ASKEP - RHEMATOID - ATHTRITIS - KMB - 3 Ega Putri
ASKEP - RHEMATOID - ATHTRITIS - KMB - 3 Ega Putri
ASKEP - RHEMATOID - ATHTRITIS - KMB - 3 Ega Putri
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Rhematoid Arthritis (RA). Kami juga mengucapkan
terima kasih kepada Ibu Ditha selaku dosen mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah III yang sudah memberikan kepercayaan kepada kami untuk
menyelesaikan tugas ini. Kami pun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
mengharapkan adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang akan kami
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.
Kelompok
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 1
C. Tujuan ....................................................................................................... 1
1) Tujuan Umum ....................................................................................... 1
2) Tujuan Khusus ...................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN TEORI ................................................................................... 4
A. Definisi ..................................................................................................... 4
B. Etiologi ..................................................................................................... 5
C. Manifestasi Klinis..................................................................................... 7
D. Patofisiologi.............................................................................................. 9
E. Pathway .................................................................................................. 11
F. Pemeriksaan Penunjang ............................................................................. 11
G. Penatalaksanaan ...................................................................................... 12
H. Masalah Yang Lazim Muncul ................................................................ 14
I. Discharge Planning .................................................................................... 15
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ................................................................ 16
A. Pengkajian .............................................................................................. 16
B. Diagnosa Keperawatan ........................................................................... 18
C. Intervensi Keperawatan .......................................................................... 18
D. Implementasi .......................................................................................... 24
E. Evaluasi .................................................................................................. 24
BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 25
A. Kesimpulan ............................................................................................. 25
B. Saran ....................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 26
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap kondisi yang disertai nyeri dan kaku pada muskulosketal sering
dinamakan rematik. Kondisi ini banyak terjadi pada lansia. Namun pada
umumnya masyarakat belum mengerti tentang pengertian, tanda gejala, penyebab
serta penanganan rematik. Maka sudah menjadi tugas kita untuk memberikan
pendidikan kesehatan pada masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Rhematoid Arthritis (RA)?
2. Bagaimana Etiologi Rhematoid Arthritis (RA)?
3. Bagaimana Manifestasi Klinis Rhematoid Arthritis (RA)?
4. Bagaimana patofisiologi Rhematoid Arthritis (RA)?
5. Bagaimana Pathway pada Rhematoid Arthritis (RA)?
6. Apa Pemeriksaan Penunjang Rhematoid Arthritis (RA)?
7. Bagaimana Penatalaksanaan Rhematoid Arthritis (RA)?
8. Masalah apa yang lazim muncul pada Rhematoid Arthritis (RA)?
9. Bagaimana discharge planning pada Rhematoid Arthritis (RA)?
C. Tujuan
1) Tujuan Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan diharapkan pasien lansia dapat
mengenal dan mengetahui tentang Rhematoid Arthritis (RA).
2) Tujuan Khusus
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1 kali pertemuan diharapkan
pasien dapat :
a. Menjelaskan tentang pengertian Rhematoid Arthritis (RA).
1
b. Menjelaskan tanda dan gejala rematik
2
3
A. Definisi
Rhematoid Arthritis (RA) merupakan penyakit inflamasi non-bakteri yang bersifat
sistemik, progresif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi
secara simetris. (Chairuddin, 2003).
Sendi yang terlibat pada reumathoid arthritis adalah :
Panggul (HIP) 50
Siku 50
Acromioclavikular 50
Vertebra servikal 40
Temporomandibular 30
Sternoclavikular 30
Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak diketahui
penyebabnya. Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang
menyebabkan proses inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001 : 1248).
Reumatik dapat terjadi pada semua jenjang umur dari kanak-kanak sampai usia
4
5
lanjut. Namun resiko akan meningkat dengan meningkatnya umur (Felson dalam
Budi Darmojo, 1999).
Rematoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik
yang manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit
ini juga melibatkan seluruh organ tubuh (Hidayat, 2006).
B. Etiologi
Karakteristik dengan reaksi inflamasi dalam membrane sinovial yang
mengarah pada destruksi kartilago sendi dan deformitas lebih lanjut (Susan Martin
Tucker, 1998).
Etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Namun ada beberapa
faktor resiko yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini, antara lain :
6
D. Patofisiologi
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema,
kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang
berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago
dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk pannus, atau penutup yang
menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi
menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer.
Kartilago menjadi nekrosis.
E. Pathway
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan
lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan
awal ) berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi
dan subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
2. Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan synovium
3. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/
degenerasi tulang pada sendi.
4. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar
dari normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning (respon inflamasi,
produk-produk pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit,
penurunan viskositas dan komplemen (C3 dan C4).
5. Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan
perkembangan panas.
12
6. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration) atau
atroskopi; cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak leukosit dan
kurang kental dibanding cairan sendi yang normal.
7. Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang
simetris yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta
menetap sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul
subkutan atau gambaran erosi peri-artikuler pada foto rontgen.
G. Penatalaksanaan
Setelah diagnosis AR dapat ditegakkan, pendekatan pertama yang harus
dilakuan adalah segera berusaha untuk membina hubungan yang baik antara
pasien dengan keluarganya dengan dokter atau tim pengobatan yang merawatnya.
500 mg. Setelah remisi tercapai, dosis dapat diturunkan hingga 1 gr/hari
untuk dipakai dalam jangka panjang sampai tercapai remisi sempurna. Jika
dalam waktu 3 bulan tidak terlihat khasiatnya, obat ini dihentikan dan
diganti dengan yang lain atau dikombinasi.
c. D-penisilamin, kurang disukai karena bekerja sangat lambat. Digunakan
dalam dosis 250-300 mg/hari, kemudian dosis ditingkatkan setiap 2-4
minggu sebesar 250-300 mg/hari untuk mencapai dosis total 4x 250-300
mg/hari.
d. Garam emas adalah gold standard bagi DMARD. Khasiatnya tidak
diragukan lagi meski sering timbul efek samping. Auro sodium tiomalat
(AST) diberikan intramuskular, dimulai dengan dosis percobaan pertama
sebesar 10 mg, seminggu kemudian dosis kedua 20 mg. Seminggu
kemudian diberikan dosis penuh 50 mg/minggu selama 20 minggu. Dapat
dilanjutkan dengan dosis tambahan sebesar 50 mg tiap 2 minggu sampai 3
bulan. Jika diperlukan, dapat diberikan dosis 50 mg setiap 3 minggu
sampai keadaan remisi tercapai.
e. Obat imunosupresif atau imunoregulator, metotreksat sangat mudah
digunakan dan waktu mula kerjanya relatif pendek. Dosis dimulai 5-7,5
mg setiap minggu. Bila dalam 4 bulan tidak menunjukkan perbaikan, dosis
harus ditingkatkan. Dosis jarang melebihi 20 mg/minggu. Penggunaan
siklosporin untuk arthritis remathoid masih dalam penelitian.
f. Kortikosteroid hanya dipakai untuk pengobatan arthritis reumathoid
dengan komplikasi berat dan mengancam jiwa, seperti vaskulitis, karena
obat ini memiliki efek samping yang sangat berat. Dalam dosis rendah
(seperti prednison 5-7,5 mg satu kali sehari) sangat bermanfaat sebagai
brigding therapy dalam mengatasi sinovatis sebelum DMARD mulai
bekerja, yang kemudian dihentikan secara bertahap. Dapat diberikan
suntikan kortikosteroid intraartikular jika terdapat peradangan yang berat.
Sebelumnya, infeksi harus disingkarkan terlebih dahulu.
14
I. Discharge Planning
1. Olahraga teratur, istirahat cukup dan ketahui penyebab dan tanda gejala
penyakit.
2. Kompres panas dapat mengatasi kekakuan kompres dingin dapat membantu
meredakan nyeri.
3. Hindari makanan yang banyak mengandung purin seperti bir dan minuman
beralkohol, ikan anchovy, sarden, herring, ragi, jerohan, kacang-kacangan,
ekstrak daging, jamur, bayam, asparagus dan kembangkol karena dapat
menyebabkan penimbunan asam urat dipersendian.
4. Mengkonsumsi makanan seperti tahu untuk pengganti daging, memakan buah
beri untuk menurunkan kadar asam urat dan mengurangi inflamasi. Juga asam
lemak tertentu seperti minyak ikan salmon, minyak zaitun.
5. Banyak minum air untuk membantu mengencerkan asam urat yang terdapat
dalam darah sehingga tidak bertimbun disendi.
6. Mengkonsumsi makanan yang bergizi dan pertahankan BB yang normal.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Biodata
Nama, umur, jenis kelamin, status, alamat, pekerjaan, penanggung
jawab.Data dasar pengkajian pasien tergantung padwa keparahan dan
keterlibatan organ-organ lainnya (misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal),
tahapan misalnya eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan bersama
bentuk-bentuk arthritis lainnya.
2. Riwayat Kesehatan
a. Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada tungkai.
b. Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum pasien
mengetahui dan merasakan adanya perubahan pada sendi.
3. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati
warna kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.
b. Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi sinovial
1) Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)
2) Catat bila ada krepitasi
3) Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan
4) Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral.
5) Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang
6) Ukur kekuatan otot.
7) Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya
8) Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari
4. Aktivitas/istirahat
Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres
pada sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan simetris.
a. Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang,
pekerjaan, keletihan.
16
17
b. Tanda : Malaise
c. Keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit, kontraktor/ kelaianan pada
sendi.
1) Kardiovaskuler
Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki (mis: pucat intermitten,
sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali
normal).
2) Integritas ego
Gejala : Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan.
Keputusan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan)
Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi (misalnya
ketergantungan pada orang lain).
3) Makanan/ cairan
Gejala ; Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi
makanan/ cairan adekuat: mual, anoreksia
Kesulitan untuk mengunyah
Tanda : Penurunan berat badan\
Kekeringan pada membran mukosa.
4) Hygiene
Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan
pribadi. Ketergantungan.
5) Neurosensori
Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi
pada jari tangan.
Gejala : Pembengkakan sendi simetris
6) Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Fase akut dari nyeri (mungkin tidak disertai oleh
pembengkakan jaringan lunak pada sendi).
7) Keamanan
18
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut/kronis berhubungkan dengan : agen pencedera; distensi jaringan
oleh akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
2. Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan dengan: Deformitas skeletal. Nyeri,
ketidaknyamanan, Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot.
3. Gangguan citra tubuh./perubahan penampilan peran berhubungan dengan
perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan
penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas
4. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal;
penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
C. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut/kronis berhubungkan dengan : agen pencedera; distensi jaringan
oleh akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
Kriteria Hasil:
a. Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol,
19
Kriteria Hasil :
a. Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan
kemampuan individual.
b. Mendemonstrasikan perubahan teknik/ gaya hidup untuk memenuhi
kebutuhan perawatan diri.
c. Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi/ komunitas yang dapat
memenuhi kebutuhan perawatan diri.
Intervensi Rasional
a.Diskusikan tingkat fungsi umum a. Mungkin dapat melanjutkan
(0-4) sebelum timbul awitan/ aktivitas umum dengan
eksaserbasi penyakit dan potensial melakukan adaptasi yang
perubahan yang sekarang diperlukan pada keterbatasan
diantisipasi saat ini
b. Pertahankan mobilitas, kontrol b. Mendukung kemandirian
terhadap nyeri dan program fisik/emosional
latihan c. Menyiapkan untuk
c. Kaji hambatan terhadap meningkatkan kemandirian,
partisipasi dalam perawatan diri. yang akan meningkatkan harga
Identifikasi /rencana untuk diri
modifikasi lingkungan d. Berguna untuk menentukan
d. Kolaborasi: Konsul dengan ahli alat bantu untuk memenuhi
terapi okupasi. kebutuhan individual. Mis;
e. Kolaborasi: Atur evaluasi memasang kancing,
kesehatan di rumah sebelum menggunakan alat bantu
pemulangan dengan evaluasi memakai sepatu,
setelahnya. menggantungkan pegangan
untuk mandi pancuran
e. Mengidentifikasi masalah-
masalah yang mungkin
dihadapi karena tingkat
kemampuan aktual
24
D. Implementasi
Implementasi adalah fase ketikan perawata menerapkan/ melaksanakan
rencana tindakan yang telah ditentukan dengan tujuan kebutuhan pasien terpenuhi
secara optimal (Nursalam, 2008).
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau
tidak. Dalam melakukan evaluasi perawat seharusnya memiliki pengetahuan dan
kemampuan dalam memahami respon terhadap intervensi keperawatan,
kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta
kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria hasil.
Pada tahap evaluasi ini terdiri dari dua kegiatan yaitu kegiatan yang dilakukan
dengan mengevaluasi selama proses perawatan berlangsung atau menilai dari
respon klien disebut evaluasi proses, dan kegiatan melakukan evaluasi dengan
target tujuan yang diharapkan disebut sebagai evaluasi hasil (Hidayat, A.A.A,
2008).
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Artritis Rhematoid adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian
(biasanya sendi tangan dan kaki) secara simetris mengalami peradangan, sehingga
terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan
bagian dalam sendi. Tanda dan gejala pada umumnya berupa nyeri pada
persendian, bangkak (rheumatoid nodule), dan kekakuan pada sendi terutama
setelah bangun pada pagi hari.
B. Saran
Mengingat arthritis rheumatoid merupakan penyakit yang
banyak dijumpai pada lansia namun tidak menutup kemungkinan untuk
menyerang usia muda maka penanganan penyakit ini diupayakan secara
maksimal dengan peningkatan mutu pelayanan kesehatan baik melalui tenaga
kesehatan, prasarana dan sarana kesehatan.
25
DAFTAR PUSTAKA
26