuk bursa supraptellaris. Pada bagian posterior sendi, membran
sinovialis meluas ke bawah pada permukaan dalam tendon m. Popliteus
membentuk bursa popliteus. Selain itu, membran sinovial melipat ke anterior dari
posterior capsula disekitar ligamen cruciatum bagian depan. Akibatnya, ligamen
cruciatum tidak dibasahi cairan sinovial karena terletak di belakang rongga
sinsinovial itu sendiri (Sholehah 2019).
2.1.6. Otot penggerak Knee Joint
Sendi ltut memiliki fungsi sebagai stabilitas aktif sekaligus penggerak dalam
aktivitas dari sendi lutut.
a. Otot Ekstensor : m. Quadriceps Femoris (Vastus medialis, vastus intermedius,
vastus lateralis, rectus femoris).
b. Grup Otot Fleksor: m. Gracilis, m. Sartorius dan m. Semi tendinosus.
c. Grup Otot Rotasi: dijaga oleh grup otot flexor baik grup medial/endorotasi
(m. Semi tendonosus, semi membranosus, sartorus, gracilis, dan popliteus)
dan grup lateral eksorotasi (m. Biceps femoris, m. Tensor fascialata)
(Yuliadawarti dan Rosadi, 2021).

2.2 Biomekanik Knee Joint


Knee joint terdiri dari hubungan antara os femur dan os tibia (tibiofemoral joint),
os femur dan os patella (patellofemoral joint), os tibia dan os fibula (tibiofibular
proksimal joint).
a. Tibiofemoral joint
Dibentuk oleh condylus femoralis lateralis dan medialis (convex/cembung)
dan tibia plateu (concave/cekung). Permukaan sendi dari condylus medialis
lebih lebar dibanding condylus lateralis kira-kira 1-2 cm, sehingga jika terjadi
gerakan fleksi atau ekstensi pada permukaan sendi bagian lateral sudah
terbatas dibanding bagian medial. Konsekuensinya, penekanan pada bagian
medial relatif lebih kecil dibanding pada bagian lateral. Bentuk kroming kedua
condylus pada bagian anterior lebih kecil dibanding pada bagian posterior.
Pada keadaan seperti itu maka fase-faseterjadi gerak rolling dan sliding yang
mengikuti arah dari permukaan sendi. Pada prinsipnya gerak meniscus
mengikuti gerak dari condylus femoralis, sehingga waktu fleksi maka bagian
posterior dari kedua meniscus tertekan yang memberikan regangan kearah
posterior sepanjang 6 mm untuk meniscus medialis dan sepanjang 12 mm
untuk meniscus lateralis.
b. Tibiofemoral joint
Facet sendi ini terdiri dari tiga permukaan pada bagian lateral pada satu
permukaan pada bagian medial. m. vastus lateralis menarik patella kearah
proximal sedangkan. Vastus medial menarik patella ke medial, sehingga posisi
patella stabil.
c. Tibiofemoral joint
Hubungan tulang tibia dan fibula merupakan syndesmosis yang ikut
memperkuat beban yang diterima sendi lutut sebesar 1/16 dari berat badan
2.3 Definisi Osteoarthritis Genu
Osteoarthritis merupakan kelainan sendi degenerasi non inflamasi yang terjadi
pada sendi yang dapat digerakkan dan sendi penopang berat badan dengan gambaran
khas memburuknya rawan sendi serta terbentuknya tulang-tulang baru pada tepi tulang
(osteofit) sebagai akibat perubahan biokimia, metabolism, fisiologis dan patologis pada
rawan sendi dan tulang sub kondral. Pada prosesnya tidak hanya akan mengenai tulang
rawan sendi saja tetapi juga dapat mengenai seluruh sendi termasuk tulang subkondral,
ligamentum, kapsul dan jaringan sinovial serta jaringan ikat periartikuler. Pada stadium
lanjut dapat mengalami kerusakan yang ditandai dengan fibrilasi, fisur, dan ulserasi yang
dalam pada permukaan sendi. Osteoarthritis merupakan penyakit yang memiliki
progresivitas lambat dengan etiologi yang berbeda-beda (Budiman & Widjaja, 2020).
Osteoarthritis diklasifikasikan menjadi dua, yaitu Osteoarthritis primer dan
Osteoarthritis sekunder. Osteoarthritis primer disebut juga Osteoarthritis idiopatik yang
mana penyebabnya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik,
inflamasi, ataupun perubahan lokal pada sendi. Sedangkan Osteoarthritis sekunder yang
disebabkan oleh faktor-faktor seperti penggunaan sendi yang berlebihan dalam aktifitas
kerja, olahraga berat, adanya cedera sebelumnya, penyakit sistemik, inflamasi, kondisi
seperti trauma sendi, kelainan bawaan, faktor gaya hidup, dan respon imun semua dapat
menjadi pemicu terjadinya Osteoarthritis (Pratama, 2019).
Adapun metode klasifikasi keparahan osteoarthritis genu, yaitu :
1. Tahap 0 : radiografik tidak menunjukkan adanya osteoarthritis.
2. Tahap 1 : hampir tidak ada penyempitan ruang sendi dan kemungkinan ada
osteofit
3. Tahap 2 : adanya osteofit dan kemungkinan adanya penyempitan ruang sendi
pada radiografi dengan anteroposterior weight-bearing.
4. Tahap 3 : terlihat beberapa osteofit, adanya penyempitan ruang sendi,
sclerosis, kemungkinan deformitas tulang
5. Tahap 4 : terdapat ostefit yang besar, penyempitan, ruang sendi sangat jelas,
sklerosis berat dan adanya deformitas tulang.
2.4 Etiologi Osteoarthritis Genu
Beberapa faktor resiko atau faktor pencetus dari terjadinya Osteoarthritis adalah :
a. Usia
Prevalensi darn insiden Osteoarthritis radiografi dan gejala sangat meningkat
dengan usia. Hubungan anatara usia dan resiko Osteoarthritis kemungkinan
banyak faktor, yaitu kerusakan oksidatif, penipisan kartilago, melemahnya
otot. Selain itu, ada stres mekanik pada sendi sekunder akibat kelemahan otot,
perubahan proprioception dan perubahan gaya berjalan. Orangtua memiliki
perkembangan radiologis cepat terhadap osteoarthritis.
b. Jenis kelamin
Insiden Osteoarthritis Genu lebih tinggi pada wanita dibandingkan pria dan
pada wanita meningkat secara drastis saat menoupose datang. Temuan terakhir
ini telah menyebabkan peneliti untuk berhipotesis bahwa faktor hormonal
mungkin memegang peran besar dalam pengembangan Osteoarthritis.
c. Berat badan
Berat badan yang berlebihan ternyata berkaitan dengan meningkatnya risiko
untuk timbulnya Osteoarthritis baik pada wanita maupun pria. Kegemukan
ternyata tak hanya berkaitan dengan Osteoarthritis pada sendi yang
menanggung beban. Semakin besar beban lemak tubuh, semakin besar trauma
pada sendi seiring dengan waktu.
d. Cedera sendi
Trauma genu akut termasuk robekan pada ligamenum crusiatum dan meniskus
merupakan faktor risiko timbulnya Osteoarthritis Genu. Studi Framingham
menemukan bahwa orang dengan riwayat trauma genu memiliki risiko 5 – 6
kali lipat lebih tinggi untuk menderita Osteoarthritis Genu. Hal tersebut
biasanya terjadi pada kelompok usia yang lebih muda serta dapat
menyebabkan kecacatan yang lama dan pengangguran.
2.5 Patofisiologi Osteoarthritis Genu
Osteoarthritis lutut disebabkan oleh adanya perubahan biomekanikal dan biokimia
tulang rawan yang terjadi karena adanya penyebab multifaktorial antara lain karena
faktor umur, stress mekanis, atau penggunaan sendi yang berlebihan, defek anatomik,
obesitas, genetik, humoral dan faktor kebudayaan dimana akan terjadi
ketidakseimbangan antara degradasi dan sintesis tulang rawan. Ketidakseimbangan ini
akan menyebabkan pengeluaran enzim-enzim degradasi dan pengeluaran kolagen yang
akan mengakibatkan kerusakan tulang rawan sendi dan sinovium (sinuvitis sekunder)
akibat terjadinya perubahan matriks dan strukutr. Selain itu juga akan terjadi
pembentukan osteofit sebagai proses perbaikan untuk membentuk kembali persendian
sehingga dipandang sebagai kegagalan sendi yang progresif. Selain pembentukan
osteofit terdapat juga pembentukan kista subkondral dan reaksi radang pada membrane
sinovial. Pembengkakan sendi, penebalan membran sinovial dan kapsul sendi serta
teregangnya ligamen menyebabkan ketidakstabilan dan deformitas. Otot disekitar sendi
juga akan menjadi lemah oleh karena efusi sinovial dan disuse atropy pada satu sisi dan
spasme pada sisi lainnya. Perubahan biomekanik ini disertai dengan biokimia dimana
terjadinya gangguan metabolisme kondrosit, gangguan biokimia matrik akibat
terbentuknya enzim metalloprotainase yang memecah proteoglikan dan kologen.
Terjadinya peningkatan aktivitas subtami p sehingga meningkatkan nocereseptor dan
timbulah nyeri (Yuliadawarti dan Rosadi 2021).
2.6 Gejala Osteoarthritis Genu
a. Nyeri: Nyeri yang terdapat pada Osteoarthritis sendi lutut disebabkan oleh
karena adanya penekanan pada permukaan sendi yang mengelupas sendi
rawan dan sisa inflamasi berupa zat algogen yang merupakan zat iritan nyeri,
regangan jaringan lunak yang kontraktur dan iritasi jaringan lunak oleh
osteofit.
b. Kekakuan: kekakuan disebabkan oleh adanya fragmentasi dan terbelahnya
kartilago persendian, lesi permulaan disusul oleh proses pemusnahan kartilago
secara progresif.
c. Krepitasi: krepitasi atau adanya bunyi „krek‟ pada sendi lutut disebabkan oleh
permukaan sendi yang kasar karena degradasi rawan sendi.
d. Instabilitas: instabilitas sendi lutut disebabkan oleh adanya penyempitan sela
sendi, jarak permukaan sendi menurun, ligamen lebih panjang dari
sebelumnya atau terulur.
e. Kelemahan otot: kelemahan otot disebabkan oleh adanya inaktivitas akibat
imobilisasi dan keterbatasan gerakan, penurunan jumlah motor unit dan
aktivitas neurotransmitter, gangguan sirkulasi pada otot serta berkurangnya
kualitas otot akibat dari proses degenerasi dan penuaan yang menyebabkan
kelemahan otot.
f. Deformitas: deformitas disebabkan oleh karena kendornya kapsul ligamen
atau penurunan dari elastisitas jaringan lunak sekitar persendian.
g. Gangguan berjalan, jongkok, dan duduk yang disebabkan oleh Osteoarthritis
juga bisa menyebabkan gangguan aktivitas seperti gangguan berjalan, jongkok
dan duduk (Suriani et al. 2013).
2.7 Mekanisme timbulnya nyeri pada Osteoarthritis Genu
Pada Osteoarthritis akan terjadi kerusakan pada tulang rawan sendi yang progresif
dan mengakibatkan kartilago menipis, retak dan akhirnya mengelupas. Apabila terjadi
penekanan atau gesekan pada permukaan sendi maka akan menimbulkan nyeri oleh
karena adanya benturan antara tulang dengan tulang yang menyebabkan ujung saraf pada
permukaan sendi akan teriritasi.
Kerusakan yang terjadi pada persendian akan menimbulkan radang dimana sel-sel
akan melepaskan zat-zat algogen (histamin, bradikinin, prostaglandin) sehingga akan
terjadi penumpukan zat. Sementara itu zatzat tersebut merupakan jenis zat iritan yang
dapat meningkatkan sensitifitas nosiceptor sehingga dapat menimbulkan nyeri.
Adanya osteofit atau pembentukan tulang baru pada dasar lesi tulang rawan sendi
atau pada tepi persendian akan mengakibatkan iritasi pada jaringan lunak dan saraf di
sekitar sendi lutut yang akhirnya akan dapat menimbulkan nyeri. Rasa nyeri pada lutut
tersebut akan menghambat atau mengganggu terjadinya suatu gerakan sehingga
penderita cenderung enggan untuk menggerakkan sendinya (hipomobile). Pada tahapan
ini, maka akan terjadi proses penurunan mikrosirkulasi, penurunan elastisitas jaringan
lunak sekitar sendi oleh adanya fibrosis yang disebabkan oleh pembentukan dan
penimbunan kolagen yang berlebih dan membentuk pola axak (abnormal cross link)
sehingga akan mengakibatkan terjadinya kapsula kontraktur dan akhirnya menimbulkan
nyeri regang dan spasme otot (Suriani et al. 2013).
BAB III
STATUS KLINIS

NAMA : Ketut Ayu Wahyu Pradnyandari


NIM : 23421701009
STASE : Musculoskeletal
TEMPAT : Rumah Sakit Angkatan Darat Tk.II Udayana

ASSESSMENT
I. Identitas Pasien
● Nama : Ny. A
● Umur : 54 tahun
● Alamat : Kampung Jawa, Jl. Ahmad Yani
● Agama : Islam
● Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

II. Pemeriksaan Subjektif


a. Keluhan Utama (KU)
Nyeri pada lutut sebelah kiri

b. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)


Pasien mengeluhkan sakit dan nyeri pada lutut sebelah kiri sampai kaki. Nyeri
sudah dirasakan pada bulan september 2023. Saat itu pasien ke puskesmas di
cek kolesterol yaitu 5,6 tapi masih sakit sehngga dirujuk ke RSAD. Di cek
rontgen ternyata adanya pengapuran pada lutut kiri, sehingga di rujuk ke
fisioterapi. Pasien tidak bisa jongkok dan saat naik turun tangga harus
menggunakan pegangan, pola naik turun tangga pasien menggunakan kaki yang
tidak sakit sebagai tumpuan, pasien mengalami nyeri lutut bila berjalan lebih
dari 2 meter, kesulitan berdiri lama, pasien kesulitan saat aktivitas berdiri saat
memasak. Pasien terapi diantar oleh suami atau anaknya sehingga tidak terlalu
rutin terapi. Nyeri bertambah saat berdiri dan berjalan lama dan berkurang saat
istirahat.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga


Tidak ada Riwayat penyakit keluarga
d. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga. Untuk terapi pasien menggunakan BPJS
mandiri

III. Pemeriksaan Objektif


a. Vital Sign
Hearth Rate : 75x/menit
Respiration Rate : 16x/menit
Blood Pressure : 120/80mmHg
Suhu Tubuh : 36̊ C
Saturasi Oksigen : 95%
Kesadaran : Compos Mentis
EVM : Eyes (4), Verbal (5), Motorik (6)

b. Pemeriksaan Per-Kompetensi
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Hasil

Inspeksi Statis - Tidak terlihat ada tanda-tanda inflamasi seperti perubahan


warna
- Lutut kiri tampak lebih besar daripada lutut kanan
- Kaki klien berbentuk genu varum
Inspeksi Dinamis - Pasien datang dengan kondisi jalan sedikit pincang karena
dominan menumpu sebelah kanan
- Pasien terlihat mampu naik ke bed sendiri dan saat turun dari
bed menggunakan kaki kanan sebagai tumpuan
Palpasi - Suhu lokal kedua lutut sama
- Terdapat nyeri tekan pada lutut kiri
- Spasme pada otot gastroc
Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar
Pemeriksaan Hasil
Gerakan Aktif pada
Regio Knee
Knee sinistra Full ROM/Tidak Nyeri
Fleksi 120̊ (+)
Ekstensi 0̊ (-)
Knee Dextra Full ROM/Tidak Nyeri
Fleksi 130̊ (-)
Ekstensi 0̊ (-)
Interpretasi :
Range Of Motion pada knee sinistra masih terbatas karena adanya
nyeri pasa saat menggerakkan kaki kearah fleksi knee
Gerakan Pasif pada
Regio Knee
Knee sinistra Full ROM/Tidak Nyeri Endfeel
Fleksi 125̊ (+) Firm
Ekstensi 0̊ (-) Hard
Knee Dextra Full ROM/Tidak Nyeri Endfeel
Fleksi 135̊ (-) Elastic
Ekstensi 0̊ (-) Hard

Interpretasi :
Range of motion pada saat gerakan pasif terbatas pada gerakan
fleksi knee sinistra dengan endfeel patologis.
Gerakan Isometrik pada Sendi Gerakan Nyeri Tahanan
Knee Dextra dan Sinistra Knee Sinistra Fleksi + Mampu melawan
Ekstensi + tahanan disertai nyeri
Knee Dextra Fleksi -
Ekstensi - Mampu melawan
tahanan maksimal

Interpretasi :
Pada knee sinistra pada gerakan fleksi mampu melawan tahanan
namun disertai dengan nyeri.

Test Spesifik
Test Spesifik Hasil
Test Krepitasi (+) adanya bunyi “kruk” pada lutut sebelah kiri
Balotement test (+) adanya perpindahan cairan dalam lutut dan patella terangkat

Fluctuation test (+) cairan masih ada

Diagnosa Banding
Diagnnosis Banding Test Spesifik Hasil
ACL Anterior drawer test (-)
PCL Posterior drawer test (-)
Chondromalsia Condromalsia (-)
Pengukuran
Pengukuran Alat Ukur Hasil
Lingkup gerak Goniometer Knee Sinistra Hasil
sendi Aktif S : 0̊ - 0̊ - 120̊

Pasif S : 0̊ - 0̊ - 125̊

Wrist Sinistra Hasil


Aktif S : 0̊ - 0̊ - 130̊

Pasif S : 0̊ - 0̊ - 135̊

Interpretasi :
Luas gerak sendi dengan menggunakan goniometer
didapatkan hasil perbedaan lingkup gerak sendi
pada knee.
Nyeri VAS Jenis Nyeri Nilai
Nyeri Diam 3/10
Nyeri Tekan 7/10
Nyeri Gerak 7/10

Interpretasi :
Pengukuran nyeri berdasarkan jenis nyeri yang
dibagi menjadi nyeri diam, nyeri tekan dan nyeri
gerak.
Skala nyeri 0 : Tidak Nyeri
Skala nyeri 1-3 : Nyeri Ringan
Skala nyeri 4-7 : Nyeri Sedang
Skala nyeri 8-10 : Nyeri Berat
Hasil pengukuran :
Nyeri diam : 3/10

Nyeri tekan : 7/10

Nyeri gerak : 7/10


Kekuatan otot MMT (Manual Sendi Gerakan MMT
Muscle Testing) Knee Sinistra Fleksi 4/5
Ekstensi 4/5

Knee Dextra Fleksi 5/5


Ekstensi 5/5

Interpretasi :
Penilaian kekuatan otot memiliki karakteristik
yaitu :
0 : tidak ada kontraksi
1 : adanya kontraksi namun tidak ada gerakan
2 : full ROM, tidak bisa melawan tahanan
3 : full ROM, bisa melawan tahanan
4 : full ROM, bisa melawan gravitasi dan tahanan
minimal
5 : ful ROM, melawan gravitasi dan tahanan
maksimal

Hasilnya terdapat perbedaan nilai kekuatan otot


pada knee dextra dan knee kiri
Lingkar Segmen Midline Pengukuran Dextra Sinistra
Mid patella 37,5 39
Interpretasi :
Terdapat selisih antara lingkar knee dextra dan
knee sinistra sebesar 1,5cm
Kemampuan WOMAC
Fungsional Berjalan 4
Menaiki tangga 4
Nyeri Pada malam hari 2
Istirahat 0
Membawa beban 3
Kekakuan Kaku di pagi hari 3
Kekuan yang 3
terjadi di
kemudian hari
Fungsi Menuruni tangga 4
fisik
Menaiki tangga 4
Berdi dari duduk 3
Berdiri 4
Berbelok ke lantai 2
Berjalan diatas 2
permukaan yang
datar
Masuk/keluar 4
mobil/menaiki
motor
Pergi berbelanja 1
Menaruh kaos kaki 1
Berbaing di tempat 0
tidur
Duduk 2
Keluar/masuk 2
toilet
Melakukan tugas 1
rumah tangga
ringan
Melakukan tugas 4
rumah tangga berat

Interpretasi :
Dalam penilaian WOMAC memiliki kategori yaitu
:
0 : tidak ada
1 : ringan
2 : sedang
3 : berat
4 : sangat berat

Interpretasi total skor WOMAC :


0-24 : Ringan
25-48 : sedang
49-72 : berat
73-96 : sangat berat
Skor yang didapat yaitu 53, maka dikategorikan
interpretasi berat.
c. Algoritma Pemeriksaan

Nyeri pada lutut sebelah kiri Osteoarthritis


KU : Nyeri pada lutut sebelah kiri
Anamnesis RPS : Pasien mengeluhkan sakit dan nyeri pada lutut sebelah kiri sampai kaki. Nyeri sudah dirasakan
pada bulan september 2023. Saat itu pasien ke puskesmas di cek kolesterol yaitu 5,6 tapi masih sakit
sehngga dirujuk ke RSAD. Di cek rontgen ternyata adanya pengapuran pada lutut kiri, sehingga di
rujuk ke fisioterapi. Pasien tidak bisa jongkok dan saat naik turun tangga harus menggunakan
pegangan, pola naik turun tangga pasien menggunakan kaki yang tidak sakit sebagai tumpuan, pasien
mengalami nyeri lutut bila berjalan lebih dari 2 meter, kesulitan berdiri lama, pasien kesulitan saat
aktivitas berdiri saat memasak. Pasien terapi diantar oleh suami atau anaknya sehingga tidak terlalu
rutin terapi. Nyeri bertambah saat berdiri dan berjalan lama dan berkurang saat istirahat.
RSE : Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga. Untuk terapi pasien menggunakan BPJS mandiri

Hearth Rate : 75x/menit


Vital sign Respiration Rate : 16x/menit EVM eye : 4, verbal : 5,
motoric : 6
Blood Pressure : 120/80mmHg
Suhu Tubuh : 36̊ C
Saturasi Oksigen : 95%
Kesadaran : Compos Mentis

- Inspeksi statis : Tidak terlihat ada tanda-tanda inflamasi seperti perubahan warna, Lutut kiri tampak
Pemeriksaan Fisik lebih besar daripada lutut kanan, Kaki klien berbentuk genu varum
- Inspeksi dinamis : Pasien datang dengan kondisi jalan sedikit pincang karena dominan menumpu
sebelah kanan, Pasien terlihat mampu naik ke bed sendiri dan saat turun dari bed menggunakan kaki
kanan sebagai tumpuan
- Palpasi : Suhu lokal kedua lutut sama, Terdapat nyeri tekan pada lutut kiri, Spasme pada otot gastroc

Aktif : knee sinistra masih terbatas karena adanya nyeri pasa saat menggerakkan kaki kearah fleksi
PFGD knee
Pasif : pada saat gerakan pasif terbatas pada gerakan fleksi knee sinistra dengan endfeel patologis.
Isometrik : knee sinistra pada gerakan fleksi mampu melawan tahanan namun disertai dengan nyeri.

ROM: keterbatasan lingkup gerak sendi pada gerakan aktif pada gerakan fleksi knee sinistra.
Terdapat keterbatasan lingkup gerak sendi pada gerakan pasif sinistra pada gerakan fleksi
Pengukuran knee
Test krepitasi (+), fluctuation test (+), balotement test (+)
Nyeri : diam : 3/10, tekan : 5/10, gerak: 5/10
Kekuatan otot : fleksi (5/5), ekstensi (2), radial deviasi dan ulnar deviasi (3/5)
Kemampuan fungsional : 53, dikategorikan berat
Antoprometri : selisih antara lingkar segmen knee dextra dan knee sinistra yaitu 1,5 cm

Diagnosa Nyeri pada lututsebelah kiri et causa


Fisioterapi Osteoarthritis Genu Sinistra
Pemeriksaan Penunjang
Jenis Pemeriksaan Kesan Keterangan

X-Ray Terlihat
penyempitan
ruang sendi dan
adanya osteofit

CT-Scan

MRI

Laboratorium

Dll*

DIAGNOSIS
ICF Coding
a. Impairment (Body Structure & Body Function Impairment)
1. Body Structure
- Knee joint (s75011)
2. Body function
- Mobility of joint functions (b710) keterbatasan pada gerakan fleksi
lutut
- pain in joint (b28016) nyeri pada lutut saat digerakkan
- Sensation of muscle spasm (b78010) terdapat spasme pada otot
gastroc
b. Activity Limitation
- Squatting (d41010) tidak bisa jongkok
- mantaining a standing position (d4154) tidak berdiri dalam waktu
yang lama
- walking long distance (d4501) tidak bisa berjalan lama
- Climbing (d4551) kesulitan dalam naik turun tangga
c. Participation of Restriction
- Doing housework (d640.1) tidak dapat melakukan pekerjaan rumah saat
berdiri lama, naik turun tangga
- Socializing (d9205) tidak bersosialisasi kalau berdiri
- Community life (d910) klien kesulitan mengikuti gotong royong di
masyarakat karena keterbatasan gerak lutut sehingga kesulitan dalam
aktivitas menggunakan kaki dalam waktu lama
d. Contextual Factor
1. Personal Factor
- Personal care providers and personal assistants (e340) keinginan untuk
sembuh untuk diri sendiri dan semangat untuk sembuh
2. Environmental Factor
- Support and relationships, other specified (e398) keluarga mensupport
untuk sembuh
I. Diagnosis Fisioterapi
Nyeri gerak dan keterbatasan gerak sendi lutut, spasme gastroc et causa osteoarthritis
genu dextra

PROGNOSIS

Quo ad vitam : bonam (fraktur dan tindakan operasi yang dilakukan tidak mempengaruhi
jiwa dan sistem kardiovaskuler)
Quo ad sanam : dubia ad bonam (terjadinya komplikasi yang ditimbulkan oleh OA genu
jika tidak diberikan pertolongan dengan cepat maka tidak bisa berjalan,
kekakuan sendi )
Quo ad cosmeticam : bonam (tidak mengganggu penampilan penderita)
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam (aktivitas fungsional pasien baik namun ragu-ragu)

KESIMPULAN PROGNOSIS: OA genu merupakan penyakit degeneratif yang memiliki peran


utama menyebabkan gangguan fungsional dan mengurangi kebebasan bergerak pada orang yang
lebih tua sehingga kesulitan mobilisasi akan membutuhkan bantuan berjalan atau naik tangga
(Pratama, 2019).

PLANNING
I. Jangka Pendek
- Menghilangkan nyeri
- Meningkatan lingkup gerak sendi
- Mengurangi spasme otot gastroc
II. Jangka Panjang
- Meningkatkan kemampuan fungsioal pada kegiatan berdiri lebih lama
- Mampu melakukan aktivitas sehari-hari seperti memasak, mencuci dan lain
sebagainya

III. Clinical Reasoning


Clinical Reasoning Target Evidence Based
Lampiran
Pratama, A. D. (2019).
Intervensi
Fisioterapi pada
Kasus
Osteoarthritis
Genu di RSPAD
Gatot Soebroto.
Jurnal Sosial
Humaniora
Terapan, 1(2).
https://doi.org/10.7
454/jsht.v1i2.55
INTERVENSI
I.Tabel Intervensi
Intervensi Metode Pelaksanaan Dosis Evidence Based
Elektroterapi - TENS F : 1x sehari Amalia, R. A., &
Pasien posisi I : 200 milidetik Rahman, F. (2023).
terlentang, tempelkan T : 8 menit Manfaat Tens,
elektroda di bagian T : continous Strengthening
nyeri Exercise Terhadap
Penurunan Nyeri
Dan Peningkatan
Kemampuan
Fungsional Pada
- US F : 3 Mhz Penderita
Pasien dalam posisi I : 2 W/cm2 Osteoatritis Knee
tidur terlentang T : continous Dekstra (Case
T : 3 menit Report). Journal of
Innovation Research
and Knowledge,
2(8), 3181–3186.

- MWD F : 2450MHz
Pasien posisi tidur I : 50 mA Munzirin, R. M. (2020).
terlentang. Arahkan T : 10 menit Penatalaksanaan
MWD padaotot Fisioterapi Pada
gastroc. Beri jarak 3- Penderita
5 cm Osteoartritis Knee
Dextra Di Rumah
Sakit Rsj Prof. Dr.
Soerojo Magelang.
Research of Service
Administration …,
1(2), 7–13.
https://ejournal.man
dalanursa.org/index.
php/Rehat/article/vi
ew/3170
Terapi Latihan - Stretching pasif F : 2x sehari Brett A Bousquet., et. al.
Pasien tidur I : 8 hitungan 10 2018. Post-Operative
terlentang repetisi Criterion Based
T : 2 set Rehabilitation of Acl
Repairs: A Clinical
Commentary.
International Journal of
Sports Physical Therapy
Vol. 12 (2) 293.

- Quadriceps setting Pratama, A. D. (2019).


Pasien diinstruksikan F : 1x sehari Intervensi
posisi terlentang I : 8 hitungan, 8 Fisioterapi pada
kemudian sisi kaki repetisi Kasus
kiri bagian patella T : 2 set Osteoarthritis Genu
diberikan bantalan T : strengthening di RSPAD Gatot
dan instruksikan Soebroto. Jurnal
untuk menekan Sosial Humaniora
patella ke bawah Terapan, 1(2).
sampai terasa otot https://doi.org/10.7
quadriceps 454/jsht.v1i2.55

I.Edukasi
Edukasi Evidence Based
- Pasien diminta pada saat berjalan diusahakan tidak menumpu kaki Pratama, A. D. (2019).
sebelah kanan agar kaki yang sehat lama kelamaan tidak ikut sakit Intervensi
- Pasien dianjurkan untuk melanjutkan exercise dirumah yang sudah Fisioterapi pada
diberikan terapis. Kasus
- Pasien disarankan untuk mengurangi beraktivitas seperti berjalan Osteoarthritis
jauh dan berdiri lama. Genu di RSPAD
- Melakukan latihan di rumah sesuai dengan dosis yang diberikan Gatot Soebroto.
guna mempercepat pemulihan fungsional tentang latihan yang Jurnal Sosial
dapat dilakukan dirumah Humaniora
Terapan, 1(2).
https://doi.org/10.7
454/jsht.v1i2.55

II.Home Program
Home Program Evidence Based
- Pasien melakukan latihan aktif secara mandiri di rumah, seperti Brett A Bousquet., et. al.
latihan quadriceps set exercice, 8 repetisi 2 set selama 8 2018. Post-Operative
detik/hitungan; latihan ankle pumping 10 repetisi 2 set selama 8 Criterion Based
hitungan Rehabilitation of Acl
Repairs: A Clinical
Commentary. International
Journal of Sports Physical
Therapy Vol. 12 (2) 293.

Pratama, A. D. (2019).
Intervensi Fisioterapi
pada Kasus
Osteoarthritis Genu di
RSPAD Gatot
Soebroto. Jurnal
Sosial Humaniora
Terapan, 1(2).
https://doi.org/10.745
4/jsht.v1i2.55

EVALUASI

I. Evaluasi
Poin Evaluasi Hasil
Lingkup Gerak Sendi
Knee Sinistra Hasil
Aktif S : 0̊ - 0̊ - 120̊

Pasif S : 0̊ - 0̊ - 125̊

Nyeri Jenis Nyeri T1 T2


Nyeri Diam 3/10 2/10
Nyeri Tekan 5/10 4/10
Nyeri Gerak 5/10 4/10

Interpretasi :
Pengukuran nyeri berdasarkan jenis nyeri yang dibagi menjadi nyeri
diam, nyeri tekan dan nyeri gerak.
Skala nyeri 0 : Tidak Nyeri
Skala nyeri 1-3 : Nyeri Ringan
Skala nyeri 4-7 : Nyeri Sedang
Skala nyeri 8-10 : Nyeri Berat

Hasil pengukuran terapi kedua :


Nyeri diam : 2/10
Nyeri tekan : 4/10
Nyeri gerak : 3/10

Kekuatan otot Sendi Gerakan MMT Sendi


Knee Sinistra Fleksi 4/5 Knee
Ekstensi 4/5 Sinistra

Kemampuan fungsional
Berjalan 4
Menaiki tangga 4
Nyeri Pada malam hari 2
Istirahat 0
Membawa beban 3
Kekakuan Kaku di pagi hari 3
Kekuan yang 3
terjadi di
kemudian hari
Fungsi Menuruni tangga 4
fisik
Menaiki tangga 4
Berdi dari duduk 3
Berdiri 4
Berbelok ke lantai 2
Berjalan diatas 2
permukaan yang
datar
Masuk/keluar 4
mobil/menaiki
motor
Pergi berbelanja 1
Menaruh kaos kaki 1
Berbaing di tempat 0
tidur
Duduk 2
Keluar/masuk 2
toilet
Melakukan tugas 1
rumah tangga
ringan
Melakukan tugas 4
rumah tangga berat
Skor yang didapat yaitu 53, masih dikategorikan interpretasi berat.

II. Tindak Lanjut


Pasien yang berinisial Ny. A masih merasakan nyeri pada lutut kiri, sehingga program fisioterapi
masih perlu dilanjutkan untuk mengurangi nyeri, meningkatkan LGS dan menghilangkan spasme
otot gastroc.

Denpasar, 2 Desember 2023


PRECEPTOR TTD
1. Kadek Yowanda Pangestu, S.Tr., Ftr., M.Kes ( )

CLINICAL EDUCATOR
2. I Komang Suciptha Gago, S.Ft., Ftr ( )
DAFTAR PUSTAKA
Anggoro, Dimas Adi, And Irine Dwitasari Wulandari. 2019. “Penatalaksanaan
Fisioterapi Pada Osteoarthtritis Knee Billateral Dengan Modalitas Tens , Laser
Dan Terapi Latihan Di Rsud Bendan Kota Pekalongan.” Pena Jurnal Ilmu
Pengetahuan Dan Teknologi 33(2):1. Doi: 10.31941/Jurnalpena.V33i2.895.
Budiman, N. T., & Widjaja, I. F. (2020). Gambaran Derajat Nyeri Pada Pasien
Osteoarthritis Genu Di Rumah Sakit Royal Taruma Jakarta Barat.
Tarumanagara Medical Journal, 2(2), 372–377.
Https://Doi.Org/10.24912/Tmj.V3i1.9744
Pratama, A. D. (2019). Intervensi Fisioterapi Pada Kasus Osteoarthritis Genu Di
Rspad Gatot Soebroto. Jurnal Sosial Humaniora Terapan, 1(2).
Https://Doi.Org/10.7454/Jsht.V1i2.55
Suriani, Sri, S. Indra Lesmana, Fisioterapis Rs Sekayu, And Fakultas Fisioterapi
Universitas Esa Unggul. 2013. “Lebih Baik Menurunkan Nyeri Daripada
Latihan Quadricep
Factor internal

Usia
Conceptual factor
CLINICAL REASONING
Factor external
Osteoarthritis genu
Dukungan keluarga

Impairment Functional and disability Participation Restriction

Sozializing Doing
Joint cartilage housework
degenerative
Activity
Limitation
Climbing
Fragmentasi dan Walking
erosi cartilago long
Maintain a distance
Squatting
standing
Hipertrofi subchondral position
asteofit

Aktivitas lutut Penurunan Quadriceps set


menurun kekuatan otot exercise

Spasme otot
Penurunan gastroc
LGS

Stretching
ROM Exercise, pasif, TENS, US
MWD

Anda mungkin juga menyukai